LAPORAN PRODUKSI
3.1. Proses Kerja Produser
Menurut AnthonMabruari KN (2018:93) Tugas seorang produser adalah memimpin seluruh tim produksi sesuai tujuan yang ditetapkan bersama, baik dalam aspek kreatif maupun manajemen produksi, sesuain dengan tema dan topik yang telah disepakati olehNews Director.
Produser juga membuat proposal pencarian dana, membuat jadwal, dan menentukan kru inti serta menjalankan tugas harian lainnya. ( Anthon Mabruari KN, 2018:93).
Produser juga harus membuat breakdown pembiayaan dokumenter, perincian dibuat dari mulai pra-prduksi,produiksi hingga pasca produksi yakni dari pembiayaan riset hingga editing. ( Diki Umbara, 2017:48 ).
Jadi, dapat disimpulkan produser adalah orang yang bertugas memproduksi di siaran televisi. Dan dalam program dokumenter televisi “Setapak kaki urang Kanekes” ini merupakan sebuah program dokumenter dengan perencanaan yang cukup matang. Penulis mencoba merealisasikan keinginan sutradara dalam produksi drama televisi ini. Penulis mengatur keperluan yang dibutuhkan dalam merealisasikan keinginan tersebut dan menyesuaikan pengeluaran dengan anggaran yang dimiliki.
3.1.1. Pra Produksi
Menurut (Anthon Mabruri KN, 2017) Merancang atau mendesain produk adalah merumuskan/mentapkan bentuk produk yang akan dibuat atau dihasilkan sehingga apa yang akan diproduksi/dihasilkan sesuai dengan keinginan/rencana yang telah ditetapkan. fase praproduksi program “Setapak kaki urang Kanekes” produser bertanggung jawab merancang atau mendesain format acara televisi yang ingin dibuat dan juga harus menentukan narasumber. Selain itu produser juga harus membuat proposal program acara yang sistematis yaitu :
a. Menentukan konsep acara b. MembuatWorking Schedule c. MembuatBreakdown Budgeting d. MenentukanCrew
e. MenyusunRundownacara f. PembuatanShooting Schedule
Penulis membuatshooting schedule(jadwalshooting). Pembuatan shooting schedule (jadwal shooting) sangat perlu, dimana jadwal ini nantinya berfungsi sebagai pedoman kerja semua pihak yang terlibat dalam produksi.
g. Anggaran Biaya
Setelah membuat shooting schedule, barulah penulis membuat perincian biaya mulai dari produksi sampai pasca produksi. Berdasarkan
hasil rapat tim produksi, maka kami sepakat masing- masing orang dikenakan iuran sebesar Rp 3.000.000,- Untuk lebih jelas, anggaran biaya produksi terlampir.
h. Menentukan Lokasi dan Melengkapi Perijinan
Masalah izin lokasi tentu tidak dapat diabaikan begitu saja. Karena produksi tidak akan berjalan jika tidak mendapat ijin dari pengurus lokasi setempat untuk pengambilan gambar. Untuk itu, sebelum melakukan shooting, penulis bersama tim melakukan survey guna mengetahui transportasi yang akan digunakan, waktu untuk mencapai lokasi yang sekiranya dapat mempermudah dan meminimalisir kendala disaat produksi berlangsung.
i. Menentukan Narasumber
Adanya narasumber di program “Setapak kaki urang Kanekes” sangat penting guna melengkapi data-data dari liputan yang akan dibuat. Penulis menentukan narasumber kemudian penulis menghubungi narasumber untuk mendapatkan kesediaan narasumber untuk di wawancarai.
1. Pembentukan Tim Produksi
Dalam program “Setapak kaki urang Kanekes” tim inti berjumlah 4 orang:
b. Ryanda As’yari sebagai Sutradara c. Anis Nur Cahyani sebagai Penulis Nakah
d. Ryanda As’yari sebagai Cameraman
e. Hisyam Fadhila sebagai Editor
2. Rapat Kelompok
Setelah tim produksi “Setapak kaki urang Kanekes” terbentuk, selanjutnya, produser mengadakan rapat untuk menentukan format program televisi apa yang ingin dibuat.
3. Menentukan Format Program Acara Televisi
Setelah menentukan masing-masing jabatan, produser kemudian berdiskusi dengan tim lalu menentukan format program acara televisi apa yang ingin dibuat.
4. Menentukan Judul dan Tema Program
Produser dan tim bersama-sama menentukan judul dan tema apa yang akan kami buat.
3.1.2. Produksi
Menurut (Anthon Mabruari KN, 2018). Produser bertanggung jawab terhadap proses penciptaan dan pengembangan suatu program sesuai dengan tema yang telah ditentukan dan disepakati olehproduction manager, executive produser, ataupun darimanagementperusahaan.
Berdasarkan Opini diatas ,Sebelum produksi dimulai penulis harus mengecek kembali peralatan produksi yang lengkap seperti kamera, audio, dan lain-lain. Setelah pengecekan selesai baru penulis bisa memulai siaran. Selama proses produksi berjalan penulis mengarahkan dan mengamati kerja seluruh crew apakah sudah sesuai dengan konsep yang telah dibuat hingga proses produksi selesai.
a. Konsumsi
Sebelum proses produksi dimulai, penulis dan tim telah memutuskan untuk membeli makanan di tempat lokasishooting. b. Transportasi dan Akomodasi
Masalah tepat waktu sangat menentukan apakah target produksi dapat tercapai atau tidak. Demi menghindari keterlambatan dan untuk menghemat budgeting crew berangkat lebih pagi dan menggunakan transpotasi umum
c. MemeriksaSchedule
Pada saat produksi berjalan, tugas penulis juga memeriksa jadwal yang sudah ada pada shooting schedule. Apakah sudah berjalan sesuai jadwal atau keluar dari jadwal yang sudah ada.
d. BriefingProduksi dan Evaluasi Kerja Produksi
Briefing produksi, juga merupakan tahap yang penting agar produksi terlaksana sesuai dengan mekanisme dan prosedur kerja yang
adaptasi setiap crew yang tergabung dalam pelaksanaan produksi. Pemahaman cara kerja masing-masing wewenang dan batas kerjanya, sesuai instruksi Sutradara sebagai pemimpin produksi di lapangan, agar tidak tumpang tindih.
e. MengontrolBudgeting
Selama produksi berlangsung, keuangan sangat perlu untuk dikontrol. Setiap rupiah yang dikeluarkan, wajib dipertanggung jawabkan.
3.1.3. Pasca Produksi
Pada tahap terakhir ini penulis wajib mengadakan rapat (briefing) dengan seluruh crew dalam rangka melakukan evaluasi selama produksi. Setelah itu penulis bekerja sama denganeditordalam proses pengeditan.
Pada saat proses paska produksi ini produser harus memantau proses edit agar tidak keluar dari jalur konflik yang telah dibuat oleh penulis naskah dan persetujuan anggota. Produser juga dapat membantu aa bila terjadi suatu masalah terhadap proses editing. Tahap pasca produksi meliputi bebarapa bagian :
1. Memeriksa seluruh kematangan produksi
Dalam tahap ini seorang produser harys mengecek kembali proses produksi hingga tidak ada lagi masalah atau kekurangan di setiap tahapnya.
Seorang produser juga harus mengawasi jalannya sebuah produksi mulai dari pra produksi sampai dengan pasca produksi, agar team yang bekerja sesuai dengan konsep yang di sepakati.
3. Membukukan semua pengeluaran atau database selama produksi Pembukuan sangatlah penting dalam proses produksi untuk merinci seberapa besar pengeluaran dan mencatat secara detail kebutuhan – kebutuhan selama produksi hingga pasca produksi.
4. Menyerahkan hasil kepada institute terkait
Tahap terakhir adalah menyerahkan hasil kepada instansi terkait dengan kontrak atau perjanjian sesuai dengan konsep yang telah di sepakati bersama.
3.1.4. Peran dan Tanggung Jawab Produser
a. Mencari dan mendapatkan ide cerita untuk produksi.
Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau skenario film atau program televisi.
b. Menyusun rancangan produksi c. Menyusun rencana pemasaran
d. Mengupayakan anggaran dana untuk produksi
e. Mengawasi pelaksanaan produksi melalui laporan yang diterima dari semua departemen
f. Produser bertanggung jawab atas kontrak kerja secara hukum dengan berbagai pihak dalam produksi yang dikelola
g. Bertanggung jawab atas seluruh produksi
3.1.5. Proses Penciptaan Karya a. Proses Kreatif
Menurut Prof.J.E.Arnold dari stanford University dalam (Rusman Latief,2017) mendefinisikan proses kreatif “creative process” sebagai; proses mental di mana pengalaman masa lampau di kombinasikan kembali,sering dengan bentuk yang diubah dengan cara demikian rupa, sehingga dapat timbul pola-pola baru,bentuk-betuk baru yang lebih baik dapat memenuhi kebutuhan tertentu manusia.
Penulis membuat program dokumenter “Setapak kaki urang Kanekes”dengan tema " Biografi suku baduy dan dibagi 2 suku yaitu baduy luar dan baduy dalam dimana suku baduy cukup dikenal dengan suku tidak beradaptasi dengan dunia teknologi dan daerah yang tidak masuk listrik , sekarang banyak pemuda baduy yang menggunakan teknologi handphone. dengan pembawaan yang serius namun tetap santai agar mudah di mengerti oleh para penonton. Dalam penyajiannya terdapat juga wawancara dengan narasumber. Program ini berdurasi 14 menit, penulis membaginya dengan 3 segmen, yakni
Segmen 1 : Pengenalan keluarga Kang Sapri
Segmen 2 : Perjalanan dari kampung gazebo menuju Tangerang , CBD Ciledug
Segmen 3 : Pemuda baduy nonton bioskop b. Konsep Produksi
Penulis telah menentukan narasumber yang ingin diwawancarai dan penulis juga telah meminta surat perijinan selama proses produksi dengan pengurus dari setiap lokasi yang telah ditentukan. Penulis mengarahkan dan mengamati kerja seluruhcrewdilapangan selama proses produksi berlangsung hingga selesai. Dan juga penulis bekerja sama dengan editor dan seluruhcrewdalam proses pengeditan.
c. Konsep Teknis
Dalam program “Setapak kaki urang Kanekes” menggunakan kamera Sony VG 30 dan VG 10, alasan menggunakan kamera tersebut karena sebelumnya sudah pernah pakai kamera tersebut dan juga kamera tersebut ringan jadi lebih praktis dan mudah untuk digunakan. Untuk mendukung proses produksi alat-alat yang dibutuhkan lainnya yaitu 1clip on, 1 tripod,1 monopod,6 buah baterai, 1 , 1 laptop, 1 komputer , 1 Drone , 2 led portable, 1 Stablizier, 1 slider 100cm.
3.1.6. Kendala dan Solusi a. Kendala
Kendala pada saat produksi yaitu talent tidak bisa datang kejakarta dikarenakan ada acara gotong royong dan wajib hukum nya jika status nya sudah menikah .
b. Solusi
Solusi yang dilakukan untuk mengatasi itu semua yaitu, dengan menggantikan talent kami sebelum nya dengan 3 pemuda yang status nya belom menikah Dan masalah budgeting kami diskusikan dengan seluruh crewakhirnya tercapai kesepakatan yakni masing-masingcrewmembayar anggaran sebesar Rp 375.000,-.
3.1.7. Lembar Kerja Produser 1. Deskripsi Program 2. Working Schedule 3. Breakdown Budgeting 4. Shooting Schedule
3.1.7.a DESKRIPSI PROGRAM
Kategori Program : Informasi dan hiburan
Media : Televisi
Durasi Program : 15 Menit 26 detik Target Audience
- Usia : 18 tahun
- Jenis Kelamin : Pria dan Wanita
- Stasus Ekonomi : Menengah
Karakteristik produksi : Record (Multi Camera) Jam tayang : Sabtu, jam 16.00 - 16.15 WIB
Alasan Jam Tayang
Kami menempatkan pada waktu tersebut karena, pada saat itu hampir semua orang sedang bersantai sambil menonton televisi.
No Item Unit Rate (Rp) Amount Notes PRA PRODUKSI 1 Transport dan akomodasi Rp
2.904.000,-Dua juta sembilan ratus empat ribu rupiah
hunting lokasi & riset
2 Konsumsi Rp 400.000,- Empat ratus ribu
rupiah
3 Print & Fotocopy Rp 30.000,- Tiga puluh ribu rupiah
Total Rp
3.334.000-Tiga juta tiga ratus tiga puluh empat ribu rupiah
PRODUKSI
4 Sony VG 30 1 Rp
1.750.000,-Satu juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah
Sewa
5 Sony VG 10 1 Milik
Sendiri
6 Konsumsi Rp 567.000,- Lima ratus enam
3.1.7.b. BREAKDOWN BUDGETING
Production Company : BSI Project Title :“Setapak Kaki urang Kanekes”
Producer : Daniel Octavian Duration : 15 minutes
puluh tujuh ribu rupiah
7 Filter Nano IR
ND64 1.8 / 6 stops + Holder Kit
Rp.500.000,- Lima ratus ribu rupiah
Sewa
8 Narasumber Pemuda Baduy
Rp 3.000.000 Tiga juta rupiah 3 orang
9 Shutter Release Rp 125.000,- Seratus dua puluh lima ribu rupiah
Sewa
10 Clip On 1 - - Milik
Sendiri
11 Monopod 1 - - Milik
Sendiri 12 LED APUTURE 2 Rp 250.000,- Dua ratus lima puluh
ribu rupiah
Sewa
13 Sigma (A) 50mm f/1.4 DG HSM
4 Rp 625.000.- Enam ratus dua puluh lima ribu rupiah
Sewa
Total Rp
6.817.000,-Satu juta tujuh ratus lima puluh tujuh ribu rupiah
PASCA PRODUKSI
21 Print + Foto Copy Rp 300.000 Tiga ratus ribu
22 Poster 1 Rp. 4500,- Empat ribu lima
ratus rupiah
23 Cover CD + Label 2 Rp 20.000,- Dua puluh ribu rupiah
24 Casing DVD
Plastik
2 Rp 5.000,- Lima ribu rupiah
25 DVD R 2 Rp 16.000,- Enam belas ribu
rupiah Total
Keseluruhan
Rp
345.500,-Tiga ratus empat puluh lima ribu lima ratus rupiah
No .
Aktifitas
Target Per minggu
April Mei Juni Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Menyusun Tim Inti
2.
Menentukan Tema/Ide Program
3. Bimbingan Tugas Akhir
4. Membuat Sinopsis dan Treatment
3.1.7.c.WORKING SCHEDULE
Production Company : BSI Project Title :”Setapak Kaki urang
Kanakes”
Produser : Daniel Octavian Duration : 15 menit
5. Riset
6. Desain Produksi
7.
Membuat Director Treatment dan Shotlist
8. Memeriksa Kesiapan untuk Produksi 9. SHOOTING 10. Editing Review Pengumpulan
No Hari & Tanggal Waktu Pelaksanaan Kegiatan 1
Selasa, 02 Juli 2019
08:00-12:00 Perjalanan tim menuju Ciboleger
2 12:00-16:00 Pengambilan gambar terminal
Ciboleger sampai desa Kanekes
3 16:00-17:30 Pengambilan gambar pengenalan
keluarga Kang sapri
4 17:30 18:00 Pengambilan gambar pemukiman
rumah baduy
5 18:00 – 19:00 Break Shooting
6 19:00 – 20:00 Pengambilan gambar suasana
malam rumah baduy
7 20:00 Produksi selesai
No Hari & Tanggal Waktu Pelaksanaan
Kegiatan
1
Rabu,03 Juli
08:00-11:30 Pengambilan gambar pemuda baduy jalan kaki desa kanekes 3.1.7.d. SHOOTING SCHEDULE
Production Company : BSI Project Title :“SETAPAKURANG KANEKES” Producer : Daniel Octavian Duration : 15 Minutes Tabel III.3
2019 menuju ciboleger
2 11:30-15:30 Pengambilan gambar pemuda
baduy jalan kaki menuju ciminyak
3 15:30-19.30 Break Shooting (Menunggu
pemuda baduy jalan kaki dari ciminyak menuju jasinga)
4 19:30 – 21:00 Pengambilan gambar pemuda
baduy jalan kaki di jasinga
5 21:00-22:00 Pengambilan gambar pemuda
baduy menuju tempat istirahat
6 22:00 Produksi selesai
8 23:00 Pulang
No Hari & Tanggal Waktu Pelaksanaan
Kegiatan
1
Kamis,4 Juli 2019
11:00-11:00 Perjalanan tim menuju parung panjang
2 12:00-14:00 Pengambilan gambar pemuda
baduy berjalan di parung panjang
3 14:00-15:00 Break shooting
4 15:00- 17:30 Pengambilan gambar pemuda
baduy berjalan di stasiun parung
kereta
6 18:00-20:00 Break shooting (Menunggu pemuda
baduy sampai di alam sutra)
8 20:00-21:00 Perjalanan menuju alam sutra
9 21:00-22:00 Pengambilan gambar pemuda
baduy berjalan di alam sutra
10 22:00-22:30 Pengambilan gambar Pemuda
baduy istirahat di hotel sion
11 22:30-23:00 Pengambilan gambar timelapse
alam sutra
12 23:00 Produksi selesai
No Hari & Tanggal Waktu Pelaksanaan
Kegiatan
1
Jumat,5 Juli 2019
10:00-13:00 Perjalanan Pemuda baduy menuju sudimara
2 13:00-14:00 Pengambilan gambar pemuda
baduy di sudimara
3 14:00-15:00 Break Shooting
4 17:00-18:30 Pengambilan gambar pemuda
baduy berjalan menjuju bioskop
baduy memasukin area mall
6 19:00-20:00 Pengambilan gambar pemuda
baduy memesan tiket bioskop
8 20:00-20:30 Pengambilan gambar pemuda
baduy masuk bioskop
9 20:30-21.30 Break Shooting
10 21:30-22:00 Pengambilan gambar keluar dari
bioskop
11 23:00 Produksi selesai
3.2. PROSES KERJA SUTRADARA
Sarwo Nugroho, S.Kom, M.Kom (2014:203) Dalam rekaman (audio, video, TV, film), seorang sutradara merupakan pimpinan tertinggi yang boleh juga disebut
komandan. Tentu saja yang dimaksud disini bukan menjadikan sutradara sebagai seorang ditaktor, tetapi seseorang yang bertanggung jawab penuh dalam proses produksi.
Pada intinya, hasil akhir karya televisi adalah kesimpulan dari tiga tingkat, yaitu pra produksi, produksi, dan pasca produksi. Ketiganya menyatu, tidak boleh terlewatkan. Apabila salah satu tingkat pengerjaan produksi ini hilang atau belum selesai, tugas sang sutradara belumlah tuntas. Pertanggung jawaban pun belum selesai.
Sementara menurut (Anton Mabruri KN, 2018:149) menjelaskan pula bahwa “Director atau Sutradara bertugas memvisualkan bahasa naskah ke dalam bahasa visual. Pencapaian bahasa visual itu bukan pada saat produksi saja, tetapi ia juga harus mampu memvisualkan hingga pasca produksi/editing (Post Production).
Penulis sebagai sutradara, sutradara yaitu sebagai tolak ukur sebuah keberhasilan tayangan program audio visual tersebut dapat dikemas secara menarik dan enak ditonton, baik dari segi teknis dalam produksi single atau multi kamera, sinematografi dan isi pesan yang disampaikan.
3.2.1. Pra Produksi
a. Penentuan format program
Sutradara bersama dengan Produser dan seluruh tim melakukan rapat dalam menentukan format program yang akan diambil. Dan setelah melakukan diskusi, dan mempertimbangkan dari segi kemampuan,budget serta program kesukaan masyarakat sekarang ini, maka akhirnya ditentukan format program yang akan diambil yaitu program dokumenter. b. Penentuan konsep
Produser dan Penulis Naskah menentukan konsep yang akan diangkat dalam program dokumenter tersebut. Dan dalam hal ini, akhirnya ditentukan konsep yang akan diangkat adalah tentang kearifan lokal suku baduy dan biografi suku baduy yang berada di Desa Kanekes, Banten. c. Pengumpulan data
Setelah didapat konsep yang matang, yakni mengangkat tentang kearifan lokal dan biografi suku baduy, sutradara mulai melakukan tekhnik pengumpulan data yang akan digunakan dan sebagai acuan saat produksi nanti.
d. Huntinglokasi
Sutradara bersama dengan Produser, Penulis naskah, Kameramen dan Editor melakukan hunting lokasi di kawasan suku baduy guna sebagai acuan dalam pengambilan gambar pada saat produksi nantinya.
e. Pembuatan directortreatment
Setelah mendapatkan gambaran yang cukup tentang lokasi dan konsep, Sutradara membuat director treatment, guna menentukan alur program dan rubrik yang akan diangkat tiap segmentnya.
f. Melakukan diskusi dengan tim sebelum produksi
Sutradara melakukan diskusi/evaluasi bersama dengan seluruh tim produksi untuk persiapan shooting yang menyangkut teknis penyutradaraan dan juga artistiknya.
Diki Umbara (2017:50) Sutradara juga mengarahkan kru yang terlibat, memberikan arahan pada penata kamera dalam menentukan angle atau sudut pengambilan gambar. Demikian juga dengan komposisi gambar serta pergerakn kamera. Alangkah baiknya memang sutradara berdiskusi terlebih dahulu dengan penata kamera sebelum melakukan pengambilan gambar, namun jika diperlukan di lapangan atau saat pengambilan gambar berlangsung sutradara juga bisa mengarahkannya.
Pada proses produksi program televisi “Setapak Kaki Urang Kanekes” Penulis sebagai Sutradara memiliki peran yang sangat penting. Hal-hal yang dilakukan oleh Sutradara pada saat produksi adalah sebagai berikut:
a. Sutradara melakukan briefing sebelum dimulainya produksi. Hal ini dilakukan untuk merefreshingatan seluruh tim produksi tentang konsep dan penjelasan teknis yang akan dilakukan pada saat produksi.
b. Memberikan arahan kepada kameraman mengenai shot-shot gambar yang sebaiknya diambil.
c. Sutradara mengambil keputusan yang cepat dan tepat dalam wilayah kreatif apabila ada persoalan di lapangan.
d. Melihat hasilrush copyhasilshootinghari pertama.
3.2.3 Pasca Produksi
Setelah tahapan pra dan produksi telah selesai dilaksanakan, maka tahap berikutnya yang harus dilakukan adalah tahapan pasca produksi. Pada tahapan pasca produksi ini, sutradara terlibat langsung dalam proses editing (offline dan
online), dimana sutradara berhak untuk menemani editor terutama dalam memberikan arahan terhadap shot-shot yang telah ada. Sutradaralah yang menuntun agar kerja editor tidak keluar dari skenario, dalam artian jangan sampai kerja editor dari segi aspek visualisasi berhasil, namun gagal pada aspek picturisasi (penceritaaan dalam rangkaian gambar) jadi inti pengarahan dari sutradara terhadap editor dalam tahap ini adalah menegakkan kembali kaidah picturisasidari sebuah film.
Disamping itu dalam tahapan ini peran sutradara hanya sebatas memberikan arahan dan mengawasi kerja editor, namun proses editing sepenuhnya berada di tangan editor dan dalam hal ini, juga diperlukan kerjasama ataupun diskusi (sutradara, penulis naskah, produser dan editor) dengan tujuan mendapatkan kesamaan pendapat dalam menciptakan struktur alur cerita yang diinginkan dari skenario yang ada, karena editor adalah sutradara kedua dalam pasca produksi.
Melalui proses editing ini akan memberikan kesempatan pada pembuat program untuk memperbaiki kesalahan yang tidak dapat dielakkan pada saatshooting, dan dalam proseseditingini pula kita dapat membuat bentuk-bentuk baru dari bahan dan materi yang sudah tersedia, seperti pemotongan gambar, penambahan efek, backsound, penaikkan atau penurunan warna gambar danaudio, sampaicleardan cleanhingga pembuatancredit title.
3.2.4. Peran dan Tanggung Jawab Sutradara
broadcastan elemen kreatif lainnya dari sebuah produksi program acara televisi tentunya atas kesepakatan produser sebagai penanggung jawab produksi dan penulis naskah sebagai penanggung jawab ide.
3.2.5. Proses penciptaan karya a. Konsep kreatif
Dalam konsep kreatif ini penulis menyarankan kepada seorang penulis naskah agar mengikuti alur rutinitas para subyek atau tokoh-tokoh dan menekankan pokok permasalahan dalam cerita ini, serta memberikan Nilai kehidupan agar dokumenter ini menarik untuk disajikan kepada masyarakat. Pada Program Dokumenter televisi “Setapak Kaki Urang Kanekes” program televisi yang membahas tentang Kearifan lokal Suku Baduy dan Biografi Suku Baduy yang ada di Desa Kanekes, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Program ini terdiri dari tiga segment yang akan memberikan pembahasan yang berbeda pada tiap segment nya, namun pada episode kali ini akan membahas tentang Kearifan lokal Suku Baduy dan Biografi Suku Baduy yang pergi ke Kota untuk tujuan ekonomi dan mencari hiburan.
Pada segment pertama akan membahas pada kearifan lokal suku baduy di desa kanekes, banten dan ruang lingkup di desa kanekes. Disini terdapat pula suasana aktifitas para warga suku baduy dan suasana acara adat seba yang dilaksanakan setiap tahun sekali di Alun-alun Rangkas Bitung dan terdapat pula wawancara Ibu Gede atau Bupati Kabupaten
Lebak (Ibu Hj. Iti Octavia Jayabaya, SE, MM).
Pada segment kedua akan lebih mengenalkan tiga tokoh utama yang akan pergi ke Kota Tangerang untuk tujuan ekonomi dan mencari hiburan. Ada juga statement apa yang mereka lakukan sebelum berangkat sampai selama perjalanan ke kota dan perjalanan mereka dari desa kanekes ke Kota Tangerang berjalanan kaki selama 3 hari 2 malam.
Pada segment ketiga kita lebih membahas pokok permasalahan ketiga tokoh suku baduy yang berjalanan kaki dari Desa Kanekes ke Kota Tangerang selama 3 hari 2 malam. Mereka bertujuan ke kota untuk berjualan madu beserta assesoris kerajinan tangan khas baduy dan mereka akan nonton bioskop di XXI Cbd Ciledug.
b. Konsep Produksi
(Anton Mabruri KN, 2018:175) pada program TV dokumenter dan/ atau feature konflik sudah tersedia, tinggal bagaimana kita menggarap atau mengarahkan konflik tersebut menjadi menarik dengan melihat aspek dramatiknya.
Saat produksi penulis mengikuti alur rutinitas yang dialami subyek, dan menginstrusikan kepada penata kamera untuk mengambil moment-moment dan element yang subyek alami di lapangan, dan melakukan wawancara agar lebih mendapatkan informasi dari subyek tentang permasalahan yang dialami.
Pada produksi dokumenter ini penulis menyarankan kepada produser agar penata kamera menggunakan camera SONY NEX VG30, alasannya agar gambar yang dihasilkan bagus dan natural. Pengambilan gambar pun sesuai dengan tema yang ada, tidak berlebihan agar saat proses editing tepat sesuai dengan tema. Adapula menggunakan clip on agar memudahkan saat melakukan wawancara dan safety dari suara atmosfir sekitar di tempat wawancara.
Serta menyarankan editor agar memakai Adobe Premiere Pro Creative Cloud 2018 menggunakan transisi dan tidak banyak menggunakan efek-efek yang terlalu banyak agar menampilkan gambar yang lebih natural
3.2.6. Kendala Produksi (solusi produksi)
Pada saat Produksi, kendalanya keterbatasan komunikasi bahasa yang tidak bisa mereka mengerti dengan apa yang kita sampaikan.
solusinya, penulis mencari pemandu wisata (tour guide) wisata suku baduy untuk menjelaskan apa yang penulis inginkan dan sampaikan.
3.2.7. Lembar Kerja Sutradara
a. TREATMENT PROGRAM DOKUMENTER
Production Company : Universitas BSI Produser :Daniel Oktavian Project Title : “Setapak Kaki Urang Director : Ryanda Asy’ari
Time Broadcast : 16.00 – 16.15 WIB Penulis Naskah: Anis Nur. C
Establish patung suku baduy di Terminal Ciboleger SEGMENT I
Suasana selamat datang di baduy tampak depan Suasana ruang lingkup kampung gajebo
Pekerjaan masyarakat suku baduy Suasana sungai di kampung gajebo Suasana pengunjung di kampung gajebo Rumah khas suku baduy
Establish Suasana kampung di baduy Prosesi acara seba
Wawancara bupati kabupaten lebak
Hasil pertanian masyarakat baduy pada acara seba Establish Gapura museum negeri banten
Establish Suasana halaman museum negeri banten
Establish Suasana gubernur menghadiri acara seba hari ke dua
Suasana masyarakat baduy menghadiri acara seba di museum negeri banten Establish Suasana kampung di baduy
SEGMENT II
Kaki orang baduy tanpa alas kaki Suasana pekerjaan keluarga kang sapri
Kang sapri memakai ikat kepala khas baduy dalam Kang sapri bersama anak-anaknya sedang berjalan Suasana pekerjaan masyarakat baduy
Kartu tanda penduduk kang sapri dan surat keterangan dari desa Suasana tempat lumbung padi
Ketiga anak kang sapri menuju rumah untuk pamit dengan orang tua sebelum berangkat ke kota
Ketiga anak kang sapri membeli madu dan kerajinan tangan untuk dijual di kota Suasana Ketiga anak kang sapri berangkat ke kota berjalan kaki
Suasana ketiga anak kang sapri menyebrangi sungai di ciminyak Timelapse matahari terbenam
Ketiga anak kang sapri beristirahat di tempat temannya di desa sajira Establish suasana lalu lintas rel kereta parung panjang siang hari SEGMENT III
Ketiga anak kang sapri berjalan di rel kereta parung panjang
Ketiga anak kang sapri menjual madu dan kerajinan tangan khas baduy Suasana alam sutera malam hari
Ketiga anak kang sapri tiba di kawasan sumarecon mall serpong malam hari Establish suasana tempat makan geprek bensu
Ketiga anak kang sapri memesan makanan dan makan suasana cbd mall ciledug
No.
Visual
Video
Shot Shot Size Moving Angel
SEGMENT I
1. 1 Establish Zoom Out Eye
level
Opening Patung Suku Baduy di terminal Ciboleger
2. 2 Establish Tilt down Eye
level
Suasana selamat datang di baduy tampak depan Ketiga anak kang sapri memasuki kawasan cbd mall ciledug
Ketiga anak kang sapri membeli tiket bioskop Suasana xxi di cbd mall ciledug
Ketiga anak kang sapri memasuki teater Suasana di dalam teater
Ketiga anak kang sapri menonton film spiderman
Setelah film selesai, ketiga anak kang sapri keluar dari teater Camera Report
Production Company : Universitas BSI Project Title : Setapak Kaki Urang Kanekes
Durasi : 15:26 Menit Director : Ryanda Asy’ari
Produser : Daniel Octavian Kameraman : Ryanda Asy’ari Table III.4
3. 3 medium long shot. medium close up Tilt down, Still, panning Eye level Suasana ruang lingkup kampung gajebo 4. 4 Medium close up,medium shot Still Eye level Pekerjaan masyarakat suku baduy 5. 5 Establish,medium shot
Still, panning Eye level
Suasana para pekerja masyarakat baduy
6. 6 Medium long shot Still Eye
level
Suasana sungai di kampung gajebo
7. 7 Medium long shot Still Eye
level
Suasana
pengunjung di kampung gajebo 8. 8 Long shot Panning, still Eye
level
Rumah khas suku baduy
9. 9 Establish Follow, tilt up Bird eye view
Suasana kampung di baduy
10. 10 Medium close up, close up, full shot
Still, panning, follow Eye level, high angle
11. 11 close up Still Eye level
Wawancara bupati kabupaten lebak 12. 12 Medium close up panning Eye
level
Hasil pertanian masyarakat baduy pada acara seba
13. 13 Establish Tilt down Eye
level
Gapura museum negeri banten
14. 14 Establish follow Bird
eye view
Suasana halaman museum negeri banten
15. 15 Medium long shot Still Eye level
Suasana gubernur menghadiri acara seba hari ke dua
16. 16 Full shot still High
angle Suasana masyarakat baduy menghadiri acara seba di museum negeri banten SEGMENT II
17. 17 Establish follow Bird
eye view
Suasana kampung di baduy
Level tanpa alas kaki
19. 19 Long shot Still Eye
Level
Suasana pekerjaan keluarga kang sapri 20. 20 Medium long shot still Eye
Level
Kang sapri
memakai ikat kepala khas baduy dalam
21. 21 Long shot Still, panning Eye level
Kang sapri bersama anak-anaknya sedang berjalan 22. 22 Long shot, Establish, medium close up Still Eye level Suasana pekerjaan masyarakat baduy
23. 23 Close up still Eye
level
Kartu tanda
penduduk kang sapri dan surat keterangan dari desa
24. 24 Medium close up Tilt down, panning
Eye Level
Suasana tempat lumbung padi 25. 25 Full shot, medium
long shot
Still Eye
Level
Ketiga anak kang sapri menuju rumah untuk pamit
dengan orang tua sebelum berangkat ke kota
26. 26 Medium long shot Panning, still Eye Level
Ketiga anak kang sapri membeli madu dan kerajinan tangan untuk dijual di kota
27. 27 Full shot, close up, very long shot
Still, panning, zoom in Eye Level Suasana Ketiga anak kang sapri berangkat ke kota berjalan kaki 28. 28 medium long shot, medium close up Still Eye Level Suasana ketiga anak kang sapri menyebrangi sungai di ciminyak
29. 29 Establish still Eye
level Timelapse matahari terbenam 30. 30 Long shot, medium long shot, close up
Still, panning Eye level
Ketiga anak kang sapri beristirahat di tempat temannya di desa sajira
SEGMENT III
31. 31 Establish Still,Panning Eye Level
Suasana lalu lintas rel kereta parung panjang siang hari
32. 32 Long shot Medium long shot, close up still Eye Level, low angle
Ketiga anak kang sapri berjalan di rel kereta parung panjang
33. 33 Full shot medium shot
Still Eye
Level
Ketiga anak kang sapri menjual madu dan kerajinan tangan khas baduy
34. 34 Establish still Eye
Level
Suasana alam sutera malam hari 35. 35 Medium close up,
medium long shot Long shot
Still, follow Eye Level
Ketiga anak kang sapri tiba di kawasan
sumarecon mall serpong malam hari
36. 36 Establish Still Eye
Level
Suasana tempat makan geprek bensu
Level sapri memesan
makanan dan
makan
38. 38 Establish Tilt down Eye
Level
suasana cbd mall ciledug
39. 39 long shot Sill, panning Eye Level
Ketiga anak kang sapri menyebrangi jalan
40. 40 Long shot,
medium long shot
still Eye
level
Ketiga anak kang sapri memasuki kawasan cbd mall ciledug 41. 41 Medium long shot, medium close up still Eye level
Ketiga anak kang sapri membeli tiket bioskop
42. 42 Medium close up, close up
Still Eye
level
Suasana xxi di cbd mall ciledug
43. 43 Medium close up, close up
Still Eye
level
Ketiga anak kang sapri memasuki teater
44. 44 Long shot Still Eye
level
Suasana di dalam teater
level sapri menonton film spiderman 46. 46 Medium long shot Still Eye
level
Setelah film selesai, ketiga anak kang sapri keluar dari teater
No. VIDEO AUDIO 1. Establish patung suku baduy di
terminal ciboleger
Backsound
2. Suasana selamat datang di baduy tampak depan
Suku baduy terletak di desa kanekes kecamatan leuwidamar/ kabupaten lebak/ provinsi banten//
3. Suasana ruang lingkup kampung gajebo
Desa kanekes terdiri dari 69 kampung di baduy luar/ dan 3 kampung di baduy dalam//
4. Pekerjaan masyarakat suku baduy Suku Baduy terbagi menjadi dua/ baduy dalam dan baduy luar// Jarak dari baduy luar ke baduy dalam sekitar 8 kilo meter// perbedaan paling mendasar dari kedua suku baduy ini adalah dalam menjalankan pitukuh atau aturan adat istiadat pelaksanaannya// Jika baduy dalam masih memegang teguh adat dan menjalankan aturan Outline Program Dokumenter
Production Company : Universitas BSI Produser : Daniel Octavian. S Project Title : “Setapak Kaki Director : Ryanda Asy’ari
Urang Kanekes”
Durasi : 15:26 Menit Penulis Naskah: Anis Nur Cahyani Tabel III.5
adat dengan baik/ tidak sebaliknya dengan saudaranya suku baduy luar//
5. Suasana sungai di kampung gajebo Perbedaan lainnya terlihat dari cara berpakaian yang dikenakan// Pakaian adat atau baju keseharian baduy dalam tersirat dalam balutan warna putih// Warna putih melambangkan kesucian dan budaya yang tidak terpengaruh dari luar// Beda dengan budaya baduy luar yang menggunakan baju serba hitam atau biru tua saat melakukan aktivitas kesehariannya//
6. Suasana pengunjung di kampung gajebo
orang luar boleh datang ke baduy dalam/ tapi tidak boleh berfoto-foto// Kalau di baduy luar bersifat lebih terbuka/ penampilannya juga sudah seperti orang kota//
7. Rumah khas suku baduy Meskipun begitu/ tetap ada aturan adat yang tidak boleh mereka langgar misalnya bangunan rumah masih bangunan panggung dan menghadap selatan/ Karena kenapa/
karena kiblat mereka menghadap ke selatan// Sebagai tanda kepatuhan atau pengakuan kepada penguasa// masyarakat Baduy secara rutin melaksanakan Seba ke Kesultanan Banten//
8. Establish Suasana kampung di baduy
Wilayah adat baduy 1500 Hektar/ yang bagian besar berupa hutan dan ladang// secara historis/ sejatinya mereka lebih tepat disebut urang kanekes// diperkirakan telah mendiami kawasan ini sejak abad ke 5 atau 100 tahun sebelum Nabi Muhammad//
9. Prosesi acara seba Prosesi acara seba suatu kewajiban yang harus dilaksanakan dan menjadikan ketetapan lembaga adat masyarakat baduy// Seba itu titipan adat yang harus dijalankan karena jika tidak dilaksanakan khawatir akan kualat//
10. Wawancara bupati kabupaten lebak Ya tentunya ini/ seba baduy ini adalah silaturahmi dan ritual setiap tahun yang dilaksanakan oleh masyarakat baduy kepada
pemerintah// Jadi/ karna saya bupatinya perempuan jatuhnya ibu gede yang dilanjutkan nanti besok ke gubernur// jadi/ ini adalah silaturahmi tahunan dari masyarakat baduy kepada pemerintah//
11. Hasil pertanian masyarakat baduy pada acara seba
Yang pertama adalah tadi itu/ karna rutinitas kebiasaan ritual yang dilaksanakan oleh masyarakat baduy setiap tahunnya dengan memberikan atau menyampaikan hasil pertaniannya dalam bentuk seba silaturahmi dan menyampaikan aspirasi yang mereka inginkan kepada pemerintah// Tujuannya adalah tadi disamping menjalin silaturahmi karna pembangunan ini tidak hanya pemerintah tapi juga ikut terlibat masyarakatnya// Jadi kalo tadi bahasanya ngeyek/ ngenak gitu ya jadi salah satunya itu// Jadi pemerintah tidak bisa bekerja sendiri tanpa di dukung masyarakatnya// salah satunya tadi itu/ jadi pembangunan itu ada
sinergitas antara pemerintah dan masyarakat//
12. Establish Gapura museum negeri banten
Backsound
13. Establish Suasana halaman museum negeri banten
Backsound
14. Establish Suasana gubernur menghadiri acara seba hari ke dua
Jangan sampai tambang-tambang emas masuk ke wilayah baduy ya/ punah nanti adat baduy itu// jadi sebagai gubernur saya wajib mempertahankan adat istiadat baduy
15. Establish kampung di baduy Keluarga sapri adalah warga baduy dalam
16. Kaki orang baduy tanpa alas kaki atau urang tangtu// 17. Suasana pekerjaan keluarga kang
sapri
namun/ gambar-gambar ini direkam diluar kampung mereka/ karena adat melarang dalam penggunaan listrik dan barang-barang elektronik//
18. Kang sapri memakai ikat kepala khas baduy dalam
Adapun hukum adat leluhur seperti Gunung tak boleh dihancurkan/ Lembah tak boleh dirusak/
sedang berjalan Pantangan tak boleh diubah/ 20. Suasana pekerjaan masyarakat
baduy
panjang tak boleh dipotong/ pendek tak boleh disambung/ yang bukan harus ditiadakan/ yang jangan harus dinafikan/ yang benar harus dibenarkan//
21. Kartu tanda penduduk kang sapri dan surat keterangan dari desa
saat berpergian mereka berbekal Kartu tanda pendududk atau surat keterangan dari desa//
22. Suasana tempat lumbung padi Jalan kaki jarak jauh bukan hal berat bagi urang kanekes// karena setiap hari/ mereka terbiasa jalan kaki berkilo-kilo meter dari rumah ke ladang dengan medan naik turun bukit//
23. Ketiga anak kang sapri menuju rumah untuk pamit dengan orang tua sebelum berangkat ke kota
Mereka masing-masing membawa perbekalan yang mereka masukkan ke dalam kain putih yang berfungsi sebagai tas// Berbeda dengan jalan kaki pada tradisi seba, yang merupakan bagian dari budaya// 24. Ketiga anak kang sapri membeli
madu dan kerajinan tangan untuk dijual di kota
Kang sapri berumur kurang lebih 51 tahun dan memiliki 8 anak// ketiga anaknya yang bernama Nasiin berumur 18 tahun/ Asep 19 tahun/
dan Jamidi 17 tahun akan pergi ke kota tangerang// mereka akan membawa barang dagangan berupa madu hutan dan kerajinan tangan khas baduy//
25. Suasana Ketiga anak kang sapri berangkat ke kota berjalan kaki
perjalanan mereka jalan kaki ke kota adalah untuk tujuan ekonomi dan mencari hiburan// Urang kanekes biasanya turun gunung ke daerah kota pada waktu selesai musim panen// tepatnya setelah bulan kawalu atau hari perayaan suku baduy/ karena pada masa itu cenderung tidak ada aktivitas warga ke ladang//
26. Suasana ketiga anak kang sapri menyebrangi sungai di ciminyak
Untuk menuju kota tangerang/ mereka harus melewati hutan/ sungai/ dan sawah//
27. Timelapse matahari terbenam Backsound 28. Ketiga anak kang sapri beristirahat
di tempat temannya di desa sajira
Setelah berjalan seharian/ saatnya mereka melepas lelah agar stamina kembali segar untuk melanjutkan perjalanan esok hari// biasanya kalau ke kota/ mereka beristirahat di tempat temannya//
29. Establish suasana lalu lintas rel kereta parung panjang siang hari
Hari ini adalah hari kedua perjalanan mereka dari baduy menuju kota tangerang/ setelah mereka menginap di desa sajira pada hari pertama//
30. Ketiga anak kang sapri berjalan di rel kereta parung panjang
Meski berasal dari daerah pedalaman/ ternyata mereka
benar-benar mematuhi
rambu-rambu lalu lintas// 31. Ketiga anak kang sapri menjual
madu dan kerajinan tangan khas baduy
Dari parung panjang/ mereka kembali melangkahkan kaki menapaki panas dan kerasnya jalanan aspal menuju kota tangerang//
32. Suasana alam sutera malam hari Malam hari mereka tiba di kawasan serpong kota tangerang/
33. Ketiga anak kang sapri tiba di kawasan sumarecon mall serpong malam hari
saat menyebrang mereka melewati jembatan penyebrangan yang ada di kawasan sumarecon mall serpong// 34. Establish suasana tempat makan
geprek bensu
Backsound
35. Ketiga anak kang sapri memesan makanan dan makan
Backsound
37. Ketiga anak kang sapri memasuki kawasan cbd mall ciledug
kaki-kaki urang kanekes telah menginjakkan kaki
38. Ketiga anak kang sapri membeli tiket bioskop
di salah satu XXI yang ada di kota tangerang// dengan baju lusuh dan kaki telanjang/ penampilan mereka begitu kontras dengan orang-orang di sekelilingnya//
39. Suasana xxi di cbd mall ciledug Saat ini mereka bukan pertama kalinya masuk mall// orang suku baduy sering menerima beragam reaksi dari orang-orang yang mereka jumpai di jalanan// ada yang melihat dengan tatapan aneh dan tak jarang pula di tolak sekuriti masuk ke suatu kawasan//
40. Ketiga anak kang sapri memasuki teater
Backsound
41. Suasana di dalam teater Backsound 42. Ketiga anak kang sapri menonton
film spiderman
Backsound
43. Setelah film selesai, ketiga anak kang sapri keluar dari teater
Orang-orang suku baduy atau urang kanekes ini bisa mengingatkan kita tentang arti kesederhanaan/ tentang belajar kepatuhan pada aturan dan tentang nilai-nilai perjuangan yang
bisa diraih dengan menjalankan apa yang kita yakini dengan sepenuh hati//
Konsep Sutradara
Judul :Setapak Kaki Urang Kanekes
Tema : Dokumenter Televisi
Ide Pokok : Dibawah ini seorang penulis yang berperan sebagai Sutradara sekaligus menuangkan sebuah ide cerita, dengan ini menginformasikan tentang adanya kearifan lokal suku baduy yang bisa berkembang dan bertahan hidup tanpa menggunakan dan sedikit mengangkat biografi suku baduy yang akan pergi ke kota dengan tujuan ekonomi dan mencari hiburan dengan berjalan kaki selama tiga hari.
Cerita : Dokumenter Televisi ini mengangkat topik mengenai Kearifan Lokal Suku Baduy dan Biografi Suku Baduy yang tinggal di pedalaman suku baduy/Desa Kanekes, Kampung Cibeo, Banten. Kami berdiskusi tentang bagaimana mereka masyarakat pedalaman dapat hidup berdampingan dengan alam, menjaga keseimbangan dan benar-benar menjaga kelestarian alam. Secara konseptual, kearifan lokal dan keunggulan lokal merupakan kebijaksanaan manusia yang bersandar pada filosofi nilai-nilai, etika, cara-cara dan perilaku yang melembaga secara tradisional. Seperti tradisi acara “Seba” sebagai wujud ungkapan syukur kepada Ibu Gede
(Bupati atau Kepala Pemerintahan Daerah). Seba itu sendiri merupakan penyerahan hasil tani atau hasil bumi pada pemerintah setempat yang biasa kita sebut dengan upeti pada kerajaan, kegiatan seba ini tanpa paksaan dari manapun. Masyarakat baduy luar yang dipimpin oleh jaro maupun baduy dalam yang dipimpin oleh puun, bersama-sama berbondong-bondong membawa hasil tani tersebut pada pemerintahan yang saat itu diserahkan pada Bupati Lebak secara langsung di pendopo Kabupaten lebak. Perayaan adat seba, merupakan peninggalan leluhur tetua (kokolot) yang harus dilaksanakan sekali dalam setahun. Acara itu digelar setelah musim panen ladang huma. Dalam upacara seba kali ini dilaksanakan di pendopo pemkab Lebak. Seba tahun ini jumlah pendatang warga baduy luar dan baduy dalam terbesar hingga tercatat sebanyak 1.031 orang. Pada akhir segmen nanti akan dijelaskan secara langsung mengenai upacara seba dengan Ibu Gede (Bupati Lebak) Ibu. Hj. Iti Octavia Jayabaya, SE, MM. Selain Kearifan Lokal Suku Baduy, Penulis juga akan mengangkat topik Biografi, dimana tiga anak muda Suku Baduy yang sangat dikenal oleh masyarakat luas dan sudah modern. Suku baduy dalam dikenal belum mengenal budaya luar dan terletak di hutan pedalaman suku baduy dalam masih memiliki budaya asli dan dikenal sangat taat mempertahankan adat istiadat serta warisan nenek moyangnya. Kang Nasiin, Kang Asep, dan Kang Jamidi adalah Saudara kandung. Mereka
belum menikah, Biasanya Anak-anak Suku Baduy menikah pada umur 15-18 tahun, Sebagian besar penduduk laki-laki suku baduy ini adalah bertani, dan untuk penduduk perempuan biasanya menenun dan membuat kerajinan tangan untuk dijual. Mereka biasanya menjual hasil taninya berupa madu hutan ke Tangerang, tak hanya madu ia pun membawa hasil kerajinan tangan untuk dijual di Jakarta. Untuk ke Tangerang mereka harus berjalan kaki selama 3 hari. Selain berjualan di Tangerang, Mereka juga pernah main ke mall, bahkan nonton bioskop sebelum berjalan menuju pulang ke Baduy.
Pada cerita ini penulis memberikan 3 segment untuk memberikan alur cerita yang menarik antara lain:
Segment pertama diantaranya akan membahas kearifan lokal suku baduy dan perbedaan baduy dalam dan baduy luar disertai wawancara oleh bupati kabupaten lebak mengenai acara seba atau hari raya suku baduy
Segment kedua diantaranya akan membahas pengenalan keluarga kang sapri serta pekerjaan keluarga kang sapri dan persiapan ketiga anak kang sapri yang akan pergi ke kota Segment ketiga membahas perjalanan ketiga anak kang sapri menuju kota tangerang dengan berjalan kaki selama 3 hari dan ketiga anak kang sapri akan nonton bioskop di xxi salah satu mall di tangerang.
Tujuan : Tujuan khusus penulis ingin mengangkat dokumenter ini diantara lain untuk memberikan sebuah hiburan kepada warga
suku baduy menikmati tontonan bioskop. Hidup di desa pedalaman dengan rutinitas yang hamper sama setiap harinya tanpa teknologi dan tanpa listrik tentu membuat bosan. Bahkan, mereka ingin berlibur pun tidak bisa terlalu lama. Dengan situasi yang seperti ini, tentu saja penulis ingin memberikan hiburan singkat dan menyenangkan untuk mereka. Pergi ke bioskop adalah salah satu pilihan yang tepat kalau mereka ingin mendapatkan hiburan.
Alasannya, supaya lebih memperhatikan kebahagiaan mereka agar tidak ada kesenjangan social diantara masyarakat luar dengan masyarakat baduy.
Dan tujuan untuk umum atau masyarakat agar membuka mata hati mereka agar bisa lebih bersyukur dengan apa yang ada. Karena masih banyak orang yang lebih kekurangan dari kita. Pesan : Orang-orang suku baduy atau urang kanekes ini bisa
mengingatkan kita tentang arti kesederhanaan, tentang belajar kepatuhan pada aturan dan tentang nilai-nilai perjuangan yang bisa diraih dengan menjalankan apa yang kita yakini dengan sepenuh hati
Bentuk : Multikarakter, wawancara kepada Narasumber
Potensi Konflik : Hal yang menarik dalam permasalahan ini adalah warga suku baduy yang selama ini menjual hasil bumi dan kerajinan mereka juga mencari hiburan ke luar kota harus menempuh ribuan kilo meter dengan berjalan kaki tanpa alas kaki dan tanpa alat transportasi apapun.
Element : Bentuk dokumenter kearifan lokal dan biografi, menggunakan multi camera
dengan biaya produksi yangrelativeekonomis.
Durasi : 15:26 menit
1. Konsep kreatif penulis naskah 1.1. Proses Penciptaan Karya a. Konsep Kreatif
Pada program dokumenter ini penulis yang sebagai sutradara sedikit menyarankan agar penulis naskah membuat suatu konsep yang lebih untuk menjadi tuntunan bagi masyarakat yang menontonnnya. Dan dalam penulisan naskah ini seorang penulis naskah lebih mengembangkan alur cerita dalam dokumenter ini dengan membuat voice over yang dapat membuat menjadi informasi untuk masyarakat. antara lain:
Memberikan informasi,membangun emosional,dan membangun rasa simpatik
b. Konsep Produksi
penulis naskah membantu mendampingi penulis sebagai sutradara, produser dan penata kamera dalam memvisualisasikan sebuah naskah yang akan menjadi gambar yang enak ditonton, dan penulis pun tidak lupa mengingatkan sutradara dan penata kamera untuk melakukan pengambilan gambar sesuai dengan yang ada di naskah.
c. Konsep Teknis
Penulis naskah menyiapkan data-data pematangan materi seperti: TOR (Term Of Reference), Transkrip Wawancara dan Naskah VO (Voice Over).
Dan dalam penulisan naskah ini penulis menggunakansoftware Microsoft Word2010.
1.2. Kendala Produksi (Solusi Produksi)
Pada saat produksi penulis menemukan berbagai kendala yaitu sulitnya komunikasi dengan warga suku baduy dalam, karena bahasa yang digunakan dan warga suku baduy tidak terlalu mengerti apa yang kita bicarakan jadi sangat sulit untuk mendapatkan informasi yang sangat rinci. Dan juga ketika proses wawancara berlangsung beberapa narasumber menjawab pertanyaan yang tidak sesuai dengan pertanyaan.
Solusinya adalah penulis mengajak pemandu wisata(Tour Guide)suku baduy untuk mendapingi penulis dan menjelaskan kepada mereka maksud dan tujuan penulis. Dan mengambil jawaban yang hanya sesuai dengan pertanyaan yang ada.
2. Konsep Kreatif Kameraman 2.1. Proses Penciptaan Karya a. Konsep Kreatif kameraman
Pada tahap ini penulis sebagai sutradara mengarahkan agar untuk membuat konsep pengambilan gambar yang lebih dapat menjelaskan isi cerita, dan mengambil gambar yang menurut kameraman bagus dan sesuai dengan konsep cerita yang dibuat oleh sutradara.
b. Konsep produksi kameraman
Diantara lain penulis yang berperan sebagai sutradara menyarankan kepada kameraman untuk dominan mengambil shot atau angle MCU
(Medium Close Up) alasanya karena di karya ini penulis ingin menciptakan atau menunjukan karakter biografi tersebut untuk pengambilannya. Disini Pengambilan gambar sebatas dari kepala sampai ke dada, untuk menegaskan biografi yang ada di film ini.
c. konsep teknis kameraman
Pada tahap ini penulis sebagai kameramen alat untuk produksi dokumenter menggunakan kamera Sony NEX-VG30EH PAL Camcorder Zoom Lens 18-200mm f/3.5-6.3 dan berbagai macam lensa seperti : Lensa canon EF 70-200mm f/2.8 IS II USM, Lensa sony SEL 35mm f/1.8 OSS, Lensa canon sigma 50mm f/1.4 DG HSM ART sesuai yang direferensikan oleh sutradara, agar gambar yang dihasilkan bagus dan natural. Penulis juga menggunakan Drone Dji mavic pro untuk pengambilan gambar establish. Pengambilan gambar pun sesuai dengan tema yang ada, tidak berlebihan agar saat proses editing tepat sesuai dengan tema.
2.2. Kendala Produksi (Solusi produksi)
Kendala saat produksi sulitnya mendapatkan establish di dalam kampung dan aliran listrik untukchargebaterai kamera serta laptop untuk back updata fileshotselama produksi, dikarenakan aturan adat melarang untuk tidak menyediakan aliran listrik di suku baduy. kendala lain adalah kamera yang digunakan saat produksi ini SONY NEX-VG30 dan menggunakan Lensa Sony E PZ 18-200mm f3.5-6.3- OSS, filter lensa pecah karena jatuh.
Solusinya penulis sebagai kameramen mendapatkan establish menggunakan drone DJI MAVIC PRO dari terminal Ciboleger dan
penulis membawa baterai serta memori lebih banyak untuk antisipasi saat baterai habis dan memori penuh yang belum sempat diback up ke laptop dan Solusinya penulis melepas filter yang pecah menggunakan tang. 3. Konsep kreatif editor
3.1. Proses Penciptaan Karya a. Konsep Kreatif Editor
a. Konsep Kreatif
Untuk menciptakan karya yang menarik untuk ditonton, penulis memulai dengan mendiskusikan efek-efek dan grafis yang dibutuhkan dalam tayangan program ini bersama produser, sutradara, dan penulis naskah.
Penulis berusaha membuattransisi - efekprogram yang sesuai dengan karakter program yang kontradiksi Namun tetap terlihat bervariasi gambar dan tidak membosankan. Dalam penciptaan karya ini, penulis juga mengupayakan agar gambar yang ditampilkan tidak terlihat jumpingantara satu dengan yang lainnya.
b. Konsep produksi editing
Editor pada saat produksi tidak memiliki tugas dan kewajiban khusus , Tetapi penulis memberikan instruksi kepada editor untuk dapat mengingatkan kameramen jika ada pengambilan gambar yang terlewat dan tidak sesuai dengan skenario serta memberikan beberapa usulan tentang pengambilan gambar.
c. Konsep teknis
perangkat keras berupa komputer Prosesor Core 2 quad, dan software Adobe Premiere Pro Creative Could 2018 untuk mengedit program “Setapak Kaki Urang Kanekes”Dan beberapa software pendukung yaitu Adobe Photosop 2017 Adobe Audition 2015, Konsep editing yang digunakan adalahContinuity editing.
3.2. Kendala dan solusi
Kendala selama tahapan pra berlangsung, Penulis mengalami kendala saat menyiapkan peralatan edting.berupa keterbatasan fasilitas untuk prosesediting.karena penulis tidak memiliki perangkat pribadi.
Solusi setelah berdiskusi dengan kelompok, penulis pun akhirnya mendapatkan solusi,yaitu dengan menggunakan pc pribadi produser,serta penulis mendapatkan tambahan berupa hardisk external pribadi scirpt writter yang guna memperlancar proseseditingdan penyimpanan data.
3.3 Proses Kerja Penulis Naskah
(Anton Mabruri, 2018:315) Dalam membuat suatu karya visual berbentuk dokumenter, dokumenter tv, dan feature dibutuhkan kepekaan seorang script writer (team creative)terhadap dunia sekitar terutama lingkungan sosial, budaya politik dan alam semesta. Ide itu juga bisa datang dari mana saja antara lain: lingkungan sekitar, buku, koran, majalah, internet dan lain-lain. Seperti halnya ketika kita akan membuat suatu tayangan Program Acara TV atau sama halnya ketika kita akan membuat film dokumenter yang merupakan karya film berdasarkan realita atau fakta perihal pengalaman hidup seseorang atau mengenai peristiwa. Untuk mendapatkan ide bagi
film realita, dibutuhkan kepekaan dokumentaris sebutan untuk pembuat film dokumenter terhadap lingkungan sosial, budaya, politik, dan alam semesta. Rasa ingin tahu bisa dijadikan titik tolak untuk menggali inspirasi, sementara rasa ingin tahu yang besar bisa diimbangi dengan membaca dan atau berkomunikasi antar manusia dalam pergaulan.
Menurut penulis sebagai penulis naskah, penulis naskah adalah orang yang bertanggung jawab mengembangkan ide-ide kreatif dan membuat naskah untuk suatu program tv tentunya dengan arahan dari produser.
3.3.1 Pra Produksi
(Anton Mabruri, 2018:319) Sebagai langkah awal menawarkan ide, kita perlu menyusun sebuah naskah rancangan atau draft untuk diajukan ada pihak-pihak yang berminat, bila kita bekerja di stasiun tv atau PH(Production House) kita dapat langsung mengajukannya (mempresentasikannya) ke produser. Menulisdraftnaskah bukan seperti menulis catatan kecil, tetapi kita harus menuliskan semua informasi dari transkrip data riset. Umumnya draft naskah ditulis dalam susunan pembagian sekuens (sequence), agar saat merampungkannya pada tahap produksi dapat dijabarkan secara terinci dalam susunan shot dan adegan yang lebih jelas.
Pada Pra Produksi penulis mengembangkan ide yang telah disepakati bersama oleh Tim. Lalu melakukan riset dan menggali informasi secara mendalam mengenai objek yang akan dipakai untuk membuat dokumeter televisi ini. Setelah itu penulis mulai menyusun naskah mulai dari membuat ide cerita, TOR (Term Of Reference) serta VO untuk melengkapi dokumenter televisi ini. Setelah itu lalu konsep ini diajukan kepada produser untuk meminta persetujuan. Jika telah disetujui, penulis lalu menyerahkan kepada sutradara
dan Kameramen agar konsep dapat dipahami dan dikembangkan secara visual, lalu untuk selanjutnya melakukan proses produksi.
3.3.2 Produksi
(Gerzon Ron Ayawaila, 2017:33) ide cerita untuk film dokumenter bisa didapat dari apa yang dilihat dan didengar, bukan berdasarkan suatu khayalan imajinatif.
Saat proses produksi penulis mendampingi kameramen dan sutradara ketika mengambil gambar dan wawancara. Agar segala proses produksi berjalan sesuai konsep dan berdasarkan naskah yang telah dibuat.
3.3.3 Pasca Produksi
Ketika proses produksi sudah selesai penulis memeriksa kesesuaian gambar dengan naskah. Di pasca produksi penulis juga mendampingi editor untuk melaksanakan editing. Agar potongan gambar sesuai dengan urutan segmen dan berdasarkan naskah yang ada.
3.3.4 Peran dan Tanggung Jawab Penulis Naskah
Sebagai penulis naskah, penulis menemukan dan mengembangkan ide yang didapat dari kesepakatan tim yang sudah disetujui oleh produser. Setelah itu penulis membuat TOR(Term Of Reference)dan skrip wawancara. Penulis juga membuat VO(Voice Over)untuk melengkapi karya dokumenter ini.
3.3.5 Proses Penciptaan Karya a. Konsep Kreatif
Pada program dokumenter ini penulis sebagai penulis naskah membuat suatu konsep yang lebih untuk menjadi tuntunan bagi masyarakat yang menontonnnya dan dalam dokumenter ini penulis membuat bahan pertanyaan yang jawabannya dapat membuat menjadi informasi untuk masyarakat.
1. Memberikan informasi : Dokumenter televisi ini, disuguhkan dengan gaya bercerita, menggunakan narasi (kadang denganvoice overhanya terdengar suara tanpa wajah yang menyuarakan tampak di layar monitor), menggunakan wawancara, juga ilustrasi musik sebagai penunjang gambar visual(picture story).
Dalam dokumeter televisi ini penulis berusaha memberikan informasi seputar Kabupaten Lebak dan Suku Baduy. Terlebih yaitu mengenai Biografi Suku Baduy yang berperan penting disini yaitu Anak muda Suku Baduy yang bernama Kang Sapri, Kang Asep, dan Kang Jamidi. Dalam dokumenter televisi ini juga informasi mengenai kehidupan Suku Baduy yang sangat menaati adat istiadat bahkan dapat mengembangkan diri tanpa teknologi dan sedikit dijelaskan oleh Bupati Kabupaten Lebak mengenai salah satu acara adat Suku Baduy yaitu acara Seba.
2. Membangun emosional : Dalam Dokumenter televisi ini penulis juga berusaha membangun rasa simpatik penonton terhadap Ketiga Anak muda Suku Baduy yang bernama Kang Sapri, Kang Asep, dan Kang Jamidi. Walaupun mereka berasal dari Suku pedalaman, ternyata mereka sangat mematuhi rambu-rambu lalu lintas selama perjalanan dari Desa Kanekes ke Kota Tangerang. Mereka juga
akan mamasuki mall dan nonton bioskop di salah satu xxi kawasan Ciledug, Tangerang.
3. Membangun rasa simpatik : Dalam Dokumenter televisi ini penulis juga berusaha membangun rasa simpatik penonton terhadap Ketiga Anak muda Suku Baduy yang bernama Kang Sapri, Kang Asep, dan Kang Jamidi. Melalui pernyataan suka duka mereka selama perjalanan dari Desa Kanekes ke Kota Tangerang. Serta tayangan pekerjaan dan kehidupan di tempat tinggalnya. Hal ini ditampilkan agar penonton juga bisa mengerti dan memahami bagaimana para Warga Suku Baduy disini membutuhkan kesejahteraan.
b. Konsep Produksi
Penulis membantu mendampingi sutradara, produser dan penata kamera dalam memvisualisasikan sebuah naskah yang akan menjadi gambar yang enak ditonton, dan penulis pun tidak lupa mengingatkan sutradara dan penata kamera untuk melakukan pengambilan gambar sesuai dengan yang ada di naskah.
c. Konsep Teknis
Penulis naskah menyiapkan data-data pematangan materi seperti: TOR (Term Of Reference), Transkrip Wawancara dan Naskah voice over. Dan dalam penulisan naskah ini penulis menggunakansoftware Microsoft Word2010.
3.3.6 Kendala Produksi (Solusi Produksi)
Pada saat produksi penulis menemukan berbagai kendala yaitu sulitnya komunikasi dengan warga suku baduy dalam, karena bahasa yang
digunakan dan warga suku baduy tidak terlalu mengerti apa yang kita bicarakan jadi sangat sulit untuk mendapatkan informasi yang sangat rinci. Dan juga ketika proses wawancara berlangsung beberapa narasumber menjawab pertanyaan yang tidak sesuai dengan pertanyaan.
Solusinya adalah penulis mengajak pemandu wisata(Tour Guide)suku baduy untuk mendapingi penulis dan menjelaskan kepada mereka maksud dan tujuan penulis. Dan mengambil jawaban yang hanya sesuai dengan pertanyaan yang ada.
3.3.7. Lembar Kerja Penulis Naskah 1. Term Of Reference (TOR) 2. Transkrip Wawancara 3. Naskah VO
1. TOR(Term Of Reference) 1. Program Dokumenter
Production Company : Universitas BSI Produser : Daniel Oktavian Project Title : “Setapak Kaki Director : Ryanda Asy’ari
Urang Kanekes”
Durasi : 15 Menit Penulis Naskah : Anis Nur. C
1. Masalah
Dokumenter Televisi ini mengangkat topik mengenai Kearifan Lokal Suku Baduy dan Biografi Suku Baduy yang tinggal di pedalaman suku baduy/Desa Kanekes, Kampung Cibeo, Banten. Kami berdiskusi tentang bagaimana mereka masyarakat pedalaman dapat hidup berdampingan dengan alam, menjaga keseimbangan dan benar-benar menjaga kelestarian alam. Secara konseptual, kearifan
lokal dan keunggulan lokal merupakan kebijaksanaan manusia yang bersandar pada filosofi nilai-nilai, etika, cara-cara dan perilaku yang melembaga secara tradisional. Seperti tradisi acara “Seba” sebagai wujud ungkapan syukur kepada Ibu Gede (Bupati atau Kepala Pemerintahan Daerah). Seba itu sendiri merupakan penyerahan hasil tani atau hasil bumi pada pemerintah setempat yang biasa kita sebut dengan upeti pada kerajaan, kegiatan seba ini tanpa paksaan dari manapun. Masyarakat baduy luar yang dipimpin oleh jaro maupun baduy dalam yang dipimpin oleh puun, bersama-sama berbondong-bondong membawa hasil tani tersebut pada pemerintahan yang saat itu diserahkan pada Bupati Lebak secara langsung di pendopo Kabupaten lebak. Perayaan adat seba, merupakan peninggalan leluhur tetua (kokolot) yang harus dilaksanakan sekali dalam setahun. Acara itu digelar setelah musim panen ladang huma. Dalam upacara seba kali ini dilaksanakan di pendopo pemkab Lebak. Seba tahun ini jumlah pendatang warga baduy luar dan baduy dalam terbesar hingga tercatat sebanyak 1.031 orang. Pada akhir segmen nanti akan dijelaskan secara langsung mengenai upacara seba dengan Ibu Gede (Bupati Lebak) Ibu. Hj. Iti Octavia Jayabaya, SE, MM.
Selain Kearifan Lokal Suku Baduy, Penulis juga akan mengangkat topik Biografi, dimana tiga anak muda Suku Baduy yang sangat dikenal oleh masyarakat luas dan sudah modern. Suku baduy dalam dikenal belum mengenal budaya luar dan terletak di hutan pedalaman suku baduy dalam masih memiliki budaya asli dan dikenal sangat taat mempertahankan adat istiadat serta warisan nenek moyangnya. Kang Sapri, Kang Asep, dan Kang Jamidi adalah Saudara kandung. Mereka belum menikah, Biasanya Anak-anak Suku Baduy menikah pada umur 15-18 tahun, Sebagian besar penduduk laki-laki suku baduy ini adalah bertani, dan untuk penduduk perempuan biasanya menenun dan membuat kerajinan tangan untuk dijual. Mereka biasanya menjual hasil
taninya berupa madu hutan ke Tangerang, tak hanya madu ia pun membawa hasil kerajinan tangan untuk dijual di Jakarta. Untuk ke Tangerang mereka harus berjalan kaki selama 3 hari. Selain berjualan di Tangerang, Mereka juga pernah main ke mall, bahkan nonton bioskop sebelum berjalan menuju pulang ke Baduy.
2. Fokus
Kearifan Lokal Suku Baduy dan Biografi tiga orang anak yang tinggal di pedalaman suku baduy dalam sangat dikenal oleh masyarakat luas dan sudah modern. Kang Sapri, Kang Asep, dan Kang Jamidi menjual hasil tani nya seperti madu hutan dan kerajinan tangan di Tangerang. Mereka berjalan kaki ke Jakarta tanpa alas kaki selama 3 hari. Tak hanya berjualan, mereka juga pernah main ke mall, bahkan nonton bioskop di salah satu mall Tangerang.
3. Angle
Ruang lingkup mengenai Suku Baduy Luar, Wawancara narasumber dari Bupati Kabupaten Lebak sebagai penjelasan acara adat seba.
4. Narasumber:
1. Ibu Gede (Bupati Lebak) Ibu. Hj. Iti Octavia Jayabaya, SE, MM. 1. Apa yang dimaksud dengan Acara Seba?
2. Mengapa masyarakat baduy dan masyarakat lokal maupun pemerintah merayakan bersama?
2. Transkip Wawancara
Production Company : Universitas BSI Produser : Daniel Octavian Project Title : “Setapak Kaki Director : Ryanda Asy’ari
Urang Kanekes”
No. Kaset Time Logging Statement Ket 1. 1 00:03:52 Ya tentunya ini, seba baduy ini adalah
silaturahmi dan ritual setiap tahun yang dilaksanakan oleh masyarakat baduy kepada pemerintah. Jadi, karna saya bupatinya perempuan jatuhnya ibu gede yang dilanjutkan nanti besok ke gubernur.jadi, ini adalah silaturahmi tahunan dari masyarakat baduy kepada pemerintah.
2. 1 00:04:32 Yang pertama adalah tadi itu, karna rutinitas kebiasaan ritual yang dilaksanakan oleh masyarakat baduy setiap tahunnya dengan memberikan atau menyampaikan hasil pertaniannya dalam bentuk seba silaturahmi dan menyampaikan aspirasi yang mereka inginkan kepada pemerintah. Tujuannya adalah tadi disamping menjalin silaturahmi karna pembangunan ini tidak hanya pemerintah tapi juga ikut terlibat masyarakatnya. Jadi kalo tadi bahasanya ngeyek, ngenak gitu ya jadi salah satunya itu. Jadi pemerintah tidak bisa bekerja sendiri tanpa di dukung masyarakatnya.salah satunya Yang Diwawancarai : Bupati Kabupaten Lebak Pewawancara : Daniel Octavian Tabel III.6
tadi itu, jadi pembangunan itu ada sinergitas antara pemerintah dan masyarakat.
VO 1
Suku baduy terletak di desa kanekes kecamatan leuwidamar/ kabupaten lebak/ provinsi banten// Desa kanekes terdiri dari 69 kampung di baduy luar/ dan 3 kampung di baduy dalam// Suku Baduy terbagi menjadi dua/ baduy dalam dan baduy luar// Jarak dari baduy luar ke baduy dalam sekitar 8 kilo meter// perbedaan paling mendasar dari kedua suku baduy ini adalah dalam menjalankan pitukuh atau aturan adat istiadat pelaksanaannya// Jika baduy dalam masih memegang teguh adat dan menjalankan aturan adat dengan baik/ tidak sebaliknya dengan saudaranya suku baduy luar// Perbedaan lainnya terlihat dari cara berpakaian yang dikenakan// Pakaian adat atau baju keseharian baduy dalam tersirat dalam balutan warna putih// Warna putih melambangkan kesucian dan budaya yang tidak terpengaruh dari luar// Beda dengan budaya baduy luar yang menggunakan baju serba hitam atau biru tua saat melakukan aktivitas kesehariannya// orang luar boleh datang ke baduy dalam/ tapi tidak boleh berfoto-foto// Kalau di baduy luar bersifat lebih terbuka/ penampilannya juga sudah seperti orang kota// Meskipun begitu/ tetap ada aturan adat yang tidak boleh mereka langgar misalnya bangunan rumah masih bangunan panggung dan menghadap selatan/ Karena kenapa/ karena kiblat mereka menghadap ke selatan// Sebagai tanda kepatuhan atau pengakuan kepada penguasa/ masyarakat Baduy secara rutin melaksanakan Seba ke Kesultanan Banten//
VO 2
3. NASKAH VO(Voice Over) Tabel III.7
Wilayah adat baduy 1500 Hektar/ yang bagian besar berupa hutan dan ladang// secara historis/ sejatinya mereka lebih tepat disebut urang kanekes// diperkirakan telah mendiami kawasan ini sejak abad ke 5 atau 100 tahun sebelum Nabi Muhammad// VO 3
Prosesi acara seba suatu kewajiban yang harus dilaksanakan dan menjadikan ketetapan lembaga adat masyarakat baduy// Seba itu titipan adat yang harus dijalankan karena jika tidak dilaksanakan khawatir akan kualat//
VO 4
Keluarga sapri adalah warga baduy dalam atau urang tangtu// namun/ gambar-gambar ini direkam diluar kampung mereka/ karena adat melarang dalam penggunaan listrik dan barang-barang elektronik termasuk kamera//
VO 5
Adapun hukum adat leluhur seperti Gunung tak boleh dihancurkan/ Lembah tak boleh dirusak/ Larangan tak boleh dilanggar/ Pantangan tak boleh diubah/ panjang tak boleh dipotong/ pendek tak boleh disambung/ yang bukan harus ditiadakan/ yang jangan harus dinafikan/ yang benar harus dibenarkan//
VO 6
saat berpergian mereka berbekal Kartu tanda pendududk atau surat keterangan dari desa//
VO 7
Jalan kaki jarak jauh bukan hal berat bagi urang kanekes// karena setiap hari/ mereka terbiasa jalan kaki berkilo-kilo meter dari rumah ke ladang dengan medan naik turun bukit//
VO 8
Mereka masing-masing membawa perbekalan yang mereka masukkan ke dalam kain putih yang berfungsi sebagai tas//
VO 9
Berbeda dengan jalan kaki pada tradisi seba, yang merupakan bagian dari budaya//
VO 10
Kang sapri berumur kurang lebih 51 tahun dan memiliki 8 anak// ketiga anaknya yang bernama Nasiin berumur 18 tahun/ Asep 19 tahun/ dan Jamidi 17 tahun akan pergi ke kota tangerang//
VO 11
perjalanan mereka jalan kaki ke kota adalah untuk tujuan ekonomi dan mencari hiburan//
VO 12
mereka akan membawa barang dagangan berupa madu hutan dan kerajinan tangan khas baduy//
VO 13
Urang kanekes biasanya turun gunung ke daerah kota pada waktu selesai musim panen// tepatnya setelah bulan kawalu atau hari perayaan suku baduy/ karena pada masa itu cenderung tidak ada aktivitas warga ke ladang//
VO 14
Untuk menuju kota tangerang/ mereka harus melewati hutan/ sungai/ dan sawah// VO 15
Setelah berjalan seharian/ saatnya mereka melepas lelah agar stamina kembali segar untuk melanjutkan perjalanan esok hari// biasanya kalau ke kota/ mereka beristirahat