• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Bandung Percussion Center.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan Bandung Percussion Center."

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Indonesia merupakan Negara yang kaya akan keanekaragaman, salah satunya adalah kesenian perkusi. Alat musik perkusi tradisional yang dimiliki berbeda-beda pada setiap daerahnya. Salah satunya adalah perkusi tradisional Gamelan. Selain Gamelan juga adapula alat musik yang mulai terlupakan yaitu angklung dan arumba. Seiring perkembangan zaman, generasi muda sekarang seakan tidak mengenal dan tidak peduli atas kesenian asli yang dimiliki oleh bangsa ini. Dapat dilihat dari semakin tergesernya perkusi tradisional oleh modernitas, bahkan ada beberapa yang hampir punah karena tidak dilestarikan. Masyarakat sekarang ini lebih tertarik pada alat musik perkusi modern seperti yang digunakan pada instrumen Drumband. Oleh karena semakin berkembangnya perkusi modern dan pengaruh-pengaruh dari luar, maka muncul suatu trend baru yaitu perkusi kontemporer yang menggunakan barang-barang bekas seperti ember bekas, galon, pipa, ban, alat makan, botol bekas, dan masih banyak lagi. Dengan semakin berkembangnya kesenian perkusi dari tradisional, modern, hingga kontemporer maka menandakan antusias dan minat terhadap musik perkusi, khususnya di Kota Bandung. Banyak komunitas-komunitas perkusi bermunculan, namun belum ada tempat untuk mewadahi para pencinta maupun penikmat musik perkusi.

Maka dari itu, dirasa perlu membuat suatu wadah untuk menyatukan, memperkenalkan, melestarikan dan mengembangkan kesenian perkusi tersebut dalam satu tempat dengan cara merancang Bandung Percussion Center yang dilengkapi dengan fasilitas seperti galeri, cafe, perpustakaan, ruang latihan khusus, ruang latihan gabungan, dan workshop.

Konsep perancangan Bandung Percussion Center adalah Unity in Diversity yang memiliki arti yaitu kesatuan dalam keanekaragaman. Serta tema yang digunakan pada perancangan ini adalah merancang suatu komponen ruang yang dapat mengingatkan seseorang pada perkusi.

(2)

Universitas Kristen Maranatha ix

ABSTRACT

Indonesia is a country rich in diversity , one of which is the art of percussion .

Traditional percussion instruments owned vary in each region . One is the traditional

gamelan percussion . Besides Gamelan also unisex forgotten musical instrument is angklung

and start arumba . As the times , as if the younger generation does not know and does not

care for the original art owned by the nation . Is apparent from the displacement of

traditional percussion by modernity , even some that are endangered because not preserved .

Society today is more interested in modern percussion instruments such as those used on the

instrument Drumband . Therefore, the development of modern percussion and influences

from the outside , it appears a new trend that is contemporary percussion using secondhand

items such as a used bucket , gallon , pipes , tires , cutlery , bottles , and much more . With

the growing percussion of traditional art , modern , contemporary to signify the enthusiasm

and interest in percussion music , especially in Bandung . Many communities popping

percussion , but there is no place to accommodate lovers and music lovers percussion .

Therefore , it is necessary to make a container to unite , introduce , preserve and

develop the art of percussion in one place by designing Bandung Percussion Center is

equipped with facilities such as galleries , cafe , library, special training , combined exercise

room , and workshop .

Bandung Percussion Center concept is Unity in Diversity that have meaning that is

unity in diversity . As well as the theme used in this design is to design a space component

that can remind someone on percussion .

(3)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...vi

ABSTRACT ...vii

DAFTAR ISI ...viii

DAFTAR GAMBAR ...xi

BAB I PENDAHULUAN ...1

1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Identifikasi Masalah ...3

1.3 Ide/Gagasan Perancangan ...3

1.4 Rumusan Masalah ...4

1.5 Tujuan Perancangan ...4

1.6 Manfaat Perancangan ...5

1.7 Batasan Perancangan ...5

1.8 Sistematika Perancangan ...7

BAB II LANDASAN PERANCANGAN BANDUNG PERCUSSION CENTER ....8

2.1 Pengertian Perkusi ...9

2.2 Sejarah Perkusi Indonesia ...9

2.2.1 Perkusi Tradisional Jawa ...10

2.2.2 Perkusi Modern ...11

2.2.3 Perkusi Kontemporer ...11

2.3 Alat – alat Perkusi ...12

2.3.1 Perkusi Tradisional Jawa ...12

(4)

Universitas Kristen Maranatha xi

2.4 Teori Akustik ...15

2.4.1 Bahan Penyerap Bunyi ...15

2.5 Bandung Percussion Center ...19

2.5.1 Galeri...21

2.5.2 Cafe ...21

2.5.3 Perpustakaan ...21

2.5.4 Ruang Latihan Khusus ...26

2.5.5 Ruang Latihan Gabungan ...27

2.5.6 Workshop ...27

2.5.7 Kantor ...27

2.6 Studi Banding...29

2.6.1 Saung Angklung Udjo...29

2.6.2 Komunitas Gamelan Gayam 16 ...32

2.6.3 Tataloe...33

BAB III ANALISA DATA PERANCANGAN ...35

3.1 Deskripsi Proyek ...35

3.2 Deskripsi Site ...36

3.3 Indentifikasi User ...42

3.4 Flow Activity, Kebutuhan Ruang, Zoning-Blocking ...42

3.4.1 Flow Activity ...42

3.4.2 Kebutuhan Ruang ...43

3.4.3 Zoning-Blocking ...43

(5)

3.5.1 Merancang Komponen Ruang ...48

3.5.2 Unity in Diversity ...48

BAB IV PERANCANGAN BANDUNG PERCUSSION CENTER ...53

4.1 Analogi Konsep ...53

4.2 Penerapan Desain ...53

4.3 Detail Pelaksanaan Perancangan...53

4.3.1 General Layout ...54

4.3.2 Denah Khusus Lobby ...55

4.3.3 Denah Khusus Gallery ...59

4.3.4 Denah Khusus Perputakaan ...61

4.3.5 Denah Khusus Kafe ...64

4.3.6 Denah Khusus Area Explore ...68

4.3.7 Denah Khusus Ruang Latihan ...68

4.3.8 Denah Khusus Workshop ...69

BAB V PENUTUP...71

5.1 Simpulan ...71

5.2 Saran ...72

(6)

Universitas Kristen Maranatha xiii

DAFTAR GAMBAR

BAB II LANDASAN PERANCANGAN BANDUNG PERCUSSION CENTER

Gambar 2.1 Alat Musik Perkusi Jawa ...12

Gambar 2.2 Gamelan ...13

Gambar 2.3 Alat Musik Drum ...13

Gambar 2.4 Recyle Percussion ...14

Gambar 2.5 Ubin Akustik ...16

Gambar 2.7 Lapisan Semprot ...17

Gambar 2.8 Rockwool ...17

Gambar 2.9 Data Ukuran Furnitur Table Service ...22

Gambar 2.10 Ukuran Furniture ...23

Gambar 2.11 Ergonomi Furniture ...23

Gambar 2.21 Saung Angklung Udjo ...29

Gambar 2.13 Toko Cinderamata ...30

Gambar 2.14 Resto ...30

Gambar 2.15 Workshop ...31

Gambar 2.16 Area Pertunjukan ...31

Gambar 2.21 Gamelan Gayam 16 ...32

Gambar 2.22 Tataloe ...33

(7)

Gambar 3.2 Ruang Orientasi ...37

Gambar 3.3 Ruang Sayap Barat dan Timur ...37

Gambar 3.4 Bilik Informasi Lantai Dasar ...38

Gambar 3.5 Ruang Barat ...38

Gambar 3.8 Lokasi Museum Geologi ...40

Gambar 3.7 Vegetasi Bangunan ...40

Gambar 3.10 Pencahayaan Ruang ...41

Gambar 3.11 Lantai 1 Museum ...47

Gambar 3.12 Lantai 2 Museum ...47

Gambar 3.16 Bentuk...49

Gambar 3.17 Warna ...50

Gambar 3.18 Warna Tradisional ...50

Gambar 3.19 Warna Modern ...51

Gambar 3.20 Warna Recycle ...51

Gambar 3.21 Lighting ...52

Gambar 3.22 Furniture ...52

BAB 4 PERANCANGAN BANDUNG PERCUSSION CENTER Gambar 4.1 Denah General Lantai 1 ...54

Gambar 4.2 Denah General Lantai 2 ...55

Gambar 4.2 Denah Khusus Lobby ...55

(8)

Universitas Kristen Maranatha xv

Gambar 4.4 Small Shop...56

Gambar 4.5 Diamond Plate ...57

Gambar 4.6 Drum Lobby ...57

Gambar 4.7 Kursi Lobby ...57

Gambar 4.8 Lantai Tegel ...58

Gambar 4.9 Ukiran Lobby...58

Gambar 4.10 Layout Gallery ...59

Gambar 4.11 Display Tradisional ...60

Gambar 4.12 Display Modern ...60

Gambar 4.13 Display Kontemporer ...60

Gambar 4.14 Colom Lamp ...61

Gambar 4.15 Gallery Ceiling ...61

Gambar 4.16 Layout Library ...61

Gambar 4.17 Gender Wall ...62

Gambar 4.18 Coridor Library ...62

Gambar 4.19 Area Membaca...63

Gambar 4.20 Resepsionis Perpustakaan ...63

Gambar 4.21 Mezanine Perpustakaan ...63

Gambar 4.22 Area Mezanine...64

Gambar 4.23 Perpustakaan ...64

Gambar 4.24 Layout Kafe ...64

Gambar 4.25 Kursi Kafe 1 ...65

(9)

Gambar 4.27 Rak Sepatur ...66

Gambar 4.28 Drum Table ...66

Gambar 4.29 Drum Table ...66

Gambar 4.30 Drum Wall ...67

Gambar 4.31 Material Drum Wall ...67

Gambar 4.32 Cuplass Wall ...67

Gambar 4.33 Dinding Paralon ...68

Gambar 4.34 Kursi Ban ...68

Gambar 4.35 Kelas Privat ...69

Gambar 4.36 Kelas Gabungan...69

Gambar 4.37 Workshop ...69

(10)

Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia terdiri dari 17.508 pulau dan 1.128 suku bangsa, oleh karena itu Indonesia dikenal dengan semboyannya “Bhinneka Tunggal Ika” yang memiliki arti berbeda-beda tetapi tetap satu. Bhinneka dapat diartikan sebagai keanekaragaman suku, bahasa, budaya, dan adat istiadat yang dipersatukan dalam suatu wadah yaitu Negara Indonesia. Selain keanekaragaman suku, bahasa, adat istiadat, bangsa ini juga kaya akan keanekaragaman seni dari Sabang sampai Merauke yang merupakan aset tidak ternilai harganya, sehingga harus tetap dipertahankan dan terus dilestarikan. Kesenian merupakan salah satu unsur kebudayaan yang bersifat universal. Dengan demikian, kesenian menjadi salah satu kebutuhan manusia dan sekaligus dapat menjadi bagian dari kehidupan manusia. Terdapat 4 kategori seni yaitu seni musik, seni gerak, seni drama, dan seni rupa. Dari keempat kategori tersebut seni musik merupakan kesenian yang cukup diminati dan hadir mewarnai kebudayaan, salah satunya adalah seni perkusi.

(11)

yang cukup dikenal yaitu Gamelan. Hampir di setiap daerah memiliki perangkat gamelan dengan kombinasi yang bervasiasi, tetapi hanya Gamelan Jawa yang memiliki perangkat yang lengkap. Gamelan Jawa terdiri dari bermacam-macam alat musik perkusi tradisional seperti kendang, gambang, arumba, rebab, gong, bonang, saron, kethuk dan kenong. Selain Gamelan, adapula alat musik yang mulai terlupakan yaitu angklung dan arumba. Gamelan, angklung, dan arumba merupakan kesenian asli Bangsa Indonesia, namun generasi muda sekarang ini seakan tidak mengenal dan tidak peduli atas kebudayaan asli yang dimiliki. Dengan perkembangan zaman yang semakin modern, perkusi modern mulai masuk dan diminati oleh berbagai kalangan. Hal ini mengakibatan semakin tergesernya perkusi tradisional, bahkan ada beberapa yang hampir punah karena tidak dilestarikan.

Masyarakat sekarang ini lebih tertarik pada alat musik perkusi modern seperti yang digunakan pada instrumen Drumband. Drumband memiliki komposisi alat perkusi yang lebih mendominasi dibandingkan Marchingband. Alat perkusi modern yang digunakan pada Drumband adalah bagian-bagian standar drum seperti snare drum, bass drum, tom drum, floor drum, dan cymbal. Oleh karena semakin berkembangnya perkusi modern dan pengaruh-pengaruh dari luar, maka muncul suatu trend baru yang mulai dikenal di masyarat yaitu perkusi kontemporer. Perkusi kontemporer adalah instrumen perkusi dengan menggunakan barang-barang bekas sebagai alat musiknya yang dimainkan dengan cara dipukul. Contoh barang-barang bekas yang sering digunakan pada perkusi kontemporer ini adalah ember bekas, galon, pipa, ban, alat makan, botol bekas, dan masih banyak lagi. Barang-barang bekas tersebut diolah sedemikian rupa sehingga dapat dijadikan suatu alat musik perkusi. Dengan berkembangnya kesenian perkusi dari tradisional, modern, hingga kontemporer maka menandakan antusias dan minat terhadap musik perkusi sangat besar.

(12)

Universitas Kristen Maranatha 3 seni perkusi tradisional, perkusi modern maupun perkusi kontemporer. Wadah tersebut akan dirancang menjadi “Bandung Percussion Centre”.

Bandung Percussion Centre ini akan dilengkapi dengan fasilitas seperti

galeri, cafe, dan perpustakaan yang digunakan untuk menyatukan dan memperkenalkan keanekaragaman seni perkusi tradisional, seni perkusi modern, maupun perkusi kontemporer. Selain itu akan tersedia ruang latihan khusus, ruang latihan gabungan, dan workshop untuk melestarikan dan mengembangkan seni perkusi. Fasilitas yang disediakan di Bandung Percussion Centre diharapkan dapat menjadi wadah yang lengkap untuk para peminat dan penikmat seni perkusi di Indonesia, khususnya di kota Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah

Keanekaragaman alat musik perkusi tradisional, khususnya pada instrumen Gamelan Jawa belum semuanya dikenal, bahkan ada beberapa diambang kepunahan akibat modernitas dari seni perkusi yang semakin berkembang karena pengaruh dari luar sehingga muncul drumband dan munculnya kreasi baru yang dikenal dengan perkusi kontemporer. Hal itu perlu diperhatikan dengan cara mempersatukan, memperkenalkan, melestarikan, dan mengembangkan seni perkusi di Indonesia, khususnya di kota Bandung.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka ditemukan beberapa permasalahan yaitu menjaga perkusi tradisional agar tidak punah, perkusi modern dapat berkembang, dan perkusi kontemporer dapat diterima.

1.3 Ide / Gagasan Perancangan

Ide perancangan Bandung Percussion Centre ini adalah mempersatukan seni perkusi tradisional, modern, dan perkusi kontemporer yang akan diolah menjadi satu kesatuan yang dapat dinikmati dan tetap harmoni. Sebagai contoh, pola ukiran jika menggunakan material logam sudah merupakan satu perpaduan yang baru.

Bandung Percussion Centre ini dirancang dengan tujuan memberikan

(13)

keanekaragaman seni perkusi, khususnya di Kota Bandung. Bandung Percussion

Centre ini memiliki fasilitas seperti galeri, cafe, perpustakaan, tempat latihan

khusus, tempat latihan gabungan, dan workshop. Maka dari itu, konsep pada perancangan Bandung Percussion Centre ini adalah unity in diversity yang memiliki arti yaitu kesatuan dalam keanekaragaman yang dapat dinikmati sehingga menghasilkan suatu kesatuan yang harmonis. Tema pada perancangan

Bandung Percussion Centre adalah merancang suatu komponen ruang yang dapat

mengingatkan seseorang pada perkusi. Tema ini dirasa sesuai dengan konsep yang diambil yaitu unity in diversity karena dalam perancangan komponen-komponen ruang akan diolah sedemikian rupa agar menjadi perpaduan dari 3 karakter tradisional, modern, dan kontemporer. Tema ini diharapkan dapat menjadi pemersatu keanekaragaman.

1.4 Rumusan Masalah

Permasalah utama yang akan dibahas pada perancangan ini adalah bagaimana membuat suatu perancangan Bandung Percussion Centre yang dapat mengingatkan pengunjung pada perkusi. Berikut beberapa rumusan permasalahan yang akan dibahas antara lain:

1. Bagaimana mengaplikasikan konsep unity in diversity ke dalam sebuah perancangan fasilitas Bandung Percussion Center?

2. Bagaimana membuat suatu komponen ruang yang dapat mengingatkan user pada perkusi?

3. Bagaimana membuat suatu perancangan Bandung Percussion Center yang sesuai dengan kegiatan user?

1.5 Tujuan Perancangan

Tujuan dari perancangan Bandung Percussion Centre yang akan dibuat adalah sebagai berikut :

1. Mengaplikasikan konsep unity in diversity ke dalam desain dengan menggabungkan ketiga kategori perkusi.

(14)

Universitas Kristen Maranatha 5 3. Membuat suatu perancangan dengan fasilitas yang dibutuhkan untuk

mempersatukan, memperkenalkan, melestarikan, dan mengembangkan keanekaragaman alat musik perkusi

1.6 Manfaat Perancangan

Manfaat dari perancangan Bandung Percussion Center adalah sebagai berikut:

1. Penulis:

- Memberikan rekomendasi perancangan Bandung Percussion Center yang sesuai dengan aktifitas user.

- Menemukan suatu perancangan yang sesuai untuk Bandung

Percussion Center.

2. Masyarakat:

- Menemukan sebuah wadah untuk menambah informasi tentang alat musik perkusi khususnya di Kota Bandung.

3. Komunitas:

- Menciptakan suatu komunitas perkusi yang mengetahui perkembangan alat musik perkusi.

- Mendapatkan fasilitas yang sesuai untuk melakukan kegiatan yang biasanya dilakukan suatu komunitas.

1.7 Batasan Perancangan

Batasan perancangan pada Bandung Percussion Centre ini adalah alat musik perkusi tradisional yang digunakan pada Gamelan Jawa seperti kendang, gambang, kenong, saron, kethuk, bonang, dan gong, alat musik angklung dan arumba. Dan batasan perancangan pada alat musik modern pun mengacu kepada alat musik perkusi yang sering digunakan pada instrumen drumband. Seperti

snare drum, bass drum, tom drum, floor drum, dan cymbal. Selain itu juga pada

(15)
(16)

Universitas Kristen Maranatha 7

1.8 Sistematika Perancangan

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab ini dibahas tentang latar belakang obyek studi, identifikasi masalah, ide/gagasan perancangan, rumusan masalah, tujuan perancangan, manfaat perancangan, batasan perancangan, dan sistematika perancangan.

BAB II

LANDASAN PERANCANGAN DESAIN INTERIOR BANDUNG

PERCUSSION CENTER

Pada bab ini dibahas tentang teori-teori yang menjadi dasar dari laporan perancangan desain interior Bandung Percussion Centre seperti macam-macam alat musik perkusi, teori akustik ruang, dan ergoncomi ruang.

BAB III`

ANALISA DATA PERANCANGAN

Pada bab ini dibahas tentang analisa data yang melingkup deskripsi proyek perancangan, analisa site, identifikasi user, kebutuhan ruang, dan imprementasi konsep pada perancangan Bandung Percussion Center.

BAB IV

PERANCANGAN BANDUNG PERCUSSION CENTER DENGAN

KONSEP UNITY IN DIVERSITY

Bab ini membahas tentang analogi konsep, penerapan desain, dan detail pelaksanaan perancangan pada Bandung Percussion Center.

BAB V

PENUTUP

Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran dari perancangan Bandung

(17)

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Perancangan Bandung Percussion Center ini bertujuan memberikan suatu wadah untuk menyatukan keanekaragaman perkusi dalam satu tempat yang nantinya wadah tersebut bukan hanya untuk menyatukan keanekaragaman, tetapi juga untuk memperkenalkan, melestarikan, dan juga mengembangkan kesenian perkusi baik seni perkusi tradisional, perkusi modern maupun perkusi kontemporer, khususnya di kota Bandung.

(18)

73 Universitas Kristen Maranatha

Bandung Percussion Center memiliki konsep unity in diversity yang

memiliki arti yaitu kesatuan dalam keberagaman antar musik perkusi tradisional, musik perkusi modern, dan musik perkusi kontemporer. Pengertian diversity pada perancangan ini diartikan sebagai karakter-karakter perkusi yang berbeda seperti tradisional, modern, kontemporer, dan gabungan.

Karakter tradisional yang diaplikasikan pada area perpustakaan dengan mengimplementasikan bentukan dari salah satu alat musik tradisional gamelan yaitu gender. Pada area ini menggunakan warna tradisional seperti merah marun dipadukan dengan ukiran sehingga suasana tradisionalnya sangat terasa.

Karakter modern diaplikasikan pada area kelas-kelas yang berada di lantai 2. Penggunaan material seperti stainless dan kaca memperkuat kesan modern pada area ini. Sedangkan karakter kontemporer diaplikasikan pada area workshop, penggunaan kawat-kawat banyak ditemui pada area ini dan penggunaan barang-barang bekas seperti ban digunakan sebagai tempat duduk memberikan kesan kontemporer yang kuat.

Dari ketiga karakter tradisional, modern, dan kontemporer tercipta satu karakter baru yang dengan perpaduan dari masing-masing karakter. Karakter gabungan ini diaplikasikan pada area cafe. Penggunaan material pada alat musik perkusi seperti kulit pada kendang, bambu pada arumba dan angklung, kuningan pada gamelan memberikan kesan tradisional. Kemudian dipadukan dengan kawat dan barang bekas seperti gelas akua menambah kesan kontemporer pada area ini sehingga tercipta perpaduan dari tradisional dan kontemporer. Dan pada sisi dinding lainnya, mengekspos material modern seperti stainless dengan skala yang besar untuk menyeimbangan dari 2 karakter lainnya. Sehingga terciptalah kesan gabungan dari karakter tradisional, modern, dan kontemporer pada area cafe.

Sedangan kata unity pada perancangan ini diartikan sebagai pemersatu dari

diversity. Agar konsep unity in diversity dapat terpenuhi, maka pada Bandung

Percussion Center ini bagian ceiling dibuat sebagai sarana pemersatu dengan

(19)

Maka diversity dapat diartikan sebagai pengaplikasian dari karakter yang berbeda-beda, seperti tradisional, modern, kontemporer, dan gabungan. Sedangkan unity diartikan sebagai sarana pemersatu.

Perancangan Bandung Percussion Centre ini juga memiliki tema yaitu merancang suatu komponen ruang yang dapat mengingatkan seseorang pada perkusi. Komponen-komponen itu diterapkan pada elemen dinding ruangan. Pada area lobby pola dan bentukan kendang menjadi elemen pada dinding ruangnya, dan bentukan drum dengan ciri tiang-tiang penyangganya di terapkan pada area resepsionis dan small shop. Selain itu juga, elemen dinding perpustakaan mengimplementasikan bentukan dan material pada salah satu alat musik perkusi tradisional yaitu gender. Area perpustakaan ini terbagi menjadi 2 bagian oleh koridor yang dapat mengakses langsung ke area cafe. Maka dari itu pengimplementasian gender diterapkan pada dinding koridor sebelah kiri dan pada dinding sebelah kanannya merupakan pemukul gender yang disusun demikian rupa sehingga membentuk pola pada dinding ruangnya. Pada area cafe, para pengunjung diharapkan dapat lebih mengenal material yang biasa digunakan pada alat musik perkusi seperti kulit pada kendang, poliyester pada drum, kuningan pada gamelan, dan bambu pada arumba. Material tersebut ditempatkan pada sebuah bentukan dari drum yang di frame oleh pemukul dari masing-masing alat perkusi. Penggunaan kawat pada dinding cafe menambah kesan kontemporer pada ruang. Untuk menyeimbangkan dinding pada cafe maka dinding seberangnya mengekspos material stainless sehingga memberikan kesan modern pada cafe.

Perancangan Bandung Percussion Centre ini diharapkan dapat memberikan fasilitas yang lengkap bagi para pencinta dan penikmat musik perkusi khususnya di Kota Bandung.

5.2 Saran

(20)

75 Universitas Kristen Maranatha

memberikan kesan dari 3 karakter tradisional, modern, dan kontemporer. Selain penggunaan material, dinding pada perancangan ini diberikan stilasi ukiran dengan menggunakan material berbeda-beda. Penggunaan pemukul perkusi diolah sedemikian rupa pada dinding ruang sehingga menambah unsur estetis pada ruang. Karakter yang aplikasikan pada dinding, berbeda-beda pada setiap ruangnya. Seperti pada perpustakaan lebih menimbulkan kesan tradisional, pada area workshop memberikan kesan kontemporer, pada area kelas di lantai 2 lebih menggunakan karakter modern, dan pada area lobby dan cafe menggunakan karakter gabungan dari ketiga karakter yang ada.

Selain dinding, perancangan Bandung Percussion Center ini juga sudah mengolah bentukan ceiling pada setiap ruangnya. Penggunaan konsep pola lingkaran diterapkan pada setiap ceiling ruang. Konsep pola ini diambil dari bentukan alat perkusi yang sebagian besar berbentuk lingkaran.

Pada perancangan ini dinding dan ceiling sudah diolah sesuai dengan konsep dan tema yang ingin dicapai. Namun pada furnitur dan lantai belum sepenuhnya diolah. Maka dari itu, untuk para pendesain yang ingin membuat perancangan seperti Bandung Percussion Center ini dapat lebih mengolah pada elemen lantai dan furniture agar dapat memenuhi konsep dan tema yang dingin dicapai pada perancangan ini.

Perancangan Bandung Percussion Center ini tidak hanya ditujukan kepada para pencinta alat musik perkusi saja, namun juga ditujukan kepada masyarakat agar dapat mengenal kesenian perkusi baik yang tradisional, modern, hingga kontemporer. Merancang sebuah desain untuk komunitas perkusi diperlukan penelitian terhadap aktifitas user dalam melakukan kegiatan. Hal tersebut penting karena dengan begitu dapat menentukan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan pada perancangan Bandung Percussion Center.

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Bruel, P.V.: Sound Insulation and Room Acoustics. Chapman & Hall, Ltd., London.

Parkin, P.H., Humphreys: Acoustics, Noise and Buildings, Frederick A. Praeger, Inc., New York, 1958

 Doelle, Leslie.L.: Akustik Lingkungan.

 Neufert, Ernst.2002. Data Arsitek Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

 Lawson, Fred. 1973. Restaurant Planning & Design. Britain: Architectureal Press Ltd.

Panero, Julius. Standar Pedoman Perancangan. Jakarta. Pile, John F. 1979. Modern Furniture. New York.

 Lord, Barry. 2001.The Manual of Museum Exhibitions. New York.  Gardner, James. 1986. Exhibition and Display. New York.

Botton, Alain. 2006. The Architecture of Happiness. London : Penguin Group  ______. 2005. History of Music. diunduh dari

http://library.thinkquest.org/16020/data/eng/text/education/theory/history.html pada 25 April 2013 pukul 11.27 WIB.

Sarwono, Joko. 2009. Problem dalam Desain Akustik Ruangan. diunduh dari http://jokosarwono.wordpress.com/2009/04/06/problem-dalam-desain-akustika-ruangan/ pada tanggal 25 April pukul 14.25 WIB.

 http://egpfkunlam.blogspot.com/2012/03/sejarah-musik-perkusi.html

Gambar

Gambar 4.27    Rak Sepatur ...........................................................................................66

Referensi

Dokumen terkait

Pada grafik pengaruh suhu terhadap konversi kalium sulfat terihat bahwa konversi dan konstanta kecepatan reaksi meningkat dengan bertambahnya suhu, hal ini

Berdasarkan survey awal yang dilakukan di RSU Imelda Pekerja Indonesia Medan masih ada bidan yang belum melakukan tindakan pencegahan infeksi sesuai standar

Hasil panalungtikan Pupujian di Pondok Pasantrén Al-Barokah Bandung, bisa dijadikeun bahan pangajaran ngaregepkeun di SMP kelas VII saluyu jeung kriteria bahan ajar sarta luyu

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor – faktor apa saja yang berhubungan dengan tindakan bidan dalam pencegahan infeksi pada ibu bersalin dengan

PUPUJIANNU AYA DI PONDOK PASANTRÉN AL-BAROKAH BANDUNG PIKEUN BAHAN PANGAJARAN NGAREGEPKEUN DI SMP KELAS VII.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Kesimpulan yang dapat ditarik dari proses perumusan tujuan yang dilakukan oleh pengembang kurikulum di atas telah diupayakan untuk memenuhi kebutuhan kompetensi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara obesitas dan non-obesitas dengan kadar trigliserida pada mahasiswa FK USU.. Metode: Rancangan penelitian ini

Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Numbered Heads Together Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Luas Persegi Dan Luas Persegi Panjang..