14 BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori
1. Pengertian Kecemasan (Anxiety)
Menurut kamus Bahasa Indonesia cemas bisa diartikan sebagai tidak tenangnya hati karena adanya perasaan khawatir,takut dan gelisah yang berasal dari dalam diri ataau naluriah. Kecemasan adalah suatu keadaan psikologis manusia yang berasumsi bahwa suatu yang buruk akan segera terjadi. Kecemasan juga merupakan keadaan emosional seseorang yang ditandai dengan perilku negatif atau firasat yang disertai kondisi fisik, seperti hati berdetak kencang, berkeringat, tangan gemetar sampai kesulitan bernafas.
Kecemasan memiliki makna sebagai keadaan emosional yang mempunyai ciri fisiologis, seperti perasaan tegang yang tidak menyenangkan, dan perasaan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi”. Senada dengan Freud (dalam Feist & Feist, 2012) juga memaparkan bahwa ansietas atau kecemasan adalah kekhawatiran yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Dari berbagai pengertian kecemasan (Anxiety) dapat dikategorikan sebagai kondisi emosi yang timbul karena rasa tidak nyaman.Kecemasan ini diartikan sebagai perasaan yang dirasa tidak menyenangkan yang diikuti oleh sensasi fisik yang memperingatkan seseorang akan bahaya yang mengancam pada diri seseorang, dan merupakan pengalaman yang samar disertai dengan perasaan yang gelisah yang disebabkan oleh suatu hal yang belum jelas.
Kecemasan ini timbul karena perasaan yang kita alami ketika berpikir tentang
sesuatu tidak menyenangkan yang akan terjadi (M..Nur Ghufran & Rini Risnawita S. 2012)
Perilaku kecemasan (Anxiety) dikatakan sebagai respon terhadap situasi tertentu yang mengancam, dan merupakan hal yang normal terjadi pada saat perkembangan, perubahan, pengalaman baru atau yang belum pernah dilakukan, serta dalam menemukan identitas diri dan arti hidup. Kecemasan adalah reaksi yang dapat dialami siapapun. Namun cemas yang berlebihan, apalagi terjadi. dalam kurun waktu yang berdekatan akan menghambat fungsi seseorang dalam kehidupannya. Dengan demikian dari beberapa uraian diatas kecemasan (Anxiety) adalah suatu keadaan atau reaksi emosi yang tidak menyenangkan yang ditandai dengan kekhawatiran, gelisah dan rasa takut yang dialami oleh seseorang ketika berhadapan dengan pengalaman yang sulit dan menganggap sesuatu yang tidak menyenangkan akan terjadi, yang ditandai oleh efek negatif dan gejala-gejala ketegangan jasmani seperti jantung berdebar-debar, bernafas lebih cepat dan berkeringat.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan (Anxiety)
Secara umum kecemasan dapat ditimbulkan dua sebab, yaitu;
pertama, perasaan cemas timbul dari apa yang ada pada diri sendiri seperti rasa takut, terkejut, perasaan bersalah atau berdosa, merasa terancam, dan sebagainya. Kedua, perasaan cemas terjadi di luar kesadaran dan tidak mampu dihindari dari perasaan tidak menyenangkan (Reza,2014:21-22). Kecemasan juga dapat disebabkan oleh faktor kepribadian. Perkembangan kepribadian (personality development) seseorang dimulai sejak usia bayi hingga usia 18 tahun dan tergantung pada pendidikan orangtua (psiko-edukatif) di rumah,
pendidikan di sekolah, dan pengaruh lingkungan pergaulan sosialnya, serta pengalaman yang terjadi dalam hidupnya. Seseorang juga bisa menjadi pencemas akibat proses pengaruh turunan genetika (Hawari, 2004: 503).
Menurut (Ramaiah,2010:10-12) penyebab kecemasan individu yaitu: lingkungan sekitar sangat mempengaruhi cara berpikir dalam arti bahwa cara berpikir dipengaruhi oleh pengalaman yang diperoleh dari lingkungan keluarga, sahabat, atau pengalaman yang berkenaan dengan perasaan tidak aman terhadap lingkungan.. Faktor fisik sebagai interaksi antara pikiran dan tubuh. juga bisa menimbulkan kecemasan, misalnya pada masa remaja, dan sewaktu pulih dari suatu penyakit.
Menurut Sutejo (2018), tanda dari penyebab kecemasan ansietas paling mudah diketahui dari tindakan seseorang yang menunjukkan sikap dengan cemas, khawatir, takut akan pikirannya sendiri serta mudah tersinggung, tegang, tidak tenang, gelisah dan mudah terkejut serta sulit tidur pada maam hari. Cemas ini lebih dekat kepada rasa takut, karena sumbernya terlihat jelas didalam pikiran. Kedua, cemas karena merasa bersalah, karena melakukan hal-hal yang berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani.
Ketiga, cemas berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk.
Kecemasan disebabkan oleh hal tidak berhubungan dengan apapun yang terkadang disertai dengan perasaan takut yang mempengaruhi keseluruhan kepribadian penderitanya.
Dapat disimpulkan bahwa kecemasan disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah disebabkan oleh faktor kepribadian, faktor lingkungan dan faktor genetika.
3. Gejala Kecemasan (Anxiety)
Menurut Anggreini (2010), ada tiga bentuk gejala kecemasan siswa yaitu gejala fisik, Gejala kogntif ,Gejala perilaku menunjukkan hubungan negatif antara kecemasan dengan prestasi belajar matematika artinya semakin tinggi tingkat kecemasan maka semakin rendah prestasi belajar matematika.
Menurut (Dacey,2000:39) juga menuturkan bahwa dalam mengenali gejala kecemasan dapat ditinjau melalui tiga komponen, yaitu:
a. Komponen psikologis, berupa kegelisahan, gugup, tegang, cemas, rasa tidak aman, takut, cepat terkejut.
b. Komponen fisiologis, berupa jantung berdebar, keringat dingin di telapak tangan, tekanan darah meninggi (mudah emosi), gerakan peristaltik (gerakan berulang-ulang tanpa disadari), gejala somatik atau fisik (otot), gejala somatik atau fisik (sensorik) Respiratori (pernafasan), dan gejala Gastrointertinal (pencernaan),
c. Komponen sosial, sebuah perilaku yang ditunjukkan oleh individu di lingkungannya. Perilaku itu dapat berupa tingkah laku (sikap) pada saat tertentu.
4. Hakikat Hasil Belajar Matematika a. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan hasil dari proses perubahan tingkah laku seseorang baik dari segi pengetahuan ataupun sikap setelah melakukan proses pembelajaran baik pembelajran formal maupun Nonformal. Menurut (Rusmono 2017) menyatakan bahwa Hasil belajar adalah perubahan perilaku individu yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
Perubahan perilaku tersebut diperoleh setelah siswa menyelesaikan program pembelajarannya melalui interaksi dengan berbagai sumber belajar dan lingkungan belajar. Hasil belajar disini.merupakan perilaku yang dapat diamati dan menunjukan kemampuan yang dimiliki seseorang. (Ahiri 2017, h.
18). Jadi, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan ketercapaian tujuan belajar yang diperoleh melalui pengalaman pembelajaran yang bisa dilihat dari hasil penilaian tertulis maupun penilaian tidak tertulis yang telah dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung.
b. Indikator Hasil Belajar
Indikator pada hasil belajar pada prinsipnya adalah pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa adalah mengetahui garis besar indikator dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diungkapkan atau diukur.
Indikator hasil belajar menurut Benjamin S.Bloom dengan Taxonomy of Education Objectives membagi tujuan pendidikan menjadi tiga ranah, yaitu
ranah kognitif, afektif, psikomotorik.
Menurut Benyamin Bloom (1908) seperti dikutip Notoatmodjo (2003) dalam Maulana (2009:195) yang secara garis besar membagi klasifikasi hasil belajar menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris sebagai berikut : 1). Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama
disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. 2). Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek,yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. 3). Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan. dasar, kemampuan persektual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif. Hasil belajar juga dipengaruhi oleh inteligensi dan penguasaan awal siswa tentang materi yang akan dipelajari. Ini berarti bahwa guru perlu menetapkan tujuan belajar sesuai dengan kapasitas inteligensi siswa dan pencapaian tujuan belajar perlu menggunakan bahasa apersepsi, yaitu bahan yang telah dikuasai siswa sebagai batu loncatan untuk menguasai bahan pelajaran baru
Dari beberapa uraian diatas, dapat dipahami bahwa hasil belajar adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang diperoleh dengan kerja keras, baik secara individu maupun kelompok setelah mengalami proses pembelajaran.
c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Berdasarkan dari teori Gestalt (dalam Susanto, 2013:12). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar yaitu:
1. Faktor lingkungan Alamiah
Lingkungan Alamiah, keadaan lingkungan sekitar akan berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik di sekolah. Belajar dalam keadaan lingkungan yang
segar dan sejuk akan lebih baik hasilnya daripada belajar dalam keadaan udara yang panas dan pengap.
2. Lingkungan Sosial Budaya
Lingkungan sosial budaya diluar sekolah mendatangkan problem tersendiri bagi kehidupan peserta didik di sekolah. Mengingat pengaruh yang kurang menguntungkan misalnya permasalahan intern dari keluarga, dari lingkungan pabrik, pasar, dan arus lalu lintas tentu akan berdampak pada proses belajar dan prestasi belajar peserta didik.
3. Faktor Intrumental
Faktor intrumental diantaranya berupa kurikulum, program, sarana dan prasarana, guru, kondisi fisiologis, kondisi psikologis. Faktor-. faktor psikologis utamanya juga mempengaruhi proses dan prestasi belajar peserta didik ada beberapa, yaitu: minat, bakat, motivasi, dan kemampuan kognitif.. Jadi dapat disimpulkan bahwa Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu berasal dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi kesiapan, intelegensi, minat, perhatian, kemampuan personal siswa Sedangkan faktor eksternal meliputi metode mengajar guru,lingkungan , budaya dan masih banyak lainya.
d. Hasil Belajar Matematika
Hasil belajar matematika adalah pengetahuan yang didapat dari pola rutinitas mempelajari matematika. Sedangkan menurut (Ahira,2009) hasil belajar matematika merupakan hasil yang dapat diukur dari suatu usaha untuk tahu sejauh apa kemampuan belajar dalam penguasaan kompetensi di bagian matematika. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat (Sholihin,2013)
bahwa hasil belajar matematika merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar matematika.
Berdasarkan pengertian belajar, hasil belajar, dan matematika maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika merupakan tingkat keberhasilan atau penguasaan seorang siswa terhadap bidang studi matematika setelah menerima pengalaman belajar atau setelah menempuh proses belajar mengajar yang terlihat pada nilai yang diperoleh (berupa angka atau huruf) dari tes hasil belajarnya (Setiawan,2014)
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa adalah kemampuan yang dimiliki siswa terhadap pelajaran matematika yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman dan latihan-latihan selama proses belajar mengajar yang menggambarkan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran dan pembelajran matematika yang dapat dilihat dari nilai matematika dan kemampuannnya dalam memecahkan masalah –masalah yang berhubungan dengan matematika. Dalam hal ini pembelajaran matematika yang dimaksud adalah pada menekankan aktivitas dalam dunia rasio (penalaran) dan pemahaman siswa.
B. Kajian Penelitian yang Relevan
Tabel 2.1 Kajian Penelitian Relevan
No Tahun Nama Hasil
1 2021 Fauziyah Ristanti Diperoleh hasil penelitian yaitu terdapat pengaruh negatif penelitian pada siswa kelas VII SMPN 2 Balaraja diperoleh hasil analisis data penelitian bahwa data berdistribusi normal dan memiliki pengaruh antar variabel yaitu pengaruh pada tingkat kecemasan terhadap hasil belajar matematika. Dengan presentase yang terdiri dari 38 siswa sebesar 0.291 atau setara dengan 29.1% yang menunjukkan pengaruh tingkat kecemasan terhadap hasil belajar yang lemah atau rendah.
2 2020 Diah Dwi Astuti Diperoleh hasil penelitian yaitu terdapat pengaruh negatif perilaku kecemasan di SD Gugus 01 Kecamatan Ngadirojo menyatakan bahwa hasil olah data pada penelitian dengan menggunakan analisis regresi linear berganda diperoleh nilai r square 0,375 yang artinya variabel hasil belajar Matematika pada peserta didik kelas V SD Gugus 01 Kecamatan Ngadirojo dipengaruhi oleh variabel motivasi belajar dan kecemasan diri yaitu sebesar 37,5%.
3 2019 Aulia Nurachmi Diperoleh hasil penelitian yaitu di peroleh hasil penelitian yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kecemasan dengan hasil belajar matematika. Hasil analisis data diketahui kecemasan siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 164 Pekanbaru termasuk kedalam kategorisasi sedang dengan persentase kecemasan sebesar 56,66% dan hasil belajar matematika termasuk ke dalam kategorisasi sedang dengan persentase 63,33%
Berdasarkan tabel di atas bahwa penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Diah Dwi Astuti dan Fauziyah Kristanti terdapat perbedaan yang cukup berarti pada rata-rata dan standar deviasi hasil belajar matematika siswa berdasarkan tingkat kecemasan siswa. Adapun kesamaanya sama- sama mencari pengaruh perilaku kecemasan (Anxiety) terhadap hasil belajar
matematika siswa adapun perbedaanya pengaruh kecemasan disebabkan faktorlain yaitu variabel motivasi belajar dan kecemasan diri yaitu sebesar 37,5%.. Hal ini membuktikan bahwa Timbulnya pengaruh negatif kecemasan pada waktu siswa menghadapi tes atau ujian sangat mempengaruhi kondisi psikologis siswa. Sedangkan adapun persamaan penelitian ke 3 dan 4 yang dilakukan oleh Aulia Nurachmi tahun 2019 dan Frinda Imroatus Sholihah sama-sama membahas pengaruh kecemasan (Anxiety) terhadap hasil belajar siswa dan pengruh kecemasan termasuk kedalam kategorisasi sedang dan untuk perbedaanya penelitian ini membahas hubungan pengaruh perilaku kecemasan dan hubunganyanya prestasi siswa kelas X SMA. Berdasarkan hal tersebut tingkat kecemasan siswa yang tinggi cukup mempengaruhi prestasi atau hasil belajar siswa.
C. Hipotesis Penelitian
Dalam penelitian ini hipotesis yang diajukan peneliti adalah sebagai berikut Ho : Tidak terdapat pengaruh perilaku (Anxiety) dengan hasil belajar Matematika siswa kelas V SD Negeri 2 Bodag Kabupaten Trenggalek
Ha : Terdapat pengaruh perilaku kecemasan (Anxiety) hasil belajar Matematika siswa kelas V SD Negeri 2 Bodag Kabupaten Trenggalek
D. Kerangka Berfikir
Pengaruh Kecemasan (Anxiety) Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa kelas V SD Negeri 2 Bodag
Analisis awal informasi dan data dari sekolah :
1. Ditemukan permasalaan siswa dengan perilaku kecemasan (Anxiety) 2. Kasus perceraian cukup tinggi di lingkungan sekolah Dasar ini
3. Hasil belajar siswa memiliki nilai rata-rata paling rendah pada mata pelajaran Matematika
4. Pemahaman materi Matematika pada siswa kelas V masih kurang / rendah 5. Siswa gugup,cemas,khawatir, pada saat pelajaran Matematika
6. Siswa mulai muncul perubahan pola perilaku ketika mulai kelas 4-6 dan takut terhadap pelajaran Matematika
Jenis dan Pendekatan penelitian : Jenis Penelitian Korelasi (asosiatif) Pendekatan Penelitian Kuantitatif Deskriptif
Analisis Data 1. Uji Validitas
2. Uji Reliabilitas 3. Uji Normalitas 4. Uji Linearitas 5. Uji Hipotesis
Teknik Pengumpulan Data:
1. Angket 2. Wawancara 3. Observasi 4. Dokumentasi
Penarikan Hipotesis Penelitian