• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan pemerintah, public authorities,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan pemerintah, public authorities,"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

10 2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Pasar Modal

Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta (Husnan, 2004:3). Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1995 tentang pasar modal mendefinisikan pasar modal sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.

Menurut Tandelilin (2010:26) pasar modal adalah pasar untuk memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki periode lebih dari satu tahun. Peranan pasar modal dalam suatu perekonomian negara adalah sebagai berikut:

1. Fungsi Investasi

Uang yang disimpan di bank tentu akan mengalami penyusutan. Nilai mata uang cenderung akan turun di masa yang akan datang karena adanya inflasi, perubahan kurs, pelemahan ekonomi dan lain-lain. Apabila uang tersebut diinvestasikan di pasar modal, investor selain dapat melindungi

(2)

nilai investasinya karena uang yang diinvestasikan di pasar modal cenderung tidak mengalami penyusutan karena aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh emiten.

2. Fungsi Kekayaan

Pasar modal adalah suatu cara untuk menyimpan kekayaan dalam jangka panjang dan jangka pendek sampai dengan kekayaan tersebut dapat dipergunakan kembali. Cara ini lebih baik karena kekayaan itu tidak mengalami depresiasi seperti aktiva lain. Semakin tua nilai aktiva seperti mobil, gedung, kapal laut dan lain-lain, maka nilai penyusutannya akan semakin besar pula. Akan tetapi, obligasi, saham, deposito dan intrumen surat berhaga lainnya tidak akan mengalami depresiasi. Surat berharga mewakili kekuatan beli pada masa yang akan datang.

3. Fungsi Likuiditas

Kekayaan yang disimpan dalam surat-surat berharga, bisa dilikuidasi melalui pasar modal dengan resiko yang sangat minimal dibandingkan dengan aktiva lain. Proses likuidasi surat berharga dapat dilakukan dengan cepat dan murah. Walaupun nilai likuiditasnya lebih rendah daripada uang.

Surat berharga memiliki kemampuan menyimpan kekayaan yang lebih tinggi daripada uang. Ini terjadi karena nilai uang mudah terganggu oleh inflasi dari waktu ke waktu.

(3)

4. Fungsi Pinjaman

Pasar modal bagi suatu perekonomian negara merupakan sumber pembiayaan pembangunan dari pinjaman yang dihimpun dari masyarakat.

Pemerintah lebih mendorong pertumbuhan pasar modal untuk mendapatkan dana yang lebih mudah dan murah. Ini terjadi karena pinjaman dari bank-bank komersil pada umumnya mempunyai tingkat bunga yang tinggi sedangkan perusahaan-perusahaan yang menjual obligasi pada pasar uang dapat memperoleh dana dengan biaya bunga yang lebih rendah daripada bunga bank.

2.1.2 Saham

Surat-surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal sering disebut efek atau sekuritas, salah satunya yaitu saham. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh sebarapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut (Darmadji & Fakhruddin, 2001:5). Ada beberapa sudut pandang untuk membedakan saham:

(4)

1. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim:

a. Saham Biasa (Common Stock)

Mewakili klaim kepemilikan pada penghasilan dan aktiva yang dimiliki perusahaan, pemegang saham biasa memiliki kewajiban yang terbatas. Artinya, jika perusahaan bangkrut, kerugian maksimum yang ditanggung oleh pemegang saham adalah sebesar investasi pada saham tersebut.

b. Saham Preferen (Preferred Stock)

Saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor. Serupa saham biasa karena mewakili kepemilikan ekuitas, diterbitkan tanpa tanggal jatuh tempo yang tertulis di atas lembaran saham tersebut dan membayar deviden.

2. Ditinjau dari cara peralihannya:

a. Saham Atas Unjuk (Bearer Stocks)

Pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor lainnya.

b. Saham Atas Nama (Registered Stocks)

Saham atas nama merupakan saham yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya, di mana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu.

(5)

3. Ditinjau dari kinerja perdagangannya:

a. Blue-Chip Stocks

Saham biasa yang memiliki reputasi tinggi, sebagai pimpinan dalam industriya, memiliki pendapata yang stabil dan konsisten dalam membayar deviden.

b. Income Stocks

Saham suatu emiten dengan kemampuan membayarkan deviden lebih tinggi dari rata-rata deviden yang dibayarkan pada tahun sebelumnya.

c. Growth Stocks

Growth Stocks terdiri dari well-known dan lesser-known.

d. Speculative Stocks

Saham yang secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun dan mempunyai kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang namun belum pasti.

e. Counter Cyclical Stocks

Saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umun.

Di pasar sekunder atau dalam aktivitas perdagangan saham sehari-hari,

harga-harga saham mengalami fluktuasi baik berupa kenaikan maupun penurunan.

Pembentukan harga saham terjadi karena adanya permintaan dan penawaran atas saham tersebut. Permintaan dan penawaran tersebut terjadi karena adanya banyak

(6)

faktor, baik yang sifatnya spesifik atas saham tersebut (kinerja perusahaan dan industri di mana perusahaan tersebut bergerak) maupun faktor yang sifatnya makro seperti tingkat suku bunga, inflasi, nilai tukar dan faktor-faktor non- ekonomi seperti kondisi sosial, politik dan faktor lainnya.

2.1.3 Indeks Harga Saham

Indeks harga saham adalah indikator atau cerminan pergerakan harga saham. Indeks merupakan salah satu pedoman bagi investor untuk melakukan investasi di pasar modal, khususnya saham. Saat ini Bursa Efek Indonesia memiliki 11 jenis indeks harga saham yang secara terus-menerus disebarluaskan melalui media cetak maupun elektronik. Indeks-indeks tersebur adalah:

2.1.3.1 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

IHSG menggunakan semua Perusahaan Tercatat sebagai komponen perhitungan indeks. Agar IHSG dapat menggambarkan keadaan pasar yang wajar, Bursa Efek Indonesia berwenang mengeluarkan dan atau tidak memasukkan satu atau beberapa Perusahaan Tercatat dari perhitungan IHSG. Dasar pertimbangannya antara lain, jika jumlah saham Perusahaan Tercatat tersebut yang dimiliki publik (free float) relatif kecil sementara kapitalisasi pasarnya cukup besar sehingga harga saham Perusahaan Tercatat tersebut berpotensi mempengaruhi kewajaran pergerakan IHSG. IHSG adalah milik Bursa Efek Indonesia. Pergerakan IHSG dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang berpengaruh terhadap perubahan IHSG yaitu tingkat suku bunga SBI, inflasi dan nilai kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika. Sedangkan faktor

(7)

eksternal diwakili oleh indeks bursa asing seperti Dow Jones, NYSE, Footsie, STI, Nikkei, KOSPI, Hang Seng dan KLSE (Mauliano, 2010).

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencakup pergerakan harga seluruh saham biasa dan saham preferen yang tercatat di BEI. Indeks harga saham merupakan indikator utama yang menggambarkan pergerakan harga saham. IHSG barubah setiap hari karena perubahan harga pasar yang terjadi setiap hari dan adanya saham tambahan.

Sedangkan menurut Jogiyanto (2006:57), IHSG adalah suatu indikator yang menunjukkan pergerakan suatu saham berfungsi sebagai indikator trend di pasar. Artinya pergerakan indeks menggambarkan kondisi pasar pada saat pasar sedang aktif atau lesu. Di pasar modal sebuah indeks diharapkan memiliki lima fungsi, yaitu:

1. Sebagai indikator trend pasar.

2. Sebagai indikator tingkat keuntungan.

3. Sebagai tolak ukur (brandmark) kinerja suatu portofolio.

4. Memfasilitasi pembentukan portofolio dengan strategi pasif.

5. Memfasilitasi perkembangan produk derivative.

1. Faktor-faktor dalam Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Secara garis besar ada tiga faktor utama yang berpengaruh terhadap pergerakan IHSG yaitu faktor domestik, faktor asing dan faktor aliran modal ke Indonesia. Faktor domestik berupa faktor-faktor fundamental suatu negara seperti inflasi, pendapatan nasional, jumlah uang yang

(8)

beredar, suku bunga maupun nilai tukar Rupiah. Berbagai faktor fundamental tersebut dianggap dapat berpengaruh pada ekspektasi investor yang akhirnya berpengaruh pada pergerakan indeks.

Faktor asing merupakan salah satu implikasi dari bentuk globalisasi dan semakin terintegrasinya pasar modal di seluruh dunia. Kondisi ini memungkinkan timbulnya pengaruh dari bursa-bursa yang maju (developed) terhadap bursa yang sedang berkembang. Krisis yang mengakibatkan jatuhnya bursa saham Amerika Serikat yang terjadi belakangan ini telah menyeret bursa di Asia pada krisis tahun 1997, termasuk bursa Indonesia.

2. Metode Perhitungan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Ada beberapa macam pendekatan atau metode perhitungan yang digunakan untuk menghitung indeks, yaitu:

a. Menghitung rata-rata (arithmetic mean) harga saham yang masuk dalam anggota indeks.

b. Menghitung rata-rata geometric (geometric mean) dan indeks individual saham yang masuk anggota indeks.

c. Menghitung rata-rata tertimbang nilai pasar. Umumnya semua indeks harga saham gabungan (somposite) menggunakan metode rata-rata tertimbang, termasuk di Bursa Efek Indonesia.

Hari dasar untuk perhitungan IHSG adalah tanggal 10 Agustus 1982. Pada tanggal tersebut, indeks ditetapkan dengan nilai dasar 100 dan saham

(9)

tercatat pada saat itu berjumlah 13 saham. Jumlah nilai pasar adalah total perkalian setiap saham tercatat (kecuali untuk perusahaan yang berada dalam proses restrukturisasi) dengan harga di BEJ pada hari tersebut.

Anoraga dan Pakarti, 2001:102):

Rumus untuk menghitung Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah sebagai berikut:

𝐼𝐻𝑆𝐺 = (Σ𝐻𝑡

Σ𝐻0) 𝑥 100%

Σ𝐻𝑡 = Total harga semua saham pada waktu yang berlaku.

Σ𝐻0 = Total harga semua saham pada waktu dasar.

Dari angka indeks inilah kita bisa melihat apakah kondisi pasar sedang ramai, lesu atau dalam keadaan stabil. Jika IHSG di atas 100 maka kondisi pasar sedang ramai. Sedangkan pada saat IHSG di bawah 100 maka pasar sedang lesu. Jika IHSG menunjukan angka 100 maka pasar dikatakan berada dalam kondisi stabil (Handiani, 2013:5).

Untuk mengeliminir pengaruh faktor-faktor yang bukan harga saham, nilai dasar selalu disesuaikan bila terjadi corporate action, seperti split saham, deviden saham, saham bonus, penawaran terbatas dan sebagainya. Dengan demikian indeks akan benar-benar mencerminkan pergerakan saham saja.

Perhitungan indeks dilakukan setiap hari, yaitu setelah penutupan perdagangan setiap harinya.

(10)

2.13.2 Indeks Sektoral

Menggunakan semua Perusahaan Tercatat yang termasuk dalam masing- masing sektor. Sekarang ini ada 10 sektor yang ada di BEI yaitu sektor Pertanian, Pertambangan, Industri Dasar, Aneka Industri, Barang Konsumsi, Properti, Infrastruktur, Keuangan, Perdagangan & Jasa serta Manufaktur.

2.1.3.3 Indeks LQ45

Indeks ini menggunakan 30 saham yang dipilih dari saham Perusahaan Tercatat yang dipilih berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar dengan kriteria-kriteria yang sudah ditentukan. Review dan penggantian saham dilakukan setiap 6 bulan.

2.1.3.4 Jakarta Islamic Indeks (JII)

Indeks ini menggunakan 30 saham yang dipilih dari saham-saham yang masuk dalam kriteria Syariah (Daftar Efek Syariah yang diterbitkan oleh Bapepam-LK) dengan mempertimbangkan kapitalisasi pasar dan likuiditas.

2.1.3.5 Indeks Kompas 100

Indeks ini terdiri dari 100 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar dengan kriteria- kriteria yang sudah ditentukan. Review dan penggantian saham dilakukan setiap 6 bulan.

(11)

2.1.3.6 Indeks BISNIS-27

Kerja sama antara Bursa Efek Indonesia dengan harian Bisnis Indonesia meluncurkan indeks harga saham yang diberi nama Indeks BISNIS-27.

Indeks ini terdiri dari 27 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih berdasarkan kriteria fundamental, teknikal atau likuiditas transaksi, akuntabilitas dan tata kelola perusahaan.

2.1.3.7 Indeks PEFINDO25

Kerja sama antara Bursa Efek Indonesia dengan lembaga rating PEFINDO meluncurkan indeks harga saham yang diberi nama Indeks PEFINDO25.

Indeks ini dimaksudkan untuk memberikan tambahan informasi bagi pemodal, khususnya untuk saham-saham emiten kecil dan menengah (Small Medium Enterprise). Indeks ini terdiri dari 25 saham Perusahaan Tercata yang dipilih dengan mempertimbangkan kriteria-kriteria seperti:

Total aset, tingkat pengembalian modal (Return On Equity) dan opini akuntan publik. Selain kriteria tersebut di atas, diperhatikan juga faktor likuiditas dan jumlah saham yang dimiliki publik.

2.1.3.8 Indeks SRI-KEHATI

Indeks ini dibentuk atas kerjasama antara Bursa Efek Indonesia dengan Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI). SRI adalah kependekan dari Sustainable Responsible Invvestment. Indeks ini diharapkan memberi tambahan informasi kepada investor yang ingin berinvestasi pada emiten-emiten yang memiliki kinerja sangat baik dalam mendorong usaha berkelanjutan, serta memiliki kesadaran terhadap

(12)

lingkungan dan menjalankan tata kelola perusahaan yang baik. Indeks ini terdiri dari 25 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih dengan pertimbangan kriteria-kriteria seperti: Total Aset, Price Earning Ratio (PER) dan Free Float.

2.1.3.9 Indesk Papan Utama

Menggunakan saham-saham Perusahaan Tercatat yang masuk dalam Papan Utama.

2.1.3.10 Indeks Papan Pengembangan

Indeks ini menggunakan saham-saham Perusahaan Tercatat yang masuk dalam Papan Pengembangan.

2.1.3.11 Indeks Individual

Indeks harga saham masing-masing Perusahaan Tercatat.

2.1.4 Inflasi

Pengertian inflasi adalah suatu keadaan di mana harga barang dan jasa secara keseluruhan naik, sehingga mengakibatkan nilai uang turun. Definisi lain, inflasi terjadi apabila tingkat harga dan biaya-biaya umum naik. Sedangkan deflasi terjadi apabila barang-barang dan biaya-biaya umum turun. (Samuelson, 2000:296).

Dengan adanya tingkat inflasi yang tinggi menunjukkan kondisi perekonomian suatu negara yang kurang stabil dan akan memberikan efek pada harga saham yang diperdagangkan di lantai bursa. Inflasi dapat menurunkan keuntungan suatu perusahaan sehingga saham atau sekuritas yang diperdagangkan di pasar modal menjadi suatu komoditi yang tidak menarik. Dengan demikian

(13)

dapat dirumuskan bahwa inflasi memiliki hubungan yang negatif terhadap return saham (Hardiningsih, 2001:87).

2.1.4.1 Penyebab Inflasi dan Cara Mengatasi Inflasi

Menurut Suseno (1997:53-57) penyebab inflasi di antaranya adalah:

1. Sektor Moneter

Di sektor moneter, sering diyakini inflasi erat kaitannya dengan tumbuhnya jumlah uang yang beredar dalam masyarakat. Pelaku yang sering diduga meperbesar jumlah uang beredar adalah pihak perbankan.

2. Sektor Riil

Berbagai bukti sebenarnya menunjukkan bahwa sektor riil tak kalah peranannya dalam menentukan stabilitas moneter, terutama laju inflasi di Indinesia. Kenaikan harga di sektor makanan sehingga mendorong inflasi lebih tinggi, juga sektor transportasi, telekomunikasi, prasarana jalan, investasi dan perdagangan.

3. Penawaran dan Permintaan

Laju inflasi juga dapat diamati dari sisi penawaran dan permintaan. Dari sisi penawaran, sumber inflasi terjadi karena naiknya biaya produksi (cost push inflation). Di pihak permintaan, laju inflasi sangat tergantung pada

“nafsu” belanja konsumen yang berlebihan (demand-pull inflation).

(14)

4. Cara-cara untuk mengatasi inflasi dapat dilakukan dengan:

a. Kebijaksanaan Moneter

Cara mengatasi inflasi dengan kebijaksanaan moneter berhubungan dengan politik Bank Sentral dari negara yang bersangkutan, dengan menyempitkan pemberian kredit baik oleh Bank Sentral sendiri maupun oleh badan-badan kredit lainnya yaitu Bank-bank Dagang yang bertujuan untuk mengurangi pengeluaran masyarakat seluruhnya. Bank Sentral dapat menyempitkan pemberian kredit atau mengurangi jumlah uang yang beredar dalam masyarakat dengan tiga cara, yaitu:

1) Menaikkan tingkat suku bunga 2) Politik pasar terbuka

3) Menaikkan cash ratio b. Kebijakan Fiskal

Ada tiga aspek kebijaksanaan fiskal, yaitu:

1) Penurunan pengeluaran pemerintah 2) Menaikkan pajak

3) Mengadakan pinjaman pemerintah 2.1.4.2 Macam-Macam Inflasi

1. Berdasarkan Ukuran Inflasi

Menurut Sadono Sukirno (2004:337) macam-macam inflasi berdasarkan ukuran dibagi dalam 4 kategori:

(15)

a. Inflasi Ringan

Inflasi ringan adalah tingkat inflasi yang berada di bawah 10%

dalam periode satu tahun.

b. Inflasi Sedang

Inflasi sedang adalah tingkat inflasi yang berada di antara 10%- 30% dalam periode satu tahun. Inflasi ini biasanya ditandai dengan naiknya harga-harga secara cepat dan relatif besar. Angka inflasi pada kondisi ini biasanya disebut inflasi dua digit.

c. Inflasi Berat

Inflasi berat adalah tingkat inflasi yang berada di antara 30%-100%

dalam periode satu tahun. Dalam kondisi ini harga umum naik dan berubah.

d. Inflasi Tinggi (Hyperinflation)

Inflasi tinggi (hyperinflation) adalah tingkat inflasi yang berkisar lebih dari 100% dalam periode satu tahun. Pada kondisi ini nilai uang merosot sangat tajam.

2. Berdasarkan Penyebab dan Sumber Inflasi

Berdasarkan penyebabnya, inflasi umumnya dibedakan menjadi tiga sebab, yaitu: (Iskandar Putong, 2002:260)

a. Demand Pull Inflation

Inflasi ini timbul karena adanya permintaan keseluruhan yang tinggi di satu pihak. Di pihak lain, kondisi produksi telah mencapai kesepakatan kerja penuh (full employment), akibatnya adalah sesuai

(16)

dengan hukum permintaan, bila permintaan banyak sementara penawaran tetap maka harga akan naik. Oleh karena itu, untuk mengatasinya diperlukan adanya pembukaan kapasitas produksi baru dengan penambahan tenaga kerja baru.

b. Cost Push Inflation

Inflasi ini disebabkan oleh turunnya produksi karena naiknya biaya produksi. Akibat naiknya biaya produksi, maka dua hal yang bisa dilakukan oleh produsen adalah langsung menaikkan harga produknya dengan jumlah penawaran yang sama atau harga produknya naik karena penurunan jumlah produksi (tarik-menarik permintaan dan penawaran).

c. Inflasi dari Dalam Negeri (Domestic Inflation)

Inflasi yang timbul karena adanya deficit pembiayaan dalam belanja negara yang terlihat pada anggaran dan belanja negara.

Untuk mengatasinya biasanya pemerintah mencetak uang baru.

d. Inflasi dari Luar Negeri

Inflasi ini disebabkan karena negara-negara yang menjadi mitra dagang suatu negara mengalami inflasi yang tinggi. Perlu diketahui bahwa harga-harga barang dan juga ongkos produksi relatif mahal sehingga bila terpaksa negara lain harus mengimpor barang tersebut maka harga jualnya di dalam negeri tentu saja bertambah mahal.

(17)

2.1.4.3 Perhitungan Indeks Harga Konsumen

Menurut Mankiw (2004:446), indeks harga konsumen adalah suatu ukuran keseluruhan biaya yang harus dibayar oleh seorang konsumen guna memperoleh barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Indeks harga konsumen menunjukkan biaya sekeranjang belanjaan barang dan jasa di suatu waktu dibandingkan dengan harga atau biayanya pada tahun dasar. Indeks ini digunakan untuk mengukur keseluruhan tingkat harga dalam suatu perekonomian. Persentase perubahan indeks harga konsumen inilah yang disebut tingkat inflasi. Metode ini dalam prakteknya masih dibagi dalam beberapa cara perhitungan indeksnya, seperti metode Laspeyres, Paasche dan lain sebagainya.

1. Indeks Laspeyres Entienne

Laspeyres mengembangkan metode ini pada akhir abad ke - 18 dalam menentukan sebuah indeks tertimbang dengan menggunkan bobot sebagai penimbang yaitu periode dasar. Pengukuran dengan indeks ini merupakan salah satu alat pengukuran yang paling popular. Indeks tertimbang Laspeyres dirumuskan sebagai berikut:

𝐼𝐿 = Σ 𝑃𝑛𝑄0

Σ 𝑃0𝑄0 𝑥 100

Dengan: IL = Indeks Laspeyres Pn = Harga tahun ke-n Po = Harga tahun dasar

Qo = Jumlah jenis barang yang dikonsumsi pada tahun dasar (timbangan bobot)

(18)

2. Indeks Paasche Indeks Harga

Paasche (Hermann Paasche) berbanding terbalik dengan formula Laspeyres. Formula Paasche menggunakan nilai terakhir atau tahun berjalan pada tiap periode tertentu tersebut dan bukan tahun dasar sebagai bobot untuk menjadi bobot perhitungan. Formula Paasche lebih berupa rataan harmonik yang relatif dengan perubahan nilai suatu komoditi di tiap periodenya. Berikut rumus atau formula untuk menghitung indeks harga dengan menggunakan metode Paasche:

𝐼𝑃 = Σ 𝑃𝑛𝑄𝑛

Σ 𝑃0𝑄𝑛 𝑥 100

Dengan: IP = Indeks Paasche

Pn = Harga jenis barang i bulan k n

Po = Harga jenis barang i pada tahun dasar

Qo = Jumlah jenis barang i paket komoditas dalam subkelompok sebagai pembobot (W).

2.1.5 Nilai Tukar Mata Uang (Kurs)

Samuelson dan William (2004:620) menjelaskan bahwa kurs mata uang asing atau valas adalah harga mata uang asing dalam satuan mata uang domestik.

Kurs mata uang akan mendorong investor untuk tidak menginvestasikan dananya di pasar modal melainkan pada transaksi di pasar valuta asing tersebut. Hal ini akan mengakibatkan transaksi para investor di BEI akan berkurang karena dianggap lebih menguntungkan berspekulasi pada gejolak kurs mata uang asing tersebut, sehingga akan mengakibatkan IHSG melemah. Begitu juga sebaliknya.

(19)

Husnan (2005:149) menjelaskan bahwa bagi investor asing perubahan kurs valuta asing merupakan resiko tersendiri yang harus diperhatikan karena diperkirakan deviasi standar tingkat keuntungan yang diperoleh pemodal asing akan cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan pemodal domestik. Jadi nilai tukar atau harga mata uang asing adalah nilai tukar mata uang suatu negara terhadap suatu mata uang negara lainnya. Suatu mata uang dikatakan semakin mahal jika nilai tukarnya semakin menguat, dan begitu juga sebaliknya. Untuk mengetahui perkembangan nilai tukar Rupiah (per satu Dollar Amerika) digunakan analisis kurs harian nilai tukar Rupiah. Sistem kurs mata uang yang berlaku di perekonomian internasional (Kuncoro 2011:26-31) adalah:

1. Sistem Kurs Mengambang (Floating Exchange Rate)

Sistem kurs ini ditentukan oleh mekanisme pasar dengan atau tanpa upaya stabilisasi oleh otoritas moneter. Di dalam sistem kurs mengambang dikenal dua macam kurs mengambang, yaitu:

a. Mengambang Bebas

Di mana kurs mata uang ditentukan sepenuhnya oleh mekanisme pasar tanpa ada campur tangan pemerintah. Sistem ini sering disebut clean floating exchange rate. Di dalam sistem ini, cadangan devisa tidak diperlukan karena otoritas moneter tidak berupaya untuk menetapkan atau memanipulasi kurs.

(20)

b. Mengambang Terkendali (Managed or Dirty Floating Exchange Rate)

Di mana otoritas moneter berperan aktif dalam menstabilkan kurs pada tingkat tertentu. Oleh karena itu, cadangan devisa biasanya dibutukan karena otoritas moneter perlu membeli atau menjual valas untuk mempengaruhi pergerakan kurs.

2. Sistem Kurs Tertambat (Pegged Exchange Rate)

Dalam sistem ini, suatu negara mengaitkan nilai mata uangnya dengan mata uang negara lain atau sekelompok mata uang, yang biasanya merupakan mata uang negara partner dagang yang utama. Jadi sebenarnya mata uang yang ditambatkan tidak mengalami fluktuasi tetapi hanya berfluktuasi terhadap mata uang lain mengikuti mata uang yang ditambatkannya.

3. Sistem Kurs Tertambat Merangkak (Crawling Pegge)

Dalam sistem ini, suatu negara melakukan sedikit perubahan dalam nilai mata uangnya secara periodik dengan tujuan untuk bergerak menuju nilai tertentu pada rentang waktu tertentu. Keuntungan utama sistem ini adalah suatu negara dapat mengatur penyesuaian kursnya dalam periode yang lebih luas dibandingkan sistem kurs tertambat. Oleh karena itu, sistem ini dapat menghambat kejutan-kejutan terhadap perekonomian akibat revaluasi atau devaluasi yang tiba-tiba dan tajam.

(21)

4. Sistem Sekeranjang Mata Uang (Basket of Currencies)

Banyak negara terutama negara berkembang menetapkan nilai mata uangnya berdasarkan sistem sekeranjang mata uang. Keuntungan dari sistem ini adalah menawarkan stabilitas mata uang suatu negara karena pergerakan mata uang disebar dalam sekeranjang mata uang. Seleksi mata uang yang dimasukkan dalam “keranjang” umumnya ditentukan oleh peranannya dalam membiayai perdagangan negara tertentu. Mata uang yang berlainan diberi bobot yang berbeda tergantung peran relatifnya terhadap negara tersebut. Jadi, sekeranjang mata uang bagi suatu negara dapat terdiri dari beberapa mata uang yang berbeda dengan bobot yang berbeda.

5. Sistem Kurs Tetap (Fixed Exchange Rate)

Dalam sistem ini, suatu negara mengumumkan suatu kurs tertentu atas nama uangnya dan menjaga kurs ini dengan menyetujui untuk menjual atau membeli valas dalam jumlah tidak terbatas pada kurs tersebut. Kurs biasanya tetap atau diperbolehkan berfluktuasi dalam batas yang sangat sempit.

Perubahan dalam permintaan dan penawaran suatu valas yang selanjutnya menyebabkan perubahan dalam kurs valas. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor seperti yang diuraikan di bawah ini (Sukirno, 2004):

a. Perubahan dalam cita rasa masyarakat.

b. Perubahan harga barang ekspor dan impor.

c. Kenaikan harga umum (inflasi).

(22)

d. Perubahan suku bunga dan tingkat pengembalian investasi.

e. Pertumbuhan ekonomi.

Perubahan nilai tukar yang terjadi dapat menyebabkan terjadinya peningkatan atau penurunan nilai mata uang domestik terhadap mata uang asing, yang disebut sebagai berikut:

a. Depresiasi

Depresiasi adalah peningkatan nilai mata uang asing di dalam negeri. Mata uang domestik melemah terhadap mata uang asing.

Devaluasi adalah peningkatan nilai mata uang asing di dalam negeri yang dilakukan dengan sengaja oleh pemerintah melalui kebijakan moneter.

b. Apresiasi

Apresiasi adalah penurunan nilai mata uang asing di dalam negeri.

Mata uang domestik mengalami penguatan terhadap mata uang lainnya. Revaluasi adalah penurunan nilai mata uang asing di dalam negeri yang dilakukan dengan sengaja oleh pemerintah melalui kebijakan moneter.

2.1.6 BI Rate

BI rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan

kepada publik. BI rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity

(23)

management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan

moneter.

Sasaran operasional kebijakan moneter dicerminkan pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Pergerakan di suku bunga PUAB ini diharapkan akan diikuti oleh perkembangan di suku bunga deposito, dan pada gilirannya suku bunga kredit perbankan. Dengan mempertimbangkan pula faktor-faktor lain dalam perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI rate apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI rate apabila inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan (Dahlan Siamat, 2001).

Sejak awal Juli 2005, Bank Indonesia (BI) menggunakan mekanisme "BI Rate" (suku bunga BI), yaitu BI mengumumkan target suku bunga SBI yang

diinginkan BI untuk pelelangan pada masa periode tertentu. BI Rate ini kemudian yang digunakan sebagai acuan para pelaku pasar dalam mengikuti pelelangan.

Sehingga kebijaksanaan pengenaan suku bunga yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) tersebut pada awalnya hanya diberikan sebagai pedoman saja untuk bank - bank umum pemerintah, namun kemudian dijadikan juga sebagai landasan bagi bank – bank swasta.

(24)

2.1.7 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu dapat digunakan sebagai bahan referensi peneliti untuk membandingkan berapa hasil mengenai pengaruh berbagai variabel penentu IHSG. Berikut ini adalah beberapa rangkuman penelitian sebelumnya:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No. Nama Peneliti Judul Variabel Dependen

Variabel Independen

Hasil Penelitian

Perbedaan

1 Lenny (2008) Analisis Pengaruh Variabel Makro Terhadap IHSG di BEI.

IHSG Jumlah Uang yang Beredar, Suku Bunga SBI, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah

Variabel suku bunga SBI, inflasi dan nilai tukar tidak berpengaruh terhadap IHSG.

Hanya variabel jumlah uang yang beredar saja yang memiliki pengaruh signifikan terhadap IHSG.

Keempat penelitian ini memiliki hasil yang berbeda-beda pada variabel kurs terhadap IHSG.

Yuliana dan Lenny menyimpulkan bahwa kurs tidak memiliki pengaruh terhadap IHSG.

Sedangkan Mahdi dan Martini menyimpulkan

bahwa kurs

memiliki pengaruh terhadap IHSG.

2 Martini (2009) Pengaruh Tingkat Inflasi, Nilai Tukar dan Product Domestic Bruto (PDB) terhadap IHSG.

IHSG Tingkat Inflasi, Nilai Tukar dan PDB.

Variabel independent tingkat inflasi dan tingkat suku bunga terbukti berpengaruh signifikan dan variabel nilai tukar merupakan variabel yang lebih dominan berpengaruh terhadap IHSG.

(25)

No. Nama Peneliti Judul Variabel Dependen

Variabel Independen

Hasil Penelitian

Perbedaan

3 Mahdi (2010) Pengaruh Tingkat Suku Bunga (BI Rate) dan Kurs Dollar AS terhadap IHSG di BEJ.

IHSG Tingkat Suku Bunga (BI Rate) dan Kurs Dollar AS.

Dalam jangka pendek, tingkat suku bunga (BI Rate) dan kurs dollar berpengaruh signifikan terhadap fluktuasi IHSG, sedangkan dalam jangka panjang variabel kurs berpengaruh signifikan dan variabel tangkat suku bunga tidak berpengaruh signifikan.

Keempat penelitian ini memiliki hasil yang berbeda-beda pada variabel kurs terhadap IHSG.

Yuliana dan Lenny menyimpulkan bahwa kurs tidak memiliki pengaruh terhadap IHSG.

Sedangkan Mahdi dan Martini menyimpulkan

bahwa kurs

memiliki pengaruh terhadap IHSG.

4 Yuliana (2010)

Pengaruh Harga Minyak Dunia, Tingkat Suku Bunga SBI, dan Kurs RP/USD terhadap IHSG di BEI.

IHSG Harga Minyak Dunia, Tingkat Suku Bunga SBI, Kurs RP/USD.

Variabel harga minyak dunia dan tangkat suku bunga SBI mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap IHSG sedangkan kurs RP/USD tidak mempunyai pengaruh terhadap IHSG.

(26)

No. Nama Peneliti

Judul Variabel Dependen

Variabel Independen

Hasil Penelitian

Perbedaan

5 Abdullateef dan Waheed (2010)

External Reserve Holding in Nigeria:

Implication for

Investment, Inflation and Exchange Rate.

Cadangan Eksternal

Investasi, Inflasi dan Nilai Tukar

Perubahan eksternal cadangan telah memiliki pengaruh positif terhadap pertumbuhan PMA dan apresiasi nilai tukar di dalam negeri tetapi tidak berpengaruh seperti yang diamati pada investasi domestik dan tingkat inflasi dalam negeri.

Penelitian hanya dilakukan di Nigeria.

6 Nugraha (2011)

Analisis Pengaruh SBI, Kurs Rupiah, Harga Emas Dunia, Indeks Hang Seng dan Indeks Nikkei 225 terhadap IHSG (2008- 2011).

IHSG SBI, Kurs Rupiah, Harga EMas Dunia, Indeks Hang Seng, Indeks Nikkei 225.

Secara simultan, variabel independent yaitu tingkat suku bunga SBI, kurs rupiah, harga emas, indeks Hang Seng dan indeks Nikkei 225

berpengaruh signifikan terhadap IHSG.

Secara parsial menunjukkan kurs rupiah, harga emas dunia, dan indeks Hang Seng

berpengaruh signifikan terhadap IHSG, sedangkan tingkat suku bunga SBI dan indeks Nikkei 225 tidak berpengaruh signifikan terhadap IHSG.

Penelitian ini menggunakan 5 variabel dalam penelitiannya dan

data yang

digunakan dalam periode 4 tahun.

(27)

No. Nama Peneliti Judul Variabel Dependen

Variabel Independen

Hasil Penelitian

Perbedaan

7 Rezy (2011) Pengaruh Indeks Saham Global dan Amerika Latin Terhadap IHSG.

IHSG Kospi, Hang Seng, Nikkei 225, Taiex, Dow Jones, FTSE, ASX, dan Bovespa.

Variabel Kospi, Hang Seng, Bovespa berpengaruh terhadap IHSG, sedangkan Nikkei 225 tidak memiliki pengaruh terhadap IHSG.

Sementara Taiex mempunyai pengaruh dua arah terhadap IHSG.

Variabel independennya berbeda dengan penelitian saya.

8 Handiani (2013)

Pengaruh Harga Emas Dunia, Minyak Dunia dan Kurs Dollar terhadap IHSG (2008- 2012).

IHSG Harga Emas Dunia, Minyak Dunia, Kurs Dollar.

Harga emas dunia, minyak dunia dan kurs dollar berpengaruh positif terhadap IHSG.

Saya menggunakan variabel lain yaitu inflasi, Suku Bunga SBI.

(28)

2.2 Kerangka Pemikiran

Dalam penelitian ini, dilakukan terhadap 3 (tiga) variabel makro ekonomi yang berpengaruh terhadap IHSG. Adapun variabel makro ekonomi yang diprediksikan berpengaruh terhadap IHSG adalah Nilai Kurs Rupiah dibandingkan Dollar, Tingkat Inflasi dan BI Rate.

Berdasarkan uraian di atas, hubungan masing-masing variabel independen terhadap IHSG dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Pengaruh Nilai Kurs Rupiah Dibandingkan Dollar Terhadap IHSG.

Menurut Teori Paritas Daya Beli (Purchasing Power Party Theory/PPP), pasar valas berada dalam kondisi keseimbangan apabila semua deposito atau simpanan dalam berbagai valas menawarkan tingkat imbalan yang sama.

Kondisi di mana tingkat imbalan yang ditawarkan semua simpanan dalam berbagai valas sama disebut kondisi pantas suku bunga (interest party).

Dengan kata lain, segenap simpanan valas menawarkan tingkat imbalan resiko kurs dan kemungkinan perubahan kurs yang secara keseluruhan setara sehingga prospek keuntungan atau daya tarik atas aset-aset tersebut besar.

Nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing yang stabil akan sangat mempengaruhi iklim investasi di dalam negeri, khususnya pasar modal.

Terjadinya apresiasi kurs rupiah terhadap dollar akan memberikan dampak bagi perkembangan pemasaran produk Indonesia di luar negeri, terutama dalam hal persaingan harga. (Kuncoro, 2011).

(29)

2. Pengaruh Tingkat Inflasi Terhadap IHSG

Proses inflasi menurut Teori Keynes adalah proses perebutan pendapatan di antara kelompok-kelompok sosial yang menginginkan bagian yang lebih besar daripada yang dapat disediakan oleh masyarakat. Kelompok-kelompok sosial ini misalnya orang-orang pemerintahan sendiri, pihak swasta atau bisa juga serikat buruh yang berusaha menaikan gaji atau upah di mana hal ini akan berdampak terhadap permintaan barang dan jasa yang pada akibatnya akan menaikkan harga. Inflasi yang semakin tinggi akan mengindikasikan turunnya permintaan uang. Hal ini akan nampak dari pertumbuhan yang rendah pada kegiatan riil yang selanjutnya akan mempengaruhi tingkat keuntungan yang diharapkan sehingga harga saham menjadi turun. (Samsul, 2006:201).

3. Pengaruh BI Rate Terhadap IHSG

Menurut teori klasik, suku bunga menentukan besarnya tabungan maupun investasi. Di mana makin tinggi tingkat bunga, makin tinggi pula keinginan masyarakat untuk menabung. Makin rendah tingkat bunga maka akan mendorong para investor untuk berinvestasi karena biaya yang ditanggung semakin kecil dengan harapan profit yang maksimum. Kenaikan suku Bunga dapat meningkatkan beban perusahaan (emiten) yang lebih lanjut dapat menurunkan harga saham. Kenaikan ini juga potensial mendorong investor mengalihkan dananya dari pasar saham ke tabungan maupun deposito sehingga investasi di lantai bursa turun dan selanjutnya dapat menurunkan harga saham. (Novianto, 2010:25).

(30)

4. Pengaruh Nilai Kurs Tukar Rupiah Dibandingkan Dollar, Tingkat Inflasi dan BI Rate Terhadap IHSG

Siegel (1991) menyimpulkan adanya hubungan yang kuat antara harga saham dan kinerja ekonomi makro, dan menemukan bahwa perubahan pada harga saham selalu terjadi sebelum terjadinya perubahan ekonomi. Nilai Kurs Tukar Rupiah Dibandingkan Dollar, Tingkat Inflasi dan BI Rate mampu meramalkan harga saham yang akan terjadi dan digunakan para investor untuk pengambilan keputusan investasi. (Tandelilin, 2010).

(31)

2.3 Model Penelitian

Berdasarkan uraian dalam kerangka pemikiran di atas, maka model penelitian dirumuskan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Model Penelitian

Variabel Y IHSG Variabel X1

Nilai Kurs Rupiah Dibandingkan

Dollar

Variabel X2

Inflasi

Variabel X3

BI Rate

(32)

2.4 Hipotesis Penelitian

Menurut Sukirno (2004:15): “Hipotesis adalah suatu pernyataan mengenai bagaimana variabel-variabel yang dibicarakan berkaitan satu sama lainnya”.

Berdasarkan identifikasi masalah, tujuan penelitian dan kerangka permikiran maka hipotesis dinyatakan sebagai berikut:

1. H01: Nilai Kurs Rupiah Dibandingkan Dollar tidak terdapat pengaruh secara parsial terhadap IHSG.

Ha1: Nilai Kurs Rupiah Dibandingkan Dollar terdapat pengaruh secara parsial terhadap IHSG.

2. H02: Tingkat Inflasi tidak terdapat pengaruh secara parsial terhadap IHSG.

Ha2: Tingkat Inflasi terdapat pengaruh secara parsial terhadap IHSG.

3. H03: BI Rate tidak terdapat pengaruh secara parsial terhadap IHSG.

Ha3: BI Rate terdapat pengaruh secara parsial terhadap IHSG.

Referensi

Dokumen terkait

trust (kepercayaan organisasi) memiliki hubungan positif dengan komitmen organisasi serta kinerja dari individu (Golembiewski & McConkie, 1975) dalam.

Penulis ingin melihat rasio Aktivitas seberapa berpengaruh terhadap perubahan Laba, yaitu pengaruh perputaran persediaan (ITO) yaitu rasio yang mengukur berapa kali

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK) berpengaruh positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi

dilakukan oleh Rupilu (2011), penelitiannya membuktikan bahwa komisaris independen tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan, karena rata-rata komposisi dewan komisaris independen

Penelitian ini menyatakan bahwa kualitas jasa secara positif berpengaruh terhadap kecenderungan pelanggan untuk melakukan WOM.Persepsi kualitias jasa perusahaan yang

Di dalam skripsi Galih Anindhita yang berjudul Analisis Reaksi Pasar Atas Pengumuman Deviden Sebelum Dan Sesudah Ex-Devidend Date, Campbell dan Beranek (1995) menyatakan

Keuntungan yang sudah memiliki tujuan akan masuk ke dalam cadangan perusahaan, sedangkan apabila keuntungan yang belum memiliki tujuan akan menjadi keuntungan yang

Variabel Earning After Tax Berpengaruh positif baik secara parsial terhadap Deviden Payout Ratio Variabel Bebas:  Earning After Tax Variabel Terkait:  Dividen