• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Penyakit Menular

N/A
N/A
semili wonda

Academic year: 2023

Membagikan "Makalah Penyakit Menular"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

PENYAKIT MENULAR

Penyusun : SEMILI WONDA

NIM :

PROGRAM STUDI S2 MAGISTER KESEHATAN PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR 2023

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang telah memberikan rahmat, kasih-Nya sehingga penyusun bisa menyelesaikan makalah individu dengan tema “Penyakit Menular”.

Penyelesaian tugas ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, termasuk dosen mata kuliah yang telah membimbing penyusun hingga akhir penulisan, teman-temanyang dalam hal ini memberikan dukungan dan motivasi, dan semua pihak terkait yang telah membantu yang tidak bisa penyusun sebutkan satu persatu penyusun mengucapkan terima kasih.

Penyusun sadar bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, sehingga kritik dan saran selalu penyusun nantikan demi kesempurnaan makalah ini, dan semoga makalah inidapat bermanfaat bagi para pembaca.

Fawi, 14 Maret 2023

Penyusun

(3)

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1.2 Tujuan

1.3 Rumusan masalah BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Pengertian penyakit menular 2.2 Jenis penyakit menular

A. TBC(Tuberculosis) B. Penyakit HIV/AIDS

C. penyakit Trikomonas vaginalis D. Hepatitis

BAB 3 PENUTUP 3.1 Kesimpulan 3.2 Saran

(4)
(5)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap manusia pernah mengalami sakit. Penyakit yang diderita oleh setiap makhluk berbeda satu dan yang lainnya. Sakit merupakan suatu keadaan dimana tubuh tidak berada pada kondisi normal yang disebabkan oleh beberapa faktor dari dalam maupun luar tubuh. Berdasarkan karakteristiknya penyakit dapat digolongkan menjadi 2 yaitu penyakit menular dan penyakit tidak menular.

Penyakit menular mendapatkan perhatian yang lebih dari pemerintah dibanding dengan penyakit tidak menular. Penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri, virus, atau parasit yang dapat ditularkan melalui media tertentu. Penyakit menular sering juga disebut penyakit infeksi karena penyakit ini diderita melalui infeksi virus, bakteri, atau parasit yang ditularkan melalui berbagai macam media seperti udara, jarum suntik, transfusi darah, tempat makan atau minum, dan lain sebagainya . Penyakit menular merupakan hasil perpaduan berbagai faktor yang saling mempengaruhi. Namun,bukan berarti penyakit ini tidak bisa dihindari, pola hidup sehat dan lingkungan dapat menghindari dari penyakit ini. Beberapa jenis penyakit menular tersebut yaitu TBC(Tuberculosis), HIV/AIDS, Trichomonas vaginalis,dan Hepatitis.

(6)

1.2 Tujuan

1.2.1 untuk mengetahui berbagaimacam penyakit menular yang ada pada manusia dan bagaimana

1.2.2 cara pencegahan penyakit menular tersebut dengan mengetahui gejala penyakit menular itu sendiri

1.3 Rumusan masalah 1.3.1

(7)

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penyakit Menular

Penyakit menular ialah penyakit yang dapat berpindah dari seseorang ke orang lain. Penyakit dapat ditularkan baik melalui kontak langsung dengan penderita, melalui binatang perantara, udara, makanan dan minuman, atau benda- benda yang sudah tercemar oleh bakteri, virus, cendawan, atau jamur.

Masalah dominannya penyakit menular dalam komposisi penyakit yang abadi di Indonesia tentu tidak menggembirakan. Berkembangnya penyakit menular di Indonesia merupakan akibat dari rendahnya tingkat pendidikan masyarakat, ditambah lagi dengan keadaan lingkungan yang kurang terawat menyebabkan munculnya berbagai wabah penyakit. Untuk mencegah dan mengatasi wabah penyakit itu, pemerintah membekali setiap petugas kesehatan dengan pengetahuan dan keterampilan untuk pence-gahan serta penanganan masalah wabah penyakit

menular tersebut.

o Cara-Cara Penularan Penyakit Menular

(8)

Penyakit menular dapat berpindah dari penderita ke orang lain dengan cara- carasebagai berikut.

a. Melalui Kontak Jasmani (Personal Contact)

Kontak jasmani terdiri atas dua jenis, yaitu kontak langsung dan kontak tidak langsung.

1) Kontah Langsung (Direct Contact)

Penyakit dapat menular kepada orang lain karena adanya kontak langsung antara anggota badan dengan anggota badan orang yang ditulari.

Misalnya, penularan penyakit kelamin dan penyakit kulit.

2) Kontak Tak Langsung (Indirect Contact)

Penyakit dapat menular kepada orang lain melalui perantaraan benda- benda yang telah terkontaminasi (tercemar) oleh penderita, misalnya melalui handuk, pakaian, dansaputangan.

b. Melalui Makanan dan Minuman (Food Borne Infection)

Penyakit dapat menular melalui perantaraan makanan dan minuman yang telah terkontaminasi. Penyakit yang menular dengan cara ini terutama penyakit- penyakit yang berhubungan dengan saluran percerna-kan makanan, seperti kolera, tifus, poliomyelitis, hepatitis, dan penyakit-penyakit yang disebabkan oleh cacing.

Di negara miskin masih banyak orang menggunakan air yang tidak memenuhi syarat kesehatan untuk keperluan rumah tangga sehingga penyakit-penyakit

(9)

tersebut seringkali ditularkan melalui air. Oleh karena itu, penyakit tersebut dinamakan juga water borne diseases.

c. Melalui Serangga (Insect Borne Infection)

Penyakit yang dapat menular dengan perantara serangga, antara lain sebagaiberikut.

1. Malaria, yang disebabkan oleh Plasmodium dan ditularkan oleh

nyamuk Anopheles.

2. Demam berdarah, yang disebabkan oleh salah satu virus dari selotipe

genusflavivirus dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti.

3. Demam kuning, yang disebabkan oleh arbovirus dan ditularkan oleh

nyamuk Aedes aegypti.

4. Filariasis atau penyakit kaki gajah, yang disebabkan oleh cacing Filaria

bancroftiatau Filaria malayi, ditularkan oleh nyamuk Culex fatigans.

5. Penyakit saluran pencernaan makanan dapat ditularkan oleh lalat yang

dipindah-kan dari feses (kotoran) penderita ke makanan atau alat-alat makan.

d. Melalui Udara (Air Borne Infection)

Penyakit yang ditularkan dengan cara ini terutama pada penyakit saluran pernapasan, di antaranya sebagai berikut.

1. Melalui udara yang mengandung bibit penyakitnya, misalnya penularan

penyakit TBC.

2. Melalui ludah ketika batuk atau ber-cakap-cakap, misalnya penularan

penyakit dipteri dan pertusis.

(10)

2.2 JENIS-JENIS PENYAKIT MENULAR A. Penyakit TBC (Tuberkulosis)

TBC (Tuberkulosis) yang juga dikenal dengan TB adalah penyakit paru-paru akibat kuman Mycobacterium tuberculosis. TBC akan menimbulkan gejala berupa batuk yang berlangsung lama (lebih dari 3 minggu), biasanya berdahak, dan terkadang mengeluarkan darah.

Kuman TBC tidak hanya menyerang paru-paru, tetapi juga bisa menyerang tulang, usus, atau kelenjar. Penyakit ini ditularkan dari percikan ludah yang keluar penderita TBC, ketika berbicara, batuk, atau bersin. Penyakit ini lebih rentan terkena pada seseorang yang kekebalan tubuhnya rendah, misalnya penderita HIV.

Gejala Tuberkulosis

Selain menimbulkan gejala berupa batuk yang berlangsung lama, penderita TBC juga akan merasakan beberapa gejala lain, seperti:

1. Demam 2. Lemas

3. Berat badan turun 4. Tidak nafsu makan 5. Nyeri dada

(11)

6. Berkeringat di malam hari

Pengobatan Tuberkulosis

TBC dapat dideteksi melalui pemeriksaan dahak. Beberapa tes lain yang dapat dilakukan untuk mendeteksi penyakit menular ini adalah foto Rontgen dada, tes darah, atau tes kulit (Mantoux).

TBC dapat disembuhkan jika penderitanya patuh mengonsumsi obat sesuai dengan resep dokter. Untuk mengatasi penyakit ini, penderita perlu minum beberapa jenis obat untuk waktu yang cukup lama (minimal 6 bulan). Obat itu umumnya berupa:

1. Isoniazid 2. Rifampicin 3. Pyrazinamide 4. Ethambutol

Pencegahan Tuberkulosis

TBC dapat dicegah dengan pemberian vaksin, yang disarankan dilakukan sebelum bayi berusia 2 bulan. Selain itu, pencegahan juga dapat dilakukan dengan cara:

1. Mengenakan masker saat berada di tempat ramai.

2. Tutupi mulut saat bersin, batuk, dan tertawa.

3. Tidak membuang dahak atau meludah sembarangan.

B. Penyakit HIV / AIDS a) Virus HIV

(12)

HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus yang dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang pada akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan penyakit walaupun yang sangat ringan sekalipun.

Virus HIV menyerang sel CD4 dan merubahnya menjadi tempat berkembang biak Virus HIV baru kemudian merusaknya sehingga tidak dapat digunakan lagi.

Sel darah putih sangat diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan tubuh maka ketika diserang penyakit maka tubuh kita tidak memiliki pelindung.

Dampaknya adalah kita dapat meninggal dunia hanya terkena pilek biasa.

b) Penyakit AIDS

AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome yang merupakan dampak atau efek dari perkembang biakan virus hiv dalam tubuh makhluk hidup. Virus HIV membutuhkan waktu untuk menyebabkan sindrom AIDS yang mematikan dan sangat berbahaya. Penyakit AIDS disebabkan oleh melemah atau menghilangnya sistem kekebalan tubuh yang tadinya dimiliki karena sel CD4 pada sel darah putih yang banyak dirusak oleh Virus HIV.

Ketika kita terkena Virus HIV kita tidak langsung terkena AIDS. Untuk menjadi AIDS dibutuhkan waktu yang lama, yaitu beberapa tahun untuk dapat menjadi AIDS yang mematikan. Seseorang dapat menjadi HIV positif. Saat ini tidak ada obat, serum maupun vaksin yang dapat menyembuhkan manusia dari Virus HIV penyebab penyakit AIDS.

c) Tanda dan gejala

(13)

 AIDS

AIDS merupakan manifestasi lanjutan HIV. Selama stadium individu bisa saja merasa sehat dan tidak curiga bahwa mereka penderita penyakit. Pada stadium lanjut, system imun individu tidak mampu lagi menghadapi infeksi Opportunistik dan mereka terus menerus menderita penyakit minor dan mayor Karen tubuhnya tidak mampu memberikan pelayanan.

Angka infeksi pada bayi sekitar 1 dalam 6 bayi. Pada awal terinfeksi, memang tidak memperlihatkan gejala-gejala khusus. Namun beberapa minggu kemudian orang tua yang terinfeksi HIV akan terserang penyakit ringan sehari-hari seperti flu dan diare. Penderita AIDS dari luar tampak sehat. Pada tahun ke 3-4 penderita tidak memperlihatkan gejala yang khas. Sesudah tahun ke 5-6 mulai timbul diare berulang, penurunan berat badan secara mendadak, sering sariawan di mulut dan terjadi pembengkakan didaerah kelenjar getah bening. Jika diuraikan tanpa penanganan medis, gejala PMS akan berakibat fatal.

 HIV

Infeksi HIV memberikan gambaran klinik yang tidak spesifik dengan spectrum yang lebar, mulai dari infeksi tanpa gejala (asimtomatif) pada stadium awal sampai dengan gejala-gejala yang berat pada stadium yang lebih lanjut. Perjalanan penyakit lambat dan gejala-gejala AIDS rata-rata baru timbul 10 tahun sesudah infeksi, bahkan dapat lebih lama lagi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi berkembangnya HIV menjadi AIDS belum diketahui jelas. Diperkirakan infeksi HIV yang berulang – ulang dan pemaparan terhadap infeksi-infeksi lain mempengaruhi perkembangan kearah AIDS.

Menurunnya hitungan sel CDA di bawah 200/ml menunjukkan perkembangan

(14)

yang semakin buruk. Keadaan yang buruk juga ditunjukkan oleh peningkatan B2 mikro globulin dan juga peningkatan I9A.

d) Penularan HIV/AIDS Cara penularan HIV ada tiga :

1. Hubungan seksual, baik secara vaginal, oral, ataupun anal dengan seorang pengidap. Ini adalah cara yang paling umum terjadi,. Lebih mudah terjadi penularan bila terdapat lesi penyakit kelamin dengan ulkus atau peradangan jaringan seperti herpes genitalis, sifilis, gonorea, klamidia, kankroid, dan trikomoniasis. Resiko pada seks anal lebih besar disbanding seks vaginal dan resiko juga lebih besar pada yang reseptive dari pada yang insertive.

2. Kontak langsung dengan darah / produk darah / jarum suntik.

 Transfusi darah yang tercemar HIV

Pemakaian jarum tidak steril/pemakaian bersama jarum suntik dan sempritnya pada para pencandu narkotik suntik.

 Penularan lewat kecelakaan tertusuk jarum pada petugas kesehatan.

Secara vertical dari ibu hamil pengidap HIV kepada bayinya, baik selam hamil, saat melahirkan ataupun setelah melahirkan.

Infeksi HIV kadang-kadang ditularkan ke bayi melalui air susu ibu (ASI). Saat ini belum diketahui dengan pasti frekuensi kejadian seperti ini atau mengapa hanya terjadi pada beberapa bayi tertentu tetapi tidak pada bayi yang lain. Di ASI terdapat lebih banyak virus HIV pada ibu-ibu yang baru saja terkena infeksi dan ibu-ibu yang telah memperlihatkan tanda-tanda penyakit AIDS.

(15)

Setelah 6 bulan, sewaktu bayi menjadi lebih kuat dan besar, bahaya diare dan infeksi menjadi lebih baik. ASI dapat diganti dengan susu lain dan memberikan makanan tambahan. Dengan cara ini bayi akan mendapat manfaat ASI dengan resiko lebih kecil untuk terkena HIV

e) Pencegahan HIV/AIDS

Pencegahan HIV/AIDS dapat dilakukan dengan cara : 1. Selalu dan saling setia dengan pasangan masing-masing

2. Biasakan melakukan hubungan seksual yang aman, yaitu hubungan yang mencegah masuknya kuman yang mungkin terdapat didalam cairan semen pria kedalam bagian-bagian tubuh wanita

3. Hindari pelubangan telinga, tattoo, tujuk jarum/membuat sayatan/lubang pada kulit tubuh dengan alat yang belum dicuci

4. Hindari transfuse darah kecuali untuk keadaan darurat 5. Jangan saling meminjam alat cukur ataupun sikat gigi

6. Jangan menyentuh darah orang lain/luka terbuka tanpa perlindungan.

f). Penanganan HIV/AIDS 1. Penanganan Umum

a. Setelah dilakukan diagnosa HIV, pengobatan dilakukan untuk memperlambat tingkat replikasi virus. Berbagai macam obat diresepkan untuk mencapai tujuan ini dan berbagai macam kombinasi obat-obatan terus diteliti. Untuk menemukan obat penyembuhannya.

(16)

b. Pengobatan-pengobatan ini tentu saja memiliki efek samping, namun demikian ternyata mereka benar-benar mampu memperlambat laju perkembangan HIV didalam tubuh.

c. Pengobatan infeksi-infeksi appertunistik tergantung pada zat-zat khusus yang dapat menginfeksi pasien, obat anti biotic dengan dosis tinggi dan obat-obatan anti virus seringkali diberikan secara rutin untuk mencegah infeksi agar tidak menjalar dan menjadi semakin parah

2. Penanganan Khusus

a. Penapisan dilakukan sejak asuhan antenatal dan pengujian dilakukan atas permintaan pasien dimana setelah proses konseling risiko PMS dan hubungannya dengan HIV, yang bersangkutan memandang perlu pemeriksaan tersebut.

b. Upayakan ketersediaan uji serologic

c. Konseling spesifik bagi mereka yang tertular HIV, terutama yang berkiatan dengan kehamilan da risiko yang dihadapi

d. Bagi golongan risiko tinggi tetapi hasil pengujian negative lakukan konseling untuk upaya preventif (penggunaan kondom)

e. Berikan nutrisi dengan nilai gizi yang tinggi, atasi infeksi oportunistik.

f. Lakukan terapi (AZT sesegera mungkin, terutama bila konsentrsi virus (30.000-50.000) kopi RNA/Ml atau jika CD4 menurun secara dratis

g. Tatalaksana persalinan sesuai dengan pertimbangan kondisi yang dihadapi (pervaginanm atau perabdominam, perhatikan prinsip pencegahan infeksi).

g) Pemeriksaan Laboratorium

(17)

Terdapat dua uji yang khas digunakan untuk mendeteksi antibodi terhadap HIV. Yang pertama, enzymelinked immunosorbent assay (ELISA), bereaksi terhadap adanya antibodi dalam serum dengan memperlihatkan warna yang lebih jelas apabila terdeteksi antibodi virus dalam jumlah besar. Karena hasil positif- palsu dapat menimbulkan dampak psikologis yang besar, maka hasil uji ELISA yang positif diulang, dan apabila keduanya positif, maka dilakukan uji yang lebih spesifik, Western blot. Uji Western blot juga dikonfirmasi dua kali. Uji ini lebih kecil kemungkinannya memberi hasil positif-palsu atau negatif-palsu. Juga dapat terjadi hasil uji yang tidak konklusif, misalnya saat ELISA atau Western blot bereaksi lemah dan agak mencurigakan. Hal ini dapat terjadi pada awal infeksi HIV, pada infeksi yang sedang berkembang (sampai semua pita penting pada uji Western blot tersedia lengkap), atau pada reaktivitas-silang dengan titer retrovirus tinggi lain, misalnya HIV-2 atau HTLV-1. Setelah konfirmasi, pasien dikatakan seropositif HIV. Pada tahap ini, dilakukan pemeriksaan klinis dan imunologik lain untuk mengevaluasi derajat penyakit dan dimulai usaha-usaha untuk mengendalikan infeksi.

HIV juga dapat dideteksi dengan uji lain, yang memeriksa ada tidaknya virus atau komponen virus sebelum ELISA atau Western blot dapat mendeteksi antibodi. Prosedur-prosedur ini mencakup biakan virus, pengukuran antigen p24, dan pengukuran DNA dan RNA HIV yang menggunakan reaksi berantai polimerase (PCR) dan RNA HIV-1 plasma. Uji-uji semacam ini bermanfaat dalam studi mengenai imunopatogenesis, sebagai penanda penyakit, pada deteksi dini infeksi, dan pada penularan neonatus. Bayi yang lahir dari ibu positif-HIV

(18)

dapat memiliki antibodi anti-HIV ibu dalam darah mereka sampai usia 18 bulan, tanpa bergantung apakah mereka terinfeksi atau tidak.

C. penyakit Trikomonas vaginalis

Trikomoniasis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh parasit Trichomonas vaginalis. Trikomoniasis dapat dicegah dengan perilaku seksual yang aman, yaitu tidak bergonta-ganti pasangan seksual dan menggunakan kondom.

Trikomoniasis menular melalui hubungan seksual. Selain hubungan seksual, berbagi pakai alat bantu seks dengan penderita trikomoniasis juga dapat menularkan penyakit ini. Penyakit trikomoniasis sering kali tidak menimbulkan gejala. Walaupun tanpa gejala, seseorang yang menderita trikomoniasis tetap dapat menularkannya kepada orang lain.

a. Penyebab Trikomoniasis

Trikomoniasis disebabkan oleh parasit Trichomonas vaginalis, yang menyebar melalui hubungan seksual. Parasit ini juga bisa menular lewat berbagi pakai alat bantu seks yang tidak dibersihkan terlebih dahulu.

Risiko trikomoniasis akan meningkat pada seseorang yang:

Sering bergonti-ganti pasangan seksual.

Tidak menggunakan kondom saat berhubungan seksual.

Pernah menderita trikomoniasis.

Pernah menderita penyakit menular seksual.

(19)

Parasit ini tidak bisa menular melalui seks oral, seks anal, ciuman, dudukan kloset, atau berbagi pakai alat makan.

b. Gejala Trikomoniasis

Kebanyakan penderita trikomoniasis tidak merasakan gejala apapun. Meski begitu, penderita tetap bisa menularkan trikomoniasis ke orang lain. Bila terdapat gejala, biasanya keluhan akan muncul 5-28 hari setelah terinfeksi.

Pada wanita, trikomoniasis dapat ditandai dengan gejala berikut:

Keputihan yang banyak dan berbau amis.

Keputihan berwarna kuning kehijauan, bisa kental atau encer, serta berbusa.

Gatal yang disertai rasa terbakar dan kemerahan di area vagina.

Nyeri saat berhubungan seksual atau saat buang air kecil.

Pada pria, gejala trikomoniasis yang muncul dapat berupa:

Sakit, bengkak, dan kemerahan di area ujung penis.

Keluar cairan putih dari penis.

Nyeri saat buang air kecil atau setelah ejakulasi.

Lebih sering buang air kecil dari biasanya.

c. Diagnosis Trikomoniasis

(20)

Seseorang dapat diduga menderita trikomoniasis jika mengalami gejala-gejala di atas. Untuk memastikannya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik pada organ kelamin pasien, serta mengambil sampel cairan vagina (pada wanita) atau urine (pada pria) untuk diteliti di laboratorium.

Pemeriksaan sampel cairan vagina atau urine membutuhkan waktu beberapa hari.

Sambil menunggu hasil, pasien tetap akan ditangani untuk mengurangi risiko penularan infeksi.Bila hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa pasien menderita trikomoniasis, dokter akan menyarankan pasangan seksual pasien untuk diperiksa dan diobati juga.

d. Pengobatan Trikomoniasis

Untuk mengobati trikomoniasis, dokter akan meresepkan metronidazole. Obat dapat diminum sebagai dosis tunggal dan besar, atau dikonsumsi 2 kali sehari, selama 5-7 hari, d

Dengan dosis yang lebih kecil.Selama masa pengobatan, pasien dilarang berhubungan seksual sampai dinyatakan sembuh oleh dokter. Pasien juga harus menghindari konsumsi minuman beralkohol 24 jam setelah mengonsumsi metronidazole, karena bisa menyebabkan mual dan muntah.Trikomoniasis biasanya sembuh dalam tujuh hari. Meski demikian, penderita perlu periksa kembali ke dokter dalam 3 minggu hingga 3 bulan setelah pengobatan, untuk memastikan dirinya tidak terinfeksi kembali.

(21)

e. Komplikasi Trikomoniasis

Bila tidak ditangani, trikomoniasis bisa menimbulkan komplikasi serius, terutama pada ibu hamil. Komplikasi yang dapat terjadi adalah bayi terlahir prematur atau terlahir dengan berat badan rendah, dan penularan trikomoniasis ke bayi saat proses persalinan.Di samping itu, trikomoniasis yang terjadi pada wanita dapat membuat penderitanya lebih rentan terkena infeksi HIV.

f. Pencegahan Trikomoniasis

Guna mengurangi risiko terinfeksi trikomoniasis dan penyakit menular seksual lainnya, lakukanlah beberapa langkah di bawah ini:

Tidak bergonta-ganti pasangan seksual.

Menggunakan kondom saat berhubungan intim.

Tidak berbagi pakai alat bantu seks, dan membersihkannya setiap selesai digunakan.

D. Hepatitis

Hepatitis adalah istilah umum penyakit yang merujuk pada peradangan yang terjadi di hati. Hepatitis umumnya disebabkan oleh infeksi virus, meskipun juga dapat disebabkan oleh kondisi lain. Beberapa penyebab hepatitis selain infeksi virus adalah kebiasaan minum alkohol, penyakit autoimun, serta zat racun atau obat-obatan tertentu.Hepatitis dapat mengganggu berbagai fungsi tubuh terutama yang berkaitan dengan metabolisme, karena hati memiliki banyak sekali peranan dalam metabolisme tubuh, seperti:

(22)

Menghasilkan empedu untuk pencernaan lemak.

Menguraikan karbohidrat, lemak, dan protein.

Menetralisir racun yang masuk ke dalam tubuh.

Mengaktifkan berbagai enzim.

Membuang bilirubin (zat yang dapat membuat tubuh menjadi kuning), kolesterol, hormon, dan obat-obatan.

Membentuk protein seperti albumin dan faktor pembekuan darah.

Menyimpan karbohidrat (dalam bentuk glikogen), vitamin, dan mineral.

Hepatitis yang terjadi dapat bersifat akut maupun kronis. Seseorang yang mengalami hepatitis akut dapat memberikan beragam manifestasi dan perjalanan penyakit. Mulai dari tidak bergejala, bergejala dan sembuh sendiri, menjadi kronis, dan yang paling berbahaya adalah berkembang menjadi . Bila berkembang menjadi hepatitis kronis, dapat menyebabkan sirosis dan kanker hati (hepatocellular carcinoma) dalam kurun waktu tahunan. Pengobatan hepatitis sendiri bermacam-macam sesuai dengan jenis hepatitis yang diderita dan gejala yang muncul.

1. .Penyebab Hepatitis

Hepatitis dapat disebabkan karena infeksi maupun bukan karena infeksi.

Pembagian jenis hepatitis yang disebabkan oleh infeksi virus adalah sebagai berikut:

 Hepatitis A

(23)

Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis A (HAV). Hepatitis A biasanya ditularkan melalui makanan atau air minum yang terkontaminasi feses dari penderita hepatitis A yang mengandung virus hepatitis A.

 Hepatitis B

Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV). Hepatitis B dapat ditularkan melalui cairan tubuh yang terinfeksi virus hepatitis B. Cairan tubuh yang dapat menjadi sarana penularan hepatitis B adalah darah, cairan vagina, dan air mani. Karena itu, berbagi pakai jarum suntik serta berhubungan seksual tanpa kondom dengan penderita hepatitis B dapat menyebabkan seseorang tertular penyakit ini.

 Hepatitis C

Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis C (HCV). Hepatitis C dapat ditularkan melalui cairan tubuh, terutama melalui berbagi pakai jarum suntik dan hubungan seksual tanpa kondom.

 Hepatitis D

Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis D (HDV). Hepatitis D merupakan penyakit yang jarang terjadi, namun bersifat serius. Virus hepatitis D tidak bisa berkembang biak di dalam tubuh manusia tanpa adanya hepatitis B. Hepatitis D ditularkan melalui darah dan cairan tubuh lainnya.

 Hepatitis E

(24)

Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis E (HEV). Hepatitis E mudah terjadi pada lingkungan yang tidak memiliki sanitasi yang baik, akibat kontaminasi virus hepatitis E pada sumber air.

Ibu yang menderita hepatitis B dan C juga dapat menularkan kepada bayinya melalui jalan lahir.Selain disebabkan oleh virus, hepatitis juga dapat terjadi akibat kerusakan pada hati oleh senyawa kimia, terutama alkohol. Konsumsi alkohol berlebihan akan merusak sel-sel hati secara permanen dan dapat berkembang menjadi gagal hati atau sirosis. Penggunaan obat-obatan melebihi dosis atau paparan racun juga dapat menyebabkan hepatitis.

Pada beberapa kasus, hepatitis terjadi karena kondisi autoimun pada tubuh.

Pada hepatitis yang disebabkan oleh autoimun, sistem imun tubuh justru menyerang dan merusak sel dan jaringan tubuh sendiri, dalam hal ini adalah sel- sel hati, sehingga menyebabkan peradangan. Peradangan yang terjadi dapat bervariasi mulai dari yang ringan hingga berat. Hepatitis autoimun lebih sering terjadi pada wanita dibanding pria.

2. Gejala Umum Hepatitis

Sebelum virus hepatitis menimbulkan gejala pada penderita, terlebih dahulu virus ini akan melewati masa inkubasi. Waktu inkubasi tiap jenis virus hepatitis berbeda-beda. HAV membutuhkan waktu inkubasi sekitar 15-45 hari, HBV sekitar 45-160 hari, dan HCV sekitar 2 minggu hingga 6 bulan.

Beberapa gejala yang umumnya muncul pada penderita hepatitis, antara lain adalah:

(25)

Mengalami gejala seperti flu, misalnya mual, muntah, demam, dan lemas.

Feses berwarna pucat.

Mata dan kulit berubah menjadi kekuningan (jaundice). Hal ini terjadi karena peningkatan bilirubin dalam darah.

Nyeri perut.

Berat badan turun.

Urine menjadi gelap seperti teh.

Kehilangan nafsu makan.

Bila Anda mengalami hepatitis virus yang dapat berubah menjadi kronik, seperti hepatitis B dan C, mungkin Anda tidak mengalami gejala tersebut pada awalnya, sampai kerusakan yang dihasilkan oleh virus berefek terhadap fungsi hati. Sehingga diagnosisnya menjadi terlambat.

3. Faktor Risiko Hepatitis

Faktor risiko yang dapat meningkatkan seseorang untuk lebih mudah terkena hepatitis tergantung dari penyebab hepatitis itu sendiri. Hepatitis yang dapat menular lewat makanan atau minuman seperti hepatitis A dan hepatitis E, lebih berisiko pada pekerja pengolahan air atau pengolahan limbah. Sementara hepatitis non infeksi, lebih berisiko pada seseorang yang kecanduan alkohol.Untuk hepatitis yang penularannya melalui cairan tubuh seperti hepatitis B,C, dan D lebih berisiko pada:

Petugas medis.

(26)

Berganti-ganti pasangan seksual.

Orang yang sering menerima transfusi darah.

Namun saat ini sudah jarang orang yang tertular hepatitis melalui transfusi darah, karena setiap darah yang didonorkan terlebih dulu melewati pemeriksaan untuk penyakit-penyakit yang dapat ditularkan melalui darah.

4. Diagnosis Hepatitis

Langkah diagnosis hepatitis pertama adalah dengan menanyakan riwayat timbulnya gejala dan mencari faktor risiko dari penderita. Lalu dilakukan pemeriksaan fisik untuk menemukan tanda atau kelainan fisik yang muncul pada pasien, seperti dengan menekan perut untuk mencari pembesaran hati sebagai tanda hepatitis, dan memeriksa kulit serta mata untuk melihat perubahan warna menjadi kuning.Setelah itu, pasien akan disarankan untuk menjalani beberapa pemeriksaan tambahan, seperti:

1. Tes fungsi hati.

Tes ini dilakukan dengan mengambil sampel darah dari pasien untuk mengecek kinerja hati. Pada tes fungsi hati, kandungan enzim hati dalam darah, yaitu enzim aspartat aminotransferase dan alanin aminotransferase (AST/SGOT dan ALT/SGPT), akan diukur. Dalam kondisi normal, kedua enzim tersebut terdapat di dalam hati. Jika hati mengalami kerusakan akibat peradangan, kedua enzim tersebut akan tersebar dalam darah sehingga naik kadarnya. Meski demikian, perlu diingat bahwa tes fungsi hati tidak spesifik untuk menentukan penyebab hepatitis.

(27)

2. Tes antibodi virus hepatitis.

Tes ini berfungsi untuk menentukan keberadaan antibodi yang spesifik untuk virus HAV, HBV, dan HCV. Pada saat seseorang terkena hepatitis akut, tubuh akan membentuk antibodi spesifik guna memusnahkan virus yang menyerang tubuh. Antibodi dapat terbentuk beberapa minggu setelah seseorang terkena infeksi virus hepatitis. Antibodi yang dapat terdeteksi pada penderita hepatitis akut, antara lain adalah:

o Antibodi terhadap hepatitis A (anti HAV).

o Antibodi terhadap material inti dari virus hepatitis B (anti HBc).

o Antibodi terhadap material permukaan dari virus hepatitis B (anti HBs).

o Antibodi terhadap material genetik virus hepatitis B (anti HBe).

o Antibodi terhadap virus hepatitis C (anti HCV).

3. Tes protein dan materi genetik virus.

Pada penderita hepatitis kronis, antibodi dan sistem imun tubuh tidak dapat memusnahkan virus sehingga virus terus berkembang dan lepas dari sel hati ke dalam darah. Keberadaan virus dalam darah dapat terdeteksi dengan tes antigen spesifik dan material genetik virus, antara lain:

4. Antigen material permukaan virus hepatitis B (HBsAg).

5. Antigen material genetik virus hepatitis B (HBeAg).

(28)

7. RNA virus hepatitis C (HCV RNA).

2. USG perut

Dengan bantuan gelombang suara, USG perut dapat mendeteksi kelainan pada organ hati dan sekitarnya, seperti adanya kerusakan hati, pembesaran hati, maupun tumor hati. Selain itu, melalui USG perut dapat juga terdeteksi adanya cairan dalam rongga perut serta kelainan pada kandung empedu.

5. Pengobatan Hepatitis

Pengobatan yang diberikan kepada penderita hepatitis bergantung kepada penyebabnya. Pemantauan kondisi fisik pasien selama masa penyembuhan hepatitis sangat diperlukan agar proses pemulihan bisa berjalan dengan baik.

Aktivitas fisik yang melelahkan harus dihindari selama masa penyembuhan hingga gejala mereda.Pengobatan hepatitis A, B, dan E akut umumnya tidak membutuhkan pengobatan spesifik, pengobatan difokuskan untuk meredakan gejala-gejala yang muncul, seperti mual muntah dan sakit perut. Perlu diingat pada kasus hepatitis akut, pemberian obat-obatan harus dipertimbangkan dengan hati-hati karena fungsi hati pasien sedang terganggu. Pasien hepatitis akut harus menjaga asupan cairan tubuh, baik dengan minum air maupun dengan pemberian cairan lewat infus, untuk menghindari dehidrasi akibat sering muntah. Khusus untuk hepatitis C akut, akan diberikan obat interferon.Pengobatan hepatitis kronis memiliki tujuan untuk menghambat perkembangbiakan virus, serta mencegah kerusakan hati lebih lanjut dan berkembang menjadi sirosis, kanker hati, atau gagal hati. Beda dengan hepatitis B kronis, pengobatan hepatitis C kronis juga

(29)

bertujuan untuk memusnahkan virus dari dalam tubuh. Pengobatan terhadap hepatitis kronis melibatkan obat-obatan antivirus seperti ribavirin, simeprevir, lamivudine, dan entecavir, serta suntikan interferon. Pasien hepatitis kronis diharuskan untuk berhenti minum alkohol dan merokok untuk mencegah kerusakan hati bertambah parah.Infeksi hepatitis D dapat terjadi bersamaan atau setelah terdapat infeksi hepatitis B. Pengobatan infeksi hepatitis D sampai saat ini belum diteliti lebih lanjut.

Pengobatan hepatitis autoimun umumnya melibatkan obat imunosupresan, terutama golongan kortikosteroid seperti prednisone dan budesonide. Selain itu, pasien penderita hepatitis autoimun juga dapat diberikan azathioprine, mycophenolate, tacrolimus, dan cyclosporin.

6. Komplikasi Hepatitis

Penderita hepatitis akut dapat mengalami hepatitis fulminan yang berujung kepada gagal hati akibat peradangan hebat pada hati. Gejala penderita hepatitis fulminan mencakup bicara kacau dan penurunan kesadaran hingga koma. Pasien juga dapat mengalami lebam dan perdarahan akibat kurangnya protein faktor pembekuan darah yang diproduksi hati. Penderita hepatitis fulminan dapat meninggal dunia dalam beberapa minggu jika tidak dirawat dengan segera.Selain hepatitis fulminan, penderita hepatitis B dan C juga dapat mengalami hepatitis kronis. Hepatitis kronis adalah hepatitis yang terjadi pada seseorang selama lebih dari 6 bulan. Pada hepatitis kronis, virus akan berkembang biak di dalam sel-sel

(30)

secara kronis dalam hati penderita akan menyebabkan peradangan kronis dan dapat menyebabkan sirosis, kanker hati, atau gagal hati.

7. Pencegahan Hepatitis

Agar terhindar dari hepatitis, seseorang perlu menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Misalnya dengan:

Menjaga kebersihan sumber air agar tidak terkontaminasi virus hepatitis.

Mencuci bahan makanan yang akan dikonsumsi, terutama kerang dan tiram, sayuran, serta buah-buahan.

Tidak berbagi pakai sikat gigi, pisau cukur, atau jarum suntik dengan orang lain.

Tidak menyentuh tumpahan darah tanpa sarung tangan pelindung.

Melakukan hubungan seksual yang aman, misalnya dengan menggunakan kondom, atau tidak berganti-ganti pasangan.

Kurangi konsumsi alkohol.

Selain melalui pola hidup bersih dan sehat, hepatitis (terutama A dan B) bisa dicegah secara efektif melalui vaksinasi. Untuk vaksin hepatitis C, D, dan E hingga saat ini masih dalam tahap pengembangan. Namun di beberapa negara, vaksin hepatitis C sudah tersedia dan bisa digunakan.

(31)

BAB 3 PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Penyakit menular ialah penyakit yang dapat berpindah dari seseorang ke orang lain. Penyakit dapat ditularkan baik melalui kontak langsung dengan penderita, melalui binatang perantara, udara, makanan dan minuman, atau benda- benda yang sudah tercemar oleh bakteri, virus, cendawan, atau jamur, dan faktor utamanya adalah dikarenakan oleh lingkungan yang tidak sehat. Beberapa contoh penyakit menular yang bersumber dari lingkungan tidak sehat adalah seperti,

(32)

Penyakit Tifus, penyakit Kolera, Penyakit Tuberculosis (TB) dan Penyakit Hepatitis, Malaria, demam berdarah, saluran pencernaan, dll.

Cara pencegahannya yaitu dengan mempertinggi nilai kesehatan, memberikan perlindungan khusus terhadap penyakit menular, mengenal, mengetahui, dan mengobati penyakit secara cepat dan tepat, serta menjaga pola hidup sehat dan bersih.

3.2. Saran

Dalam menjalani hidup sehari-hari kita sebaiknya selalu mengedepankan kesehatan tubuh, kebersihan lingkungan dan jiwa kita karena sehat itu nikmat dan juga ada pepatah yang mengatakan bahwa seseorang tidak akan menghargai kesehatannya sendiri di saat ia masih sehat. Begitu pentingnya kesehatan sehingga ada orang yang rela membayar milyaran rupiah untuk kesehatan dirinya di saat dia sakit.

Makalah ini hanyalah sebagai acuan dan bahan pembelajaran yang mungkin masih banyak kekurangannya, maka dari itu kritik maupun saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan

(33)

DAFTAR PUSTAKA

Saputro, O. D. 2017. Makalah Kesehatan Masyarakat (Penyakit Menular). Di akses di:

http://okidwisaputro.blogspot.com/2014/02/makalah-kesehatan-masyarakat- penyakit.html

Alodokter. 2019. TBC (Tuberkulosis). Diakses di :

https://www.alodokter.com/tuberkulosis

http://kesmas-unsoed.info/2010/08/ makalah-manajemen-penyakit-lingkungan - berbasis- wilayah-dalam-upaya-penanggulangan-wabah .html

http://kesehatanlingkungan.wordpress.com/penyakit-menular/

(34)

http://penjasorkessmpn2bangkalan.blogspot.com/2011/06/ memahami-berbagai - penyakit- menular .html

Referensi

Dokumen terkait

Dalam setiap kegiatan belajar kelompok digunakan lembar kegiatan, lembar tugas dengan tujuan agar terjalin kerjasama diantara anggota kelompoknya. Lembar kegiatan dan

randu yang sangat signifikan menjadi penyumbang terbesar dalam kaitan- nya dengan penurunan ketersediaan sumber pakan, mengingat bunga ran- du merupakan sumber utama pengha- sil

Super Steel Indah adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri baja yang didirikan pada tahun 1973 dimana perusahaan ini didirikan dengan modal yang berasal dari

Beberapa survei dan penelitian menguatkan bahwa betapa penting kemampuan untuk bisa mendengar, bahkan banyak penelitian yang menyimpulkan bahwa kemampuan seseorang untuk

Batasan Masalah Batasan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah pengaruh kualitas sistem informasi akuntansi terhadap kinerja perusahaan pada Badan

Peserta mengikuti interview tentang pengembangan usaha yang mereka miliki, dalam hal ini tenant wajib membuat business plan yang harus di presentasikan di depan seluruh

Oleh karena itu untuk membantu pihak rumah sakit dan juga tenaga medis dalam memenuhi kebutuhan face shield secara mandiri, agar tenaga medis tetap dapat menggunakan alat

18 Berdasarkan tabel 4 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar petani-peternak memiliki pengalaman yang sudah cukup banyak dalam berusahatani padi yaitu 5 –