LAPORAN AKHIR
PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI
PEMURNIAN BIOETANOL DARI BAGAS TEBU
MENGGUNAKAN
MOLECULAR SIEVES ADSORPTION-DISTILLATION
Oleh :
Dr. Megawati, S.T., M.T. NIDN. 0006117203 Drs. Said Sunardiyo, M.T. NIDN. 0012056509 Astrilia Damayanti S.T., M.T. NIDN. 0008097306
Penelitian ini dibiayai oleh
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Universitas Negeri Semarang, Nomor: DIPA-042.04.2.400052/2015 Tanggal 15 April 2015 dan Revisinya.
Sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Penelitian Dosen Tahun Anggaran 2015, Nomor: 2.18.5/UN37/PPK.3.1/2015 Tanggal: 18 Mei 2015
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
NOVEMBER 2015
RINGKASAN
Tujuan jangka panjang penelitian ini ialah mengkonversi biomassa lignoselulosa menjadi etanol, supaya dapat dimafaatkan menjadi bahan bakar cair untuk substitusi sebagian atau keseluruhan bahan bakar fosil yang persediaannya sudah menipis. Beberapa tahapan pembuatan bioetanol, yang dipakai sebagai peta jalan penelitian, di antaranya praperlakuan bahan baku, hidrolisis, detoksifikasi, fermentasi, dan pemurnian. Tahapan mulai praperlakuan sampai fermentasi sudah pengusul lakukan, sedangkan tahapan yang belum adalah pemurnian etanol. Kemurnian etanol untuk bahan bakar cair di atas 99,95% (hampir absolut). Sementara itu, tingkat kemurnian dari industri etanol berbasis tetes tebu hanya 95% (etanol teknis). Hal ini disebabkan karena etanol-air memiliki titik azeotrop sekitar 95%, sehingga memerlukan teknologi tambahan yang lebih rumit untuk memurnikannya kembali. Target utama dari penelitian ini adalah akan memurnikan etanol dari hasil fermentasi hidrolisat bagas tebu sampai kadar di atas azeotropnya dan target tambahannya adalah melakukan analisis eksploratif dan deskriptif tentang distilasi etanol di PT Madubaru, yang masih menghasilkan etanol teknis, sehingga hasil penelitian ini nantinya dapat diaplikasikan di industri tersebut.
Cara-cara yang dapat dilakukan untuk memurnikan etanol melampaui kadar azeotropnya adalah pressure swing-distillation, dehidrasi, distilasi ektraktif, serta distilasi dengan penjerap molekul (molecular sieves adsorption-distillation). Penelitian ini akan memilih metode distilasi menggunakan penjerap molekul karena lebih efisien, tidak memerlukan tekanan dan suhu yang bervariasi, sehingga kondisi operasinya lebih stabil. Pada proses ini, setelah kadar etanol mendekati kadar azeotropnya, distilasi dilanjutkan dalam kolom yang dilengkapi dengan bahan penjerap, yaitu karbon aktif dan gel silika dengan variasi ukuran pori.
Pemurnian bioetanol pada penelitian ini akan diawali dengan merancang dan membuat perangkat distilasi dengan penjerap molekul pada skala laboratorium. Data percobaan yang diperoleh akan digunakan untuk mempelajari apakah metode
adsoptive-distillation dapat digunakan untuk memurnikan etanol. Selain itu, nilai
parameter perpindahan massa uap air dalam penjerap dan persamaan kesetimbangan penyerapan uap air oleh gel silika dapat dicari menggunakan metode curve-fitting. Parameter tersebut sangat diperlukan untuk mendesign kolom distilasi lengkap dengan sistem pengendaliannya.
PRAKATA
Laporan akhir Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi dengan judul
“Pemurnian Bioetanol dari Bagas Tebu Menggunakan Molecular Sieves
Adsorption-Distillation” ini dapat kami selesaikan dengan baik. Rancang bangun
alat distilasi-adsorpsi untuk memurnikan etanol-air sampai kadar melebihi
azeotropnya sudah disusun dan dijalankan. Alat ini dicoba menggunakan adsorben
gel silika dan konsentrasi etanol dapat ditingkatkan kemurniannya
Keseluruhan laporan penelitian ini, mulai dari penyusunan proposal,
melakukan penelitian, penyusunan karya ilmiah publikasi dan buku ajar, dan
penyusunan laporan akhir dapat tercapai atas kerjasama dari semua tim peneliti:
Drs. Said Sunardiyo, M.T. dan Astrilia Damayanti, S.T., M.T., dibantu oleh Reni
Ainun Jannah.
Penyusun juga menyampaikan terima kasih kepada Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Universitas Negeri Semarang yang telah mengijinkan dan memberikan
dana sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.
Akhir kata, semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat bagi nusa dan
bangsa dalam mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya di bidang
pengembangan energi hijau.
DAFTAR ISI
1.2. Permasalahan 3
1.3. Tujuan
1.4. Urgensi Penelitian
3
4
II. TUNJAUAN PUSTAKA
2.1. Konversi Biomassa menjadi Energi
2.2. Potensi Bagas Tebu dan Lignoselulosa menjadi Etanol
2.3. Kinetika Reaksi Hidrolisis Bagas Tebu
2.4. Distilasi Etanol
2.5. State of The Art
2.6. Gel Silika sebagai Penjerap
5
III. METODE PENELITIAN
3.1. Bagan Alir Penelitian
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Konsentrasi Gula Hasil Hidrolisis Bagas Tebu pada Suhu 60 oC 7 Tabel 2.2. Konsentrasi Gula Hasil Hidrolisis Bagas Tebu pada Suhu 70 oC 7 Tabel 2.3. Konsentrasi Gula Hasil Hidrolisis Bagas Tebu pada Suhu 80 oC 7
Tabel 2.4. Konsentrasi Gula Hasil Hidrolisis Bagas Tebu pada Suhu 90 oC 8 Tabel 2.5. Konsentrasi Gula Hasil Hidrolisis pada Suhu 100 oC 8 Tabel 2.6. Kadar Etanol Hasil Fermentasi dari Berbagai Jenis Bahan Baku 8 Tabel 4.1. Kadar Etanol Hasil Pemurnian Menggunakan Metode
Molecular Sieve Adsorption-Distillation
22
Tabel 4.2. Profil Kadar Etanol Sepanjang Kolom selama Proses Pemurnian
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Proses Konversi Biomassa sebagai Sumber Energi Hijau (Demirbas, 2008)
5
Gambar 2.2. Diagram Proses Pembuatan Etanol dari Lignoselulosa Berbasis Hidrolisis secara Kimiawi (Taherzadeh dan Karimi, 2009)
6
Gambar 2.3. Perbandingan Data Percobaan dan Hasil Perhitungan Kinetika Reaksi pada Suhu 70 oC dan Konsentrasi Katalis 0,6 mol/L
9
Gambar 2.4. Perbandingan Data Percobaan dan Hasil Perhitungan Kinetika Reaksi pada Suhu 80 oC dan Konsentrasi Katalis
0,5 mol/L
10
Gambar 2.5. Perbandingan Data Percobaan dan Hasil Perhitungan Kinetika Reaksi pada Suhu 90 oC dan Konsentrasi Katalis
0,4 mol/L
10
Gambar 2.6. Perbandingan Data Percobaan dan Hasil Perhitungan Kinetika Reaksi pada Suhu 100 oC dan Konsentrasi Katalis 0,3 mol/L
10
Gambar 2.7. Distilasi Menggunakan Pressure Swing-Distillation (Strand, 2001)
12
Gambar 2.8. Distilasi Menggunakan Extractive-Distillation (Strand, 2001)
12
Gambar 2.9. Elemen Volum Distilasi dengan Penjerap Molekul 13 Gambar 2.10. Grafik 1/x versus 1/y* pada Kesetimbangan Adsorpsi
Etanol-Air (dengan y* = komposisi jenuh uap air di fase uap)
14
Gambar 2.11. Gel Silika Berwarna Putih Bening, Biru, dan Merah Muda 16
Gambar 3.1. Bagan Alir Penelitian 17
Gambar 4.1. Rancang-bangun Molecular Sieve Adsorption-Distillation
untuk Memurnikan Etanol
19
Gambar 4.2. Kromatogram Etanol Hasil Distilasi Larutan Fermentasi (Kadar Etanol 90%)
20
Gambar 4.3. Kromatogram Etanol Hasil Distilasi Menggunakan
Molecular Sieve Adsorption-Distillation selama 5 menit
(Kadar Etanol 92,348%)
21
Gambar 4.4. Kromatogram Etanol Hasil Distilasi Menggunakan
Molecular Sieve Adsorption-Distillation selama 45 menit
(Kadar Etanol 95,662%)
21
Gambar 4.5. Kromatogram Etanol Hasil Distilasi Menggunakan
Molecular Sieve Adsorption-Distillation selama 55 menit
(Kadar Etanol 96,114%)
21
Gambar 4.6. Pengaruh Waktu terhadap Kadar Etanol Hasil Pemurnian (Aufar dkk. (2011)-1 untuk zeolit dan Aufar dkk. (2011)-2 untuk CaO)
Gambar 4.7. Pengaruh Waktu terhadap Kadar Etanol Hasil Pemurnian Menggunakan Molecular Sieve Adsorption-Distillation
23
Gambar 4.8. Perbandingan antara Data dan Hasil Perhitungan (Kadar etanol awal 90%)
24
Gambar 4.9. Profil Kadar Etanol Sepanjang Kolom Adsorber (Kadar etanol awal 90%)
24
Gambar 4.10. Kolom Distilasi di PT Madubaru 25
Gambar 4.11. Perkiraan Peningkatan Kadar Etanol selama Pemurnian di PT Madubaru (Kadar etanol awal 96%)
26
Gambar 4.12. Profil Kadar Etanol Sepanjang Kolom Adsorber (Kadar etanol awal 96%)
DAFTAR LAMPIRAN
Laporan Akhir Hibah Penelitian Unggulan Universitas Negeri Semarang 2015 1 BAB 1. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Krisis bahan bakar minyak telah memberikan tanda bahwa cadangan energi
fosil yang dimiliki Indonesia sudah menipis (BP Migas, 2009). Sebaliknya,
konsumsi BBM (dalam negeri) sudah lama meningkat dari tahun ke tahun (Ditjen
Migas, 2012). Terbatasnya sumber energi fosil menyebabkan perlunya
pengembangan energi terbarukan dan konservasi energi. Salah satu bentuk dari
energi terbarukan adalah energi biomassa (Khoo, 2015). Teknologi pemanfaatan
energi biomassa terdiri dari pembakaran langsung dan konversi biomassa menjadi
bahan bakar. Hasil konversi ini dapat berupa biogas, bioetanol, biodiesel, arang,
dan sebagainya. Penelitian ini akan menghasilkan etanol dari biomassa bagas
tebu, yang merupakan limbah industri gula dan minuman sari tebu di kota, untuk
bahan bakar hijau pengganti energi fosil. Oleh karena itu, penelitian ini
bermanfaat untuk kemajuan negara karena bioetanol yang dihasilkan dapat
digunakan sebagai pengganti atau substitusi bakar bakar cair (Kompas, 2015) dan
sesuai dengan Renstra Unnes di bidang Konservasi pada bahan kajian Bioetanol.
Beberapa tahapan untuk membuat etanol dari lignoselulosa adalah
praperlakuan, hidrolisis, detoksifikasi, fermentasi, dan purifikasi (Megawati,
2011). Hidrolisis merupakan tahap awal untuk mendegradasi selulosa menjadi
gula. Gula yang terbentuk ini memerlukan detoksifikasi sebelum difermentasi
menjadi etanol. Etanol diperoleh dengan mendistilasi hasil fermentasi sampai
kadar tertentu. Etanol untuk bahan bakar cair kendaraan bermotor harus memiliki
kemurnian tinggi (+99,98%), sehingga setelah didistilasi sampai kadar
azeotropnya, etanol perlu dimurnikan lagi sampai kadar hampir absolut
(Megawati, 2015). Tahapan mulai dari praperlakuan sampai fermentasi sudah
banyak dilakukan, sedangkan tahapan yang realtif belum adalah pemurnian etanol.
Adapun perkembangan penelitian tentang pemurnian etanol dapat diuraikan
sebagai berikut. Hlaing (2007) melakukan dehidrasi etanol dengan gel silika untuk
memurnikan etanol hasil fermentasi. Jadi, etanol didistilasi hanya sampai kadar
azeotropnya, kemudian didehidrasi sampai kadar 99%. Penelitian yang hampir
Laporan Akhir Hibah Penelitian Unggulan Universitas Negeri Semarang 2015 2
menggunakan karbon aktif dan molecular sieves tipe 3A dan 4A untuk
menggantikan gel silika sebagai penjerap air. Penelitian di atas kurang efektif
karena membutuhkan banyak adsorber untuk meningkatkan kemurnian etanol dari
95 sampai 99,95%. Sedangkan Bastidas dkk. (2010) melakukan tiga cara
pemurnian, yaitu distilasi azeotropik menggunakan cyclohexane, distilasi
ekstraktif menggunakan ethyleneglycol, dan dehidrasi menggunakan zeolit. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa distilasi ekstraktif lebih efisien
dibandingkan dua cara yang lain, namun kurang ekonomis karena membutuhkan
penambahan pelarut dan akan menyebabkan limbah baru (Gil dkk., 2008).
Penelitian lebih lengkap dan menarik dilakukan oleh Bowen dkk. (2010), yaitu
distilasi menggunakan pressure-swing, distilasi ekstraktif dengan benzena dan
trichloroethylene, distilasi dengan penjerap molekul menggunakan butiran jagung
kering, dan dehidrasi menggunakan garam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
distilasi ekstraktif lebih efisien tetapi hanya sesuai untuk industri-industri besar
karena memerlukan proses pemurnian tambahan.
Uraian di atas menunjukkan bahwa cara yang paling efektif dan ekonomis
adalah distilasi dengan penjerap molekul (molecular sieves
adsorption-distillation). Pada cara ini, proses penjerapan diperlukan untuk melampaui kadar
azeotropnya saja, setelah itu distilasi biasa dapat dilanjutkan lagi, sehingga
kebutuhan penjerap akan lebih sedikit dibandingkan dengan cara distilasi
dilanjutkan dehidrasi. Selain untuk mengetahui kemampuan bahan penjerap, nilai
parameter perpindahan massa dan persamaan kesetimbangan distilasi-adsorpsi
pada sistem pemisahan etanol air ini juga perlu dipelajari. Hal ini penting untuk
mendesain peralatan distilasi dengan penjerap molekul pada skala industri.
Penelitian lanjutan ini memilih etanol dari bagas tebu selain karena jumlah bagas
tebu melimpah juga karena rendemen gula yang didapatkan dari proses hidrolisis
lebih tinggi dibandingkan bahan baku lainnya, sehingga etanolnya juga lebih
banyak. Jenis bahan penjerap yang akan dipilih adalah gel silika dengan ukuran
pori divariasikan dan diharapkan dapat meningkatkan kinerja pemurniannya
(Bowen dkk., 2010). Di samping untuk mengkonversi bagas tebu menjadi etanol
Laporan Akhir Hibah Penelitian Unggulan Universitas Negeri Semarang 2015 3
yang belum dapat menghasilkan etanol dengan kadar di atas azeotropnya, seperti
unit-unit usaha etanol di Bekonang dan PT Madubaru. Aplikasi sebuah penemuan
teknologi hasil penelitian untuk industri memerlukan parameter-parameter desain
peralatan proses yang dapat dicari melalui simulasi berbasis data percobaan.
I.2. Permasalahan
1. Bagaimanakah desain alat untuk distilasi etanol dengan penjerap molekul skala
laboratorium yang dapat digunakan untuk mencari parameter-parameter
prosesnya, sehingga dapat dirancang untuk skala pilot plant.
2. Apakah etanol dapat dimurnikan menggunakan metode molecular sieve
adsortion-distillation menggunakan gel silika sebagai adsorben.
3. Berapakah nilai koefisien perpindahan massa uap air dalam sistem etanol-air
pada proses distilasi etanol dengan penjerap molekul.
4. Bagaimanakah persamaan kesetimbangan penjerapan uap air pada sistem
distilasi etanol dengan penjerap molekul.
5. Bagaimana kondisi di lapangan tentang distilasi etanol yang sudah diterapkan
di PT Madubaru untuk mendapatkan etanol sampai kadar azeotropnya.
6. Bagaimanakah langkah-langkah tepat membangun instalasi tambahan untuk
memurnikan etanol sampai kadar di atas azeotropnya menggunakan distilasi
dengan penjerap molekul di PT Madubaru.
I.3. Tujuan
1. Rancang bangun alat distilasi dengan penjerap molekul skala laboratorium.
2. Melakukan proses pemurnian etanol menggunakan metode molecular sieve
adsorption-distillation menggunakan gel silika sebagai adsorben.
3. Mencari koefisien transfer massa dan persamaan kesetimbangan adsorpsi yang
sesuai untuk distilasi etanol dengan penjerap molekul menggunakan gel silika.
4. Melakukan analisis eksploratif dan deskriptif tentang distilasi etanol di PT
Madubaru dalam rangka menyusun langkah-langkah tepat untuk melakukan
proses pemurnian lanjut sampai kadar di atas etanol teknis yang sudah
Laporan Akhir Hibah Penelitian Unggulan Universitas Negeri Semarang 2015 4
I.4. Urgensi Penelitian
Penelitian ini menghasilkan alat distilasi dengan penjerap molekul skala
laboratorium dan diaplikasikan untuk melakukan pemurnian etanol dari hasil
fermentasi hidrolisat bagas tebu sampai mencapai kadar etanol di atas kadar
teknisnya (95%). Jadi, hasil penelitian ini akan memberikan jawaban nyata bahwa
biomassa lignoselulosa dapat dikonversi menjadi etanol, yang dapat dimanfaatkan
untuk bahan bakar kendaraan bermotor. Target dari penelitian ini adalah untuk
membuat etanol memiliki tingkat kemurnian di atas kadar azeotrop menggunakan
cara distilasi dengan penjerap molekul.
Nilai-nilai parameter distilasi bioetanol dengan penjerap molekul, seperti
koefisien perpindahan massa serta persamaan kesetimbangan penting untuk
dihitung guna perhitungan desain perancangan sistem pemurnian etanol hingga
mencapai kadar kemurnian tinggi untuk skala industri. Berarti, hasil penelitian ini
dapat diaplikasikan untuk industri etanol yang masih menghasilkan etanol teknik
(95%), seperti Bekonang dan Madubaru-Yogyakarta. Jadi, bagi ilmu pengetahuan
dan teknologi, penelitian ini akan memberikan manfaat untuk melakukan rekayasa
Laporan Akhir Hibah Penelitian Unggulan Universitas Negeri Semarang 2015 5
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konversi Biomassa menjadi Energi
Biomassa dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi terbarukan. Bila
dikelola dengan baik, sumber energi ini tidak akan habis. Bentuk sumber energi
biomassa yang telah banyak dibicarakan adalah pengembangan bioetanol dan
biodiesel. Kedua bahan bakar ini dalam jangka panjang diharapkan dapat
digunakan sebagai pengganti bahan bakar minyak. Adapun proses konversi
biomassa menjadi sumber energi dapat dilihat pada Gambar 2.1. Biomassa yang
dapat dimanfaatkan menjadi etanol adalah lignoselulosa, yang keberadaannya
selain berlimpah juga belum dimanfaatkan dengan baik, sehingga pemakaiannya
sebagai bahan baku pembuatan etanol merupakan strategi yang tepat.
Gambar 2.1. Proses Konversi Biomassa sebagai Sumber Energi Hijau (Demirbas, 2008)
Lignoselulosa merupakan senyawa polisakarida yang terdiri atas selulosa,
hemiselulosa, dan lignin. Hemiselulosa merupakan ikatan polimer heterogen dari
polisakarida dan susunan ikatannya lebih mudah dipecah pada hidrolisis daripada
selulosa. Sedangkan lignin merupakan senyawa yang berfungsi sebagai pengikat
komponen penyusun tanaman (hemiselulosa dan selulosa). Proses pertama yang
dibutuhkan dalam rangka produksi etanol dari lignoselulosa ialah hidrolisis, yaitu
reaksi perpecahan polimer selulosa oleh molekul air dengan bantuan asam sebagai
katalis.
Hidrolisis lignoselulosa dengan asam encer merupakan proses hidrolisis
Laporan Akhir Hibah Penelitian Unggulan Universitas Negeri Semarang 2015 6
proses pembuatan etanol dari lignoselulosa secara kimiawi yang dipaparkan oleh
Taherzadeh dan Karimi (2009) dan Chandel dkk. (2012). Bagan ini dapat dilihat
pada Gambar 2.2 dan bagan ini pula yang dipakai sebagai peta jalan penelitian
untuk proses pembuatan etanol dari lignoselulosa. Pada peta jalan penelitian ini,
kegiatan dari tahap persiapan bahan baku, hidrolisis, detoksifikasi, sampai
fermentasi sudah sering dilakukan.
Gambar 2.2. Diagram Proses Pembuatan Etanol dari Lignoselulosa Berbasis Hidrolisis secara Kimiawi (Taherzadeh dan Karimi, 2009)
Hasil penelitian tersebut sudah dipublikasikan pada seminar dan jurnal pada
lingkup nasional dan internasional juga buku ajar ber-ISBN (Megawati, 2007;
Sediawan dkk., 2007; Megawati dkk., 2008; Megawati dkk., 2009a; Megawati
dkk., 2009b, Megawati dkk., 2010; Damayanti dan Megawati, 2011; Megawati
dkk., 2011; Sediawan dan Megawati, 2013; Megawati dkk., 2014; dan Megawati,
2015). Penelitian-penelitian tersebut sudah mengkaji secara rinci tentang potensi
jenis bahan baku selulosa (sekam padi, serbuk gergaji kayu, tongkol jagung, daun,
ranting, rumput gajah, bagas tebu, dan kulit jeruk), proses persiapan bahan baku
yang ekonomis, kinetika hidrolisis dengan pendekatan reaksi homogen dan
heterogen padat-cair, teknik perhitungan neraca massa depolimerisasi, pemilihan
proses detoksifikasi berdasarkan jenis senyawa penetral, dan fermentasi untuk
membuktikan bahwa gula hidrolisat dapat dikonversi menjadi etanol. Bagas tebu
merupakan salah satu jenis bahan baku yang prospek untuk dijadikan etanol
Laporan Akhir Hibah Penelitian Unggulan Universitas Negeri Semarang 2015 7
2.2. Potensi Bagas Tebu dan Lignoselulosa menjadi Etanol
Analisis komposisi bagas tebu yang sudah dilakukan menggunakan prosedur
seperti yang dilakukan oleh Datta (1981) dengan hasil sebagai berikut;
oligosakarida 16,69%, hemiselulosa 25,66%, selulosa 51,27%, dan lignin 6,38%.
Kadar lignin dalam bagas tebu ini dapat dibandingkan dengan bahan baku yang
lain, seperti pada Tabel 2.1. Bagas tebu memiliki kadar holoselulosa tinggi
sehingga potensinya menjadi etanol lebih tinggi. Secara lebih detail potensi bagas
tebu pada berbagai variasi kondisi dapat dilihat pada Tabel 2.2 sampai 2.5 dan
potensi bahan lain menjadi etanol disajikan pada Tabel 2.6.
Tabel 2.1. Kadar Lignin dan Yield Gula Hidrolisis
Jenis bahan baku Kadar Lignin (%) Yield gula (%)
Daun 10,93 40,75
Sekam padi 14,78 31,13
Tongkol jagung 20,95 26,34
Serbuk gergaji kayu 30,91 26,01
Campuran - 25,49
Ranting 26,27 24,28
(Sumber: Megawati, 2010)
Tabel 2.2. Konsentrasi Gula Hasil Hidrolisis Bagas Tebu pada Suhu 70 oC
Waktu Asam sulfat (mol/L)
(menit) 0,3 0,4 0,5 0,6
15 0,00010 0,00010 0,00011 0,00010 30 0,00018 0,00020 0,00022 0,00020 45 0,00029 0,00028 0,00034 0,00037 60 0,00035 0,00038 0,00044 0,00050 75 0,00044 0,00045 0,00055 0,00056
Tabel 2.3. Konsentrasi Gula Hasil Hidrolisis Bagas Tebu pada Suhu 80 oC
Waktu Asam sulfat (mol/L)
(menit) 0,3 0,4 0,5 0,6
Laporan Akhir Hibah Penelitian Unggulan Universitas Negeri Semarang 2015 8
Tabel 2.2 dan 2.3 di atas menunjukkan bahwa semakin lama waktu, maka
konsentrasi gula hasil hidrolisis semakin tinggi. Berarti pengaruh waktu signifikan
terhadap hidrolisis bagas tebu menggunakan asam sulfat dengan konsentrasi 0,3
sampai 0,6 mol/L yang dilakukan pada suhu tidak terlalu tinggi, yaitu 70 dan
80 oC. Sedangkan pada suhu tinggi (90 dan 100 oC), seperti terlihat pada Tabel 2.4
dan 2.5 berikut ini, konsentrasi gula terus naik selama 45 sampai 60 menit, setelah
itu relatif sedikit meningkat. Sementara itu, pengaruh konsentrasi katalis (0,3 – 0,6
mol/L) terhadap konsentrasi gula mulai terasa pada 0,4 mol/L.
Tabel 2.4. Konsentrasi Gula Hasil Hidrolisis Bagas Tebu pada Suhu 90 oC
Waktu Asam sulfat (mol/L)
(menit) 0,3 0,4 0,5 0,6
15 0,00066 0,00070 0,00080 0,000800 30 0,00110 0,00122 0,00124 0,001245 45 0,00124 0,00130 0,00135 0,001370 60 0,00130 0,00135 0,00140 0,001400 75 0,00140 0,00136 0,00140 0,001400
Tabel 2.5 Konsentrasi Gula Hasil Hidrolisis pada Suhu 100 oC
Waktu Asam sulfat (mol/L)
(menit) 0,3 0,4 0,5 0,6
15 0,00140 0,00145 0,00150 0,00152 30 0,00160 0,00170 0,00172 0,00172 45 0,00172 0,00174 0,00175 0,00175 60 0,00174 0,00175 0,00175 0,00177 75 0,00174 0,00176 0,00177 0,00177
Tabel 2.6. Kadar Etanol Hasil Fermentasi dari Berbagai Jenis Bahan Baku
Jenis bahan baku Kadar lignin Gula Etanol
(%) (mol/L)
Yield
(%) (%v/v) Yield (%)
Sekam Padi 14,78 0,221 31,13 21,083 96,36
Ranting 26,27 0,215 24,28 10,357 48,66
Tongkol Jagung 20,95 0,266 26,34 16,519 62,73
Daun 10,93 0,216 40,75 20,391 95,36
Serbuk gergaji kayu 30,91 0,190 26,01 0,7859 41,78
Campuran - 0,202 25,49 11,071 55,36
Laporan Akhir Hibah Penelitian Unggulan Universitas Negeri Semarang 2015 9
Data pada Tabel 2.6 memperlihatkan bahwa yield fermentasi dipengaruhi
oleh kadar lignin pada bahan. Makin tinggi kadar lignin makin rendah yield
fermentasi. Namun terasa pula bahwa selain faktor lignin ada pula pengaruh
hal-hal lain, seperti kemudahan jenis gula difermentasi dan pengaruh komposisi
hidrolisat sebagai penghambat fermentasi berbeda-beda (Govindaswamy dan
Vane, 2010, Karimi dkk., 2006 dan Demirbas, 2005). Ulasan ini memperkuat pula
bahwa bagas tebu merupakan lignoselulosa yang menjanjikan untuk diproses
menjadi etanol karena hidrolisatnya dapat difermentasi dengan baik.
2.3. Kinetika Reaksi Hidrolisis Bagas Tebu
Parameter kinetika dengan pendekatan model homogen untuk bagas tebu
disajikan pada Gambar 2.3 sampai 2.6. Nilai tenaga pengaktif hidrolisis dan
degradasi gula pada suhu 70 oC dan konsentrasi asam 0,6 mol/L masing-masing sebesar 107,15 dan 61,7 kJ/mol. Sedangkan nilai faktor tumbukannya
masing-masing sebesar 1,6.1013 L/(mol.menit) dan 3.1010 1/menit. Hasil perhitungan konsentrasi gula menunjukkan kesesuaian dengan data percobaan; pada variasi
konsentrasi asam 0,6 mol/L (Gambar 2.3), 0,5 mol/L (Gambar 2.4), 0,4 mol/L
(Gambar 2.5), masing-masing nilai tenaga pengaktif sebesar 107,15; 107,22; dan
107,52 kJ/mol. Nilai-nilai ini menunjukan bahwa semakin besar konsentrasi
katalis, maka energi aktivasinya semakin kecil. Berarti, hasil simulasi ini
berkesesuaian dengan teori tentang peranan katalis, yaitu menurunkan tenaga
pengaktif sehingga reaksi berjalan lebih cepat.
Laporan Akhir Hibah Penelitian Unggulan Universitas Negeri Semarang 2015 10
Gambar 2.4. Perbandingan Data Percobaan dan Hasil Perhitungan Kinetika Reaksi pada Suhu 80 oC dan Konsentrasi Katalis 0,5 mol/L
Gambar 2.5. Perbandingan Data Percobaan dan Hasil Perhitungan Kinetika Reaksi pada Suhu 90 oC dan Konsentrasi Katalis 0,4 mol/L
Gambar 2.6. Perbandingan Data Percobaan dan Hasil Perhitungan Kinetika Reaksi pada Suhu 100 oC dan Konsentrasi Katalis 0,3 mol/L
Gambar 2.6 nampak bahwa hasil simulasi terhadap parameter kinetika
Laporan Akhir Hibah Penelitian Unggulan Universitas Negeri Semarang 2015 11
suhu 100 oC dan konsentrasi asam 0,3 mol/L. Selain itu, nilai parameter kinetikanya pun juga sesuai dengan kajian teori bila dibandingkan dengan nilai
parameter yang diperoleh untuk variabel yang lain.
2.4. Distilasi Etanol
Distilasi tradisional merupakan distilasi yang sering dilakukan untuk
memisahkan dua atau lebih suatu campuran melalui penguapan pada suhu
tertentu. Distilasi ini dapat digunakan untuk memurnikan campuran yang tidak
memiliki titik azeotrop atau di bawah kadar azeotropnya. Pada titik azeotrop,
komposisi suatu campuran di fase cair akan sama dengan di fase uap, sehingga
melalui penguapan tidak akan terjadi perbedaan komposisinya. Biasanya, distilasi
ini dilakukan satu tahap, namun juga dapat beberapa tahapan supaya dapat
diambil beberapa nilai komponen yang berbeda.
Distilasi dengan tekanan berubah atau pressure swing distillation berbeda
dengan distilasi biasa. Distilasi biasa dilakukan pada tekanan tetap, tetapi pressure
swing-distillation dilakukan pada tekanan yang berbeda. Kondisi distilasi pada
tekanan berbeda dimaksudkan untuk memurnikan suatu campuran dengan kadar
melewati kadar azeotropnya. Distilasi yang dioperasikan dengan beda tekanan
akan membuat komposisi azeotrop suatu campuran tersebut akan berbeda pula,
sehingga komposisi azeotrop akan terlewati ketika tekanannya dibuat beda. Pada
sistem distilasi ini, distilasi dilakukan bertahap menggunakan 2 kolom distilasi
yang beroperasi pada tekanan yang berbeda (Gambar 2.7). Kolom distilasi
pertama memiliki tekanan operasi yang lebih tinggi dari kolom distilasi kedua.
Produk atas kolom pertama tersebut kemudian didistilasi kembali pada kolom
yang bertekanan lebih rendah (kolom kedua).
Distilasi ini digunakan salah satunya untuk mengatasi titik azeotrop
menggunakan proses ektraksi dengan pelarut lain, seperti cyclobenzene dan
ethyleneglycol. Setelah distilasi tahap awal untuk mencapai kadar azeotrop, ke
dalam distilasi kedua dimasukkan pelarut sehingga kadar azeotrop dapat teratasi.
Kemudian, distilasi dilanjutkan dalam kolom ketiga untuk memurnikannya sampai
Laporan Akhir Hibah Penelitian Unggulan Universitas Negeri Semarang 2015 12
Gambar 2.7. Distilasi Menggunakan Pressure Swing-Distillation (Strand, 2001)
Gambar 2.8. Distilasi Menggunakan Extractive Distillation (Strand, 2001)
2.5. State of The Art
Pada sistem distilasi dengan penjerap molekul (Gambar 2.9), salah satu
komponen uap akan dijerap supaya komposisinya berubah, maka titik azeotropnya
terlampaui. Jika kebutuhan adsorbennya memenuhi sampai komposisinya murni,
maka tidak perlu didistilasi. Namun, bila kebutuhan adsorbennya sangat banyak,
pemurnian dapat dilanjutkan menggunakan distilasi lagi.
Model neraca massa untuk distilasi tipe ini dapat dikembangkan menjadi
model tanpa adanya dispersi aksial (model 1) dan dengan adanya dispersi aksial
Laporan Akhir Hibah Penelitian Unggulan Universitas Negeri Semarang 2015 13
Gambar 2.9. Elemen Volum Distilasi dengan Penjerap Molekul
Pada model 1, neraca massa etanol dituliskan seperti berikut ini.
Rin - Rout - Rreaksi = Rakumulasi
G.y(z)– G.y(z+z) + kya (y – y*).S.z + 0 = S.z.b.G. (1)
Penyelesaian persamaan (1) dituliskan sebagai berikut:
(2)
dengan: G = mol etanol/waktu
y = mol H2O/mol etanol
G = mol etanol/volum
Sementara itu, neraca massa H2O dapat dituliskan seperti persamaan (3) dan (4).
Laporan Akhir Hibah Penelitian Unggulan Universitas Negeri Semarang 2015 14
Persamaan kesetimbangan sistem penjerapan air dalam etanol-air yang digunakan
dituliskan seperti persamaan (5).
(5)
Pada distilasi yang mencapai kondisi squasi-steady state, maka persamaan (2)
dapat disederhanakan menjadi persamaan berikut.
(6)
Persamaan (4), (5), dan (6), dapat diselesaikan secara simultan jika tersedia data
komposisi etanol setiap satuan waktu dan persamaan kesetimbangan adsorbsinya.
Kesetimbangan adsorbsi dapat dicari dengan membuat grafik seperti berikut
(Gambar 2.10), sehingga persamaan (5) dapat ditemukan.
Gambar 2.10. Grafik 1/x versus 1/y* pada Kesetimbangan Adsorbsi Etanol-Air (dengan y* = komposisi jenuh uap air di fase uap)
Persamaan diferensial simultan di atas dapat diselesaikan menggunakan
metode curve-fitting. Nilai-nilai parameter yang dipilih adalah yang memberikan
nilai Sum Square of Errors minimum (SSE). Persamaan SSE yang dipakai
dituliskan sebagai persamaan (7) berikut (Sediawan dan Prasetya, 1997).
(7)
Pada model kedua, yaitu model dengan memperhitungkan dispersi aksial, neraca
Laporan Akhir Hibah Penelitian Unggulan Universitas Negeri Semarang 2015 15
Penyelesaian persamaan (8) dituliskan sebagai berikut.
(9)
Sementara itu, neraca massa H2O di gas pada elemen volum seperti pada model
satu, seperti persamaan (3) dan dapat disederhanakan seperti persamaan (4).
Persamaan kesetimbangan sistem penjerapan air dalam etanol-air yang digunakan
dituliskan seperti persamaan (5). Pada distilasi yang mencapai kondisi
squasi-steady state, maka persamaan (9) dapat disederhanakan menjadi persamaan
berikut.
(10)
Persamaan (4), (5), dan (10), dapat diselesaikan secara simultan jika tersedia data
komposisi etanol setiap satuan waktu dan persamaan kesetimbangan adsorpsinya.
2.6. Gel Silika sebagai Penjerap
Gel silika dibuat secara sintetis dari silika yang dihasilkan melalui
penggumpalan sol natrium silikat (NaSiO2) dan berupa butiran seperti kaca,
namun sangat berpori dengan ukuran pori rata-rata 2,4 nanometer dan memiliki
afinitas yang kuat untuk molekul air. Komposisi SiO2-nya sekitar 97-99 %. Sol
mirip agar–agar ini dapat didehidrasi sehingga berubah menjadi padatan atau
butiran mirip kaca yang bersifat tidak elastis. Sifat ini menjadikan gel silika
dimanfaatkan sebagai zat penjerap, pengering dan penopang katalis.
Gel silika ada yang berwarna putih bening juga ada yang berwarna biru
(Gambar 2.11). Masing-masing memiliki ukuran partikel 1-2, 3-4, 3-8, 5-8, 9-16,
dan 16-30 mesh, pH 6-7, bobot jenis 600–700 g/L. Gel silika yang siap untuk
digunakan berwarna biru, ketika telah menyerap banyak kelembapan, ia akan
Laporan Akhir Hibah Penelitian Unggulan Universitas Negeri Semarang 2015 16
Kedua jenis gel silika ini dapat digunakan sebagai penjerap uap air hasil
distilasi etanol-air, supaya kadar airnya berkurang sehingga komposisi
azeotropnya terlampaui. Jika komposisi azeotrop sudah terlampaui, namun kadar
etanol masih belum mencapai 99%, campuran etanol-air tersebut dapat didistilasi
kembali sampai murni. Kemungkinan munculnya kondisi di atas perlu dipelajari
supaya dapat didesain kolom distilasi untuk aplikasi skala laboratorium secara
efisien.
Laporan Akhir Hibah Penelitian Unggulan Universitas Negeri Semarang 2015 17
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1. Bagan Alir Penelitian
Bagan alir penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut ini.
Gambar 3.1. Bagan Alir Penelitian
3.2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan meliputi bahan baku bioetanol hasil
fermentasi dengan yeast, etanol prima (95,5%) dari PT Madubaru dan gel silika
yang digunakan untuk penjerap. Etanol hasil fermentasi didistilasi awal hingga
mencapai kadar teknisnya (90%) dan digunakan untuk proses pemurnian.
3.3. Cakupan Penelitian 3.3.1. Prosedur Penelitian
Distilasi tradisional dilakukan secara berulang-ulang sampai mendapatkan
kadar etanol mendekati kadar azeotrop. Selanjutnya, pemurnian dilanjutkan
menggunakan distilasi dengan gel silika sebagai penjerap molekul. Setiap periode
Laporan Akhir Hibah Penelitian Unggulan Universitas Negeri Semarang 2015 18
dioptimasi sampai mendapatkan kondisi yang mendekati kondisi optimumnya.
Sampel yang sudah diambil diukur kadar etanolnya.
3.3.2. Analisis hasil
Analisis konsentrasi etanol dalam sampel dilakukan menggunakan
hubungan densitas dengan kadar etanol dan dilakukan di laboratorium Teknik
Kimia Unnes, juga Gas Chromatography (GC) di laboratorium Analisis dan
Instrumen UGM.
3.3.3. Luaran Penelitian
1. Buku Ajar Ber-ISBN dengan judul Bioetanol Generasi Kedua.
2. Artikel publikasi pada jurnal internasional bereputasi tentang bioetanol dari
beberapa material berbasis lignoselulosa.
Laporan Akhir Hibah Penelitian Unggulan Universitas Negeri Semarang 2015 19
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Rancang bangun alat molecular sieve adsorption-distillation scala
laboratorium sudah disusun dan dicoba untuk memurnikan etanol. Alat tersebut
dapat disajikan seperti Gambar 4.1. Adapun bagian-bagian alat yang sangat
penting terdiri dari reaktor kaca sebagai wadah untuk mendidihkan etanol pada
kondisi atmosferis. Setelah reaktor kaca, uap yang terbentuk dari hasil
pendidihkan dialirkan melalui kolom adsorber, dilanjutkan ke kondenser untuk
diembunkan. Dalam kolom adsorben, uap air akan terjerap sehingga kadar etanol
akan meningkat. Desain ini samadengan yang dirancang oleh Setiyorini dan
Patricia (2014), namun sedikit berbeda dengan yang dirancang oleh Aufar dkk.
(2011) dan Novitasari dkk. (2011). Kedua peneliti ini menambahkan pemanas
pada kolom sebelum uap melewati kolom adsorber. Menurut kedua peneliti
tersebut, bila proses pemanasan untuk mendidihkan campuran etanol-air kurang,
maka akan ada uap yang mengembun sebelum melewati kolom adsorber karena
gaya drag uap dengan partikel padatan adsorber.
Gambar 4.1. Rancang-bangun Molecular Sieve Adsorption-Distillation untuk Memurnikan Etanol
Pada penelitian ini, etanol yang akan dimurnikan berasal dari hasil distilasi
bertingkat (6 tingkat) larutan hasil fermentasi hidrolisat bagas tebu. Tingkat
Laporan Akhir Hibah Penelitian Unggulan Universitas Negeri Semarang 2015 20
Gambar 4.2., yaitu grafik hasil analisis kadar etanol menggunakan Gas
Chromathography. Pada gambar kromatogram tersebut hanya terdapat satu kurva,
yang menandakan hanya ada satu senyawa kimia hasil fermentasi. Kadar etanol
hasil distilasi berkisar 90%. Hasil distilasi ini berkesesuaian dengan pustaka
(Pramushinta dkk., 2013) yang menggunakan bahan baku kulit nanas menjadi
etanol. Adapun kadar etanol hasil distilasi pada tingkat 1 sampai 7 berturut-turut
sebesar 25, 41, 68, 74, 84, 94, dan 95%.
Gambar 4.2. Kromatogram Etanol Hasil Distilasi Larutan Fermentasi (Kadar Etanol 90%)
Etanol hasil fermentasi ini dapat diproses lebih lanjut untuk ditingkatkan
kadarnya. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah molecular-sieve
adsorption distillation. Cara ini merupakan modifikasi dari distilasi biasa. Uap
campuran etanol-air tidak langsung diembunkan, namun dilewatkan kolom
adsorber terlebih dahulu untuk menjerap komponen airnya sehingga kadar
etanolnya meningkat. Hasil peningkatan kadar etanol setiap satu satuan waktu
disajikan pada Gambar 4.3. sampai 4.6., masing-masing pada 5, 45, dan 55 menit.
Setelah distilasi mencapai 55 menit, kadar etanol meningkat dari 90 menjadi 96%,
yang berarti meningkat sebesar 6%. Peningkatan kadar etanol yang diperoleh dari
penelitian ini relatif lebih baik daripada penelitian lain (Aufar dkk. (2011),
Pramushinta dkk., 2013 dan Setiyorini dan Patricia, 2014). Aufar dkk. (2011)
melakukan pemurnian etanol meggunakan zaolit alam dan CaO pada sebanyak
Laporan Akhir Hibah Penelitian Unggulan Universitas Negeri Semarang 2015 21
masing-masing untuk zeolit alam dan CaO. Pramushinta dkk. melakukan distilasi
dilanjutkan adsorpsi menggunakan zeolit sebagai adsorben dan peningkatan kadar
etanolnya hanya 4,8%. Sementara itu, Setyorini dan Patricia menggunakan zeolit
dan gel silika dengan peningkatan kadar etanol untuk masing-masing adsorben
sebesar 3,09 dan 2,10%. Adapun kadar etanol yang diperoleh selama distilasi pada
penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.1. dan Gambar 4.6.
Gambar 4.3. Kromatogram Etanol Hasil Distilasi Menggunakan Molecular Sieve Adsorption-Distillation selama 5 menit (Kadar Etanol 92,348%)
Gambar 4.4. Kromatogram Etanol Hasil Distilasi Menggunakan Molecular Sieve Adsorption-Distillation selama 45 menit (Kadar Etanol 95,662%)
Laporan Akhir Hibah Penelitian Unggulan Universitas Negeri Semarang 2015 22
Tabel 4.1. Kadar Etanol Hasil Pemurnian Menggunakan Metode Molecular Sieve Distillation-Adsorption
Waktu (menit) Kadar Etanol (%)
5 92,348
10 93,570
15 94,408
20 94,585
25 94,594
30 94,892
35 94,895
40 95,498
45 95,662
50 96,114
Gambar 4.6. Pengaruh Waktu terhadap Kadar Etanol Hasil Pemurnian (Aufar dkk. (2011)-1 untuk zeolit dan Aufar dkk. (2011)-2 untuk CaO)
Pada Gambar 4.6. terlihat bahwa pada waktu 15 menit kadar etanol
meningkat tajam, kemudian cenderung stabil dan meningkat kembali pada waktu
45 menit. Sementara itu, pada gambar tersebut terlihat pula bahwa pada waktu 10
menit kadar etanol meningkat kemudian turun menggunakan zeolit dan CaO
(Aufar dkk., 2011). Jadi, hasil dari penelitian ini tidak menyimpang jauh
Laporan Akhir Hibah Penelitian Unggulan Universitas Negeri Semarang 2015 23
yang diperlukan untuk pemurnian etanol menggunakan adsorber zeolit alam dan
zeolit 4A sekitar 50 menit (Gambar 4.7.).
Gambar 4.7. Pengaruh Waktu terhadap Kadar Etanol Hasil Pemurnian Menggunakan Molecular Sieve Adsorption-Distillation
Hasil perhitungan parameter-parameter desain untuk proses molecular sieve
adsorption-distillation, yaitu perpindahan massa atau kecepatan transfer massa
volumetrik (kc.a) dan kesetimbangan sistem air-etanol dalam adsorben atau
konstanta Henry (He) disajikan berupa profil peningkatan kadar etanol sepanjang
kolom selama proses pemurnian terjadi (Tabel 4.2.). Melalui metode kurve-fitting
antara trial-error kedua parameter di atas sehingga menghasil data hitung
dibandingkan dengan data percobaan diperoleh bahwa nilai-nilai parameter
tersebut adalah 0,9 1/detik dan 0,93, masing-masing untuk kecepatan transfer
massa volumetris dan konstanta Henry. Adapun perbandingan antara data
percobaan dan hasil perhitungan dapat dilihat pada Gambar 4.8. Sementara itu,
profil kadar etanol keluar kolom adsorber selama proses pemurnian disajikan pada
Gambar 4.9. Melalui Gambar 4.9. terlihat bahwa peningkatan kadar etanol
sepanjang kolom terlihat sangat tajam. Hal ini menandakan bahwa gel silika dapat
menjerap uap air sangat efektif sehingga kadar etanolnya meningkat. Bila kadar
awal etanol yang digunakan mendekati 95%, maka kadar melebihi azeotrop akan
dengan mudah tercapai melalui alat yang sudah dirancang dan dibangun serta
sudah digunakan ini. Penelitian ke depan, kadar etanol yang digunakan akan lebih
Laporan Akhir Hibah Penelitian Unggulan Universitas Negeri Semarang 2015 24
Tabel 4.2. Profil Kadar Etanol Sepanjang Kolom selama Proses Pemurnian Jarak
(cm) Waktu (menit)
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
0 90 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0,47 90 91,48 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0,94 90 91,55 92,68 0 0 0 0 0 0 0 0
1,41 90 91,55 92,76 93,62 0 0 0 0 0 0 0
1,88 90 91,55 92,76 93,7 94,36 0 0 0 0 0 0
2,35 90 91,55 92,76 93,7 94,43 94,92 0 0 0 0 0
2,82 90 91,55 92,76 93,7 94,43 95 95,37 0 0 0 0
3,29 90 91,55 92,76 93,7 94,43 95 95,45 95,71 0 0 0 3,76 90 91,55 92,76 93,7 94,43 95 95,45 95,79 95,98 0 0 4,23 90 91,55 92,76 93,7 94,43 95 95,45 95,79 96,06 96,19 0
4,7 90 91,55 92,76 93,7 94,43 95 95,45 95,79 96,06 96,27 96,35
Gambar 4.8. Perbandingan antara Data dan Hasil Perhitungan (Kadar etanol awal 90%)
Laporan Akhir Hibah Penelitian Unggulan Universitas Negeri Semarang 2015 25
Keberhasilan proses pemurnian etanol melebihi kadar azeotrop seperti yang
sudah ditunjukkan dari penelitian ini akan dapat diterapkan di industri, khususnya
industri etanol PT Madubaru-Yogyakarta. Penerapan secara konkrit tentunya
memerlukan pengamatan di lapangan tentang kolom distilasi yang selama ini
digunakan di lapangan dan data kadar etanol yang dihasilkan. Adapun bentuk
kolom distilasinya dapat dilihat pada Gambar 4.10. dan informasi terhadap kadar
etanol dapat diceritakan sebagai berikut. Kadar etanol yang dihasilkan terdiri dari
etanol teknis dan prima, masing-masing berbeda poada kadarnya, yaitu 95 dan
96%. Kedua kadar etanol ini dapat ditingkatkan melebihi titik azeotrop
menggunakan metode molecular sieve adsorption-distillation, seperti yang sudah
dilakukan pada penelitian ini.
Gambar 4.10. Kolom distilasi di PT Madubaru
Hasil simulasi menggunakan data yang diperoleh dari penelitian ini jika
akan diterapkan untuk sistem pemurnian etanol di PT Madubaru dapat dijelaskan
melalui Gambar 4.11. Pada gambar tersebut nampak bahwa kadar etanol akan
meningkat tajam sampai pada 25 menit (> 97,5%), selanjutkan menunjukkan
kecenderungan terus naik sampai pada 45 menit. Profil peningkatan kadar etanol
Laporan Akhir Hibah Penelitian Unggulan Universitas Negeri Semarang 2015 26
etanol-air menggunakan molecular sieve adsorption-distillation dapat diterapkan
di PT Madubaru.
Gambar 4.11. Perkiraan Peningkatan Kadar Etanol selama Pemurnian di PT Madubaru (Kadar etanol awal 96%)
Laporan Akhir Hibah Penelitian Unggulan Universitas Negeri Semarang 2015 27
KESIMPULAN DAN SARAN
KSEIMPULAN
Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kadar etanol dapat ditingkatkan menggunakan metode molecular sieve
adsoption-distillation yang sudah dirancang dan dibuat untuk skala
laboratorium.
2. Gel silika memiliki kemampuan menjerap air yang baik untuk meningkatkan
kadar etanol, sehingga hasilnya akan lebih murni (dapat melebihi kadar
azeotropnya).
3. Nilai parameter perpindahan massa volumetris sistem etanol-air dalam gel
silika sebesar 0,9 1/detik dan konstanta Henrynya sebesar 0,93.
4. Metode molecular sieve adsorption-distillation di PT Madubaru
menggunakan gel silika dapat diterapkan di PT Madubaru dan kadar etanol
yang dapat dicapai sebesar 97,5%.
SARAN
Beberapa saran yang dapat diterapkan untuk meningkatkan hasil penelitian yang
akan datang di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Jenis gel silika lain dapat digunakan sebagai adsorben sehingga nilai
parameter perpindahan massa volumetrisnya dapat diketahui.
2. Jenis adsorben berbasis bioadsorben dapat dicoba sebagai usaha
mengoptimalkan pembuatan energi hijau.
3. Rancang bangun alat molecular sieve adsorption-distillation dilengkapi
Laporan Akhir Hibah Penelitian Unggulan Universitas Negeri Semarang 2015 28
DAFTAR PUSTAKA
Aufar, Mizanul, I., dan Kusumastuti, D, 2011, “Etanol Fuel dengan Metode Adsorpsi dalam Kolom Unggun Tetap Menggunakan Adsorben CaO-Xeolit Granular”, Laporan Penelitian, Surakarta, UNS.
Bastidas, P. A., Gil, I. D., dan Rodríguez, G., 2010, Comparison of the main ethanol dehydration technologies through process simulation, 20th European Symposium on Computer Aided Process Engineering.
Bowen, E., Kennedy, S. C., dan Miranda, K, 2010, Ethanol from Sugar Beets: A Process and Economic Analysis, A Major Qualifying of WORCESTER POLYTECHNIC INSTITUTE.
BP Migas, 2009, dalam web www.bpmigas.go.id, diakses tanggal 01 Juli 2009. Chandel, A. K., Antunes, F. A. F., Arruda, P., Milessi, T. S. S., Silva, S. S., dan
Almeida-Felipe, M. G., 2012, Dilute Acid Hydrolysisn of Agro-Residues for the Depolymerization of Hemicellulose: State-of-the-Art, dalam D-Xylitol (Fermentative Production, Application and Commerciallization), Sila, S. S. dan Chandel, A. K., Springer, Chapter 2 (37).
Chen, W. C. Dan Sheng, C. T., 2013, Designing and Constructing an Optimization Operating Model for a Bioethanol Production System, Life Science Journal, 10 (2).
Damayanti, A. dan Megawati, 2011, “Pengaruh suhu terhadap kecepatan reaksi pada reaksi hidrolisis lignoselulosa dari tongkol jagung dengan asam encer pada kondisi non-isotermal”, Jurnal Kompetensi Teknik, 2, 2, 89-94.
Datta, R. 1981. “Energi Requirements for Lignocellulose Pretreatment Processes”, Process Biochem, 16-19, 42.
Demirbas, A. 2005, Bioethanol for Cellulosic Materials: A Renewable Motor Fuel from Biomass”. Energy Sour., 27, 327-337.
Demirbas, A., 2008, “Products from Lignocellulosic Materials via Degrdation Precesses”, Energy Sour., 30, 27–37.
Ditjen Migas, 2012, “Statistik Minyak dan Gas Bumi Indonesia”, dalam web:
http://esdm.go.id diakses tanggal 23 Mei 2012.
Gil, I. D., Uyazán, A. M., Aguilar, J. L., Rodríguez, G., dan Caicedo, L. A., 2008, Separation of Ethanol and Water by Extractive Distillation with Salt and Solvent as Entrainer: Process Simulation, Brazilian Journal of Chemical Engineering, 25 (1), pp. 207 – 215.
Govindaswamy, S., Vane, L.M., 2010, “Multi-stage Continuous Culture Fermentation of Glucose-Xylose Mixtures to Fuel Ethanol using Genetically Engineered Saccharomyces cerevisiae 424S”, Bioresour. Technol., 101, 1277–1284.
Hlaing, S. S., 2007, Anhydrous Ethanol Production, 4thbiomass-Asia Workshop. Karimi, K., Kheradmandinia, S., Taherzadeh, M. J., 2006, “Conversion of rice
straw to sugars by dilute-acid hydrolysis”, Biomass Bioenergy, 30, 247–253.
Laporan Akhir Hibah Penelitian Unggulan Universitas Negeri Semarang 2015 29
Kompas, 17 Maret 2015, Energi Alternatif-Aksi Nyata Segera.
Kompas, 18 Maret 2015, Pertamina Dukung Biodiesel-Produsen Minyak Sawit Siap Memasok.
Megawati, 2007, “Etanol dari lignoselulosa: Reaksi hidrolisis dan fermentasi”, Jurnal Profesional, 1, 5, 609-622.
Megawati, 2011, Kinetika Hidrolisis Lignoselulosa dengan Asam Sulfat Encer Dalam Rangka Produksi Etanol, Disertasi, Universitas Gadjah Mada.
Megawati, 2015, Bioetanol Generasi Kedua, Graha Ilmu.
Megawati, Sediawan, W. B., Sulistyo, H., dan Hidayat, M., 2008, “Kinetika reaksi hidrolisis lignoselulosa dengan asam encer”, Prosiding Pengembangan teknologi kimia untuk pengolahan sumber daya alam indonesia, UPN-Yogyakarta.
Megawati, Sediawan, W. B., Sulistyo, H., dan Hidayat, M., 2009, “Kinetics of dilute-acid hydrolysis of lignocellulosic substance from municipal organic waste at non-isothermal condition”, Prosiding Chemical Engineering Seminar Soebardjo Brotohardjono VI "Waste Based Energy and Chemicals”, UPN-Surabaya.
Megawati, Sediawan, W. B., Sulistyo, H., dan Hidayat, M., 2009, “Kinetika reaksi hidrolisis ranting kering dengan asam encer pada kondisi non-isotermis”, Jurnal Reaktor, Undip, 12, 4, 211–217.
Megawati, Sediawan, W. B., Sulistyo, H., dan Hidayat, M., 2010, “Pseudo -homogeneous kinetic of dilute-acid hydrolysis of rice husk for ethanol production”, International Journal of Engineering and Applied Science, 6, 1, 64–69, Waset.
Megawati, Sediawan, W. B., Sulistyo, H., dan Hidayat, M., 2011, “Kinetic of sequential reaction of hydrolysis and sugar degradation of rice husk in ethanol production: effect of catalyst concentration”, Bioresour. Technol., 102, 2, 2062-2067, Elsevier.
Novitasari, D., Kusumaningrum, D., dan Kusworo, T. D., 2011, Pemurnian Bioetanol Menggunakan Proses Adsorpsi dan Distilasi Adsorpsi dengan Adsorbent Zeolit”, Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, Semarang, Undip. Pramushinta, D., Amraini, S. Z., dan Chairul, 2013, “Pemurnian Bioetanol Hasil
Fermentasi Kulit Nanas Menggunakan Proses Distilasi-Adsorpsi pada Variasi Jenis Perlakukan dan Ukuran Pori Adsorben”, Laporan Penelitian, Riau, Universitas Riau.
Sediawan, W. B. dan Megawati, 2013, “Monte Carlo simulation to study non-isothermal acid hydrolysis of lignocellulosic rnaterial in ethanol production”, Inter. J. Chem. Environ. Bio. Sci., 1, 3, 507-511.
Sediawan, W. B., Megawati, Millati, R., and Syamsiah, S., 2007, “Hydrolysis of Lignocellulosic Waste for Ethanol Production”, International Biofuel Conference, Bali
Sediawan, W. B. dan Prasetya, A, 1997, Pemodelan dalam Teknik Kimia, Andi Offset.
Laporan Akhir Hibah Penelitian Unggulan Universitas Negeri Semarang 2015 30
Strand, G., 2001, Activated Carbon for Purification of Alcohol and Some Useful Distillation Tips, ebook, Gert Stand, Malmoe, Sweden.
Laporan Akhir Hibah Penelitian Unggulan Universitas Negeri Semarang 2015 31
LAMPIRAN 1
INSTRUMEN PENELITIAN
PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI
PEMURNIAN BIOETANOL DARI BAGAS TEBU
MENGGUNAKAN
MOLECULAR SIEVES ADSORPTION-DISTILLATION
Oleh :
Dr. Megawati, S.T., M.T. NIDN. 0006117203 Drs. Said Sunardiyo, M.T. NIDN. 0012056509 Astrilia Damayanti S.T., M.T. NIDN. 0008097306
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
MARET 2015
Instrumen Hibah Penelitian Unggulan Universitas Negeri Semarang 2015 1
PEMURNIAN BIOETANOL DARI BAGAS TEBU
MENGGUNAKAN
MOLECULAR SIEVES ADSORPTION-DISTILLATION
Permasalahan
1. Bagaimanakah desain alat untuk distilasi etanol dengan penjerap molekul skala
laboratorium yang dapat digunakan untuk mencari parameter-parameter
prosesnya, sehingga dapat dirancang untuk skala pilot plant.
2. Bagaimanakah pengaruh variabel proses, yaitu jenis bahan penjerap (gel silika
dan karbon aktif), ukuran pori, dan waktu terhadap konsentrasi etanol yang
dihasilkan.
3. Berapakah nilai koefisien perpindahan massa uap air dalam sistem etanol-air
pada proses distilasi etanol dengan penjerap molekul.
4. Bagaimanakah persamaan kesetimbangan penjerapan uap air pada sistem
distilasi etanol dengan penjerap molekul.
5. Bagaimana kondisi di lapangan tentang distilasi etanol yang sudah diterapkan
di PT Madubaru untuk mendapatkan etanol sampai kadar azeotropnya.
6. Bagaimanakah langkah-langkah tepat membangun instalasi tambahan untuk
memurnikan etanol sampai kadar di atas azeotropnya menggunakan distilasi
dengan penjerap molekul di PT Madubaru.
Tujuan
1. Rancang bangun alat distilasi dengan penjerap molekul skala laboratorium.
2. Melakukan optimasi kondisi proses, yaitu jenis bahan penjerap (gel silika dan
karbon aktif), ukuran pori, dan waktu pada distilasi etanol dengan penjerap
molekul sampai kadarnya melampaui azeotropnya.
3. Mencari koefisien transfer massa dan persamaan kesetimbangan adsorpsi yang
sesuai untuk distilasi etanol dengan penjerap molekul menggunakan gel silika
dan karbon aktif.
4. Melakukan analisis eksploartif dan deskriptif tentang distilasi etanol di PT
Madubaru dalam rangka menyusun langkah-langkah tepat untuk melakukan
proses pemurnian lanjut sampai kadar di atas etanol teknis yang sudah
Instrumen Hibah Penelitian Unggulan Universitas Negeri Semarang 2015 2
Urgensi Penelitian
Penelitian ini akan menghasilkan alat distilasi dengan penjerap molekul
skala laboratorium dan diaplikasikan untuk melakukan pemurnian etanol dari hasil
fermentasi hidrolisat bagas tebu sampai mencapai kadar etanol di atas kadar
teknisnya (95%). Jadi, hasil penelitian ini akan memberikan jawaban nyata bahwa
biomassa lignoselulosa dapat dikonversi menjadi etanol, yang dapat dimanfaatkan
untuk bahan bakar kendaraan bermotor. Target dari penelitian ini adalah untuk
membuat etanol memiliki tingkat kemurnian di atas kadar azeotrop menggunakan
cara distilasi dengan penjerap molekul.
Melalui alat yang dibuat ini, nilai-nilai parameter distilasi bioetanol dengan
penjerap molekul, seperti koefisien perpindahan massa serta persamaan
kesetimbangan dapat ditemukan. Hal ini penting untuk perhitungan desain
perancangan sistem pemurnian etanol hingga mencapai kadar kemurnian tinggi
untuk skala industri. Selain itu, hubungan antara variasi bahan penjerap dan
ukuran pori terhadap kenaikan konsentrasi etanol hasil distilasi dapat diketahui,
sehingga dapat dipilih bahan penjerap yang lebih menguntungkan. Berarti, hasil
penelitian ini dapat diaplikasikan untuk industri etanol yang masih menghasilkan
etanol teknik (95%), seperti Bekonang dan Madubaru-Yogyakarta. Jadi, bagi ilmu
pengetahuan dan teknologi, penelitian ini akan memberikan manfaat untuk
Instrumen Hibah Penelitian Unggulan Universitas Negeri Semarang 2015 3
kompoenen uap akan dijerap supaya komposisinya berubah, maka titik
azeotropnya terlampaui. Jika kebutuhan adsorbennya memenuhi sampai
komposisinya murni, maka tidak perlu didistilasi. Namun, bila kebutuhan
adsorbennya sangat banyak, pemurnian dapat dilanjutkan menggunakan distilasi
lagi.
Gambar 1. Elemen Volum Distilasi dengan Penjerap Molekul
Model neraca massa untuk distilasi tipe ini dapat dikembangkan menjadi
model tanpa adanya dispersi aksial (model satu) dan dengan adanya dispersi aksial
(model 2). Pada model satu, neraca massa etanol dituliskan seperti berikut ini.
Rin - Rout - Rreaksi = Rakumulasi
G.y(z)– G.y(z+z) + kya (y – y*).S.z + 0 = S.z.b.G. (1)
Penyelesaian persamaan (1) dituliskan sebagai berikut:
(2)
dengan: G = mol etanol/waktu
Instrumen Hibah Penelitian Unggulan Universitas Negeri Semarang 2015 4
Sementara itu, neraca massa H2O dapat dituliskan seperti persamaan (3) dan (4).
kya (y – y*).S.z – 0 = S.z.b.G. (3)
(4)
dengan: b = g adsorber/volum bed
x = konsentrasi etanol
Persamaan kesetimbangan sistem penjerapan air dalam etanol-air yang digunakan
dituliskan seperti persamaan (5).
(5)
Pada distilasi yang mencapai kondisi squasi-steady state, maka persamaan (2)
dapat disederhanakan menjadi persamaan berikut.
(6)
Persamaan (4), (5), dan (6), dapat diselesaikan secara simultan jika tersedia data
komposisi etanol setiap satuan waktu dan persamaan kesetimbangan adsorbsinya.
Kesetimbangan adsorbsi dapat dicari dengan membuat grafik seperti berikut
(Gambar 2), sehingga persamaan (5) dapat ditemukan.
Gambar 2. Grafik 1/x versus 1/y* pada Kesetimbangan Adsorbsi Etanol-Air (dengan y* = komposisi jenuh uap air di fase uap)
Persamaan diferensial simultan di atas dapat diselesaikan menggunakan
metode curve-fitting. Nilai-nilai parameter yang dipilih adalah yang memberikan
nilai Sum Square of Errors minimum (SSE). Persamaan SSE yang dipakai
dituliskan sebagai persamaan (7) berikut (Sediawan dan Prasetya, 1997).
Instrumen Hibah Penelitian Unggulan Universitas Negeri Semarang 2015 5
Pada model kedua, yaitu model dengan memperhitungkan dispersi aksial, neraca
massa etanol dapat disusun sebagai persamaan (8) berikut.
(G.y(z)– Dax.S. – (G.y(z+z) - Dax.S. + kya (y – y*).S.z) + 0
= S.z.b.G. (8)
Penyelesaian persamaan (8) dituliskan sebagai berikut:
(9)
Sementara itu, neraca massa H2O di gas pada elemen volum seperti pada model
satu, seperti persamaan (3) dan dapat disederhanakan seperti persamaan (4).
Persamaan kesetimbangan sistem penjerapan air dalam etanol-air yang digunakan
dituliskan seperti persamaan (5). Pada distilasi yang mencapai kondisi
squasi-steady state, maka persamaan (9) dapat disederhanakan menjadi persamaan
berikut.
(10)
Persamaan (4), (5), dan (10), dapat diselesaikan secara simultan jika tersedia data
Instrumen Hibah Penelitian Unggulan Universitas Negeri Semarang 2015 6
BAB III. METODE PENELITIAN
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan meliputi bahan baku bioetanol hasil
fermentasi dengan yeast dan bahan-bahan kimia yang digunakan untuk penjerap
(karbon aktif dan gel silika). Beberapa jenis karbon aktif dan gel silika gel di
pasaran akan dicoba untuk menemukan formula mekanisme penjerap yang sesuai
dengan mekanisme sebenarnya dan untuk memudahkan aplikasi di lapangan.
Cakupan Penelitian
Penelitian dilakukan dalam empat tahap, yaitu studi pustaka (untuk
merancang alat distilasi dengan penjerap molekul skala laboratorium dan
memesannya), kegiatan di laboratorium, kegiatan menggunakan perangkat
komputer, dan survei ke PT Madubaru sebagai tahapan analisis eksploratif dan
deskriptif di lapangan. Kegiatan di laboratorium meliputi dua tahap, yaitu distilasi
tradisional dan distilasi dengan penjerap molekul. Distilasi tradisional bertujuan
untuk meningkatkan konsentrasi bioetanol hasil fermentasi sedikit di bawah titik
azeotropnya, sedangkan distilasi dengan penjerap untuk meningkatkan kadar
etanol melampaui titik azeotropnya.
Berdasarkan data konsentrasi konsentrasi etanol hasil distilasi kedua
(distilasi dengan penjerap molekul) pada variasi kondisi, diusulkan model
matematika yang diharapkan dapat menjelaskan hubungan antara nilai
masing-masing variabel dengan konsentrasi etanol dan nilai-nilai optimumnya dan
mencari parameter perpindahan massa dan persamaan kesetimbangan. Persamaan
matematika untuk mendapatkan nilai parameter tersebut merupakan persamaan
diferensial simultan, yang memerlukan bahasa program, yaitu secara analitis
menggunakan MATLAB atau secara numerik menggunakan EXCEL.
Variabel Penelitian
Variabel penelitian hanya untuk distilasi dengan penjerap molekul, yaitu
Instrumen Hibah Penelitian Unggulan Universitas Negeri Semarang 2015 7
Alat Percobaan
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah seperangkat alat untuk
distilasi tradisional dan dengan penjerap molekul di Laboratorium Teknik Kimia
Terpadu, Unnes serta peralatan untuk pengujian hasil. Peralatan distilasi dengan
penjerap molekul dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Distilasi dengan Penjerap Molekul
Prosedur Penelitian
Distilasi tradisional dilakukan secara berulang-ulang sampai mendapatkan
kadar etanol 95% (mendekati kadar azeotrop). Selanjutnya, pemurnian dilanjutkan
menggunakan distilasi dengan penjerap molekul pada variasi jenis adsorben dan
ukuran pori. Setiap periode waktu tertentu, kadar etanol diikur. Periode waktu
pengambilan sampel akan dioptimasi sampai mendapatkan kondisi yang
mendekati kondisi optimumnya. Sampel yang sudah diambil diukur kadar
etanolnya. Kondisi kesetimbangan sistem penjerapan air dicari dengan melakukan
distilasi dengan penjerap molekul pada variasi konsentrasi etanol sampai kadar
uap jenuhnya, yaitu komposisi uap tidak berubah lagi terhadap waktu.
Analisis hasil
Analisis konsentrasi etanol dalam sampel dilakukan menggunakan
hubungan densitas dengan kadar etanol dan dilakukan di laboratorium Teknik
Kimia Unnes, juga Gas Chromatography (GC). Alternatif lainnya, analisis etanol
Instrumen Hibah Penelitian Unggulan Universitas Negeri Semarang 2015 8
Luaran Penelitian
1. Artikel publikasi pada seminar internasional dengan topik pemodelan
molecular sieves adsorption-distillation etanol dari bagas tebu menggunakan
adsorben gel silika.
2. Artikel publikasi pada seminar internasional dengan topik pemodelan
molecular sieves adsorption-distillation etanol dari bagas tebu menggunakan
adsorben karbon aktif.
3. Rintisan kerjasama riset dengan PT Madubaru tentang pemurnian etanol.
Organisasi Tim
Tabel 1. Organisasi Tim Penelitian
No. Nama / NIDN Instansi Bidang
•merancang pelaksanaan •mengambil dan
mengolah data •membuat laporan dan
Instrumen Hibah Penelitian Unggulan Universitas Negeri Semarang 2015 9
Anggaran Biaya
Tabel 2. Anggaran Biaya Penelitian
NO Jenis Pengeluaran Biaya yang Diusulkan
1 Honor Tim Peneliti 8.012.000
2 Peralatan Penunjang 2.750.000
3 Bahan Habis Pakai 8.250.000
4 Perjalanan 4.240.000
5 Lain-lain 4.248.000
Jumlah 27.500.000
Jadwal Pelaksanaan
Tabel 3. Jadwal Pelaksanaan
No. Kegiatan Bulan
1 2 3 4 5 6 7
1. Penelusuran pustaka 2. Persiapan bahan
3. Distilasi tradisional
4. Distilasi dengan penjerap molekul
5. Optimasi
LAMPIRAN 2
PERSONALIA TIM PENELITI
No. Nama / NIDN Instansi Bidang Ilmu
Alokasi Waktu
Uraian Tugas
1 Dr.Megawati, S.T.,
M.T./0006117203
Unnes Teknik Kimia
20 (jam/minggu)
• mengkoordinir
• merancang pelaksanaan
• mengambil dan mengolah data
• membuat laporan dan artikel
3 Drs. Said
Sunardiyo, M.T /0012056509
Unnes Teknik Elektro
10 (jam/minggu)
• melakukan analisis eksploratif dan deskriptif di PT Madubaru
• Merancang program perhitungan
• Melakukan analisis aplikasi lanjut untuk PT Madubaru
2 Astrilia D, S.T.,
M.T./0008097306
Unnes Teknik Kimia
10 (jam/minggu)
•melaksanakan detoksifkasi
•melakukan optimasi