• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan sebagaimana dimuat dalam Pasal 2, disebutkan bahwa suatu perkawinan itu sah apabila dilaksanakan menurut agama dan kepercayaan masing-masing dan perkawinan tersebut hendaknya dicatatkan. Sehingga perkawinan tersebut tidak hanya sah secara agama namun juga sah menurut hukum supaya ada kepastian hukum apabila terjadi peristiwa hukum ditengah-tengah perkawinan.

Fenomena yang terjadi belakangan ini adalah maraknya perkawinan beda warga negara, yang menurut Pasal 57 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan disebut perkawinan campuran. Berdasarkan hasil survey on line yang dilakukan Indonesian Mixed Couple Club (Indo MC), yaitu suatu organisasi yang para anggotanya adalah istri-istri yang menikah dengan suami yang berbeda kewarganegaraan, pada tahun 2012, dari 574 responden yang terjaring, 95,19 persen adalah perempuan Warga Negara Indonesia (WNI) yang menikah dengan Warga Negara Asing (WNA) (www.google.co.id/presentase- perkawinan-campuran-di-indonesia). Di lain pihak, Kantor Catatan Sipil DKI Jakarta mencatat 373 pernikahan selama tahun 2013 dan 94,4 persen adalah wanita WNI yang menikah dengan pria WNA (Data pencatatan perkawinan campuran di Kantor Catatan Sipil Jakarta). Peningkatan jumlah perkawinan campuran juga tidak terlepas dari pengaruh untuk peningkatan status sosial seseorang dengan menikahi WNA. Karena dengan menikahi seorang WNA, ada suatu bentuk kebanggaan tersendiri dari WNI (Naomi, 2000:10).

Perkawinan campuran antara Warga Negara Indonesia dengan Warga Negara Asing adalah konsekuensi logis dari perkembangan jaman serta pesatnya perkembangan wisatawan yang datang ke Indonesia. Peristiwa perkawinan campuran yang demikian itu bukan saja merupakan suatu perbuatan hukum yang menimbulkan suatu permasalahan dan mempunyai akibat hukum yang bersifat

(2)

commit to user

keperdataan, akan tetapi juga menimbulkan permasalahan dan akibat hukum publik, terutama di bidang kewarganegaraan. Dalam perkawinan campuran antara Warga Negara Indonesia dan Warga Negara Asing terdapat pertautan dua stelsel hukum yakni stelsel hukum Indonesia dan stelsel hukum Asing yang bersangkutan, dimana pertautan kedua stelsel hukum yang bersangkutan disebabkan oleh adanya perbedaan kewarganegaraan dari kedua belah pihak, sehingga perbedaan tersebut merupakan persoalan hukum perdata internasional, yaitu hukum manakah yang berlaku terhadap peristiwa hukum tersebut.

Perkawinan campuran demikian adalah perkawinan campuran yang bersifat internasional. Karena masing-masing calon suami istri mempunyai kewarganegaraan yang berbeda. Perbedaan kewarganegaraan merupakan sebab masing-masing pihak menganut adat istiadat yang berbeda. Jika masing-masing pihak tidak berusaha menghayati perbedaan sifat adat istiadat dalam membina kehidupan berkeluarga, maka mungkin timbul ketegangan-ketegangan, maupun percekcokan yang berkepanjangan. Ketegangan demikian dapat berubah jauh menjadi kerenggangan (Endang Sumiarni, 2004:52). Beberapa kasus menunjukkan bahwa perkawinan yang telah dilangsungkan tidak sampai pada tujuannya dan berakhir dengan perceraian.

Semua persoalan hukum yang timbul karena perkawinan campuran ini memperlihatkan unsur-unsur asing sehingga dalam hal ini persoalan tersebut termasuk dalam bidang Hukum Perdata Internasional. Masalah perceraian termasuk dalam bidang status personal, dimana perceraian yang dilakukan antara pasangan yang berkewarganegaraan sama menjadi tidak masalah, tetapi menjadi kurang dan sedikit ada masalah jika pasangan suami istri tersebut mempunyai kewarganegaraan yang berbeda. Disamping itu juga terdapat akibat hukum lain yang ditimbulkan karena perceraian dalam perkawinan campuran antar Warga Negara antara lain sebagai berikut (Sudargo Gautama, 2010:275) :

1. Akibat terhadap Harta Benda bersama setalah kawin

2. Akibat terhadap Hak Perwalian anak dari hasil perkawinan campuran antar Warga Negara

3. Akibat terhadap status kewarganegaraan anak dan masing-masing pihak.

(3)

commit to user

Namun ada kalanya perceraian dari perkawinan campuran tidak menimbulkan masalah pada akibat hukum yang ditimbulkannya. Hal ini karena adanya kesepakatan yang dibuat antara pihak suami dan istri baik mengenai harta bersama setelah perkawinan dan hak perwalian anak maupun status kewarganegaraan anak dan masing-masing pihak. Sehingga proses peradilan menjadi cepat dan tidak berlarut-larut. Kesepakatan yang dibuat suami istri tersebut dinamakan perjanjian kawin yang dibuat sebelum dan pada saat perkawinan dilangsungkan untuk mengatur akibat-akibat perkawinan terutama perihal harta kekayaan. Mengenai perjanjian kawin tersebut diatur dalam Pasal 29 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (Endang Sumiarni, 2004:21-22). Hal ini seperti yang terjadi pada kasus perceraian Titi Dwijayanti dengan Andrew Hollis Dogharty.

Dalam sidang kedua yang menjadi sidang terakhir proses perceraian mereka, memutuskan bahwa kedua belah pihak sepakat untuk mengakhiri pernikahan mereka dengan damai dan tanpa perselisihan lebih lanjut terkait harta bersama.

Keputusan berpisah secara damai yang dibuat oleh Titi DJ dengan Pria yang berkewarganegaraan Amerika ini bisa menjadi contoh kedewasaan dalam mengakhiri sebuah ikatan pernikahan. Perselisihan mengenai harta gono gini dan hak atas perwalian anak yang sering menjadi sebuah konflik pasca perceraian sama sekali tidak nampak pada proses persidangan. Mereka sepakat harta gono gini tidak dibicarakan di persidangan, perkembangan dan sebagainya tanpa ada batasan (http://www.indosiar.com/gossip/titi-dj-gugat-cerai andy_dougharty).

Menurut Ria Desviastanti dalam thesis (2010:11) perjanjian kawin dibuat untuk memberikanperlindungan terhadap harta bawaan masing-masing. Perjanjian kawin juga dapat dijadikan sebagai sarana untuk meminimalkan perceraian. Hal ini ditujukan salah satunya memberikan perlindungan hukum terhadap harta bawaan isteri. Bila sejak awal diperjanjikan ada perceraian maka salah satu pihak dibebani dengan kewajiban-kewajiban maka ia akan berpikir ulang untuk mengajukan cerai.

Apabila pasangan suami istri terlanjur tidak membuat perjanjian kawin sebelum atau pada saat perkawinan, maka permasalahan akan timbul jika terjadi perceraian terutama dalam hal pembagian harta kekayaan yang dihasilkan selama perkawinan. Harta kekayaan tersebut dihasilkan selama perkawinan, sehingga

(4)

commit to user

harta kekayaan tersebut menjadi harta bersama. Keduanya tidak membawa harta bawaan yaitu harta yang dihasilkan sebelum perkawinan dan sebelum perkawinan dilangsungkan, keduanya juga tidak dibuatkan perjanjian perkawinan yang mengatur mengenai harta kekayaan. Sehingga permasalahan baru muncul mengenai pembagian harta bersama tersebut, mengingat kewarganegaraan mereka berbeda, yang otomatis hukum mengenai pembagian harta bersama juga berbeda.

Ditambah lagi peraturan perundang-undangan yang dimiliki negara Indonesia tidak mengatur secara khusus mengenai pembagian harta bersama pasangan yang berbeda kewarganegaraan, melainkan hanya mengatur pembagian harat menurut hukumnya masing-masing. Hal tersebut tercantum dalam Pasal 31 Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Tommy Pramudistira telah dikaji mengenai akibat hukum dari perkawinan campuran yaitu mengenai status kewarganegaraan dari suami maupun istri. Dalam Pasal 26 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, perkawinan campuran tidak dengan sendirinya menentukan istri takluk pada kewarganegaraan suami, artinya tidak dengan sendirinya istri takluk pada hukum yang berlaku bagi suami. Jadi dari ketentuan tersebut laki-laki maupun perempuan memiliki kedudukan yang sama yang mana akan dapat kehilangan kewarganegaraan Indonesia akibat perkawinan campuran tersebut. Namun apabila dalam perkawinan campuran tersebut baik suami maupun istri masing-masing tetap pada kewarganegaraan semula atau antara suami dan istri menganut kewarganegaraan yang berbeda, maka akan timbul masalah pada saat terjadi perceraian. Masalah tersebut salah satunya adalah mengenai pembagian harta bersama, namun dalam penelitian ini belum mengkaji mengenai pembagian harta bersama apabila terjadi perceraian dari perkawinan campuran tersebut. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengkaji mengenai pembagian harta bersama akibat perceraian dari perkawinan campuran.

Berkaitan dengan uraian dan gambaran kasus dari perkawinan campuran antar warga negara yang saat ini telah menjadi tren dikalangan masyarakat baik kelas bawah maupun kelas atas, maka perlu diadakan penelitian secara normatif yang dikaji dari bahan hukum primer dan sekunder mengenai akibat hukum

(5)

commit to user

perceraian dari perkawinan campuran antar warga negara terutama terkait pembagian harta bersama.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah yang akan dibahas yaitu:

1. Apa hukum yang berlaku dalam pembagian harta bersama akibat perceraian dari perkawinan campuran?

2. Apa akibat hukum perceraian dari perkawinan campuran terhadap harta bersama?

C. Tujuan Penelitian

Dalam penulisan hukum ini, penulis berharap agar tercapainya tujuan penulisan yaitu:

1. Tujuan Objektif

a Mengetahui hukum manakah yang berlaku dalam pembagian harta bersama akibat perceraian dari perkawinan campuran internasional.

b Mengetahui akibat hukum yang timbul akibat perceraian dari perkawinan campuran terhadap harta bersama.

2. Tujuan Subjektif

a. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang perkawinan dan pencatatan perkawinan campuran yang dilakukan di Indonesia.

b. Menambah, mengembangkan pengetahuan dan memperluas wawasan penulis terhadap hukum pada umumnya, asas umum Hukum Perdata Internasional di bidang hukum keluarga pada khususnya dalam teori dan praktik dalam kehidupan.

c. Memenuhi persyaratan akademis guna mencapai gelar sarjana hukum pada bidang ilmu hukum di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.

(6)

commit to user D. Manfaat Penelitian

Selain untuk mencapai tujuan, penulisan ini juga diharapkan dapat bermanfaat terutama bagi perkembangan kemajuan hukum di Indonesia. Secara khusus, penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Secara teoritis

a. Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu Hukum Perdata di Indonesia terkait mengenai akibat hukum perceraian dari perkawinan campuran terutama terhadap harta bersama ditinjau dari Hukum Perdata Internasional Indonesia.

b. Hasil penulisan ini diharapkan dapat memperkaya referensi dan literatur dalam kepustakaan hukum mengenai perkawinan campuran dan perceraian dari perkawinan campuran dengan akibat hukum yang ditimbulkannya.

2. Secara praktis

a Penulisan ini diharapkan akan bermanfaat bagi praktisi hukum di Indonesia terutama bagi aparat penegak hukum seperti jaksa, advokat, maupun Hakim Agung, sehingga penegakan hukum dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya.

b Hasil penulisan ini diharapkan dapat menjadi tambahan sumber pengetahuan dan informasi bagi pihak-pihak lain yang membutuhkan terutama hal-hal yang berkaitan dengan pembagian harta bersama akibat perceraian dari perkawinan campuran.

c Hasil penulisan ini diharapkan dapat mengembangkan pola pikir penulis dalam mengkaji masalah hukum terutama di bidang Hukum Perdata Internasional.

E. Metode Penelitian

Penelitian hukum dilakukan untuk mencari pemecahan atas isu hukum yang timbul. Hasil yang dicapai adalah untuk memberikan preskripsi mengenai apa yang seyogyanya atas isu yang diajukan (Peter Mahmud Marzuki, 2013:83). Oleh sebab itu, dalam menjawab isu hukum yang akan dianalisis, diperlukan

(7)

commit to user

penggunaan metode penelitian yang mendukung dalam penulisan hukum ini.

Untuk itu,metode yang digunakan antara lain sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan hukum ini adalah jenis penelitian hukum normatif. Oleh karena penelitian hukum bertujuan untuk menemukan kebenaran koherensi, yaitu adakah aturan hukum sesuai norma hukum dan adakah norma yang berupa perintah atau larangan itu sesuai dengan prinsip hukum (Peter Mahmud Marzuki, 2013:46-47).

2. Pendekatan

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan undang-undang dan pendekatan konseptual. Pendekatan undang-undang yaitu dengan cara menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani. (Peter Mahmud Marzuki, 2013:133).

Sedangkan pendekatan konseptual yaitu dengan merujuk prinsip-prinsip hukum. Prinsip-prinsip ini dapat ditemukan dalam pandangan-pandangan sarjana ataupun doktrin-doktrin hukum (Peter Mahmud Marzuki, 2013:177- 178). Oleh karena itu, untuk menganalisis penelitian ini, penulis mengumpulkan semua bentuk peraturan perundang-undangan di Indonesia yang mengandung kaidah Hukum Perdata Internasional, dalam menjawab isu hukum berupa fenomena perceraian dari perkawinan campuran.

3. Sifat Penelitian

Sifat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah preskriptif.

Dalam hal ini, objek ilmu hukum adalah koherensi antara norma hukum dan prinsip hukum, antara aturan hukum dan norma hukum, serta koherensi antara tingkah laku individu dengan norma hukum (Peter Mahmud Marzuki, 2013:41- 42). Sebagai ilmu yang bersifat preskriptif maka dapat dikaji mengenai hukum manakah yang berlaku dari masing-masing pihak untuk diterapkan dalam pembagain harta bersama dengan melihat kaidah Hukum Perdata Internasional.

4. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Propinsi DKI Jakarta, karena Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

(8)

commit to user

DKI Jakarta secara de facto telah banyak menangani kasus perkawinan campuran dan perceraiannya. Selain itu penelitian juga dilakukan di Perpustakaan Fakultas Hukum dan Perpustakaan Pusat Universitas Sebelas Maret, karena penelitian ini bersifat normatif maka diperlukan referensi untuk mengupas permasalahan yang ada dalam penelitian ini, dan referensi tersebut banyak ditemukan di perpustakaan.

5. Sumber dan Jenis Bahan Hukum

Untuk memecahkan isu hukum dan sekaligus memberikan preskripsi mengenai apa yang seyogyanya, diperlukan sumber-sumber penelitian (Peter Mahmud Marzuki, 2013:181). Bahan-bahan penelitian hukum dapat dibedakan menjadi :

1) Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer yang penulis pergunakan dalam penelitian hukum ini adalah :

a) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

b) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok- Pokok Agraria

c) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

d) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata e) Kompilasi Hukum Islam

2) Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder yang penulis gunakan dalam penelitian hukum ini antara lain (Peter Mahmud Marzuki, 2013:195-196):

a) Hasil Karya Ilmiah dan penelitian-penelitian yang relevan atau terkait dengan penelitian ini termasuk diantaranya skripsi, tesis, desertasi maupun jurnal-jurnal hukum.

b) Kamus-kamus hukum, komentar atas putusan pengadilan, majalah, artikel-artikel hukum, dan buku yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.

(9)

commit to user 6. Validitas Bahan Hukum

Uji validitas bahan hukum dalam penulisan ini dengan cara membandingkan bahan hukum yang satu dengan yang lainnya, kemudian diharmonisasi untuk menemukan suatu pemecahan masalah yang dibahas dalam penelitian hukum ini. Bahan hukum yang digunakan dalam penulisan ini berasal dari literatur yang mengandung doktrin-doktrin atau pendapat para ahli yang sesuai dengan penelitian hukum ini. Kemudian digunakan untuk memecahkan permasalahan yang diangkat dalam penulisan ini. Seperti yang sudah diketahui bahwa konsep hukum bersifat universal, sehingga sehingga perlu menelaah pandangan-pandangan dari para sarjana hukum dari berbagai negara mengenai hal tersebut (Peter Mahmud Marzuki, 2013:178).

7. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Teknik pengumpulan bahan hukum yang digunakan adalah kajian pustaka. Bahan hukum primer, bahan hukum sekunder diinvetaris dan diklasifikasi dengan menyesuaikan dengan masalah yang dibahas. Bahan hukum yang berhubungan dengan masalah yang dibahas, dipaparkan, disistemasi, kemudian dianalisis untuk menginterpretasikan hukum yang berlaku (Johnny Ibrahim, 2008:296).

Bahan hukum primer dan sekunder diklasifikasikan yaitu berupa peraturan perundang-undangan dan putusan terkait pembagian harta bersama untuk bahan hukum primer serta bahan hukum sekunder berupa buku-buku hukum, jurnal, dan artikel hukum.

8. Teknik Analisis Bahan Hukum

Penulisan ini dimaksudkan untuk memberikan pisau analitis sebagai pedoman dalam mencari jawaban atas isu hukum yaitu dengan menggunakan silogisme deduksi dengan menempatkan dua premis mayor dan premis minor.

Menurut Philipus M. Hadjon, sebagai premis mayor adalah aturan hukum, sedangkan premis minornya adalah fakta hukum. Dari kedua hal tersebut, akan ditarik konklusi (Peter Mahmud Marzuki, 2013:89-90). Dalam penelitian ini, penulis menggunakan Kaidah Hukum Perdata Internasional yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor

(10)

commit to user

1 Tahun 1974, dan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.

Sedangkan yang menjadi premis minor yaitu fenomena perkawinan campuran yang berakhir dengan perceraian. Hal tersebut yang menimbulkan akibat hukum terhadap pembagian harta bersama.

Teknik analisis dalam penulisan ini juga menggunakan penafsiran hukum atau interpretasi, untuk mengetahui apakah putusan hakim sudah sesuai dengan pasal dalam peraturan perundang-undangan terkait dengan pembagian harta bersama.

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan nilai koefisien determinasi yang diperoleh adalah 21,6% yang dapat ditafsirkan bahwa keaktifan mahasiswa dalam organisasi (variabel bebas X) memiliki

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk menguji apakah terdapat perbedaan antara manajemen laba yang dilakukan sebelum dan sesudah perubahan tarif pajak penghasilan Badan dalam

Berdasarkan hasil pengolahan data, ada 9 jenis tumbuhan obat yang paling banyak digunakan oleh berbagai etnis di Indonesia untuk mengobati 8 kelompok penyakit yang termasuk

All rights reserved Kata kunci: Kerentanan, Anopheles barbirostris, permethrin puriala Article History: Received: 11 Maret 2017 Revised: 7 April 2017 Accepted: 29 Mei 2017

Penggunaan Urine sapi sebagai campuran biopestisida mengandung zat perangsang tumbuh dan mengandung zat penolak untuk beberapa jenis serangga hamaPenelitian ini bertujuan

Dari landasan teori diatas dapat disimpulkan bahwa niat pembelian ulang dipengaruhi tiga faktor yaitu, kualitas layanan, kenyamanan pelanggan dan kepuasan pelanggan yang

Olahraga yang dianjurkan untuk keperluan kesehatan adalah aktivitas gerak raga dengan intensitas yang setingkat di atas intensitas gerak raga yang biasa dilakukan

Seberapa penting bagi perusahaan tempat saya bekerja saat ini, apabila KAP yang mengaudit perusahaan tempat saya bekerja tersebut tidak menggunakan penugasan jasa non audit