• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

14 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Perlindungan Hukum

1. Perlindungan Hukum

Munculnya teori perlindungan hukum ini bersumber dari teori hukum alam atau aliran hukum alam. Menurut aliran hukum alam menyebutkan bahwa hukum itu bersumber dari Tuhan yang bersifat universal dan abadi, serta antara hukum dan moral tidak boleh dipisahkan. Para penganut aliran ini memandang bahwa hukum dan moral adalah cerminan dan aturan secara internal dan eksternal dari kehidupan manusia yang diwujudkan melalui hukum dan moral.1 Perlindungan hukum adalah segala upaya pemenuhan hak dan pemberian bantuan untuk memberikan rasa aman kepada saksi dan/atau korban, perlindungan hukum korban kejahatan sebagai bagian dari perlindungan masyarakat, dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, seperti melalui pemberian restitusi, kompensasi, pelayanan medis, bantuan hukum, ganti rugi, dan sebagai pendekatan restrorative justice.2 Menurut Satijipto Raharjo, perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman terhadap hak asasi manusia (HAM) yang dirugikan orang lain dan perlindungan itu di berikan kepada masyarakat agar dapat menikmati semua hak-hak

1Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hlm.53.

2Soerjono Soekanto,Pengantar Penelitian Hukum, Ui Press, Jakarta,1984,hlm 133

(2)

15 yang diberikan oleh hukum. Hukum dapat difungsikan untuk mewujudkan perlindungan yang sifatnya tidak sekedar adaptif dan fleksibel, melainkan juga prediktif dan antisipatif. Hukum dibutuhkan untuk mereka yang lemah dan belum kuat secara sosial, ekonomi dan politik untuk memperoleh keadilan sosial.3

Menurut pendapat Phillipus M. Hadjon bahwa perlindungan hukum bagi rakyat sebagai tindakan pemerintah yang bersifat preventif dan represif. Perlindungan hukum yang preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya sengketa, yang mengarahkan tindakan pemerintah bersikap hati-hati dalam pengambilan keputusan bwedasarkan diskresi, dan perlindungan yang represif bertujuan untuk menyelesaikan terjadinya sengketa, termasuk penangananya di lembaga peradilan4

Sesuai dengan uraian diatas dapat dikatakan bahwa fungsi dari perlindungan hukum adalah untuk melindungi rakyat dari bahaya maupun ancaman kejahatan yang dapat merugikan dirinya sendiri

Perlindungan huku merupaka suatu hal melindungi subyek-subyek hukum melalui peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi. Perlindungan hukum dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :

3Ibid. Hal 54

4Phillipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, PT. Bina Ilmu, Surabaya: 1987.

hlm.29.

(3)

16 a. Perlindungan Hukum Preventif

Perlindungan yang diberikan oleh pemerintah dengan tujuan untuk mencegah sebelum terjadinya pelanggaran. Hal ini terdapat dalam peraturan perundang-undangan dengan maksud untuk mencegahsuatu pelanggaran serta memberikan rambu- rambu atau balasan-balasan dalam melakukan sudatu kewajiban.

b. Perlindungan Hukum Represif

Perlindungan hukum represif merupakan perlindungan akhir berupa sanksi seperti denda, penjara dan hukuman tambahan yang diberikan apabila sudah terjadi sengketa atau telah dilakukan suatu pelanggaran. 5

2. Perlindungan Hukum Terhadap Anak

Perlindungan hukum Anak adalah segala daya upaya yang dilakukan secara sadar oleh setiap orang maupun lembaga pemerintah, swasta yang bertujuan mengusahakan pengamanan, penguasaan dan pemenuhan kesejahteraan hidup sesuai dengan hakhak asasi yang ada sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Setiap anak Indonesia adalah aset bangsa yang sangat berharga, generasi penerus dan sumber daya manusia Indonesia yang

5Muchsin, Perlindungan dan Kepastian Hukum Bagi Investor di Indonesia,

(4)

17 bakal menjadi penentu masa depan bangsa dan negara. Negara berkewajiban menciptakan rasa aman dan memberikan perlindungan hukum kepada setiap anak Indonesia agar mereka tumbuh serta berkembang secara wajar dan berperan serta dalam pembangunan.

Menurut Barda Nawawi Arief, perlindungan hukum terhadap anak adalah upaya perlindungan hukum terhadap berbagai kebebasan dan hak asasi anak (fundamental rights and freedoms of children) serta berbagai kepentingan yang berhubungan dengan kesejahteraan anak. 6 Perlindungan anak adalah suatu kegiatan bersama yang bertujuan mengusahakan pengamanan, pengadaan, dan pemenuhan kesejahteraan rohaniah dan jasmaniah anak yang sesuai dengan kepentingannya dan hak asasinya.7

B. Teori tentang Anak 1. Pengertian Anak

Pengertian Anak dilihat dari beberapa perspektif hukum mempunyai batasan umur yang berbeda-beda seperti halnya dalam hukum:

a. Hukum Adat / Kebiasaan :

6 Barda Nawawi Arief, Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan Dan Pengembangan Hukum Pidana. (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1998). hlm.156

7Arif Gosita, Masalah Korban Kejahatan. (Jakarta: PT Bhuana Ilmu Poluler, 2004). hlm.18

(5)

18 Hukum adat tidak ada menentukan siapa yang dikatakan anak- anak dan siapa yang dikatakan orang dewasa. Akan tetapi dalam hukum adat ukuran anak dapat dikatakan dewasa tidak berdasarkan usia tetapi pada ciri tertentu yang nyata. Mr.R.Soepomo berdasarkan hasil penelitian tentang hukum perdata jawa Barat menyatakan bahwa kedewasaan seseorang dapat dilihat dari cirri-ciri sebagi berikut:

1. Dapat bekerja sendiri.

2. Cakap untuk melakukan apa yang disyaratkan dalam kehidupan bermasyarakat dan bertanggung jawab.

3. Dapat mengurus harta kekayaan sendiri.

b. Hukum Pidana :

Pada pasal 45 KUHP, anak didefinisikan sebagai anak yang belum dewasa apabila belum berumur 16 tahun.Oleh sebab itu jika anak tersebut tersangkut dalam perkara pidana hakim boleh memerintahkan supaya si tersalah itu dikembalikan kepada orang tuanya, walinya atau pemeliharaanya dengan tidak dikenakan suatu hukuman, atau memerintahkan supaya diserahkan kepada pemerintah dengan tidak dikenakan sesuatu hukuman. Namun R.

Soesilo8 menjelaskan bahwa yang dimaksudkan “belum dewasa”

ialah mereka yang belum berumur 21 tahun dan belum kawin. Jika

8R.soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana serta komentar-komentarnya lengkap pasal demi pasal , Bogor, Politeia. Hal. 61

(6)

19 orang kawin dan bercerai sebelum umur 21 tahun, ia tetap dipandang dengan dewasa.

c. Hukum Perdata :

Dalam Pasal 330 dijelaskan bahwa, Anak yang belum dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur genap dua puluh satu tahun dan tidak kawin sebelumnya.

d. Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak Dalam Pasal 1 ayat 1 dijelaskan bahwa, Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun termasuk anak yang masih di dalam kandungan.

Sesuai dengan urain diatas, dapat dilihat bahwa terdapat beberapa perbedaan Undang-Undang dalam menentukan umur seseorang yang masih dikategorikan sebagai anak atau yang belum dewasa. Yakni, seseorang yang belum berumur 18 tahun atau yang belum berumur 21 tahun dan atau seseorang yang sudah dapat bekerja dan menghidupi dirinya sendiri. Namun dalam hal menyangkut suatu perkara Mengenai anak, KPAI mengacu pada Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 yang menyatakan bahwa “Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 Tahun termasuk anak yang masih di dalam kandungan”

2. Pengertian Anak Nakal a. Defenisi Kenakalan Anak

(7)

20 Anak Nakal Dalam Pengertian Sosiologi, tidak harus merupakan produk dari kondisi kemiskinan tetapi merupakan kondisi keluarga yang tidak cocok bagi perkembangan si anak, misal keluarga yang broken home, orang tua yang selalu sibuk sehingga tidak memperhatikan kebutuhan si anak, dan tidak ada kasih sayang yang dirasakan oleh anak.

Ketidak kondusifan tersebut memicu anak mencari kehidupan diluar rumah, yang tidak mereka temukan dalam keluarga. Mereka hidup di jalan-jalan dan melakukan aktivitas yang dipandang negatif oleh masyarakat. Rata-rata mereka membentuk komunitas dan kelompok sosial tersendiri di luar kelompok masyarakat. Komunitas dan kelompok sosial tersendiri itu biasanya berbentuk Geng. Geng tersebut berfungsi sebagai keluarga bayangan bagi anak-anak yang bermasalah.

Mereka merasa mendapatkan apa yang tidak didapat dalam keluarga.

Kelompok sosial tersebut juga melahirkan sebuah strata sendiri.

Anak nakal dari golongan elite biasanya melakukan aktivitas kebut-kebutan dengan mobil dan corat-coret di dinding. Kemudian dari golongan lapisan menengah biasanya melakukan aktivitas kebut- kebutan dengan sepeda motor dan juga coret-coret di dinding. Dan produk lapisan bawah biasanya sering melakukan aktivitas nongkrong di jalan-jalan dan tidak jarang mengganggu orang yang sedang lewat.

Fenomena anak nakal bukan hanya merupakan monopoli negara-negara berkembang, tetapi di negara-negara maju juga banyak

(8)

21 bermunculan fenomena tersebut. Dalam istilah sosiologi, gejala tersebut sering dinamakan dengan deviant behavior atau perilaku yang menyimpang dari tataran masyarakat. 9

b. Faktor-faktor Penyebab Anak Menjadi Nakal

Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak menjadi nakal dan melakukan tindak kriminalitas, seperi yang dijelaskan oleh Kartini Wardana bahwa10 :

1. Anak kurang mendapatkan perhatian, pengawasan, kasih sayang, dan tuntunan pendidikan orang tua, terutama bimbingan aya, karena ayah dan ibunya masing-masing sibuk mengurusi permasalahan serta konflik batin sendiri.

2. Kebutuhan fisik maupun psikis anak-anak remaja menjadi tidak terpenuhi. Keinginan dan harapan anak-anak tidak bisa tersalur dengan memuaskan, atau tidak mendapatkan kompensasinya.

3. Anak-anak tidak pernah mendapatkan latihan fisik dan mental yang sangat diperlukan untuk hidup susila. Mereka tidak dibiasakan dengan disiplin dan kontrol diri yang baik.

4. Ketidakmampuan para remaja menemukan pengalam hidup eksistensial yang memberikan bobot dan arti bagi kehidupannya.

5. Keluarga yang berantakan atau broken home.

9Nugroho. 2017, Fenomena Anak Nakal, Bandung, fokusmedia, 2017 Hal. 77

10 Kartini wardana, 2006, Pemberantasan Kekerasan Terhadap Anak, Jakarta, Sinar Grafika, Hal. 59

(9)

22 Adapun beberapa faktor lain yang menyebabkan anak menjadi nakal yaitu:

1. Faktor Eksternal

a. Lingkungan keluarga yang kurang harmonis atau pecah, kurang perhatian,kurang kasih sayang sesama anggota keluarga, egoisme, karena masing-masing sibuk dengan urusanya masing- masing.

b. Situasi (sekolah, lingkungan) yang menjemukan dan membosankan, padahal tempat-tempat tersebut mestinya dapat merupakan factor penting untuk 21 mencegah kenakalan bagi anak-anak (termasuk lingkungan yang kurang rekreatif.

c. Lingkungan masyarakat yang kurang menentu bagi prospek kehidupan yang akan datang, seperti masyarakat yang penuh spekulasi, korupsi, manipulasi, gossip, isu-isu negative, perbedaan yang trelalu mencolok antara sikaya dan simiskin, perbedaan kultur, ras dan adat. Bisa juga karena memang mereka hidup di atas binaan orang-orang jahat (lingkungan preman, Bandar narkoba, perampok dan lain-lain).

d. Salah pergaulan, jika para remaja salah dalam pergaulan (bergaul dengan orang-orang yang tidak bertanggung jawab) maka mereka akan meniru orang tersebut, dan inilah salah satu akibat dari pergaulan bebas. Tetapi tidak berarti anak remaja

(10)

23 tidak di perbolehkan bergaul dengan orang lain. Dalam pengertian ini hanya sebatas menjaga jarak dalam pergaulan.

2. Faktor Internal

a. Kurang memiliki disiplin dan kontrol diri, yang sependapat dengan Kartini, pada umumnya adalah dari kegagalan sistem pengontrol diri, yaitu gagal mengawasi dan mengatur perbuatan instinktif mereka.11

b. Merasa diabaikan dan dianggap lemah oleh yang lebih tua.

c. Kurangnya rasa percaya diri pada anak, sehingga menjadikan mereka malu untuk terbuka dan melaukan hal yang menyimpang untuk melakukan apanya yang menjadi keinginan mereka yang terpendam.

d. Hasrat untuk mendapatkan sesuatu dengan cara yang instan yang selama ini mereka dapat kan dengan bersusah payah.

e. Kekecewaan hebat karena merasa tidak diterima oleh lingkungan sekitar.12

Dari berbagai faktor penyebeb kenakalan remaja yang telah dipaparkan dapat kita ketahui bahwa kenakalan dan kejahatan remaja baik yang dilakukan secara personal maupun komunitas/kelompok merupakan masalah serius yang harus diminimalisir tingkat kriminalliats nya. Dampak

11Ibid. Hal. 60

12Ibid, Hal. 61

(11)

24 dari kenakalan para remaja ini tidak hanya merugikan masa depan meraka tetapi juga menjadikan bobrok nya moral anak bangsa yang merupakan generasi muda yang akan meneruskan perjuanagan dan perjalanan bangsa ini. Hukum yang memiliki fungsi sebagai sosial kontrol didalam masyarakat, dan fungsi hukum sebagai alat untuk mengubah masyarakat, diharapkan dapat menjalan fungsiya dengan baik dalam menangani dan menindak kenakalan remaja yang marak terjadi dalam berbagai tindak kriminalitas.

(12)

25 3. Hak-hak Anak

Pada setiap proses peradilan para penegak hukum harus dan wajib mengutamakan kepentingan anak dimana dalam kepentingan itu terdapat hak-hak dari anak. Negara juga mempunyai kewajiban melindungi warga negaranya sejak lahir hingga meninggal.

Indonesia telah meratifikasi Konvensi Hak-Hak Anak berdasar Keputusan Presiden (Keppres) Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1990 tentang Pengesahan Convention On The Rights Of The Child (konvensi Tentang Hak-Hak Anak), maka dari itu sejak tahun 1990 Indonesia terikat secara hukum untuk melaksanakan ketentuan yang termasuk di dalam Konvensi Hak-Hak Anak.

Berdasarkan Konvensi Hak-Hak Anak 1989 (Resolusi PBB Nomor 44/25 tanggal 5 Desember 1989), hak-hak anak secara umum dapat dikelompokan dalam 4 (empat) kategori hak-hak anak yaitu: hak untuk kelangsungan hidup (the right to survival), hak untuk tumbuh kembang (the right to develop), hak untuk perlindungan (the right to protection), dan hak

untuk partisipasi (the right to participation).13

Dalam Pasal 64 Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 23 Tentang Perlindungan Anak

13Setya Wahyudi, 2012, Implementasi Ide Diversi Dalam Pembaruan Sistem Peradilan Pidana Anak Di Indonesia, Genta Publishing, Yogyakarta, hlm.22

(13)

26 mengatur juga mengenai hak-hak anak yang sedang berhadapan dengan hukum, sebagai berikut:

1. Diperlakukan secara manusiawi dengan memperhatikan kebutuhan sesuai dengan umurnya;

2. Dipisahkan dari orang dewasa;

3. Memperoleh bantuan hukum dan bantuan lain secara efektif;

4. Melakukan kegiatan rekreasional;

5. Bebas dari penyiksaan, penghukuman atau perlakuan lain yang kejam, tidak manusiawi, serta merendahkan derajat martabatnya;

6. Tidak dijatuhi pidana mati atau pidana seumur hidup;

7. Tidak ditangkap, ditahan, atau dipenjara, kecuali sebagai upaya terakhir dan dalam waktu yang singkat;

8. Memperoleh keadilan dimuka pengadilan anak yang objektif, tidak memihak, dan dalam sidang yang tertutup untuk umum;

9. Tidak dipublikasikan identitasnya;

10. Memperoleh pendampingan orang tua/wali dan orang yang dipercaya oleh anak;

11. Memperoleh advokasi sosial 12. Memperoleh kehidupan pribadi

13. Memeperoleh aksesbilitas, terutama bagi anak cacat;

14. Memperoleh pendidikan;

15. Memeperoleh pelayanan kesehatan;

(14)

27 16. Memeperoleh hak lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan. 14

Hak-hak Anak tersebut di atur juga dalam Pasal 3 Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.

Peraturan mengenai hak anak untuk dijauhi atau tidak dipublikasikan oleh media juga terdapat dalam Pasal 5 Surat Keputusan Dewan Pers No. 06/Peraturan-DP/V2008 tentang kode etik jurnalistik.

Dalam Pasal 5 Kode Etik Jurnalistik dijelaskan bahwa “Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan 4. Anak Yang Berhadapan Dengan Hukum

Anak yang berhadapan dengan hukum adalah seorang anak yang sedang terlibat dengan masalah hukum atau sebagai pelaku tindak pidana, sementara anak tersebut belum dianggap mampu untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya, menginggat usianya yang belum dewasa dan sedang bertumbuh berkembang, sehingga berhak untuk dilindungi sesuai dengan undang-undang. Menurut hal ini adalah anak yang telah mencapai umur 8 tahun dan belum mencapai 18 tahun atau belum menikah. Faktor penyebab anak berhadapan dengan hukum di kelompokan menjadi 2 faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal, yang pertama faktor internal anak

14Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindugan Anak

(15)

28 berhadapan dengan hukum mencakup: keterbatasan ekonomi keluarga;

keluarga tidak harmonis (Broken Home); tidak ada perhatian dari orang tua, baik karena orang tua sibuk bekerja ataupun bekerja di luar negeri sebagai TKI; lemahnya iman dan takwa pada anak maupun orang tua. Sedangkan untuk faktor eksternal ialah kemajuan globalisasi dan kemajuan tekhnologi tanpa diimbangi kesiapan mental oleh anak; lingkungan pergaulan anak dengan teman-temanya yang kurang baik; tidak adanya lembaga atau forum curhat untuk konseling tempat anak menuangkan isi hatinya; kurangnya fasilitas 26 bermain anak mengakibatkan anak tidak bisa menyalurkan kreativitasnya dan kemudian mengarahkan kegiatannya untuk melanggar hukum.7 Undangundang No. 11 tahun 2012 Pasal 1 ayat 2 (dua) dan 3 (tiga) tentang sistem peradilan pidana anak juga terdapat pengertian mengenai Anak yang berhadapan dengan Hukum yaitu anak yang berkonflik dengan Hukum, anak yang menjadi korban tindak pidana, dan anak yang menjadi saksi tindak pidana. Anak yang berkonflik dengan Hukum yang selanjutnya disebut anak adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana.15

C. Teori Publikasi Media

15Ismi Dwi A Nurhaeni, Siany I Listyasari, Diana T Cahyaningsih,Atik C Budiati, Eva Agustinawati.

2010. .Kajian Anak Yang Berhadapan Dengan Hukum (ABH) Di Provinsi JawaTengah

(16)

29 1. Defenisi Publikasi

Publikasi adalah membuat konten yang diperuntukkan bagi publik atau umum. Sementara penggunaan yang lebih spesifik dapat bervariasi dimasing-masing negara, biasanya diterapkan untuk teks, gambar, atau konten audio visual lainnya di media apapun, termasuk kertas (seperti surat kabar, majalah, katalog, dll) atau bentuk penerbitan elektronik seperti situs, buku elektronik, CD, dan MP3. Kata publikasi berarti tindakan penerbitan, dan juga mengacu pada setiap salinan.16

Terdapat definisi tentang publikasi atau komunikasi massa yang telah dikemukakan oleh para ahli komunikasi. Pada dasarnya publikasi atau komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa yakni media cetak dan elektronik.17 Sementara menurut Widjaja komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa atau komunikasi yang menggunakan media massa. Massa disini adalah kumpulan orang-orang yang hubungan antar sosialnya tidak jelas dan tidak mempunyai struktur tertentu.18

16Wikipedia, Publikasi, https://id.wikipedia.org, diakses 25 September 2018

17Nurudin. 2011. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta, Raja Grafindo Persada. Hal. 3

18Widjaja. 2010. Komunikas dan Hubungan Masyarakat. jakarta: Bumi Aksara. Hal. 19

(17)

30 2. Defenisi Media

Dalam bidang komunikasi, media dapat diartikan sebagai perangkat-perangkat yang digunakan untuk menyimpan serta mengirimkan data atau informasi. Terdapat beberapa media terkait dengan komunikasi, yaitu:

a. Media Penyiaran (Broadcasting Media), Broadcasting atau penyiaran adalah bentuk distribusi konten audio dan/atau video ke penonton yang tersebar melalui media komunikasi massa audio atau visual melalui perantaraan radiasi gelombang elektromagnetik. Broadcasting digunakan untuk tujuan sekedar relaksasi pribadi, pertukaran pesan non-komersial, kesperimen, pelatihan diri, komunikasi amatir hingga yang bersifat komersial seperti yang terlihat pada radio, televisi dan internet.19

b. Media Massa (Mass Media), Media massa merupakan penganekaragaman (diversifikasi) teknologi media yang betujuan menjangkau masyarakat atau khalayak yang lebih luas melalui komunikasi massa. Teknologi berbasis elektronik yang digunakan untuk menyebarkan informasi bervariasi seperti penyiaran melalui radio, film rekaman serta televisi. Sedangkan teknologi berbasis cetak biasanya memakai media fisik berupa

19Wawan Hartanto, 2008. Pembelajaran Literasi Media, jakarta. Raja Grafindo Persada, Hal. 5

(18)

31 buku, pamflet, surat kabar atau komik. Berbicara di depan umum serta mengorganisir acara bisa dikategorikan sebagai bentuk media massa. Sementara itu media massa berbasis digital dapat berupa internet dan komunikasi massa bergerak (mobile). Serta pula layanan masyarakat seperti email, blog, website, radio internet dan televisi internet.

c. Media Publikasi (Published Media), Istilah "publishing" atau penerbitan memiliki pengertian sebagai proses produksi dan penyebaran informasi sastra, informasi musik, atau pula aktivitas menjadikan informasi tersedia bagi masyarakat/khalayak umum.

Dalam beberapa kasus, seorang penulis mungkin menerbitkan sendiri karyanya. Secara tradisional, istilah ini mengacu pada distribusi karya cetak seperti buku dan surat kabar. Dengan munculnya sistem informasi digital dan internet, maka ruang lingkup penerbitan menjadi lebih luas yang mencakup sumber daya elektronik, seperti versi elektronik dari buku dan majalah, serta micropublishing, website, blog, penerbit video game dan sejenisnya. Penerbitan meliputi tahapan copy editing, akuisisi pengembangan,, desain grafis, produksi - pencetakan, dan pemasaran dan distribusi.

d. Media Sosial (Sosial Media), Pengertian dari media sosial adalah sarana untuk berinteraksi antara orang-orang dimana mereka

(19)

32 dapat menciptakan, berbagi, dan bertukar informasi serta gagasan-gagasan dalam komunitas dan jaringan virtual. 20 3. Defenisi Publikasi Media

Media Publikasi atau Publikasi Media merupakan sarana dimana seseorang atau kelompok mengumumkan hasil dari penelitian, diskusi, atau suatu hal yang perlu diketahui oleh publik. Publikasi Media dapat dibedakan menjadi media cetak dan media elektronik. 21 Contoh dari media cetak yaitu berupa :

a. Poster b. Baliho c. Pamflet d. Banner e. Koran

Contoh dari media elektronik adalah : a. Televisi

b. Radio c. Internet

20Ibid, Hal. 6

21Miaaulia, 2009. Sarana Media dan Publik, Jakarta. Raja Grafindo Persada, Hal. 13

Referensi

Dokumen terkait

Kondisi sampah disekitar lingkungan responden meliputi banyaknya sampah yang berserakan, banyaknya lalat di sekitar tumpukan sampah, banyaknya tikus berkeliaran, banyaknya

This study was based on the theories of language and culture; language function, the choice of words and the language style in relation with the social

Berdasarkan analisis yang dilakukan, hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pergantian manajemen, opini audit dan kesulitan keuangan ( financial distress ) tidak

Fakta yang terjadi di Indonesia menunjukkan bahwa ada sebagian perusahaan yang patuh dalam penyampaian laporan keuangan dengan tepat waktu dan sebagian perusahaan

Peningkatan viskositas ini menyebabkan bahan pengikat kurang sesuai untuk digunakan dalam proses injeksi plastik karena akan menyulitkan pada saat injeksi.

Penelitian lain mengenai bioplastik pati yang pernah dilakukan adalah (Riza et al ., 2013) dengan judul “Sintesa Plastik Biodegradable dari Pati Sagu dengan Gliserol dan

Melalui identi- fikasi awal hambatan melaluipembelajaran bersama dengan guru PAUD Gugus 11 Arjowinangun untuk menemukenali faktor kegagalan pemahaman pada K13 PAUD dari

Aktifitas yang baik seperti halnya membaca Al-Qur’an, menabur bunga, berdoa kepada Allah swt, dimana aktifitas ini jika dilakukan dengan benar akan membawa