• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENERAPAN METODE RESITASI PADA SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 20102011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENERAPAN METODE RESITASI PADA SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 20102011"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN

PENERAPAN METODE RESITASI PADA SISWA TUNA GRAHITA

KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI

KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN

PELAJARAN 2010/2011

S K R I P S I

Oleh :

Endro Sulartanto

NIM: X.5107524

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

ii

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN

PENERAPAN METODE RESITASI PADA SISWA TUNA GRAHITA

KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI

KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN

PELAJARAN 2010/2011

SKRIPSI

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi

Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan

Oleh :

Endro Sulartanto

NIM: X.5107524

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(3)

commit to user

iii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Maryadi, M.Ag. Drs. Munawir Yusuf, M.PSi.

(4)

commit to user

iv

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari : Jumat

Tanggal : 27 Mei 2011

Tim Penguji Skripsi:

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. A. Salim Choiri, M.Kes. ………..

Sekretaris : Dewi Sri Rejeki, S.Pd.,M.Pd. ………..

Anggota I : Drs. Maryadi, M.Ag. .………..

Anggota II : Drs. Munawir Yusuf, M.PSi. ………..

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Dekan,

(5)

commit to user

v

ABSTRAK

Endro Sulartanto. UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR

MATEMATIKA DENGAN PENERAPKAN METODE RESITASI PADA SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2010/2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Mei, 2011.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa tuna grahita kelas VI SLB ABC Tawangsari Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011.

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas tempat mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam pembelajaran matematika. Subyek penelitian ini adalah seluruh siswa tunagrahita kelas VI semester I SLB ABC Tawangsari Sukoharjo tahun pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 4 siswa. Teknik analisis data digunakan analisis desktiprif komparatif, yakni dengan membandingkan nilai tes antarsiklus. Yang dianalisis adalah nilai tes siswa sebelum melalui metode resitasi dan nilai tes siswa setelah melalui metode resitasi sebanyak dua siklus.

(6)

commit to user

vi

ABSTRACT

Endro Sulartanto. “EFFORT TO INCREASE THE STUDY ACHIEVEMENT

OF MATHEMATICS BY APPLYING THE RESITATION METHOD ON THE MENTALLY RETARDED CLASS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI SUKOHARJO REGENCY IN THE SCHOOL YEAR 2010/2011”. Thesis, Surakarta: The Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret University, May 2011.

The aim of this research is to increase the study achievement of mathematics in the mentally retarded class VI SLB ABC Tawangsari, Sukoharjo Regency, in the school year 2010/2011.

The research used is Class Action Research (CAR) that is a study that is carried at by a teacher in the classroom where he or she teacher, by stressing on the perfectness or increasing practice and process in teaching mathematics. The subject of this study is all of the mentally retarded class VI semester I SLB ABC Tawangsari Sukoharjo Regency in the school year 2010/2011, consisting of 4 students. The technique of data analysis used in this study is descriptive comparative analysis, namely by comparing the test values inter-cycle. This study analyzes the students test values before the resitation method carried out and the students test values after the resitation method carried out for two cycles.

(7)

commit to user

vii

MOTTO

Artinya: “Janganlah kamu merasa lemah dan berdukacita, padahal kamu adalah

(8)

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada:

- Ayahnda dan dan Ibunda tercinta. - Istri tercinta.

- Anak-anak tersayang.

(9)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT., atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Luar Biasa, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian penulisan penelitian tindakan kelas ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan-kesulitan yang timbul dapat diatasi. Untuk itu, atas segala bentuk bantuan yang telah diberikan, penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.

2. Drs. R. Indianto, M.Pd., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas. 3. Drs. H.A. Salim Choiri, M.Kes., Ketua Program Studi Pendidikan Luar Biasa

yang telah memberikan ijin penyusunan skripsi.

4. Drs. Maryadi, M.Ag., selaku pembimbing I yang dengan sabar telah memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Drs. Munawir Yusuf, M.PSi., selaku pembimbing II yang telah memberikan petunjuk kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

6. Karmi T., S.Pd., selaku Kepala SLB ABC Tawangsari Sukoharjo yang telah memberikan ijin tempat penelitian dan informasi yang dibutuhkan penulis. 7. Dra. Sulasih, selaku teman kolaborasi yang telah meluangkan waktu mengamati

jalannya penelitian tindakan kelas.

(10)

commit to user

x

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih ada kekurangan, karena keterbatasan pengetahuan yang ada dan tentu hasilnya juga masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu segala saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.

Semoga kebaikan Bapak, Ibu, mendapat pahala dari Allah SWT., dan menjadi amal kebaikan yang tiada putus-putusnya dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Surakarta, Pebruari 2011

(11)

commit to user

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGAJUAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN ABSTRAK ... v

HALAMAN ABSTRACT ... vi

HALAMAN MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR GRAFIK ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II. KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ... 7

A. Kajian Teori ... 7

1. Anak Tuna Grahita ... 7

2. Prestasi Belajar Matematika ... 13

3. Metode Resitasi ... 20

B. Kerangka Berpikir ... 26

C. Hipotesis Tindakan ... 27

BAB III. METODE PENELITIAN ... 28

(12)

commit to user

xii

Halaman

B. Subyek Penelitian ... 28

C. Data dan Data Penelitian ... 28

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 29

E. Validitas Data ... 32

F. Analisis Data ... 33

G. Indikator Kinerja ... 34

H. Prosedur Penelitian ... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 37

A. Pelaksanaan Penelitian ... 37

B. Hasil Penelitian ... 48

C. Pembahaan Hasil Penelitian ... 52

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 54

A. Simpulan ... 54

B. Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 55

(13)

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Daftar Siswa Kelas VI SLB ABC Tawangsari sebagai Subjek

Penelitian ... 28 Tabel 2. Prosedur Penelitian ... 35 Tabel 3. Prestasi Belajar Matematika Siswa Tunagrahita Kelas VI SLB ABC

Tawangsari (Kondisi Awal) ... 37 Tabel 4. Prestasi Belajar Matematika Siswa Tunagrahita Kelas VI SLB ABC

Tawangsari (Siklus I) ... 41 Tabel 5. Prestasi Belajar Matematika Siswa Tunagrahita Kelas VI SLB ABC

Tawangsari (Siklus II) ... 46 Tabel 6. Prestasi Belajar Matematika Materi Penjumlahan dan Pengurangan

Bilangan Bulat Setiap Siklus Melalui Penerapan Metode Resiasi .. 50 Tabel 7. Peningkatan Nilai Rata-rata Presasi Belajar Matematika Materi

(14)

commit to user

xiv

DAFTAR GAMBAR

(15)

commit to user

xv

DAFTAR GRAFIK

Halaman Grafik 1. Prestasi Belajar Matematika (Kondisi Awal) ... 37 Grafik 2. Prestasi Belajar Matematika (Siklus I) ... 42 Grafik 3. Prestasi Belajar Matematika (Siklus II) ... 47 Grafik 4. Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Materi Penjumlahan

dan Pengurangan Bilangan Bulat Setiap Siswa Melalui Metode

Resitasi ... 50 Grafik 5. Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Materi Penjumlahan

(16)

commit to user

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 57

Lampiran 2. Daftar Siswa Kelas VI Tunagrahita SLB ABC Tawangsari Tahun Pelajaran 2010/2011 Sebagai Sampel Penelitian ... 58

Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP 1) ... 59

Lampiran 4. Soal Tes Matematika Siwa Kelas VI/C SLB ABC Tawngsari (Siklus I) ... 62

Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP 2) ... 67

Lampiran 6. Soal Tes Matematika Siwa Kelas VI/C SLB ABC Tawngsari (Siklus II) ... 70

Lampiran 7. Lembar Pengamatan Aktivitas Guru (Siklus I) ... 75

Lampiran 8. Lembar Pengamatan Aktivitas Guru (Siklus II) ... 76

Lampiran 9. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa (Siklus I) ... 77

Lampiran 10. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa (Siklus II) ... 78

Lampiran 11. Prestasi Belajar Matematika Siswa Tunagrahita Kelas VI SLB ABC Tawangsari (Kondisi Awal) ... 79

Lampiran 12. Prestasi Belajar Matematika Siswa Tunagrahita Kelas VI SLB ABC Tawangsari (Siklus I) ... 80

Lampiran 13. Prestasi Belajar Matematika Siswa Tunagrahita Kelas VI SLB ABC Tawangsari (Siklus II) ... 81

Lampiran 14. Rekapitulasi Prestasi Belajar Matematika Siswa Tunagrahita Kelas VI SLB ABC Tawangsari ... 82

Lampiran 15. Foto-foto Kegiatan Penelitian ... 83

(17)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Amanat hak atas pendidikan bagi penyandang berkalinan atau ketunaan ditetapkan dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 32 disebutkan bahwa: “Pendidikan khusus (pendidikan luar biasa) merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosioinal, mental, sosial” (UU Sisdiknas, 2003: 21). Ketetapan dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tersebut bagi anak penyandang kelainan sangat berarti karena memberi landasan yang kuat bahwa anak berkelainan perlu memperoleh kesempatan yang sama sebagaimana yang diberikan kepada anak normal lainnya dalam hal pendidikan dan pengajaran.

Dengan memberikan kesempatan yang sama kepada anak berkelainan untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran, berarti memperkecil kesenjangan angka partisipasi pendidikan anak normal dengan anak berkelainan. Untuk bisa memberikan layanan pendidikan yang relevan dengan kebutuhannya, guru perlu memahami sosok anak berkelainan, jenis dan karakteristik, etiologi penyebab kelainan, dampak psikologis serta prinsip-prinsip layanan pendidikan anak berkelainan. Hal ini dimaksudkan agar guru memiliki wawasan yang tepat tentang keberadaan anak berkelainan, dalam hal ini anak tuna rungu sebagai sosok individu masih berpotensi dapat terlayani secara maksimal.

Kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di sekolah meliputi semua aktivitas yang memberikan materi pelajaran kepada siswa agar siswa mempunyai kecakapan dan pengetahuan memadai yang dapat memberikan manfaat dalam kehidupannya. Dalam proses belajar mengajar matematika selain melibatkan pendidik dan siswa secara langsung, juga diperlukan pendukung yang lain yaitu: alat pelajaran yang memadai, penggunaan metode yang tepat, serta situasi dan kondisi lingkungan yang menunjang.

(18)

commit to user

Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dari dalam diri siswa sendiri, maupun faktor dari luar berupa metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru mata pelajaran. Ngalim Purwanto (2002: 102) menjelaskan, “Ada dua faktor utama yang mempengaruhi belajar yaitu dari dalam (internal) dan dari luar (eksternal). Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang disebut faktor individual, dan faktor yang ada di luar individu yang disebut faktor sosial”. Faktor yang termasuk ke dalam faktor individual antara lain: faktor kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi. Sedangkan yang termasuk faktor sosial antara lain: faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan dalam belajar mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia, dan motivasi sosial.

Di antara faktor di atas, faktor guru dan cara mengajar memiliki peranan yang sangat penting dalam meningkatkan prestasi belajar matematika siswa. Bagaimana sikap dan kepribadian guru, ”tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru, dan bagaimana guru itu mengajarkan pengetahuan itu kepada peserta didiknya, turut menentukan bagaimana hasil belajar yang dapat dicapai peserta didik” (Ngalim Purwanto, 2002: 104-105).

Matematika merupakan ilmu mengenai struktur pola, hubungan dan aturan-aturan. Hubungan-hubungan tersebut di dalam matematika berbentuk rumus (teorema dan dalil) matematika. Menurut Jujun S. Suriasumantri (1998:191), “matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin disampaikan”. Lambang-lambang matematika bersifat “artifisial”, baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan padanya. Matematika timbul sebagai hasil pikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran, sehingga dalam mempelajari matematika sangat dibutuhkan pengertian, pemikiran dan pemahaman serta tidak cukup hanya bermodalkan hafalan saja.

(19)

commit to user

dilakukan oleh guru maupun siswa tentu mempunyai tujuan. Lebih-lebih guru dalam pelaksanaan tugasnya mengajar atau melakukan kegiatan belajar mengajar selalu dan harus berorientasi pada tujuan yang sudah ditentukan. Untuk itu perlu dipikirkan bagaimana penerapan metode yang sesuai agar dalam waktu yang relatif terbatas dapat tercapai tujuan pendidikan yang diinginkan.

Siswa penyandang tuna grahita memiliki keterbelakangan mental bila dibanding anak normal pada umumnya. Anak tuna grahita mempunyai kecerdasan atau IQ di bawah 84, memiliki keterbatasan dalam hal berfikir, daya ingatnya rendah, sukar berfikir abstrak, daya fantasinya rendah, sehingga mereka mengalami kesulitan belajar termasuk dalam bidang studi matematika yang diakibatkan karena daya ingatnya rendah dan sukar berfikir abstrak.

Dari kenyataan yang ada, siswa tuna grahita kelas VI semester I SLB ABC Tawangsari tahun pelajaran 2010/2011, nilai rata-rata kelas masih rendah karena di bawah 60,00 yang diasumsikan masih di bawah nilai KKM yang ditentukan, sehingga guru berusaha untuk meningkatkan prestasi belajar siswa tuna grahita dengan melakukan inovasi pembelajaran menerapkan metode resitasi.

Dengan adanya sistem pendidikan dan pengajaran anak berkelainan khususnya anak tuna grahita ringan berbeda dengan pendidikan anak normal pada umumnya. ”Untuk anak tuna grahita ringan lebih bersifat individual, fleksibel, dengan cara informal, dan harus bersifat konkrit serta dapat menarik perhatian sehingga membantu mempermudah anak dalam menerima pelajaran” (Mohammad Amin, 1996: 155).

(20)

commit to user

Kesungguhan pemahaman dalam belajar matematika dan pemilihan metode mengajar yang tepat akan mempunyai andil yang besar di dalam meningkatkan prestasi belajar matematika. Metode pengajaran yang baik adalah metode yang mampu menghantarkan siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran. Siswa diberi kesempatan untuk melatih kemampuannya, misalnya menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru. Dengan demikian, siswa dapat berkreativitas mengerjakan tugas yang menjadi kewajiban siswa. Dengan keaktifan siswa yang teratur maka siswa akan berprestasi lebih baik lagi dibandingkan dengan prestasi yang pernah diperoleh.

Salah satu metode yang dapat digunakan guru adalah metode resitasi atau pemberian tugas. Resitasi merupakan metode menggajar yang dapat digunakan untuk mengaktifkan siswa pada saat proses belajar mengajar berlangsung maupun tugas yang harus dikerjakan di rumah oleh siswa, karena resitasi menuntut siswa untuk selalu belajar dan mengevaluasi tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Tugas yang diberikan oleh guru banyak bentuknya, salah satunya adalah tugas yang dikerjakan secara kelompok di sekolah dan tugas di rumah atau pekerjaan rumah.

Dengan pemberian tugas ini diharapkan siswa dapat memanfaatkan sebaik-baiknya karena siswa mempunyai banyak waktu untuk mengerjakan bahkan bertanya kepada orang lain atau dapat juga dengan mencari buku-buku yang menunjang masalah yang dihadapi apabila siswa mampu memanfaatkan waktu dan mau berusaha untuk berlatih dengan sungguh-sungguh maka diharapkan prestasi belajarnya dapat meningkat.

(21)

commit to user

meningkatkan kreativitas sehingga kemampuan membaca dapat ditingkatkan sesuai dengan kondisi anak, sebagaimana yang dikemukakan (Salim Choiri dan Munawir Yusuf, 2008:56) bahwa anak tuna grahita memiliki ciri-ciri fisik dan penampilan perkembangan bicara/bahasa terlambat.

Gambaran selintas, guru-guru di SLB ABC Tawangsari Kabupaten Sukoharjo dalam praktiknya mereka hampir seluruhnya menerapkan metode ceramah yang banyak didominasi guru yang selama ini sering digunakan, sehingga masih memerlukan pembenahan. Upaya pembenahan tersebut akan sangat bermanfaat bagi siswa, guru bahkan pihak sekolah. Pembenahan yang harus dilakukan tidak saja berkaitan dengan metode pembelajaran namun juga pada aspek metode pembelajaran yang digunakan.

Berdasarkan latar belakang dan berbagai pemikiran di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul: UPAYA

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN

PENERAPKAN METODE RESITASI PADA SISWA TUNA GRAHITA KELAS VI SEMESTER I SLB ABC TAWANGSARI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2010/2011.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang seperti telah diuraikan di depan, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: “Apakah penerapan metode resitasi dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa tuna grahita kelas VI SLB ABC Tawangsari Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011?.”

C. Tujuan Penelitian

(22)

commit to user

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis

Menambah khasanah ilmu tentang penerapan metode resitasi dalam pembelajaran matematika.

2. Manfaat Praktis

a. Menemukan alternatif untuk meningkatkan prestasi belajar matematika pada siswa tuna grahita kelas VI SLB ABC Tawangsari Kabupaten Sukoharjo. b. Mencari solusi permasalahan yang dialami siswa tuna grahita kelas VI SLB

(23)

commit to user

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Anak Tuna Grahita a. Pengertian Anak Tuna Grahita

Ada beberapa istilah mengenai anak tuna grahita, yaitu terbelakang mental, tuna mental, lemah otak, lemah fikiran, dan mentaly retarded. Dalam penulisan menggunakan istilah tuna grahita. Siswa tuna grahita adalah mereka yang mengalami keterlambatan dalam perkembangan kecerdasan atau kemampuanya berada di bawah rata-rata dari ukuran normal, sehingga membutuhkan pelayanan pendidikan khusus. Sunaryo Kartadinata (1996: 83) mengemukakan bahwa, "tuna grahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata, sukar mengikuti program pendidikan di sekolah umum sehingga membutuhkan layanan pendidikan secara khusus disesuaikan dengan kemampuan anak." Menurut Bratanata yang dikutip Mohammad Efendi (2006: 88) bahwa:

Seseorang dikategorikan berkelainan mental subnormal atau tunagrahita, jika ia memiliki tingkat kecerdasan yang sedemikian rendahnya (di bawah normal), sehingga untuk meniti tugas perkembangannya memerlukan bantuan atau layanan secara spesifik, termasuk dalam program pendidikannya.

Moh. Amin (1996: 1) dengan menggunakan istilah anak terbelakang mendefinisikan bahwa: ”Anak terbelakang adalah anak yang mengalami keterbelakangan dalam perkembangan kecerdasan. Kalau anak normal umur 10 tahun mencapai kecerdasan sesuai dengan umurnya, maka anak terbelakang hanya mencapai kecerdasan yang sama dengan anak yang lebih muda umurnya.”

Smith, et.all. yang dikutip Mumpuniarti (2007: 5) mengemukakan bahwa:

People who are mentally retarded overtime have been rejerred to as dumb, stupid, immature defective, deficientg, subnormal, incompetent, and dull. Terms such as idiot, imbelice, moron and feebleminded were commonly used historically to label this population. Although the word

(24)

commit to user

faal referred to those who lwere mentally ill, and the word idiot was directed toward individuals who were severely retarded, these terms were frequently used interchangeably.

(Di waktu yang lalu orang-orang menyebut retardasi mental dengan istilah dungu (dumb), bodoh (stupid), tidak masuk (immature), cacat (defective), kurang sempurna (deficient), di bawah normal (subnormal), tidak mampu (incompetent), dan tumpul (dull). Istilah lainnya idiot,

imbecile, moron, dan feebleminded digunakan untuk melabel kelompok penyandang tersebut. Walaupun kata tolol (fool) menunjuk ke orang sakit mental, dan kata idiot, mengarah individu yang cacat berat, keduanya sering digunakan secara bergantian.

Dari pengertian-pengertian seperti yang dikemukakan di atas, dapatlah disimpulkan bahwa yang dimaksud anak tuna grahita adalah mereka yang jelas-jelas mengalami keterlambatan dalam perkembangan kecerdasan, sehingga untuk mengembangkan potensinya secara optimal diperlukan pelayanan pendidikan secara khusus. Karena kelainannya itu maka mereka mengalami kesulitan dalam belajarnya dimana mereka terlihat sering ketinggalan dari teman-temannya yang normal.

b. Ciri-Ciri Kejiwaan Siswa Tuna Grahita

Anak tunagrahita memiliki beberapa karakteristik dan mendapatkan pelayanan pendidikan yang bervariasi.

Moh. Amin (1996: 34) menguraikan ciri-ciri anak tuna grahita sebagai berikut:

Kapasitas belajarnya amat terbatas dalam pergaulan mereka tidak dapat mengurus, mengalami kesukaran dalam memusatkan perhatian, perkembangan dan dorongan emosi anak tuna grahita berbeda-beda sesuai dengan tingkat ketunagrahitaan masing-masing, struktur maupun fungsi organisme pada umumnya kurang dari anak normal.

Pendapat lain dikemukakan oleh Munzayanah (2000: 24) bahwa:

Karakteristik yang nampak serta banyak terjadi pada siswa penyandang tuna grahita adalah: rasa merusak sebagai dasar perkembangan, mengalami gangguan dalam sosialisasi, iri hati kodrati yang merupakan dasar rasa keadilan, bergaul mencampurkan diri dengan orang lain, sikap yang ingin memisahkan diri atau menarik diri, penyesuaian diri yang kaku dan labil.

(25)

commit to user 1) Kondisi kecerdasan fungsional

a) Asesmen fungsi kecerdasan harus diperoleh dari berbagai sumber informasi, dan kesepakatan sebagai cacat mental merupakan tanggungjawab bersama secara tim multidisipliner.

b) Skala skor IQ kurang dari 75. 2) Adaptasi tingkah laku

a) Harus diukur secara langsung seperti ukuran pada evaluasi

performance individu dibandingkan dengan kelompok usia sebaya yang sama (same-age peers) dari latar belakang budaya yang sama. b) Teridentifikasi deficit dalam dua atau lebih bidang keterampilan

adaptif.

3) Periode perkembangan

a) Sampai usia 21 atau di bawahnya.

b) Ketidaksesuaian secara terus menerus sampai lebih dari satu tahun. 4) Performance dalam bidang pendidikan

a) Evaluasi tampilan pada bidang pendidikan dalam konteks arus lingkungan.

b) Teridentifikasi deficit dalam seluruh bidang akademik inti (matematika, bahasa, membaca, seni, dan science).

c) Deficit secara signifikan pada skor individual berkurang satu standart penyimpangan di bawah rata-rata dari sampel standardisasi nasional.

d) Pengukuran yang distandarisasi harus divalidasi lebih lanjut oleh data di sekolah pada dokumen yang berbeda antara individu

performance dan performance kelompok usia sebaya dari latar belakang budaya yang sama.

e) Asesmen dari akademik performance harus juga inklud terdokumenasi daya tahan intervensi pendidikan umum.

Siswa tuna grahita memiliki keterbatasan dibanding anak normal, karena anak tunagrahita memiliki intelektual rendah dengan ciri-ciri: (1) keterhambatan fungsi kecerdasan secara umum atau di bawah rata-rata, (2) ketidakmampuan dalam perilaku adaptif, dan (3) terjadi selama perkembangan sampai usia 18 tahun (Salim Choiri dan Munawir Yusuf, 2008:56). Lebih lanjut disebutkan bahwa anak tunagrahita memiliki ciri-ciri fisik dan penampilan perkembangan bicara/bahasa terlambat.

(26)

commit to user

diri atau menarik diri, penyesuaian diri yang kaku dan labil, pada umur 16 tahun baru mencapai umur kecerdasan yang sama dengan anak umur 12 tahun.

c. Sebab-sebab Siswa Tuna Grahita

Menurut Mohammad Efendi (2006: 91), bahwa "sebab terjadinya ketunagrahitaan pada seseorang menurut kurun waktu terjadinya, yaitu dibawa sejak lahir (faktor endogen) dan faktor dari luar seperti penyakit atau keadaan lainnya (faktor eksogen)." Faktor endogen yaitu faktor ketidaksempuraan psikobiologis dalam memindahkan gen, sedangkan faktor eksogen yaitu faktor yang terjdi akibat perubahan patologis dari perkembangan normal. Dari sisi pertumbuhan dan perkembangan, penyebab ketunagrahitaan menurut Devenport yang dikutip Mohammad Efendi (2006: 91) dapat dirinci melalui jenjang sebagai berikut:

1) kelainan atau keturunan yang timbul pada benih plasma;

2) kelainan atau keturunan yang dihasilkan selama penyuburan telur; 3) kelainan atau keturunan yang diakibatkan dengan implantasi; 4) kelainan atau keturunan yang timbul dalam embrio;

5) kelainan atau keturunan yang timbul dari luka saat kelahiran; 6) kelainan atau keturunan yang timbul dalam janin;

7) kelainan atau keturunan yang timbul pada masa bayi dan masa kanak-kanak.

Menurut Moh. Amin (1996: 62) anak tuna grahita dapat disebabkan oleh berbagai faktor yaitu:

1)Faktor Keturunan. Faktor ini terdapat pada sel khusus yang pada pria disebut spermatozoa dan pada wanita disebut sel telur (ovarium). Kelainan orang tua laki-laki maupun perempuan akan terwariskan baik kepada anaknya yang laki-laki maupun perempuan. Apakah warisan tersebut akan nampak atau tidak juga tergantung pada dominan resesifnya kelainan tersebut.

2)Gangguan metabolisme dan gizi. Kegagalan dalam metabolisme dan kegagalan dalam pemenuhan kebutuhan akan gizi dapat mengakibatkan terjadinya gangguan fisik maupun mental dalam individu.

3)Infeksi dan keracunan. Diantara penyebab terjadinya ketunagrahitaan adalah adanya infeksi dan keracunan yaitu terjangkitnya penyakit-penyakit selama janin masih berada di dalam kandungan ibunya. Penyakit-penyakit tersebut antara lain: rubella, syphilis, toxoplasmosis dan keracunan yang berupa: gravidity sindrome yang beracun, kecanduan alkohol dan narkotika.

(27)

commit to user

5)Masalah pada kelahiran. Kelahiran yang disertai by poxia dapat dipastikan bahwa bayi yang di lahirkan menderita kerusakan otak, menderita kejang, nafas yang pendek, kerusakan otak juga disebabkan oleh trauma mekanis terutama pada kelahiran yang sulit. 6)Faktor lingkungan sosial budaya. Lingkungan dapat berpengaruh

terhadap intelek anak, kegagalan dalam melakukan interaksi yang terjadi selama periode perkembangan menjadi salah satu penyebab ketunagrahitaan. Tuna grahita dapat disebabkan oleh lingkungan yang tingkat sosial ekonominya rendah. Hal ini disebabkan ketidak-mampuan lingkungan memberikan rangsangan-rangsangan yang diperlukan anak pada masa perkembangannya.

Pendapat lain di kemukakan oleh Lumbantobing (1997: 14) bahwa penyebab retardasi mental terdapat tiga faktor yaitu:

1)Predisposisi genetik, termasuk kepekaan yang dipengaruhi oleh faktor genetik terhadap agens atau faktor ekologis atau lingkungan.

2)Faktor lingkungan yang dapat mengganggu organisme yang tumbuh, misalnya keadaan nutrisi, pernapasan terhadap zat kimia endogen atau eksogen, mikro organisme, radiasi dan juga keadaan lingkungan psikososial.

3)Waktu terjadinya pemaparan. Saat terjadinya pemaparan dapat mempengaruhi beratnya kerusakan, misalnya jika janin terpapar virus rubella sewaktu berusia trimester pertama maka kecacatan dapat berat, bila pemaparan terjadi waktu usia janin lebih tua atau pasca lahir maka kecacatan jauh lebih ringan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sebab-sebab anak tuna grahita adalah: pada masa prenatal kekurangan vitamin, gangguan psikologis sang ibu, gangguan kelainan janin; pada masa natal proses kelahiran tidak sempurna, masa pos natal, anak tuna grahita dapat disebabkan pada waktu kecil pernah sakit secara terus menerus; faktor keturunan, gangguan metabolisme dan gizi, infeksi dan keracunan. Di samping itu juga disebabkan oleh predisposisi genetik terhadap gens atau faktor ekologis atau lingkungan, dan waktu terjadinya pemaparan, misalnya janin terpapar virus rubella sewaktu berusia trimester pertama maka kecacatan dapat berat.

d. Klasifikasi Siswa Tunagrahita

(28)

commit to user

Yusak S. (2003: 61) mengklasifikasikan anak tunagrahita berdasarkan IQ (tingkat kecerdasan) sebagai berikut:

Idiot yaitu kapasitas kecerdasannya maksimal sama dengan anak normal berusia 2 tahun. IQ nya antara 0–19. Imbisil kapasitas kecerdasannya maksimal sama dengan anak normal yang berusia 7 tahun, minimal sama dengan anak normal usia 3 tahun, IQ nya 20–49.

Debil yaitu kapasitas kecerdasannya maksimal sama dengan anak normal berusia 10 tahun, minimal 7 tahun, IQ nya 50 – 69. Slow learners yaitu kapasitas kecerdasannya maksimal sama dengan anak normal. IQ nya 78 –89.”

Moh. Amin (2005: 23) mengemukakan klasifikasi anak terbelakang sebagai berikut:

Idiot kecerdasannya sekalipun sudah berusia lanjut tidak lebih dari anak normal seusia 3 tahun. Embisil kecerdasan maksimal tak lebih dari kecerdasan anak normal usia 7 tahun. Debil kecerdasan perkembangan kecerdasannya antara setengah hingga tiga perempat kecepatan anak normal atau pada usia dewasa kecerdasannya maksimal kira-kira sama dengan anak normal usia 12 tahun. Moron kecerdasannya maksimal tak lebih dari kecerdasan anak normal usia 16 tahun.”

Klasifikasi anak tunagrahita dapat digambarkan dalam bentuk kurve sebagai berikut:

Keterangan:

Under 70 [mentally retarded] -- 2.2% 70-80 [borderline retarded] -- 6.7% 80-90 [low average] -- 16.1% 90-110 [average] -- 50%

110-120 [high average] -- 16.1% 120-130 [superior] -- 6.7% Over 130 [very superior] -- 2.2%

(29)

commit to user

Dari kedua pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa klasifikasi anak tunagrahita adalah sebagai berikut:

1) Idiot adalah anak yang mempunyai IQ antara 0 – 10, kecerdasannya maksimal sama dengan anak normal yang berusia 0 – 2 tahun.

2) Embisil adalah anak yang mempunyai IQ antara 20 – 49, kecerdasannya maksimal sama dengan anak normal yang berusia 3 – 7 tahun.

3) Debil adalah anak yang mempunyai IQ antara 50 – 69, kecerdasannya maksimal sama dengan anak normal yang berusia 8 – 12 tahun.

4) Slow learners atau dapat juga disebut moron adalah anak yang mempunyai IQ antara 70 – 89, kecerdasannya maksimal sama dengan anak normal yang berusia 16 tahun.

Berdasarkan klasifikasi dari kedua pendapat di atas penulis akan meneliti kasus penyesuaian diri dalam pergaulan siswa penyandang tunagrahita, yang tergolong mampu didik yang mempunyai IQ antara 50 – 70 yang biasanya juga disebut debil. "Anak tunagrahita mampu didik (debil) adalah anak tunagrahita yang tidak mampu mengikuti pada program sekolah biasa, tetapi ia masih memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan melalui pendidikan walaupun hasilnya tidak maksimal" (Mohammad Efendi, 2006: 90).

Kemampuan yang dapat dikembangkan pada anak tunagrahita mampu didik antara lain: 1) membaca, menulis, mengeja, dan berhitung; 2) menyesuaikan diri dan tidak menggantungkan diri pada orang lain; 3) keterampilan yang sederhana untuk kepentingan kerja di kemudian hari.

2. Prestasi Belajar Matematika a. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar memiliki beberapa pengertian. Dari literatur yang diperoleh dapat dijelaskan sebagai berikut:

(30)

commit to user

pelajaran yang dibuktikan melalui hasil tes." Menurut Singgih D. Gunarso (1995: 40), ”Prestasi belajar adalah hasil maksimal yang dicapai seseorang setelah melakukan kegiatan belajar.”

Berdasarkan dari ketiga pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil maksimal yang berupa kemampuan, keterampilan dan sikap yang dapat dicapai seseorang dalam proses belajar yang dinyatakan dengan angka, kode ataupun simbol.

b. Pengertian Matematika

Matematika memiliki beberapa pengertian. Pengertian matematika telah banyak didefinisikan oleh beberapa ahli, antara lain:

“Matematika adalah ilmu tentang pola keteraturan, ilmu tentang struktur yang terorganisasikan mulai dari usur yang tidak didefinisikan ke unsur-unsur yang didefinisikan” (Margono, 1997: 6).

Menurut Maryana dan Soedarinah (1991: 65) Matematika adalah “pengetahuan yang bersifat hirarkis, artinya tersusun dalam urutan tertentu, bermula dari urutan sederhana kemudian menuju ke hal yang rumit, bermula dari hal yang konkret menuju ke hal yang abstrak.” Menurut Purwoto (1998:14), “Matematika adalah pengetahuan tentang pola keteraturan, pengetahuan tentang struktur yang terorganisasikan mulai dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan ke unsur-unsur yang didefinisikan ke aksioma dan postulat dan akhirnya ke dalil.”

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan yang bersifat hirarkis, bermula dari urutan sederhana kemudian menuju ke hal yang rumit, dari yang konkrit menuju ke hal yang abstrak untuk menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan prestasi belajar matematika adalah hasil belajar siswa setelah melakukan suatu proses belajar matematika.

(31)

commit to user

Nana Sudjana (1994: 54) mengemukakan bahwa “mata pelajaran matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbol-simbol serta ketajaman penalaran yang dapat membantu menjelaskan dan menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Matematika sebenarnya tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari dalam arti matematika mempunyai kegunaan yang praktis dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan pendapat Jujun S. Suriasumantri (1998:199) yang

mengatakan bahwa: “matematika mempunyai kegunaan praktis dalam

kehidupan sehari-hari. Semua masalah kehidupan yang membutuhkan pemecahan secara cermat dan teliti mau tidak mau harus berpaling kepada matematika”.

Dari berbagai pandangan di atas penulis berpendapat bahwa siswa dapat belajar dengan baik dan efisien bila bahan pelajaran yang mereka terima sesuai dengan kesiapan intelektualnya atau cocok dengan kemampuannya dan telah tersusun menurut urutan tingkat kesukaran dari mudah, sedang, dan sukar berdasarkan atas pengalaman belajar sebelumnya.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor termaksud akan selalu ada sepanjang proses belajar mengajar. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut Ngalim Purwanto (2002: 107) sebagai berikut: “a. Faktor dari luar, meliputi: lingkungan dan instrumental; b. Faktor dari dalam, meliputi: fisiologis, psikologis, kecerdasan, motivasi, dan kemampuan kognitif.”

Dari faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar tersebut di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Faktor dari luar a) Faktor lingkungan

(32)

commit to user

dan pengap. Lingkungan sosial merupakan hubungan antara individu dengan keluarga, maupun lingkungan masyarakat.

b)Faktor instrumental

Faktor instrumental adalah faktor yang keberadaannya dan penggunaannya sudah direncanakan, sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Seperti: gedung, perlengkapan belajar dan administrasi kelas atau sekolah. Faktor ini diharapkan membawa hasil belajar yang baik. 2) Faktor dari dalam

a) Faktor fisiologi

Kondisi fisiologi pada umumnya, seperti kesehatan jasmani akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Jasmani yang sehat, segar, akan mudah menerima informasi dari guru. Lain halnya bagi siswa yang tidak sehat jasmaninya, maka hasil belajarnya juga kurang baik.

b)Faktor psikologis

Setiap manusia pada dasarnya memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda, karena perbedaan itu juga mempengaruhi hasil belajar. Faktor psikologis yang dianggap berpengaruh terhadap hasil belajar adalah: (1) Bakat

Bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap hasil belajar seseorang. Apabila seseorang belajar pada bidang yang sesuai dengan bakatnya, maka kemungkinan berhasilnya akan lebih besar. (2) Minat

Kalau seseorang tidak berminat mempelajari sesuatu, tidak dapat diharapkan akan berhasil dengan baik, sebaliknya bila seseorang berminat untuk mempelajari sesuatu, maka hasilnya akan lebih baik. (3) Kecerdasan

(33)

commit to user

menunjukkan perbandingan kecerdasan, yang terkenal dengan sebutan Inteligence Quotient (IQ). Dengan memahami taraf IQ setiap siswa, maka seorang guru dapat memperkirakan tindakan yang harus diberikan kepada siswa secara tepat.

(4) Motivasi

Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar. Oleh karena itu, meningkatkan motivasi belajar siswa menjadi bagian yang amat penting, dalam rangka mencapai hasil belajar yang maksimal.

(5) Kemampuan kognitif

Tujuan belajar meliputi tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Namun pada umumnya pengukuran kognitif lebih diutamakan dalam rangka menentukan keberhasilan belajar di sekolah. Karena itu, kemampuan kognitif merupakan faktor penting dalam belajar siswa.

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Matematika

Prestasi belajar matematika dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor termaksud akan selalu ada sepanjang proses belajar mengajar. Adapun faktor-faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

Menurut Lerner yang dikutip Mulyono Abdurrahman (1999: 259), ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar matematika, yaitu: (1) adanya gangguan dalam hubungan keruangan, (2) abnormalitas persepsi visual, (3) asosiasi visual-motor, (4) perserverasi, (5) kesulitan mengenal dan memahami simbul, (6) gangguan penghayatan tubuh, (7) kesulitan dalam bahasa dan membaca, dan (8) performance IQ jauh lebih rendah daripada skor verbal IQ. Dari delapan faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Adanya gangguan dalam hubungan keruangan

(34)

commit to user

memperoleh pemahaman tentang berbagai konsep hubungan keruangan tersebut dari pengalaman mereka dalam berkomunikasi dengan lingkungan sosial mereka atau melalui berbagai permainan.

Anak berkesulitan belajar sering mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dan lingkungan sosial juga sering tidak mendukung terselenggarakannya suatu situasi dan kondusif bagi terjalinnya komunikasi antar mereka. Adanya kondisi intrinsik yang diduga karena disfungsi otak dan kondisi ekstrinsik berupa lingkungan sosial yang tidak menunjang terselenggaranya komunikasi dapat menyebabkan anak mengalami gangguan dalam memahami konsep-konsep hubungan keruangan yang mengakibatkan anak tidak mampu merasakan jarak antara angka-angka pada garis bilangan atau penggaris, dan mungkin anak juga tidak tahu bahwa angka 3 lebih dekat ke angka 4 daripada ke angka 6.

2) Abnormalitas persepsi visual

Anak berkesulitan belajar matematika sering mengalami kesulitan untuk melihat berbagai objek dalam hubungannya dengan kelompok. Anak yang memiliki abnormalitas persepsi visual juga sering tidak mampu membedakan bentuk-bentuk geometri. Suatu bentuk bujur dangkar mungkin dilihat oleh anak sebagai empat garis yang tidak saling terkait, mungkin sebagai segi enam, dan bahkan mungkin tampak sebagai lingkaran. Adanya abnormalitas persepsi visual semacam ini tentu saja dapat menimbulkan kesulitan dalam belajar matematika, terutama dalam memahami berbagai simbol.

3) Asosiasi visual-motor

(35)

commit to user 4) Perserverasi

Anak yang perhatiannya melekat pada suatu objek saja dalam jangka waktu yang relatif lama. Gangguan perhatian semacam itu disebut perverasi

(Mulyono Abdurrahman, 1999: 261). Anak demikian mungkin mulanya dapat mengerjakan tugas dengan baik, tetapi lama-kelamaan perhatiannya melekat pada suatu objek tertentu.

5) Kesulitan mengenal dan memahami simbul

Anak berkesulitan belajar matematika sering mengalami kesulitan dalam mengenal dan menggunakan simbol-simbol matematika seperti +, -, =, >, <, dan sebagainya. Kesulitan semacam ini dapat disebabkan oleh adanya gangguan memori tetapi juga dapat disebabkan oleh adanya gangguan persepsi visual.

6) Gangguan penghayatan tubuh

Anak sulit memahami hubungan bagian-bagian dari tubuhnya sendiri. Jika anak diminta untuk menggambar tubuh orang misalnya, mereka akan menggambarkan dengan bagian-bagian tubuh yang tidak lengkap atau menempatkan bagian tubuh pada posisi yang salah. Misalnya, leher tidak tampak, tangan diletakkan di kepala, dan sebagianya.

7) Kesulitan dalam bahasa dan membaca

Kesulitan dalam bahasa dapat berpengaruh terhadap kemampuan anak di bidang matematika. Soal matematika yang berbentuk cerita menuntut kemampuan membaca untuk memecahkannya. Oleh karena itu, anak yang mengalami kesulitan membaca akan mengalami kesulitan pula dalam memecahkan soal matematika yang berbentuk cerita tertulis.

8) Performance IQ jauh lebih rendah daripada skor verbal IQ.

(36)

commit to user 3. Metode Resitasi a. Pengertian Metode Mengajar

Dalam pelaksanaan pengajaran matematika, guru dapat menggunakan berbagai metode yang sesuai. Guru hendaknya dapat menentukan dengan tepat metode apa yang akan digunakan dalam mengajarkan pokok bahasan tertentu. Metode tugas merupakan metode yang digunakan dalam pelaksanaan pengajaran matematika.

Pengertian metode mengajar menurut Tardif yang dikutip oleh Muhibbin Syah (2003: 201), “Metode mengajar adalah cara yang berisi prosedur bahwa untuk melaksanakan kegiatan kependidikan khususnya kegiatan penyajian materi pelajaran kepada siswa.”

Roestiyah NK (1998: 1) mendefinisikan metode mengajar atau penyajian pelajaran, yaitu suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar. Pengertian lain teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami dan digunakan oleh siswa dengan baik.

Menurut pendapat Oemar Hamalik (1989:75), “metode mengajar adalah suatu cara yang merupakan alat untuk menyampaikan materi pelajaran guna mencapai tujuan pengajaran.”

Berdasarkan pendapat para ahli, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa metode mengajar adalah suatu cara yang berisi prosedur untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa dalam kelas untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Dari sini nampak bahwa keberhasilan belajar salah satunya ditentukan oleh metode mengajar yang diterapkan guru dalam proses belajar mengajar.

(37)

commit to user

Metode banyak sekali jenisnya disebabkan oleh karena metode ini dipengaruhi oleh banyak faktor misalnya: a) tujuan yang berbagai-bagai jenis dan fungsinya; b) Anak didik yang berbagai-bagai tingkat kematangannya; c) situasi yang berbagai-bagai keadaannya; d) fasilitas yang berbagai kualitas dan kuantitasnya; e) Pribadi guru serta kemampuan profesionalnya yang berbeda-beda (Rostiyah NK, 1998: 67). Macam-macam metode yang digunakan oleh guru adalah metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode pemberian tugas, metode resitasi, metode eksperimen, metode problem solving dan lain sebagainya. Pemilihan metode ini menurut Rostiyah NK (1998: 68) berdasarkan: “a. sifat dari pelajaran, b. alat-alat yang tersedia, c. besar kecilnya kelas, d. tempat dan lingkungan, e. kesanggupan guru, f. banyak sedikitnya bahan, dan g. tujuan mata pelajaran.”

Adapun metode mengajar yang berkaitan dengan penelitian ini adalah metode metode resitasi (metode penugasan). Peranan tugas sangat penting dalam pengajaran. Metode tugas merupakan suatu aspek dari metode-metode pengajaran. Karena dengan tugas bermaksud: meninjau pelajaran baru, untuk menghafal pelajaran yang sudah diajarkan, untuk latihan-latihan dengan tugas untuk mengumpulkan bahan, untuk memecahkan suatu masalah dan seteursnya. Untuk lebih jelasnya mengenai metode tugas (resitasi) akan dijelaskan sebagai berikut.

b. Metode Resitasi

Kata resitasi bukanlah kata Indonesia asli tetapi merupakan kata serapan dari bahasa Inggris yaitu resitation yang berarti menceritakan kembali. Setelah istilah tersebut masuk ke Indonesia dan diterima, timbullah bermacam-macam pengertian resitasi itu, dan masing-masing pengertian itu bertolak dari pikiran yang menafsirkannya.

(38)

commit to user

dengan menugaskan pelajar-pelajar mempelajari sesuatu kemudian harus dipertanggungjawabkan.”

Winarno Surakhmad (2000: 91) mengartikan bahwa “metode resitasi mempunyai tiga fase: pertama guru memberi tugas, kedua siswa melaksanakan tugas (belajar), dan fase ketiga siswa mempertanggung-jawabkan kepada guru apa yang telah mereka pelajari.”

Lebih lanjut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006: 96) menyebutkan:

Metode resitasi (penugasan) adalah metode penyajian bahan di mana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Masalah tugas yang dilaksanakan oleh siswa dapat dilakukan di dalam kelas, di halaman sekolah, di laboratorium, di perpustakaan, di bengkel, di rumah siswa, atau di mana saja asal tugas itu dapat dikerjakan.

Dari berbagai pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa metode tugas (resitasi) adalah metode penyajian bahan di mana guru memberikan tugas untuk dilaksanakan oleh siswa di manapun berada asal tugas itu dapat dikerjakan untuk dipertanggungjawabkan.

Metode ini diberikan karena dirasakan bahan pelajaran terlalu banyak sementara waktu sedikit. Artinya, banyak bahan yang tersedia dengan waktu kurang seimbang. Agar bahan pelajaran selesai sesuai dengan waktu yang ditentukan, maka metode resitasi inilah yang biasanya digunakan oleh guru untuk mengatasinya.

Tugas yang dapat diberikan kepada anak didik ada berbagai jenis. Karena itu, tugas sangat banyak macamnya, bergantung pada tujuan yang akan dicapai, seperti tugas meneliti, tugas menyusun laporan (lisan/tulisan), tugas motorik (pekerjaan motorik), tugas di laboratorium, dan lain-lain.

(39)

commit to user

dengan melaksanakan tugas siswa aktif belajar; d) merasa terangsang untuk meningkatkan belajar yang lebih baik. Memupuk inisiatif dan berani bertanggung jawab sendiri; dan e) selalu memanfaatkan waktu senggangnya untuk hal-hal yang menunjang belajarnya.

Metode Resitasi dipergunakan apabila: a) suatu pokok bahasan atau aspek-aspek tertentu yang memerlukan latihan yang lebih banyak di luar jam pelajaran atau memerlukan penjelasan lebih lanjut melalui eksperimen atau sumber-sumber informasi lain yang lebih luas. b) ruang lingkup bahan pengajaran terlalu luas, sedangkan waktu yang disediakan tidak memadai. c) suatu pekerjaan yang tak mungkin dapat diselesaikan selama jam pelajaran. d) dalam keadaan darurat, di mana guru karena sesuatu hal tidak dapat mengajar baik untuk sebagian maupun seluruh jam pelajaran, di mana tidak ada guru lain yang dapat menggantikannya. e) Suatu pokok bahasan perlu pendalaman/ perhatian melalui latihan mandiri (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006: 96).

c. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Resitasi

Langkah-langkah yang harus diikuti dalam penggunaan metode tugas (resitasi) menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006: 97), yaitu: “1) fase pemberian tugas, 2) langkah pelaksanaan tugas, dan 3) fase mempertanggungjawabkan tugas”. Dari ketiga langkah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

Fase Pemberian Tugas. Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya mempertimbangkan: tujuan yang akan dicapai, jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga anak mengerti apa yang ditugaskan tersebut, sesuai dengan kemampuan siswa, ada petunjuk/sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa, tersedia waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas tersebut.

(40)

commit to user

Fase mempertanggungjawabkan tugas. Fase ini meliputi: laporan siswa baik lisan/tertulis dari apa yang telah dikerjakannya, ada tanya jawab/diskusi kelas, penilaian hasil pekerjaan siswa baik dengan tes maupun nontes atau cara lainnya.

Tugas yang dilaksanakan oleh siswa dapat dilakukan di dalam kelas, halaman sekolah, laboratorium, perpustakaan ataupun di rumah. Siswa akan mendalami dan akan mengalami sendiri pengetahuan yang dicarinya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya tinggal lama dalam pikiran atau jiwanya. Jika siswa dalam melaksanakan tugasnya ditunjang dengan minat dan perhatian serta kejelasan tujuan belajarnya, maka tugas tersebut dapat mengembangkan daya berpikir siswa, daya inisiatif, daya kreatif dan melatih siswa bertanggungjawab.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode tugas diantaranya adalah: 1) janganlah memberikan tugas yang berhubungan dengan bahan pelajaran yang belum diajarkan, kecuali sebagai bahan yang akan diajarkan, misalnya kliping; 2) tugas hendaknya dirasakan penting oleh setiap siswa; 3) tugas hendaknya jelas batas-batasnya; 4) usahakan mempersiapkan format atau lembar kerja yang diperlukan; 5) guru hendaknya mempelajari dengan sungguh-sungguh, apakah suatu tugas dapat disesuaikan dengan perbedaan siswa secara perorangan atau tidak; 6) perhatikan juga waktu yang ada pada siswa; 7) tugas pekerjaan rumah (PR) hendaknya diperiksa sendiri oleh guru dan jangan diperiksa oleh murid, agar guru dapat mengetahui sampai dimana kemampuan siswa dalam memahami/mendalami materi yang telah diberikan (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 2006: 98).

(41)

commit to user

penjelasan tentang tugas (terutama mengenai kesulitan yang mungkin dihadapi dan alternatif pemecahan); 3) pembentukan kelompok (bila tugas kelompok); memberikan tugas secara tertulis atau lisan; 4) memonitor (mengawasi) pelaksanaan dan penyelesaian tugas; dan mengadakan diskusi hasil pelaksanaan tugas. Tahap tindak lanjut meliputi: 1) melaksanakan penilaian hasil pelaksanaan tugas; 2) menyimpulkan penilaian proses dan penilaian hasil; dan 3) mendiskusikan kesulitan-kesulitan yang tidak dapat diselesaikan oleh siswa selama pelaksanaan tugas.

Jenis-jenis tugas banyak macamnya, diantaranya adalah: tugas latihan, tugas mempelajari sejumlah halaman, tugas mempelajari satu bab, tugas mempelajari satu topik atau pokok, tugas unit/proyek, dan tugas eksperimen. Tugas latihan terdiri dari soal-soal yang sudah dijelaskan, tetapi memerlukan latihan yang lebih banyak di luar jam pelajaran, misalnya pelajaran Matematika, bahasa dan lain-lain.

Tugas mempelajari satu topik atau pokok, misalnya tentang mata pencaharian bangsa Indonesia, tentang iklim, tentang binatang buas dan lain-lain. Untuk ini akan diberikan tugas mempelajari macam-macam buku atau penyelidiki sumber-sumber lain. Tugas unit/proyek, tugas yang berhubungan dengan unit yang dibicarakan di dalam kelas. Tugas eksperimen, anak diberi tugas untuk membuat suatu percobaan, umpamanya dalam IPA.

d. Keuntungan dan Kelemahan Metode Resitasi

Metode resitasi memiliki beberapa keuntungan dan kelemahan dalam proses pembelajaran. Keuntungan dan kelemahan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

(42)

commit to user

hanya meniru atau menyalin hasil pekerjaan orang lain, tanpa mengalami peristiwa belajar. (2) adakalanya tugas itu dikerjakan oleh orang lain tanpa pengawasan. (3) apabila tugas terlalu sering diberikan, apalagi bila tugas-tugas itu sukar dilaksanakan siswa, ketenangan mental mereka terpengaruh. (4) sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individuil.

B. Kerangka Berpikir

Pelajaran matematika oleh kebanyakan siswa seringkali menjadi pelajaran yang ditakuti atau dibenci siswa. karena anggapan mereka, matematika adalah pelajaran yang sangat sulit untuk dipelajari dan dipahami. Prestasi belajar matemaitka yang mereka peroleh tidak memuaskan. Namun ini bukanlah suatu alasan mengapa prestasi belajar mereka tidak seperti yang diharapkan. Karena pada dasarnya prestasi itu dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor yang menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah tentang metode mengajar.

Dalam pembelajaran matematika, keterlibatan siswa tuna grahita dalam menemukan konsep sangat diperlukan, karena dengan dilibatkannya siswa dalam penemuan konsep, maka siswa akan lebih memahami konsep tersebut. Sehingga prestasi belajar meningkat. Jadi pengajaran matematika yang menggunakan metode resitasi lebih tepat. Karena metode resitasi adalah suatu metode mengajar yang menekankan pada keaktifan siswa di dalam proses belajar mengajar yaitu dengan membaca buku dan mengungkapkan kembali apa yang telah dibacanya, sehingga materi yang disampaikan lebih dimengerti dan dipahami yang akhirnya akan dapat meningkatkan pretasi belajar siswa. Jadi dengan metode mengajar yang melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar akan meningkatkankan pemahaman tentang materi yang dipelajarinya sehingga prestasi belajar meningkat.

(43)

commit to user

Gambar 1

Bagan Kerangka Berfikir

C. Hipotesis Tindakan

Hipotesis merupakan tafsiran sementara yang masih perlu diuji kebenarannya, mengenai bukti-bukti secara ilmiah. Hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Penerapan metode resitasi dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa tuna grahita kelas VI SLB ABC Tawangsari Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011.”

Kondisi awal

Tindakan

Kondisi Akhir

Sebelum menerapkan metode resitasi

Prestasi belajar matematika

rendah

Penerapan metode resitasi

Siklus I

Siklus II

Prestasi belajar Matematika

(44)

commit to user BAB III

METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian

Pendekatan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam bahasa Inggris diartikan Classroom Action Research (CAR) yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah tempat mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam pembelajaran (Susilo, 2007: 16). Penelitian ini dilaksanakan di SLB ABC Tawangsari Kabupaten Sukoharjo. Pemilihan tempat penelitian ini dengan pertimbangan: 1) peneliti adalah guru di SLB ABC Tawangsari Kabupaten Sukoharjo, 2) terdapatnya subyek penelitian, 3) di kelas VI prestasi belajar matematika masih rendah sehingga perlu dilakukan inovasi pembelajaran. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2010 s/d Nopember 2010.

B. Subyek Penelitian

Penelitian ini subyek penelitian adalah siswa kelas VI SLB ABC Tawangsari Sukoharjo berjumlah 4 siswa dengan berincian sebagai berikut:

Tabel 1. Daftar Siswa Kelas VI SLB ABC Tawangsari sebagai Subjek Penelitian.

No. Urut Kode Subyek Jenis Kelamin

1 BYI Laki-laki

2 BW Laki-laki

3 HI Laki-laki

4 RW Laki-laki

C. Data dan Sumber Data

Sumber data penelitian ini berasal dari siswa kelas VI SLB ABC Tawangsari Kabupaten Sukoharjo dan guru sebagai subjek penelitian. Data yang berupa prestasi belajar matematika diperoleh dengan menggunakan tes setelah dalam proses pembelajaran menerapkan metode resitasi.

(45)

commit to user

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Metode penelitian merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian, karena hal ini merupakan sesuatu yang paling mendasar guna keberhasilan suatu penelitian dapat tercapai.

Metodologi penelitian menurut Suharsini Arikunto (2003: 136) “Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya”. Sedangkan Sumadi Suryabrata (2000: 59) berpendapat bahwa “Metode penelitian adalah suatu rangkaian langkah-langkah yang dilakukan secara terencana dan sistematis guna mendapatkan pemecahan masalah”.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode penelitian adalah suatu cara yang dilakukan secara terencana dan sistematis dalam mengumpulkan data untuk pemecahan suatu masalah.

Berorientasi pada judul penelitian maka metode yang akan penulis gunakan dalam penelitian tindakan kelas ini dengan metode observasi, dokumentasi, dan tes.

1. Observasi a. Pengertian Observasi

Observasi memiliki pengertian yang berbeda antara pendapat satu dengan yang lainnya. Dari beberapa literatur arti observasi dapat dijelaskan sebagai berikut:

”Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.” (Margono, S, 2009: 158).

Menurut Supardi (2008: 127), observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran.

(46)

commit to user

fenomena-fenomena dan gejala psikis maupun psikologi dengan pencatatan untuk memotret seberapa jauh efek tidakan telah mencapai sasaran.

Skor penilaian terhadap aktivitas guru dan aktivitas siswa disediakan kolom penilaian yang terdiri dari: skor 1 (kurang); skor 2 (sedang); skor 3 (cukup); skor 4 (baik); dan skor 5 (sangat baik).

b. Macam-macam Observasi

Observasi ini dilakukan untuk mengamati secara langsung proses dan dampak pembelajaran yang diperlukan untuk menata langkah-langkah perbaikan agar lebih efektif dan efisien. Dalam melakukan observasi proses, menurut Retno Winarni (2009: 84-85) ada 4 metode observasi yaitu:

1) Observasi Terbuka

Pengamat tidak menggunakan lembar observasi, melainkan hanya menggunakan kertas kosong merekam pelajaran yang diamati.

2) Observasi Terfokus

Ditujukan untuk mengamati aspek-aspek tertentu dari pembelajaran. Misalnya: yang diamati kesempatan bagi siswa untuk berpartisipasi.

3) Observasi Terstruktur

Observasi menggunakan instrumen yang terstruktur dan siap pakai, sehingga pengamat hanya tinggal membubuhkan tanda (V) pada tempat yang disediakan.

4) Observasi Sistematik

Observasi sistematik lebih rinci dalam kategori yang diamati. Misalnya dalam pemberian penguatan, data dikategorikan menjadi penguatan verbal dan nonverbal.

c. Observasi yang Digunakan

(47)

commit to user

adalah untuk mempermudah observer melakukan pengamatan dan observasi tertruktur sesuai dengan masalah yang diteliti.

2. Dokumentasi a. Pengertian Dokumentasi

Dokumentasi memiliki beberapa pengertian menurut beberapa pendapat. Dari literatur yang diperoleh arti dokumentasi dapat dijelaskan sebagai berikut:

Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 200) “dokumentasi yaitu data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, notulen, legger, agenda, dsb”. Menurut Margono (2009: 161), “metode dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui peninggalan tertulis seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku pentang pendapat, teori, dalil, atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.”

Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode dokumentasi adalah cara pengumpulan data mengenal hal-hal atau variabel melalui peninggalan tertulis seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku pentang pendapat, teori, dalil, catatan, notuler, legger, agenda, atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian

b. Dokumentasi yang Digunakan

Dalam penelitian ini, metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tentang prestasi awal matematika siswa yang diambil dari nilai ulangan kelas VI SLB ABC Tawangsari Kabupaten Sukoharjo.

Skor penilaian berupa nilai yang berupa angka hasil mid semester mata pelajaran matematika.

3. Tes a. Pengertian Tes

(48)

commit to user

“Tes adalah sekumpulan pertanyaan yang harus dijawab dan/atau tugas yang harus dikerjakan” (Saifuddin Azwar, 2001: 2). Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 138) tes adalah “Serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok”.Sedangkan menurut James Ppoham dan Eva L. Baker (2001:112), “tes adalah pertanyaan yang berupa lesan maupun tulisan yang harus dijawab oleh seseorang untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan yang dimiliki”.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tes adalah suatu alat yang dipergunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat, berujud pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa baik secara individu atau kelompok.

b. Macam-macam Tes

Bentuk-bentuk tes dikemukakan Suharsimi Arikunto (2006: 139), antara lain sebagai berikut: 1) Tes benar salah, 2) Tes pilihan ganda, 3) Tes menjodohkan, 4) Tes isian atau melengkapi, 5) Tes jawaban singkat. Sedangkan menurut James Ppoham dan Eva L. Baker (2001:118), tes terdiri dari beberapa macam, antara lain: 1) tes pilihan, 2) butir tes isian, 3) butir tes isian singkat, dan 4) butir tes esai,

c. Tes yang Digunakan

Bentuk tes yang dipakai adalah tes objektif. Tes objektif adalah tes yang hanya satu jawaban dapat dianggap terbaik. Siswa yang diuji diminta untuk menunjukkan jawaban yang terbaik. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes objektif isian atau melengkapi yang terdiri dari 20 item pertanyaan.

Skor penilaian terhadap hasil tes yaitu jawaban benar mendapat nilai 5 dan jawaban salah mendapat nilai 0.

E. Validitas Data

(49)

commit to user

dalam menarik kesimpulan. Adapun teknik yang digunakan untuk memeriksa validitas dalam penelitian ini adalah triangulasi.

Moeleong (2004: 330) mengemukakan bahwa “Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan yang memanfaatkan sesuatu yang lain, di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu”. Teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi data dan triangulasi metode. Triangulasi data (sumber) dilakukan dengan mengumpulkan data tentang permasalahan dalam penelitian dari beberapa sumber data yang berbeda. Sedang triangulasi metode dilakukan dengan menggali data yang sama dengan metode yang berbeda, seperti disinkronkan dengan hasil observasi atau dokumen yang ada.

Validitas data yang digunakan antara lain dengan triangulasi sumber data dan triangulasi metode pengumpulan data. Dalam penelitian ini teknik triangulasi untuk mengetahui kesulitan yang dihadapi siswa dalam berhitung. Untuk itu peneliti membandingkan data hasil penelitian dari berbagai metode antara lain dengan tes, observasi dan dokumentasi. Triangulasi data dilakukan dengan cara : 1. Cross checking, peneliti melakukan pengecekan (checking) antara hasil metode

pengumpulan data yang diperoleh melalui tes, observasi dan dokumentasi dengan memadukan hasil ketiganya. Dalam hal ini bertujuan memperoleh informasi yang benar dan meyakinkan.

2. Cek ricek, yaitu pengulangan kembali data yang diperoleh melalui berbagai sumber data, waktu, maupun metode dan informasi serta tempat memperoleh data (setting)

F. Analisis Data

(50)

commit to user

G. Indikator Kinerja

Indikator pencapaian dalam penelitian ini ditetapkan: nilai matematika 60,00 atau lebih sebagai batas tuntas pembelajaran penguasaan matematika dicapai oleh siswa. Penetapan indikator pencapaian ini disesuaikan dengan kondisi sekolah, seperti batas minimal nilai yang dicapai dan ketuntasan belajar bergantung pada guru kelas yang secara empiris tahu betul keadaan murid-murid di kelasnya (sesuai dengan KTSP).

H. Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model yang dilakukan oleh Kemmis dan Mc Taggart yang merupakan pengembangan dari model Kurt Lewin. Suharsimi Arikunto (2007: 16) mengemukakan model yang didasarkan atas konsep pokok bahwa penelitian tindakan terdiri dari empat komponen pokok yang juga menunjukkan langkah, yaitu:

1. Perencanaan atau planning

2. Tindakan atau acting

3. Pengamatan atau observing

4. Refleksi atau reflecting

Langkah-langkah tersebut dapat diilustrasikan dalam gambar 2 berikut:

Gambar 2. Model Dasar Penelitian Tindakan Kelas Kurt Lewin dalam Suharsimi Arikunto (2007: 16)

Tindakan

Refleksi

Gambar

Tabel 1. Daftar Siswa Kelas VI SLB ABC Tawangsari sebagai Subjek
Gambar 2.    Model Dasar Penelitian Tindakan Kelas  ...................................
Grafik 1.    Prestasi Belajar Matematika (Kondisi Awal)  ..............................
Gambar  1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menyampaikan keberatan terhadap Data Tenaga Honorer Kategori II di lingkungan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur yang telah diumumkan, atas nama :.. Demikian penyampaian

(3) Nilai-nilai moral dalam kumpulan cerpen Lukisan Kaligrafi adalah; Gus Jakfar menampilakan sikap untuk berprasangka baik kepada seseorang, Kang Kasanun

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui distribusi frekuensi ruptur perineum pada persalinan normal dan untuk mengetahui hubungan antara ruptur perineum dengan paritas,

Model spasial arahan penggunaan lahan melalui evaluasi lahan hutan yang rawan longsor di lahan milik masyarakat, kemudian model semantik peran pengguna lahan di tingkat

Khunṡa ini antara kelamin ganda. Sementara dimasyarakat itu dalam bahasanya menganggap bahwa khunṡa itu banci, yang namanya bahasakan bisa mengatakan dia

Dalam Pasal tersebut ditegaskan bahwa “Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud

Dengan menggunakan text box , posisi gambar atau tabel dapat diatur dengan mudah tanpa menimbulkan ruang kosong yang signifikan pada karya ilmiah. Pemberian

pembinaan dan  pengembangan bahasa Indonesia dan bahasa daerah, termasuk  sastranya,  tercapai.  Tujuan  akhlr itu adalah berkembangnya bahasa Indonesia