• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "IV. HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

49

IV. HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Pola harga perdagangan berjangka komoditas CPO

Perdagangan berjangka CPO merupakan suatu bentuk kegiatan yang mulai sering dilakukan oleh investor. Hal ini dimungkinkan karena semakin dibutuhkannya kelapa sawit, baik untuk kebutuhan manusia ataupun juga untuk kebutuhan bahan bakar (bio diesel). Hal ini menyebabkan timbulnya keyakinan dari investor bahwa harga dari CPO ini akan cenderung naik. Sehingga kalangan dunia usaha yang berkaitan atau yang membutuhkan CPO berusaha untuk melakukan perdagangan berjangka, karena perdagangan berjangka dapat dimanfaatkan sebagai sarana “lindung nilai” (hedging) yang sangat efektif untuk menunjang kemantapan strategi manajemen perusahaan dari pengaruh fluktuasi/Volatilitas harga. Selain itu perdagangan bursa berjangka ini juga mulai menarik minat para investor (terutama spekulator) karena pada perdagangan berjangka ini mereka bisa mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Karena adanya para spekulator ini perdagangangan bursa berjangka ini menjadi lebih besarl risikonya

Indonesia Comoddity Derivatif Exchange yang secara resmi meluncurkan transaksi kontrak CPO dengan kode CPOTR berdenominasi rupiah. Lewat pasar ini Indonesia sebagai produsen utama CPO di dunia, berpeluang besar untuk menjadi negara acuan dalam penetapan harga CPO internasional. Dengan dibukanya perdagangan ini, harga CPO di Indonesia akan menjadi acuan harga dunia dan nasional. Karena selama ini, pasar CPO dunia masih mengacu pada pasar fisik Rotterdam. Sedangkan, basis penetapan harga dunia juga masih berpedoman pada pasar berjangka di Kuala Lumpur. Sebagai produsen utama CPO di dunia Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi negara acuan dalam penetapan harga CPO internasional, sehingga pembentukan pasar fisik CPO terorganisir secara kuat, transparan, serta didukung perkebunan nasional dan swasta, pedagang atau eksportir, serta pemerintah harus terwujud.

(2)

Pola harga perdagangan berjangka komoditas CPO sangat berfluktuatif. Data yang diperoleh dari PT Monex berupa data bulanan dalam bentuk harga nominal CPO yang ada di perdagangan berjangka Indonesia Comoddity Derivatif Exchange, dalam satuan Rp/kg selama kurun waktu dua tahun mulai dari Mei 2010 sampai dengan Desember 2012. Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data menggunakan program SPSS versi 19 diperoleh uji perbandingan model linear, Quadratic, Qubic dan Exponensial dengan Grafik sebagai berikut:, bahwa harga CPO di perdagangan berjangka Indonesia Comoddity Derivatif Exchange dalam rataan bulan selama tiga puluh dua periode, menunjukan pola trend non linier karena adanya trend harga yang selalu mengalami kenaikan pada setiap bulannya ditahun 2010 dan mengalami kenaikan pada awal tahun 2011 dan mengalami penurunan lagi pada pertengahan tahun sampai dengan akhir tahun 2011, sedangkan pada tahun 2012 harga CPO cenderung lebih fluktuatif setiap bulannya mengalami kenaikan maupun penurunan harga. Berikut tabel data harga CPO dari tahun 2010 sampai dengan 2012 pada perdagangan berjangka Indonesia Comoddity Derivatif Exchange di PT Monex Investindo Futures`

Tabel 2. Data Harga CPO (Crude Palm Oil) pada perdagangan berjangka Indonesia Comoddity Derivatif Exchange di PT Monex Investindo Future dari tahun 2010 sampai dengan 2012.

BULAN TAHUN (RP/KG)

2010 2011 2012

Januari 11.285 9.295

Februari 11.350 9.085

Maret 10.520 9.775

April 9.785 10.520

Mei 6.715 9.580 10.420

Juni 6.715 9.780 8.935

Juli 6.325 8.885 9.105

Agustus 7.120 9.120 8.985

September 7.510 8.945 7.650

Oktober 7.905 8.260 7.130

November 8.835 8.310 7.965

Desember 10.135 8.620 8.085

Sumber: PT Monex Investindo Futures

(3)

Berdasarkan data harga CPO dari tahun 2010 sampai dengan 2012 pola harga CPO mengalami kenaikan dan penurunan harga. Pada awal perdagangan di bulan Mei tahun 2010 sampai Desember tahun 2010 harga mengalami kenaikan sebesar Rp 6.715/kg sampai Rp 10.135/kg, begitu juga di tahun 2011 harga mengalami penurunan sebesar Rp 11.285/kg sampai Rp 8.620/kg. Sedangkan pada tahun 2012 harga sangat fluktuatif mengalami kenaikan pada bulan Januari hingga bulan April sebesar Rp 9.295/kg sampai Rp 10.450/kg dan terjadi penurunan dari bulan April sampai Oktober sebesar Rp 10.450/kg sampai Rp 7.130/kg dan mengalami kenaikan kembali dari bulan Oktober sampai Desember sebesar Rp 7.130/kg sampai 8.085/kg.

Gambar 4. Grafik Plot data Harga Bulanan komoditi CPO perdagangan berjangka Indonesia Comoddity Derivatif Exchange di PT Monex Investindo Futures, periode Mei 2010 s/d Desember 2012.

Berdasarkan identifikasi pola data tersebut, dilakukan analisis dengan menggunakan program SPSS versi 19 diperoleh uji perbandingan model linear, Quadratic Exponensial dan Cubic dengan Grafik sebagai berikut:

(4)

Gambar 5. Grafik Uji Model Trend

Tabel 3. Uji Model Time Series

Model Fungsi R2 SIG

Linear Quadratic Exponensial Logarithmic Inverse Qubic

8.496 + 0,020 X

6.409+ 0.389 x - 0.011 x 2 8.308 + 0.003 exp(x) 7.288+0.606 in (x) 9.269-3.436 1/x 5.405 + 0.728x – 0.036x2+0.001x3

0.021 0,424 0.457 0,000 0.036 0,300 0.157 0,025 0.245 0,004 0.517 0,000

Sumber : Analisis Data

Dari uji model tersebut yang tepat digunakan untuk mengestimasi perubahan harga CPO dari bulan Mei 2010 sampai dengan Desember 2012 adalah model yang memiliki nilai R2yaitu yang paling besar model qubic sebesar 0,517 dengan persaman trend sebagai berikut y = 5.405 + 0.728x – 0.036x2+0.001x3sehingga model ini menjadi dasar dalam melakukan peramalan harga pada tahun berikutnya. sedangkan hasil dari plot data harga CPO perdagangan berjangka Indonesia Comoddity Derivatif Exchange di PT Monex Investindo Futures terlihat terjadi

(5)

perubahan secara struktural pada pola data, mulai dari bulan pertama perdagangan sampai dengan bulan ketiga puluh dua. Trend yang terjadi pada pola data harga CPO dari bulan Mei 2010- bulan Maret 2011 adalah trend kenaikan. Trend kenaikan ini terbentuk dari harga Rp 6715/kg sampai dengan level tertinggi pada harga Rp 10520/kg disebabkan harga CPO meningkat sejalan pemulihan ekonomi dunia. Indikasinya terlihat ketika data-data ekonomi global terus membaik. Secara fundamental, harga CPO ditopang permintaan yang meningkat dari tahun ke tahun, hingga akhir tahun ini, permintaan CPO masih akan tumbuh. Permintaan terutama datang dari China dan India dipicu permintaan dunia untuk keperluan biodiesel. Sementara produksi CPO di Indonesia, mengalami penurunan sebesar 10% menjadi 19-20 juta ton, dari 21 juta ton periode yang sama. Berkurangnya pasokan CPO ini kemungkinan akan meningkatkan harga di pasar dunia yang telah menguat sebesar 18% dari level terendahnya pada 7 Juli 2010.

Tingginya curah hujan, termasuk di Sumatra dan Kalimantan, menurunkan produksi CPO. Perkembangan harga CPO di pasar dunia mulai mengalami penurunan pada bulan Mei 2010 sampai dengan Maret 2011. Produksi CPO tertekan, penurunan produksi terjadi karena fenomena La Nina yang menyebabkan hujan yang lebat. Akibatnya, banjir merusak perkebunan, hal tersebut mempengaruhi suplly mendatang dan menekan proses produksi CPO, berlanjut pada terhambatnya pengiriman.

Sementara itu, petani kelapa sawit di Indonesia, mengeluhkan produksi buah kelapa sawit yang mengalami penurunan terutama selama musim kemarau panjang.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga komoditas CPO pada perdagangan berjangka di PT. Monex Investindo Futures

a. Iklim dan Cuaca. Faktor cuaca memberi dampak signifikan bagi keberlangsungan harga CPO karena terkait erat dengan prinsip supply dan demand, faktor cuaca buruk akan mendorong kenaikan harga,

(6)

mengingat volume produksi kelapa sawit jadi terancam. di saat yang sama, arus permintaan terus berjalan normal. (korelasi: Negatif,

"semakin buruk faktor cuaca, maka harga cenderung semakin tinggi")`

Produksi CPO dari tahun 2006 hingga tahun 2011 terus mengalami kenaikan diiringi dengan volume ekspor Indonesia yang selalu meningkat walapun pada tahun 2010 produksi sempat menurun sehingga berdapampak terhadap volume ekspor tahun 2011. Berikut data produksi CPO di Indonesia :

Tabel 4. Data Produksi CPO dan Volume Ekspor Indonesia Tahun 2006 - 2011

Tahun Produksi(Ton) Ekspor (Ton) 2006 16 569 927 5.199.287 2007 17 796 374 5.701.286 2008 19 400 794 7.904.179 2009 21 390 326 9.566.746 2010 22 496 857 9.444.170 2011 22 899 108 8.424.037 Sumber : Bps.go.id

Dalam hal ini, hal positif akan mendukung kenaikan harga CPO yaitu ketika penurunan produksi terjadi karena fenomena La Nina yang menyebabkan hujan yang lebat yang terjadi di Indonesia pada bulan Juli hingga Desember 2010 membuat curah hujan cukup tinggi Akibatnya, banjir merusak perkebunan,hal tersebut mempengaruhi suplay mendatang dan menekan proses produksi CPO, berlanjut pada terhambatnya pengiriman,sehingga harga yang terjadi pada saat itu terus mengalami kenaikan setiap bulannya yaitu pada harga Rp 6.325/kg sampai dengan Rp 10.135/kg (Sumber Weekly CPO Februari 2012, Fundamental PT Monex)

b. Komoditi Substitusi. Kenaikan harga CPO yang terlalu tinggi bisa membuat investor beralih ke komoditi substitusi, seperti minyak kedelai maupun minyak jagung. secara otomatis, harga komoditi

(7)

pengganti tersebut juga akan terangkat. apabila hal ini terjadi, maka CPO bisa makin mahal dibandingkan sebelumnya. (korelasi: positif,

"semakin tinggi harga CPO, maka harga komoditi lain juga ikut melonjak, dan demikian juga sebaliknya"). Berikut data produksi dan konsumsi minyak nabati dunia sebagai komoditi substitusi pengganti CPO :

Tabel 5. Data Produksi dan Konsumsi Minyak Nabati Dunia Tahun 2008-2012

NO Uraian Tahun

1998-2002 2003-2007 2008-20012 I. Total Produksi(Ton)

1 CPO 20.752.640 25.340.360 29.949.312

2 Minyak Kedelai 19.915.840 22.376.016 25.174.784 3 Minyak Jagung 11.966.240 12.526.744 15.517.216

II. Total Konsumsi (Ton)

1 CPO 20.021.952 25.973.420 29.752.650

2 Minyak Kedelai 20.126.233 22.313.529 25.124.460 3 Minyak Jagung 11.783.753 13.577.015 15.471.378 Sumber : Oil Word

Berdasarkan data diatas dapat diketahui produksi dan konsumsi CPO selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya, begitu juga dengan komoditi substitusinya seperti minyak kedelai dan minyak jagung mengalami kenaikan setiap tahunnya akibat permintaan akan kebutuhan minyak nabati dunia yang selalu bertambah sehingga harga menjadi naik. Seperti halnya komoditi kedelai yang dilanda tekanan aksi jual akibat panen di Amerika Selatan pada pertengahan tahun 2012, menjadi ancaman bagi harga CPO terbukti terjadi kenaikan harga pada bulan Januari hingga bulan April 2012 yaitu pada harga Rp 9.295/kg sampai dengan Rp 10.520/kg. (Sumber Bappepti April 2012)

c. Kondisi politik dan keamanan negara berpengaruh pada kontinuitas pasokan CPO. Jika keadaan politik dan keamanan tidak stabil, akan menghambat kegiatan produksi. Kegiatan distribusi produk ke

(8)

konsumen juga akan terkendala karena kemungkinan terjadinya tindakan kriminal seperti penjarahan dalam proses transportasi dan antrian menuju kapal yang memakan waktu lama. Terganggunya proses pengapalan akan mempengaruhi kualitas CPO yang menimbulkan harga CPO turun. Sementara , kondisi politik ekonomi yang terjadi di Indonesia pada bulan Februari 2012 yaitu Pemerintah Amerika Serikat memberlakukan embargo ekspor CPO asal Indonesia untuk bahan baku biodiesel, karena Pemerintah Amerika Serikat menilai bahwa CPO asal Indonesia, yang digunakan sebagai bahan dasar membuat bahan bakar tidak ramah lingkungan, sehingga pada perdagangan berjangka komoditas harga CPO pada bulan Februari mengalami penurunan akibat kekhawatiran bahwa krisis utang Eropa bakal mengurangi permintaan bahan baku pangan dan bahan bakar Selain itu, isu-isu mengenai gejolak politik dan ekonomi negara- negara Eropa menyebabkan harga di kontrak CPO Eropa masih terlihat tidak stabil, didukung oleh melemahnya dollar AS, dengan kekhawatiran mengenai pertumbuhan ekonomi global akan membatasi pergerakan harga di pekan selanjutnya. Dengan adanya Price Outlook Conference yang akan dilakukan para pemimpin Eropa di Brussels, sehingga para pelaku pasar masih menahan diri dan tidak banyak melakukan pergerakan baru sehingga aktivitas perdagangan cenderung akan bergerak lambat atau sepi. Selanjutnya, tekanan terhadap harga CPO juga datang dari Indonesia yang menawarkan diskonto atau potongan harga karena persediaan melimpah dan adanya penurunan tarif pajak ekspor untuk komoditi CPO itu sendiri, sehingga pemerintah menetapkan tarif bea keluar 7,5% untuk CPO yang diekspor sebagai kebijakan ekspor untuk membuat pasokan minyak sawit mentah di pasaran meningkat agar hilirisasi industri didalam negeri seperti biofuel segera ditingkatkan. (Sumber Weekly CPO Februari 2012, Fundamental PT Monex).

(9)

d. Kondisi Nilai Tukar Rupiah. Penetapan harga jual CPO yang terjadi baik lokal maupun ekspor berpatokan pada nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika. Jika rupiah menguat terhadap dollar Amerika harga komoditi primer di pasar dunia akan meningkat sehingga harga CPO juga meningkat. Gejolak nilai tukar dipicu oleh berbagai faktor, baik eksternal maupun internal. Dari sisi eksternal, tekanan terhadap rupiah didorong oleh melonjaknya harga minyak dunia, gejolak mata uang regional. Dari sisi internal, tekanan terhadap rupiah akhir-akhir ini ditambah dengan meningkatnya kekhawatiran masyarakat terhadap sustainabilitas fiskal terkait dengan semakin meningkatnya beban subsisdi serta kebijakan moneter yang dianggap belum sepenuhnya mengantisipasi tingginya ekspektasi inflasi. (Sumber Kontan Online 8 September 2012)

e. Permintaan dan Penawaran yang terjadi. Diasumsikan penawaran tetap, namun apabila permintaan pasar naik maka harga CPO akan naik dan begitu pula sebaliknya diasumsikan permintaan tetap dengan penawaran yang terus meningkat maka dipastikan harga CPO akan turun. Di pasar dunia, harga CPO tengah berlomba dengan kenaikan harga minyak mentah yang belakangan memang terus berfluktuasi akibat krisis Timur Tengah yang tak kunjung usai. Belum lagi dengan spekulasi badai di Teluk Meksiko yang akan mengancam suplai di AS,sebelumnya, suplai minyak bumi di sana sudah berkurang akibat topan. ketika harga minyak mentah naik, permintaan akan bahan bakar nabati atau biofuel akan meningkat karena orang-orang akan mengalihkan kebutuhan minyak mentah pada biofuel. Dengan begitu lambat laun harga bahan bakar nabati ikut naik, CPO yang menjadi komoditas penting dalam proses pembuatan biofuel tentu akan terdongkrak harganya. Itu belum termasuk kebutuhan rutin akan CPO untuk pembuatan barang-barang kebutuhan rumah tangga (consumer goods). Menurut data dari Oil World Publications, organisasi independen yang melakukan analisis pasar minyak nabati dunia, total

(10)

produksi CPO dunia sampai kini mencapai 48,6 juta ton per tahun.

Sementara itu kebutuhan dunia akan CPO berkisar 37,6 juta ton sampai 37,9 juta ton per tahun. Indonesia dan Malaysia yang kebutuhan akan komoditas ini juga tinggi. Di Indonesia kebutuhan CPO tercatat 6,28 juta ton per tahun dan Malaysia 4,1 juta ton per tahun.

Dua negara ini memasok 85 persen kebutuhan CPO dunia. (Sumber Ariana Nur Akbar Analais Fundamental PT Monex 14 November 2012)

3. Proyeksi harga komoditas CPO pada perdagangan berjangka di PT.

Monex Investindo Futures sampai tahun 2015

Di tengah ancaman krisis global 2012, komoditas sawit dan produk turunannya terus menggeliat. Kontribusi kelapa sawit dalam perekonomian nasional sangat besar, pengembangan industri kelapa sawit nasional sangat prospektif karena saat ini pemerintah Indonesia sedang menjalankan program pengembangan biofuel (biodisel) yang menggunakan CPO sebagai bahan bakunya. Dengan demikian kapasitas penyerapan CPO akan jauh lebih besar lagi disamping nilai tambahnya juga akan semakin tinggi, sehingga kemilau pekembangan investasi minyak kelapa sawit sangat menjanjikan untuk tahun kedepannya oleh sebab itu proyeksi harga CPO dapat dijadikan pertimbangan dalam memulai berinvestasi.

Proyeksi harga CPO merupakan suatu perkiraan atau taksiran mengenai terjadinya harga untuk waktu yang akan datang. Proyeksi harga CPO dilakukan tiga tahun kedepan dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 pada perdagangan berjangka PT Monex Investindo Futures dari hasil pemilihan metode model time series yang terbaik di dapatkan hasil estimasi model persamaan menggunakan model trend nonlinear yaitu trend qubic dengan persaman trend sebagai berikut y = 5.405 + 0.728x – 0.036x2+0.001x3didapatkan kecocokan model R2 paling besar sebesar

(11)

0,517 artinya bahwa 51% model bisa menggambarkan data sebenarnya.

Hasil proyeksi dapat dilihat dari tabel 4 berikut ini :

Tabel 6. Proyeksi Harga CPO (Crude Palm Oil) pada perdagangan berjangka Indonesia Comoddity Derivatif Exchange di PT Monex Investindo Future periode tahun 2012 sampai dengan 2015.

BULAN

TAHUN (RP/KG)

2010 2011 2012 2013 2014 2015

Januari 11.285 9.295 6.098 10.982 16.730

Februari 11.350 9.085 6.725 11.285 17.573

Maret 10.520 9.775 7.292 11.600 18.500

April 9.785 10.520 7.805 11.933 19.517

Mei 6.715 9.580 10.420 8.270 12.290 20.630

Juni 6.715 9.780 8.935 8.693 12.267 21.845

Juli 6.325 8.885 9.105 9.080 13.100 23.168

Agustus 7.120 9.120 8.985 9.437 13.565 24.605 September 7.510 8.945 7.650 9.770 14.078 26.162 Oktober 7.905 8.260 7.130 10.085 14.645 27.845 November 8.835 8.310 7.965 10.338 15.272 29.660 Desember 10.135 8.620 8.085 10.685 15.965 31.613 Sumber : Analisis Data

(12)

Gambar 6. Grafik Plot Proyeksi data Harga Bulanan komoditi CPO perdagangan berjangka Indonesia Comoddity Derivatif Exchange di PT Monex Investindo Futures, periode tahun 2012 sampai dengan tahun 2015.

Berdasarkan Tabel 4 dan grafik terlihat pola trend bergerak mengalami kelambatan kenaikan pada awal tahun hingga akhir tahun 2013 sebesar Rp 6.098 /kg sampai Rp 10.685/kg dan mengalami kenaikan yang lebih besar pada awal tahun hingga akhir tahun 2015 sebesar Rp 16.730/kg sampai Rp 31.613/kg. Berikut ini data permintaan CPO tahun 20008-2012

Tabel7.Data Permintaan CPO Indonesia Tahun 2008-2012 Tahun Permintaan (Ton)

Ekspor Konsumsi

2010 19.534.366 5.429.199

2011 21.010.440 5.770.766

2012 21.637.678 5.996.138

Berdasarkan hasil proyeksi serta Tabel permintaan CPO Indonesia menunjukkan besarnya permintaan CPO dunia juga didorong berkembanganya industri berbasis CPO dan produk olahannya serta kenaikan konsumsi dalam negeri sehingga harga terus mengalami kenaikan yang cukup tinggi setiap tahunnya.

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu, dalam kesempatan tersebut Bupati juga memberikan apresiasi terhadap Komunitas Pelukis Bagelen yang berhasil lolos seleksi pameran di gedung Bentara Budaya

Hal itu berarti hipotesis 2 diterima , terdapat perbedaan Harga Saham sebelum dan sesudah bersertifikasi ISO sehingga penerapan sertifikasi QMS masih relevan

MEMPERHATIKAN : Usulan dari Dekan Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sriwijaya tentang tenaga pengajar matakuliah di Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sriwijaya pada semester

Daftar Nama Pelamar Calon Pegawai Negeri Sipil Kementerian Perhubungan Formasi Tahun 2013 yang dinyatakan LULUS SELEKSI ADMINISTRASI dan/atau LULUS TES FISIK/PBB berhak mengikuti

Lapangan berhingga atau Galois Field adalah lapangan dengan elemen-elemennya berhingga.Elemen-elemen dalam Galois Field dapat digunakan untuk mengkontruksi suatu geometri

• S&P menilai risiko fiskal pemerintah Indonesia sudah jauh membaik dari sebelumnya dan mereka yakin dengan susunan APBN yang lebih realistik akan memberikan dampak positif

Namun dalam perkembangannya, tampilan media ini menuai reaksi dari khalayak mulai dari keberatan tentang tampilan media yang vulgar yang disampaikan melalui surat pembaca,

Sesuai dengan arahan pada PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Strategis Nasional atau PKSN adalah kawasan perkotaan yang