1
PERATURAN DAERAH KEINDAHAN KOTA DALAM
PERSPEKTIF PENGAYOMAN
(Studi Analisis Muatan Asas Pengayoman Perda Kota Surakarta)
NASKAH PUBLIKASI
Disusun Oleh :
MAHENDRA PERWIRA PUTRA
NIM: C.100.090.053
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
4
ABSTRAKSI
Mahendra Perwira Putra, NIM C.100.090.053: PERATURAN DAERAH KEINDAHAN KOTA DALAM PERSPEKTIF PENGAYOMAN (Studi Analisis Muatan Asas Pengayoman Perda Kota Surakarta), Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta
Kota Surakarta sebagai daerah pemerintahan administratif memiliki produk hukum peraturan daerah (perda) berkaitan dengan pengelolaan keindahan daerah, yakni Peraturan Daerah Kota Surakarta No. 29 Tahun 1981 tentang Kebersihan dan Keindahan Kota, Peraturan Daerah Kota Surakarta No. 3 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Pedagang Kaki Lima, dan Peraturan Daerah Kota Surakarta No 3 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Sampah. Peraturan daerah yang dibentuk oleh pemerintahan daerah harus berpedoman pada asas-asas hukum peraturan perundang-undangan yang baik. Muatan asas pengayoman harus menjiwai peraturan perundangan yang dibentuk agar peraturan tersebut dapat berlaku efektif sesuai dengan UU No 12 Tahun 2011.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian hukum ini adalah untuk mengetahui sejauh mana ditempatkannya muatan asas pengayoman dalam Perda di Kota Surakarta dan mengetahui peranan peraturan daerah keindahan dalam menciptakan keindahan di Kota Surakarta.
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa peraturan daerah keindahan kota di Surakarta sudah menjadikan pengayoman sebagai muatan yang terkandung di dalamnya, namun pengayoman tersebut bersifat sektoral tidak memihak seluruh lapisan masyarakat. Secara umum perda keindahan kota berperan untuk dijadikan landasan hukum pemerintah daerah untuk mengatur ketertiban, kebersihan, dan keindahan
5
ABSTRACT
Mahendra Perwira Putra, NIM. C.100.090.053. Local Rules of City Exquisiteness in Perspective of Protection (Analytical Study on Content Principle of Protection in Local Regulation of Surakarta. Law School of Muhammadiyah University of Surakarta
Surakarta city as an administrative government has law product of local regulation related to management of regional attractiveness, namely, Local Regulation of Surakarta City no. 29 of 1981 about town cleanliness and beauty, Local Regulation of Surakarta No. 3 of 2008 about management of peddlers, and Local Regulation of Surakarta No. 3 of 2010 about Garbage Management. Local regulations established local government should be based on legal principles of good legislation. Content of protection principles should be spirit of established regulations in order to make the regulation can be applied effectively according to Act No. 12 of 2011.
Purpose of the law research is to know how deep is placement of protection principle in local regulation of Surakarta City and to know role of local regulation about area exquisiteness in creating attractiveness of Surakarta City.
Based on the research, it can be concluded that local regulation about exquisiteness of Surakarta City has protection principles as its content, but the protection contained in the regulation is only sectoral by nature and it does not take side for all walks of life in general. In general, the local regulation about city exquisiteness can be a legal base for regulating orderliness, cleanliness and attractiveness of the city.
1
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kota Surakarta sebagai daerah pemerintahan administratif memiliki produk
hukum peraturan daerah (perda) berkaitan dengan pengelolaan keindahan daerah,
yakni Peraturan Daerah Kota Surakarta No. 29 Tahun 1981 tentang Kebersihan dan
Keindahan Kota, Peraturan Daerah Kota Surakarta No. 3 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Pedagang Kaki Lima, dan Peraturan Daerah Kota Surakarta No 3 Tahun
2010 tentang Pengelolaan Sampah.1 Peraturan daerah yang dibentuk oleh
pemerintahan daerah harus berpedoman pada asas-asas hukum peraturan
perundang-undangan yang baik. Muatan asas pengayoman harus menjiwai peraturan
perundangan yang dibentuk agar peraturan tersebut dapat berlaku efektif sesuai
dengan UU No 12 Tahun 2011.2
Berdasarkan uraian, diatas pada dasarnya setiap produk hukum peraturan
perundang-undangan secara subtantif harus memiliki muatan asas pengayoman. Oleh
karena itu, untuk mengetahui apakah Peraturan daerah di Kota Surakarta sudah
sesuai dengan muatan asas yang ditentukan maka Penulis melakukan penelitian
dengan judul “PERATURAN DAERAH KEINDAHAN KOTA DALAM PERSPEKTIF
PENGAYOMAN (STUDI ANALISIS MUATAN ASAS PENGAYOMAN PERDA KOTA SURAKARTA)”
2. Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut: a). Apakah
peraturan daerah yang berhubungan dengan keindahan kota telah menempatkan asas
pengayoman dalam muatannya? b). Bagaimana peranan peraturan daerah keindahan
dalam menciptakan keindahan kota di Surakarta?
3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian hukum ini adalah sebagai berikut: a)
untuk mengetahui sejauh mana ditempatkannya muatan asas pengayoman dalam
1
Bagian Hukum dan HAM Setda Kota Surakarta 2
2
Perda di Kota Surakarta; b) untuk mengetahui peranan peraturan daerah keindahan
dalam menciptakan keindahan di Kota Surakarta.
Manfaat yang diharapkan adalah sebagai berikut: a) Dapat memberikan
jawaban terhadap permasalahan yang diteiliti, dalam hal ini mengenai muatan asas
pengayoman dalam Peraturan Daerah yang berhubungan dengan pengelolaan
keindahan kota di Kota Surakarta b) Untuk memberikan masukan bagi pelaku
pemberi kebijakan di Kota Surakarta mengenai konsep muatan asas yang harus
dipenuhi dalam pembentukan peraturan daerah.
4. Metode Penelitian
Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut: a) metode pendekatan doktrinal/normatif; b) jenis penelitian bersifat
deskriptif analitis; c) jenis dan teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara
inventarisasi studi pustaka dokumen perundang-undangan; d) teknik analisis data
menggunakan pola berpikir deduktif untuk menarik konklusi/kesimpulan.3
5. Kerangka Pemikiran
3
Jhonny Ibrahim, 2007, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang: Media Publishing, hal 317
INDONESIA NEGARA HUKUM DAN NEGARA
KESEJAHTERAAN
EKSEKUTIF (PRESIDEN, KEPALA DAERAH)
LEGISLATIF (DPR,DPRD)
UU NO 12 TAHUN 2011 TENTANG
PEMBENTUKAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN
MATERI MUATAN ASAS PENGAYOMAN
PERDA YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEINDAHAN KOTA
PERDA KOTA SURAKARTA NO. 29 TAHUN 1981; PERDA KOTA SURAKARTA NO 3 TAHUN 2008;
3
B. PEMBAHASAN
1. Analisis Muatan Pengayoman dalam Peraturan Daerah Keindahan Kota
di Surakarta.
Mengacu pada uraian pengayoman yang diindikatorkan oleh penulis sebagai
hal yang menjaga, melindungi, memelihara, mendukung masyarakat dan memberikan
ketentraman masyarakat. Pengayoman dapat juga diartikan sebagai suatu proses yang
menjamin tercapainya kesejahteraan masyarakat.4
a. Peraturan Daerah Kota Surakarta No. 29 Tahun 1981 tentang
Kebersihan dan Keindahan Kota
Dalam melakukan analisis muatan dan tujuan yang terkandung dalam
peraturan dapat dilihat melalui konsideran-konsideran yang ada, yakni:
a) Bahwa untuk mewujudkan kota yang bersih dan indah dalam rangka
menunjang Program 4 K ( Kebersihan, Kesehatan, Ketertiban, dan
Keindahan) sehingga menjamin terwujudnya lingkungan hidup yang teratur,
indah, sehat nyaman dan lestari maka perlu mengatur kebersihan dan
keindahan kota secara menyeluruh;
b) Bahwa kebersihan dan keindahan merupakan kebutuhan mutlak bagi
masyarakat yang berbudaya sehingga layak apabila tanggung jawab
menjaga/memelihara dan menyelenggarakan kebersihan dan keindahan kota
dipikul oleh Pemerintah Daerah dan seluruh warga masyarakat.
Mencermati dari konsideran menimbang tersebut, dalam pemaknaannya dapat
dijelaskan bahwa peraturan daerah tentang kebersihan dan keindahan kota
mengamanatkan kebersihan dan keindahan kota dipikul oleh Pemerintah Daerah dan
seluruh warga masyarakat. Hal itu menunjukkan bahwa Pemerintah Daerah
bertanggung jawab secara langsung terhadap keindahan yang ada di kota Surakarta,
tetapi selain pemerintah yang bertanggung jawab masyarakat juga harus ikut
berpartisipasi memikul tanggung jawab keindahan kota. Ketentuan yang ada dalam
4
4
konsideran tersebut menunjukkan pemerintah mengikutsertakan masyarakat untuk
berpartisipasi dalam mewujudkan keindahan kota.
Perda kebersihan dan keindahan kota ini tersusun dari beberapa Bab, yakni
Bab I Ketentuan Umum, Bab II Kebersihan dan Keindahan Bangunan, Bab III
Penghijauan, Taman dan Jalur Hijau, Bab IV Ketentuan Pidana, dan Bab V Ketentuan
Penutup. Memperhatikan susunan Perda tersebut, selanjutnya dapat dicermati lebih
lanjut beberapa pasal-pasalnya, yakni:
Pasal 3 ayat (3),” Untuk mewujudkan kebersihan dan keindahan bangunan
maka siapapun dilarang mencorat-corer atau membuat kotor dinding bangunan
sehingga memberi kesan tidak besih dan tidak indah”. Pasal ini menekankan bahwa
keindahan dapat diwujudkan dengan melindungi bangunan yang ada, agar masyarakat
yang berada di lingkungan sekitar ikut menjaga keadaan bangunan tersebut.
Pasal 4 ayat (2) “Penanggung jawab bangunan wajib melaksanakan ketentuan
sebagai berikut: a. Menyediakan sarana-sarana kebersihan dan keindahan bangunan
pemerintahan yang dapat dipakai oleh orang-orang yang berkepentingan di dalam
lingkungan bangunan pemerintahan……….”
Dalam pasal 4 ayat (2) ini dimaksudkan agar orang-orang yang
berkepentingan di lingkungan bangunan pemerintahan supaya dapat terlindungi atas
ketersediaan kelengkapan fasilitas yang terdapat di lingkungan bangunan pemerintah
yang bersangkutan. Pasal ini menekankan pengayoman kepada orang-orang yang
berkepentingan (pengunjung) pada bangunan pemerintahan.
Dalam Pasal selanjutnya yakni Pasal 5 ayat (2) huruf a; Pasal 6 ayat (2) huruf
a; Pasal 7 ayat (2) huruf a; Pasal 8 ayat (2) huruf a; Pasal 9 ayat (2) huruf a; Pasal 10
ayat (2) huruf a; Pasal 11 ayat (2) huruf a, huruf b dinyatakan Penanggung jawab
jawab bangunan yakni Bangunan Pendidikan, Bangunan Pelayanan Umum,
Bangunan Peninggalan Sejarah, Bangunan Industri, Bangunan Rekreasi, dan
Bangunan Tempat Tinggal wajib melaksanakan pengayoman kepada orang-orang
yang berkepentingan di dalam wilayahnya masing-masing.
Pasal 13 ayat (3), Untuk menjaga kelestarian dan tetap berfungsinya
5
a. Mengotori atau merusak jalan jalur-jalur hijau, taman dan tempat umum;
b. Membuang atau menumpuk kotoran/sampah dijalan, jalur hijau, taman dan
tempat umum kecuali, ditempat-tempat yang telah diijinkan oleh Kepala
Daerah atau pejabat yang ditunjuknya;
c. Membakar kotoran/sampah dijalan, jalur hijau, taman dan tempat umum,
sehingga mengganggu keindahan kota;
d. Menjemur, memasang, menempelkan atau menggantungkan benda-benda di
jalan, jalur hijau, taman dan tempat umum kecuali tempat-tempat yang telah
diijinkan oleh Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuknya;
e. Berada dijalur hijau, taman dan tempat umum dengan cara apapun yang dapat
mengakibatkan kerusakan taman dan kelengkapannya;
f. Berbuat bertingkah laku yang tidak sopan didalam taman, ditepi jalan, jalur
hijau, dan tempat umum sehingga menggangu keindahan;
g. Memanjat, memotong, menebang pohon dan tanaman yang tumbuh
disepanjang jalan, jalur hijau, taman dan tempat umum kecuali apabila hal
tersebut dilaksanakan oleh petugas untuk kepentingan dinas;
h. Bertempat tinggal atau tidur ditepi jalan, jalur hijau, taman, tempat umum dan
tempat-tempat lain yang dilarang oleh Kepala Daerah atau pejabat yang
ditunjuknya.
Pasal 13 ayat (3) menunjukkan bahwa terdapat larangan-larangan yang
ditentukan oleh pemerintah untuk menjaga keindahan kota melalui kelestarian dan
jalur hijau. Pasal ini menekankan perlindungan maupun pengayoman dalam menjaga
kelestarian lingkungan yang terdapat disekitar wilayah masyarakat.
Materi pengaturan pasal-pasal yang terdapat dalam Perda No 29 Tahun 1981,
mengatur mengenai tanggung jawab keindahan yang terdapat dalam bangunan dan
jalur hijau. Perlindungan dan pengayoman oleh pemerintah dalam peraturan daerah
ini menekankan pada aspek penataan bangunan di kota Surakarta dengan
menciptakan keindahan secara tertata dari aspek bangunan dan jalur hijau.
b. Peraturan Daerah Kota Surakarta No. 3 Tahun 2008 tentang
6
Dalam melakukan analisis muatan dan tujuan yang terkandung dalam
peraturan dapat dilihat melalui konsideran-konsideran yang ada, yakni:
a) Bahwa Pedagang Kaki Lima (PKL) adalah usaha perdagangan sektor informal
yang merupakan perwujudan hak masyarakat dalam berusaha dan perlu diberi
kesempatan untuk berusaha guna memenuhi kebutuhan hidupnya;
b) Bahwa keberadaan PKL yang merupakan usaha perdagangan informal akan
mempengaruhi kondisi lingkungan disekitarnya;
c) Bahwa keberadaan PKL perlu dikelola, ditata dan diberdayakan sedemikian
rupa agar keberadaannya memberikan nilai tambah atau manfaat bagi
pertumbuhan perekonomian dan masyarakat kota serta tercipta adanya
lingkungan yang baik dan sehat.
Mencermati konsideran menimbang huruf (b) dapat dijelaskan bahwa
Pedagang Kaki Lima dapat mempengaruhi kondisi sekitar yang harus melihat bahwa
perlu adanya keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara hak dan kewajiban
terhadap kepentingan kota ataupun kepentingan masyarakat luas, misalnya terjaganya
kenyamanan, keamanan, dan ketertiban umum, terpeliharanya kebersihan dan
keindahan kota.
Perda tentang pengelolaan pedagang kaki lima Kota Surakarta terdiri dari
beberapa Bab, yaitu Bab I Ketentuan Umum, Bab II Ruang Lingkup dan Tujuan, Bab
III Penataan Tempat Usaha, Bab IV Perijinan, Bab V Pemberdayaan, Bab VI
Pengawasan dan Penertiban, Bab VII Sanksi Administrasi, Bab VIII Ketentuan
Penyidikan, Bab IX Ketentuan Pidana, Bab X Ketentuan Peralihan, Bab XI
Ketentuan Penutup. Untuk mencermati lebih lanjut, Perda tentang PKL, Penulis akan
menguraikan beberapa pasal yang terdapat dalam Perda ini, yakni:
Pasal 3, “Pengelolaan PKL bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan PKL
menjaga ketertiban umum dan kebersihan lingkungan”.
Dalam muatan pasal ini dapat dijelaskan bahwa pemerintah daerah melakukan
pengelolaan dan penataan pedagang kaki lima, hal tersebut dimaksudkan agar
masyarakat lain diluar pedagang kaki lima juga dapat menikmati kebersihan
7
pemerintah selain memperhatikan pengelolaan PKL disisi lain ikut melindungi
kepentingan masyarakat umum untuk mendapatkan lingkungan yang bersih dan
tertib.
Pasal 7, “ Dalam memberikan ijin penempatan PKL, Pemerintah Daerah tidak
memungut biaya”.
Muatan pasal 7 Perda tentang PKL ini memberikan keringanan kepada para
pedagang kaki lima yang akan mengurus ijin penempatan dengan tidak memungut
biaya. Hal ini menunjukkan pemerintah daerah memberikan kemudahan pedagang
untuk mendapatkan ijin. Ketentuan tersebut selaras dengan semangat melindungi
masyarakat dalam menuju kesejahteraan.
Pasal 8, ”Untuk menjalankan kegiatan usahanya, pemegang ijin penempatan
PKL berhak: a. mendapatkan perlindungan, kenyamanan dan keamanan dalam
menjalankan usahanya; b. menggunakan tempat usaha sesuai dengan ijin
penempatan”.
Muatan Pasal 8 menjelaskan mengenai hak-hak yang dimiliki oleh PKL yang
mempunyai ijin penempatan PKL. Dengan pemberian hak-hak tersebut menunjukkan
bahwa pemerintah tidak serta merta melepas tanggung jawab perlindungan maupun
pengelolaam terhadap PKL yang mempunyai ijin penempatan PKL. Namun disisi
lain, dalam realitasnya masih banyak terdapat PKL yang tidak memiliki ijin
penempatan. Ini menunjukkan bahwa perlindungan dan pengayoman pemerintah
dalam peraturan daerah pengelolaan pedagang kaki lima masih bersifat sektoral
kepada pedagang pemilik ijin penempatan dan kurang dapat mengayomi pedagang
kaki lima yang tidak memiliki ijin penempatan.
Pasal 12 ayat (1), “Untuk pengembangan usaha PKL, Walikota berkewajiban
memberikan pemberdayaan berupa: a. bimbingan dan penyuluhan manajemen usaha;
b. pengembangan usaha melalui kemitraan dengan pelaku usaha ekonomi yang lain;
c. bimbingan untuk memperoleh peningkatan permodalan; d. peningkatan sarana dan
8
Pasal 12 ayat (2), ”Pemberdayaan sebagai mana dimaksud ayat (1)
dilaksanakan oleh Pejabat yang ditunjuk dengan memperhatikan pertimbangan dari
instansi dan aspirasi masyarakat sekitar lokasi usaha PKL”.
Dalam Pasal 12 ayat (1) dan ayat (2), dapat diketahui bahwa pemerintah
melalui Walikota mempunyai kewajiban untuk memberdayakan PKL, hal tersebut
menunjukkan pemerintah memberikan perlindungan maupun pengayoman terhadap
PKL dengan memperhatikan pertimbangan dari aspirasi masyarakat sekitar lokasi
usaha PKL.
c. Peraturan Daerah No 3 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Sampah.
Dalam melakukan analisis muatan dan tujuan yang terkandung dalam
peraturan dapat dilihat melalui konsideran-konsideran yang ada, yakni:
a) Bahwa penyehatan lingkungan untuk menumbuhkembangkan kebersihan dan
keindahan kota secara berkelanjutan perlu dilakukan baik oleh pemerintah
daerah maupun masyarakat sehingga terwujud lingkungan kota yang bersih,
rapi dan indah;
b) Bahwa pertumbuhan kota, pertambahan penduduk, dan perubahan pola
konsumsi masyarakat berpengaruh terhadap peningkatan produksi sampah;
c) Bahwa pengelolaan sampah dari hulu ke hilir perlu dilakukan secara berdaya
guna, agar memberikan manfaat secara ekonomi bagi daerah yang
berwawasan lingkungan.
Dalam konsideran menimbang huruf (a) dinyatakan bahwa pemerintah dan
masyarakat mempunyai peran yang penting dalam menumbuhkembangkan
lingkungan kota yang besih, rapi, dan indah untuk menciptakan kebersihan dan
keindahan kota. Hal ini menunjukkan bahwa pemrintah memberlakukan tanggung
jawab keindahan kota ditanggung oleh masayarakat dan pemerintah.
Perda tentang pengelolaan sampah Kota Surakarta terdiri dari beberapa Bab,
yaitu Bab I Ketentuan Umum; Bab II Asas dan Tujuan; Bab III Ruang Lingkup; Bab
IV Tugas,Wewenang dan Tanggung Jawab Pemerintah Daerah; Bab V Hak,
Kewajiban dan Tanggung Jawab Masyarakat; Bab VI Perizinan; Bab VII
9
IX Kerjasama; Bab X Pemanfaatan Sarana dan Prasarana; Bab XI Data dan
Informasi; Bab XII Retribusi Pelayanan Persampahan/ Kebersihan; Bab XIII Peran
Masyarakat; Bab XIV Larangan; Bab XV Pembinaan dan Pengawasan; XVI
Penyelesaian Sengketa; Bab XVII Penyidikan; Bab XVIII Sanksi Administratif; Bab
XIX Ketentuan Pidana; Bab XX Ketentuan Peralihan; Bab XXI Ketentuan Penutup.
Untuk mencermati lebih lanjut Perda Pengelolaan Sampah, akan diuraikan beberapa
pasal yang terdapat dalam Perda ini:
Pasal 2 Perda No 3 Tahun 2010 menyebutkan bahwa, Asas pengelolaan
sampah dalam Peraturan Daerah ini adalah asas tanggung jawab, asas berkelanjutan,
asas manfaat, asas keadilan, asas kesadaran, asas kebersamaan, asas keselamatan,
asas keamanan, dan asas nilai ekonomi. Dalam penjelasan pasalnya, salah satu asas
yang terdapat dalam pasal 2 yakni asas berkelanjutan dimaksudkan pengelolaan
sampah dilakukan dengan menggunakan metode dan teknik yang ramah lingkungan
sehingga tidak menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat dan
lingkungan, baik pada generasi masa kini maupun pada generasi yang akan datang.
Ini menunjukkan bahwa pemerintah mempunyai maksud untuk bertanggung jawab
melindungi masyarakat yang ada dalam rangka pengelolaan sampah.
Pasal 3 Perda No 3 Tahun 2010, tujuan Pengelolaan sampah dalam Peraturan
Daerah ini adalah untuk meningkatkan kesehatan masyarakat, kualitas lingkungan
dan menjadikan sampah sebagai sumber daya yang bermanfaat secara ekonomi bagi
daerah. Pengelolaan sampah di kota Surakarta selain untuk menjaga dan melindungi
masyarakat serta menciptakan keindahan kota, juga bertujuan meningkatkan ekonomi
melalui pemanfaatan sampah yang dikelola.
Pemerintah kota Surakarta bertanggung jawab untuk menjamin kebersihan
pengelolaan sampah yang ada, ini tercantum dalam Pasal 5 Perda No 3 Tahun 2010
yakni Pemerintah Daerah bertugas menjamin terselenggaranya pengelolaan sampah
yang baik dan berwawasan lingkungan sesuai dengan tujuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 Peraturan Daerah ini. Selain itu ditegaskan pula dalam Pasal 8 ayat (1)
10
Selanjutnya dalam Pasal 9 Perda 3 Tahun 2010 dinyatakan, Setiap orang
berhak :
a. mendapatkan lingkungan yang bersih, indah, nyaman dan sehat;
b. mendapatkan pelayanan dalam pengelolaan sampah secara baik dan
berwawasan lingkungan dari Pemerintah Daerah dan/atau pihak lain yang
diberi tanggung jawab untuk itu;
c. berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan, penyelenggaraan, dan
pengawasan di bidang pengelolaan sampah;
d. memanfaatkan, mengolah dan membuang sampah sesuai dengan ketentuan
yang ada;
e. mendapatkan pelindungan dan kompensasi karena dampak negatif dari
kegiatan tempat pemrosesan akhir sampah; dan
f. memperoleh pembinaan agar dapat melaksanakan pengelolaan sampah secara
baik dan berwawasan lingkungan.
Pemberian hak terhadap setiap orang dalam peraturan daerah pengelolaan
sampah menunjukkan bahwa pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk
melindungi hak-hak yang dimiliki setiap orang.
Pasal 10, “Setiap masayarakat berhak: a. mendapatkan lingkungan yang
bersih, indah, nyaman, dan sehat; b. mendapatkan pelayanan kebersihan; c.
memanfaatkan dan mengolah sampah sampah; d. berpartisipasi aktif; mendapatkan
kartu atau tanda bukti pembayaran retribusi; e. mendapatkan informasi dari
pemerintah daerah dan/atau pihak lain.
Pemberian hak terhadap masyarakat dalam peraturan daerah pengelolaan
sampah menunjukkan bahwa pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk
melindungi hak-hak yang dimiliki masyarakat
Pasal 30 ayat (1) menyatakan, “Pemerintah Daerah memberikan kompensasi
kepada orang sebagai akibat dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan
penanganan sampah ditempat pemrosesan akhir sampah”. Pasal ini menunjukkan
bahwa pemerintah bertanggung jawab memberikan ganti rugi secara langsung kepada
11
merupakan salah satu upaya pemerintah untuk melindungi masyarakat dalam
mengurangi akibat negatif yang timbul dari pemrosesan akhir sampah.
Pasal 37 ayat (1) Pembinaan penyelenggaraan pengelolaan sampah dilakukan
oleh Pemerintah Daerah. Pasal 37 ayat (2) Pembinaan penyelengaraan pengelolaan
sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan kepada masyarakat. Dalam
Pasal 37 ayat (1) dan (2), pemerintah mempunyai tanggung jawab memberikan
pembinaan kepada masyarakat untuk mengelola sampah yang ada, ini menunjukkan
secara normatif bahwa pemerintah berperan secara akif memberikan perhatian
perlindungan kepada masyarakat dalam pengelolaan sampah.
Pasal 42 menyebutkan masyarakat yang dirugikan akibat perbuatan melawan
hukum di bidang pengelolaan sampah berhak mengajukan gugatan melalui
perwakilan kelompok.
Pasal 43 ayat (1) Organisasi persampahan berhak mengajukan gugatan untuk
kepentingan pengelolaan sampah yang aman bagi kesehatan masyarakat dan
lingkungan.
Muatan Pasal 42 dan Pasal 43 menunjukkan bahwa apabila terdapat
masyarakat yang dirugikan akibat dari pengelolaan sampah oleh pemerintah, maka
masyarakat mempunyai landasan hukum untuk mengajukan gugatan kepada
pemerintah. Hal ini dapat dikatakan bahwa perda ini melindungi atau mengayomi
masyarakat dibidang pengelolaan sampah, namun disisi lain masyarakat secara
perseorangan tidak diberi payung hukum untuk mengajukan gugatan secara
individual kepada pemerintah apabila masyarakat dirugikan secara perseorangan.
2. Peranan Perda Keindahan dalam Menciptakan Kota yang Indah
Peraturan daerah keindahan kota di Surakarta memiliki peran dalam
masing-masing bidang seperti dalam bidang penataan, penertiban, dan pengelolaan. Salah
satu ujuan utama dari peraturan daerah tersebut adalah menciptakan keindahan kota.
Mengacu pada pembahasan sebelumnya, sesuai dengan Perda No 29 Tahun 1981
yang dimaksud kebersihan dan keindahan kota adalah keadaan yang sesuai dengan
tata lingkungan yang memenuhi harapan untuk menghasilkan sebuah kota-kota yang
12
serasi, sehingga kesehatan dan keindahan merupakan sarana kenikmatan pusat
Budaya Kota.
Dalam rangka menciptakan keindahan kota, kota Surakarta memiliki
motto/jargon Kota Budaya dan Pariwisata serta Kota Bersih, Sehat, Rapi dan Indah
(BERSERI). Dilihat dari muatan materi Perda Keindahan Kota, terdapat beberapa
materi yang dimaksudkan sebagai peranan peraturan daerah. Hal ini diuraikan
sebagai berikut:
1. Peranan Perda No 29 Tahun 1981 tentang Kebersihan dan Keindahan Kota:
a. Perda ini mengatur tentang kebersihan bangunan dan tanggung jawab
pemeliharaan bangunan yang ada di kawasan Surakarta untuk menciptakan
keindahan kota dari pengaturan bangunan.
b. Perda ini mengatur tentang Kawasan Hijau dan Taman yang ada di kawasan
Surakarta untuk menciptakan keindahan dari segi keberadaan tanaman hijau
yang ada di wilayah kota.
2. Peranan Perda No 3 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Pedagang Kaki Lima:
a. Perda ini mengatur penataan tempat pedagang kaki lima agar tertata dengan
baik serta menciptakan ketertiban tempat yang dapat digunakan oleh
pedagang kaki lima.
b. Menjaga lingkungan agar terciptanya suatu lingkungan yang indah dari
keberadaan pedagang kaki lima yang berpengaruh pada kawasan kota.
3. Peranan Perda No. 3 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Sampah:
a. Perda ini mengatur terciptanya keindahan kota dengan kebersihan lingkungan
kota dari pengelolaan keberadaan sampah.
b. Perda Pengelolaan sampah dijadikan landasan untuk dilaksanakan oleh
pemerintah melalui dinas kebersihan dengan melibatkan masyarakat dalam
menciptakan wilayah yang bersih.
Secara umum perda keindahan kota berperan untuk dijadikan sebagai landasan
13
C. PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh penulis terhadap peraturan daerah
keindahan kota di Surakarta, yakni Perda Surakarta No 29 Tahun 1981 tentang
Kebersihan dan Keindahan Kota; Perda Surakarta No 3 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Pedagang Kaki Lima; Perda Surakarta No 3 Tahun 2010 tentang
Pengelolaan Sampah, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:1) Peraturan Daerah
keindahan kota di Surakarta sudah menjadikan pengayoman sebagai muatan yang
terkandung di dalamnya. Muatan pengayoman yang terkandung tersebut meliputi
beberapa aspek sesuai dengan bidang peraturan daerah yang ada, yakni: a) Perda
Surakarta No 29 Tahun 1981 tentang Kebersihan dan Keindahan Kota telah
menempatkan pengayoman sebagai muatan asasnya, pengayoman yang terkandung
dalam peraturan daerah ini menekankan perlindungan kepada masyarakat dalam
bidang penataan bangunan dan kawasan hijau agar tetap bersih serta menjaga
lingkungan untuk tetap terlihat indah; b) Perda Surakarta No 3 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Pedagang Kaki Lima telah menempatkan pengayoman sebagai sebagai
muatan asasnya, pengayoman yang terkandung dalam peraturan daerah ini
menekankan perlindungan terhadap pedagang kaki lima pemilik ijin penempatan
untuk mendapat pemberdayaan dari pemerintah serta penempatan pedagang kaki
lima sesuai dengan lokasi yang ditetapkan pemerintah kota agar tercipta lingkungan
kota yang bersih, rapi, dan indah. Namun disisi lain, dalam realitasnya masih banyak
terdapat PKL yang tidak memiliki ijin penempatan. Ini menunjukkan bahwa
perlindungan dan pengayoman pemerintah dalam peraturan daerah pengelolaan
pedagang kaki lima masih bersifat sektoral kepada pedagang pemilik ijin
penempatan.; c) Perda Surakarta No 3 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Sampah
telah menempatkan pengayoman sebagai muatan asasnya, pengayoman yang
terkandung dalam peraturan daerah ini menekankan perlindungan masyarakat untuk
memperoleh lingkungan yang bersih dan sehat dalam pengelolaan sampah. Apabila
masyarakat dirugikan akibat pengelolaan sampah yang ada, maka masyarakat dapat
14
yang telah memenuhi persyaratan yang ditentukan dan masyarakat secara
perseorangan tidak diberi payung hukum untuk mengajukan gugatan secara
individual kepada pemerintah apabila masyarakat dirugikan secara perseorangan.
2)Peraturan daerah keindahan kota mempunyai peranan yang penting untuk
menciptakan keindahan kota di Surakarta. Secara umum perda keindahan kota
berperan untuk dijadikan landasan hukum pemerintah daerah untuk mengatur
ketertiban, kebersihan, dan keindahan. Peranan Perda tersebut antara lain mengatur
tentang: a) Menciptakan keindahan kota dari aspek penataan bangunan dan
pemeliharaan bangunan; b) Menciptakan keindahan kota dari aspek keberadaan
kawasan hijau yang terdapat di wilayah kota; c) Menata ketertiban tempat/lokasi
yang dapat digunakan pedagang kaki lima; d) Menjaga kebersihan kota melalui
pengelolaan sampah yang teratur
2. Saran
Berdasarkan kajian yang terdapat dalam penulisan hukum ini, maka penulis
mencoba untuk memberikan saran sebagai berikut: 1)Peraturan daerah keindahan
kota yang dimiliki oleh Kota Surakarta sudah cukup baik karena telah memuat
pengayoman dan perlindungan masyarakat di dalamnya, tetapi dalam Perda No 29
Tahun 1981 tentang Kebersihan dan Keindahan Kota sebagai Perda pokok
keindahan, seharusnya perlu mengatur secara umum regulasi keindahan di Kota
Surakarta serta diharmonisasikan dengan Perda yang lain dan tidak hanya
menekankan pada aspek bangunan maupun kawasan hijau saja; 2) Keindahan kota
yang diwujudkan melalui kebersihan, ketertiban, dan keteraturan merupakan
tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat umum, untuk itu
diperlukan kerjasama yang sinergis antara pemerintah dan masyarakat umum dalam
menciptakan keindahan kota; 3) Dalam pasal 42 dan 43 Perda Surakarta No 3 Tahun
2010 tentang Pengelolaan Sampah, dinyatakan yang dapat mengajukan gugatan atas
kerugian yang ditimbulkan akibat pengelolaan sampah adalah kelompok masyarakat
dan organisasi persampahan. Menurut penulis, alangkah baiknya apabila secara
15
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Yani, 2011, Pembentukan Undang-Undang dan Perda, Jakarta: PT Raja Grafindo
Jhonny Ibrahim, 2007, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang: Media Publishing
Khudzaifah Dimyati, Kelik Wardiono. 2004. Metode Penelitian Hukum, Surakarta: Buku pegangan kuliah Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Yuliandri, 2009, Asas-Asas PembentukanPeraturan Perundang-undangan yang
Baik,Grafindo Persada: Jakarta
Peraturan perundang-undangan:
Perda Kota Surakarta No 29 Tahun 1981 tentang Kebersihan dan Keindahan Kota
Perda Kota Surakarta No 10 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Pedagang Kaki Lima
Perda Kota Surakarta No 10 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Sampah