SKRIPSI
PENGARUH TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN SISTEM PENGUKURAN
KINERJA SEBAGAI VARIABEL MODERATING
(STUDI KASUS PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV MEDAN)
OLEH:
INRI LIONI SEMBIRING 120503164
PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2017
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “PENGARUH TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA SEBAGAI VARIABEL MODERATING (STUDI KASUS PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV MEDAN)” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumater Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari orang lain telah mendapat izin, dan/atau ditulis sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.
Apabila dikemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, Desember2016 Yang membuat pernyataan,
Inri Lioni Sembiring 120503164
ABSTRAK
Penelitian yang berjudul “PENGARUH TOTAL QUALITY MANAGEMENT TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA SEBAGAI VARIABEL MODERATING (STUDI KASUS PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV)” ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari Total Quality Management (TQM) terhadap kinerja manajerial dengan sistem pengukuran kinerja sebagai variabel moderasi pada PT. Perkebunan Nusantara IV di Medan.
Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode analisis regresi linear sederhana dan regresi linear dengan variabel moderasi. Sampel yang menjadi data didalam penelitian ini berupa kuesioner diperoleh dari 32 responden.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa TQM berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial, dan sistem pengukuran kinerja tidak dapat menjadi variabel moderasi pada penelitian ini.
Kata Kunci: TQM, Kinerja Manajerial, Sistem Pengukuran Kinerja
ABSTRACT
The study, titled THE EFFECT OF TOTAL QUALITY MANAGEMENT TO MANAGERIAL PERFORMANCE WITH PERFORMANCE MEASUREMENT SYSTEM AS MODERATING VARIABLE (CASE STUDY AT PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV MEDAN) aims to determine the effect of Total Quality Management (TQM) to managerial performance with the performance measurement system as a moderating variable at PT. Perkebunan Nusantara IV in Medan
To gather the necessary data in this study, the authors used a simple linear regression and linear regression with moderating variable.
Samples into data in this study is a questionnaire was obtained from 32 respondents.
The results showed that TQM positive and significant effect on managerial performance, and performance measurement systems can not be a moderating variable in this study.
Keywords: TQM, Managerial Performance, Performance Measurement System
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kuasa dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
“Pengaruh Total Quality Management Terhadap Kinerja Manajerial Dengan Sistem Pengukuran Kinerja Sebagai Variabel Moderating (Studi Kasus Pada PT.
Perkebunan Nusantara IV Medan) ”.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, saran, motivasi, bantuan dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih khususnya kepada orang tua tercinta Ayahanda Hardyanta Sembiring, dan Ibunda Nur Cahaya Bangun, serta abangku tercinta Yediza Natanael Sembiring dan kakakku tercinta Camilla Emanuella Sembiring yang telah memberikan kasih sayang, doa dan dukungan baik moril maupun materil. Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MS., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak., dan Bapak Drs.
Hotmal Jafar, MM, Ak., selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak., dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak., selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Yeti Meliany Lubis, SE, M.Si., Ak., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan pada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak., selaku dosen penguji dan Bapak Drs.
Rustam, M.Si., Ak., selaku Dosen Pembanding yang telah banyak memberikan saran kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
6. PT. Perkebunan Nusantara IV Medan yang telah memberikan izin penelitian dan bahan-bahan yang dibutuhkan pada saat penyusunan skripsi ini.
7. Para sahabatku Nep, Cass, khansa, Hafizhatur, Lia, Cika, Lud, Rere, Yohannes, Marlyn, Opin, Vandi, Ibam, Jhonta yang telah memberikan banyak motivasi dan bantuan selama proses penulisan skripsi serta seluruh teman-teman khususnya angkatan 2012 yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Amin Ya Rabbal Alamin
Medan, Desember 2016 Penulis,
Inri Lioni Sembiring 120503164
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRCT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6
1.3.1 Tujuan Penelitian ... 6
1.3.2 Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis ... 8
2.1.1 Total Quality Management (TQM) ... 8
2.1.2 Sistem Pengukuran Kinerja ... 16
2.1.3 Kinerja Manajerial ... 22
2.2 Penelitian Terdahulu ... 25
2.3 Kerangka Konseptual ... 28
2.4 Hipotesis ... 28
BAB III METODE PENELITIAN ... 32
3.1 Jenis Penelitian ... 32
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 32
3.3 Devinsi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel 33
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian ... 36
3.5 Jenis dan Sumber Data ... 37
3.6 Metode Pengumpulan Data ... 37
3.7 Metode Analisis Data ... 38
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 46
4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 46
4.1.1 Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan ... 47
4.1.2 Maksud dan Tujuan Perusahaan ... 48
4.1.3 Budaya Perusahaan ... 49
4.2 Hasil Penelitian ... 50
4.2.1 Analisis Deskriptif Responden ... 50
4.2.2 Analisis Deskriptif Variabel ... 51
4.2.3 Analisis Regresi Total Quality Management terhadap Kinerja ... 54
4.2.3.1 Uji Asumsi Klasik ... 54
4.2.3.2 Model Regresi Sederhana ... 58
4.2.3.3 Uji Koefisien Determinasi... 59
4.2.4 Analisis Regresi TQM dengan Kinerja Manajerial dengan Sistem Pengukuran
Kinerja Sebagai Variabel Moderating ... 61
4.2.4.1 Uji Asumsi Klasik ... 61
4.2.4.2 Model Regresi dengan Variabel Moderasi (MRA) ... 66
4.2.4.3 Uji Koefisien Determinasi... 67
4.3 Pembahasan ... 69
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 72
5.2 Saran ... 72
DAFTAR PUSTAKA ... 74
LAMPIRAN ... 77
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
2.1 Tabel Penelitian Terdahulu ... 25
3.1 Tabel Definisi Operasional ... 35
4.1 Gambaran Umum Responden ... 50
4.2 Distribusi Jawaban Responden Variabel TQM ... 51
4.3 Distribusi Jawaban Responde Variabel Sistem Pengukuran Kinerja ... 52
4.4 Distribusi Jawaban Responden Variabel Kinerja Manajerial ... 53
4.5 One-Sample Kolmogrov – Smirnov Test ... 56
4.6 Uji Glejser ... 58
4.7 Hasil Uji t ... 59
4.8 Pengujian Koefisien Determinan (𝑅2) ... 60
4.9 One-Sample Kolmogrov – Smirnov Test ... 65
4.10 Ujia Glejser ... 65
4.11 Uji Multikolinearitas ... 66
4.12 Model Regresi Dengan Variabel Moderasi ... 67
4.13 Pengujian Koefisien Determinan (𝑅2) ... 68
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
2.1 Manfaat Total Quality Management (TQM) ... 16
2.2 Skema Kerangka Konseptual ... 28
2.3 Model Pengaruh TQm Terhadap Kinerja Manajerial ... 30
2.4 Model Pengaruh Sistem Pengukuran Kinerja dalam Memoderasi Hubungan TQM terhadap Kinerja Manajerial ... 31
4.1 Grafik Histogram Uji Normalitas... 54
4.2 Grafif Normal P-P Plot Uji Normalitas ... 55
4.3 Grafik ScatterPlot Uji Heteroskedastisitas ... 57
4.4 Grafik Histogram Uji Normalitas... 61
4.5 Grafik Normal P-P Plot Uji Normalitas ... 62
4.6 Grafik ScatterPlot Uji Heteroskedastisitas ... 64
4.7 Laba Tahun Berjalan PTPN IV ... 70
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman 1 Kuesioner Penelitian ... 78 2 Distribusi Jawaban Responden ... 84 3 Regresi... 86
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Era perdagangan bebas di Indonesia yang ditandai dengan berlakunya Perjanjian Perdagangan Bebas ASEAN (ASEAN Free Trade Agreement / AFTA) pada tahun 2003 dan disusul dengan pelaksanaan Penjanjian Perdagangan Bebas ASEAN – Cina (ASEAN-China Free Trade Agreement / ACFTA ) mulai 1 Januari 2010. Keadaan ini mengakibatkan perusahaan swasta maupun badan usaha milik negara dihadapkan pada kondisi persaingan global, tak terkecuali untuk perusahaan manufaktur di Indonesia.
Akibat persaingan yang semakin tajam di dunia bisnis, perusahaan yang dahulu bersaing hanya pada tingkat lokal, nasional maupun regional kini harus bersaing dengan perusahaan dari seluruh penjuru dunia . Hal ini menyebabkan peningkatan arus penawaran produk barang dan jasa haruslah dengan harga yang lebih bersaing dari produk luar.
Perkembangan perdagangan dunia menuntut perusahaan- perusahaan yang sudah ada untuk tetap dapat bertahan agar dapat bersaing dengan perusahaan-perusahaan yang akan muncul dan tetap terus memperoleh keuntungan.
Persaingan global ini memberikan beragam pilihan kepada konsumen, sehingga tuntutan konsumen akan peningkatan kualitas produk semakin bertambah. Untuk dapat bertahan dan berhasil dalam lingkungan
seperti itu, suatu perusahaan harus dapat bekerja secara efisien dan efektif.
Dengan demikian perusahaan harus memikirkan ulang strategi manajemen guna menciptakan nilai lebih/ value bagi konsumen dalam bentuk produk dan jasa serta pelayanan berkualitas.
Pada era persaingan global dan liberalisasi perdagangan dewasa ini, kualitas produk barang dan jasa telah menjadi salah satu faktor terpenting untuk mencapai keunggulan kompetitif perusahaan. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Vidhu Shekhar Jha (2003),“A good quality product or service enables an organization to add and retain customers. Poor quality leads to discontented customers, so the costs of poor quality are not just those of immediate waste or rectification but also the loss of future sales”
Sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Vidhu di atas, perbaikan berkelanjutan harus dilakukan oleh perusahaan agar dapat mendorong peningkatan pangsa pasar dan memenangkan persaingan melalui dua faktor penting yaitu kualitas produk yang tinggi dan harga bersaing.
Dalam situasi persaingan yang semakin tajam, pendekatan Total Quality Management (TQM) semakin banyak digunakan sebagai teknik yang diimplementasikan sebagai formula dalam berkompetisi.
TQM merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba memaksimalkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus terhadap produk barang dan jasa, sumber daya manusia, proses dan lingkungannya, baik yang didorong oleh kekuatan eksternal maupun
internal organisasi (Tjiptono,dkk 2001). Berdasarkan TQM, tolak ukur keberhasilan usaha bertumpu pada kepuasan pelanggan atas barang atau jasa yang diterimanya. Untuk dapat diperoleh dan mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan dalam menghadapi persaingan bebas dan kompetitif, diperlukan suatu komitmen perusahaan yang mengarah kepada kepuasan pelanggan, dimana mutu merupakan faktor utama yang mempengaruhi pilihan konsumen untuk berbagai jenis produk dan jasa.
Mutu juga merupakan sesuatu kekuatan yang dapat menghasilkan keberhasilan perusahaan (Prawirosentono, 2004).
Pada saat ini sudah cukup banyak perusahaan yang mencoba menerapkan TQM dalam menjalankan kegiatan peusahaan, namun tidak semua perusahaan berhasil menerapkan TQM dengan baik. Untuk memenuhi kesesuaian dari suatu proses dan produk baik barang maupun jasa, maka organisasi dapat menerapkan standar persyaratan yang telah ditetapkan organisasi internasional yaitu ISO (International Standardization Organization).
Penerapan TQM dalam suatu perusahaan dapat memberikan beberapa manfaat utama yang pada gilirannya meningkatkan laba serta daya saing perusahaan yang bersangkutan. Penerapan TQM yang terencana dan terarah diharapkan dapat membantu dalam meningkatkan produktifitas dan kinerja karyawan (Poernomo, 2006).
Selain penerapan TQM, perusahaan juga perlu menerapkan sistem akuntansi manajemen sebagai mekanisme untuk memotivasi dan
mempengaruhi perilaku karyawan dalam berbagai cara yang memaksimalkan kesejahteraan organisasi dan karyawan. Sistem akuntansi manajemen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi sistem pengukuran kinerja dan sistem penghargaan (Narsa, 2003).
Kinerja manajerial juga merupakan peran penting untuk mencapai keberhasilan suatu organisasi. Keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuan dan memenuhi tanggung jawab sosialnya, sebagian besar tergantung pada manajer. Apabila manajer mampu melakukan tugas- tugasnya dengan baik, maka organisasi akan mampu mencapai sasaran dan tujuan yang dikehendaki (Rahman dkk, 2007).
Kinerja manajerial menunjukkan kemampuan manajemen dalam menjalankan fungsi manajemen yang merupakan aktivitas bisnis, yang tentu selalu berkenaan dengan pengambilan keputusan (Widarsono, 2007).
Kenyataan ini menunjukkan bahwa tidak ada sistem akuntansi manajemen secara universal yang selalu tepat untuk bisa diterapkan pada seluruh organisasi pada setiap keadaan, namun sistem akuntansi manajemen tersebut tergantung juga pada faktor-faktor kondisional yang ada dalam organisasi tersebut. Namun demikian, sedikit sekali peneliti yang menguji alasan atau faktor penyebab keefektifan penerapan teknik total quality management (Mardiyah, 2005).
Penelitian mengenai hubungan antara TQM dengan kinerja manajerial sudah banyak dilakukan. Hasanah (2013) melakuan penelitian tentang pengaruh total qualiy management terhadap kinerja manajerial
dengan sistem pengukuran kinerja dan sistem penghargaan sebagai kinerja manajerial menunjukkan bahwa total quality management berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial, sedangkan interaksi antara TQM dan sistem pengukuran kinerja tidak berpengaruh signifikan secara individual terhadap kinerja manajerial, dan sistem pengukuran kinerja bukan merupakan variabel moderating.
Suprantiningrum (2003) melakukan penelitian tentang pengaruh TQM terhadap kinerja manajerial dengan sistem pengukuran kinerja dan sistem penghargaan sebagai variabel moderating dan menunjukkan bahwa variabel TQM dan interaksi antara TQM dan sistem penghargaan terbukti mempengaruhi kinerja manajerial, sedangkan interaksi sistem pengukuran kinerja dan TQM dinyatakan tidak mempengaruhi kinerja manajerial.
Penelitian ini merupakan replika dari penelitian yang dilakukan oleh Hasanah (2013). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang telah dilakukan Hasanah terletak pada variabel moderating. Penelitian yang dilakukan Hasanah menggunakan dua variabel moderating yaitu sistem pengukuran kinerja dan sistem reward, sedangkan penelitian ini hanya menggunakan satu variabel moderating yaitu sistem pengukuran kinerja.
Mengingat pentingnya peran sistem akuntansi manajemen terhadap kinerja manajerial dalam sebuah perusahaan, maka berdasarkan latar belakang diatas mendorong peneliti untuk melakukan penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul “Pengaruh Total Quality Management
(TQM) terhadap Kinerja Manajerial dengan Sistem Pengukuran Kinerja sebagai Variabel Moderating (STUDI KASUS PADA PT.PERKEBUNAN NUSANTARA IV MEDAN).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas maka penulis merumuskan permasalahannya sebagai berikut:
1. Apakah penerapan teknik TQM berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial?
2. Apakah sistem pengukuran kinerja berpengaruh signifikan dalam memoderasi hubungan antara TQM terhadap kinerja manajerial?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Untuk menganalisis pengaruh teknik TQM terhadap kinerja manajerial
2. .Untuk menganalisis sistem pengukuran kinerja sebagai variabel moderating dalam pengaruh teknik TQM terhadap kinerja manajerial.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
1. Mahasiswa jurusan akuntansi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan atau menjadi sumbangan pemikiran untuk perkembangan ilmu akuntansi terutama akuntansi manajemen yang terkait dengan TQM, sistem pengukuran kinerja, dan kinerja manajerial.
2. Masyarakat
Agar masyarakat mengetahui pentingnya TQM, sistem pengukuran kinerja, dan kinerja manajerial pada suatu instansi dan menerapkan di dunia pekerjaan, serta dapat menambah wawasan dalam biang akuntansi khusunya akuntansi manajemen.
3. Peneliti
Dapat memberikan tambahan wawasan yang bermanfaat mengenai pentingnya pemanfaatan TQM, dan pengukuran kinerja terhadap peningkatan kinerja manajerial pada suatu instansi atau perusahaan serta dapat menerapkan di dunia pekerjaan.
4. Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapakan dapat menjadi masukan bagi perusahaan tentang pentingnya TQM, pengukuran kinerja, dan kinerja manajerial dalam menjakankan perusahaan agar tercapainya tujuan perusahaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Total Quality Management ( TQM)
1. Pengertian Total Quality Management (TQM)
Total quality management (TQM) merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus – menerus atas produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungannya (Tjiptono, 2001).
Santosa menyatakan bahwa “TQM merupakan sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi” (Tjiptono, 2001).
Banyak para ahli yang mengemukakan pendapat mengenai pengertian dan konsep TQM, seperti Hansen dan Mowen (2009) mengemukakan bahwa, “TQM adalah suatu perbaikan berkelanjutan yang mana hal ini adalah sesuatu yang mendasar sifatnya bagi pengembangan proses manufaktur yang sempurna”.
Memproduksi produk dan pengurangan pemborosan yang sesuai dengan standar merupakan dua tujuan umum perusahaan.
Filosofi dari TQM sebenarnya yaitu dimana sebuah perusahaan berusaha menciptakan suatu lingkungan yang memungkinkan
pekerjanya menghasilkan produk atau jasa yang sempurna (zero- defect), dan mencoba memperbaiki kesalahan dimasa lalu.
Penekanan pada kualitas juga telah menciptakan kebutuhan akan adanya suatu sistem akuntansi manajemen yang menyediakan informasi keuangan dan non keuangan tentang kualitas.
2. Karakteristik TQM
Goetch dan Davis mengemukakan bahwa ada sepuluh karakteristik TQM (Tjiptono, 2001), yaitu :
1. Fokus pada Pelanggan
Dalam TQM, baik pelanggan internal maupun eksternal merupakan driver. Pelanggan eksternal menentukan kualitas produk atau jasa yang disampaikan kepada mereka, sedangkan pelanggan internal berperan besar dalam menetukan kualitas manusia, proses, dan lingkungan yang berhubungan dengan produk atau jasa.
2. Obsesi terhadap Kualitas
Dalam organisasi yang menerapkan TQM, penentu akhir kualitas pelanggan internal dan eksternal. Dengan kualitas yang dittetapkan tersebut, organisasi harus terobsesi untuk memenuhi atau melebihi apa yang ditentukan tersebut.
3. Pendekatan Ilmiah
Pendekatan ilmiah sangat diperlukan dalam penerapan TQM, terutama untuk mendesain pekerjaan dan dalam proses
pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang berkaitan dengan pekerjaan yang didesain tersebut. Dengan demikian data diperlukan dan dipergunakan dalam menyusun patok duga (benchmark), memantau prestasi, dan melaksanakan perbaikan.
4. Komitmen Jangka Panjang
TQM merupakan suatu paradigma baru dalam melaksanakan bisnis. Untuk itu dibutuhkan budaya perusahaan yang baru pula. Oleh karena itu komitmen jangka panjang sangat penting guna mengadakan perubahan budaya agar penerapan TQM dapat berjalan dengan sukses.
5. Kerjasama Tim
Dalam organisasi yang dikelola secara tradisional, seringkali diciptakan persaingan antar departemen yang ada dalam organisasi tersebut agar daya saingnya terdongkrak. Akan tetapi persaingan internal tersebut cenderung hanya menggunakan dan menghabiskan energi yang seharusnya dipusatkan pada upaya perbaikan kualitas, yag pada gilirannya untuk meningkatkan daya saing eksternal.
Sementara itu dalam organisasi yang menerapkan TQM, kerja sama tim, kemitraan dan hubungan dijalin dan dibina, baik antara karyawan perusahaan maupun dengan pemasok lembaga-lembaga pemerintah, dan masyarakat.
6. Perbaikan Sistem Secara Berkesinambungan
Setiap produk dan/atau jasa dihasilkan dengan memanfaatkan proses-proses tertentu di dalam suatu sistem/ lingkungan.
Oleh karena itu sistem yang ada perlu diperbaiki secara terus- menerus agar kualitas yang dihasikannya dapat meningkat.
7. Pendidikan dan Pelatihan
Dalam organisasi yang menerapkan TQM, pendidikan dan pelatihan merupakan faktor yang fundamental. Setiap orang diharapkan dan didorong untuk terus belajar. Dalam hal ini berlaku prinsip bahwa belajar merupakan proses yang tidak ada akhirnya dan tidak mengenal batas usia. Dengan belajar, setiap orang dalam perusahaan dapat meningkatkan keterampilan teknis dan keahlian profesionalnya.
8. Kebebasan yang Terkendali
Dalam TQM keterlibatan dan pemberdayaan karyawan dalam pengambian keputusan dan pemecahan masalah merupakan unsur yang sangat penting. Hal ini dikarenakan unsur tersebut dapat meningkatkan ‘rasa memiliki’ dan tanggung jawab karyawan terhadap keputusan yang telah dibuat. Selain itu unsur ini juga dapat memperkaya wawasan dan pandangan dalam suatu keputusan yang diambil, karena pihak yang terlibat lebih banyak.
9. Kesatuan Tujuan
Supaya TQM dapat diterapkan dengan baik maka perusahaan harus memiliki kesatuan tujuan. Dengan demikian setiap usaha dapat diarahkan pada tujuan yang sama. Akan tetapi kesatuan tujuan ini tidak berarti bahwa harus selalu ada persetujuan/ kesepakatan antara pihak manajemen dan karyawan mengenai upah dan kondisi kerja
10. Adanya Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan
Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan merupakan hal yang penting dalam penerapan TQM. Usaha untuk melibatkan karyawan membawa 2 manfaat utama. Pertama, hal ini akan meningkatan kemungkinan dihasilkannya keputusan yang baik, rencana yang lebih baik, atau perbaikan yang lebih efektif karena juga mencakup pandangan dan pemikiran dari pihak-pihak yang lagsung berhubungan dengan situasi kerja.
Kedua, keterlibatan karyawan juuga meningkatkan ‘rasa memiliki’ dan tanggug jawab atas keputusan dengan melibatkan orang-orang yang harus melaksanakannya
3. Prinsip TQM
Menurut Hansler dan Brunell ada empat prinsip utama dalam TQM ( Tjiptono, 2001). Keempat prinsip tersebut adalah:
1. Kepuasan Pelanggan
Dalam TQM, konsep mengenai kualitas dan pelanggan diperluas. Kualitas tidak hanya bermakna kesesuaian dengan spesifikasi-spesifikasi terterntu, tetapi kualitas tersebut ditentukan oleh pelanggan. Pelanggan itu sendiri meliputi pelanggan internal dan pelanggan eksternal. Kebutuhan pelanggan diusahakan untuk dipuaskan dalam segala aspek, termasuk didalamnya harga, keamanan, dan ketepatan waktu.
Oleh karena itu, segala aktivitas perusahaan harus dikoordinasikan untuk memuaskan para pelanggan. Kualitas yang dihasilkan suatu perusahaan sama dengan nilai yang diberikan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup para pelanggan. Semakin tinggi nilai yang diberikan, maka semakin besar pula kepuasan pelanggan.
2. Respek terhadap Setiap Orang
Dalam perusahaan yang kualitasnya tergolong kelas dunia, setiap karyawan dipandang sebagai individu yang memiliki talenta dan kreatifitas yang khas. Dengan demikian, karyawan merupakan sumber daya organisasi yang paling bernilai. Oleh karena itu, setiap orang dalam organisasi diperlakukan dengan baik dan diberikan kesempatan untuk terlibat dan berpartisipasi dalam tim pengambil keputusan.
3. Manajemen Berdasarkan Fakta
Perusahaan kelas dunia berorientasi pada fakta. Maksudnya, bahwa setiap keputusan selalu didasarkan pada data, bukan sekedar perasaan. Ada dua konsep pokok yang berkaitan dengan hal ini. Pertama, prioritas (prioritization), yakni suatu konsep bahwa perbaikan tidak dapat dilakukan pada semua aspek pada saat yang bersamaan, mengingat keterbatasan sumber daya yang ada. Oleh karena itu, dengan menggunakan data, maka manajemen dan tim dalam organisasi dapat memfokuskan usahanya pada situasi tertentu yang vital.
Konsep kedua, yaitu variasi atau variabilitas kinerja manusia.
Data statistik dapat memberikan gambaran mengenai variabilitas yang merupakan bagian yang wajar dari setiap sistem organisasi. Dengan demikian, manajemen dapat memprediksikan hasil dari setiap keputusan dan tindakan yang dilakukan.
4. Perbaikan Berkesinambungan
Agar dapat sukses, setiap perusahaan perlu melakukan proses sistematis dalam melaksanakan perbaikan secara berkesinambungan. Konsep yang berlaku di sini adalah siklus PDCAA (plan-do-check-act-analyze) yang terdiri dari langkah- langkah perencanaan, dan melakukan tindakan korektif terhadap hasil yang diperoleh.
4. Manfaat TQM
Telah banyak hasil analisis yang menunjukkan bahwa manajemen kualitas berpengaruh terhadap kinerja perusahaan, yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara dimensi kualitas dengan kinerja organisasi yang tergantung pada tipologi organisasinya. Analisis lain adalah menguji pengaruh praktik manajemen kualitas terhadap kinerja dan keunggulan kompetitif perusahaan, yaitu menganalisa infrastruktur yang menciptakan lingkungan pendukung pelaksanaan manajemen kualitas. Hasil analisis menunjukkan bahwa infrastruktur berpengaruh pada kinerja perusahaan dan berpengaruh pada keunggulan kompetitif perusahaan (Nasution, 2005).
Hessel telah meneliti hubungan antara penerapan TQM dengan kinerja dan keunggulan kompetitif beberapa perusahaan manufaktur di Indonesia. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kualitas merupakan syarat penting keberhasilan perusahaan, TQM merupakan pendekatan untuk mempertahankan hidup serta meningkatkan daya saing perusahaan, dan penerapan TQM memerlukan dukungan infrastruktur perusahaan (Nasution, 2005) . Keuntungan yang didapatkan perusahaan karena menyediakan barang dan jasa dengan kualitas terbaik yaitu berasal dari pendapatan penjualan yang lebih tinggi dan biaya yang lebih rendah. Gabungan keduanya menghasilkan profitabilitas dan
pertumbuhan perusahaan. Gambar 2.1 berikut adalah suatu model kualitas laba yang menunjukkan interaksi berbagai faktor. Sisi sebelah kiri adalah faktor-faktor yang dipengaruhi oleh kebijakan, program, dan prosedur kualitas perusahaan (Nasution, 2005).
Gambar 2.1
Manfaat Total Quality Management ( Tjiptono, 2001)
2.1.2 Sistem Pengukuran Kinerja
1. Definisi Sistem Pengukuran Kinerja
Anthony et al menyatakan bahwa, “Performance measurement is measure the performance of each activity in the process (value chain) from the perspective of customer requirement while assuring that the overall performance of activities meets the P
E R B A I K A N M U T U
Memperbaiki Posisi Persaingan
Meningkatan keluaran yang
bebas dari kerusakan
Harga yang lebih tinggi
Meningkatkan pangsa pasar
Mengurangi biaya operasi
Mening katkan laba Meningkatkan
penghasilan
requirements of the organization’s other stakeholders” (Narsa, 2003).
Dimana maksud pernyataan diatas adalah “Pengukuran kinerja adalah mengukur kinerja pada setiap kegiatan dalam proses (rantai nilai) dari perspektif kebutuhan pelanggan dan menjamin bahwa kinerja keseluruhan kegiatan tersebut memenuhi persyaratan organisasi stakeholder lainnya”.
Horngren et al menyebutkan beberapa syarat bagi ukuran kinerja yang baik, antara lain: berkaitan dengan tujuan organisasi; seimbang antara jangka panjang dan jangka pendek;
mencerminkan aktivitas kunci manajemen, memberi efek pada tindakan karyawan; mudah dipahami oleh karyawan, dipergunakan sebagai dasar evaluasi kinerja dan penentuan balas jasa; rasional, objektif dan dapat diukur; serta dipergunakan secara konsisten dan teratur (Narsa, 2003).
Sistem pengukuran kinerja dapat bermanfaat bagi para pemakainya apabila hasilnya dapat menyediakan umpan balik yang bisa membantu anggota organisasi dalam usaha untuk melakukan perbaikan kinerja lebih lanjut. Horngren and Foster berpendapat, sistem pengukuran kinerja memiliki peran lain selain berperan dalam pengendalian dan memberikan umpan balik pada proses perencanaan dan pengambilan keputusan, yaitu (Narsa, 2003) :
1. Memberikan kemudahan para manajer mengawasi jalannya bisnis mereka dan mengetahui aspek-aspek bisnis yang mungkin membutuhkan bantuan.
2. Peranan kedua sistem pengukuran kinerja adalah suatu alat komunikasi.
3. Peranan ketiga adalah bahwa sistem pengukuran kinerja sebagai dasar sistem penghargaan perusahaan.
Menurut Horngren dan Datar pengukuran kinerja secara garis besar berdasarkan kriteria dan informasi yang dihasilkan, dapat dibagi menjadi dua yaitu: pengukuran kinerja keuangan (financial performance measures) dan pengukuran kinerja non keuangan (nonfinancial performance). Kedua jenis pengukuran kinerja tersebut masing-masing mempunyai pendekatan yang berbeda dalam menjelaskan tentang kinerja suatu perusahaan atau organisasi (Narsa, 2003).
Pengukuran kinerja keuangan biasanya menjabarkan tentang kinerja dari semua produk dan aktivitas jasa yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan dalam satuan mata uang. Dasar yang digunakan adalah kinerja masa lalu sehingga pencapaian kinerja dan keunggulan bersaing yang diharapkan sangat sulit. Jadi, fokus dari pengukuran adalah pada hasil akhir yang telah dicapai oleh perusahaan sebagai dampak dari keputusan yang telah dirumuskan oleh manajemen perusahaan. Contoh alat ukur pada
financial performance measures yaitu: contribution margin, income before tax, percentage of profit to sales, direct business unit profit, ROI, residual income, dan net income.
Pengukuran kinerja non keuangan mempunyai pendekatan lain dalam mengevaluasi kinerja perusahaan. Pengukuran ini biasanya berhubungan dengan pengukuran fisik. Informasi yang digunakan seringkali dikumpulkan bersamaan dengan data informasi bagi pengukuran kinerja keuangan. Alat ukur pada non financial performance measures, yaitu: price, quality, lead time, productivity, customer complain, customer satisfaction, dan customer respon time (Narsa, 2003).
2. Konsep Penilaian dalam Sistem Pengukuran Kinerja
Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan personelnya, berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Oleh karena organisasi pada dasarnya dioperasikan oleh sumber daya manusia, maka penilaian kinerja sesungguhnya merupakan penilaian atas perilaku manusia dalam melaksanakan peran yang mereka mainkan di dalam organisasi (Mulyadi, 2001).
Tujuan utama dalam penilaian kinerja adalah untuk memotivasi personel dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya
agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan oleh organisasi. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam rencana strategik, program, dan anggaran organisasi.
Penilaian kinerja digunakan untuk menekan perilaku yang tidak semestinya dan untuk merangsang serta menegakkan perilaku yang semestinya diinginkan, melalui umpan balik hasil kinerja pada waktunya serta untuk mendapatkan penghargaan, baik bersifat intrinsik maupun ekstrinsik (Mulyadi, 2001).
3. Manfaat Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja menurut Mulyadi dan Setyawan (2001) dimanfaatkan oleh organisasi untuk:
1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian personel secara maksimum. Hal ini dikarenakan motivasi adalah prakarsa dilaksanakannya suatu tindakan secara sadar dan bertujuan. Dari aspek perilaku, motivasi berkaitan dengan sesuatu yang mendorong orang untuk berperilaku dengan cara tertentu.
2. Membantu pengambilan keputusan yang berkaitan dengan penghargaan personel, seperti: promosi, transfer dan pemberhentian. Hal ini dikarenakan penilaian kinerja akan menghasilkan data yang dapat dipakai sebagai dasar untuk pengambilan keputusan yang berkaitan dengan penghargaan
personel. Agar dapat memotivasi personel, penghargaan yang diberikan kepada personel perlu didasarkan atas hasil penilaian kinerja personel.
3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan personel dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan personel. Hal ini dikarenakan manajemen perusahaan tidak mengenal kekuatan dan kelemahan personel yang dimilikinya, sehingga sulit bagi manajemen untuk mengevaluasi dan memilih program pelatihan personel jika perusahaan mengadakan pelatihan bidang pemasaran bagi personel yang kuat dibidang pemasaran, namun lemah dibidang keuangan.
4. Menyediakan suatu dasar untuk mendistribusikan penghargaan. Hal ini dikarenakan untuk mendistribusi penghargaan, memerlukan data hasil penilaian kinerja personel, agar penghargaan tersebut dirasakan adil oleh personel yang menerima penghargaan. Pembagian penghargaan yang dipandang tidak adil menurut persepsi personel penerima maupun bukan penerima akan berakibat timbulnya perilaku yang tidak semestinya.
4. Karakteristik Sistem Pengukuran Kinerja yang Efektif Menurut Simamora (2004) tidak setiap sistem penilaian kinerja akan bebas sama sekali dari tantangan-tantangan legal. Walaupun
demikian, sistem penilaian kinerja dapat memiliki karakteristik- karakteristik tertentu yang mungkin secara legal dapat dipertahankan. Karakteristik-karakteristik tersebut adalah:
1. Kriteria yang berkaitan dengan pekerjaan 2. Pengharapan kinerja
3. Fokus pada perilaku yang terobsesi 4. Sensitivitas
5. Standarisasi
6. Sokongan manajemen atau karyawan 7. Keandalan dan validitas
8. Penilaian yang berbobot 9. Komunikasi terbuka dan
10. KemampCuterimaan (acceptability) 2.1.3 Kinerja Manajerial
Menurrut Stolovitch dan Keeps, kinerja merupakan seperangkat hasil yang dicapai dan merujuk pada tindakan pencapaian serta pelaksanaan sesuatu pekerjaan yang diminta (Rivai, 2005). Kinerja juga dapat diartikan sebagai penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu perusahaan, bagian dari perusahaan dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya (Lubis, 2005). Kinerja juga merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dapat dicapai oleh seorang
pegawai dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya ( Mangkunegara, 2001).
Manajemen adalah ilmu yang menggunakan orang lain dalam usaha mencapai suatu tujuan dengan menggunakan fungsi manajemen: perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan (actuating), dan pengawasan (controlling). Manajer adalah orang yang menerapkan manajemen dalam mengemban tugas yang diterimanya guna mencapai tujuanperusahaan untuk menghasilkan laba. Menurut Mahoney dan Carroll, yang dimaksud dengan kinerja manajerial adalah kinerja para individu anggota organisasi dalam kegiatan – kegiatan manajerial, antara lain perencanaan, investigasi, koordinasi, supervise, pengaturan staff, negosiasi, dan reprsentasi (Lubis, 2005). Kinerja manajerial merupakan seberapa jauh manajer melaksanakan fungsi-fungsi manajemen, kinerja manajerial ini diukur dengan mempergunakan indicator (Mahoney et.al, 1963).
Keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuan dan memenuhi tanggung jawab sosialnya, sebagian besar tergantung pada manajer. Apabila manajer mampu melakukan tugas-tugasnya dengan baik, maka organisasi akan mampu mencapai sasaran dan tujuan yang dikehendaki. Seberapa baik seorang manajer melakukan perannya dalam mengerjakan tugas-tugas yang merupakan isu utama yang banyak diperdebatkan dalam penelitian akhir-akhir ini (Rahman
dkk, 2007). Narsa dan Yuniawati (2003) menyatakan kinerja manajerial adalah adalah kinerja para individu dalam kegiatan manajerial. Kinerja personel meliputi delapan dimensi yaitu:
1. Perencanaan, dalam hal ini berarti kemampuan untuk menentukan suatu tujuan, kebijakan dan tindakan/pelaksanaan, penjadwalan kerja, penganggaran, merancang prosedur, dan pemrograman.
2. Investigasi, yaitu kemampuan mengumpulkan dan menyampaikan informasi untuk catatan, laporan, dan rekening, mengukur hasil, menentukan persediaan, dan analisis pekerjaan.
3. Pengkoordinasian, yaitu kemampuan melakukan tukar menukar informasi dengan orang lain di bagian organisasi yang lain untuk mengkaitkan dan menyesuaikan program, memberitahu bagian lain, dan hubungan dengan manajer lain.
4. Evaluasi, yaitu kemampuan untuk menilai dan mengukur proposal, kinerja yang diamati atau dilaporkan, penilaian pegawai, penilaian catatan hasil, penilaian laporan keuangan, pemeriksaan produk.
5. Pengawasan (supervision), yaitu kemampuan untuk mengarahkan, memimpin dan mengembangkan bawahan, membimbing, melatih dan menjelaskan peraturan kerja pada bawahan, memberikan tugas pekerjaan dan menangani bawahan.
6. Pengaturan staf (staffing), yaitu kemampuan untuk mempertahankan angkatan kerja dibagian anda, merekrut, mewawancarai dan memilih pegawai baru, menempatkan, mempromosikan dan mutasi pegawai.
7. Negosiasi, yaitu kemampuan dalam melakukan pembelian, penjualan atau melakukan kontrak untuk barang dan jasa, menghubungi pemasok, tawar menawar dengan wakil penjual, tawar-menawar secara kelompok.
8. Perwakilan (representative), yaitu kemampuan dalam menghadiri pertemuan-pertemuan dengan perusahaan lain, pertemuan perkumpulan bisnis, pidato untuk acara-acara kemasyarakatan, pendekatan kemasyarakatan, mempromosikan tujuan umum perusahaan.
2.2 Penelitian Terdahulu
Adapun hasil penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1
Table Penelitian Terdahulu Nama dan Tahun
Penelitian Judul Penelitian
Variable Penelitian
Hasil Penelitian Suprantiningrum dan
Zulaikha (2003)
Pengaruh TQM terhadap Kinerja Manajerial dengan Sistem Pengukuran Kinerja dan Sistem Reward sebagai Variabel
Variable Independen : Pengaruh Total Quality Management Variabel Dependen : Kinerja Manajerial Variabel
TQM berpengaruh positif terhadap kinerja
manajerial, Interaksi TQM dan sistem reward
berpengaruh terhadap kinerja
Moderating Moderating:
Sistem Pengukuran Kinerja dan Sistem
Reward
manajerial, dan Interaksi TQM dan sistem pengukuran kinerja tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial
(2005)
Pengaruh Sistem Pengukuran Kinerja, Sistem Reward, dan Profit Center terhadap
Hubungan TQM dengan Kinerja Manajerial
Variabel Independen : Sistem
pengukuran kinerja, sistem reward, dan profit center Variabel dependen : hubungan TQM dengan kinerja
manajerial
Total Quality Management (TQM) dan sistem
pengukuran kinerja mempunyai pengaruh terhadap kinerja manajerial.
Total Quality Management (TQM) dan sistem reward terdapat
pengaruh terhadap kinerja manajerial.
Tidak ada pengaruh interaksi Total Quality
Management (TQM) dan profit center terhadap kinerja manajerial.
Jaffar Bekka (2007)
Pengaruh Total Quality
Management (TQM) terhadap Kinerja
Manajerial pada
Variable Independen : Pengaruh TQM Variabel Dependen :
Semakin tinggi
TQM yang
diterapkan dalam perusahaan kayu olahan, Mardiyah dan
Listianingsih
Industri Kayu Olahan di Palu
Kinerja Mnajarial
maka semakin tinggi pula manajerial, TQM
mempengaruhi secara
signifikan terhadap kinerja manajerial Suryati
Putro (2010)
Pengaruh TQM Terhadap
Kinerja Manajerial dengan Sisem Reward sebagai Variabel
Moderasi
Variable Independen : Pengaruh TQM Variabel dependen : Kinerja
Manajerial Variabel Moderasi : Sistem
Reward
Penerapan TQM berpengaruh positif terhadap kinerja
manajerial, interaksi TQM dan sistem reward
berpengaruh terhadap kinerja manajerial.
Hasanah (2013)
Pengaruh Total Quality
Management Terhadap Kinerja Manajerial Dengan Sistem Pengukuran Kinerja dan Sistem Reward Sebagai
Variabel Moderating
Variable Independen : Pengaruh Total Quality Management Variabel Dependen : Kinerja Manajerial Variabel Moderating:
Sistem Pengukuran Kinerja dan Sistem
Reward
Total quality management berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial, sedangkan interaksi antara
TQM dan
sistem pengukuran kinerja tidak berpengaruh signifikan secara individual terhadap kinerja manajerial, dan sistem
pengukuran kinerja bukan merupakan variabel moderating
2.3 Kerangka Konseptual
Berdasarkan tinjauan teoritis diatas, maka kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan dengan model penelitian sebagai berikut:
Gambar 2.2
Skema Kerangka Konseptual 2.4 Hipotesis
1. Pengaruh Penerapan TQM terhadap Kinerja Manajerial
TQM adalah pendekatan manajemen pada suatu perusahaan/organisasi, yang berfokus pada kualitas dan didasarkan atas partisipasi dari keseluruhan sumber daya manusia pada perusahaan/organisasi tersebut. Tujuan utama dari TQM adalah perbaikan yang dilakukan secara terus menerus untuk mendapatkan hasil yaitu memperoleh kinerja yang baik. Dalam hal ini, dengan adanya TQM maka diharapkan dapat memberikan improvisasi pada kinerja
KINERJA MANAJERIAL
(Y)
SISTEM PENGUKURAN
KINERJA (Z)
INDEPENDEN DEPENDEN
MODERATING TOTAL QUALITY
MANAGEMENT (X1)
manajerial. Karena dengan adanya TQM yang merupakan suatu sistem, yang melakukan perbaikan secara terus menerus dan tetap konsisten baik dalam melayani pelanggan, maka diharapkan akan memberikan dampak positif bagi kinerja manajerial yaitu perbaikan kinerja manajerial dari perusahaan yang menerapkannya. Selain itu kinerja yang baik bisa dikatakan dapat menekan biaya agar lebih ekonomis Karena dengan tujuan TQM yang terus menerus mengasah kualitas tersebut dapat mencegah banyaknya kecacatan, penghilangan kerugian antara pelanggan, pemasok atau karyawan (Angelina, 2012).
Tujuan perusahaan dalam menghasilkan produk berkualitas adalah tercapainya kepuasan pelanggan (customer satisfaction) yang ditandai dengan berkurangnya keluhan dari para pelanggan sehingga menunjukkan performance yang meningkat (Putro, 2010). Tersziovski dan Samson meneliti mengenai elemen-elemen TQM yang dijadikan sebagai sistem penghargaan kualitas, melakukan test hubunganantara faktor elemen TQM yang dipilih terhadap faktor kinerja. Mereka menyimpulkan faktor elemen TQM mempengaruhi kinerja (Putro, 2010).
Suprantiningrum (2002), Bekka (2007), maupun Hasanah (2013) menyatakan TQM berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suprantiningrum dan Zulaika (2002), Bekka (2007), dan Hasanah (2013) yang telah dikemukakan diatas, maka penelitian ini dimaksudkan menguji kembali
pengaruh penerapan TQM terhadap kinerja manajerial yang dijelaskan pada gambar berikut :
Gambar 2.3
Model Pengaruh TQM Terhadap Kinerja Manajerial
Ha1: Penerapan TQM berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial
2. Pengaruh Penerapan Interaksi Sistem Pengukuran Kinerja dalam TQM terhadap Kinerja Manajerial
Sistem pengukuran kinerja memiliki hubungan dengan praktik penerapan TQM. Dengan sistem pengukuran kinerja yang terdiri dari serangkaian ukuran akan dapat menilai kinerja manejerial dan sistem pengukuran kinerja dapat memberikan informasi untuk mengambil keputusan tentang promosi, kenaikan jabatan dan gaji (Mardiyah dkk, 2005).
Penelitian Mardiyah dan Listianingsih (2005) menunjukkan adanya pengaruh positif dan signifikan antara praktik penerapan TQM dengan sistem pengukuran kinerja terhadap kinerja manajerial. Sedangkan hasil penelitian oleh Suprantiningrum (2003), dan Hasanah (2013) yang menunjukkan bahwa interaksi TQM dengan sistem pengukuran kinerja tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial.
Total Quality
Management (TQM) Kinerja Manajerial
Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis alternatifnya adalah sebagai berikut:
Gambar 2.4
Model Pengaruh Sistem Pengukuran Kinerja dalam memoderasi hubungan TQM terhadap Kinerja Manajerial
Ha2: Sistem pengukuran kinerja berpengaruh signifikan dalam memoderasi hubungan antara TQM terhadap kinerja manajerial Total Quality
Management (TQM) Kinerja Manajerial
Sistem Pengukuran Kinerja
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini dirancang sebagai salah satu penelitian empiris yang menguji hipotesis dengan menggunakan metode asosiatif kausal. Metode asosiatif kausal adalah penelitian yang mencari hubungan antara dua variabel atau lebih. Tujuan dari penelitian asosiatif adalah untuk mencari hubungan antara satu variabel dengan variabel lain. Dan tujuan dari penelitian kausal adalah untuk mengidentifikasi hubungan sebab akibat antara variabel – variabel yang berfungsi sebagai penyebab dan variabel mana berfungsi sebagai variabel akibat (Sugiyono, 2004).
Penelitian ini membatasi pada permasalahan pengaruh penerapan TQM sebagai variabel independen, kinerja manajerial sebagai variabel dependen, serta sistem pengukuran kinerja sebagai variabel moderating.
Horizon waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi cross- sectional, yaitu studi yang dilakukan dengan data yang hanya sekali dikumpulkan (Sekaran, 2006). Adapun unit analisis dalam penelitian ini adalah seluruh staf yang ada di PT. Perkebunan Nusantara IV Medan.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat Penelitian : PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV MEDAN Waktu Penelitian : Oktober 2016 – selesai
3.3 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel
Menurut Jogiyanto (2004) “ defenisi operasional adalah bagian dari riset yang menjelaskan karakteristik dari objek ke dalam elemen-elemen yang dapat diobservasi yang menyebabkan konsep dapat diukur dan dioperasionalisasikan di dalam riset”.
Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari masing masing variabel yang digunakan berikut dengan operasional dan cara pengukurannya.
1. Total Quality Management (X1)
Total Quality Management dalam penelitian ini merupakan variabel independen atau variabel yang menjadi sebab atau berubahnya variabel lain (Ghozali, 2011). TQM adalah suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, manusia, proses dan lingkungannya. Pada dasarnya TQM berfokus pada perbaikan terus menerus untuk memenuhi kepuasan pelanggan. Variabel TQM ini mengukur persepsi manajer secara individual mengenai penerapan teknik TQM di lingkungan perusahaannya.
Variabel TQM dalam penelitian ini diukur dengan memasukkan elemen manusia, serta budaya kualitas (Nasution, 2005). Pengukuran variabel ini dilakukan dengan 14 butir pertanyaan diukur dengan menggunakan skala interval (interval scale) 5 poin dari Sangat Tidak Setuju (STS) (1), Tidak Setuju (TS) (2), Netral (N) (3), Setuju (S) (4) sampai Sangat Setuju (SS) (5).
2. Sistem Pengukuran Kinerja (Z)
Sistem pengukuran kinerja yang dimaksud disini adalah pemberian informasi pada manajer dalam unit organisasi yang dipimpin mengenai kualitas dalam aktivitas operasi perusahaan. Variabel ini diukur dengan perspektif pelanggan oleh Kaplan dan Norton (2002), yaitu mengukur kinerja perusahaan pada sisi pelanggan dengan menggunakan skala interval untuk mengukur dengan menyatakan sangat tidak setuju (STS) sampai dengan sangat setuju (SS) terhadap subjek, obyek atau kejadian tertentu. Skala rendah (1) untuk menunjukkan kinerja yang rendah dan skala tinggi (5) untuk menunjukkan skala pengukuran kinerja yang tinggi, yang terdiri dari enam (6) pertanyaan
3. Kinerja Manajerial (Y)
Kinerja Manajerial adalah kinerja individu anggota organisasi dalam kegiatan-kegiatan manajerial antara lain: perencanaan, investigasi, koordinasi, pengaturan staf, negosiasi, evaluasi, investigasi, pengawasan dan perwakilan (Narsa, 2003). Kinerja manajerial merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan keefektifan organisasi. Pengukuran variabel ini dilakukan dengan sembilan (9) item pertanyaan dengan menggunakan skala interval dengan teknik penilaian dimana angka 1 (Sangat Tidak Setuju) sampai dengan angka 5 (Sangat Setuju).
Tabel 3.1
Tabel Definisi Operasional
Variabel Definisi Indikator Skala
Total Quality Management (TQM)
Total Quality Management (TQM) adalah suatu pendekatan dalam
menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi
melalui
perbaikan terus menerus atas produk, jasa, manusia, proses, dan
lingkunganya
1. Identifikisai kebutuhan pelanggan
2. Penetapan target perbaikan
berkelanjutan 3. Mengembangkan
keterlibatan karyawan untuk mengelola semua aspek kualitas 4. Kewenangan
karyawan dalam pengambilan keputusan proporsional 5. Peran serta semua
pimpinan dalam proses
peningkatan semua aspek kualitas
6. Pengelolaan program
pelatihan dan pengembangan sesuai prinsip – prinsip kualitas
interval
Sistem Pengukuran Kinerja
Sistem pengukuran kinerja adalah pemberian
informasi pada manajer dalam unit organisasi yang dipimpin mengenai
kualitas dalam aktivitas operasi perusahaan
1. Orientasi kepada kepuasan
pelanggan
2. Integrasi desain dengan
pelanggan dimasa depan
3. Pencegahan gangguan atau penyebab
kesalahan dalam penawaran
produk / jasa 4. Meminimalisasi
interval
kerusakan produk / jasa
5. Pemberian
jaminan produk/
jasa
6. Meminimalisasi keluhan
Kinerja Manajerial
Kinerja
manajerial adalah kinerja individu, anggota,
organisasi dalam kegiatan-kegiatan manajerial
1. Perencanaan 2. Investigasi
3. Pengkoordinasian 4. Evaluasi
5. Pengawasan 6. Pemilihan staf 7. Negosiasi 8. Perwakilan 9. Kinerja
Keseluruhan
Interval
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian
Arikunto (1998) menjelaskan bahwa populasi adalah keseluruhan obyek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh staff yang bekerja di PT. Pertamina Medan (Hakim, 2012). Sedangkan Arikunto, (1998) menjelaskan sampel adalah sebagian / wakil populasi yang akan diteliti (Hakim, 2012). Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonprobabilty sampling. Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota pupolasi untuk dipilih menjadi sampel.
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh staff dibagian pemasaran di PT.
Perkebunan Nusantara IV Medan yang berjumlah 32 responden.
3.5 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu informasi yang diperoleh secara langsung dari hasil pengamatan lapangan (Indriantoro, 2002).
Data penelitian ini diperoleh dengan metode kuesioner yang disebar untuk para staf di divisi akuntansi yang ada di masing-masing perusahaan mengenai penerapan TQM, sistem pengukuran kinerja, dan kinerja perusahaan.
Dalam menganalisa masalah yang peneliti temukan serta kumpulkan, peneliti menggunakan analisis sebagai berikut:
1. Data kuantitatif, yaitu analisis yang dilakukan terhadap data yang diperoleh dari kuesioner yang dilakukan dengan pimpinan perusahaan dan karyawan mengenai penerapan TQM, sistem pengukuran kinerja, sistem penghargaan (reward), serta pengukuran kinerja perusahaan.
Data tersebut kemudian diolah dengan perangkat lunak (software) untuk kemudian dianalisis secara kuantitatif.
2. Data kualitatif, yaitu penulis mengemukakan teori atau konsep tentang hal-hal yang menyangkut dengan masalah-masalah yang dibahas dalam penelitian ini dengan melihat literatur-literatur yang ada baik dari buku, artikel ilmiah maupun dari internet.
3.6 Metode Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan yaitu penelitian
lapangan. Penelitian lapangan (Field Research) adalah data utama penelitian ini diperoleh melalui penelitian lapangan, peneliti memperoleh data langsung dari pihak pertama (data primer) (Indiantoro, 2002). Pada penelitian ini, yang menjadi subyek penelitian adalah staf divisi pemasaran PT. Perkebunan Nusantara IV Medan dan dilakukan dengan penyebaran kuesioner mengenai penerapan TQM dan indikator-indikator pada sistem pengukuran kinerja, dan kinerja manajerial dengan teknik personally administered questionnaires, yaitu kuesioner disampaikan dan dikumpulkan langsung oleh peneliti.
3.7 Metode Analisis Data
Metode analisis data menggunakan statistik deskriptif, uji kualitas data, uji asumsi klasik dan uji hipotesis dengan menggunakan software statistik yaitu SPSS versi 21
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum, minimum, (Ghozali, 2011).
2. Uji Kualitas Data
Data ini merupakan data primer maka uji kualitas data penelitian ini menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas.
1) Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika
pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2011).
Pengujian validitas dalam penelitian ini menggunakan Pearson Correlation yaitu dengan cara menghitung korelasi antara nilai yang diperoleh dari pertanyaan-pertanyaan. Apabila Pearson Correlation yang didapat memiliki nilai di bawah 0,05 berarti data yang diperoleh adalah valid (Ghozali, 2011).
2) Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas merupakan alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk.
Dalam pengujian reliabillitas ini, peneliti menggunakan metode statistik Cronbach Alpha dengan signifikansi yang digunakan sebesar > 0,70 dimana jika nilai Cronbach Alpha dari suatu variabel > 0,70 maka butir pertanyaan yang diajukan dalam pengukuran instrumen tersebut memiliki reliabilitas yang memadai dan sebaliknya apabila nilai cronbach alpha dari suatu variabel <
0,70 maka reliabilitasnya kurang memadai (Ghozali, 2011).
3. Uji Asumsi Klasik 1) Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan atau korelasi diantara variabel independen pada model regresi. Multikolinieritas menyatakan hubungan antar sesama variabel independen. Dalam penelitian ini, uji multikolonieritas
digunakan untuk menguji apakah ada korelasi atau hubungan diantara variabel TQM, sistem pengukuran kinerja pada kinerja manajerial di perusahaan jasa.
Uji multikolonieritas dalam penelitian ini dengan cara menganalisis matriks korelasi antar variabel independen dan perhitungan nilai tolerance dan VIF. Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai tolerance
< 0,1 atau sama dengan nilai VIF > 10. Apabila nilai tolerance >
0,1 dan nilai VIF < 10, maka tidak terjadi multikolonieritas pada persamaan regresi penelitian (Ghozali, 2011).
2) Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas.
Model regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas dan tidak terjadi Heteroskedastisistas. Deteksi ada atau tidaknya Heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED, dimana sumbu Y adalah Y telah diprediksi dan sumbu X adalah
residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di-studentized (Ghozali, 2011).
Dasar Analisis:
1. Jika pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit, maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan dibawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
3) Uji Normalitas
Uji normalitas ini dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti yang diketahui bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal.
Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dengan distribusi normal. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Jika data (titik) menyebar menjauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal maka tidak menunjukkan pola distribusi
normal yang mengindikasikan bahwa model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas (Ghozali, 2011).
4. Uji Hipotesis
1) Pengujian dengan Analisis Regresi Linier Berganda
Model regresi linier berganda bertujuan untuk memprediksi besar variabel dependen dengan menggunakan data variabel independen yang sudah diketahui besarnya. Persamaan regresi berganda dirumuskan:
Y= a+b1X1+b2X2+b3X3+e
Ha1 : Penerapan Total Quality Management berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Manajerial.
Y = a+b1X1 +e Y : Kinerja Manajerial a : Konstanta
b1b2 : Koefisien regresi X1 : TQM
E : Error
Dalam uji hipotesis ini dilakukan melalui:
1. R-square
Hasil uji koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa besar kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu (Ghozali, 2011). Makin kecil nilai SEE akan membuat
model regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel dependen (Ghozali, 2011).
2. Uji Statistik t
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2011). Hipotesis alternatif yang hendak diuji adalah sebagai berikut:
Ha1: Penerapan TQM berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Manajerial.
2) Pengujian dengan Analisis Regresi Moderasi (Moderated Regression Analysis - MRA)
Uji interaksi atau sering disebut dengan Moderated Regression Analysis (MRA) merupakan aplikasi khusus regresi berganda linear dimana dalam persamaan regresinya mengandung unsur interaksi dengan rumus persamaannya:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3 (X1X2) + e
Ha𝟐: Sistem Pengukuran Kinerja berpengaruh signifikan
dalam memoderasi hubungan antara TQM terhadap Kinerja Manajerial
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3 (X1X2) + e Y : Kinerja Manajerial
a : Konstanta
b : Koefisien regresi
X1 : TQM
X2 : Sistem Pengukuran Kinerja
X1X2 :Variabel perkalian antara TQM dengan sistem pengukuran kinerja yang menggambarkan pengaruh variabel moderating sistem pengukuran kinerja terhadap hubungan TQM dengan kinerja manajerial
E : Error
Dalam uji hipotesis ini dilakukan melalui:
1. R-square
Hasil uji koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa besar kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu (Ghozali, 2011).
Makin kecil nilai SEE akan membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel dependen (Ghozali, 2011).
2. Uji Statistik t
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen
(Ghozali, 2011). Hipotesis alternatif yang hendak diuji adalah sebagai berikut:
Ha2: Sistem Pengukuran Kinerja berpengaruh signifikan dalam memoderasi hubungan antara TQM terhadap Kinerja Manajerial