• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. A. Kajian Pustaka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. A. Kajian Pustaka"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

7

A. Kajian Pustaka

1. Konsentrasi

a. Hakikat Konsentrasi

Konsentrasi memiliki peranan yang penting pada saat menjalani suatu pertandingan atau pada saat melakukan aktivitas olahraga, Supriyanto & Lismadiana (2013: 111) menyatakan “pada saat melakukan aktivitas olahraga bukan semata-mata melibatkan bagian tubuh manusia melainkan wujud proses psiko-fisik manusia sebagai totalitas yang saling mempengaruhi.” Atlet harus berkonsentrasi agar dapat menerima stimulus-stimulus yang relevan dan mengabaikan pengganggu yang dapat mengganggu konsentrasi.

Moran (2009: 195) menyatakan bahwa, “konsentrasi atau kemampuan untuk memperhatikan stimulus yang paling penting dalam situasi apapun dan mengabaikan gangguan adalah unsur yang sangat penting dalam mencapai kesuksesan penampilan seorang atlet.”

Menurut Zahedi, Shijahe, & Sadeghi (2011: 1) “pada kondisi penting, kehilangan konsentrasi sekejap saja dapat mempengaruhi penampilan dan berpengaruh terhadap hasil pertandingan. Hal ini dikarenakan fokus perhatian secara signifikan mempengaruhi penampilan.”

Menurut Lavalee, dkk. (2004: 91) “kemampuan berkonsentrasi secara efektif sangat penting agar kinerja bisa optimal ketika melakukan aktivitas olahraga.”

Atlet harus memberikan perhatiannya terhadap stimulus- stimulus untuk ditindak lanjuti atau diabaikan. Ketika atlet sudah dapat memfokuskan perhatiannya kepada stimulus yang relevan maka atlet dapat berkonsentrasi pada aktivitas yang sedang dilakukannya. Dalam situasi pertandingan penting seseorang harus berkonsentrasi dan memberikan perhatian secara penuh pada pertandingan. Tanpa

(2)

melakukan konsentrasi, seorang atlet akan kesulitan dalam melakukan penampilan terbaiknya. Kemampuan untuk bisa berkonsentrasi dan memberikan perhatian pada saat pertandingan bukanlah hal yang mudah. Supriyanto & Lismadiana (2013: 112) menyatakan, “banyak atlet yang terganggu konsentrasinya pada saat pertandingan terutama pada atlet pemula, junior, dan bahkan beberapa atlet senior sehingga berakibat penampilannya menurun dan mengalami kekalahan.”

Penurunan konsentrasi ini ditandai dengan atlet menunjukkan perilaku yang merugikan penampilannya. Atlet dapat terganggu konsentrasinya ketika atlet tidak mampu untuk memberikan perhatiannya pada stimulus yang relevan. Ketika melakukan aktivitas pertandingan atau aktivitas olahraga stimulus selalu datang secara bersamaan. Hal ini menuntut atlet untuk selalu fokus pada aktivitas yang sedang dilakukan. Stimulus-stimulus dapat berupa instruksi dari pelatih, pergerakan lawan, teman satu tim, kegaduhan suara penonton dan perilaku suporter lawan. Apabila atlet tidak mampu merespon secara tepat maka atlet akan terganggu dan salah dalam mengambil keputusan juga salah dalam bertindak.

Hilangnya konsentrasi pada saat pertandingan sering terjadi pada atlet. Selain itu, adanya tekanan saat melakukan aktivitas olahraga akan dapat mengganggu konsentrasi atlet (Goldman & Rao, 2012: 1). Atlet yang bisa berkonsentrasi dengan baik akan mampu untuk melakukan penampilan yang terbaik. Hal ini berkaitan dengan kemampuan atlet dalam membuat keputusan yang tepat terhadap stimulus-stimulus yang diterima untuk direspon atau diabaikan. Atlet juga akan lebih menghemat energi dengan konsentrasi karena atlet hanya memberikan fokus perhatiannya pada petunjuk yang tepat dan tidak merasa terganggu dengan adanya gangguan. Pada saat melakukan aktivitas olahraga, seorang atlet akan memperoleh informasi baik yang berasal dari luar (eksternal) maupun yang berasal dari dalam dirinya (internal).

(3)

Hal tersebut sesuai dengan simpulan Wilson, Peper, dan Schmid (Komarudin, 2013: 138) “konsentrasi adalah kemampuan untuk memusatkan perhatian seseorang pada tugas yang diterima dan dengan demikian tidak akan terganggu atau terpengaruh oleh rangsangan eksternal dan internal tidak relevan.” Menurut (Weinbert &

Gould, 2011: 367) konsentrasi merupakan kemampuan untuk mempertahankan perhatian pada isyarat lingkungan yang relevan.

Selanjutnya (Sukadiyanto, 2006: 162) menyatakan “konsentrasi sebagai suatu fiksasi, perhatian terhadap rangsang tertentu, dan kelanjutan perhatian pada rangsang yang dipilih.”

Dari beberapa definisi mengenai konsentrasi di atas dapat disimpulkan, konsentrasi merupakan kemampuan seorang atlet untuk memusatkan perhatiannya terhadap stimulus-stimulus yang relevan pada saat melakukan aktivitas olahraga. Konsentrasi ini terjadi ketika atlet mampu memberikan perhatian terhadap stimulus yang dipilih.

Dalam kaitannya dengan aktivitas olahraga dan latihan, menurut (Sukadiyanto, 2006: 164) konsentrasi memiliki empat ciri yaitu:

1) Fokus pada kondisi objek yang relevan (perhatian yang selektif).

2) Memelihara fokus perhatian dalam jangka waktu lama.

3) Memiliki kesadaraan pada situasi.

4) Meningkatkan fokus perhatian ketika diperlukan.

Gambar 2.1 Proses terjadinya Perhatian dan Konsentrasi dalam Olahraga

(4)

b. Faktor yang Mempengaruhi Konsentrasi

Dalam melakukan konsentrasi banyak atlet mengalami permasalahan ketika pertandingan. Weinbert & Gould (2011: 372) menyatakan “permasalahan dalam berkonsentrasi biasanya disebabkan ketidaktepatan dalam memberikan fokus perhatian yang dikarenakan oleh beberapa faktor pengganggu perhatian baik internal maupun eksternal”. Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi:

1) Faktor internal

Faktor internal merupakan faktor yang mempengaruhi konsentrasi seseorang yang berasal dari dalam dirinya, di antaranya:

a) Memikirkan kejadian yang telah terjadi

Banyak atlet yang belum melupakan kejadian-kejadian yang telah dilewati terutama mengenai kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan. Hal ini menyebabkan terganggunya konsentrasi atlet. Atlet merasa kesalahan yang dilakukan diluar kebiasaannya sehingga atlet lebih berkonsentrasi pada kesalahan dibandingkan berkonsentrasi pada aktivitas yang sedang dilakukan.

Fokus pada kejadian-kejadian dimasa lalu banyak menjatuhkan atlet-atlet yang berbakat, karena mereka menganggap kejadian masa lalu sebagai hambatan bagi mereka untuk fokus pada aktivitas yang sedang dilakukan. Hambatan- hambatan tersebut menyebabkan atlet sulit untuk fokus dan akan sering melakukan banyak kesalahan dalam memberikan perhatian.

b) Memikirkan kejadian yang akan datang

Permasalahan mengenai konsentrasi juga dapat terjadi dikarenakan memikirkan kejadian yang akan datang. Seorang atlet akan terganggu konsentrasinya apabila lebih memilih untuk memikirkan hasil yang akan diperoleh daripada

(5)

memikirkan yang perlu dilakukan sekarang untuk mencapai kesuksesan.

Jenis berpikir pada orientasi yang akan datang dan memiliki kekhawatiran yang negatif akan mempengaruhi konsentrasi, yang berakibat sering melakukan kesalahan dan penampilannya menjadi menurun. Hal semacam ini dapat menyebabkan atlet banyak mengalami kegagalan.

c) Merasa Tertekan (chocking)

Faktor emosi seperti mendapat tekanan dalam menjalani pertandingan krusial dapat mengganggu konsentrasi atlet yang muncul dari dalam diri atlet. Ketika atlet merasa tertekan akan terfokus pada penampilanya yang menurun pada saat penting disuatu pertandingan. Tertekan merupakan suatu proses yang menyebabkan menurunnya kualitas penampilan diluar perilaku sebenarnya.

Atlet yang merasa tertekan sulit untuk mengendalikan penampilannya yang dikarenakan atlet kehilangan konsentrasinya sehingga atlet sering melakukan kesalahan.

Atlet yang merasa tertekan akan mengalami kesulitan untuk mengubah fokus perhatiannya, menurunnya waktu reaksi dan koordinasi, kelelahan, tekanan ototnya meningkat dan lemah dalam membuat keputusan. Pada kondisi tertekan atlet akan lebih menurun konsentrasinya dan semampunya untuk menunjukkan penampilan terbaiknya.

d) Kelebihan dalam menganalisis mekanisme tubuh

Terlalu fokus pada mekanisme tubuh dan gerak dapat mempengaruhi konsentrasi seorang atlet. Ketika atlet belajar suatu keterampilan baru, atlet melakukan keterampilan tersebut agar memiliki pengalaman seperti perpindahan berat badan posisi tubuh dan pola gerak. Atlet akan berusaha untuk mengintegrasikan pola gerak yang baru dilakukan. Pada

(6)

awalnya penampilan atlet akan terlihat kurang baik dan akan menjadi otomatis melalui aktivitas latihan keterampilan.

Dalam menampilkan suatu gerak, atlet harus fokus pada kegiatan yang sedang dilakukan tanpa harus memikirkan dari gerak tubuhnya. Hal ini dikarenakan tubuh akan secara otomatis melakukan gerak sesuai yang diinginkan.

e) Kelelahan

Perhatian merupakan proses mental yang cukup menghabiskan energi. Tak jarang ditemukan atlet yang kehilangan konsentrasi ketika mengalami kelelahan. Hal ini berpengaruh terhadap kualitas penampilan, kelemahan dalam membuat keputusan, kurang fokus, dan menurunkan mental atlet. Kelelahan dapat menurunkan sejumlah proses pikiran yang diperoleh atlet untuk menemukan tuntutan dari situasi pertandingan.

Dalam kondisi kelelahan, atlet sulit untuk memberikan fokus perhatiannya ke stimulus yang relevan. Atlet lebih fokus pada kondisi tubuhnya dan sering mengabaikan atau salah dalam memberikan keputusan terhadap stimulus yang tepat.

Dalam kondisi kelelahan penampilan atlet juga akan ikut menurun.

f) Kurangnya motivasi

Motivasi merupakan pendorong yang berasal dari dalam diri atlet untuk melakukan sesuatu secara bersungguh- sungguh. Ketika atlet memiliki motivasi yang tinggi atlet akan melakukan secara bersungguh-sungguh aktivitas olahraga yang sedang dilakukan untuk mendapatkan hasil yang baik.

Atlet yang kurang termotivasi akan sulit untuk mempertahankan konsentrasinya. Hal ini berkaitan dengan kurangnya dorongan dari dalam diri atlet untuk melakukan yang terbaik disetiap pertandingan yang dijalani. Pada atlet yang tidak termotivasi akan mudah terjadi permikiran yang

(7)

tidak relevan karena atlet tidak fokus. Banyak atlet percaya konsentrasi tidak begitu diperlukan untuk fokus ketika lawannya relatif lemah. Hal ini berdampak pada hasil pertandingan.

2) Faktor Eksternal a) Gangguan visual

Visual merupakan salah satu panca indera yang paling berpengaruh dalam menerima stimulus. Salah satu aspek yang menyulitkan dalam mempertahankan konsentrasi sepanjang latihan maupun pertandingan adalah banyaknya pengganggu visual dari lingkungan yang mengganggu perhatian atlet.

Penonton merupakan salah satu penyebab adanya gangguan visual yang mungkin berpengaruh terhadap konsentrasi atlet dan mempersulit atlet dalam melakukan penampilannya. Setiap orang tentu menginginkan untuk tampil baik dihadapan orang yang dikenal dan peduli sehingga akan merasa tertekan dan sulit.

Banyak atlet yang lebih memilih untuk fokus pada penampilannya sendiri dibanding fokus pada stimulus-stimulus yang relevan. Selain berasal dari penonton, gangguan visual juga berasal dari papan skor dan kamera wartawan yang berada disisi lapangan.

b) Gangguan audio

Banyak aktivitas olahraga yang dilakukan di lingkungan yang berbeda dalam tingkat kegaduhannya sehingga mempengaruhi konsentrasi. Kegaduhan yang ditimbulkan oleh penonton dapat mempengaruhi penampilan atlet. Atlet yang sudah terbiasa dengan kondisi latihan yang tenang akan merasa terganggu dengan suara penonton. Salah satu contoh bentuk gangguan yang berasal dari penonton yaitu adanya ejekan dari penonton yang mengakibatkan atlet menjadi agresif.

(8)

Ketika atlet agersifitasnya sudah tidak stabil akan berakibat atlet sulit untuk berkonsentrasi pada pertandingan karena terlalu memikirkan suara yang ditimbulkan oleh penonton. Selain berasal dari penonton, dapat berasal dari instruksi yang kurang jelas dari pelatih dan gangguan dari komentator.

c) Lawan bertanding

Dalam beberapa kondisi, adanya strategi yang digunakan untuk mengganggu lawan bertandingnya. Perihal semacam ini sering dikenal dengan perang urat saraf. Hal ini biasanya berupa intimidasi yang dapat menjatuhkan mental lawan sehingga lawan menjadi takut dan tidak berkonsentrasi.

Perang urat saraf ini biasanya dilakukan sebelum dan pada saat pertandingan berjalan/dilaksanakan.

Perang urat saraf dilakukan dengan mengintimidasi, lawan menjadi takut sehingga lawan akan sulit untuk melakukan konsentrasi atau menjadi lebih agresif. Atlet akan lebih fokus pada perilaku lawan daripada fokus pada pertandingan.

2. Koordinasi Mata-Kaki a. Hakikat Koordinasi

Koordinasi pada prinsipnya merupakan pengaturan syaraf- syaraf pusat dan tepi secara harmonis dalam menggabungkan gerakan- gerakan otot sinergis dan antagonis secara selaras. Koordinasi merupakan kemampuan seseorang untuk merangkai beberapa gerakan menjadi satu pola gerakan yang efektif dan efisien. Berkaitan dengan koordinasi Suharno (1993: 61) menyatakan, “koordinasi adalah kemampuan atlet untuk merangkaikan beberapa gerak menjadi satu gerak yang utuh dan selaras”.

Menurut Sajoto (1995: 9) “koordinasi adalah kemampuan seseorang mengintegrasikan bermacam-macam gerakan yang berbeda

(9)

ke dalam pola gerakan tunggal secara efektif”. Menurut Irianto (2002:

76) “koordinasi adalah kemampuan melakukan gerak pada berbagai tingkat kesukaran dengan cepat dan tepat secara efisien.” Menurut Sukadiyanto (2005: 139) "koordinasi merupakan hasil perpaduan kinerja dari kualitas otot, tulang dan persendian dalam menghasilkan satu gerakan yang efektif dan efisien.” Menurut Ismaryati (2008: 53)

“koordinasi didefinisikan sebagai hubungan yang harmonis dari hubungan saling pengaruh di antara kelompok-kelompok otot selama melakukan kerja”.

Berdasarkan pengertian koordinasi yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa koordinasi mata-kaki adalah suatu integrasi antara mata sebagai pemegang fungsi utama dalam hal ini melihat situasi permainan yang dihadapi, dan kaki sebagai pemegang fungsi melakukan suatu gerakan yang dikehendaki oleh otak setelah merespon situasi yang dilihat oleh mata. Integrasi yang melibatkan dua bagian gerak yaitu mata dan kaki harus dirangkaikan menjadi satu pola gerakan yang baik dan harmonis untuk mendukung kemampuan melakukan sepak sila.

Tingkat koordinasi atau baik buruknya koordinasi gerak seseorang tercermin dalam kemampuannya untuk melakukan suatu gerakan secara mulus, tepat (precise), dan efisien. Seseorang yang memiliki koordinasi baik bukan hanya mampu melakukan suatu keterampilan secara sempurna, tetapi juga mudah dan cepat dapat melakukan keterampilan-keterampilan yang baru. Harsono (1988: 221) menyatakan bahwa:

kecepatan, kekuatan, daya tahan, kelentukan, kinestetik, sense, balance, dan ritme, memberikan kesinambungan dan keterpaduan di dalam koordinasi gerak, oleh karena itu satu sama lainnya mempunyai hubungan yang erat. Apabila salah satu unsur tidak ada atau kurang berkembang, maka hal ini berpengaruh terhadap kesempurnaan koordinasi.

Suharno (1993: 62) menyatakan bahwa dalam usaha untuk pencapaian prestasi, koordinasi dipengaruhi oleh:

(10)

1) Pengaturan syarat pusat dan tepi, hal ini berdasarkan pembawaan atlet dan hasil dari latihan.

2) Tergantung tonus dan elastisitas dari otot yang melakukan gerakan.

3) Baik dan tidaknya keseimbangan, kelincahan, dan kelentukan atlet.

4) Banyak dan tidaknya koordinasi kerja syaraf, otot dan indera.

Faktor pembawaan dan kemampuan kondisi fisik khususnya kelincahan, kelentukan, keseimbangan, kekuatan, dan daya tahan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan koordinasi yang dimilki seseorang. Dengan kata lain jika kelincahan, kelentukan, keseimbangan, kekuatan, dan daya tahan baik maka tingkat koordinasinya juga baik. Dengan demikian latihan yang bertujuan meningkatkan komponen kondisi fisik tersebut, maka secara tidak langsung akan meningkatkan kemampuan koordinasi pula.

b. Peranan Koordinasi Mata-Kaki terhadap Kemampuan Sepak Sila Koordinasi merupakan salah satu komponen kondisi fisik yang mempunyai peran penting terutama untuk cabang olahraga permainan termasuk permainan sepak takraw. Hampir seluruh gerakan dalam permainan sepak takraw membutuhkan koordinasi mata-kaki.

Sepak Sila merupakan teknik sepak takraw yang membutuhkan koordinasi yang baik. Koordinasi mata-kaki berperan dalam memainkan bola dengan baik dan lancar dengan melihat situasi permainan. Harsono (1988: 220) menyatakan bahwa “suatu keterampilan atau skill menuntut adanya koordinasi”.

Kemampuan seorang pemain melakukan sepak sila dibutuhkan koordinasi mata-kaki yang baik, maka gerakan sepak sila dapat dilakukan dengan baik dan lancar serta mampu mengontrol bola agar tidak liar (bola konsisten). Namun sebaliknya, koordinasi mata- kaki yang buruk, maka gerakan sepak sila tidak lancar, bola mudah jatuh, dan bola tidak konsisten.

(11)

Banyak manfaat yang diperoleh jika seseorang memiliki koordinasi yang baik. Menurut Suharno (1993: 62) kegunaan koordinasi antara lain:

1) Mengkoordinasikan beberapa gerak agar menjadi satu gerak yang utuh dan serasi.

2) Efisien dan efektif dalam penggunaan tenaga.

3) Untuk menghindari terjadinya cidera.

4) Mempercepat berlatih, menguasai teknik.

5) Dapat untuk memperkaya taktik dalam bertanding.

6) Kesiapan mental atlet lebih mantap untuk menghadapi pertandingan.

Pada dasarnya koordinasi berguna untuk mengkoordinasikan beberapa gerakan menjadi satu gerakan yang serasi dan utuh, lebih efektif dan efisien tenaga yang dikeluarkan, dapat terhindar dari cidera, mempercepat berlatih menguasai teknik, memperkaya taktik dalam bertanding dan meningkatkan mental yang lebih baik. Tingkat koordinasi yang baik akan mendukung gerakannya menjadi lebih efektif dan efisien. Namun sebaliknya, jika tingkat koordinasi rendah gerakan yang ditampilkan tidak efektif, bahkan dapat menimbulkan cidera. Untuk meningkatkan kemampuan sepak sila, maka seorang pemain sepak takraw harus memiliki koordinasi yang baik. Untuk meningkatkan koordinasi harus dilakukan latihan dengan baik dan benar.

Dalam permainan sepak takraw koordinasi mata-kaki mutlak diperlukan karena akan sangat menunjang untuk menguasai jalannya permainan. Koordinasi mata-kaki merupakan dasar untuk mencapai keterampilan yang tinggi dalam melakukan sepak sila.

3. Sepak Sila dalam Sepak Takraw a. Hakikat Sepak Takraw

Sepak Takraw adalah permainan yang menggunakan bola yang terbuat dari plastik (syntethic fibre), dimana awalnya permainan ini menggunakan bola yang terbuat dari rotan. Sepak takraw di Indonesia dan Malaysia mulai dimainkan pada abab ke-15 dengan

(12)

nama Sepak Raga. Sepak takraw merupakan cabang olahraga permainan asli dari melayu dan tumbuh berkembang di Indonesia serta meluas ke semenanjung Indo-cina dan Philipina. Setiap negara mempunyai sebutan masing-masing mengenai nama sepak takraw, sebagai contoh di Cina/Tiongkok dikenal dengan nama “Teng chew”

di Philipina disebut “Sipa”.

Iyakrus (2012: 1) menyatakan bahwa “sepak takraw merupakan suatu permaianan yang menggunakan bola (takraw) yang terbuat dari rotan dimainkan di atas lapangan yang berukuran 13,42 m, dan lebar 6,1 m.” Permainan sepak takraw dilakukan di atas lapangan berbentuk persegi panjang, lapangan tersebut dibatasi dengan net yang berada tepat melintang ditengah-tengah lapangan. Permainan ini dilakukan oleh dua regu atau kelompok dengan tujuan dari setiap pihak adalah mengembalikan bola sedemikian rupa sehingga dapat jatuh di lapangan lawan atau menyebabkan lawan melakukan pelanggaran atau bermain salah. Regu yang dapat memasukkan bola ke regu lain akan mendapatkan poin.

Bermain sepak takraw menggunakan seluruh bagian tubuh kecuali bagian lengan. Permainan diawali dengan servis yang berada pada lingkaran servis, pemain yang melakukan servis ini disebut dengan tekong. Servis dikatakan berhasil dilakukan apabila melewati net kemudian pihak lawan dapat mengembalikan bola tersebut maksimal tiga kali sentuhan baik seorang maupun rekan satu tim untuk mengembalikan bola tersebut diseberangkan di atas net agar jatuh di wilayah lapangan lawan. Prawirasaputra (2000: 5) menyatakan “setiap regu yang berhadapan terdiri atas 3 orang pemain, yang bertugas sebagai tekong yang berdiri paling belakang, dua orang lainnya menjadi pemain depan yang berada disebelah kiri dan kanan yang disebut apit kiri dan apit kanan.”

Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa olahraga sepak takraw merupakan sebuah permainan yang dimainkan di atas lapangan empat persegi panjang

(13)

dengan permukaan yang rata baik di tempat terbuka (outdoor) maupun di ruang tertutup (indoor) yang bebas rintangan dan dimainkan oleh dua regu yang dibatasi dengan jaring (net).

Untuk dapat bermain sepak takraw yang baik harus mengenal dan mampu menguasai keterampilan teknik dasar dalam bermain sepak takraw. Keterampilan atau teknik dasar sepak takraw yang harus dikuasai oleh pemain yaitu meliputi sepakmula (servis), sepak sila, sepak kuda (sepak kura), sepak cungkil, sepak simpuh (sepak badek), menapak, sundulan (heading), mendada, memaha, membahu, dan block (menahan). Dari beberapa jenis sepakan dalam permainan sepak takraw, yang paling penting dan utama yaitu sepak sila.

b. Sepak Sila

Salah satu daya tarik yang ditemui dalam permainan sepak takraw yaitu terletak pada gerakan sepak sila. Sepak sila merupakan ibu dari permainan sepak takraw, karena bola dimainkan terbanyak disepak dengan bagian kaki mulai dari permulaan permainan sampai dengan membuat poin. Menurut PERSETASI (2002: 5) “sepak sila adalah menyepak dengan menggunakan kaki bagian dalam. Sepak sila digunakan untuk menerima dan menimang/menguasai bola, mengumpan antaran bola dan untuk menyelamatkan dari serangan lawan.” Menurut Hamidi (2008: 14) “sepak sila adalah menyepak bola dengan menggunakan kaki bagian dalam. Dalam permainan sepak takraw, sepak sila digunakan untuk menerima & menguasai bola, mengumpan, dan menyelamatkan bola dari serangan lawan.”

Menurut Kurniawan (2012: 145) “sepak sila adalah sepakan yang menggunakan kaki bagian dalam. Sepak sila merupakan pergerakan dasar dengan bermacam kegunaan salah satunya untuk menahan atau menerima servis, passing, memberi bola, dan bagi pemula digunakan pada saat servis.”

Menurut Qoryaningtyas (2017: 103) “sepak sila selain menjadi teknik dasar dalam permainan sepak takraw juga sebagai

(14)

kunci dalam melakukan permainan antara lain umpan untuk smash, passing, dan servis, dan apabila teknik sepak sila dikuasai dengan baik maka akan lebih mudah untuk menerima bola dari serangan lawan.”

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sepak sila merupakan keterampilan yang sangat penting dan perlu mendapat perhatian dalam permainan sepak takraw, karena sepak sila merupakan pertahanan awal dalam permainan sepak takraw itu sendiri.

Teknik melakukan sepak sila menurut (Thamrin, 2008: 4), adalah sebagai berikut:

1) Berdiri dengan dua kaki terbuka selebar bahu.

2) Kaki sepak digerakan melipat setinggi lutut kaki tumpu.

3) Bola disentuh dengan kaki bagian dalam.

4) Kaki tumpu agak ditekuk sedikit, badan dibungkukkan sedikit.

5) Mata melihat tertuju kepada bola.

6) Kedua tangan dibuka dan dibengkokkan pada siku untuk menjaga keseimbangan.

7) Pergelangan kaki sepak pada pada waktu menyepak dikencangkan.

8) Bola disepak ke atas lurus melewati tinggi kepala.

Gambar 2.2 Sepak Sila (Sumber : Prawirasaputra, 2000: 25)

c. Atlet

Dalam kehidupan sehari-hari sering terdengar kata atlet sebagai sebutan seseorang, sebutan ini biasanya dikaitkan dengan bidang olahraga. Dilihat dari realita di lapangan disebut sebagai atlet apabila orang tersebut adalah seorang olahragawan yang mengikuti

(15)

sebuah perlombaan atau pertandingan yang meliputi kekuatan, ketangkasan, dan kecepatan dalam bidang olahraga. Selain itu, dikatakan sebagai atlet apabila seseorang itu ahli dalam suatu cabang olahraga dan memiliki prestasi (berprestasi) dalam cabang olahraga tersebut.

Menurut Wibowo (2002: 05) “atlet adalah subjek/seseorang yang berprofesi atau menekuni suatu cabang olahraga tertentu dan berprestasi pada cabang olahraga tersebut,” sedangkan menurut Salim (1991: 55) “atlet adalah olahragawan terutama dalam bidang yang memerlukan kekuatan, ketangkasan, dan kecepatan.”

B. Kerangka Bepikir

Konsentrasi termasuk aspek mental dalam olahraga dan memegang peranan penting, dengan berkurangnya atau terganggunya konsentrasi atlet pada saat latihan apalagi pertandingan, maka akan timbul berbagai masalah serta hasil yang tidak optimal. Pada perkembangannya konsentrasi merupakan perhatian dalam rentang waktu yang lama, sehingga selama dalam aktivitas olahraga yang diperlukan adalah konsentrasi. Konsentrasi dari seorang atlet dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Atlet dapat terganggu konsentrasinya ketika atlet tidak mampu untuk memberikan perhatiannya pada stimulus yang relevan. Dalam suatu pertandingan atau pada saat latihan, konsentrasi berpengaruh terhadap kondisi fisik, keterampilan, penampilan, dan psikologis atlet. Dalam kaitannya dengan penampilan olahraga dan kerja fisik lainnya. yang diperlukan untuk menguasai keterampilan adalah kemampuan kecapakan tubuh antara lain koordinasi, kinestetik, keseimbangan, dan kecepatan gerak.

Koordinasi merupakan kemampuan seseorang untuk merangkai beberapa unsur gerak menjadi satu rangkaian gerakan yang selaras dan sesuai dengan tujuan. Koordinasi gerak mata-kaki dalam permainan sepak takraw memiliki peranan yang sangat penting. Kemampuan tersebut diperlukan untuk mengontrol dan memainkan bola setelah adanya stimulus tertentu dalam bentuk bola yang datang dari serangan lawan. Koordinasi mata-kaki dari

(16)

masing-masing atlet dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pengaturan syarat pusat dan tepi, elastisitas otot, keseimbangan, kelincahan, dan kelentukan.

Dengan koordinasi mata-kaki yang bagus, maka gerakan-gerakan tertentu dapat dilakukan dengan tujuan menguasai dan memainkan bola. Lebih lanjut, koordinasi mata-kaki berpengaruh terhadap kepercayaan diri dan performa/kemampuan atlet dalam melakukan aktivitas olahraga seperti sepak sila.

Salah satu daya tarik dalam permainan sepak takraw terletak pada gerakan sepak sila. Sepak sila merupakan ibu dari permainan sepak takraw, karena bola dimainkan terbanyak disepak dengan bagian kaki mulai dari permulaan permainan sampai membuat poin. Sepak sila adalah menyepak dengan menggunakan kaki bagian dalam. Kemampuan sepak sila merupakan keterampilan dimana seseorang mampu menguasai menimang bola dengan baik dan konsisten. Dari penjelasan tersebut maka perlu dibuktikan: (1) apakah konsentrasi memberikan kontribusi yang besar pada saat pemain melakukan sepak sila sehingga memiliki hubungan yang signifikan. (2) apakah koordinasi mata-kaki memberikan kontribusi yang besar pada saat pemain melakukan sepak sila sehingga memiliki hubungan yang signifikan.

(17)

Gambar 2.3 Kerangka Berpikir

C. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2018: 63). Hipotesis adalah jawaban sementara penelitian, patokan, dugaan atau dalil sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian. Setelah melalui pembuktian dari hasil penelitian maka hipotesis dapat benar atau salah, diterima atau ditolak. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Terdapat hubungan antara konsentrasi dengan kemampuan sepak sila atlet sepak takraw kabupaten klaten tahun 2021.

Faktor yang mempengaruhi : Faktor internal dan faktor

eksternal

Berpengaruh terhadap kondisi fisik, keterampilan, penampilan, dan psikologis

atlet

Berpengaruh terhadap kepercayaan diri dan performa/kemampuan atlet Faktor yang mempengaruhi :

Pengaturan syarat pusat dan tepi, elastisitas otot, keseimbangan, kelincahan, dan

kelentukan Koordinasi Mata-Kaki

Adakah hubungan konsentrasi dengan kemampuan sepak sila

Konsentrasi

Kemampuan Sepak Sila

Adakah hubungan koordinasi mata-kaki dengan kemampuan sepak sila

(18)

2. Terdapat hubungan antara koordinasi mata-kaki dengan kemampuan sepak sila atlet sepak takraw kabupaten klaten tahun 2021.

Gambar

Gambar 2.2 Sepak Sila  (Sumber : Prawirasaputra, 2000: 25)
Gambar 2.3 Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Sertifikasi Bidang Studi NRG

Data hasil pretes dan postes yang telah diperoleh akan dianalisis untuk melihat bagaimana efektivitas model pembelajaran reflektif untuk meningkatkan pemahaman

Untuk membangun kemandirian dan peningkatan pendapatan peternak rakyat pola kemitraan pada budidaya tidak dapat diandalkan, Sebabnya adalah karena dengan karakteristik

Abdullah bin Mubarok berkata, “Sungguh mengembalikan satu dirham yang berasal dari harta yang syubhat lebih baik bagiku daripada bersedeqah dengan seratus ribu dirham”..

In measuring phase the sequences (i.e. patterns) of HO and LAU zones can be determined and stored in database on each road. There are operating solutions and IPRs based

Kami juga akan memberikan dukungan dan pantauan kepada yang bersangkutan dalam mengikuti dan memenuhi tugas-tugas selama pelaksanaan diklat online. Demikian

Penelitian mengenai pengaruh gelombang mikro terhadap tubuh manusia menyatakan bahwa untuk daya sampai dengan 10 mW/cm2 masih termasuk dalam nilai ambang batas aman

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi pembelanja dalam memilih distro Kontjo Brother.. Penelitian ini merupakan penelitian asiosiatif,