• Tidak ada hasil yang ditemukan

by: Center for Study of Anti-Aging Medicine

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "by: Center for Study of Anti-Aging Medicine"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

ffi@O*].,*{q-

ltosted by:

Center for Study of Anti-Aging Medicine

Faculty of Medicine Udayana University, Denpasar, Bali- lndonesia e-mail: csaam_f [email protected]

(2)

Contents

Welcome

Speech iii

Organizing

Committee...

iv

Scientific Schedule

...

v

Contents

xi

Plenary Lecture

PL-Z.

Role ofCulture and Social Lile in Brain Aging

.

..

.

1

Proi Suvarna Alladi, MD, PhD

PL-3.

Practicing Evidence-Based in Aesthetic

Medicinc .

4

dr. Teguh Tanuwidjaja, MBiomed [AAM) Symposium I: Sex and Aging Process

S1.1.

Sexual Dysfunction as an Indicator ofAging

Process

7

dr. Iohanes Soedjono, M.Kes, SPAnd

S1.2.

Treatment of Female Orgasmic

Dysfunction

72

Prof. Dr. dr. Alex Pangkahila, M.Med. Sc, SpAnd

S1.3.

Update Treatment of Erectile

Dysfunction

14

Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila, Sp.And

Symposium II: Complexity of Brain and Aging Process

S2.1.

Risk Factors of Brain

Aging .

19

Dr. dr. Thomas Eko Purwata, SpS-K, FAAN

52.2. Lfe

Cycle Approach Toward Prevention of Dementia andHealthyAging...

.

...-.

. . . .

24

Dr. dr. Yuda Turana, SPS-K

Symposium III: Various Aspects of Obesity

53.1.

Modifoingof Lifestyle for Obesity and Anti-Aging ..

.

28

Proi Dr. dr. Alex Pangkahila, M.Med. Sc, SpAnd

(3)

S3.2.

Dctcction and Treatment of Hormone Related

Obesity

31 Prof. Dr. dr. A A G Budhiarta, SpPD-KEMD

S3.3.

Healthy Diet for 0besity. ..._... 43 Dr. dr. Fiastuti Witjaksono, MKM. MS, SpCKIK)

Symposium

IV:

Total insight of Testosterone

54.2.

Testosterone Defficiency: Problems and

Management

45 Prol Dr. dr. Wimpie Pangkahila, SpAnd

Symposium V:

The New Paradigm in Aesthetic and Anti Aging : Skingenomic and Nutrigenomic

S5.1.

How to 0ptimize Weight Management Programme

$'ith

N utrigen om ic

Test?..

52

Dr. Cindiawaty Pudjiadi MARS, MS, SpGK

S5.2.

The Application ofSkingenomic in Medical

Practices

54 Dr. dr. A A G P Wiraguna, SpKK-K

Symposium

VI:

Phyto Hormone and Anti Oxidant

S6.1.

Phytoestrogen for Perimenopause and

Menopause...

57 Prol Dr. dr, Wimpie Pangkahila, SpAnd

S6.2.

Antioxidant for Cardiovascular & Metabolic

Diseases

61 Prof. Dr. dr. AA G Budhiarta, SpPD-KEMD

Symposium VII: Healthy Food

S7.'1..

Supplement:WhoNeedIt?...

73 Dr. dr. Gde Indraguna Pinatih, MSc, SpGK

Symposium VIII: Prevention ofAging Process in Various

S8.1.

Protecting Liver to Prevent Aging Process ... 79

Prol Dr. dr. Dewa llyoman Wibawa, SpPD-KGH

(4)

NASWAAM 2019 Symposium lll 2 | Various Aspccts of Obesity

DETECTION AND TREATMENT OF HORMONE RELATED OBESITY

Prof. Dr. dr. A.A.Gd. Budhiarta, SpPD-KEMD

P nsat Stttdi Anti- Ag i ng M ed ic i n e Fakultas Kedol<teran Universitas Udayana

Pendahuluan

Obesitas berhubungan dengan berbagai kelainan pada sistim endokrin seperti kelainan kadar hormon

di

dalam darah, yang diakibatkan

oleh

perubahan

pola

sekresinya, metabolismcnya, penrbahan transport hormon dan kerja dari hormone pada jaringan targete. Penemuan terpenting adalah ditemukannya

leptin

yang merupakan produk dari gen ob membuktikan peran dari jaringan 3diposa sebagai jaringan endokrin dan mampu berinteraksi dengan sistim saraf pusat

dan

sistim organ lainnya melalui jaringan yang terintegrasi clan bertujuan

untuk

mengatur keseirrbangan dan simpanan energi 8

Tabel 1. Perr,rbahan hormonal pada obesitasl

Endocrine Gland Hormonal

Hyperinsulinemia Hyperletinemia Adiponectin decrease

Decrease in basal and slimLllated cH decrease response to prolactin stimuli Women: decr-ease SHBG. Increased free estl adiol and testostel-one Men: decrease SHBG.

(1J Endocrine pancreas [2) Adipose tissue

[3J Pituitary gland (4) Gonads

Decrease total and fl ee testostel-one [5) Adrena)

glands

Increase f] ee ul inary cortisol and

normalplasma cortisol

(6)Castrointestinalhormones

Chrelindecrease [7] Thyroid

gland

TSH and free T3 increase

(5)

Fungsi Endokrin Jaringan Adiposa

Prevcntion aod Proccss in All

Telah terbukti bahwa jaringan adipose disamping berperan sebagai tepat penyimpanan cadangan energi, juga berperan lebih luas seperti mengatur homeostasis metabolisme dan fisiologis dari tubuh, termasuk fungsi neuroendokrin dan sistim imun. Kelebihan jaringan lemak

di

daerah viseral berhubungan dengan resistensi insulin, diabetes, hipertensi, status protrombosis, proinflamasi, dan

penyakit kardiovaskuler. faringan adiposa mampu mengeluarkan berbagai

substansi

sebagai adipokin dan dapat berperan secara

endokrin, parakrin maupun autokrin.

Se.iak ditemukan leptin sebagai hormone yang dihasilkan jaringan

adiposa

pada tahun_

tahun berikutnya juga ditemukan adipokin lainnya

seperti

adiponektin, resistin, visfatin,

TNF-cI', interleukin_6, plasmin activator inhibitor-1 (pAI-11, transforming growth fador_p1 (TGF- {311, adipsin, angiotensinogen,

retinol

binding protein-4 (RBp_41,

macrophage

and

monocyt chemoottractont protein_1 (MCp-1), acylatiotr stimuloting

protein

(ASp),

vaspin

2,8. Lemak viseral peranannya

lebih besar

dibandingkan

lemak subkutan

untuk terjadinya resistensi insulin dan kelainan metabolik Iainnya karena

respon lipolisisnya terhadap katekolamine lebih

besar

dibandingkan lemak subkutan sehingga mampu melepaskan asam Iemak bebas dan adipokine proinflamasi lebih besarz

Obesitas, resistensi insulin dan

hiperinsulinemia

Obesitas terutama karena timbunan lemak

di

daerah.viseral berhubungan dengan sindroma metabolik. Obesitas viseral disertai dengan timbunan lemak diberbagai organ seperti otot dan hepar

dan

disebut sebagai

jaringan

lemak ektopik. Jaringan adiposa menghasilkan berbagai adipokin yang berperan terjadinya berbagai kelainan metabolik,

pada

obesitas

terjadi

peningkatan sekresi

(6)

NASWAAM 2019

adipokin kecuali adiponektin. Pada obesitas

terjadi

penurunan hadar adiponektin dan keadaan

ini

berbanding

terbalik

dengan resistensi insulin dan anti aterogenik Peningkatan IL-6 dan TNF-ct

merupakan sitokin pro int-lamasi dan berperan

terhadap

peningkatan resistensi

insulin dan

inflamasi

sistemik

Resistin

merupakan biomarker inflamasi dan merupakan mediator potensial untuk kelainan metabolik pada obesitas. Leptin merupakan hormon yang menekan nafsu makan dan bekerja secara sintemik'

Atherogenic

Elevated

Dvslipidemia

Blood Pressure

lt,,',;;;;c;'..t

I Excess

:

:.&

Pro- a obesity i

inf la

State

mmatorv

' - + I

thromobticstate

lns u lin Resistance &

HYPerglYcemia

Gambar 1. Hubungan antara ekses energi/obesitas dan faktor risiko dari sindroma metabolik a.

Angiotensinogen

yang

dikeluarkan

oleh jaringan

adiposa berperan terjadinya hipertensi sistemik pada obesitas PAl-1 yang dikeluarkan oleh jaringan adiposa merangsang status protrombosis a. Pada obesitas resistensi insulin yang terjadi akan menyebabkan gangguan terhadap ambilan glukosa diperifer dan

diikuti

dengau

respon

kompensasi

berupa

hiperinsulinemia

untuk

mencegah

terjadinya hiperglikemia. Yang karakteristik pada obesitas adalah

33

(7)

Pre|entioD and Mauagclncnt ol AgiDg Process in All Aspccts of Lif'c

timbunan lemak

di

daerah non adipose tissue dan meningkatnya sekresi adipokin proinflamasi yang dapat menimbulkan resistensi insulin. Sebaliknya

dari

berbagai

studi klinis

dan eksperimental

terbukti juga bahwa

hiperinsulinemia

dapat

mendahului dan memacu terjadinya obesitas 1a.

Obesitas dan Aksis Hipotalamus-Hipofi sa-Gonad.

Bukan hanya obesitas dapat menimbulkan kelainan hormone

seks tetapi banyak bukti

menunjukkan

bahwa kelainan

dari hormone seks dapat

pula

berperan

untuk

terjadinya berbagai fcnotipe dari obesitas. Yang menarik adalah hasil observasi yang menemukan bahwa pada

wanita

obesitas

sering

berhubungan dengan status hiperandrogen dan sebaliknya obesitas pada pria berhubungan dengan hipoandrogen, Faktor yang paling berperan terjadinya perubahan status androgen pada pria dan wanita adalah sex hormone binding globulin (SHBG) dan gonadotropina

Obesitas pada

pria

Testosterone merupakan hormone penting

berperan mengatur pemakaian energi dan berbagai jalur metabolisme sululer

termasuk retensi nitrogen dan pengaturan

lipogenesis.

Testosterone meningkatl<an dan mempertahankan masa otot dan

menurunkan masa lemak sehingga

dapat

mengatur komposisi tubuh. Sehingga defisiensi testosterone juga berperan terjadinya obesitasll

Pada

pria

obesitas berhubungan dengan rendahnya kadar testosterone

total

dan penurunan kadar SHBG. Penurunan kadar SHBG

pada obesitas

sebagian

dapat

menjelaskan penyebab penurunan

kadar

testosterone

total pada

obesitas. Meskipun

(8)

NASWAAM 2019

demikian peningkatan

indek

masa

tubuh [lMT)

sering disertai

dengan penurunan kadar free dan

bioavailable testosterone.

Penelitian pada

160

orang

pria

dengan obesitas membuktikan bahwa

lebih

dari 40o/o dengan IMT

>

40 kg/m2 disertai dengan

kadar testosterone bebas dibawah

nilai

normalT. Penelitian lain membuktikan bahwa kadar testosterone bebas tergantung dari derajat obesitas. Pria dengan IMT

>

35,1 kg/m2 akan mengalami

penurunan

kadar testosterone bebas. Secara fungsional terjadi menurunnya pulsasi amplituda

dan

kadar LH dan disertai dengan

efek negatif dari

peningkatan

kadar Ieptin terhadap

proscs steroidogenesis merupakan salah satu penyebab rendahnya kadar androgen pada pria dengan obesitas yang masifr. Terjadi hubungan terbalik antara kadar leptin dengan kadar hormone seks pada pria dewasa

dan terbukti

bahwa kadar

leptin

berhubungan dengan kadar testosteron

total dan

bebas, Dan

leptin terbukti

sebagai hormone prediktor dari menurunnya kadar testosteron pada pria dengan obesitas 1, Obesitas sendiri menghambat biosintesis dari testosterone. Kadar testosterone yang rendah akan meningkatkan timbunan lemak terutama

di

daerah viseral. Keadaan

ini

akan

menimbulkan terjadinya sindroma metabolik

dan

nleningkatkan

risiko

teriadinya diabetes melitus

tipe 2

(DMT2) dan penyakit kardiovaskuler. Pengobatan dengan testosterone akan menurunkan masa lemak disertai dengan peningkatan masa otot, menurunkan

resistensi insulin dan profil lemak

sebagai

risiko

penyakit

kardiovaskuler. Meskipun demikian pengobatan obesitas dengan testosterone pada pria dengan hipogonadal masih belum popular karena ditakuti akan meningkatkan risiko kanker prostatell.

Meskipun demikian hubungan antara obesitas, adipositokin

dan penurunan kadar testosterone tnerupakan

interaksi

patofisiologi yang komplek. Sebaliknya berbagai bukti menunjukkan

35

(9)

Prcvcltion apd Managemenl ofAging Proccss in All Aspects of Lit'e

bahwa kadar testosterone yang rendah dapat meningkatkan masa

lemak melalui

berbagai mekanisme. Testosterone merangsang maturasi stem sel pluripoten menjadi miosit sehingga pada keadaan defisiensi testosterone

akan

mempermudah

produksi

men.jadi adiposit e

Pada pria obesitas terjadi menurunkan fertilitas akibat dari berbagai kelainan

seperti

menurunnya konsentrasi dan jumlah

sperma,

pemanasan

lokal, menurunnya kadar

testosterone, disfungsi ereksi dan menurunnya libido6,13

Penurunan

berat

badan

baik

dengan

diit atau

melalui prosedur operasi

bariatrik

dapat meningkatkan kadar testosterone dan SHBG13. Peningkatan kadar testosterone juga dapat dicapai dengan pemberian testosterone secara eksogen. Studi menunjukkan bahwa terapi dengan testosterone akan memberikan keuntungan bukan saja penurunan masa lemak

tubuh

terutama lemak viseral tetapi iuga akan memperbaiki semua parameter

dari

sindroma

metabolik dengan menurunkan hyperlipidemia

dan hiperinsulinemia dan menurunkan resistensi insuline

Hipogonadisme

memiliki

hubungan

timbal balik

dengan resistensi insulin. Defisiensi androgen menyebabkan peningkatan

timbunan lemak viseral yang

merupakan

jaringan

endokrin

penghasil berbagai

sitokin

proinflamasi, menimbulkan disfungsi

endotel dan meningkatkan risiko penyakit

kardiovaskuler.

Disamping itu hiperinsulinemia yang ditimbulkan akan mengganggu fungsi sel Leydig dan mempengaruhi aksis hipotalamus-hiilofisa-

gonadal, menurunkan stimulasi sentral dan

selanjutnya menurunkan kadar testosterone. Disamping

itu

hiperinsulinemia akan menurunkan kadar SHBG dengan mempengaruhi fungsi hati7.

Berbagai penelitian membuktikan bahwa terapi

dengan

(10)

NASWAAM 2019

testosterone

dapat

menghambat

hubungan antara

defisiensi testosterone

dan

resistensi

insulin

dengan sindroma metabolik

tetapi masih diperlukan bukti-bukti klinis yang kuat

untuk memastikan penemuan

inils.

Pada penderita diabetes melitus tipe 2 (DMT2J dengan hipogonadal pemberian terapi penggantian dengan testosterone dapat menurunkan resistensi insulin, kadar glukosa darah,

kolesterol dan lemak viseral dan

secara keseluruhan menurunkan risiko penyakit kardiovaskuler s'

Gambar 2' Hipotesis hipogonadal-obesias- adipositokin

Ketemngan: Kisspeptin adalah hormone neuropeptide pada hipotalamus yang bekeila pada ieieptor c'protein untuk melepas gonadotopin releasing

hormone (GnRHl dan memacu sekresi LH, FSH dan testosterone r0'

(11)

PrelentioD and Managemcnt ofAging Process in All Aspccts of Lif'e

Obesitas pada wanita

Obesitas

pada wanita sering disertai

dengan gangguan keseimbangan steroid seks baik pada fase pre dan post menopause.

Wanita dengan obesitas viseral memilki kadar androgen lebih tinggi meskipun tidak dijumpai adanya gejala PCOS. Wanita

ini

memiliki

kadar

testosterone

total dan

bebas

lebih tinggi

dibandingkan dengan wanita dengan berat badan normal dan disertai kadar SHBG dan androstenedione lebih rendah 8.

Obesitas apada

wanita

berhubungan dengan peningkatan

kadar cstrogen melalui konversi

androgen

menjadi

estrogen terutama androstenedione melalui aromatase pada jaringan lemak.

Wanita obesitas juga mengalami penurunan kadar SHBG, sehingga menyebabkan peningkatan

kadar

testosterone bebas

di

dalam

sirkulasi.

Sebagai tambahan peningkatan

kadar insulin

pada obesitas

akan

memacu

produksi

androgen

pada stroma

dari ovarium. Perubahan dari hormone

ini

pada obesitas menimbulkan

distrupsi proses ovulasi normal dan

menimbulkan gangguan

menstruasi termasuk perdarahan menstruasi yang

ireguler, oligomenorhoea, amenorhoea

dan

perdarahan karena disfungsi uterus yang berat. Penelitian

lebih lanjut

membuktikan bahwa wanita dengan oligomenorhoea memiliki timbunan lemak viseral lebih besar, indek masa tubuh (lMT), kadar insulin dan resistensi insulin diabandingkan dengan wanita dengan pola menstruasi yang normal.

Studi lebih jauh

mendapatkan bahwa oligomenorhoea sangat berhubungan dengan lemak viserall2. Pada wanita obesitas terjadi pada berbagai kondisi yang mendahului timbulnya k'elainan

metabolik seperti prediabetes, diabetes dan

penyakit

kardiovaskuler, Kelainan ini berupa menarhe lebih awal, infertilitas dan polycystic (tvary syndrome IPCOS). Disamping

itu

wanita pada fase

akhir dari

kehidupan

reproduksinya

fungsi ovarium akan

(12)

NASWAAM 2019

menurun dan iuga akan mengalami dapat menimbulkan obesitas viseral berbagai kelainan metabolik.

obesitas, karena menoPause yang berhubungan dengan

,t LH ACTH

Hyp€rinsslinenio

Q Adiponectin

,! Leptin

Dyslipidemio C069uloiion di5orde.5 Type 2 diobeles lne1li1!,

t

\

\

Iniulin re5istonce

(l

metobo'ic Pothwoy)

t

I

1

I l

..

Aorenol dy5lunction Ovori6n dysfunction

4. Androgens

' -- lnflonmol,oa

>

ed,pok'n",

'

Cyiokines

ViScerol obesily

Gambar

3,

Hubungan antara resistensi insulin dengan PCOS dan sindroma metabolik z'

Karena

akibat dari obesitas

terjadinya gangguan siklus menstruasi dan fungsi reproduksi penderita harus dapat mencapai

dan

mempertahankan

berat

badan

normal

Dengan penurunan berat badan akan menyembuhkan disfungsi menstruasi Pengobatan dengan metformin juga bermanfaat pada wanita obesitas dengan sindroma metabolik. Tetapi terapi dengan metformin tidak secara

\/

\/---'

;.' ,"x!;::i:;.^

\ az/

(r1 n rogzn'c oothwaYs\

."n :..t1

\: '

II

(13)

rutin

dipergunakan terutama

bila

tanpa gejala terjadinya pCOS.

Diharapkan dengan penurunan berat badan akan mengembalikan

fungsi

menstruasi

secara regular melalui penurunan

fungsi

aromatase dari androgen menjadi estrogen pada

jaringan adiposa112.

Tet'api hormonal merupakan pengobatan non bedah yang penting

dan

bermanfaat untuk membuat siklus menstruasi yang

teratur pada kasus dengan menstruasi tidak regular

atau oligomenorhoe. Pengobatan

ini

termasuk mempergunakan pil kontrasepsi kombinasi,

pil

progesterone,

implant

progestogen subdermal dan progestogen releasing intrauterine devices 12.

PCOS merupakan kelainan endokrin yang sering diiumpai

pada wanita dengan obesitas dan ditandaj

dengan hiperandrogenisme, oligo-anovulasi

kronik dan sering

disertai komponen dari sindroma metabolik atau dengan ovarium polikistik

2,3.

Resistensi

insulin

dan hiperinsulinemia merupakan faktor

penting pada obesitas dan akan lebih

memperberat hiperandrogenisme. Timbunan

lemak viseral

memegang peran penting terjadinya resistensi insulin pada wanita obesitas dongan PCOS Penurunan berat badan akan'm emperbaiki kelainan hormone, kelainan metabolik

dan

gambaran

klinis dari

pCOS. Disamping program penurunan berat badan, perbaikan

klinis

dan endokrin

yang lebih besar dapat dicapai dengan pemberian

insulin_

sensitizing agents seperti metformin dan obat yang bekerja sebagai an t i-and rogen 2.

(14)

NASWAAM 2019

Tabel

1,

Main adipokines currently investigated and their possible role in PC0S 2

Lovc^ DilJ Dnro r C\DI'r Pi!)mdc\ tutrt rd Nnl! oi

Kepustakaan.

1.

Alarez-Castro P,,Sangiao-Alvarellos S, Brandon-Sanda I,Cordido F' 2011. Endocrine function in obesity. Endocrinol Nutr; 5B(8): 422- 432.

2.

Delitala AP., Capobianco G., Delitala G, Cherchi PL, Dessole G 2017.

Polycystic ovary syndrome,adipose tissue and metabolic syndrome

Arch

Gynecol Obstet. Published online

22

June

2017

Dol

10.1007/s00404-0 17 -4+29'2.

3.

Gambineri A., Pelusi C.,Vicennati V, Pagotto U and Pasquali 2002 Review. Obesity and the polcystic ovary syndrome. International fournal of ObesitY; 26: 883-896

4.

Grundy SM.

2016

Metabolic syndrome

update

Trends in Cardiovascular Medicine: 26:3 6 4'37 3

5,

Kapoor D., Coodwin E.,Channer KS and lones TH 2006 Clinical study Testosterone replacement therapy improves insulin resistance, glycaemic control, visceral adiposity and hypercholesterolemia in hypogonadal men

with

type

2

diabetes. European lournal of

Endocrinologyi I 54:899-906

41

(15)

llllilltlilililll|tiltiltil

9lr 7aso22 lr 9434i3 ll

Gambar

Tabel  1. Perr,rbahan  hormonal  pada  obesitasl
Gambar  1.  Hubungan  antara  ekses  energi/obesitas  dan  faktor risiko dari sindroma  metabolik  a.
Gambar  2'  Hipotesis  hipogonadal-obesias-  adipositokin
Gambar  3,  Hubungan  antara  resistensi  insulin  dengan  PCOS  dan sindroma  metabolik  z'
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari rata-rata laju pertumbuhan tanaman kedelai dengan perlakuan pemberian pupuk SP-36 (B0) menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap laju pertumbuhan tanaman

Melalui proses editing ini akan memberikan kesempatan pada pembuat program untuk memperbaiki kesalahan yang tidak dapat dielakkan pada saat shooting , dan dalam proses editing ini

Berdasarkan hasil dari wawancara, observasi dan dokumentasi, kegiatan – kegiatan yang ada dalam kegiatan ekstrakurikuler yaitu latihan rutin PMR, hiking, kemah junior

Jawaban: C v = 60 km/jam → t = 4 jam bahan bakar = 1 liter untuk10 km jika mobil tersebut berkecepatan 80 km/jm dan jarak yang ditempuh lebih dari 100 km, maka mobil tersebut

Hasil simulasi skenario 2 dapat dilihat pada Gambar 7, bahwa dengan upaya perluasan areal lahan dari produksi jagung nasional terlihat bahwa kebutuhan jagung selama periode simulasi

a. Jumlah Penerimaan Pembayaran PBB dari Wajib Pajak dan setoran uang hasil penerimaan Pembayaran PBB dari Wajib Pajak ke TP PBB dilampiri dengan DPH Lembar ke 1 dan

Ketahanan suatu varietas terhadap padi wereng cokelat berkorelasi dengan kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada tanaman.. Senyawa asam oksalat, tricin,

Kesulitan atau hambatan asas subsidiaritas pada praktik penegakan hukum pada UUPLH telah diperbaiki pada UUPPLH dengan mengubah asas subsidiaritas menjadi