ISSN : 2807-3469
Safitri, Penerapan terapi musik 173
PENERAPAN TERAPI MUSIK KLASIK PADA PASIEN HALUSINASI PENDENGARAN APPLICATION OF CLASSICAL MUSIC THERAPY
IN HEARING HALLUCINATION PATIENTS
Emilia NovaSafitri1, Uswatun Hasanah2, Indhit Tri Utami3
1,2,3Akademi Keperawatan Dharma Wacana Metro
Email : [email protected]
ABSTRAK
Halusinasi merupakan suatu bentuk persepsi sensorik palsu yang tidak terkait dengan rangsangan eksternal nyata dan dapat melibatkan salah satu panca indera. Halusinasi yang tidak ditangani secara baik kondisinya dapat memburuk dan dapat menimbulkan resiko terhadap keamanan diri klien sendiri, orang lain dan juga lingkungan sekitar. Salah satu intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk membantu klien halusinasi menurunkan tanda – gejala halusinasi adalah aktivitas terjadwal yang ada dalam stategi pelaksanaan. Aktivitas terjadwal yang dipilih adalah terapi musik klasik. Tujuan penerapan ini adalah untuk mengetahui terapi musik klasik terhadap perubahan tanda – gejala pada klien halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung tahun 2021. Desain karya tulis ilmiah ini menggunakan desain studi kasus. Subyek yang digunakan adalah 2 (dua) subyek. Analisis data dilakukan dengan melihat perubahan sebelum dan sesudah dilakukan terapi musik klasik. Hasil persentase rata – rata tanda – gejala sebelum diberikan terapi musik yaitu 72,7%, dan hasil persentase rata – rata tanda – gejala sesudah diberikan terapi musik 22,5%. Hasil penerapan menunjukkan bahwa setelah dilakukan penerapan terapi psikoreligius Dzikir terjadi penurunan pada kedua subyek.
Kata Kunci : Tanda – Gejala, Terapi musik klasik, pasien halusinasi
ABSTRACT
Hallucinations are a form of false sensory perception that is not related to real external stimuli and can involve any of the five senses. Hallucinations that are not handled properly condition can worsen and can pose a risk to the safety of the client himself, others and the environment. One of the nursing interventions that can be done to help hallucinating clients reduce hallucinatory signs is a scheduled activity in the implementation strategy. The selected scheduled activity is classical music therapy. The purpose of this application is to find out classical music therapy on changes in signs - symptoms in hallucinating clients at the Lampung Provincial Mental Hospital in 2021. The design of this scientific paper uses a case study design. The subjects used were 2 (two) subjects. Data analysis was done by looking at changes before and after classical music therapy. The result of the average percentage of signs - symptoms before being given music therapy is 72.7%, and the average percentage of signs - symptoms after being given music therapy is 22.5%. The results of the application showed that after the application of Dhikr psychoreligious therapy there was a decrease in both subjects.
Keywords: Signs – symptoms, classical music therapy, , hallucinating patients
Safitri, Penerapan terapi musik 174 PENDAHULAN
Sehat jiwa merupakan bagaimana sesorang dapat mengendalikan diri dalam menghadapi stressor dilingkungan masyarakat dengan selalu berfikir positif dalam keselarasan tanpa adanya tekanan fisiki dan psikologis, baik secara internal maupun eksternal yang mengarah pada kestabilan emosional1.
Indikator sehat jiwa meliputi sikap yang positif terhadap diri sendiri, tumbuh, berkembang, memiliki aktualisasi diri, keutuhan, kebebasan diri, memiliki persepsi sesuai kenyataan dan kecakapan dalam beradaptasi dengan lingkungan2.
Gangguan yang sering ditemukan pada masyarakat salah satunya adalah skizofrenia.
Skizofrenia merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan gejala yang parah. Pada fase aktif biasanya gejalanya lebih terlihat. Gejala skizofrenia umumnya digambarkan sebagai positif dan negatif. Gejala positif yaitu delusi dan halusinasi. Gejala negatif yaitu apatis dan anhedonia3.
Tanda gejala positif dari skizofrenia salah satunya adalah halusinasi, diperkirakan lebih dari 90% klien dengan skizofrenia mengalami halusinas2. Halusinasi merupakan ketika seseorang merasakan pengalaman panca indera yang tidak ada stimulus eksternal. Tipe halusinasi yaitu, pendengaran, penglihatan, penciuman, pengecapan dan perabaan4.
Masalah gangguan jiwa mencapai 13% dari penyakit secara keseluruhan dan kemungkinan
akan bertambah luas menjadi 25% pada tahun 2030, gangguan jiwa berhubungan dengan bunuh diri, ada hampir 800.000 kematian akibat bunuh diri diseluruh dunia akibat gangguan jiwa. Gangguan jiwa meliputi depresi, cacat intelektual dan gangguan akibat penyalahgunaan narkoba, gangguan termasuk autisme dan skizofrenia5.
Halusinasi yang tidak ditangani secara baik kondisinya dapat memburuk dan dapat menimbulkan resiko terhadap keamanan diri klien sendiri, orang lain dan juga lingkungan sekitar. Hal ini dikarenakan halusinasi dengar klien berisikan perintah untuk melukai dirinya sendiri maupun orang lain6.
Salah satu cara untuk menangani klien dengan halusinasi adalah menggunakan terapi musik.
Terapi musik merupakan salah satu bentuk dari teknik relaksasi untuk memberikan rasa tenang, membantu mengendalikan emosi serta menyembuhkan gangguan psikologi. Tujuan dari terapi musik adalah memberikan relaksasi pada tubuh dan pikiran penderita, sehingga berpengaruh terhadap perkembangan diri dan menyembuhkan gangguan psikososial7.
Artikel dengan judul efektifitas terapi musik terhadap penurunan tingkat halusinasi pendengaran pada pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. M. Ildrem Penerapan yang dilakukan selama 7 hari setiap pagi dan sore hari8. Terapi musik juga dengan judul efektefitas terapi musik klasik terhadap penurunan tingkat halusinasi pada pasien halusinasi dengar di RSJ Tampan Provinsi
Safitri, Penerapan terapi musik 175 Riau dilakukan intervensi selama 10 – 15
menit setiap harinya8. Teknik untuk menurunkan tanda gejala halusinasi juga dilakukan dalam dengan judul efektifitas terapi musik klasik terhadap penurunan tanda dan gejala pada pasien halusinasi pendengaran yang dilakukan selama 14 hari selama 10 menit disetiap pertemuan9.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan intervensi aktivitas terjadwal, salah satunya adalah terapi musik klasik dengan mengangkat judul “Penerapan Terapi Musik Klasik Pada Pasien Halusinasi Pendengaran di Ruang Nuri Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung Tahun 2021”.
METODE
Desain karya tulis ilmiah ini menggunakan desain studi kasus (casestudy). Subyek dalam penerapan berjumlah 2 pasien dengan kriteria pasien bersedia menjadi subyek, pasien dengan masalah keperawatan utama halusinasi pedengaran, pasien tidak memiliki kecacatan dalam berbicara dan mendengar, pasien menyukai musik klasik. Penerapan dilakukan dilakukan pada tanggal 30 Juni s.d 3 Juli 2021 di Ruang Nuri Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan observasi meggunakan 5 tahap yaitu pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, evaluasi10. Instrumen yang digunakan pada penerapan ini adalah lembar informed concent dan lembar observasi yang berisikan tanda – gejala halusinasi yang akan
diberi tanda ( ) pada tanda – gejala yang terdapat pada pasien.
Analisis data pada karya tulis ilmiah ini dilakukan dengan melihat perubahan sebelum (pre) dan sesudah (post) diberikan terapi musik. Hasil yang didapat akan didokumentasikan untuk disajikan dan kemudian dibahas bagaimana hasil persentase sebelum dan sesudah dilakukan terapi musik untuk mendapatkan perbandingan.
HASIL
Tabel 1 Gambaran Subyek I Identitas & Data Keterangan
Nama Tn. A
Umur 26 tahun
Riwayat Masuk RS Pasien datang ke RS pada bulan Desember tahun 2020 dengan keluhan
pasien sempat
mengkonsumsi narkoba dan alkohol, sering berbicara sendiri, melamun dan mondar mandir. Pasien sempat putus obat pada bulan Januari sampai bulan Juni 2021 dan kemudian dibawa oleh keluarganya ke RS Jiwa
Alasan Masuk RS Berbicara sendiri, mengamuk, sering mondar – mandir dan mendengar suara – suara tanpa wujud
Data Yang Didapat Pasien tampak gelisah dan curiga, saat diajak berbicara kontak mata pasien tidak fokus, pasien mengatakan sering mendengar suara tanpa wujud, suara tersebut berisikan perintah untuk memaki – maki orang lain, pasien mengatakan suara tersebut muncul saat pasien sedang menyendiri, pasien mengatakan saat suara tersebut muncul pasien
Safitri, Penerapan terapi musik 176 kesal dan ingin marah –
marah, pasien
mengatakan sangat terganggu dengan suara tersebut
Faktor Predisposisi Pasien pernah mengkonsumsi narkoba dan alkohol
Faktor Presipitasi Pasien putus obat kurang lebih 6 bulan yang lalu saat sedang menjalani pengobatan
Pemeriksaan fisik TD : 110/70, N : 84x/menit, S : 36,50C, Rr : 20x/menit
Tabel 2 Gambaran Subyek II Identitas & Data Keterangan
Nama Tn. B
Umur 39 tahun
Riwayat Masuk RS Pasien pernah masuk RSJ pada satu tahun yang lalu dengan keluhan suka menyendiri dan ingin bunuh diri. Pasien sempat putus obat pada bulan Mei 2021 dan kemudian di bawa oleh keluarganya ke RSJ Alasan Masuk RS Pasien dibawa ke RS
karena suka berbicara sendiri dan ingin bunuh diri
Data Yang Didapat Pasien mengatakan mendengar suara – suara tanpa wujud yang menyuruhnya untuk bunuh diri, pasien mengatakan suara tersebut muncul dari benda – benda yang ada di sekitarnya, pasien mengatakan sangat terganggu dengan suara tersebut, kontak mata pasien tidak fokus, pasien sering mondar – mandir.
Faktor Predisposisi Pasien merasa tidak berguna dan tidak diterima oleh keluarga dan masyarakat karena mengalami gangguan jiwa
Faktor Presipitasi Pasien sempat putus obat kurang lebih 2 bulan yang lalu saat pengobatannya sedang
berjalan
Pemeriksaan fisik TD : 110/90, N : 90x/menit, S : 36,00C, Rr : 24x/menit
Tabel 3
Tanda - Gejala Halusinasi Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Penerapan Terapi
Musik Klasik Pada Tn.A dan Tn.B
No Tanda – Gejala
Sebelum Sesudah Tn.
A Tn.
B Tn.
A Tn.
B 1. Mendengar
suara bisikan
2 Merasakan sesuatu melalui mendengar suara bisikan
- - - -
3. Menyatakan kesal
- - 4. Disotorsi
sensori
- - 5. Respon tidak
sesuai
- - -
6. Bersikap seolah mendengar sesuatu
-
7. Disorientasi waktu, tempat, orang dan situasi
- - - -
8. Curiga - -
9. Melihat ke arah tertentu
- - -
10. Mondar – mandir
- -
11. Bicara sendiri - -
Jumlah 8 8 2 1
Jumlah skor (%) 72,7
% 72,7
% 18
% 9%
Rata – rata 72,7% 13,5%
Selisih 43,1%
Berdasarkan tabel 3 di atas dapat diketahui bahwa sebelum dilakukan penerapan terapi musik klasik pada Tn.A adalah 72,7% pada hari pertama sampai hari ketiga setelah penerapan didapatkan hasil 18%. Sedangkan pada Tn.B persentase tanda – gejala sebelum
Safitri, Penerapan terapi musik 177 diberikan terapi musik klasik adalah 72,7%
pada hari petama sampai hari ketiga setelah diberikan terapi musik klasik didapatkan hasil 9%.
PEMBAHASAN
1. Karakteristik Pasien a. Jenis Kelamin
Kedua pasien berjenis kelamin laki – laki. Jenis kelamin merupakan salah satu aspek sosial budaya dari faktor predisposisi terjadinya gangguan jiwa. Jenis kelamin dapat mempengaruhi terjadinya gangguan jiwa pada individu dari semua ras dan budaya. Lebih sering terjadi pada pria dengan perbandingan4.
b. Pekerjaan
Didapatkan data bahwa Subyek II (Tn.B) tidak bekerja. Pekerjaan sangat erat kaitannya dengan penghasilan dan status ekonomi individu. Sedangkan Subyek I (Tn.A) bekerja sebagai polisi hal ini menunjukkan pekerjaan tidak erat kaitannya dengan masalah halusinasi.
Stress yang dialami oleh anggota kelompok sosial ekonomi rendah berperan dalam perkembangan skizofrenia6.
c. Faktor Predisposisi 1) Faktor sosiokultural
Pada Subyek II (Tn.B) didapatkan data bahwa dirinya merasa tidak berharga dan merasa tidak dihargai oleh keluarga dan
lingkungan sekitar karena tidak memiliki pekerjaan. Faktor sosiokultural merupakan faktor dimana seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya akan merasa disingkirkan, kesepian dan tidak percaya pada lingkungannya.
2) Faktor Psikologis
Pada Subyek I (Tn.A) didapatkan
data bahwa pernah
mengkonsumsi narkoba dan alkoloh. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan pasien dalam mengambil keputusan yang tepat.
Pasien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal, tidak bertanggung jawab dan mudah terjerumus pada peyalahgunaan zat adaptif.
d. Faktor Presipitasi
Pada kedua subyek didapatkan data bahwa keduanya sama – sama pernah mengalami putus obat saat sedang menjalani pengobatan. Pasien yang tidak mengkonsumsi obat secara tepat dan benar dapat menyebabkan halusinasinya muncul kembali dan mengakibatkan pasien menjadi lelah.
Stress yang berkepanjangan yang menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter otak yang disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan actylcholin dan dopamin. Faktor biokimia mempunyai pengaruh terhadap
Safitri, Penerapan terapi musik 178 terjadinya gangguan jiwa. Dengan
adanya stress yang berlebihan yang dialami seseorang maka tubuh akan menghasilkan suatu zat yang bersifat halusinogen neurokimia seperti buffonen dan dimetytransferase2.
2. Tanda – Gejala Halusinasi Sebelum Diberikan Terapi Musik Klasik
Tanda – gejala pada kedua subyek sebelum diberikan terapi musik klasik menu jukkan hasil persentase rata – rata yaitu 72,7%.
Worl Health Organitation (WHO) menyatakan 450 juta penduduk dunia mengalami gangguan jiwa, 10% orang dewasa dan 25% penduduk yang tidak ditangani berada didunia berkembang6.
Salah satu cara untuk menangani pasien dengan masalah halusinasi adalah terapi aktivitas terjadwal. Terapi aktivitas terjadwal yang akan diajarkan akan ke pasien salah satunya dalah terapi musik.
Terapi musik merupakan salah satu bentuk dari teknik relaksasi untuk memberikan rasa tenang, membantu mengendalikan emosi serta menyembuhkan gangguan psikologi.
Tujuan dari terapi musik adalah memberikan relaksasi pada tubuh dan pikiran penderita, sehingga berpengaruh terhadap perkembangan diri dan menyembuhkan gangguan psikososial7.
3. Tanda – Gejala Halusinasi Sesudah Diberikan Terapi Musik Klasik
Sesudah dilakukan penerapan terapi musik klasik pada ke dua subyek mengalami penurunan dengan hasil rata rata yaitu 22,5%.
Terapi musik termasuk dalam kategori terapi terapi lingkungan, yang mana bermaksud menggunakan salah satu kegiatan yang dilakukan pada waktu luang, dengan tujuan pasien mampu melakukan kegiatan secara konstruktif dan menyenangkan serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial2.
Terapi musik klasik dapat menurunkan tanda – gejala halusinasi karena musik sangat mudah diterima oleh organ pendengaran dan kemudian melalui saraf pendengaran disalurkan kebagian otak yang memproses emosi. Di dalam otak terdapat neurotransmitter yang mengatur mengenai stress dan ansietas. Musik dapat mempengaruhi imajinasi, intelegensi, memori serta dapat mempengaruhi hipofisis di otak untuk melepaskan endorfin9.
Manfaat dari terapi musik adalah untuk memberikan rasa tenang, membantu mengendalikan emosi serta menyembuhkan gangguan psikologi.
Tujuan dari terapi musik ini adalah untuk menggambarkan bagaimana jika aplikasi musik klasik diaplikasikan pada pasien halusinasi pendengaran. Kegiatan ini bertujuan agar pasien mampu melakukan hal produktif dan bermanfaat sehingga
Safitri, Penerapan terapi musik 179 diharapkat dapat berdampak positif pada
pasien. Terapi ini juga bertujuan untuk membikan rasa tenang pada pasien.
KESIMPULAN
1. Karakteristik subjek dengan halusinasi pendengaran pada penerapan ini adalah jenis kelamin, usia dan pekerjaan
2. Tanda – gejala pada kedua subyek sebelum dilakukan terapi musik klasik didapatkan hasil yang sama yaitu 8 tanda – gejala dengan persentase 72,7%.
3. Tanda - gejala pada kedua subjek sesudah dilakukan terapi musik klasik mengalami penurunan pada Subyek I (Tn.A) yaitu didapatkan 2 tanda gejala dengan persentase 18% dan Subyek II (Tn.B) didapatkan 1 tanda – gejala dengan persentase 9%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terapi musik klasik mampu menurunkan tanda gejala halusinasi pada kedua subyek.
DAFTAR PUSTAKA
1. Nasir, Abdul., & Muhith, Abdul. (2011).
Dasar – Dasar Keperawatan Jiwa Pengantar dan Teori. Jakarta : Salemba Medika.
2. Yosep, Iyus & Sutini, Titin. (2016). Buku Ajar Keperawatan Jiwa dan Advance Mental Health Nursing. Bandung : PT Rafika Aditama.
3. Townsend, Mary C. (2018). Psyciatric Mental Health Nursing : Concepts Of Care In Evidence-based Pratice.
Philadelphia, PA : Davis Company .
4. Halter, Margaret J. (2018). Varcarolis’
Fundations Of Psychiatric-mental Health Nursing A Clinical Approach. Elsavier Inc.
5. WHO (2019) Gangguan Jiwa, lembar fakta. Di unduh pada tanggal 5 Maret 2021 pukul 20.00 WIB, dari
<https://www.who.int/mental_health/man agement/en/ >.
6. Satrio,K.L. (2015). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandar Lampung:
LP2M Institusi Agama Islam
7. Wijayanto, wury., & Agustina, Marisca.
(2017). Efektifitas Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Tanda dan Gejala pada Pasien Halusinasi Pndengaran. Di unduh pada tanggal 02 Febuari 2021
pukul 16.45 WIB,
dari<https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=musik+klasik +untuk+menurunkan+hausinasi+penden garan&btnG=#d=gs_qabs&u=%23p%3 DLYt5CNATj8J >.
8. Yanti, Dian, dkk. (2020). Efektifitas Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Tingkat Halusinasi Pada Pasien Halusinasi Pendengaran Di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. M. Ildrem Medan. Di unduh pada tanggal 02 Febuari 2021
pukul 16.00 WIB, dari
<https://ejournal.medistra.ac.id/index.ph p/JKN/article/view/527>.
9. Damayanti, Rafina, dkk. (2017).
Efektifitas Musik Klasik Terhadap Penurunan Tingkat Halusinasi Pada Pasien Halusinasi Dengar di RSJ Tampan
Safitri, Penerapan terapi musik 180 Provinsi Riau. Di unduh pada tanggal 02
Febuari 2021 pukul 17.00 WIB, dari
<https://scholar.google.com/scholar?hl=i d&as_sdt=0%2C5&q=musik+klasik+unt uk+menurunkan+halusinasi+pendengara n&btnG=#d=gs_qabs&u=%23p%3DC0r innHut7kJ >.
10. Yusuf, A., dkk. (2015). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika.