• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Cendikia Muda Volume 2, Nomor 4, Desember 2022 ISSN :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Jurnal Cendikia Muda Volume 2, Nomor 4, Desember 2022 ISSN :"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN : 2807-3469

Salvataris, Penerapan Kompres Hangat 521

PENERAPAN KOMPRES HANGAT LEHER TERHADAP SKALA NYERI PADA PASIEN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS YOSOMULYO

KEC. METRO PUSAT TAHUN 2021

IMPLEMENTATION OF NECK WARM COMPRESSES ON PAIN SCALE

IN HYPERTENSION PATIENTS IN THE WORK AREA OF YOSOMULYO PUSKESMAS KEC. CENTER METRO IN 2021

Sabina Salvataris1, Ludiana2, Sapti Ayubbana3

1,2,3Akademi Keperawatan Dharma Wacana Metro

Email: [email protected]

ABSTRAK

Hipertensi merupakan masalah kesehatan publik utama di seluruh dunia dan merupakan faktor resiko penyakit kardiovaskular, serta belum terkontrol optimal di seluruh dunia. Gejala hipertensi yang sering ditemukan yaitu nyeri kepala, biasanya di tengkuk dan leher, dapat muncul saat terbangun, yang berkurang selama siang hari. Salah satu tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi nyeri kepala pada pasien hipertensi adalah melalui kompres hangat. Tujuan penerapan ini adalah membantu menurunkan skala nyeri kepala pada pasien hipertensi melalui kompres hangat pada leher di Wilayah Kerja Puskesmas Yosomulyo Kec. Metro Pusat Tahun 2021.

Rancangan karya tulis ilmiah ini menggunakan desain studi kasus (case study). Subyek yang digunakan sebanyak 2 (dua) pasien hipertensi dengan masalah nyeri di Wilayah Kerja Puskesmas Yosomulyo Kec. Metro Pusat Tahun 2021. Analisa data dilakukan menggunakan analisis deskriptif. Hasil penerapan menunjukkan bahwa setelah dilakukan penerapan kompres hangat, skala nyeri pada kedua subyek yang mengalami penurunan. Bagi pasien hipertensi yang mengalami nyeri kepala, diharapkan dapat melakukan kompres hangat secara mandiri karena kompres hangat dapat membantu menurunkan skala nyeri kepala pada pasien hipertensi.

Kata Kunci : Hipertensi, Kompres Hangat, Nyeri kepala.

ABSTRACT

Hypertension is a major public health problem worldwide and is a risk factor for cardiovascular disease, and has not been optimally controlled worldwide. The most common symptom of hypertension is headache, usually in the nape of the neck and neck, which may appear upon awakening, which subsides during the day. One of the actions that can be taken to treat headaches in hypertensive patients is through warm compresses. The purpose of this application is to help reduce the scale of headaches in hypertensive patients through warm compresses on the neck in the Work Area of the Yosomulyo Community Health Center, Kec. Metro Pusat in 2021. The design of this scientific paper uses a case study design. The subjects used were 2 (two) hypertensive patients with pain problems in the Work Area of the Yosomulyo Health Center, Kec. Metro Pusat in 2021.

Data analysis was carried out using descriptive analysis. The results of the application showed that after the application of warm compresses, the pain scale in both subjects decreased. For hypertensive patients who experience headaches, it is hoped that they can do warm compresses independently because warm compresses can help reduce the scale of headaches in hypertensive patients.

Keywords : Hypertension, Warm Compress, Headache.

(2)

Salvataris, Penerapan Kompres Hangat 522 PENDAHULUAN

Hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang menjadi salah satu penyebab utama kematian terbesar di dunia. Organisasi kesehatan dunia World Health Organization (WHO) mem- perkirakan saat ini angka kejadian hipertensi secara global sebesar 22% dari total penduduk dunia. Menurut Hasil Riskesdas 2018 menunjukkan angka prevalensi hipertensi pada penduduk > 18 tahun berdasarkan pengukuran secara nasional sebesar 34,11%yang mengalami hipertensi. Provinsi Lampung memiliki prevlensi kasus hipertrensi sekitar 29,9%1. Sedangkan prevalensi hipertensi di Kota Metro menempati urutan pertama dari 10 besar penyakit di Kota Metro dengan Jumlah 17.401 penderita atau 26,24%2. Berdasarkan laporan 20 besar penyakit yang terdapat di Puskesmas Yosomulyo Kota Metro Hipertensi menempati urutan pertama dengan 228 penderita hipertensi3

Hipertensi merupakan tekanan dari sistolik 140 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih, berdasarkan rata-rata tiga kali pengukuran atau lebih yang diukur secara terpisah.

Komplikasi hipertensi apabila tidak ditangani akan mempengaruhi sistem kardiovaskular, saraf, dan ginjal. Laju aterosklerosis meningkat, meningkatkan resiko penyakit jantung koroner dan stroke. Beban kerja ventrikel kiri

meningkat, menyebabkan hipertrofi ventrikel, yang kemudian meningkatkan resiko penyakit jantung koroner, distritmia, dan gagal jantung. Sebagian besar kematian akibat hipertensi disebabkan oleh penyakit jantung koroner dan infark miokardium akut atau gagal jantung4.

Hipertensi biasanya seringkali tidak menunjukan gejala khusus, hanya ditandai dengan kenaikan tekanan darah. Kenaikan tekanan darah pada awalnya sementara tetapi akhirnya menjadi permanen. Ketika gejala muncul, biasanya samar. Sakit kepala, biasanya di tengkuk dan leher, dapat muncul saat terbangun, yang berkurang selama siang hari4.

Nyeri kepala pada hipertensi disebabkan karena kerusakan vaskuler akibat dari hipertensi tampak jelas pada seluruh pembuluh perifer. Perubahan struktur dalam arteri-arteri kecil dan arteriola menyebabkan penyumbatan pembuluh darah. Bila pembuluh darah menyempit maka aliran arteri akan terganggu. Pada jaringan yang terganggu akan terjadi penurunan O2 (oksigen) dan peningkatan CO2 (karbondioksida) kemudian terjadi metabolisme anaerob dalam tubuh yang meningkatkan asam laktat dan menstimulasi peka nyeri kapiler pada otak, nyeri kepala menimbulakan rasa ketidaknyamanan pasien hipertensi5.

(3)

Kompres hangat dapat merelaksasikan otot pada pembuluh darah dan melebarkan pembuluh darah sehingga hal tersebut dapat meningkatkan pemasukan oksigen dan nutrisi ke jaringan otak sehingga nyeri kepala berkurang dan meningkatkan rasa nyaman pada pasien hipertensi dengan nyeri kepala5.

Tujuan penerapan kompres hangat pada leher adalah untuk membantu menurunkan nyeri kepala pada pasien hipertensi.

METODE

Desain karya tulis ilmiah ini menggunakan desain stadi kasus (case study). Subyek yang digunakan dalam studi kasus yaitu pasien hipertensi yang terdiri dari 2 pasien.

Alat ukur yang digunakan meliputi lembar

observasi skala nyeri dan penerapan tindakankompres hangat pada leher, alat ukur yang digunakan adalah skala nyeri(numerik (0-10)-Numerical Rating Scales/NRS) dan lembar observasi hasil pengukuran.

HASIL

Gambaran responden penerapan yang didapatkan pada saat pengkajian sesuai dengan tahapan rencana penerapan adalah sebagai berikut:

Tabel.1

Gambaran Responden Penerapan

Data Responden I Responden II

Nama Tn. P Ny. R

Usia 40 tahun 58 tahun

Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan

Suku Jawa Jawa

Berat Badan 71 Kg 80 Kg

Tinggi Badan 165 cm 167 cm

IMT (Index Masa Tubuh)

26,1 (berat badan berlebih cenderung obesitas)

28,6 (berat badan berlebih cenderung obesitas)

Tanggal pengkajian

8 Juli 2021 8 Juli 2021

Riwayat keluarga Klien mengatakan didalam keluarga terdapat riwayat penyakit hipertensi seperti klien yaitu Ibu klien.

Klien mengatakan didalam keluarga terdapat yang mengalami atau menderita hipertensi seperti klien yaitu kedua orang tua klien.

Pekerjaan Pedagang Guru

Riwayat kesehatan sebelumnya

Klien mengatakan menderita hipertensi sejak 7 tahun yang lalu.

Klien mengatakan menderita hipertensi sejak 10 tahun yang lalu.

Persepsi nyeri Klien mengatakan selama menderita hipertensi klien sering merasakan nyeri pada kepalanya.

Klien mengatakan sejak menderita hipertensi klien sering merasakan nyeri pada kepalanya.

Keluhan saat ini Klien mengatakan terkadang mengeluh nyeri kepala, Klien mengatakan sering ke fasilitas kesehatan untuk memeriksakan tekanan darahnya, klien me-ngatakan

Klien mengatakan terkadang mengeluh nyeri kepala, Klien mengatakan sering ke fasilitas kesehatan untuk memeriksakan tekanan darahnya, klien me-ngatakan

(4)

Salvataris, Penerapan Kompres Hangat 524 rutin mengkonsumsi obat anti hipertensi

yaitu Amlodipine 1x5 mg, klien tidak mengetahui tentang bagaimana penanganan dan penatalaksanaan nyeri kepala pada pasien hipertensi untuk dirumah kecuali mengkonsumsi atau menggunakan obat. Klien mengatakan sering mengguna-kan minyak GPU pada lehernya untuk mengurangi nyeri kepala.

rutin mengkonsumsi obat anti hipertensi yaitu Candesartan 1x8 mg, klien tidak mengetahui tentang bagaimana penanganan dan penatalaksanaan nyeri kepala pada pasien hipertensi untuk dirumah kecuali mengkonsumsi atau mengguna-kan obat.

TTV TD: 160/90 mmHg, RR: 18 x/m, Nadi:

92 x/m

TD: 170/100 mmHg, RR: 20 x/m, Nadi:

80 x/m

(5)

Penerapan Kompres Hangat pada kedua responden (Tn. PdanNy. R) dilakukan pada tanggal yang sama yaitu dilakukan pada tanggal 8 s.d10Juli 2021. Adapun hasil pengukuran Skala nyeri sebelum dan setelah penerapan kompres hangat pada kedua responden dapat dilihat pada tabel di bawah:

Tabel 2

Skala Nyeri Kedua Responden Sebelum dan Setelah Penerapan Kompres Hangat

Responden

Pengukuran Skala Nyeri Hari I Hari II Hari III Sblm Stlh Sblm Stlh Sblm Stlh

Tn. P 6 6 5 4 4 3

Ny. R 6 5 5 4 4 2

PEMBAHASAN

Penerapan ini mengidentifikasi keaktifan kompres hangat leher pada pasien hipertensi. Hasil penerapan skala nyeri menunjukan bahwa terjadi penurunan skala nyeri kepala pada pasien hipertensi yang ditandai dengan adanya penurunan angka skala nyeri sedang ke ringan.

Nyeri kepala pasien hipertensi karena suplai darah ke otak mengalami penurunan dan peningkatan spasme pembuluh darah.Pada pasien hipertensi dengan masalah keperawatan nyeri kepala kompres hangat dapat merealisasikan otot pada pembuluh darah sehingga hal tersebut dapat meningkatkan pemasukan oksigen dan nutrisi ke jaringan otak5. Kompres hangat merupakan salah satu penatalaksanaan nyeri dengan memberikan energi panas melalui

konduksi, dimana panas tersebut dapat menyebabkan vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah), meningkatkan relaksasi otot sehingga meningkatkan sirkulasi dan menambah pemasukan, oksigen, serta nutrisi ke jaringan6. Kompres hangat yaitu memberikan rasa hangat pada klien dengan menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang memerlukaanya. Secara anatomis, banyak pembuluh darah arteri dan arteriol di leher yang menuju ke otak sehingga dapat mengurangi nyeri7.

Hasi penerapan ini relevan dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya tentang pengaruh pemberian kompres hangat pada leher terhadap penurunan intensitas nyeri kepala pada pasien hipertensi di RSUD Tugurejo Semarang menunjukkan kasi penelitian dengan menggunakan uji Wicoxon sign test didapatkan nilai p value 0,000 (p˂0,05), sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh pemberian kompres hangat pada leher terhadap penurunan intensitas nyeri kepala pada pasien hipertensi5.

Penelitian selanjutnya tentang manajemen nyeri kepala dengan kompres hangat pada penderita hipertensi di Puskesmas Polokarto yang dilakukan selama 3 hari, menunjuan bahwa masalah keperawatan pasien tentang gangguan keamanan dan kenyamanan (nyeri) kepala yang diselesaikan, sehingga intervensi dihentikan8.

(6)

Salvataris, Penerapan Kompres Hangat 526 Hasil pengkajian responden I terbiasa

menggunakan minyak GPU yang cukup panas pada lehernya, sehingga sensivitas kulit responden I terhadap kompres hangat yang diberikan pada penulis kurang terasa bagi responden I. Hal ini berhubungan dengan fungsi kulit yaitu menutupi dan melindungi permukaan tubuh, serta bersambung dengan selaput lendir yang melapisi rongga-rongga dan lubang-lubang masuk9. Fungsi lain kulit adalah menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis, misalnya terhadap gesekan, tarikan, gangguan kimiawi yang dapat menimbulkan iritasi, Gangguan panas, misalnya radiasi, sinar ultraviolet, gangguan infeksi dari luar misalnya bakteri dan jamur. Karena adanya bantalan lemak, tebalnya lapisan kulit dan serabut-serabut jaringan penunjang berperan sebagai pelindung terhadap gangguan fisis6.

Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko terjadinya nyeri pada kedua responden penerapan yaitu antara lain :

1. Persepsi Nyeri

Persepsi nyeri atau interpretasi nyeri,merupakan komponen penting dalam pengalamn nyeri. Oleh karena kita menerima dan menginter- prestasikan nyeri berdasarkan pengalaman individual kita masing- masing, nyeri juga dirasakan berbeda

pada tiap individu11. Kedua responden dalam penerapan ini mengalami skala nyeri yang berbeda setelah dilakukan penerapan kompres hangat yaitu responden I skala nyeri 3 (kategori ringan) dan responden II skala nyeri 2 (kategori ringan)

2. Usia

Respondenyang terlibat dalam penerapan ini yaitu responden I (Tn. P) berusia 40 tahunsedangkanresponden II (Ny. R) berusia 58 tahun. Terdapat beberapa variasi dalam batas nyeri yang dikaitkan dengan kronologis usia, namun tidak ada bukti terkini yang berkembang secara jelas. Individu dewasa mungkin tidak melaporkan adanya nyeri karena takut bahwa hal tersebut mengindikasikan diagnosis yang buruk11. Usia dan perkembangan seseorang merupakan variabel penting yang akan mempengaruhi reaksi dan ekspresi terhadap nyeri, khususnya pada anak-anak dan dewasa/lansia11. Berdasarkan uraian diatas, usia kedua responden yaitu responden I 40 tahun dan responden II 58 tahun termasuk kriteria usia dewasa, pada usia dewasa respon nyeri dapat ditoleransi dibandingkan pada usia anak-anak. Orang dewasa dan lansia menganggap nyeri sebagai suatu kelemahan, kegagalan dan kehilangan kontrol. Orang dewasa dan lansia melaporkan ketika sudah patologis atau terjadi kerusakan fungsi12.

(7)

3. Jenis Kelamin

Jenis kelamin kedua responden dalam penerapan ini yaitu yaitu laki-laki dan perempuan. Jenis kelamin merupakan faktor penting dalam merespons adanya nyeri. Dalam suatu studi dilaporkan, bahwa laki-laki kurang merasakan nyeri dibandingkan dengan perempuan7. Jenis kelamin dapat menjadikan faktor yang signifikan dalam respons nyeri, pria lebih jarang melaporkan nyeri dibandikan wanita.

Di beberapa budaya di Amerika Serikat, pria diharapkan lebih jarang mengekspresikannyeri dibandingkan wanita11.

Berdasarkan uraian diatas jenis kelamin adalah salah satu faktor yang tidak mempengaruhi reaksi serta ekspresi terhadap nyeri pada kedua responden. Jenis kelamin pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam berespon terhadap nyeri. Ada beberapa kebudayaan yang mempengaruhi jenis kelamin misalnya mengangap bahwa seorang anak laki- laki harus berani dan tidak boleh menangis, sedangkan anak perempuan boleh menangis dalam situasi yang sama12.

KESIMPULAN

Skala nyeri responden I dari skala 6 menjadi 3 dan pada responden II dari skala 6 menjadi 2. Kompres hangat pada leher

dapat membantu menurunkan skala nyeri kepala pada pasien hipertensi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kemenkes RI. (2019). Hasil Utama Riskesdas 2018. Kementrian Kesehatan RI Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

2. Dinkes Kota Metro. (2020). Profil Kesehatan Kota Metro. Kota Metro:

Dinas Kesehatan Kota Metro.

3. Medical Record Puskesmas Yosomulyo Kota Metro. (2021). 10 Besar Penyakit di Puskesmas Yosomulyo.

4. LeMone, P., Burke, KM & Bauldoff, G. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume 3. Alih Bahasa: Subekti, B N. Jakarta: EGC.

5. Setyawan, D & Kusuma, M A B.

(2014). Pengaruh Pemberian Kompres Hangat Pada Leher Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Kepala Pada Pasian Hipertensi di RSUD Tugurejo Semarang. Jurnal Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang.

6. Potter, P A & Perry, A G. (2010).

Fundamentals of Nursing Fundamental Keperawatan Buku 2 Edisi 7. alih Bahasa: Nggie, A F &

Albar, M. Jakarta: Salemba Medika.

7. Mubarak, W I., Indrawati, L &

Susanto, J. (2015). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar Buku 2. Jakarta:

Salemba Medika.

8. Sribekti, D & Supratman, Ph. (2016).

Manajemen Nyeri Kepala dengan Kompres Hangat pada Penderita Hipertensi di Puskesmas Polokarto.

Jurnal Universitas Muhammadiyah Surakarta.

9. Pearce, E.C. (2013). Anatomi &

Fisiologi untuk Paramedis. alih Bahasa: Handoyo, S.Y. Jakarta:

Gramedia.

(8)

Salvataris, Penerapan Kompres Hangat 528 10. Syaifuddin. (2006). Anatomi Fisiologi

untuk Mahasiswa Keperawatan.

Jakarta: EGC.

11. Black, J M & Hawks, J H. (2014).

Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8.

Buku 1. Jakarta : Salemba Medika.

12. Rohimah, S & Kurniasih, E. (2015).

Pengaruh Kompres Hangat pada Pasien Hipertensi Esensial di Wilayah Kerja Puskesmas Kahurpian Kota Tasikmalaya. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Volume 13 Nomor 1 Februari 2015.

Referensi

Dokumen terkait

Perubahan yang terjadi pada kemampuan kedua subyek penerapan setelah dilakukan penerapan terapi psikoreligius dzikir adalah 60% artinya setelah subyek dilatih,

Tingkat kecemasan kedua responden sebelum dilakukan penerapan relaksasi nafas dalam pada 1 jam sebelum masuk ruang operasi dalam kategori tingkat kecemasan berat,

Hasil penerapan ini sejalan dengan penelitian sebelumnya tentang pengaruh pemberian teknik clapping dan batuk efektif terhadap bersihan jalan nafas pada pasien

Senam kaki diabetes dapat meningkatkan kebutuhan energi sehingga otot menjadi lebih aktif dan peka lalu membuat reseptor insulin menjadi lebih aktif dan terjadi penurunan

Penelitian selanjutnya tentang pengaruh inhalasi sederhana menggunakan aromaterapi daun mint (mentha piperita) terhadap penurunan sesak nafas pada pasien tubercolosis paru di

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PEMBERIAN TERAPI AKUPRESUR DALAM MENGURANGI NYERI DAN PENURUNAN TEKANAN DARAH

sebelumnya membuat seseorang mengadopsi mekanisme koping yang bisa digunakan pada episode nyeri berikutnya 7. Hasil penelitian sebelumnya menunjukan bahwa seseorang

Salah satu faktor risiko terjadinya diabetes melitus (DM) tipe 2 yaitu tidak adanya aktivitas fisik 9. Aktivitas fisik berdampak terhadap aksi insulin pada orang