• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAMPAK KONVERSI LAHAN PERTANIAN TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI (STUDI KASUS: PEMBANGUNAN JALUR KERETA API DI KECAMATAN LABAKKANG KABUPATEN PANGKEP)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "DAMPAK KONVERSI LAHAN PERTANIAN TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI (STUDI KASUS: PEMBANGUNAN JALUR KERETA API DI KECAMATAN LABAKKANG KABUPATEN PANGKEP)"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

i

DAMPAK KONVERSI LAHAN PERTANIAN TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI (STUDI KASUS: PEMBANGUNAN JALUR

KERETA API DI KECAMATAN LABAKKANG KABUPATEN PANGKEP)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sosiologi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh:

Muassirah Nim 105381105617

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI 2021

(2)

ii

(3)

iii

(4)

iv

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Alamat : Jalan Sultan Alauddin No. 259 Makassar  Fax (0411) 860 132 Makassar 90221 www.fkip-unismuh-info

SURAT PERNYATAAN Mahasiswa yang bersangkutan:

Nama : Muassirah Stambuk : 105381105617 Jurusan : Pendidikan Sosiologi

Dengan Judul : Dampak Konversi Lahan Pertanian Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi (Studi Kasus: Pembangunan Jalur Kereta Api Di Kecamatan Labakkang Kabupaten Pangkep

Dengan menyatakan bahwa Skripsi yang saya ajukan di depan Tim Penguji adalah hasil karya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau dibuatkan oleh siapapun. Demikian pernyataan ini saya buat dan saya bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, 20 Agustu 2021 Yang Membuat Peryataan

Muassirah

(5)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Alamat : Jalan Sultan Alauddin No. 259 Makassar  Fax (0411) 860 132 Makassar 90221 www.fkip-unismuh-info

SURAT PERJANJIAN Mahasiswa yang bersangkutan:

Nama : Muassirah Stambuk : 105381105617 Jurusan : Pendidikan Sosiologi

Fakultas : Keguruandan Ilmu Pendidikan

Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai skripsi ini, saya akan menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).

2. Dalam penyusunan skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan pembimbing yang telah ditetapkan oleh pemimpin fakultas.

3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (plagiat) dalam menyusun skripsi.

4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2 dan 3 saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, 20 Agustu 2021 Yang Membuat Perjanjian

Muassirah

(6)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Setiap ada usaha pasti akan ada kesempatan, hati nurani kita telah memberikan isyarat untuk selalu mempersiapkan kesuksesan dengan semangat dalam berjuang.

Yakinlah setelah perjuangan yang maksimal akan selalu ada jalan menuju impian.

Barang siapa menempuh jalan untuk mendapatkan ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga. (HR. Muslim)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, atas rahmat dan hidayah-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Karya sederhana ini ku persembahkan untuk:

Ibu dan Ayah tercinta sebagai rasa hormat dan rasa terima kasih yang tiada terhingga kupersembahkan karya kecil ini kepada Ibu dan Ayah yang telah memberikan segala dukungan, semoga selalu diberikan kesehatan agar dapat menemani langkah-langkah kecilku menuju kesuksesan.

Kakak ku terima kasih atas semangat dan supportnya, untuk adikku terima kasih sudah membantu dan mau menemani penelitianku, serta sahabat-sahabat terbaikku yang selalu memberikan arahan, dukungan, dan motivasi.

(7)

ABSTRAK

Muassirah, 2021. Dampak Konversi Lahan Pertanian Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi (Studi Kasus: Pembangunan jalur Kereta Api Di Kecamatan Labakkang Kabupaten Pangkep). Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar, (dibimbing oleh Kaharuddin dan Lukman Ismail)

Tujuan dari penelitian ini yaitu menganalisis dampak konversi lahan pertanian terhadap kondisi sosial ekonomi petani, megetahui dinamika sosial yang terjadi dalam konversi lahan pertanian, memahami faktor pendorong dan penghambat konversi lahan pertanian pada pembangunan jalur kereta api di Kecamatan Labakkang, Kabupaten Pangkep. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dokumentasi, dan teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, penyadian data, kemudian menarik kesimpulan. Untuk menentukan informan teknik yang digunakan yaitu teknin purposive sampling.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dampak sosial yang ditimbulkan dari alih fungsi lahan yaitu adanya kecemburuan antar masyarakat mengenai perbedaan harga ganti rugi yang diterima msyarakat, selain itu juga pembagunan jalur kereta api terhadap sawah yang menjadi jalur mengakibatkan banyaknya lahan kering karena saluran irigasi yang terganggu akibat adanya alih fungsi lahan. Dampak ekonomi akibat adanya konversi lahan adalah berkurangnya hasil panenen karena sebagian lahan sudah dialih fungsikan. Dinamika sosial yang terjadi dalam pembangunan jalur kereta api yaitu perubahan pada mata pencaharian masyarakat dengan memanfaatkan kompensasi yang diterima untuk membuka usaha baru. Perubahan kekuasaan lahan juga terjadi akibat sebagian lahan diambil alih oleh pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan pembangunan jalur kereta api. Faktor pendorong terjadinya alih fungsi lahan karena adanya kebijakan dari pemerintah dan faktor penghambat yaitu lantaran masyarakat merasa tidak puas terhadap uang ganti rugi yang diberikan.

Kata Kunci: Konversi lahan, Pembangunan infrastruktur, Sosial ekonomi

(8)

ABSTRACT

Muassirah, 2021. Impact of Agricultural Land Conversion on Socio- Economic Conditions (Case Study: Construction of a Railway line in Labakkang District, Pangkep Regency). Faculty of Teacher Training and Education, University of Muhammadiyah Makassar, (supervised by Kaharuddin and Lukman Ismail)

The purpose of this study is to analyze the impact of agricultural land conversion on the socio-economic conditions of farmers, to know the social dynamics that occur in agricultural land conversion, to understand the driving and inhibiting factors of agricultural land conversion in the construction of the railway line in Labakkang District, Pangkep Regency. This type of research is a qualitative research with a case study approach. Data collection techniques through observation, interviews, documentation, and data analysis techniques used are data reduction, data encoding, then draw conclusions. To determine the informants the technique used is purposive sampling technique.

The results of this study indicate that the social impact caused by land conversion is jealousy between communities regarding the difference in the price of compensation received by the community, besides that the construction of a railway line for rice fields which is the path has resulted in a lot of dry land because irrigation channels are disrupted due to the presence of land use change.

The economic impact due to land conversion is a reduction in crop yields because some of the land has been converted. The social dynamics that occur in the construction of the railway line are changes in people's livelihoods by utilizing the compensation received to open new businesses. Changes in land power also occurred as a result of part of the land being taken over by the government in order to fulfill the needs for the construction of the railway line. The driving factor for the conversion of land is due to policies from the government and the inhibiting factor is because the community is dissatisfied with the compensation given.

Keywords: Land conversion, Infrastructure development, Socio-economy

(9)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, berkat rahmatdan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam tercurahkan kepada Rasulullah SAW, keluarga dan sahabatnya. Selanjutnya, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang membantu kelancaran penulisan skripsi ini,baik berupa dorongan moril maupun materil. Karena penulis yakin tanpa bantuan dan dukungan tersebut, sulit rasanya bagi penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Disamping itu, izinkan penulis untuk menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sangat spesial penulis haturkan dengan rendah hati dan rasa hormat kepada kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Drs. Rustan dan Ibunda HAsrawati, S.Pd, serta kakak dan adik penulis yang dengan segala pengorbanannya tak akan pernah penulislupakan atas jasa-jasa mereka. Doa restu, nasihat dan petunjuk dari mereka yang merupakan dorongan moril yang paling efektif bagi kelanjutan studi penulis hingga saat ini. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bapak Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph. D serta para Wakil Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Ketua Program Studi Pendidikan Sosiologi Bapak Drs. H. Nurdin, M.Si dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Sosiologi Bapak Kaharuddin, S.Pd., M.Pd., Ph.D, beserta seluruh staffnya. Bapak Kaharuddin, S.Pd., M.Pd., Ph.D, sebagai

(10)

pembimbing I (satu) dan Bapak Lukman Ismail, S.Pd., M.Pd, selaku pembimbing II (dua) yang telah meluangkan waktunyauntuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan ilmunya kepada penulis, semoga Bapak dan Ibu dosen selalu dalam rahmat dan lindungan Allah SWT. Sehingga ilmu yang telah diajarkan dapat bermanfaat dikemudian hari. Bapak Camat Labakkang, Bapak Kepala Desa Batara, Desa Kassiloe, Desa Pattallassang yang telah memberikan bantuan kepada penulis untuk mendapatkan informasi yang mendukung penyelesaian skripsi ini. Bapak pimpinan beserta para staff Perpustakaan Pusat, Perpustakaan Fakultas dan Keguruan, atas segala kemudahan yang diberikan kepada penulis untuk mendapatkan referensi yang mendukung penyelesaianskripsi ini. Kawan-kawanku Mahasiswa program studi pendidikan sosiologi khususnya kawan kawan seperjuangan Kelas B yang selalu memberikan support kepada penulis.

Akhirnya penulis berharap semoga amal baik dari semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapatkan balasan pahala dari rahmat Allah SWT. Semoga apa yang telah ditulis dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin ya Rabbal a’lamin.

Makassar, 11 Agustus 2021

Muassirah

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

SURAT PERNYATAAN... iv

SURAT PERJANJIAN ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK BAHASA INDONESIA ... vii

ABSTRAK BAHASA INGGRIS ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1. LatarBelakang ... 1

2. RumusanMasalah ... 5

3. TujuanPenelitian ... 5

4. ManfaatPenelitian ... 6

5. Definisi Operasional... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

a. Kajian Konsep ... 8

1. Konversi Lahan ... 8

(12)

2. Konsep Sosial Ekonomi ... 12

3. Konsep Dinamika Sosial ... 17

4. Masyarakat Desa ... 20

5. Pembangunan Jalur Kereta Api Makassar-Parepare ... 21

b. Kajian Teori ... 24

c. Kerangka Pikir ... 27

d. Penelitian Terdahulu ... 29

BAB III METODE PENELITIAN... 33

A. Jenis Dan Pendekatan Penelitian ... 33

A. Jenis Penelitian ... 33

B. Pendekatan Penelitian ... 33

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 34

1. Lokasi Penelitian ... 34

2. Waktu Penelitan ... 34

C. Fokus Penelitian ... 35

D. Informan Penelitian ... 35

E. Jenis Dan Sumber Data ... 37

F. Instrument Penelitian ... 37

G. Teknik Pengumpulan Data ... 38

a. Observasi ... 38

b. Wawancara ... 39

c. Dokumentasi ... 39

H. Teknik A nalisis Data ... 39

(13)

I. Teknik Keabsahan Data ... 40

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 42

a. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 42

1. Sejarah Lokasi Penelitian ... 42

2. Letak Geografis ... 43

3. Keadaan Penduduk ... 46

4. Pendidikan ... 47

5. Kesehatan ... 49

6. Agama ... 50

b. Hasil Penelitian ... 50

a. Dampak Konversi Lahan Pertanian Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat ... 50

A. Dampak Sosial ... 51

B. Dampak Ekonomi... 54

b. Dinamika Sosial Dalam Konversi Lahan Pertanian ... 56

1. Perubahan Mata Pencaharian ... 57

2. Perubahan Kekuasaan Lahan ... 58

c. Faktor Penghambat dan Pendorong Alih Fungsi Lahan Pertanian pada Pembangunan Jalur Kereta Api ... 59

c. Pembahasan ... 62

1. Dampak Sosial Ekonomi Alih Fungsi Lahan Pertanian Ditinjau dari Teori Fungsional Struktural ... 62

2. Dinamika Perubahan Sosial dalam Perspektif Teori Evolusi... 66

(14)

3. Faktor Penghambat dan Pendorong Alih Fungsi Lahan Pertanian

pada Pembangunan Jalur Kereta Api ... 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 77

a. Kesimpulan ... 77

b. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 79

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 82

RIWAYAT HIDUP ... 103

(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Nama Tabel Halaman

Tabel 3.1 Rencana Penelitian 34

Tabel 3.2 Daftar Informan 48

Tabel 3.3 Teknik Triangulasi 41

Tabel 5.1 Luas Alih Fungsi Lahan 59

Tabel 5.3 Tabel Interpretasi 72

(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Nama Gambar Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Pikir 28

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran Nama Gambar Halaman

1. Pedoman Observasi 83

2. Pedoman Wawancara 84

3 Dokumentasi 89

4. Data Gambaran Umum Lokasi Penelitian 97

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Indonesia mengalami perubahan dan perkembangan seiring berjalannya waktu yang tentunya akan mempengaruhi semua aspek kehidupan sosial.

Salah satu aspek yang dapat mendukung keberlangsungan hidup dalam masyarakat adalah kebutuhan akan transportasi yang merupakan pembentuk dan pemicu pembangunan suatu daerah. Hal ini dapat dilihat dari arus penduduk yang pesat serta intensitas kegiatan sosial ekonomi masyarakat.

dengan didukung oleh fasilitas transportasi yang lengkap termasuk jalur darat, laut, dan udara, maka aktivitas tersebut akan meningkat.

Jika ada jalan raya, rel kereta api, listrik, jaringan telekomunikasi, bandara dan pelabuhan laut serta sarana dan prasarana pendukung lainnya, maka pembangunan kawasan juga bisa tercapai. Semakin baik kondisi infrastruktur maka semakin besar pengaruhnya terhadap interaksi sosial dan kondisi ekonomi, serta akan mendorong pembangunan daerah.

Pembangunan dalam bidang infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dalam percepatan pengembangan moda transportasi nasional untuk meningkatkan taraf hidup sosial ekonomi masyarakat. Moda transportasi dapat menjadi faktor pendorong dalam memberikan pelayanan transportasi yang efektif dan dapat menjangkau daerah terpencil (Sihaloho & Jinca, 2012).

Pembangunan pada dasarnya adalah setiap upaya yang direncanakan untuk melakukan perubahan guna meningkatkan dan meningkatkan taraf

(19)

hidup, kesejahteraan dan kualitas masyarakat, seperti pembangunan kereta gantung Trans-Sulawesi yang sementara dibangun untuk menjangkau daerah- daerah penting yang berada di pulau Sulawesi. Proyek ini membutuhkan lahan untuk pembangunan sarana dan prasarana yang akan digunakan untuk kelancaran usaha melalui konversi lahan yang cepat dan bertahap dari lahan pertanian menjadi lahan non pertanian. Hampir seluruh sektor pembangunan fisik membutuhkan lahan, salah satunya adalah sektor pertanian. Dalam pertanian, lahan merupakan sumber daya yang sangat penting, baik bagi petani maupun untuk pembangunan pertanian itu sendiri.

Pembangunan rel kereta api di Sulawesi Selatan dimulai pada 2015. Ia termasuk dalam program strategis nasional dan diresmikan pada November 2015 oleh Presiden Joko Widodo. Rel ini akan membentang 144 km dari Makassar hingga Parepare. Secara keseluruhan disebut sebagai proyek KA Trans Sulawesi dengan target jangkauan 2.000 km dari Makassar hingga Manado. Pada tahap pertama pembangunan, di Kabupaten Barru, menuju Pangkep dan Maros, hingga menembus Makassar. Proyek pembangunan ini menggunakan anggaran negara Rp 9 triliun. Selama lima tahun pembangunan, rel kereta api dipasang sekitar 42 kilometer.

Humas Pembangunan Kereta Api Sulawesi Selatan Arinova G Utama mengatakan pembangunan empat stasiun di Kabupaten Pangkep akan dilakukan di empat lokasi, yakni Kecamatan Mandalle, Ma'rang, Labakkang, dan Pangkajene. Sementara dari data Direktorat Jenderal Perkeretaapian diketahui progres pembebasan lahan jalur KA di Kabupaten Pangkep sudah

(20)

mencapai 55,53 persen pada 2020. Tujuan pembangunan jalur KA Makassar - Parepare adalah untuk menghubungkan daerah-daerah yang berpotensi untuk skala besar, kecepatan tinggi, tingkat rendah potensi angkutan penumpang dan barang (Fitriah, dkk 2018). Salah satu daerah yang akan dilalui jalur kereta ini adalah Kecamatan Labakkang, Kabupaten Pangkep. Pembangunan jalur kereta api ini merupakan sesuatu yang baru bagi masyarakat di daerah tersebut.

Pembangunan rel kereta api memiliki berbagai dampak, seperti konversi lahan dari lahan pertanian menjadi rel kereta api sehingga merusak sebagian lahan pertanian dan sering terjadi banjir. Hal tersebut diperkuat dengan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Pangkep, luas areal persawahan di Kabupaten Labakkang mengalami penurunan dari 2.968 hektar pada tahun 2017 menjadi 2.764 hektar pada tahun 2018 yang merupakan salah satu wilayah di wilayah Kabupaten Pangkep yang terdapat padi. (BPS Kabupaten Pangkep, 2019). Pembangunan infrastruktur transportasi di daerah tersebut dapat mengakibatkan hilangnya ruang pengelolaan masyarakat seperti persawahan dan kebun, meskipun pada akhirnya pemerintah kota menerima kompensasi dari pemerintah. Semakin sedikitnya lahan pertanian, khususnya pada persawahan yang menjadi mata pencaharian masyarakat, sangat berdampak pada masyarakat akibat pembangunan rel kereta api.

Adanya perubahan penggunaan lahan, khususnya lahan pertanian, tentunya menyebabkan perubahan kondisi sosial ekonomi masyarakat di sana.

Dari perubahan penggunaan lahan ini, dimungkinkan untuk mengubah mata

(21)

pencaharian penduduk. Dari menjadi petani, menjadi non-petani, atau bahkan menjadi pengangguran. Bagi petani yang kehilangan sebagian sawahnya, sebagian besar mengalami penurunan pendapatan. Hal ini disebabkan terbatas atau rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan para petani sehingga mereka tidak dapat mengakses pekerjaan formal. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perkembangan konversi lahan pertanian menjadi lahan maju (non pertanian) dan menganalisis kondisi sosial ekonomi masyarakat terkait dengan alih fungsi lahan pertanian di sana.

kondisi yang terjadi pada masyarakat Kabupaten Labakang merupakan suatu perkembangan masyarakat dalam upaya modernisasi suatu kawasan diwujudkan dengan dilakukannya Pembangunan Kereta Api Makassar - Parepare. Peneliti tertarik mengangkat masalah ini karena keberadaan pembangunan KA Makassar-Parepare merupakan penemuan dan perkembangan baru dalam dunia transportasi di Sulawesi Selatan, khususnya di Kecamatan Labakkang, Kabupaten Pangkep. Mengingat penelitian Nur Isra Fajriany (2017) yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Pertanian di Kabupaten Pangkep”, penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, karena penelitian ini memiliki cakupan yang lebih luas yaitu meneliti dampak konversi lahan pertanian yang tidak hanya berdampak pada aspek sosial tetapi juga pada aspek ekonomi. Berdasarkan asumsi tersebut, penulis tertarik meneliti lebih dalam lagi tentang Dampak Konversi Lahan Pertanian Terhadap Kondisi

(22)

Sosial Ekonomi Pada Pembagunan Jalur Kereta Api Di Kecamatan Labakkang, Kabupaten Pangkep.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana dampak konversi lahan pertanian terhadap kondisi social ekonomi petani pada pembangunan jalur kereta api di Kecamatan Labakkang, Kabupaten Pangkep?

2. Dinamika sosial apakah yang terjadi dalam konversi lahan pertanian pada pembangunan jalur kereta api di Kecamatan Labakkang, Kabupaten Pangkep?

3. Faktor apakah yang mendorong dan menghambat konversi lahan pertanian pada pembangunan jalur kereta api di Kecamatan Labakkang, Kabupaten Pangkep?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis dampak konversi lahan pertanian terhadap kondisi social ekonomi petani pada pembangunan jalur kereta api di Kecamatan Labakkang, Kabupaten Pangkep.

2. Untuk megetahui dinamika sosial yang terjadi dalam konversi lahan pertanian pada pembangunan jalur kereta api di Kecamatan Labakkang, Kabupaten Pangkep.

3. Untuk mamahami faktor pendorong dan penghambat konversi lahan pertanian pada pembangunan jalur kereta api di Kecamatan Labakkang, Kabupaten Pangkep.

(23)

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis penelitian ini dapat menjadi salah satu bahan referensi bagi peneliti lebih lanjut mengenai masalah-masalah yang berkaitan dengan alih fungsi lahan sehingga memberikan sumbangsi pada kajian ilmu sosiologi seperti sosiologi pembangunan.

Secara praktis penelitian ini bermanfaat sebagai masukan bagi:

1. Penentu kebijakan dalam pembangunan infrastruktur yang sejalan dengan dengan kondisi social ekonomi pertanian.

2. Pemerintah setempat untuk merumuskan rencana penanggulangan dampak sosial ekonomi dalam pembangunan jalur kereta api.

3. Masyarakat sekitar dalam menjaga kelestarian sumberdaya alam terhadap masalah yang dihadapi terkait dampak konversi lahan.

E. Definisi Operasional 1. Konversi Lahan

Konversi lahan atau yang lazim disebut dengan alih fungsi lahan adalah perubahan sebagian atau seluruh lahan dari fungsi yang semula yang telah direncanakan menjadi fungsi lain akibat aktivitas manusia yang dapat memberikan dampak negative terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri.

2. Pembangunan Infrastruktur

Pembangunan infra struktur merupakan suatu usaha pertumbuhan atau perubahan yang dilakukan secara terencana dalam membangun prasarana.

(24)

Pembangunan infrastruktur sangat berperan penting dalam memajukan perekonomian, begitupun sebaliknya taraf perekonomian yang tinggi berpengaruh terhadap kesediaan infrastruktur yang berkualitas. Dengan demikian pembangunan infrastruktur kenyataanya dibutuhkan dalam dalam kegiatan ekonimi, tetapi disisi lain justru mendorong penyempitan lahan pertanian karena adanya peralihan fungnsi lahan.

3. Sosial Ekonomi

Sosial berkaitan denga masyarakat atau sifat-sifat kemasyarakatan atau bisa juga dikatan bahwa sosial merupakan perilaku manusia yang saling berhubungan satu sama lain untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya baik kebutuhan sandang, pangan maupun kebutuhan infrastruktur. Sedangkan ekonomi diartikan sebagai perilaku manusia dalam mencari alat pemuas kebutuhan untuk mencapai kesejahteraan dalam hidupnya.

(25)

8 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Konsep

1. Konversi Lahan

a. Pengertian Konversi Lahan

Konversi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI berarti perubahan dari suatu system pengetahuan ke system yang lain; atau perubahan kepemilikan atas suatu benda, tanah dan sebagainya; atau perubahan dari satu bentuk (rupa dan sebagainya) ke bentuk yang lain.

Sedangkan lahan dalam KBBI memiliki arti yaitu tanah terbuka atau tanah garapan.

Menurut Agus (2004) konversi lahan sawah adalah suatu proses yang disengaja oleh manusia (anthropogenic), bukan suatu proses alami. Kita ketahui bahwa percetakan sawah dilakukan dengan biaya tinggi, namun ironisnya konversi lahan tersebut sulit dihindari dan terjadi setelah system produksi pada lahan sawah tersebut berjalan dengan baik.

Menurut Kustiawan (1997) dalam Ashari (2003) konversi lahan berarti alih fungsi atau mutasinya lahan secara umum menyangkut transformasi dalam pengalokasian sumberdaya lahan dari satu penggunaan ke penggunaan lainnya.

Konversi lahan merupakan konsekuensi logis dari peningkatan aktivitas dan jumlah penduduk serta proses pembangunan lainnya. Konversi lahan pada dasarnya merupakan hal yang wajar terjadi, namun pada kenyataannya

(26)

konversi lahan menjadi masalah karena terjadi di atas lahan pertanian yang masih produktif.

Jadi, alih fungsi lahan atau konversi lahan dapat diartikan sebagai suatu bentuk perubahan fungsi kawasan lahan dari fungsinya semula, menjadi fungsi lain yang tidak terjadi secara alami tetapi dilakukan oleh manusia dapat menimbulkan dampak atau masalah terhadap masyarakat, lingkungan dan potensi lahan.

b. Dampak Konversi Lahan Pertanian

Lestari, T (dalam Ika Devy Pramudiana, 2009) menjelaskan dampak konversi lahan pertanian menyangkut berbagai dimensi kepentingan yang luas yaitu tidak hanya mengancam keberlanjutan swasembada pangan, tetapi juga berkaitan dengan penyerapan tenaga kerja, pemubaziran investasi irigasi, pemerataan kesejahteraan, kualitas lingkungan hidup dan kemapanan struktur sosial masyarakat.

Menurut Firman (2005) dalam Widjanarko (2006) bahwa alih fungsi lahan yang terjadi menimbulkan dampak langsung maupun dampak tidak langsung. Dampak langsung yang diakibatkan oleh alih fungsi lahan berupa hilangnya lahan pertanian subur, hilangnya investasi dalam infrastruktur irigasi, kerusakan natural lanskap, dan masalah lingkungan. Kemudian dampak tidak langsung yang ditimbulkan berupa inflasi penduduk dari wilayah perkotaan ke wilayah tepi kota.

Menurut Ruswandi (2007) dalam Wijaya Saputra (2015) secara faktual alih fungsi lahan atau konversi lahan menimbulkan beberapa konsekuensi,

(27)

antara lain berkurangnya lahan terbuka hijau sehingga lingkungan atas air akan terganggu, serta lahan untuk budidaya pertanian semakin sempit.

Dapat disimpulkan bahwa kegiatan alih fungsi lahan pertanian sangat berpengaruh terhadap lingkungan. Perubahan lahan pertanian menjadi lahan non-pertanian akan mempengaruhi keseimbangan ekosistem lahan pertanian.

Dengan adanya alih fungsi lahan pertanian dapat memberikan berbagai bentuk masalah dalam sektor prtanian seperti, berkurangnya produksi pangan karena hilangnya sebagian lahan sawah yang berimbas kepada pendapatan masyarakat, terjadinya banjir karena sebagian lahan tidak dapat menampung kelebihan air, dan konversi lahan juga dapat mengakibatkan hilangnya kesempatan kerja bagi masyaarakat.

c. Proses Konversi Lahan Pertanian

Nasoetion (dalam Widhianthini, 2018) menjelaskan proses alih fungsi lahan pertanian (konversi lahan) dapat dilakukan oleh petani sendiri atau dilakukan oleh pihak lain. Proses alih fungsi lahan yang dilakukan oleh pihak lain biasanya berlangsung melalui dua tahapan, yaitu: (1) pelepasan hak pemilikan lahan petani kepada pihak lain, (2) pemanfaatan lahan tersebut untuk kegiatan non pertanian. Dampak alih fungsi lahan pertanian terhadap masalah pengadaan pangan pada dasarnya terjadi pada tahap kedua. Namun tahap kedua tersebut secara umum tidak akan terjadi tanpa melalui tahap pertama karena sebagian besar lahan pertanian dimiliki oleh petani. Dengan demikian pengendalian pemanfaatan lahan untuk kepentingan pengadaan pangan pada dasarnya dapat ditempuh melalui dua pendekatan yaitu: (1)

(28)

mengendalikan pelepasan hak pemilikan lahan petani kepada pihak lain, dan atau (2) mengendalikan dampak alih fungsi lahan tanaman pangan tersebut terhadap keseimbangan pengadaan pangan.

Alih fungsi lahan Pertanian dilakukan secara langsung oleh petani pemilik lahan ataupun tidak langsung oleh pihak lain yang sebelumnya diawali dengan transaksi jual beli lahan. Proses alih fungsi lahan sawah pada umumnya berlangsung cepat jika akar penyebabnya terkait dengan upaya pemenuhan kebutuhan sektor ekonomi misalnya untuk pembangunan kawasan industri, kawasan perumahan, dan sebagainya atau untuk pemenuhan kebutuhan mendasar prasarana umum yang diprogramkan pemerintah, atau untuk lahan tempat tinggal pemilik lahan yang bersangkutan. Proses alih fungsi lahan pertanian cenderung berlangsung lambat jika motivasi untuk mengubah fungsi terkait dengan degradasi fungsi lahan pertanian, misalnya akibat kerusakan jaringan irigasi sehingga lahan tersebut tidak dapat difungsikan lagi sebagai lahan pertanian.

d. Faktor Penyebab Konversi lahan Pertanian

Faktor pendorong alih fungsi lahan pertanian Lestari (2009) berpendapat bahwa alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian didorong oleh berbagai faktor. Tiga faktor pendorong utama alih fungsi lahan pertanian adalah:

(1) Faktor eksternal adalah faktor yang disebabkan oleh dinamika pertumbuhan perkotaan, demografi dan ekonomi.

(2) Faktor intrinsik adalah faktor dari samping yang disebabkan oleh kondisi sosial dan ekonomi petani yang menggunakan lahan.

(29)

(3) Faktor politik adalah semua aspek peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat dan daerah dalam menanggapi perubahan peran lahan pertanian.

Pertambahan penduduk yang begitu cepat berimplikasi terhadap permintaan lahan untuk membangun pemukiman. Masyarakat seda yang kurang mampu memenuhi kebutuhan hidupnya melalui hasil pertanian yang umumnya rendah mendorong mereka untuk menjual sebagian lahannya sebagai modal untuk membuka usaha baru misalnya. Kebijakan pemerintah dalam mendirikan pembangunan juga memerlukan lahan yang cukup luas sehingga harus dilakukan konversi lahan pertanian.

2. Konsep Sosial Ekonomi a. Pengertian Sosial

Kata "sosial" berasal dari kata "socius", yang berarti teman, teman.

Orang-orang dilahirkan dengan keterampilan yang mereka miliki, dan kemudian mereka mulai hidup seperti teman dan membangun solidaritas.

Karena manusia hidup berkelompok atau hidup berkelompok dan saling membutuhkan, maka manusia biasa disebut manusia sosial, Sumarnonugroho (1982) dalam Jonis Pangi (2020). Dalam konsep sosiologi manusia, eksistensi sosial sering disebut, yaitu manusia tidak dapat hidup normal tanpa bantuan orang lain, sehingga makna sosial sering diartikan sebagai masalah sosial (Waluya, 2007: 85-86). Pengertian masyarakat dalam KBBI (2001) mengacu pada karakteristik sosial (seperti tolong-menolong, memberi, dll), sedangkan

(30)

klasifikasi sosial mengacu pada interaksi antara orang-orang dalam konteks masyarakat dan masyarakat.

Secara umum definisi sosial diartikan sebagai hal yang berkaitan dengan masyarakat. Pada dasarnya sosial juga menjadi cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang tingkah laku manusia dalam masyarakat.

b. Pengertan Ekonomi

Istilah Ekonomi secara etimologi berasal dari bahasa Yunani yaitu “Oikos” yang artinya rumah tangga dan “Nomos” artinya mengatur.

Jadi secara harafiah, ekonomi berarti cara mengatur rumah tangga. Ini adalah pengertian yang paling sederhana. Namun seiring dengan perkembangan dan perubahan masyarakat, maka pengertian ekonomi juga sudah lebih luas.

Ekonomi juga sering diartikan sebagai cara manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Sedangkan menurut KBBI (2001), kata ekonomi berarti ilmu yang mengenai asas asas produksi, distribusi dan pemakaian barang-barang serta kekayaan (seperti hal keuangan, perindustrian dan perdagangan).

Gilarso (2004:15) mengatakan bahwa ilmu ekonomi berhubungan dengan usaha manusia untuk mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan- kebutuhan hidupnya dengan sumber daya yang terbatas. P.A. Samuelson (dalam Gilarso, 2004) menyebutkan ilmu ekonomi adalah studi tentang perilaku orang dan masyarakat dalam memilih beberapa alternatif penggunaan dalam rangka memproduksi berbagai komoditi untuk kemudian menyalurkannya (baik saat ini maupun dimasa depan) kepada berbagai

(31)

individu dan kelompok yang ada dalam suatu masyarakat. M. Manulang (dalam Sari dkk, 2007) menyebutkan bahwa ekonomi merupakan ilmu yang mempelajari masyarakat dalam usahanya untuk mencapai kemakmuran (kemakmuran suatu keadaan dimana manusia dapat memenuhi kebutuhannya, baik barang-barang maupun jasa).

Dengan berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa ekonomi adalah usaha manusia dalam mengatur rumah tangganya untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan menggunakan maupun memanfaatkan ketersediaan sumber daya yang ada.

c. Pengertian Sosial Ekonomi

Menurut Santrok (2007) dalam Endang Sri Indrawati (2015), status sosial ekonomi adalah sekelompok orang berdasarkan kesamaan pekerjaan dan karakteristik pendidikan ekonomi, dan status sosial mereka menunjukkan tingkat ketimpangan tertentu.

Koentjaraningrat (1981) berpendapat bahwa kondisi sosial ekonomi adalah syarat atau kondisi yang diatur oleh masyarakat dan memberikan seseorang posisi tertentu dalam struktur sosial masyarakat. Pemberian jabatan ini berkaitan dengan banyak hak dan kewajiban yang harus diemban oleh pemegang status ini.

Sosial ekonomi berhubungan dengan keadaan-keadaan dimanamanusia itu hidup, kemungkinan-kemungkinan perkembangan materi dan batas- batasnya yang tidak bisa diikuti manusia itu sendiri.

(32)

d. Faktor-Faktor Yang Menentukan Sosial Ekonomi

Penelitian yang dilakukan oleh Poniman, (2015) dalam menentukan sosial ekonomi seseorang mencakup beberapa faktor diantaranya tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, kondisi lingkungan tempat tinggal, pemilikan kekayaan, dan partisipasi dalam aktivitas kelompok dari komunitasnya. Sedangkan menurut Wirutomo (2012) dalam Joris Pangi (2020) faktor yang dapat menentukan tinggi rendahnya keadaan sosial ekonomi seseorang dalam masyarakat yaitu:

(1) Tingkat Pendidikan (2) Jenis Pekerjaan (3) Tingkat Pendapatan (4) Keadaan Rumah Tangga (5) Tempat Tinggal

(6) Kepemilikan Kekayaan (7) Jabatan dalam Organisasi (8) Aktivitas ekonomi

Dalam hal ini, uraiannya dibatasi hanya 4 faktor yang menentukan yaitu tingkat pendidikan, pendapatan, dan kepemilikan kekayaan, dan tempat tinggal.

(1) Tingkat Pendidikan

UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 3 juga menjelaskan pendidikan bertujuan untuk “Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia beriman dan bertaqwa kepada

(33)

Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan bertanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”.

Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan diselenggarakan melalui pendidikan sekolah (pendidikan formal) dan pendidikan nonformal (pendidikan nonformal), pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Oleh karena itu tingkat pendidikan sangat mempengaruhi jenis pekerjaan dan pendapatan serta tingkat sosial ekonomi yang dicapai, semakin tinggi tingkat pendidikan yang diperoleh maka semakin tinggi pula tingkat sosial ekonominya.

(2) Pendapatan

Menurut Sumardi di Jericó (dalam Poniman, 2015), diasumsikan bahwa pendapatan penduduk dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang diselesaikan.

Dengan gelar sarjana, mereka memiliki lebih banyak kesempatan untuk mencari pekerjaan yang lebih baik dengan pendapatan yang lebih tinggi, sementara orang dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang lebih rendah.

(3) Pemilikan Kekayaan

Pemilikan kekayaan atau fasilitas adalah kepemilikan barang berharga yang memiliki nilai tinggi dalam suatu rumah tangga seperti halnya uang, perhiasan, barang-barang yang bernilai jual tinggi serta kepemilikan lahan sebagai investasi kekayaan dan kendaraan pribadi.

(34)

(4) Tempat tinggal

Menurut Kaare Svalastoga (dalam Maftukhah, 2007) untuk mengukur tingkat sosial ekonomi seseorang dari rumahnya, dapat dilihat dari:

a. Keadaan rumah yang ditempati, rumah dinas, kontrakan, tumpangan dengan sanak saudara atau menemani orang lain pada umumnya adalah keluarga dengan tingkat sosial ekonomi rendah.

b. Kondisi fisik bangunan dapat berupa kayu permanen dan bambu, keluarga dengan tingkat sosial ekonomi tinggi umumnya menghuni rumah permanen, sedangkan keluarga dengan tingkat sosial ekonomi rendah menggunakan rumah semi permanen atau non permanen.

c. Ukuran rumah yang dihuni, semakin luas rumah yang dihuni, semakin tinggi tingkat sosial ekonomi secara umum.

Secara umum, rumah dapat diartikan sebagai tempat untuk berlindung atau bernaung dari pengaruh keadaan alam sekitarnya (hujan, matahari, dll).

Hal tersebut merupakan tempat beristirahat setelah bertugas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, namun untuk mngukur tingkat sosial ekonimi suatu masyarakat dari tempat tinggalnya dapat dilihar dari status, kondisi fisik dan besarnya rumah tersebut.

3. Konsep Dinamika Sosial

b. Pengertian Dinamika Sosial

Menurut Kingsley Davis, dinamika sosial merupakan bentuk perubahan perubahan yang telah mencakup kehidupan sosial masyarakat di dalam skala

(35)

yang cukup luas. Perubahan perubahan yang terjadi ini meliputi aspek- aspek secara khusus, yaitu struktur serta fungsi di dalam kehidupan masyarakat.

Dapat disimpulkan bahwa dinamika social merupakan metode yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena-fenomena social yang sedang berkembang dalam masyarakat. Dinamika social merupakan segala bentuk perubahan yang meliputi seluruh komponen dalam masyarakat dari waktu ke waktu.

c. Aspek Dinamika Sosial

Menurut Elly M. Setiadi, Usman Kolip dalam buku Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya (2011) Objek pembahasan dinamika sosial meliputi:

(1) Pengendalian sosial (social control), Pengendalian sosial merupakan cara atau proses pengawasan baik yang direncanakan maupun yang tidak direncanakan untuk mengaja, mendidik, bahkan memaksa warga masyarakat agar para anggota masyarakat mematuhi norma dan nilai yang berlaku. Dalam pengendalian sosial, struktur sosial memiliki alat- alat penegendalian yang berupa nilai-nilai dan norma yang dilengkapi dengan unsur kelembagaannya.

(2) Penyimpangan Sosial (role expectation), perilaku penyimpangan adalah perilaku sejumlah besar orang yang dianggap tidak sesuai dengan nirma dan nilai yang berlaku sehingga penyimpangan tersebut menimbulkan reaksi-reaksi tertenti seperti celaan, cemoohan, gunjingan masyarakat hinga menimbulkan hukuman.

(36)

(3) Mobilitas Sosial (social mobility), mobilitas sosial merupakan peristiwa sosial dimana individu atau kelompok bergerak atau berpindah kelas sosial satu ke lapisan sosial lainnya baik pergerakan itu mengarah pada gerak sosial dari lapisan sosial bawah bergerak keatas atau sebaliknya, yaitu bergerak ke atas.

(4) Perubahan Sosial (social change), perubahan sosial adalah pergeseran nilai-nilai, norma-norma sosial, pola-pola perilaku organisasi, susunan lembag kemasyarakatan, pelapisan sosial, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan sebagainya. Perubahan sosial disebut juga mengarah pada pergeseran yang bersifat dari pola-pola kehidupan yang tradisional ke arah modern tetapi ada juga yang justru bergeser dari pola-pola peradaban yang maju ke pola-pola tradisional atau bahkan mengalami kehancuran. Adapun bentu perubahan yang dapat dilihat dari mekanisme perubahan itu sendiri, sebab ada perubahan sosial yang disengaja atau dikehendaki atau direncanakan (planned change) dan ada juga perubahan yang tidak dikehendaki atau tidak direncanakan atau tidak di sengaja (unplaned change).

Dari uraian beberapa objek permasalahan dinamika sosial diatas dapat dipahami bahwa dinamika sosial adalah penelaahan tentang perubahan- perubahan yang terjadi dalam fakta-fakta social yang saling berhubungan satu sama lain. Dinamika social dapat terjadi jika ada interaksi social, kelompok social, dan kelas social dalam suatu masyarakat.

(37)

4. Masyarakat Desa

Masyarakat dan desa adalah dua istilah yg mempunyai arti tersendiri.

Untuk menerima penjelasan menurut gabungan dua istilah tadi maka setiap istilah terlebih dulu diartikan. Masyarakat adalah sekumpulan insan yg saling berkomunikasi dan berinteraksi (Koentjaraningrat, 2002). Sedangkan desa adalah sebuah satuan terkecil menurut pemerintah yg terbentuk menurut beberapa dusun & mempunyai otonom sendiri dalam mengatur daerahnya.

Pandangan mengenai kedua istilah diatas yaitu rakyat desa bisa diartikan menjadi rakyat yg mempunyai interaksi yg lebih mendalam dan erat kaitannya pada sistem kehidupan biasanya berkelompok menggunakan dasar kekeluargaan yang terdiri atas beberapa dusun dan mempunyai otonomi sendiri pada mengatur wilayahnya.

Masyarakat itu sendiri memiliki dua sifat yaitu bersifat terbuka yang mendapat perubahan-perubahan yangg terjadi pada lingkungan rakyat dan menggabungkan banyak sekali jenis kebudayaan yg telah terdapat, kebalikannya rakyat yg memiliki sifat tertutup cenderung sulit buat mendapat perubahan-perubahan lantaran mereka terbiasa melakukan sesuatu yg mereka pahami serta yang selalu mereka kerjakan (Dura, 2016). Biasanya hal ini juga terjadi pada masyarakat yang masih tradisional dan tinggal di daerah pedesaan atau pegunungan. Menurut (Soekanto, 2015), masyarakat desa memiliki karakteristik:

e. Warga memiliki hubungan yang lebih erat

f. Sistem kehidupan biasanya berkelompok atas dasar kekeluargaan

(38)

g. Mayoritas hidupnya bergantung pada sektor pertanian h. Golongan orang tua memegang peranan penting

i. Dari sudut pemerintah, hubungan antara penguasa dan rakyat bersifat informal

j. Perhatian masyarakat lebih pada keperluan utama kehidupan k. Kehidupan keagamaan lebih kental

l. Banyak berurbanisasi ke kota karena adanya daya tarik yang besar di kota

Desa yang merupakan suatu wilayah yang pada umumnya memiliki potensi alam yang sangat tinggi seyogyanya menjadi suatu wilayah yang maju, akan tetapi desa kebanyakan kental dengan istilah keterbelakangan dibandingkan dengan masyarakat kota yang maju, oleh karena itu desa selalu diidentikkan dengan pembangunan.

5. Pembangunan Jalur Kereta Api Makassar - Parepare

Perkembangan sistem lalu lintas tidak lepas dari perubahan sosial, karena perkembangan terkait teknologi mencakup penemuan atau hal baru yang menyebabkan perubahan sosial di era revolusi industri 4.0 seperti sekarang ini. Pembangunan adalah pekerjaan yang dinamis dan dapat mengubah keadaan, mengolah sumber daya alam dan membawa sistem nilai masyarakat ke tingkat kemajuan (Banowati, 2013). Dalam konteks ini, pengembangan adalah rencana kegiatan yang dibatasi waktu dan waktu dengan alokasi sumber daya tertentu untuk menghasilkan produk yang kriteria kualitasnya telah ditetapkan. Kereta api adalah sarana transportasi darat yang terdiri dari

(39)

lokomotif dan rangkaian kereta api/gerobak yang bergerak di atas rel. Kereta api di Indonesia merupakan salah satu moda transportasi yang paling umum digunakan oleh masyarakat. Menurut Rosyidi (2015), moda angkutan kereta api mempunyai keunggulan dalam melakukan fungsinya sebagai salah satu moda angkutan untuk barang/orang sebagai berikut:

a. Angkutan kereta api merupakan salah satu moda transportasi yang sesuai dengan medan wilayahnya menyediakan rangkaian pelayanan (angkutan umum) berkapasitas tinggi untuk orang/barang jarak pendek, menengah, dan jarak jauh, sehingga kereta api memiliki waktu yang baik.

b. Potensi energi/bahan bakar transportasi kereta api relatif rendah.

c. Keselamatan lalu lintas akan lebih tinggi daripada moda transportasi lain, karena memiliki kereta api dan dermaga sendiri, sehingga tidak terpengaruh oleh lalu lintas non-kereta api, yang berarti konflik dengan moda transportasi lain sangat rendah.

d. Keandalan per jamnya cukup tinggi, karena selain jalurnya sendiri, kecepatan relatif juga lebih konstan, yang membuat mengemudi lebih mudah, risiko keterlambatan rendah, dan kurang tergantung pada cuaca.

e. Keamanan dan keandalan pariwisata tinggi, dan dapat digunakan sebagai alat transportasi wisata di kawasan wisata.

f. Kereta api merupakan kendaraan ramah lingkungan dengan emisi gas buang yang rendah Perkembangan teknologi kereta api listrik menjadikannya sebagai kendaraan yang dapat mengatasi permasalahan lingkungan manusia di masa depan.

(40)

g. Karena daya dukungnya yang tinggi, dapat digunakan sebagai layanan kegiatan khusus, memiliki rute sendiri dan melakukan rute kegiatan khusus dengan sedikit dampak sosial. Misalnya, pertahanan dan keamanan negara, distribusi pangan dan logistik perusahaan)

h. Kecepatan kereta berkisar dari rendah ke tinggi, misalnya, dari kereta batu bara 4.060 km/jam hingga kereta maglev 400.600 km/jam.

i. Memiliki aksebilitas lebih nyaman daripada jalur air dan transportasi udara.

j. Total biaya variabel per hari cukup tinggi, tetapi dibandingkan dengan model pengembangan, biaya variabel per ton per kilometer sangat rendah.

Kereta api sebenarnya bukan suatu hal baru di Sulawesi Selatan, jika melihat sejarahnya, sarana transportasi lokal ini sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda, sehingga pada abad ke-19, Kabupaten Gowa, dan jalurnya berakhir di Kabupaten Takalar. Jalur ini mulai beroperasi pada tahun 1923 untuk mengangkut hasil pertanian seperti beras, kopi dan kelapa.

Namun, kereta ini hanya bertahan tujuh tahun karena Staats Spoorwegen, Perusahaan Kereta Api Hindia Timur Belanda, menimbulkan kerugian (Nasrul, dkk, 2018). Jalur kereta api relatif pendek, sehingga moda transportasi lain seperti mobil dan truk bahkan lebih efektif dalam mengangkut orang dan barang dalam jumlah banyak.

Dari segi geografis, Kota Makassar sangat strategis sebagai titik sentral lalu lintas udara dan laut dalam negeri, sebagai pusat distribusi barang dan

(41)

jasa di Kawasan Timur Indonesia (CTI). Makasar. Setiap tahun jumlah kendaraan di Kota Makassar tidak tumbuh secara proporsional dengan infrastruktur jalan yang ada. Pembangunan Jalur Kereta Api Makassar Parepare merupakan upaya Pemerintah Pusat dan Provinsi Sulawesi Selatan untuk menyediakan transportasi massal untuk menghindari kemacetan lalu lintas dan menciptakan konektivitas dan efisiensi yang lebih baik bagi masyarakat, baik dari segi penumpang maupun kargo curah, Fitriah, dkk. Al.

2018 (dalam S. Jailany Darwis, 2020) agar masyarakat juga diharapkan menggunakan angkutan umum daripada kendaraan pribadi.

Pembangunan Kereta Api Makassar Parepare dimulai di Kabupaten Barru pada Agustus 2014. Kemudian dilanjutkan dengan disahkannya Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun 2017 untuk mempercepat pelaksanaan proyek strategis nasional. (Informasikereta.com 18 Des 2019)

Perkembangan pembangunan jalur kereta api sepanjang 142 km tersebut masih dalam proses pembebasan lahan, pengerjaan rel, dan pembangunan stasiun di beberapa wilayah. Nantinya, jalur kereta api Makassar - Parepare akan memiliki 23 stasiun yang menghubungkan daerah mulai dari Kota Makassar, Kabupaten Maros, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, Kabupaten Barru, hingga berakhir di Kota Parepare (Tempo.co, Sabtu 29 Februari 2020)

B. Kajian Teori

Kehadiran teori dalam sebuah penelitian menjadi sangat penting, hal ini terkait dengan kajian yang dilakukan. Penggunaan teori diperlukan untuk

(42)

memecahkan berbagai permasalahan dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan beberapa teori antara lain, Teori Fungsionalisme Struktural, teori Evolusi. Teori-teori tersebut akan digunakan dalam mengungkap semua permasalahan yang ada dalam penelitian ini. Penerapan teori di dalam sebuah penelitian bisa saling bersinggungan dan memengaruhi ketika proses pengkajian dilakukan. Karena itu, teori-teori yang digunakan mempunyai keterkaitan dan saling mengisi dalam mengatasi kekurangan dan memanfaatkan kelebihan teori lain dalam menganalisis suatu objek penelitian.

Uraian berikut menjelaskan teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini.

1. Herbert Spencer “Evolusi Sosial”

Menurut Herbert Spencer perubahan masyarakat tidaklah harus mengikuti perubahan secara lurus (linear), proses tersebut bisa saja menimbulkan kemunduran (regres), atau bahkan kemajuan (progress) tergantung kondisi masyarakat yang bersangkutan. Pembangunan jalur kereta api di Kecamatan Labakkang kabupaten Pangkep meimbulkan berbagai macam bentuk perubahan dan dampak seperti pada konversi lahan dari lahan pertanian menjadi rel dan stasiun, sehingga merusak sebagian lahan pertanian dan sering terjadi banjir di kawasan lahan tersebut.

2. Talcott Parsons “Fungsional Struktural”

Menurut Persons (1974) fungsi adalah kumpulan tindakan yang ditunjukkan ke arah pemenuhan kebutuhan tertentu atau kebutuhan system.

Teori Struktural fungsionalisme Talcott Persons dimulai dengan empat fungsi

(43)

penting untuk semua system “tindakan” yang disebut dengan AGIL (Adaptation, Goal Attainment, Integration, Latency).

a. Adaptation/Adaptasi

Sebuah system harus menanggulangi situasi eksternal yang gawat.

System harus menyesuaikan diri dengan lingkungan itu dengan kebutuhannya. Oleh karena itu masyarakat yang terkena dampak dari alih fungsi lahan atau pebangunan jalur kereta api harus beradaptasi dengan kondisi tersebut.

b. Goal Attaintment/Pencapaian Tujuan

Sebuah sistem harus mendefinisikan diri untuk mencapai tujuan utamanya. Dengan pembangunan rel kereta ini diharapkan mempercepat lalu lintas orang dan barang, dari Makassar menuju Parepare, dan sebaliknya.

c. Integration/Integrasi

Sebuah sistem harus mengatur antar hubungan bagian-bagian yang menjadi komponennya. Sistem juga harus mengolah antar hubungan ketiga fungsi lainnya (A, G, L). Dalam mencapai tujuan pembangunan jalur kereta api ini memerlukan konversi lahan yang diperoleh dari proses negosiasi antara pihak proyek dengan pemilik lahan.

d. Latency/Pemeliharaan Pola

Sebuah sistem harus melengkapi, memelihara, dan memperbaiki, maupun pola-pola motivasi yang menciptakan dan menopang motivasi. Salah satu langkah yang dilakukan pemerintah untuk mempercepat pembangunan infrastruktur, khususnya di bidang pembangunan transportasi, adalah dengan

(44)

melaksanakan Proyek Strategis Nasional (PSN) yang ditetapkan dalam Perpres Nomor 58 Tahun 2017. Mempercepat pelaksanaan proyek strategis nasional. ... Secara umum, durasi program ini sangat lama. Dalam jangka panjang, PSN dapat mencakup pembangunan bandara, pelabuhan, bendungan, jalan tol, dan lain-lain (Wahu, 2018). Karena dimulainya proyek pembangunan KA Makassar Parepare, Provinsi Sulawesi Selatan menjadi salah satu daerah sasaran pelaksanaan PSN. Dalam pembangunan Indonesia secara keseluruhan, bagian dari navasit. Moda transportasi juga berperan positif dalam bidang ekonomi, dan dapat digunakan untuk berbagai jenis kegiatan ekonomi seperti produksi, sirkulasi, dan konsumsi. Mempercepat pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja.

C. Kerangka Pikir

Konversi lahan adalah perubahan fungsi lahan akibat aktivitas manusia.

Konversi lahan yang dikaji adalah perubahan fungsi lahan dari lahan pertanian menjadi jalur kereta api. Dengan adanya pembangunan infrastruktur moda transportasi yaitu pembangunan jalur kera api dapat menyebabkan adanya alih fungsi lahan pertanian warga Kecamatan labakkang Kabupaten Pangkep. Meskipun pada akhirnya masyarakat mendapat ganti rugi dari pemerintah, hal tersebut tidak dapat menghindari dampak social dan ekonomi serta dinamika social yang terjadi akibat adanya pembangunan. Berkurangnya lahan pertanian yang menjadi sumber mata pencaharian masyarakat merupakan dampak yang paling dirasakan akibat proyek pembangunan jalur kereta api. Dalam pembangunan jalur

(45)

kereta api tentu ada faktor yang menghambat dan mendukung dalam pelaksanaan konversi lahan. Adanya pembangunan yang baru di daerah tersebut menimbulkan berbagai dinamika social yang bertdampak pada masyarakat petani.

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Konversi Lahan Pertanian

Pembangunan Jalur Kereta Api Di Kecamatan Labakkang Kabupaten Pangkep

Dampak Sosial Ekonomi Konversi

Lahan Pertanian

Faktor Pendorong dan Penghambat Dinamika Sosial

Petani

Teori Talcot Persons “Fungsional Strktural”

Teori Herbert Spencer “Evolusi Sosial”

Dampak Sosial Dampak Ekonomi

Perubahan mata pencaharian

Perubahan kekuasaan lahan

Kebijakan Pemerintah Ketidak sesuaian harga ganti rugi lahan oleh pemerintah dan masyarakat

(46)

D. Penelitian Terdahulu

Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Alih Fungsi Lahan Pertanian Di Kabupaten Pangkep, Nur Isra Fajriany (2017). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jumlah penduduk, jumlah industri dan PDRB terhadap laju konversi lahan pertanian di Provinsi Bang Kap.

Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dan mengolah data sesuai dengan kebutuhan model yang digunakan. Sumber data adalah Badan Pertanahan Nasional Bupati. Badan Pusat Statistik pada masa pemerintahan Pangkep dan Pangkep. Data penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2016. Gunakan teknologi untuk memproses dan menerapkan pengujian hipotesis dan hipotesis, dan menggunakan perangkat lunak Eviews 9.5 versi Windows untuk menggunakan regresi linier berganda untuk analisis data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada saat yang sama, variabel seperti jumlah penduduk, jumlah industri, dan GRPP berpengaruh positif signifikan terhadap transfer produk pertanian. Ada korelasi positif yang signifikan antara fungsi tanah dan ukuran populasi, jumlah industri dan PDB sampai batas tertentu.

Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti yaitu Penelitian ini menunjukan bahwa pola konversi lahan pertanian menjadi jalur kereta api memberikan dampak terhadap kondisi sisoal ekonomi petani dan mengkaji potensi dinamika social akibat konversi lahan pertanian. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Penelitian ini difokuskan di

(47)

Lingkungan Kecamatan Labakang Kabupaten Pangkep yang merupakan wilayah terdampak pembangunan jalur kereta api.

Perubahan Sosial Masyarakat Kecamatan Soppeng Riaja Kabupaten Barru Akibat Pembangunan Jalur Kereta Api Makassar – Parepare, S. Jailany Darwis (2020). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami bentuk- bentuk perubahan sosial antara warga Soppeng Riadja Kabupaten Baru dengan pembangunan jalur KA Makassar Parepare, agar dapat memahami dampak perubahan sosial terhadap warga Soppeng. Pelajari tentang Riadja dan pahami peran keluarga dalam menyesuaikan anak dengan keberadaan perkeretaapian. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan metode pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan pencatatan. Penelitian ini berfokus pada desa Kiru-Kiru dan Ajakgang yang terkena dampak pembangunan rel kereta api. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk perubahan sosial yang direncanakan terjadi karena negara merupakan penggagas pembangunan, dan perubahan sosial merupakan fenomena alam yang terjadi berupa banjir.

Perbedaan dengan penelitian saya yaitu terletak pada fokus penelitian dimana penelitian tersebut hanya pada aspek perubahan sosial saja sedangkan penelitian yang akan saya lakukan yaitu untuk mengkaji berbagai dinamika sosial yang terjadi akibat konversi lahan pertanian akibat adanya pembangunan jalur kereta apai. Adapun persamaanya yaitu pada jenis penelitian dan teknik pengumpulan data.

(48)

Identifikasi Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Daerah Pinggiran di Kecamatan Gunungpati Kota Semarang, Nurma Kumala Dewi dan Iwan Rudiarto (2013). Pertambahan penduduk dan perkembangan Kota Semarang yang mengarah hingga ke daerah pinggiran (wilayah peri-urban) menyebabkan kebutuhan lahan di area pinggiran kota semakin meningkat. Adanya alih fungsi lahan terutama lahan pertanian tentunya menyebabkan terjadinya perubahan kondisi sosial ekonomi masyarakat disana. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi perkembangan alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan terbangun (non- pertanian) dan menganalisis kondisi sosial ekonomi masyarakat terkait alih fungsi lahan pertanian di sana. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Penelitian ini menggunakan analisis spasial untuk menghitung luas perubahan lahan dan menggambarkan kondisi sosial ekonomi masyarakat di tiap lokasi, serta analisis deskriptif kuantitatif dan analisis deskriptif komparatif untuk menggambarkan kondisi sosial ekonomi masyarakat terkait alih fungsi lahan. Teknik sampling yang dipakai menggunakan Metode Stratified Random Sampling yang membagi populasi menjadi kelompok berdasarkan jenis pekerjaan yaitu petani dan bukan petani dengan jumlah sampel 69 responden. Berdasarkan hasil penelitian, alih fungsi lahan pertanian terjadi secara progresif pada aera-area pengembangan seperti pada area dekat pusat kota, pada kawasan pendidikan, dan pada koridor yang merupakan pintu masuk ke Kecamatan Gunungpati.

(49)

Adapun perbedaan penelitian yang akan saya lakukan yaitu pada pendekatan penelitian kuantitatif untuk menghitung luas perubahan lahan sedangkan pada penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif yang menggambarkan kondisi sosial ekonomi masyarakat di terkait alih fungsi lahan. Teknik sampling yang dipakai pada penelitian tersebut menggunakan metode stratified random sampling berbeda dengan penelitian saya yaitu menggunakan teknik purposive sampling dan snowball sampling. Dari lokasi penelitian pun berbeda, namun persamaanya yaitu untuk mengidentifikasi dampak alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan terbangun (non-pertanian) dan menganalisis kondisi sosial ekonomi masyarakat terkait konversi lahan pertanian.

(50)

33 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, seperti yang disebutkan oleh Lexy J. Moleong (dalam buku Metodologi Penelitian Kualitatif, 2012:49) penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena yang dialami oleh subjek penelitian dengan cara mendeskripsikan berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang- orang dan perilaku yang dapat di amati. Jadi penelitian ini hanya mendeskripsikan serta menganalisis tentang data-data maupun informasi yang diperoleht sesuai dengan realita yang terjadi.

2. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini mengunakan pendekatan studi kasus pendekatan studi kasus adalah suatu rancangan penelitian yang ditemukan di berbagai bidang, dimana peneliti mengembangkan analisis mendalam mengenai suatu kasus, misalnya program, peristiwa, aktivitas, proses, maupun individu. Kasus-kasus tersebut dibatasi oleh waktu dan tindakan serta pengumpulan informasi menggunakan prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu, Stake (1995) dan Yin (2009) (dalam buku Pendekatan Metode Kualitatif, Kuantitatif, dan Campuran etodologi Penelitian Kualitatif, John W Creswell 2016:19) . Penelitian kualitatif pendekatan studi kasus memiliki tujuan untuk

(51)

memberikan gambaran mendalam tentang permasalahan pada suatu objek penelitian.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini terkait dengan alih fungsi lahan pertanian di Kecamatan Labakkang Kabupaten Pangkep. Proyek pembangunan jalur kereta api ini memberikan dampak terhadap masyarakat yang ada di daerah tersebut.

2. Waktu Penelitian

Waktu yang digunakan peneliti untuk penelitian ini dilaksanakan sejak tanggal dikeluarkannya ijin penelitian dalam kurung waktu tertentu yang meliputi pengumpulan data, pengolahan yang meliputi penyajian dalam bentuk skripsi dan proses bimbingan.

Tabel 3.1 Rencana Penelitian

Waktu

Tahun 2021 Bulan

Januari

Bulan Februari

Bulan Mei Bulan Juni Bulan Juli Kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Penyusunan

Proposal Bimbingan dan Seminar Proposal Revisi Proposal Penelitian Penyusunan Skripsi Bimbingan Skripsi Ujian

(52)

C. Fokus Penelitian

Adapun yang menjadi focus dala penelitian ini yaitu:

1. Dampak konversi lahan pertanian terhadap kondisi social ekonomi petani pada pembangunan jalur kereta api di Kecamatan Labakkang, Kabupaten Pangkep.

2. Bentuk Dinamika sosial yang terjadi dalam konversi lahan pertanian pada pembangunan jalur kereta api di Kecamatan Labakkang, Kabupaten Pangkep.

3. Faktor pendorong dan penghambat konversi lahan pertanian pada pembangunan jalur kereta api di Kecamatan Labakkang, Kabupaten Pangkep.

D. Informan Penelitian

Informan merupakan sumber data untuk mendapatkan informasi yang berhubungan dengan maslah yang menjadi focus penelitian. Untuk menentukan informan dalam penelitian ini, peneliti memilih teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi objek/situasi sosial yang diteliti.

Dalam teknik purpose sampling peneliti memilih subyek penelitian dengan tujuan untuk menentukan informan kunci (key informan) yang sesuai dengan fokus penelitian yang dilakukan secara sengaja tanpa dibuat-buat

(53)

untuk mendapatkan kekuatan akurasinya. Adapun klasifikasi dalam Informan Penelitian ini adalah:

1. Informan key adalah mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. Misalnya informan yang memiliki peran strategis dalam berbagai kegiatan di lingkungan masyarakat, seperti tokoh masyarakat.

2. Informan utama yaitu mereka yang terlibat langsung dalam interaksi social yang diteliti. Misalnya informan langsung dalam berbagai interaksi dalam kegiatan konversi lahan pertanian seperti masyarakat yang lahannya dibanguni jalur kereta api.

3. Informan tambahan adalah siapa saja yang ditemukan diwilayah penelitian yang diduga dapat memberikan informasi tentang masalah yang diteliti seperti informan yang hanya sebatas mengetahui lokasi penelitian dan juga mengenai kegiatan pembangunan jalur kereta api namun tidak terlibat langsung dalam kegiatan tersebut dalam hal ini pihak kecamatan dan akademisi.

Tabel 3.2 Daftar Informan

No. Nama USIA Pekerjaan Jenis Informan

1. H. Abdul Haris

54 Tahun Kepala Camat Labakkang

Informan Kunci 2 Muh. Yusuf 41 Tahun PLT. Kepala Desa

Pattallassang

Informan Kunci 3 Muh. Arham

S.Pi

28 Tahun Kepala Desa Batara

Informan Kunci

4 Tamrin 39 Tahun

Petani Informan

Utama 5 Ummu

Aiman

27 Tahun

Petani Informan

Utama

6 Futri 23 Tahun Petani Informan

(54)

Utama 7 Hj. Habiba 58 Tahun

PNS Informan

Utama 8 Saharia 42 Tahun

Penjual Sembako Informan Tambahan

9 Fatima 53 Tahun

IRT Informan

Tambahan E. Jenis dan Sumber Data

Sumber data terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder.

5. Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung dari hasil observasi dan wawancara peneliti dengan narasumber.

6. Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada berupa buku, jurnal, blog, web, dan arsip yang terkait dengan tjuan penelitian.

F. Instrumen Penenlitian

Dalam penelitian kualitatif, alat atau instrumen utama pengumpulan data adalah manusia ataupeneliti itu sendiri dengan cara mengamati, bertanya, mendengar, meminta dan mengambil data penelitian. Peneliti harus mendapatkan data yang valid sehingga tidak sembarang narasumber yang diwawancarai. Oleh karena itu, kondisi informan pun harus jelas sesuai dengan kebutuhan data agar dapat diakui kebenaran datanya. Untuk mengumpulkan data dari sumber informasi (informan), peneliti sebagai instrument utama penelitian memerlukan instrumen bantuan. Ada dua macam instrument bantuan yang lazim digunakan yaitu:

Gambar

Tabel 3.1   Rencana Penelitian  34
Gambar 2.1   Kerangka Pikir  28
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Konversi Lahan Pertanian
Tabel 3.1 Rencana Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Konversi Lahan Mangrove Menjadi Tambak Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Di Kecamatan Cibuaya sangat berpengaruh tinggi karena dari lahan mangrove tidak dikelola

Adapun tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk membandingkan kondisi sosial ekonomi petani penggarap dan petani biasa (petani yang menggarap lahan miliknya sendiri) pasca alih

Dari hasil konversi lahan pertanian yang didapatkan oleh masyarakat (petani) di Kelurahan Kubu Gulai Bancah Kecamatan Mandiangin Koto Selayan Kota Bukittinggi

Dampak alih fungsi lahan pertanian menjadi obyek wisata terdiri dari dampak ekonomi, dan dampak sosial budaya baik dari sisi negatif atau positif, terhadap

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pengambilan keputusan petani untuk mengkonversi lahan pertanian dan pengaruh konversi

DEVA PRATHIWI, Dampak Pembangunan Jalan Tol Kapal Betung Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Petani Padi di Kelurahan Karya Jaya Kecamatan Kertapati Kota

Dampak sosial ekonomi petani ditunjukkan dengan ancaman terhadap ketahanan pangan keluarga, kesempatan kerja petani yang semakin berkurang dalam sektor pertanian, semakin

Penelitian dampak konversi lahan terhadap produksi pertanian lahan basah di Kecamatan Kembaran ini pada dasar dimaksudkan untuk mengetahui ketersediaan lahan dalam