• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS JUMLAH PRODUKSI OPTIMAL DIMSUM DENGAN METODE ECONOMIC PRODUCTION QUANTITY DI CV. MAHARANI FOOD MEDAN SKRIPSI JUNISA ATIKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS JUMLAH PRODUKSI OPTIMAL DIMSUM DENGAN METODE ECONOMIC PRODUCTION QUANTITY DI CV. MAHARANI FOOD MEDAN SKRIPSI JUNISA ATIKA"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

QUANTITY DI CV. MAHARANI FOOD MEDAN

SKRIPSI

JUNISA ATIKA 170803010

PROGRAM STUDI MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2021

(2)

QUANTITY DI CV. MAHARANI FOOD MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

JUNISA ATIKA 170803010

PROGRAM STUDI MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2021

(3)

3

ANALISIS JUMLAH PRODUKSI OPTIMAL DIMSUM DENGAN METODE ECONOMIC PRODUCTION QUANTITY DI CV. MAHARANI FOOD MEDAN

SKRIPSI

Penulis menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, 04 Agustus 2021

Junisa Atika 170803010

(4)
(5)

i Judul : Analisis Jumlah Produksi Optimal Dimsum Dengan

Metode Economic Production Quantity Di CV. Maharani Food Medan

Kategori : Skripsi

Nama : Junisa Atika

Nomor Induk Mahasiswa : 170803010

Program Studi : Sarjana (S1) Matematika

Fakultas : MIPA – Universitas Sumatera Utara

Disetujui di Medan, 04 Agustus 2021

Ketua Program Studi Pembimbing,

Drs. Parapat Gultom, MSIE, Ph.D NIP. 195908131986011002 NIP. 196101301985031002

(6)

ii ABSTRAK

Permintaan pasar yang terus meningkat mengharuskan perusahaanyang memproduksi Dimsum untuk melakukan pengendalian persediaan. Terjadinya kelebihan jumlah produksi Dimsum di CV. Maharani Food Medan menyebabkan biaya penyimpanan yang berlebih. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengendalikan persediaan Dimsum sehingga total biaya persediaan produksi minimum. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Economic Production Quantity (EPQ). Metode EPQ digunakan untuk menentukan volume produksi dan waktu yang optimal serta total biaya persediaan produksi minimum.

Hasil yang diperoleh dengan Metode EPQ ini adalah jumlah produksi optimal Dimsum untuk setiap periode produksi adalah 5103 pack dengan interval waktu optimal 4,76 bulan atau 3 kali produksi dalam setahun dan biaya minimum persediaannya adalah Rp29.938.297,60. Dengan menerapkan Metode Economic Production Quantity (EPQ), CV. Maharani Food Medan dapat mengoptimalkan produksi dengan menghemat biaya persediaan sebesar 53%. atau Rp33.126.038,83 per tahun.

Kata kunci: Metode EPQ, Pengendalian Persediaan, Manajemen Produksi, Industri Makanan

(7)

iii ABSTRACT

The increasing market demand requires Dimsum restaurants to carry out inventory control. The occurrence of excess production of Dimsum in CV.

Maharani Food Medan causes excessive storage costs. The purpose of this research is to control Dimsum inventory so that the total cost of production inventory is minimum. The method used in this research is the Economic Production Quantity (EPQ) method. The EPQ method is used to determine the optimal production volume and time as well as the minimum total cost of production inventory. The results obtained with this EPQ method are that the optimal amount of Dimsum production for each production period is 5103 packs with an optimal time interval of 4.76 months or 3 times of production in a year and the minimum inventory cost is Rp. 29,938,297.60. By applying the Economic Production Quantity (EPQ) Method, CV. Maharani Food Medan can optimize production by saving inventory costs by 53%. or Rp33,126,038.83 per year.

Keywords: EPQ Method, Inventory Control, Production Management, Food Industry

.

(8)

iv Segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul

“Analisis Jumlah Produksi Optimal Dimsum Dengan Metode Economic Production Quantity Di CV. Maharani Food Medan” dengan sebaik-baiknya.

Shalawat serta salam diberikan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan orang-orang yang mengikutinya.

Terima kasih sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Drs. Parapat Gultom, MSIE, Ph.D selaku dosen pembimbing yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat dan meluangkan waktu selama penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Drs. Rosman Siregar, M.Si selaku dosen pembanding sekaligus Sekretaris Departemen Matematika dan Bapak Drs. James Piter Marbun, M.Kom selaku dosen pembanding yang telah memberikan kritik dan saran dalam penyempurnaan skrispsi ini.

3. Bapak Prof. Dr. Tulus, Vor. Dipl. Math., M.Si., Ph.D selaku dosen Penasehat Akademik yang telah membimbing dan membantu persoalan-persoalan akademik khususnya pilihan mata kuliah yang harus diambil di setiap semesternya selama menjalani perkuliahan di FMIPA USU.

4. Bapak Dr. Suyanto, M.Kom selaku Ketua Departemen Matematika serta Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan pengetahuan yang bermanfaat selama menjalani perkuliahan di FMIPA USU.

5. Ibu Dr. Nursahara Pasaribu, M.Sc Selaku Dekan FMIPA dan para wakil Dekan serta seluruh Staf pegawai dan staf administrasi yang ada di FMIPA USU.

6. Ibu Yessi Safrianti Siregar sebagai Wakil Direktur CV. Maharani Food Medan yang telah bersedia memberikan data penelitian kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

(9)

v Muhammad Iqbal serta keluarga besar yang senantiasa membantu dan memberikan dukungan dan mendoakan penulis.

8. Sahabat-sahabat karib penulis (Fitri, Intan Permata, Liza, Bunga, Miftah, Tika, Hesti, Syifa, Intan Syahriani, Wardha, Eva, Nurul, Juwi, dan Raudhah) yang membantu dari awal perkuliahan hingga penyusunan skripsi ini serta teman-teman kuliah jurusan Matematika 2017 yang memberi dukungan kepada penulis.

Semoga segala bentuk bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan yang lebih baik dari Allah SWT. Penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi siapa saja yang membutuhkan.

Medan,04 Agustus 2021

Junisa Atika 170803010

(10)

vi Halaman

PENGESAHAN SKRIPSI i

ABSTRAK ii

ABSTRACT iii

PENGHARGAAN iv

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN x

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Perumusan Masalah 2

1.3 Batasan Masalah 2

1.4 Tujuan Penelitian 3

1.5 Manfaat Penelitian 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengendalian Persediaan 4

2.1.1 Pengertian Persediaan 4

2.1.2 Penyebab dan Fungsi Persediaan 5

2.1.3 Sistem Persediaan 5

2.1.4 Biaya dalam Sistem Persediaan 6

2.1.5 Pengendalian Persediaan 6

2.2 Metode Economic Production Quantity 7

2.2.1 Pengertian Metode EPQ 7

2.2.2 Pemanfaatan Metode EPQ 12

2.2.3 Penelitian Terdahulu 12

2.3 Uji Kenormalan 13

2.3.1 Uji Kenormalan Lilliefors 16

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian 18

3.2 Teknik Analisis Data 18

3.3 Tahapan Penelitian 19

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengumpulan Data 20

4.2 Analisis Data 23

(11)

vii

Putaran Produksi ( ) 25

4.2.1.3 Biaya Persediaan Minimum

( ) 26

4.2.2 Menguji Kenormalan Data Dengan

Menggunakan Uji Kenormalan Lilliefors 27 4.2.2.1 Pengujian Data Penyaluran

tahun 2019 27

4.2.2.2 Pengujian Data Penyaluran

tahun 2020 32

4.2.3 Perhitungan Berdasarkan Kondisi

Produksi Perusahaan 36

4.3 Analisis Hasil Perhitungan 38

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 39

5.2 Saran 39

DAFTAR PUSTAKA 41

LAMPIRAN 43

(12)

viii Nomor

Tabel Judul Halaman

4.1 Data Produksi Dimsum Periode 2019-2020 20

4.2 Data Penyaluran Dimsum Periode 2019-2020 21 4.3 Data Biaya Pengadaan Dimsum Periode 2019-2020 21 4.4 Data Biaya Kerusakan Bahan Baku Dimsum Periode

2019-2020 22

4.5 Data Biaya Kerusakan Bahan Jadi Dimsum Periode

2019-2020 22

4.6 Rata-rata Harga Dimsum Periode 2019-2020 23 4.7 Uji Normalitas Data Penyaluran Dimsum CV.

Maharani Food Tahun 2019 31

4.8 Uji Normalitas Data Penyaluran Dimsum CV.

Maharani Food Tahun 2020 35

4.9 Perbandingan Hasil Perhitungan EPQ dan

Perusahaan Periode 2019-2020 38

(13)

ix Nomor

Gambar Judul Halaman

2.1 Grafik Economic Production Quantity (EPQ) 10

3.1 Diagram Tahapan Penelitian 19

(14)

x Nomor

Lampiran Judul Halaman

1 Tabel Nilai Luas Kurva Normal untuk Nilai Z 43 2 Tabel Nilai Kritis untuk Uji Kenormalan Lilliefors 45 3 Data Jumlah Produksi Dimsum Periode 2019-2020 46

4 Data Penyaluran Dimsum Periode 2019-2020 47

5 Data Biaya Pengadaan Dimsum Periode 2019-2020 48 6 Data Biaya Kerusakan Bahan Baku Dimsum Periode

2019-2020 49

7 Data Biaya Kerusakan Bahan Jadi Dimsum Periode

2019-2020 50

8 Data Rata-rata Harga Dimsum Periode 2019-2020 51 9 Surat Izin Penelitian dari CV. Maharani Food 52

10 Surat Izin Penelitian dari Fakultas 53

(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dengan kemajuan dan perkembangan teknologi yang sangat pesat saat ini memanjakan para konsumen untuk memilih makanan yang praktis, mudah dan cepat untuk disajikan. Makanan yang praktis, mudah dan cepat untuk disajikan ini disebut juga dengan makanan siap saji atau makanan cepat saji karena proses pelayanannya tidak membutuhkan waktu yang lama.

Salah satu jenis makanan siap saji yang sedang berkembang pesat saat ini ialah Dimsum. Dimsum merupakan makanan tradisional China yang pelayanannya dengan cara digoreng maupun dikukus. Dimsum menjadi makanan favorit orang Indonesia baik dari kalangan muda sampai kepada orang tua. Oleh karena itu, permintaan pasar yang terus meningkat mengharuskan restoran Dimsum untuk dapat melakukan pengendalian persediaan. Kelebihan atau kekurangan persediaan adalah faktor yang memicu peningkatan biaya. Jumlah persediaan yang terlalu banyak maka dapat menyebabkan biaya penyimpanan yang berlebih, sehingga tidak dapat membuat modal untuk diinvestasikan pada sektor lain yang lebih menguntungkan (opportunity cost). Sebaliknya jumlah persediaan yang terlalu sedikit dapat mengakibatkan hilangnya kesempatan restoran untuk memperoleh keuntungan dan mengalami stock out (kehabisan barang), jika permintaan pasar yang lebih tinggi dari pada persediaan produk yang diperkirakan.

Pengendalian persediaan merupakan fungsi manajerial yang sangat penting karena mayoritas perusahaan melibatkan investasi besar pada aspek ini.

Pengendalian persediaan digunakan untuk menentukan jumlah produksi optimal dengan total biaya persediaan yang minimum. Dengan demikian persediaan merupakan salah satu permasalahan yang perlu diperhatikan kaitannya dengan produksi, biaya, dan distribusi barang.

CV. Maharani Food merupakan perusahaan penjual makanan olahan daging yang berada di Jalan Ring Road No. 9D Tanjung Sari, Kec. Medan Selayang, Kota. Medan, Sumatera Utara. Produk olahan berbahan baku daging

(16)

ini sebagian besar akan dipasarkan dengan berbentuk frozen food. Frozen food ini sendiri berarti makanan yang dibekukan dengan tujuan untuk mengawetkan makanan hingga siap untuk disantap. Dalam kurun waktu tertentu produk olahan ini diproduksi untuk memenuhi permintaan dari kebutuhan pasar. Namun perusahaan ini berproduksi hanya berdasarkan pengalaman masa lalu. Maka dari itu diperlukan pengoptimalan dalam produksi dan perencanaan persediaan agar diperoleh modal yang minimum dengan pendapatan yang maksimum. Selain itu, perlu diperhatikan juga biaya persediaan pada perusahaan agar tidak terjadi kerugian.

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk mengangkat topik dalam skripsi mengenai pengendalian persediaan bahan jadi di perusahaan tersebut dengan judul “Analisis Jumlah Produksi Optimal Dimsum dengan Metode Economic Production Quantity di CV. Maharani Food Medan”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka dapat diambil perumusan masalah yaitu terjadinya kelebihan jumlah produksi pengolahan Dimsum di CV.

Maharani Food Medan dapat menyebabkan biaya penyimpanan yang berlebih sehingga diperlukan penentuan jumlah produksi optimal pengolahan Dimsum untuk meminimumkan total biaya persediaan di CV. Maharani Food Medan dengan Metode Economic Production Quantity.

1.3 Batasan Masalah

Ruang lingkup masalah dalam penelitian ini adalah:

a. Data yang digunakan adalah data primer pada Periode 2019-2020 yang meliputi:

1) Data produksi Dimsum Periode 2019-2020.

2) Data penyaluran Dimsum Periode 2019-2020.

3) Data biaya pengadaan Dimsum Periode 2019-2020.

4) Data kerusakan pada persediaan bahan baku Periode 2019-2020.

5) Data kerusakan persediaan bahan jadi Periode 2019-2020.

b. Penelitian difokuskan pada permasalahan terkait produksi olahan Dimsum.

(17)

c. Proses pengolahan dan kebijakan perusahaan tidak berubah selama jangka waktu pemecahan masalah.

d. Diasumsikan biaya yang timbul akibat kekurangan produksi (shortage cost) dianggap tidak ada.

e. Diasumsikan selama produksi dilakukan, tingkat pemenuhan persediaan sama dengan tingkat produksi dikurangi tingkat permintaan.

f. Diasumsikan tingkat permintaan sama dengan penyaluran.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai yaitu meminimalisir terjadinya jumlah produksi Dimsum sehingga biaya penyimpanan yang berlebih dapat membuat modal untuk diinvestasikan pada sektor lain yang lebih menguntungkan dengan menentukan jumlah produksi optimal pengolahan Dimsum untuk meminimumkan total biaya persediaan di CV. Maharani Food Medan dengan Metode Economic Production Quantity.

1.5 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah:

a. Bagi perusahaan penelitian ini berguna untuk mempertimbangkan persediaan agar lebih optimal dengan total biaya produksi yang minimum, sehingga diperoleh keuntungan yang maksimum dengan modal yang minimum.

b. Bagi pihak lain penelitian ini dapat menjadi informasi tambahan atau referensi dalam mempelajari gambaran mengenai aplikasi Metode Economic Production Quantity dalam mengoptimalkan persediaan produk di perusahaan.

c. Bagi penulis penelitian ini dapat menjadi bahan pembelajaran dan pengembangan pengetahuan bagi penulis serta penerapan ilmu secara langsung dari materi kuliah tentang pengendalian persediaan dengan menggunakan Metode Economic Production Quantity di suatu perusahaan.

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengendalian Persediaan (Inventory) 2.1.1 Pengertian Persediaan

Persediaan adalah segala sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan. Persediaan adalah komponen, material atau produk jadi yang tersedia di tangan, menunggu untuk digunakan atau dijual. (Groebner, dikutip dalam Teguh Baroto, 2002:52).

Persediaan adalah bahan mentah, barang dalam process (work in process, barang jadi, bahan pembantu, bahan pelengkap, komponen yang disimpan dalam antisipasi terhadap pemenuhan permintaan. (Riggs, dikutip dalam Teguh Baroto, 2002:52).

Terdapat 5 kategori pengelompokan item persediaan sebagai berikut:

a. Bahan mentah (raw materials) yaitu barang-barang berwujud seperti baja, kayu, tanah liat, atau bahan lain yang diperoleh dari sumber alam, dibeli dari pemasok, atau diolah sendiri oleh perusahaan untuk digunakan perusahaan dalam proses produksinya sendiri.

b. Komponen (Component) yaitu barang-barang yang terdiri atas bagian- bagian yang diperoleh dari perusahaan lain atau hasil produksi sendiri yang digunakan untuk pembuatan barang jadi atau barang setengah jadi.

c. Barang setengah jadi (work in process) yaitu barang-barang keluaran dari tiap operasi produksi yang telah memiliki bentuk lebih kompleks daripada komponen, namun masih perlu proses lebih lanjut untuk barang jadi.

d. Barang jadi (finished good) yaitu barang-barang yang telah selesai diproses dan siap unuk didistribusikan kepada konsumen.

e. Bahan pembantu (supplies material) adalah barang-barang yang diperlukan dalam proses pembuatan barang, namun bukan merupakan komponen barang jadi.

(19)

2.1.2 Penyebab dan Fungsi Persediaan

Penyebab timbulnya persediaan adalah sebagai berikut:

a. Mekanisme pemenuhan atas permintaan. Permintaan terhadap suatu barang tidak dapat dipenuhi seketika bila barang tersebut tidak tersedia sebelumnya.

b. Keinginan untuk meredam ketidakpastian. Ketidakpastian terjadi akibat:

permintaan yang bervariasi dan tidak pasti dalam jumlah maupun waktu kedatangan, waktu pembuatan yang cenderung tidak konstan antara satu produk dengan produk berikutnya, waktu tenggang (lead time) yang cenderung tidak pasti karena banyak faktor yang tidak dapat dikendalikan.

c. Keinginan melakukan spekulasi yang bertujuan mendapatkan keuntungan besar dari kenaikan harga di masa mendatang.

Beberapa fungsi persediaan:

a. Fungsi Independensi. Persediaan bahan diadakan agar departemen dan proses individual terjaga kebebasannya.

b. Fungsi Ekonomis. Memproduksi dengan jumlah produksi tertentu (lot) akan lebih ekonomis daripada memproduksi secara berulang atau sesuai permintaan.

c. Fungsi Antisipasi. Fungsi ini diperlukan untuk perubahan permintaan atau pasokan.

d. Fungsi Fleksibilitas. Bila dalam proses produksi terdiri atas beberapa tahapan proses operasi dan kemudian terjadi kerusakan pada satu tahapan proses operasi, maka akan diperlukan waktu untuk melakukan perbaikan.

Dengan adanya sediaan barang jadi, maka waktu untuk pemeliharaan fasilitas produksi dapat disediakan dengan cukup.

2.1.3 Sistem Persediaan

Sistem persediaan adalah suatu mekanisme mengenai bagaimana mengelola masukan-masukan yang sehubungan dengan persediaan menjadi output, di mana diperlukan umpan balik agar output memenuhi standar tertentu. Kriteria optimal adalah minimasi biaya total yang terkait dengan persediaan, yaitu biaya penyimpanan, biaya pemesanan, dan biaya kekurangan persediaan.

(20)

2.1.4 Biaya Dalam Sistem Persediaan

Biaya persediaan adalah semua pengeluaran dan kerugian yang timbul sebagai akibat persediaan. Biaya tersebut adalah harga pembelian, biaya pemesanan, biaya penyiapan, biaya penyimpanan, dan biaya kekurangan persediaan.

a. Biaya pembelian adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli barang, besarnya sama dengan harga perolehan sediaan itu sendiri atau harga belinya.

b. Biaya pemesanan adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan pemesanan ke pemasok, yang besarnya biasanya tidak dipengaruhi oleh jumlah pemesanan.

c. Biaya penyiapan atau pengadaan (set up cost) adalah semua pengeluaran yang timbul dalam mempersiapkan produksi.

d. Biaya penyimpanan adalah biaya yang dikeluarkan dalam penanganan/penyimpanan material, produk setengah jadi atau pun produk jadi. Biaya penyimpanan meliputi: biaya kesempatan (penumpukan barang di gudang berarti penumpukan modal), biaya simpan (sewa gudang, asuransi, pajak, administrasi, dll.) dan biaya keusangan (penurunan nilai terhadap barang yang disimpan) yang besarnya bersifat variabel tergantung pada jumlah item.

e. Biaya kekurangan persediaan. Bila perusahaan kehabisan barang saat ada permintaan, maka akan terjadi stock out. Biaya stock out dapat dihitung dari hal-hal berikut:

1) Kuantitas yang tidak dapat dipenuhi.

2) Lama proses produksi terhenti.

3) Biaya pengadaan darurat.

2.1.5 Pengendalian Persediaan

Pengendalian Persediaan (Inventory) merupakan pengumpulan atau penyimpanan komoditas yang akan digunakan untuk memenuhi permintaan dari waktu ke waktu.

Dalam pengendalian persediaan terdapat beberapa fungsi, diantaranya:

(21)

a. Siklus Persediaan (Inventory Cycle)

Siklus persediaan berkaitan dengan membeli atau menyediakan jumlah lebih besar dari yang dibutuhkan. Alasannya karena faktor ekonomis, dengan jumlah yang besar akan mendapatkan diskon besar pula. Di samping itu, hambatan-hambatan berupa faktor teknologi, transportasi, dan lain-lain.

b. Persediaan Pengaman (Safety Stock)

Mencegah terhadap ketidaktentuan (uncertainties) persediaan. Artinya sebelum persediaan habis kita harus mempersiapkan sejumlah persediaan, jika di suatu saat ternyata persediaan habis sedang pemesanan kembali tidak bisa tersedia seketika itu. Karena ketika ada permintaan dari pelanggan sedangkan persediaan habis maka akan timbul stock out cost yang mungkin tidak kecil, yaitu biaya pengganti atau biaya karena kehabisan barang.

Jenis – jenis biaya yang perlu diperhitungkan dalam mengevaluasi persoalan persediaan adalah:

a. Ordering Cost dan Procurement Cost, merupakan total biaya pemesanan dan pengadaan komoditas hingga siap untuk dipergunakan.

b. Holding Cost atau Carrying Cost, timbul karena perusahaan menyimpan persediaan seperti biaya penyimpanan fisik, pajak dan asuransi.

c. Shortage Cost, terjadi apabila ada permintaan terhadap barang yang kebetulan sedang tidak tersedia atau stok habis.

2.2 Metode Economic Production Quantity

2.2.1 Pengertian Metode Economic Production Quantity

Metode Economic Production Quantity (EPQ) adalah pengembangan Metode persediaan sebagaimana pengadaan bahan baku berupa komponen tertentu yang diproduksi secara massal dan dipakai sendiri sebagai subkomponen suatu produk jadi oleh perusahaan. Metode EPQ atau tingkat produksi optimal adalah sejumlah produksi tertentu yang dihasilkan dengan meminimumkan total biaya persediaan yang terdiri atas biaya set-up produksi dan biaya penyimpanan.

(Yamit dan Zulian, dalam Yulin Tipaka, 2017: 3).

(22)

Metode EPQ merupakan Metode yang mengasumsikan penambahan persediaan dengan bertahap dan terus menerus selama periode produksi, sehingga persediaan tidak menjadi besar jika produksi dan konsumsi dilakukan secara bersamaan selama periode produksi. Biaya pabrik adalah tenaga kerja tak langsung, bahan baku tidak langsung, penyusustan, pajak, asuransi, pemeliharaan, pengawasan, dan sebagainya.

Metode EPQ merupakan pengendalian persediaan untuk menentukan besarnya volume produksi yang optimal dengan waktu yang optimal dan total biaya persediaan produksi serendah-rendahnya. Dalam Metode ini jumlah produksi harus lebih besar daripada jumlah permintaan. Dengan kata lain proses produksi dilakukan sebelum persediaan habis, jumlah persediaan akan berkurang dan bertambah secara bertahap untuk memenuhi permintaan. (Ekawati, Hanifah.

2020).

Metode EPQ mengasumsikan penambahan persedian dengan bertahap lalu lanjut ke pengisian kembali memiliki sifat terbatas di atas periode produksi.

Karena suatu pengisian kembali berdasarkan tingkat yang terbatas, maka tingkat persediaan tidak pernah sama besar dengan jumlah ukuran pemesanan, karena konsumsi dan produksi serempak terjadi sepanjang periode produksi keduanya pada tingkat persediaan yang ada (Ristono, 2009).

Beberapa asumsi yang digunakan pada Metode EPQ adalah (Ristono, 2009):

a.

Hanya satu item yang diperhitungkan

.

b.

Permintaan deterministik dengan laju permintaan diketahui.

c.

Tenggang waktu pengadaan tidak sama dengan 0, artinya barang yang dipesan diasumsikan akan tersedia secara bertahap sesuai dengan tingkat produksi (production rate) tertentu.

d.

Lead time atau waktu menunggu kedatangan barang/bahan bersifat konstan.

e.

Pengadaan tidak secara sekaligus, yakni setiap pemesanan diterima dalam beberapa kali pengiriman dan tidak langsung dapat digunakan. Penerimaan barang/bahan yang dipesan bersifat bertahap dengan laju tertentu.

f.

Tidak ada pemesanan ulang (backorder) karena kehabisan persediaan.

(23)

g.

Struktur biaya tidak berubah, sebagaimana harga per unit barang adalah tetap dan biaya pemesanan serta penyimpanan adalah tetap.

h.

Kapasitas gudang dan modal cukup untuk menampung dan membeli pesanan.

i.

Tidak ada quantity discount.

j.

Biaya variabel hanya terdiri atas set up cost dan holding cost.

k.

Stock out harus dihindari dengan menjaga kedatangan barang/bahan yang tepat waktu.

Tujuan dari Metode ini adalah menentukan jumlah optimal untuk melakukan produksi agar dapat meminimumkan total biaya persediaan. Parameter-parameter yang digunakan dalam Metode ini adalah sebagai berikut:

D : Laju penyaluran produksi per tahun 𝑃 : Laju produksi per satuan waktu

𝑘 : Set-up Cost atau biaya pengadaan untuk tiap putaran produksi : Holding cost atau biaya penyimpanan per unit per satuan waktu

Perumusan untuk masing-masing biaya yaitu sebagai berikut:

a. Biaya Pembelian (Purchasing Cost = c)

Biaya pembelian = Jumlah barang yang diminta × Harga per unit barang 𝑐 (2.1) b. Biaya Pemesanan (Ordering Cost = k)

Biaya pemesanan = Biaya sekali pemesanan × Frekuensi pemesanan dalam setahun

𝑘

(

2.2)

c. Biaya Penyimpanan (Holding Cost = h)

Biaya penyimpanan = Biaya penyimpanan × Rata-rata banyaknya barang yang disimpan

(2.3) d. Biaya total persediaan (TIC)

Biaya Total Persediaan = Biaya pembelian + Biaya pemesanan + Biaya penyimpanan

(24)

𝑐 𝑘 ℎ (2.4) Secara grafik Metode persediaan EPQ dapat digambarkan pada Gambar

berikut.

Gambar 2.1 Grafik Economic Production Quantity (EPQ) Keterangan:

: Jumlah produksi dalam satu putaran produksi

𝑚𝑎𝑥 : Tingkat persediaan maksimal 𝑃 : Rata-rata produksi per satuan waktu : Rata-rata penyaluran per satuan waktu 𝑅 : Persediaan hampir habis

𝐿 : Waktu proses produksi kembali

𝑝 : Waktu proses produksi dilakukan

𝑖 : Waktu proses produksi berhenti : Waktu satu putaran produksi Dari gambar 2.1 dapat dilihat bahwa:

Jumlah produksi selama selang waktu harus memenuhi jumlah permintaan selama selang waktu tersebut, sehingga dapat dirumuskan menjadi:

(2.5)

Jika waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi sejumlah Q unit pada tingkat produksi 𝑃 adalah ( ) maka akan dirumuskan menjadi:

𝑃

(25)

(2.6) Tahap produksi ialah tahap saat perusahaan memproduksi bahan baku dengan tingkat produksi P sekaligus digunakan langsung untuk membuat produk jadi selama subsiklus produksi . Tahap produksi akan berhenti pada tingkat persediaan mencapai , dirumuskan:

(𝑃 ) (2.7)

Tahap persediaan, pada tahap ini jika persediaan sudah mencapai tingat 𝑅, maka harus diadakan produksi yang lamanya tergantung Lead Time (L).

Untuk mencapai persediaan rata-rata ialah diperoleh persamaan berikut:

( ) ,

( ) ( ) (2.8)

Substitusikan persamaan (2.6) ke persamaan (2.8):

( ) 𝑃

(𝑃 )

(𝑃 𝑃 )

𝑃

( ) (2.9)

Untuk setiap kali penyimpanan persediaan, dibutuhkan biaya simpan ℎ maka:

( ) ℎ (2.10)

Untuk setiap kali putaran jumlah produksi dengan dan dibutuhkan biaya pengadaan 𝑘 maka:

𝑘 (2.11)

Besarnya total biaya persediaan diperoleh dari jumlah antara biaya pengadaan dengan biaya simpan, atau dapat dibuat dengan persamaan sebagai berikut:

(2.12) Substitusikan persamaan (2.5) dan (2.6) ke persamaan (2.7) sehingga menjadi:

𝑘 ( ) ℎ (2.13)

(26)

Dari persamaan (2.13) differensialkan terhadap , maka akan diperoleh jumlah produksi yang minimum. Jumlah produksi yang minimum ini disebut dengan EPQ yang dinotasikan dengan . Maka diperoleh turunan sebagai berikut:

𝑘 (

𝑃) ℎ 𝑘 (

𝑃) ℎ 𝑘

( 𝑃) ℎ

( ) (2.14)

Metode Economic Production Quantity (EPQ) merupakan suatu Metode yang digunakan untuk mempertimbangkan jumlah produksi dan jumlah permintaan hasil produksi. Pada Metode persediaan ini, jumlah produksi harus lebih besar dari pada jumlah permintaan. Jumlah persediaan akan bertambah secara bertahap dan juga berkurang secara bertahap untuk memenuhi permintaan dan tidak akan terjadi kekurangan persediaan karena permintaan selalu terpenuhi.

2.2.2 Pemanfaatan Metode EPQ

Penyimpanan persediaan dalam jangka waktu yang lama akan berdampak pada keusangan dan menurunnya kualitas, sehingga diperlukan perhitungan jumlah persediaan yang optimal. Metode persediaan Economic Production Quantity (EPQ) merupakan suatu Metode yang digunakan untuk mempertimbangkan jumlah produksi dan jumlah permintaan hasil produksi.

2.2.3 Penelitian Terdahulu

Penelitian ini bertujuan untuk menghitung jumlah produksi optimum pada perusahaan kerudung. Selama ini jumlah produksi pada tahun 2017 dan sebelumnya berpedoman pada jumlah pesanan pelanggan ditambah 17,5% dari jumlah permintaan untuk cadangan persediaan. Hasil solusi optimum dengan

(27)

Metode EPQ memiliki perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan yang selama ini berlaku. (Farid H Badruzzaman et al., 2017).

Bunga Krans merupakan suatu karangan bunga berbentuk lonjong dan sebagainya untuk ucapan duka cita. Dalam usaha ini tidak sedikit permasalahan tentang meminimumkan biaya dengan mengendalikan prersediaan bahan baku.

Tujuan penelitian ini yaitu untuk menentukan jumlah pemesanan ekonomis menggunakan Metode Economic Order Quantity (EOQ) dan produksi optimal menggunakan Metode Economic Production Quantity (EPQ) serta menentukan total persediaan minimum menurut EOQ dan EPQ. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2017 hingga April 2017 di perusahaan Kembang Lineke, Girian, Bitung. Dengan variabel yang digunakan yaitu volume kebutuhan bahan baku, volume penyaluran bahan baku, biaya pemesanan bahan baku dan biaya penyimpanan bahan baku. Dari hasil dapat diketahui bahwa pemesanan ekonomis menurut Metode EOQ untuk masing-masing jenis bunga K5, K6 dan K10 yaitu 205,88 lusin, 220,09 lusin dan 266,96 lusin dengan biaya optimal semua jenis bunga sebesar Rp125.476.400 sedangkan produksi optimal menurut Metode EPQ untuk jenis bunga K5, K6 dan K10 masing-masing sebesar 206,16 lusin, 220,4 lusin dan 267,32 lusin dengan biaya optimal untuk semua jenis bunga sebesar Rp125.336.630. (Yulin Tipaka et al., 2017).

Metode kuantitas produksi ekonomi yang tidak sempurna (EPQ) dapat mempertimbangkan pemeliharaan prediktif dan pengerjaan ulang produk yang cacat. Tujuannya adalah untuk menentukan upaya pemeliharaan prediktif yang optimal dan runtime produksi dan meminimalkan total biaya yang diharapkan.

(Yu-Chung Tsao et al., 2019).

2.3 Uji Kenormalan

Uji distribusi normalitas atau biasa dikenal dengan istilah Uji Normalitas dapat digunakan untuk mengukur apakah data yang telah didapatkan berdistribusi normal atau tidak sehingga dapat digunakan dalam statistik parametris (statistik inferensial). Dengan demikian, Uji Normalitas adalah apakah data empiris yang didapatkan dari lapangan sesuai dengan distribusi teoritik tertentu. Dalam kasus

(28)

ini, distribusi normal. Dengan kata lain, apakah data yang diperoleh berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Pengujian parametrik untuk Uji Normalitas dibangun dari distribusi normal. Dalam hal ini tabel tersebut mengacu kepada Uji Normalitas.

Sebagaimana kita dapat berasumsi bahwa sampel yang kita dapatkan benar-benar mewakili populasi sehingga hasil penelitian yang telah dilakukan dapat digeneralisasikan pada populasi. Jika dilihat dari statistik, populasi termasuk ke dalam distribusi normal.

Tujuan Uji Normalitas adalah untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dari hasil sebuah penelitian berdistribusi normal atau tidak. Yakni, distribusi data dengan bentuk seperti bell. Data yang baik dan benar adalah data yang memiliki pola berdistribusi normal, yaitu tidak terlalu menghadap kanan maupun kiri.

Uji Normalitas adalah suatu prosedur yang digunakan untuk mengetahui apakah data berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau sebaran normal.

Distribusi normal adalah distribusi simetris dengan modus, mean dan median berada di pusat (Hanief YN, 2017).

Terdapat beberapa alasan distribusi normal menjadi distribusi yang penting yaitu:

a. Banyak variabel dependen.

b. Dapat diasumsikan bahwa setidaknya variabel mendekati distribusi normal, hal ini dapat membuat sejumlah kesimpulan tentang nilai variabel tersebut.

c. Melakukan Uji Normalitas data dalam analisis statistik inferensial untuk sampel normalitas menjadi syarat untuk menentukan jenis statistik yang digunakan dalam penganalisisan selanjutnya.

Dasar pengambilan keputusan adalah 𝐿ℎ𝑖 𝑢𝑛𝑔 >𝐿 𝑎𝑏𝑒 maka 0 ditolak, dan jika nilai 𝐿ℎ𝑖 𝑢𝑛𝑔 𝐿 𝑎𝑏𝑒 maka 0 diterima. Hipotesis statistik yang digunakan:

0 : sampel berdistribusi normal.

1 : sampel data tidak berdistribusi normal.

(29)

Terdapat beberapa Metode yang dapat digunakan untuk Menguji Normalitas data yaitu:

a. Uji Kenormalan Lilliefors

Menggunakan data dasar yang belum diolah dalam tabel distribusi frekuensi. Dengan beberapa syarat sebagai berikut:

1) Data berskala interval atau rasio (kuantitatif).

2) Data tunggal atau belum dikelompokkan pada tabel distribusi frekuensi.

3) Dapat untuk data dengan (𝑛 > 30) atau (𝑛 30).

b. Uji Kenormalan Chi-Square

Menggunakan pendekatan penjumlahan dan penyimpangan data observasi tiap kelas dengan nilai yang diharapkan.

Beberapa syarat untuk menggunakan Uji Kenormalan Chi-Square:

1) Data tersusun berkelompok atau dikelompokkan dalam tabel distribusi frekuensi.

2) Dapat untuk data dengan (𝑛 > 30).

c. Uji Kenormalan Kolmogorov-Smirnov

Uji ini hampir sama dengan Uji Kenormalan Lilliefors hanya saja Uji Lilliefors menggunakan tabel pembanding Lilliefors, sedangkan Uji Kolmogorov-Smirnov menggunakan tabel pembanding Kolmogorov- Smirnov. Syarat Uji Kenormalan Kolmogrov-Smirnov:

1) Data berskala interval atau ratio (kuantitatif).

2) Data tunggal atau belum dikelompokkan pada tabel distribusi frekuensi.

3) Data untuk n besar maupun n kecil.

d. Uji Kenormalan Saphiro Wilk

Data diurut, kemudian dibagi dalam dua kelompok untuk dikonversi dalam Saphiro Wilk. Dapat juga dilanjutkan transformasi nilai Z untuk dapat dihitung luasan kurva normal. Syarat Uji Kenormalan Saphiro Wilk:

1) Data berskala interval atau ratio (kuantitatif).

2) Data tunggal pada tabel distribusi frekuensi.

3) Data dari sampel random.

(30)

2.3.1 Uji Kenormalan Lilliefors

Berdasarkan penjelasan di atas mengenai beberapa Uji Kenormalan data, maka dalam penelitian ini akan digunakan Uji Kenormalan Lilliefors dikarenakan syarat Uji Lilliefors terpenuhi untuk Menguji Kenormalan data penelitian yaitu sebagai berikut:

a. Uji Kenormalan Lilliefors merupakan data tunggal. Data jumlah penyaluran yang diperoleh dari perusahaan adalah data tunggal.

b. Banyak n < 30 sesuai dengan data yang diperoleh dari perusahaan yaitu data jumlah penyaluran banyaknya adalah n = 12 atau n ≤ 30.

Perumusan ilmu statistika juga berguna dalam pengendalian persediaan untuk menentukan pola distribusi. Pola distribusi tersebut dapat diketahui dengan melakukan Uji Kenormalan Lilliefors. Pada pengujian ini terdapat 2 jenis hipotesa yaitu:

Hipotesa 0: Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.

Hipotesa 1: Sampel berasal dari populasi tidak berdistribusi normal.

Langkah-langkah Uji Normalitas menggunakan Uji Kenormalan Lilliefors yang harus dilakukan antara lain (Sudjana, 2008):

a. Nilai dari data 𝑥1, 𝑥2, … 𝑥𝑛 dijadikan sebagai angka baku 𝑧1, 𝑧 … 𝑧𝑛 dengan menggunakan rumus:

(2.15)

Dengan:

𝑥 = rata-rata sampel

S = simpangan baku sampel = 1, 2, 3, … , n

Menghitung rata-rata sampel maka digunakan rumus:

𝑥̅

(2.16)

Menghitung simpangan baku maka digunakan rumus:

𝑛𝑖 𝑥𝑖 𝑥̅ (2.17) b. Tiap angka baku dan menggunakan daftar distribusi normal baku, hitung

peluang:

F(Zi) = P(Z Zi) (2.18)

(31)

c. Menghitung proporsi 𝑧 𝑧 … 𝑧 𝑧. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(𝑧 ) maka

(𝑧 )

(2.19) d. Hitung selisih 𝐹(

𝑧

) − (

𝑧

) tentukan harga mutlaknya. Cari nilai terbesar

diantara nilai-nilai mutlak selisih |F(

𝑧

) − S(

𝑧

)| jadikan

𝐿

atau

𝐿

.

Kriteria pengambilan keputusan adalah:

{ ( ) ( )

Dengan 𝐿 ( ) adalah nilai kritis Uji Kenormalan Lilliefors dengan taraf nyata

𝛼 dan banyaknya sampel n.

(32)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Penelitian dilaksanakan di CV. Maharani Food Medan yang beralamat di Jalan Ringroad No. 9D Tanjung Sari, Kec. Medan Selayang, Kota Medan, Sumatera Utara. Dalam penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah data primer seperti data produksi, data penyaluran, data biaya pengadaan, data kerusakan bahan baku dan data kerusakan bahan jadi Periode 2019-2020.

3.2 Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan salah satu cara yang digunakan untuk menginterpretasikan data-data yang telah dikumpulkan dari penelitian lapangan dan data telah diolah sehingga menghasilkan informasi yang bermanfaat dan dapat dijadikan alternatif dalam pengambilan keputusan. Berikut merupakan yang dilakukan dari data yang telah dikumpulkan dari penelitian lapangan adalah sebagai berikut:

a. Melakukan perhitungan tingkat produksi optimal dengan menggunakan Metode Economic Production Quantity.

b. Melakukan perhitungan waktu interval yang optimal dengan menggunakan Metode Economic Production Quantity.

c. Melakukan perhitungan biaya persediaan minimum dengan menggunakan Metode Economic Production Quantity.

d. Menguji Kenormalan data penyaluran dengan Uji Kenormalan Lilliefors.

e. Melakukan analisis perbandingan produksi optimal, waktu interval optimal dan biaya persediaan minimum menurut Metode Economic Production Quantity dan menurut perusahaan.

f. Merumuskan kesimpulan.

(33)

Melakukan pengumpulan Referensi berupa Jurnal dan Buku mengenai Pengoptimalan Produksi dengan Metode

Economic Production Quantity dan Persediaan.

Melakukan Studi Lapangan di CV. Maharani Food Medan

Kesimpulan dan Saran 3.3 Tahapan Penelitian

Rancangan penelitian dilaksanakan dengan mengikuti langkah-langkah yang terdapat pada algoritma berikut:

Gambar 3.1 Diagram Tahapan Penelitian Merumuskan permasalahan serta batasan masalah

Melakukan Pengumpulan Data pada Periode 2019-2020

Pengolahan Data

Melakukan perhitungan tingkat produksi optimal dengan Metode Economic Production Quantity .

Melakukan perhitungan waktu interval yang optimal dengan Metode Economic Production Quantity.

Melakukan perhitungan biaya persediaan minimum dengan Metode Economic Production Quantity.

Melakukan Uji Kenormalan data penyaluran dengan Uji Kenormalan Lilliefors

Analisis Hasil Pengoptimalan

Analisis perbandingan tingkat produksi, interval waktu dan biaya persediaan produksi pengolahan Dimsum menurut perusahaan dan Metode Economic Production Quantity.

(34)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengumpulan Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer.

Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer dapat berupa opini subjek (orang) secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian.Adapun pengambilan data yang dilakukan di CV. Maharani Food ialah dengan melakukan pencatatan, wawancara, dan arsip-arsip perusahaan yang digunakan dalam pemecahan masalah. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif yaitu data yang diperoleh dari perusahaan berupa angka-angka seperti data jumlah produksi, data penyaluran, dan data-data lainnya yang terkait dalam penelitian ini.

Berikut merupakan data-data yang diperoleh dalam penelitian ini:

a. Data produksi Dimsum Periode 2019-2020.

b. Data penyaluran Dimsum Periode 2019-2020.

c. Data biaya pengadaan Dimsum Periode 2019-2020.

d. Data kerusakan pada persediaan bahan baku Periode 2019-2020.

e. Data kerusakan pada persediaan bahan jadi Periode 2019-2020.

Berikut merupakan hasil pengumpulan data yang diperoleh dari CV. Maharani Food ialah sebagai berikut:

Tabel 4.1 Data Produksi Dimsum Periode 2019-2020 (pack)

No Bulan Tahun

2019 2020

1 Januari 509 569

2 Februari 443 453

3 Maret 601 574

4 April 511 401

5 Mei 465 577

6 Juni 494 470

7 Juli 555 489

8 Agustus 458 555

(35)

No Bulan Tahun

2019 2020

9 September 516 591

10 Oktober 479 500

11 November 540 600

12 Desember 502 421

Jumlah 6073 6199

Sumber: CV. Maharani Food Medan (2021)

Tabel 4.2 Data Penyaluran Dimsum Periode 2019-2020 (pack)

No. Bulan Tahun

2019 2020

1 Januari 503 380

2 Februari 420 317

3 Maret 436 373

4 April 393 470

5 Mei 495 445

6 Juni 498 430

7 Juli 469 515

8 Agustus 366 414

9 September 389 444

10 Oktober 336 396

11 November 330 451

12 Desember 404 533

Jumlah 5040 5168

Sumber: CV. Maharani Food Medan (2021)

Tabel 4.3 Data Biaya Pengadaan Dimsum Periode 2019-2020 (Rp)

No. Bulan Tahun

2019 2020 1 Januari 66.589.287 77.534.499 2 Februari 60.130.512 62.354.210 3 Maret 78.458.089 64.075.984 4 April 60.531.464 82.548.591 5 Mei 83.968.617 66.717.880 6 Juni 61.588.290 81.221.515 7 Juli 74.495.460 70.392.909 8 Agustus 76.611.035 77.051.423 9 September 61.904.798 67.204.645

(36)

No. Bulan Tahun 2019 2020 10 Oktober 72.389.942 75.763.491 11 November 82.760.322 65.027.951 12 Desember 77.813.693 63.363.780 Jumlah 857.241.509 853.256.878 Sumber: CV. Maharani Food Medan (2021)

Tabel 4.4 Data Biaya Kerusakan Bahan Baku Dimsum Periode 2019-2020 No. Bulan

Jumlah Kerusakan (kg) Tahun

Biaya Kerusakan (Rp) Tahun

2019 2020 2019 2020

1 Januari 13 3 9.780.727,27 2.257.090,91

2 Februari 1 6 752.363,64 4.514.181,82

3 Maret 9 3 6.771.272,73 2.257.090,91

4 April 6 7 4.514.181,82 5.266.54,45

5 Mei 1 5 752.363,64 3.761.818,18

6 Juni 3 2 2.257.090,91 1.504.727,27

7 Juli 5 10 3.761.818,18 7.523.636,36

8 Agustus 6 1 4.514.181,82 752.363,64

9 September 4 8 3.009.454,55 6.018.909,09

10 Oktober 3 15 2.257.090,91 11.285.454,55

11 November 11 10 8.276.000,00 7.523.636,36

12 Desember 8 7 6.018.909,09 5.266.545,45

Jumlah 70 77 52.665.454,55 57.932.000,00 Sumber: CV. Maharani Food Medan (2021)

Tabel 4.5 Data Biaya Kerusakan Dimsum Periode 2019-2020

No. Bulan

Jumlah Kerusakan (pack) Tahun

Biaya Kerusakan (Rp) Tahun

2019 2020 2019 2020

1 Januari 9 3 6.771.272,73 2.257.090,91

2 Februari 6 6 4.514.181,82 4.514.181,82

3 Maret 8 3 6.018.909,09 2.257.090,91

4 April 4 8 3.009.454,55 6.018.909,09

5 Mei 12 9 9.028.363,64 6.771.272,73

6 Juni 8 5 6.018.909,09 3.761.818,18

7 Juli 4 10 3.009.454,55 7.523.636,36

8 Agustus 6 8 4.514.181,82 6.018.909,09

(37)

No. Bulan

Jumlah Kerusakan (pack) Tahun

Biaya Kerusakan (Rp) Tahun

2019 2020 2019 2020

9 September 9 5 6.771.272,73 3.761.818,18

10 Oktober 4 10 3.009.454,55 7.523.636,36

11 November 4 3 3.009.454,55 2.257.090,91

12 Desember 5 3 3.761.818,18 2.257.090,91

Jumlah 79 73 59.436.727,27 54.922.545,45 Sumber: CV. Maharani Food Medan (2021)

Tabel 4.6 Rata-rata Harga Dimsum Periode 2019-2020 (Rp) Tahun Harga Dimsum per pack

2019 80000

2020 85000

Sumber: CV. Maharani Food Medan (2021)

4.2 Analisis Data

4.2.1 Perhitungan dengan Metode EPQ

Perhitungan yang digunakan untuk melakukan pengendalian produksi Dimsum pada perusahaan CV. Maharai Food Medan adalah:

a. Tingkat optimal produksi atau jumlah produksi optimal Dimsum setiap putaran produksi.

b. Interval waktu optimal Dimsum untuk tiap putaran produksi.

c. Biaya persediaan produksi Dimsum.

4.2.1.1 Tingkat Optimal Produksi ( ) a. Rata-rata jumlah produksi setiap bulan

𝑃 𝑢𝑚 𝑎ℎ 𝑝 𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑖 𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑢𝑚 𝑎ℎ 𝑝 𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑖 𝑎ℎ𝑢𝑛

𝑃 𝑃

Maka rata-rata jumlah produksi Dimsum setiap bulannya adalah sebesar 511,31 pack setiap bulan.

(38)

b. Rata-rata jumlah penyaluran setiap bulan

𝑢𝑚 𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛 𝑎 𝑢 𝑎𝑛 𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑢𝑚 𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛 𝑎 𝑢 𝑎𝑛 𝑎ℎ𝑢𝑛

Maka rata-rata jumlah penyaluran Dimsum setiap bulannya adalah sebesar 425,32 pack setiap bulan.

c. Rata-rata biaya pengadaan produksi setiap bulan

𝑘

𝑘

𝑘

Maka rata-rata biaya pengadaan produksi Dimsum yang harus dikeluarkan adalah sebesar Rp 71.270.766,13 setiap bulan.

d. Rata-rata biaya penyimpanan Dimsum setiap bulan

Dapat dilihat pada Tabel 3.6 rata-rata harga Dimsum tahun 2019 dan tahun 2020 berbeda. Dan terdapat biaya penyimpanan sebesar 2,5% (Lampiran 8) maka dapat diasumsikan sebagai berikut:

biaya simpan (h) 2019 = 2,5% x 80.000 = 2000 biaya simpan (h) 2020 = 2,5% x 85.000 = 2125

jumlah biaya penyimpanan 2019 : jumlah biaya penyimpanan 2020 :

ℎ 𝑢𝑚 𝑎ℎ 𝑏𝑖𝑎 𝑎 𝑝𝑒𝑛 𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑢𝑚 𝑎ℎ 𝑏𝑖𝑎 𝑎 𝑝𝑒𝑛 𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑎𝑛

Jadi rata-rata biaya penyimpanan Dimsum adalah sebesar Rp 87.908,65 setiap bulan.

(39)

Catatan: biaya penyimpanan 2,5% dari harga rata-rata Dimsum yang sudah ditentukan oleh Perusahaan.

Selanjutnya, berdasarkan Persamaan (2.14) maka akan dilakukan perhitungan tingkat produksi optimal ( ) setiap putaran produksi dengan Metode rumus sebagai berikut:

√ 𝑘 ℎ ( 𝑃)

√( )( )( ) ( ) ( )

Maka tingkat produksi optimal Dimsum dalam setiap putaran produksi adalah sebesar 2.025,022 pack.

Selanjutnya tingkat produksi optimal Dimsum untuk setiap putaran produksi/

periodenya ialah pack/periode produksi.

4.2.1.2 Interval Waktu Optimal Setiap Putaran Produksi ( )

Berdasarkan persamaan (2.5) maka dapat diperoleh interval waktu optimal untuk tiap putaran produksi adalah sebagai berikut:

Maka interval waktu optimal untuk tiap putaran produksi adalah selama 4,76 bulan.

(40)

4.2.1.3 Biaya Persediaan Minimum ( )

Berdasarkan persamaan (2.13) untuk menghitung biaya persediaan minimum produksi Dimsum menggunakan Metode rumus:

𝑘 (

𝑃) ℎ

(

)

Biaya persediaan yang diperoleh sebesar Rp29.938.297,6 setiap bulannya sehingga biaya minimum dalam setiap putaran produksinya adalah:

Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh jumlah produksi optimal dengan biaya minimum untuk pengadaan persediaanya dalam satu putaran produksi.

Selanjutnya dapat dihitung jumlah putaran produksi Dimsum, interval waktu putaran produksi, lamanya mesin berproduksi tiap putaran produksi yang dihitung dalam dua periode selama 24 bulan yaitu sebagai berikut:

a. Jumlah putaran produksi dalam dua periode adalah:

Maka jumlah putaran produksi tiap periodenya adalah sebanyak 2,52 atau 3 kali.

b. Biaya minimum dalam dua periode sebesar 𝑅𝑝

Maka biaya pengadaan Dimsum setiap periode adalah sebesar:

(41)

c. Dan biaya minimum persediaan Dimsum setiap bulan sebesar:

d. Waktu yang dibutuhkan tiap putaran produksi adalah 𝑃

Selanjutnya dapat dihitung lama produksi berhenti tiap putaran produksi adalah:

4.2.2 Menguji Kenormalan Data dengan Menggunakan Uji Kenormalan Lilliefors

Langkah selanjutnya adalah melakukan Uji Normalitas untuk mengetahui apakah data yang diperoleh merupakan suatu data yang berdistibusi normal atau tidak. Uji yang dilakukan adalah dengan menggunakan Uji Normalitas Lilliefors, dengan hipotesis sebagai berikut:

0 = Data yang digunakan berdistribusi normal.

1 = Data yang digunakan tidak berdistribusi normal.

𝐿ℎ𝑖 𝑢𝑛𝑔 ≤ 𝐿 𝑎𝑏𝑒 = 0 diterima dan 1ditolak.

𝐿ℎ𝑖 𝑢𝑛𝑔 > 𝐿 𝑎𝑏𝑒 = 1 diterima dan 0 ditolak.

Kemudian untuk data yang akan diUji Kenormalannya adalah data penyaluran Dimsum Periode 2019-2020.

4.2.2.1 Pengujian Data Penyaluran Dimsum Tahun 2019 a. Data Penyaluran Dimsum periode 2019 (Lampiran 4)

Rata-rata dan standar deviasi data penyaluran Dimsum periode 2019 dengan menggunakan rumus (2.16) dan (2.17) adalah:

̅ ∑ 𝑥 𝑛

(42)

̅ ̅

Maka rata-rata penyaluran Dimsum CV. Maharani Food tahun 2019 adalah 420 pack.

√∑ ( ̅) 𝑛

Maka standar deviasi penyaluran Dimsum CV. Maharani Food tahun 2019 adalah 61,3028

b. Hitung 𝑧 dengan rumus berikut:

𝑧 𝑥 ̅

𝑧

𝑧

𝑧

𝑧

𝑧 0,4414

𝑧

𝑧

(43)

𝑧

𝑧

𝑧

𝑧

𝑧

c. Tentukan nilai 𝐹(𝑧) 𝑖 … dengan menggunakan daftar luas dibawah kurva normal 𝐹(𝑧) 𝑃(𝑧 𝑧)

𝐹(𝑧 ) 𝑃(𝑧 ) 𝐹(𝑧 ) 𝑃(𝑧 ) 𝐹(𝑧 ) 𝑃(𝑧 ) 𝐹(𝑧 ) 𝑃(𝑧 ) 𝐹(𝑧 ) 𝑃(𝑧 ) 𝐹(𝑧 ) 𝑃(𝑧 ) 𝐹(𝑧 ) 𝑃(𝑧 ) 𝐹(𝑧 ) 𝑃(𝑧 ) 𝐹(𝑧 ) 𝑃(𝑧 ) 𝐹(𝑧 ) 𝑃(𝑧 ) 𝐹(𝑧 ) 𝑃(𝑧 ) 𝐹(𝑧 ) 𝑃(𝑧 )

d. Menghitung proporsi 𝑧 𝑧 … 𝑧 yang lebih kecil atau sama dengan 𝑧 yaitu:

(44)

( ) 𝑏𝑎𝑛 𝑎𝑘𝑛 𝑎 𝑧 𝑧 … 𝑧 𝑧 𝑛

( )

( )

( )

( )

( )

( )

( )

( )

( )

( )

( )

( )

e. Menghitung selisish 𝐹(𝑧) (𝑧 ) untuk 𝑖 … maka:

𝐹(𝑧 ) (𝑧 ) 𝐹(𝑧 ) (𝑧 ) 𝐹(𝑧 ) (𝑧 ) 𝐹(𝑧 ) (𝑧 ) 𝐹(𝑧 ) (𝑧 )

(45)

𝐹(𝑧 ) (𝑧 ) 𝐹(𝑧 ) (𝑧 ) 𝐹(𝑧 ) (𝑧 ) 𝐹(𝑧 ) (𝑧 ) 𝐹(𝑧 ) (𝑧 ) 𝐹(𝑧 ) (𝑧 ) 𝐹(𝑧 ) (𝑧 )

Tabel 4.7 Uji Normalitas Data Penyaluran Dimsum CV. Maharani Food Tahun 2019

No Data Penyaluran

𝑖 𝑖 𝐹( 𝑖) ( 𝑖) |𝐹( 𝑖) ( 𝑖)|

1 503 330 -1,4721 0,0708 0,0833 0,0125

2 420 336 -1,367 0,0853 0,1667 0,0814

3 436 366 -0,8781 0,1894 0,2500 0,0606

4 393 389 -0,5033 0,3085 0,3333 0,0248

5 495 393 -0,4414 0,3300 0,4167 0,0867

6 498 404 -0,2525 0,4013 0,5000 0,0987

7 469 420 -0,0013 0,5000 0,5833 0,0833

8 366 436 0,2554 0,6026 0,6667 0,0641

9 389 469 0,8004 0,7881 0,7500 0,0381

10 336 495 1,2242 0,8888 0,8333 0,0555

11 330 498 1,2782 0,8997 0,9167 0,0170

12 404 503 1,3575 0,9131 1,0000 0,0869

Dari Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa:

𝐿 𝑎𝑥[|𝐹( ) ( )|]

𝐿 𝐿 ( ) diperoleh dari Uji Kenormalan Lilliefors dengan taraf nyata 𝛼 dan 𝑛

𝐿 ( ) 𝐿( )( )

Karena 𝐿 𝐿 , maka data penyaluran Dimsum CV. Maharani Food Medan pada Tahun 2019 mengikuti pola penyebaran distribusi normal. Dan perhitungan pengendalian persediaan untuk mengoptimalkan jumlah produksi Dimsum dapat dilakukan dengan Metode Economic Production Quantity seperti yang telah dilakukan sebelumnya.

(46)

4.2.2.2 Pengujian Data Penyaluran Dimsum Tahun 2020 a. Rata-rata dan standar deviasi penyaluran Dimsum:

̅ ∑ 𝑥 𝑛 ̅

̅

Diperoleh rata-rata penyaluran Dimsum CV. Maharani Food tahun 2020 adalah 431 pack.

√∑ ( ̅) 𝑛

Maka standar deviasi penyaluran Dimsum CV. Maharani Food tahun 2020 adalah pack.

b. Hitung 𝑧 dengan rumus berikut:

𝑧 𝑥 ̅

𝑧

𝑧

𝑧

𝑧

𝑧

(47)

𝑧

𝑧

𝑧

𝑧

𝑧

𝑧

𝑧

c. Tentukan nilai 𝐹(𝑧) 𝑖 … dengan menggunakan daftar luas dibawah kurva normal 𝐹(𝑧) 𝑃(𝑧 𝑧)

𝐹(𝑧 ) 𝑃(𝑧 ) 𝐹(𝑧 ) 𝑃(𝑧 ) 𝐹(𝑧 ) 𝑃(𝑧 ) 𝐹(𝑧 ) 𝑃(𝑧 ) 𝐹(𝑧 ) 𝑃(𝑧 ) 𝐹(𝑧 ) 𝑃(𝑧 ) 𝐹(𝑧 ) 𝑃(𝑧 ) 𝐹(𝑧 ) 𝑃(𝑧 ) 𝐹(𝑧 ) 𝑃(𝑧 ) 𝐹(𝑧 ) 𝑃(𝑧 ) 𝐹(𝑧 ) 𝑃(𝑧 )

(48)

𝐹(𝑧 ) 𝑃(𝑧 )

d. Menghitung proporsi 𝑧 𝑧 … 𝑧 yang lebih kecil atau sama dengan 𝑧 yaitu:

( )

𝑏𝑎𝑛 𝑎𝑘𝑛 𝑎 𝑧 𝑧 … 𝑧 𝑧 𝑛

( )

( )

( )

( )

( )

( )

( )

( )

( )

( )

( )

( )

e. Menghitung selisish 𝐹(𝑧) (𝑧 ) untuk 𝑖 … maka:

𝐹(𝑧 ) (𝑧 )

(49)

𝐹(𝑧 ) (𝑧 ) 𝐹(𝑧 ) (𝑧 ) 𝐹(𝑧 ) (𝑧 ) 𝐹(𝑧 ) (𝑧 ) 𝐹(𝑧 ) (𝑧 ) 𝐹(𝑧 ) (𝑧 ) 𝐹(𝑧 ) (𝑧 ) 𝐹(𝑧 ) (𝑧 ) 𝐹(𝑧 ) (𝑧 ) 𝐹(𝑧 ) (𝑧 ) 𝐹(𝑧 ) (𝑧 )

Tabel 4.8 Uji Normalitas Data Penyaluran Dimsum CV. Maharani Food Tahun 2020

No Data Penyaluran

𝑖 𝑖 𝐹( 𝑖) ( 𝑖) |𝐹( 𝑖) ( 𝑖)|

1 380 317 -1,8793 0,0301 0,0833 0,0532

2 317 373 -0,9595 0,1685 0,1667 0,0018

3 373 380 -0,8449 0,2005 0,2500 0,0495

4 470 396 -0,5656 0,2843 0,3333 0,0490

5 445 414 -0,2827 0,3897 0,4167 0,0270

6 430 430 -0,0059 0,5000 0,5000 0,0000

7 515 444 0,2273 0,5910 0,5833 0,0077

8 414 445 0,2385 0,5948 0,6667 0,0719

9 444 451 0,3403 0,6331 0,7500 0,1169

10 396 470 0,6552 0,7454 0,8333 0,0879

11 451 515 1,3854 0,9177 0,9167 0,0010

12 533 533 1,6914 0,9554 1,0000 0,0446

Dari Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa:

𝐿 𝑎𝑥[|𝐹( ) ( )|]

𝐿 𝐿 ( ) diperoleh dari Uji Kenormalan Lilliefors dengan taraf nyata 𝛼 dan 𝑛

𝐿 ( ) 𝐿( )( )

(50)

Karena 𝐿 𝐿 , maka data penyaluran Dimsum CV. Maharani Food Medan pada Tahun 2020 mengikuti pola penyebaran distribusi normal. Dan perhitungan pengendalian persediaan untuk mengoptimalkan jumlah produksi Dimsum dapat dilakukan dengan Metode Economic Production Quantity seperti yang telah dilakukan sebelumnya.

4.2.3 Perhitungan Berdasarkan Kondisi Produksi Perusahaan

Dari hasil Uji Kenormalan data penyaluran dengan menggunakan Uji Lilliefors, diperoleh bahwa data penyaluran produksi Dimsum Periode 2019-2020 adalah berdistribusi normal. Berdasarkan hasil penelitian data perusahaan dapat diketahui bahwa:

a. Laju produksi Dimsum per bulan:

𝑃

𝑃 𝑃

𝑃

Jadi, rata-rata jumlah produksi Dimsum CV. Maharani Food Medan per bulan adalah 511,31 pack.

b. Laju penyaluran Dimsum per bulan:

Jadi, rata-rata jumlah penyaluran Dimsum CV. Maharani Food Medan per bulan adalah 425,32 pack.

(51)

c. Lamanya perusahaan beroperasi selama dua periode

kali

Lama perusahaan beroperasi selama satu periode kali

Interval waktu produksi perusahaan ialah:

bulan/putaran

Maka berdasarkan persamaan (2.13) perhitungan untuk menentukan biaya yang dikeluarkan oleh Perusahaan untuk persediaan produksi Dimsum adalah sebesar:

𝑘 (

𝑃) ℎ

(

)

𝑅𝑝

Maka biaya untuk pengadaan produksi dalam dua periode sekaligus adalah 𝑅𝑝

𝑅𝑝

Dan biaya persediaan produksi dalam satu periode adalah 𝑅𝑝

𝑅𝑝 d. Rata-rata Jumlah Produksi/Periode

𝑅𝑎 𝑎 𝑎 𝑎 𝑢𝑚 𝑎ℎ 𝑃 𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑖 𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑢𝑚 𝑎ℎ 𝑃 𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑖 𝑅𝑎 𝑎 𝑎 𝑎

(52)

𝑅𝑎 𝑎 𝑎 𝑎 = 𝑝𝑎𝑐𝑘 4.3 Analisis Hasil Perhitungan

Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, hasil analisisnya dapat dirangkumkan sebagai berikut:

Tabel 4.9 Perbandingan Hasil Perhitungan EPQ dan Perusahaan Periode 2019-2020

Parameter Metode EPQ Versi Perusahaan Selisish

0 (pack/periode)

5103 6136 1033 t0

(bulan/putaran)

4,76 1,20 3,56

t0

(frekuensi/periode)

3 9,98 6,98

0 (Rp.)

29.938.297,60 63.064.336,43 33.126.038,83

Dari hasil analisis tersebut, diperoleh jumlah produksi optimal Dimsum untuk setiap periode produksi adalah 5103 pack dengan interval waktu optimal 4,76 bulan atau 3 kali produksi dalam setahun dan biaya minimum persediaannya adalah Rp29.938.297,60. Dengan menerapkan Metode Economic Production Quantity, Dimsum CV. Maharani Food Medan dapat mengoptimalkan produksi dengan menghemat biaya persediaan sebesar 53%.

Berdasarkan penelitian data yang dilakukan di CV. Maharani Food, persentase penyaluran Dimsum Periode 2019-2020 dari masing-masing rasa ialah sebagai berikut:

a. Dimsum Ayam 40%, yaitu 2041 pack/periode, atau pack/putaran produksi.

b. Dimsum Rumput Laut 10%, yaitu 510 pack/periode, atau pack/putaran produksi.

c. Dimsum Udang 30%, yaitu 1531 pack/periode, atau pack/putaran produksi.

d. Dimsum Kepiting 20%, yaitu 1021 pack/periode, atau pack/putaran produksi.

Gambar

Gambar 2.1 Grafik Economic Production Quantity (EPQ)  Keterangan:
Gambar 3.1 Diagram Tahapan Penelitian  Merumuskan permasalahan serta batasan masalah
Tabel 4.1 Data Produksi Dimsum Periode 2019-2020 (pack)
Tabel 4.3 Data Biaya Pengadaan Dimsum Periode 2019-2020 (Rp)
+6

Referensi

Dokumen terkait

(3) Pemberdayaan masyarakat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Pemerintah Desa, Badan Permusyawaratan Desa, forum musyawarah Desa, lembaga

Ignoruojant mąstymo ryšio su kalba pri­ gimties visuomeninį pobūdį, paliekama galimybė aiškinti mąstymą kaip gryną individo sugebėjimą.. Visuomeninės mąstymo

Indikator kecerdasan emosional melalui zikir dalam beragam ayat Al-Qur’an: (1) hati menjadi tenang dalam Surat ar Ra’du ayat 28; (2) hati terbuka oleh cahaya

PAKET HEMAT FOTO DIGITAL DENGAN KAMERA PROFESSIONAL Fasilitas : Retaching Computerized Rekayasa dengan berbagai macam background sesuai permintaan dan efek Sephia Hitam

melakukan analisis apakah ada hubungan tingkat pengetahuan perawat dengan pelaksanaan mengubah posisi yang dilakukan pada pasien

yang terakhir juga tidak memiliki pengaruh terhadap pemahaman. akuntansi dikarenakan mahasiswa cenderung mempersiapkan materi

Dengan demikian, orientasi penelitian ini adalah untuk: (a) membuktikan apakah ada pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pedagang berdasarkan dimensi

dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. 19 Penyajian data dalam hal ini adalah penyampaian informasi berdasarkan data yang diperoleh