• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Cendikia Muda Volume 2, Nomor 4, Desember 2022 ISSN :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Jurnal Cendikia Muda Volume 2, Nomor 4, Desember 2022 ISSN :"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN KOMPRES DINGIN TERHADAP SKALA NYERI PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR

APPLICATION OF COLD COMPRESS ON PAIN SCALE IN POST OPERATION FRACTURE PATIENTS

Trio Hardianto1, Sapti Ayubbana2,Anik Inayati3

1,2,3AKPER Dharma Wacana Metro

(E-mail : [email protected]) ABSTRAK

Fraktur merupakan istilah dari hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan, baik yang bersifat total maupun sebagian. Penatalaksanaan fraktur salah satunya adalah dengan operatif (pembedahan). Setelah dilakukannya pembedahan, respon denakan merasakan nyeri akibat insisi pembedahan. Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik actual maupun potensial atau yang digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut. Salah satu intervensi yang dapat mengurangi nyeri fraktur adalah memberikan kompres dingin. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penerapan kompres dingin terhadap skala nyeri pada pasien fraktur. Metode pada karya tulis ilmiah ini menggunakan desain study kasus. Subjek penerapan ini menggunakan dua responden yang merupakan pasien post operasi fraktur dengan masalah nyeri. Instrumen penerapan dalam pengumpulan data adalah lembar kuisioner mengenai karakteristik responden yang berisikan usia, diagnose medis, dan jenis kelamin. Data diperoleh melalui kuesioner yang terdiri beberapa komponen pertanyaan. Dari kuesioner tersebut, kemudian didapatkan perolehan data berupa skor yang disesuaikan berdasarkan rentang skala nyeri Bourbanis. Hasil penerapan menunjukan bahwa skala nyeri pada hari pertama didapatkan skala nyeri 7 (nyeri berat terkontrol) pada responden pertama dan skala nyeri 8 (nyeri berat terkontrol) pada responden kedua, setelah diberikan penerapan kompres dingin selama 3 hari kedua responden mengalami penurunan skala nyeri menjadi skalanyeri 2 (nyeri ringan).

Kesimpulan dari kedua responden, penerapan kompres dingin dapat membantu pasien post operasi fraktur untuk mengurangi intensitas nyeri.

Kata Kunci :Fraktur, Kompres Dingin, Nyeri, Post Operasi.

Referensi 13 (2013–2021)

ABSTRACT

Fracture is a term for loss of continuity of bone, cartilage, either total or partial. One of the fracture management is surgery (surgery). After surgery, the respondent will feel pain due to the surgical incision. Pain is an unpleasant sensory and emotional experience resulting from actual or potential tissue damage or described in terms of the damage. One of the interventions that can reduce fracture pain is to give cold compresses. The purpose of this study was to determine the effectiveness of the application of cold compresses on the pain scale in fracture patients. The method in this scientific paper uses a case study design. The subject of this application uses two respondents who are postoperative fracture patients with pain problems. The instrument of application in data collection is a questionnaire sheet regarding the characteristics of the respondents which contains age, medical diagnosis, and gender. The data was obtained through a questionnaire consisting of several question components. From the questionnaire, then obtained data acquisition in the form of an adjusted score based on the Bourbanis pain scale range. The results of the application showed that the pain scale on the first day obtained a pain scale of 7 (controlled severe pain) in the first respondent and a pain scale of 8 (controlled severe pain) in the second respondent. After being given the application of cold compresses for 3 days, both respondents experienced a decrease in pain scale. on a pain scale of 2 (mild pain).the conclusion of the two respondents, the application of cold compresses can help postoperative fracture patients to reduce pain intensity.

Keywords: Fracture, Cold Compress, Pain, Post Operation.

Reference 13 (2013 – 2021)

(2)

PENDAHULUAN

Kecelakaan atau cedera fisik dapat terjadi dijalan raya, rumah, sekolah, tempat bekerja dan lainnya. Berdasarkan Riskesdas (2018) cedera mayoritas terjadi dilingkungan rumah sebesar 44,7% dibandingkan dengan jalan raya sebesar 31,4%, ditempat bekerja sebesar 9,1%, disekolah sebesar 6,5% dan ditempat lainnya sebesar 8,3%.Bagian tubuh yang terkena cedera terbanyak adalah ekstremitas bagian bawah (67%), ekstremitas bagian atas (32%).

Salah satu akibat cedera tersebut adalah fraktur.1

Berdasarkan data medical record RSUD Jend.

Ahmad Yani Kota Metro pada tahun 2020 didapatkan data bahwa penderita fraktur paha menempati urutan kedua dan fraktur tulang anggota gerak lainnya menempati urutan ketiga dari 10 besar penyakit yang ada di ruang bedah RSUD Jend. Ahmad Yani Kota Metro yaitu dengan jumlah 75 kasus pada fraktur paha dan 71 kasus pada fraktur tulang anggota gerak lainnya.2

Fraktur merupakan gangguan penuh atau sebagian pada kontinuitas struktur tulang.3 Penatalaksanaan fraktur salah satunya adalah dengan operatif (pembedahan). Setelah dilakukannya tindakan pembedahan, pasien akan merasakan nyeri akibat insisi pembedahan.4

Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial atau yang digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut.5

Salah satu intervensi yang dapat mengurangi nyeri fraktur adalah memberikan kompres dingin.6

Kompres dingin dapat meringankan rasa sakit.

Kompres dingin menurunkan prostaglandin yang meningkatkan sensitivitas reseptor rasa sakit dan zat-zat lain pada tempat luka dengan menghambat proses inflamasi. Selain itu, kompres dingin juga bisa mengurangi pembengkakakn dan peradangan dengan menurunkan aliran darah ke area (efek vosokonstriksi).7

Penelitian menunjukan bahwa terjadi penurunan nilai skala nyeri setelah dilakukan terapi kompres dingin. Rata-rata nilai skala nyeri pada pengukuran sebelum terapi adalah 3,7 dan mengalami penurunan setelah terapi kompres dingin menjadi 2,9.8

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis memutuskan untuk melakukan penerapan kompres dingin terhadap skala nyeri pada pasien fraktur di RSUD Jend. Ahmad Yani Kota Metro.

Tujuan umum penerapan ini adalah untuk Mengetahui efektivitas penerapan kompres dingin terhadap skala nyeri pada pasien fraktur.

METODE

Desain penelitian ini menggunakan desain study kasus. penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pentingnya penerapan kompres dingin terhadap skala nyeri, serta evaluasi pelaksanaan sebelum dan setelah penerapan kompres dingin pada pasien post operasi fraktur, 1 kali dalam 24 jam dan dilakukan selama 3 hari.Subjek yang digunakan

(3)

sebanyak 2 (dua) orang pasien fraktur di Ruang Bedah RSUD Jend. Ahmad Yani Kota Metro dengan nomor uji layak etik 000/125/KEPK-LE/LL-3/2021. Instrumen penerapan dalam pengumpulan data adalah lembar observasi mengenai karakteristik responden yang berisikan skala nyeri Bourbanis. Analisa data dilakukan menggunakan analisis deskriptif.

HASIL

Penerapan kompres dingin terhadap skala nyeri dilakukan kepada dua responden post operasi fraktur. Skala nyeri pada kedua responden memiliki perbedaan hasil. Sebelum penerapan, responden I yaitu Ny. T memiliki skala nyeri 7 (nyeri berat terkontrol) dan responden II yaitu Ny. E memiliki skala nyeri 8 (nyeri berat terkontrol). Setelah diberikan penerapan kompres dingin selama tiga hari, kedua responden sama-sama mengalami penurunan skala nyeri. Responden I memiliki skala nyeri 2 (nyeri ringan) dan responden II juga memiliki skala nyeri 2 (nyeri ringan).

PEMBAHASAN

Penerapan ini ingin mengidentifikasi kompres dingin terhadap skala nyeri pada pasien post operasi. Hasil penerapan menunjukan bahwa sebelum dilakukan penerapan kompres dingin, responden I mengalami nyeri dengan skala nyeri 7 (nyeri berat terkontrol) dan responden II dengan skala nyeri 8 (nyeri berat terkontrol).Setelah dilakukan penerapan kompres dingin selama tiga hari, nyeri yang dialami responden I mengalami penurunan dengan skala nyeri 2 (nyeriringan) dan responden II mengalami penurunan dengan skala nyeri 2 (nyeri ringan).

Hasil penerapan ini relevan dengan hasil penelitian yang mengatakan bahwa adanya penurunan tingkat nyeri setelah dilakukan terapi kompres dingin pada pasien fraktur tertutup.8

Hasil penelitian relevan yang lainnya mengatakan bahwa terdapat pengaruh pemberian kompres dingin terhadap penurunan skala nyeri pada pasien post operasi fraktur.9

Tindakan operasi, seperti pemotongan atau peregangan jaringan mengakibatkan trauma dan inflamasi pada jaringan sekitar, sehingga menimbulkan stimulus nonsiseptif yang merangsang reseptor nosiseptif. Pada reseptor nosiseptif, stimulus tersebut ditransduksi menjadi impuls melalui serat aferen primer c- fiber dan aδ-fiber, kemudian diteruskan ke medulla spinalis. Neuron aferen primer bersinaps dengan neuron aferen sekunder di kornu dorsalis medulla spinalis dan diteruskan ke pusat, yaitu korteks serebri dan pusat yang lebih tinggi lainnya, melalui jalur spinoretikularis. Impuls tersebut diproses oleh pusat dengan mekanisme yang kompleks menjadi pengalaman nyeri.10

Mengatasi nyeri fraktur tertutup dapat menggunakan cara non farmakologis salah satunya terapi kompres dingin.8 Kompres dingin dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi peradangan, mengurangi perdarahan ke dalam jaringan, dan mengurangi kejang otot serta nyeri. Suhu yang rendah akan menyebabkan berkurangnya zat-zat perangsang peradangan yang bergerak menuju daerah cedera sehingga dapat mengurangi bengkak dan nyeri.11

(4)

Kompres dingin dapat meringankan rasa sakit.

Kompres dingin menurunkan prostaglandin yang meningkatkan sensitivitas reseptor rasa sakit dan zat-zat lain pada tempat luka dengan menghambat proses inflamasi. Selain itu, kompres dingin juga bisa mengurangi pembengkakakn dan peradangan dengan menurunkan aliran darah ke area (efek vosokonstriksi.7

Faktor yang mempengaruhi nyeri pada responden antara lain sebagai berikut :

a. Tahap perkembangan

Usia responden dalam penerapan ini yaitu berumur 81 tahun dan 22 tahun, tahap perkembangan merupakan variable penting yang akan mempengaruhi reaksi dan ekspresi nyeri. Prevalensi nyeri pada individu lansia lebih tinggi karena penyakit atau kronis dan degeneratif yang diderita. Walaupun ambang batas nyeri tidak berubah karena penuaan, efek analgesik yang diberikan menurun karena adanya perubahan fisiologi.12

b. Pengalaman nyeri sebelumnya

Kedua Responden belum pernah mengalami riwayat operasi. Yang pernah mengalami nyeri atau menyaksikan penderitaan orang terdekatnya saat mengalami nyeri cenderung merasa terancam dengan peristiwa nyeri yang akan terjadi dibandingkan individu lain yang belum pernah mengalaminya.12 c. Pendidikan

Responden 1 (Ny. T) dalam penerapan ini memiliki tingkat pendidikan SD dan responden 2 (Ny E) memiliki tingkat pendidikan SMA.Pendidikan mempunyai

hubungan negatif dengan persepsi nyeri, semakin rendah pendidikan menyebabkan peningkatan intensitas nyeri dan disabilitas akibat nyeri.13

Berdasarkan karakteristik diatas, responden II dapat merasakan penurunan skala nyeri lebih baik jika dibandingkan dengan responden I. Hal tersebut disebabkan karena usia yang lebih muda dan faktor pendidikan responden II lebih baik jika dibandingkan responden I. Kedua faktor tersebut menjadikan responden II lebih baik dalam menerima dan merespon nyeri sehingga penurunan skala nyeri setelah diberikan penerapan kompres dingin terhadap responden II terasa lebih optimal.

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian hasil penerapan diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa penerapan kompres dingin dapat membantu pasien post operasi fraktur untuk mengurangi intensitas nyeri.

DAFTAR PUSTAKA

1. RisKesDas. (2018). Kementrian Kesehatan, Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan, Hasil Utama RisKesDas 2018.

2. Medical Record. (2020). Daftar 10 Besar Penyakit Di Ruang Bedah RSUD Jenderal Ahmad Yani kota Metro.

3. Sastra, L., & Depitasari, L. (2018).

“Pengaruh Terapi Dingin Cryotherapy Terhadap Penurunan Nyeri Pada Fraktur

(5)

Ekstremitas Tertutup.” Jurnal Kesehatan Wira Sakti Vol. 2 No. 6 Tahun 2018.

STIKes Mercubaktijaya.

4. Suwahyu, R., Sahputra, R, Eka., &

Fatmadona, R. (2021). “Systematic Review: Penurunan Nyeri Pada Pasien Pasca Operasi Fraktur Melalui Penggunaan Teknik Nafas Dalam.” Jurnal Ilmiah Permas Vol. 11 No. 1 Januari 2021. Universitas Andalas Sumatera Barat.

5. Bahrudin, M. (2017). “Patofisiologi Nyeri (Pain).” Jurnal Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Keluarga Vol. 13 No. 1 Tahun 2017. Universitas Muhammadiyah Malang.

6. Anugerah, P, Amanda., Purwandari, R., &

Hakam, M. (2017). “Pengaruh Terapi Kompres Dingin Terhadap Nyeri Post Operasi ORIF (Open Reduction Internal Fixation) Pada Pasien Fraktur Di RSD Dr.

H. Koesnadi Bondowoso.” e-Jurnal Pustaka Kesehatan Vol. 5 No. 2 Mei 2017. Universitas Jember.

7. Nafisa, A. (2013). “Ilmu Dasar Keperawatan” Yogyakarta: Citra Pustaka.

8. Suryani, M., & Soesanto, E. (2020).

“Penurunan Intensitas Nyeri Pada Pasien Fraktur Tertutup Dengan Pemberian Terapi Kompres Dingin.” Jurnal Ners Muda Vol. 1 No. 3, Desember 2020.

Fakultas Ilmu Keperawatan dan

Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Semarang.

9. Anggraini, O., & Fadila, R, A. (2021).

“Pengaruh Pemberian Kompres Dingin Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada Pasien Post Operasi Fraktur Di RS Siloam Sriwijaya Palembang Tahun 2020.” Jurnal Kesehatan dan Pembangunan Vol. 11 No.

21, Januari 2021. STIKes Mitra Adiguna Palembang.

10. Suseno, E., Carrey, M., Jonathan, Y, E., Barus, F, A, Jimmy., & Tanumihardja, T.

(2017). “Pencegahan Nyeri Kronis Pasca Operasi.” Jurnal Andalas Vol. 40 No. 1, Mei 2017. Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jakarta.

11. Shabrina, A. (2020). “Begini Cara Kompres Yang Benar Supaya Cedera Cepat Sembuh.” Hellosehat.

https://hellosehat.com/kebugaran/olahrag a-lainnya/cara-kompres-dingin-dengan- benar/

12. Mubarak, W., Indrawati, L., & Susanto, J.

(2015). “Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar.” Jakarta: Salemba Medika

13. Wijaya, I, P, Artha., Yantini, K, E., &

Susila, M, D, Pradnya. (2018). “Faktor- Faktor Yang Memengaruhi Intensitas Nyeri Pasien Pasca Operasi Fraktur Ekstremitas Bawah Di RSU Tabanan.”

Jurnal Caring Vol. 2 No. 1, Juni 2018.

STIKes Bina Usada Bali.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang sama dilakukan oleh Wahyuni dan Arisfa (2016) tentang senam kaki diabetik efektif meningkatkan ankle brachial index pasien diabetes melitus tipe 2,

Teknik untuk menurunkan tanda gejala halusinasi juga dilakukan dalam dengan judul efektifitas terapi musik klasik terhadap penurunan tanda dan gejala pada pasien

Perubahan yang terjadi pada kemampuan kedua subyek penerapan setelah dilakukan penerapan terapi psikoreligius dzikir adalah 60% artinya setelah subyek dilatih,

Hasil penerapan ini sejalan dengan penelitian sebelumnya tentang pengaruh pemberian teknik clapping dan batuk efektif terhadap bersihan jalan nafas pada pasien

Hasil penerapan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tarigan dan Juliandi (2018) tentang pernafasan pursed lip breathing meningkatkan saturasi oksigen

Senam kaki diabetes dapat meningkatkan kebutuhan energi sehingga otot menjadi lebih aktif dan peka lalu membuat reseptor insulin menjadi lebih aktif dan terjadi penurunan

Penelitian selanjutnya tentang pengaruh inhalasi sederhana menggunakan aromaterapi daun mint (mentha piperita) terhadap penurunan sesak nafas pada pasien tubercolosis paru di

Salah satu faktor risiko terjadinya diabetes melitus (DM) tipe 2 yaitu tidak adanya aktivitas fisik 9. Aktivitas fisik berdampak terhadap aksi insulin pada orang