• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Harga Diri dengan Kecenderungan Narsistik pada Mahasiswa Pengguna Instagram di Kota Makassar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Hubungan Harga Diri dengan Kecenderungan Narsistik pada Mahasiswa Pengguna Instagram di Kota Makassar"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Psikologi Talenta Mahasiswa Volume 1, No 3, Februari 2022

e-ISSN 2807-789X

Hubungan Harga Diri dengan Kecenderungan Narsistik pada Mahasiswa Pengguna Instagram di Kota Makassar

Nurul Hidayah1*, Ahmad Razak2, Harlina Hamid3

123Fakultas Psikologi, Universitas Negeri Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia

*E-mail:nurulaya565@gmail.com

Abstract

Student have a narcissistic personality in using Instagram which tends to promote themselves and their beauty through posts, this is related to self-esteem. This study aims to determine the relationship between self-esteem and narcissistic tendencies among students using Instagram in the city of Makassar. This research uses quantitative methods. The sampling technique used in this study was Accidental Sampling, with a total of 403 respondents (n = 403). The scale used in this study is the State Self Esteem Scale and the Narcissistic Personality Inventory scale in the form of a Likert scale. The State Self Esteem Scale is an adaptation scale of Todd F. Heatherton and Janet, namely performance, social, and appearance. Meanwhile, the Narcissistic Personality Inventory scale used is an adaptation scale of Raskin and Terry, namely authority, self-sufficiency, superiority, exhibitionism, exploitativeness, vanity, and entitlement. The research data were analyzed using the Spearman rho test with the help of SPSS 22.0 for windows. The results showed that there was no relationship between self-esteem and narcissistic tendencies among students using Instagram in the city of Makassar (p = 0.348, r = 0.047). The results of this study are expected to reduce narcissistic tendencies in students by looking for other activities so that they are not influenced by social media such as Instagram.

Keyword: Narcissistic Tendencies, Self-Esteem, Social Media.

Abstrak

Mahasiswa memiliki kepribadian narsistik dalam menggunakan Instagram yang cenderung mempromosikan diri dan kecantikan yang dimiliki melalui postingan, serta hal tersebut berkaitan dengan harga diri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan harga diri dengan dengan kecenderungan narsistik pada mahasiswa pengguna Instagram di kota Makassar. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Accidental Sampling, dengan jumlah subjek sebanyak 403 responden (n=403). Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala State Self Esteem Scale dan skala Narcissistic Personality Inventory yang berbentuk skala Likert. Skala State Self Esteem Scale merupakan skala adaptasi dari Todd F. Heatherton dan Janet yaitu performance, social, dan appearance. Sementara skala Narcissistic Personality Inventory yang digunakan merupakan skala adaptasi dari Raskin dan Terry yaitu authority, self sufficiency, superiority, exhibitionism, exploitativeness, vanity, dan entitlement. Data penelitian ini dianalisis menggunakan Uji Spearman rho dengan

(2)

151 bantuan SPSS 22.0 for windows. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada

hubungan harga diri dengan kecenderungan narsistik pada mahasiswa pengguna Instagram di kota Makassar (p=0,348, r= 0,047). Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengurangi kecenderungan narsistik pada mahasiswa dengan cara mencari kesibukan lain agar tidak terpengaruh oleh sosial media seperti Instagram.

Kata kunci: Harga Diri, Kecenderungan Narsistik, Sosial Media.

PENDAHULUAN

Saat ini, sebagian besar individu menggunakan internet untuk mengakses media sosial, sebagaimana hasil riset Wearesosial (2019) yang mengemukakan bahwa pangguna media sosial di Indonesia mancapai 150 juta atau 56% dari total populasi. Jumlahnya mengalami peningkatan sebanyak 20 juta pengguna media sosial di Indonesia dibanding tahun sebelumnya.

Instagram menjadi salah satu yang paling diminati dari banyaknya media sosial yang ada, Purnamasari dan Agustin (2018) mengemukakan bahwa Instagram merupakan media sosial terpopuler bagi kaum muda berusia 18-24 tahun dengan mayoritas pengguna di Indonesia adalah perempuan.

Pengambilan data awal dengan menggunakan kuesioner yang dilakukan pada tanggal 23 agustus 2019 melalui google form pada mahasiswa di Kota Makassar sebanyak 80 orang berusia 18-22 tahun yang menggunakan sosial media. Berdasarkan sosial media yang digunakan di antaranya 56 orang mahasiswa menggunakan Instagram, 18 orang menggunakan facebook, dan 6 orang menggunakan Twitter. Hal tersebut sejalan dengan survei Ngazis (2014) mengatakan remaja lebih suka menggunakan Instagram dibandingkan Facebook dan Twitter.

Sembiring (2017) mengemukakan bahwa Instagram merupakan salah satu aplikasi yang memfokuskan mengambil foto dan mengunggahnya. Pengguna juga dapat menggunakan filter untuk membuat foto yang akan diunggah lebih cantik, dapat berbagi lokasi dengan tujuan menginformasikan kepada pengikutnya (followers) terkait lokasi foto atau video yang diambil, dan untuk mengunggah video yang memiliki durasi 60 detik secara langsung pengikut dapat melihatnya. Mengunggah foto atau video akan lebih tersebar luas dan pengikut akan bertambah seiring dengan kemunculannya di bagian pencarian pengguna lainnya. Seiring dengan

(3)

152 perkembangannya, Instagram selalu membuat terobosan berbasis foto dan video di media sosial. Akhirnya, salah satu aplikasi terpopuler di kalangan mahasiswa hingga saat ini yaitu Instagram.

Ali dan Asrori (2004) mengemukakan bahwa mahasiswa merupakan individu yang berusia remaja dan berada pada masa peralihan dri anak-anak sampai dewasa. Tahap ini, perkembangan untuk mencapai kematangan secara fisik, mental, sosial, dan emosi akan dialami individu.

Mahasiswa yang berusia 18 sampai 25 tahun dikategorikan mamasuki tahap remaja. Tahap tersebut, dikatakan berada di tahap remaja akhir hingga dewasa awal.

Berdasarkan data awal yang telah dilakukan pada tanggal 28 Maret 2020 kepada 75 mahasiswa yang menempuh pendidikan perguruan tinggi di Makassar aktif menggunakan media sosial Instagram dengan rentang usia 18-22 tahun melalui google form dengan memberikan kuesioner pertanyaan terbuka. Mahasiswa rata-rata mengatakan bahwa Instagram merupakan media sosial yang selalu update, bagus, menyenangkan, gaya hidup, hiburan, tempat membagikan momen dengan orang lain, tempat untuk mengekspresikan dirinya, tempat berbagi cerita dalam meng-update story, hiburan dan memberi banyak informasi. Hal-hal yang sering di lakukan individu yaitu mengunggah foto, melihat feed following account, buat Snapgram dan boomerang, update story, melihat story orang lain, melihat video, dan membaca informasi.

Berdasarkan kuesioner yang telah dibagikan pada 75 mahasiswa yang menempuh pendidikan perguruan tinggi di Makassar, diketahui bahwa dari 75 mahasiswa yang menggunakan Instagram sebanyak 54 mahasiswa (72%) menjawab menggunakan Instagram untuk berbagai moment keseharian baik ketika di kampus atau diluar kampus dan 21 mahasiswa (28%) menjawab menggunakan Instagram tidak untuk berbagai momen keseharian baik ketika di kampus atau diluar kampus. Berdasarkan jawaban 75 mahasiswa yang menggunakan Instagram, sebanyak 15 mahasiswa (20%) menggunakan Instagram untuk mengupload foto atau video, 21 mahasiswa (28%) selalu membuat Snapgram, boomerang, dan instastory, sedangkan 39 mahasiswa (52%) menggunakan Instagram untuk meng-upload foto/video dan membuat Snapgram, boomerang, dan instastory.

Carpenter (2012) mengemukakan bahwa perilaku aktif mahasiswa yang menggunakan jejaring sosial Instagram dengan mengunggah foto, update status, dan follower secara

(4)

153 berlebihan dalam menampilkan diri berhubungan dengan kecenderungan narsistik. Sejalan dengan hasil penelitian dari Wickel (2015) yaitu 73,5% dari 93 responden Universitas Elon mengunggah foto atau video dan memeriksa profilnya lebih dari lima kali sehari, 90,2% peserta memposting foto untuk menerima like dan komentar dari teman online-nya sehingga jelas menunjukkan terdapat kecenderungan narsisme yang merasa ingin dikagumi.

Kristanto (2012) mengemukakan bahwa narsistik merupakan cinta yang berlebihan untuk dirinya sendiri. Kecenderungan narsistik merupakan kepribadian ditandai dengan harapan individu yang berlebihan untuk berkuasa, kesuksesan, keelokan, kurangnya rasa empati, dan kebutuhan untuk dikagumi oleh individu lain dalam menilai dirinya. Santrock (Maulidania, 2017) mengemukakan bahwa kecenderungan narsistik merujuk pada proses yang terpaku pada dirinya terhadap orang lain dan hanya dirinya yang dipikirkan. Individu biasanya tidak sadar akan keadaan sebenarnya dari dirinya dan pandangan individu lain terhadap dirinya.

Clarke, Karlov, dan Neale (2014) mengemukakan bahwa kecenderungan narsistik dipengaruhi oleh salah satu faktor yaitu harga diri. Harga diri merupakan keseluruhan dari penilaiannya untuk dirinya, penilaian ini menunjukkan bagaimana individu menerima, menolak, dan seberapa besar individu bisa mempercayai bahwa dirinya bisa, penting, sukses, dan berharga. Kesadaran dirinya dan perasaan untuk diri sendiri dapat mengarah pada penilaian positif atau negatif. Heatherton dan Polivy (1991) mengemukakan bahwa terdapat tiga aspek harga diri, yaitu:

a. Performance, merujuk pada kemampuan umum termasuk kecakapan intelektual, prestasi, kapasitas, dan keberhasilan individu.

b. Social, merujuk pada bagaimana individu percaya dengan persepsi orang lain terhadap diri individu, seperti penerimaan lingkungan sosial terhadap dirinya.

c. Apperance, merujuk pada bagaimana individu memandang tubuh dan fisiknya, seperti penampilan atau citra tubuh yang menarik. Individu lebih rendah ketika tampak tidak menarik.

Campbell, Rudich dan Sedikides (2016) menyatakan terdapat perbedaan pandangan pribadi mengenai kecenderungan narsisme pada harga diri yang tinggi yaitu individu beranggapan mempunyai hubungan sosial yang baik sedangkan indvidu yang harga diri rendah bertahan

(5)

154 mengenai keyakinan hubungan sosial dan peningkatan diri. Penelitian Mehdizadeh (2010) yang menunjukkan bahwa individu dengan kecenderungan narsisme yang lebih tinggi dan didukung harga diri rendah akan melakukan aktivitas online lebih besar karena terdapat konten tentang promosi dirinya sendiri. Raskin dan Terry (1988) mengemukakan bahwa terdapat tujuh aspek kecenderungan narsistik, yaitu:

a. Authority, menunjukkan bahwa kecenderungan narsistik akan tampak sangat menguasai dari individu lainnya.

b. Self sufficiency, menunjukkan bahwa individu merasa mempunyau kemampuan tinggi dalam memenuhi kemampuannya.

c. Superiority, menunjukkan bahwa individu dengan kecenderungan narsistik merasa kesempurnaan, kehebatan, dan kebaikan hanya dirinya yang memilikinya.

d. Exhibitionism, menunjukkan bahwa tampilan fisik yang sering individu tunjukkan supaya mendapatkan pengakuan mengenai identitasnya dari individu lain.

e. Exploitativeness, menunjukkan bahwa untuk menaikkan harga diri dan citra dirinya, maka orang lain digunakan sebagai sarananya.

f. Vanity, menunjukkan bahwa masukan yang diberikan seseorang kurang dapat diterima individu itu sendiri.

g. Entitlement, menunjukkan bahwa individu cenderung lebih memilih sesuai dengan apa yang diinginkan tanpa memperhatikan sekitarnya, walaupun hal tersebut mendapatkan pertentangan orang lain.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan negatif antara harga diri dengan kecenderungan narsistik. Semakin tinggi harga diri maka semakin rendah kecenderungan narsistik, sebaliknya semakin rendah harga diri maka semakin tinggi kecenderungan narsistik.

METODE

Penelitian ini disusun dengan metode kuantitatif korelasi agar dapat mengetahui hubungan dua variabel atau lebih. Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa perempuan aktif perguruan tinggi di Kota Makassar dengan usia 18-22 tahun yang mempunyai akun Instagram

(6)

155 pribadi dengan syarat telah bergabung lebih dari 6 bulan dan aktif mengakses akun Instagram dengan jumlah sampel 403 orang. Sampel pada penelitian ini didapatkan dengan menggunakan teknik accidental sampling berdasarkan kebetulan yang dilakukan kepada siapa saja yang secara kebetulan ditemui oleh peneliti sebagai sampel dan dianggap cocok sebagai sumber data.

Variabel kecenderungan narsistik diadaptasi dari skala Raskin dan Terry (1988) yaitu skala Narcissistic Personality Inventory (NPI) yang terdiri atas tujuh aspek, yaitu authority, self sufficiency, superiority, exhibitionism, exploitativeness, vanity, dan entitlement. Hasil validasi dari skala Narcissistic Personality Inventory (NPI) diketahui bahwa semua aspek esensial, bergerak mulai dari 0,66 sampai dengan 1,00, dengan daya diskriminasi berupa 3 aitem yang gugur dan 27 item valid mulai dari 0,37 sampai 0,92 dan reliabilitas Alpha Cronbach yaitu 0,919.

Variabel harga diri diadaptasi dari skala Heatherton & Polivy (1991) yaitu State Self Esteem Scale yang terdiri atas 3 aspek, yaitu performance, social, dan appearance. Hasil validasi dari State Self Esteem Scale diketahui bahwa semua aitem dinyatakan esensial, mulai dari 0,66 sampai 1,00, dengan daya diskriminasi berupa 6 aitem gugur dan 14 aitem valid mulai dari 0,26 sampai 0,69 dan reliabilitas Alpha Cronbach yaitu 0,814.

Analisis yang dilakukan adalah analisis deskriptif & uji hipotesis. Analisis deskriptif diantaranya mean, skor terendah, skor tertinggi, standar deviasi, dan distribusi frekuensi. Uji hipotesis memakai teknik korelasi Rank Sperman diolah dengan bantuan program SPSS 22.0 for windows. Teknik korelasi Rank Sperman dipakai untuk mengetahui hubungan antara dua variabel dan korelasinya bisa mendapatkan angka yang positif atau negatif.

HASIL

Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa perempuan aktif di perguruan tinggi Kota Makassar. Jumlah keseluruhan yang berpastisipasi dalam penelitian ini adalah 403 subjek.

Deskripsi subjek dapat dilihat pada tabel berikut:

(7)

156 Tabel 1. Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Usia

Usia Jumlah Persentase

18 21 5,21 %

19 61 15,14%

20 146 36,22%

21 97 24,07%

22 78 19,36%

Jumlah 403 100 %

Tabel 2. Deskripsi Subjek Berdasarkan Perguruan Tinggi

Perguruan Tinggi di Makassar Jumlah Persentase

STI LPI Makassar 1 0,24%

STIKES Gema Insan Akademik Makassar 1 0,24%

Universitas Fajar Makassar 1 0,24%

STIFA Makassar 1 0,24%

Universitas Mega Rezky Makassar 1 0,24%

Universitas Pancasakti Makassar 1 0,24%

Politeknik Informatika Nasional Makassar 1 0,24%

Universitas Islam Makassar 2 0,50%

STIEM Bongaya 2 0,50%

Politeknik Kesehatan Makassar 3 0,75%

STIE Wira Bhakti Makassar 3 0,75%

Institut Ilmu Kesehatan Pelamonia Makassar 3 0,75%

Poltekkes Muhammadiyah Makassar 3 0,75%

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Makassar 5 1,24%

Stie Nobel Makassar 6 1,49%

Universitas Muslim Indonesia 7 1,73%

Stikes Amanah Makassar 16 3,98%

Universitas Bosowa Makassar 18 4,47%

Universitas Hasanuddin 37 9,19%

Universitas Muhammadiyah Makassar 53 13,16%

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar 114 28,29%

Universitas Negeri Makassar 124 30,77%

TOTAL 403 100 %

(8)

157 Deskripsi dari data penelitian ini diperoleh melalui penggolongan variabel berdasarkan mean empirik yang didasarkan pada setiap skala penelitian. Adapun hasil kategorisasi data harga diri dan kecenderungan narsistik adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Analisis Deskripsi Data Empirik Variabel Penelitian

Variabel Empirik

Min Max Mean SD

Harga diri 16 70 43,62 8,35

Kecenderungan narsistik 56 164 116,41 16,38

Berdasarkan uraian tabel diatas terdapat subjek dengan skor terendah yaitu 16 dan subjek dengan skor tertinggi yaitu 70. Nilai empirik rata-rata sebesar 43,62 dengan standar deviasi sebesar 8,35. Terdapat subjek dengan skor terendah yaitu 56 dan subjek skor tertinggi yaitu 164. Sedangkan, nilai mean harga diri sebesar 43,62 dengan standar deviasi 8,35 dan nilai mean kecenderungan narsistik sebesar 116,41 dengan standar deviasi sebesar 16,38.

Tabel kategorisasi harga diri dibawah didapatkan hasil berjumlah 59 subjek berada dalam kategori harga diri tinggi dengan persentase 15%, 297 subjek berada dalam kategori harga diri sedang dengan persentase 74%, dan 47 subjek berada dalam kategori harga diri rendah dengan persentase 11%.

Tabel 4. Kategorisasi Harga Diri

Batas kategori Frekuensi Persentase Kategori

52≤ X 59 15% Tinggi

35 ≤ X < 52 297 74% Sedang

X < 35 47 11% Rendah

Jumlah 403 100%

Tabel kategorisasi kecenderungan narsistik dibawah didapatkan hasil berjumlah 56 subjek berada dalam kategori kecenderungan narsistik tinggi dengan persentase 14%, 297 subjek berada dalam kategori kecenderungan narsistik sedang dengan persentase 74%, dan 50 subjek berada dalam kategori kecenderungan narsistik rendah dengan persentase 12%.

(9)

158 Tabel 5. Kategorisasi Kecenderungan Narsistik

Batas kategori Frekuensi Persentase Kategori

133≤ X 56 14% Tinggi

100 ≤ X < 133 297 74% Sedang

X < 100 50 12% Rendah

Jumlah 403 100%

Hipotesis penelitian tersebut adalah ada hubungan antara harga diri dengan kecenderungan narsistik pada mahasiswa pengguna Instagram di kota Makassar. Pengujian dalam hipotesis penelitian memakai teknik korelasi Rank Spearman dengan bantuan SPSS 22.0 for windows.

Teknik korelasi Spearman digunakan untuk mencari hubungan antara kedua variabel yang diteliti. Taraf signifikan yang diuji menggunakan uji two tailed.

Tabel 6. Hasil Analisis Data

Variabel R p-value Keterangan

Harga diri

Kecenderungan narsistik 0,047 0,348 (p >0,01)

Tidak signifikan

Hasil dari uji korelasi tabel 6 menunjukkan nilai koefisien korelasi secara keseluruhan sebesar 0,047 dengan taraf signifikansi 0,348. Sesuai dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan (Ha) ditolak. Hasil uji koefisien korelasi diperoleh nilai yang tidak signifikan yang berarti tidak terdapat hubungan harga diri dengan kecenderungan narsistik pada mahasiswi pengguna Instagram di Kota Makassar. Tabel 6 menunjukkan bahwa nilai signifikansi 0,348 (p>0,05) Ha ditolak dan Ho diterima, yang berarti tidak ada hubungan harga diri dengan kecenderungan narsistik pada mahasiswa pengguna Instagram di kota Makassar.

DISKUSI

Berdasarkan hasil penyebaran skala pada 403 mahasiswa di perguruan tinggi Makassar yang memiliki tingkat harga diri dalam kategori rendah dengan presentase 12% sebanyak 47 subjek, yang memiliki tingkat harga diri dalam kategori sedang dengan presentase 74% sebanyak 297 subjek, dan yang memiliki tingkat harga diri dalam kategori tinggi dengan presentase 14%

sebanyak 59 subjek. Hasil presentase nilai berdasarkan uji analisis deskriptf untuk skala harga diri menunjukkan bahwa mahasiswa perguruan tinggi di kota Makassar yang menjadi subjek

(10)

159 penelitian masuk dalam kategori harga diri sedang. Widodo dan Pratitis (2013) mengemukakan bahwa individu yang berada pada kategori harga diri sedang adalah individu yang cenderung berpandangan baik dalam menghadapi segala hal dan bisa menghadapi kritikan, namun cenderung bergantung pada penerimaannya dalam menampilkan tingkah lakunya secara sosial.

Individu yang mencari pengalaman sosial yang menaikkan penerimaan dirinya pada lingkungan sosial akan terlihat lebih aktif dibandingkan individu dengan harga diri tinggi.

Berdasarkan hasil penyebaran skala pada 403 mahasiswa di perguruan tinggi Makassar menunjukkan bahwa yang mempunyai tingkat kecenderungan narsistik berada dalam kategori rendah dengan presentase 12% sebanyak 50 subjek, yang memiliki tingkat kecenderungan narsistik berada dalam kategori sedang dengan presentase 74% sebanyak 297 subjek, dan memiliki tingkat kecenderungan narsistik yang berada dalam kategori tinggi dengan presentase 14% sebanyak 56 subjek. Hasil presentase nilai berdasarkan uji analisis deskriptf untuk skala kecenderungan narsistik menunjukkan bahwa mahasiswa perguruan tinggi di kota Makassar yang menjadi subjek penelitian masuk dalam kategori kecenderungan narsistik sedang.

Berdasarkan hasil peneltian terhadap subjek mempunyai taraf kesamaan kecenderungan narsistik sedang. Riyanita dan Supradewi (2019) mengemukakan bahwa taraf narsistik sedang mengandung arti bahwa pengguna Instagram secara positif mampu menghargai dirinya dimana individu mengerti semua kelemahan dan kelebihan dirinya. Faktor penyebab subjek memiliki kecenderungan narsistik sedang dikarenakan faktor neuropsikologi, budaya, dan pengasuhan orangtua.

Berdasarkan hasil dari uji korelasi yang menggunakan uji korelasi Spearman Rank Correlation didapat hasil bahwa hubungan harga diri dengan kecenderungan narsistik pada mahasiswa pengguna Instagram memiliki korelasi positif r = 0,047, p-value 0,348 (p>0,05).

Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis penelitian ini ditolak. Hasil uji Spearman Rank Correlation pada penelitian ini berarti tidak ada hubungan harga diri dengan kecenderungan narsistik pada mahasiswa pengguna Instagram di kota Makassar.

Data sampel penelitian tidak berhasil membuktikan hipotesis, seharusnya dilakukan penambahan data, seperti periode penelitian, sampel, atau variabel yang masuk dalam teori.

(11)

160 Faktor lainnya dikarenakan seharusnya mempertimbangkan aspek-aspek utama seperti lamanya menggunakan sosial media, jenis kelamin, pendidikan, dan sebagainya.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian Riyanita dan Supradewi (2019) diperoleh nilai rxy=

-0,016 dengan siginifikansi p= 0,814 (p>0,01) yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara harga diri dengan kecenderungan narsistik pada mahasiswa Universitas Islam Sultan Agung Semarang angkatan 2017.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Sedikides dkk (2004) mengatakan bahwa harga diri berkolerasi dengan narsistik. Penelitian Sedikides dkk (2004) dilakukan pada subjek yang mengekspresikan narsistiknya berhadapan langsung dengan orang lain. Ekspresi kecenderungan narsistik melalui media sosial dianggap sebagai sesuatu yang normal, sehingga individu akan memberikan ekspresi yang sama baik yang percaya diri maupun tidak. Hasil dari peneltian tersbut sama dengan hasil dari penelitian Biolcati dan Passini (2018) menyatakan bahwa individu akan tetap aktif di media sosial meskipun hubungan harga diri dengan narsistik tinggi atau rendah, maupun harga diri tinggi atau rendah.

Hasil penelitian ini juga berbeda dengan penelitian Laeli (2018) bahwa harga diri dengan kecenderungan narsistik memiliki hubungan negatif yang dilakukannya pada mahasiswa semester awal yang menggunakan Instagram Program Studi Psikologi sebanyak 54 subjek. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi harga diri yang dimiliki mahasiswa semester awal maka semakin rendah kecenderungan narsistik, sebaliknya semakin rendah harga diri maka semakin tinggi kecenderungan narsistik yang dimiliki mahasiswa semester awal.

Adanya perbedaan yang membuktikan hasil penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Haikal (2018) terhadap mahasiswa di Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh bahwa harga diri dengan kecenderungan perilaku narsisme pada mahasiswa pengguna Instagram memiliki hubungan negatif yang sangat signifikan. Hal ini berarti semakin tinggi harga diri, maka semakin rendah kecenderungan perilaku narsisme pada mahasiswa pengguna Instagram di UIN Ar-Raniry Banda Aceh. Sebaliknya, semakin rendah harga diri maka semakin tinggi pula kecenderungan perilaku narsisme pada mahasiswa pengguna Instagram di UIN Ar- Raniry Banda Aceh.

(12)

161 Hasil penelitian tersebut berbeda dari penelitian Maulidania (2017) pada remaja di Kecamatan Pandaan seimbang diketahui semakin tinggi harga diri maka semakin rendah kecenderungan narsistik, begitupun sebaliknya semakin rendah harga diri maka semakin tinggi kecenderungan narsistik. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Bhakti (2016) menemukan bahwa harga diri dengan kecenderungan narsistik ada hubungan negatif yang signifikan.

Mahasiswa pengguna Instagram Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta memiliki tingkat kecenderungan narsistik berada pada kategori rendah, sedangkan tingkat harga diri mahasiswa berada pada kategori tinggi. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa harga diri mempunyai dampak terhadap kecenderungan narsistik pada mahasiswa pengguna Instagram, meskipun kecenderungan narsistik tidak hanya dipengaruhi oleh variabel tersebut.

Watie (2011) mengemukakan bahwa media sosial hadir di masyarakat saat ini mengubah cara pandang orang lain dalam berkomunikasi. Media sosial digunakan untuk mengekspresikan diri, baik itu harga diri tinggi ataupun harga diri rendah. Kecenderungan narsistik dianggap sebagai sesuatu yang normal dalam ekspresi diri.

Dengan ditolaknya penelitian ini, maka harga diri tidak mempengaruhi kecenderungan narsistik subjek. Octaviani (2019) mengemukakan bahwa harga diri merupakan penilaiannya terhadap dirinya, kemampuan dirinya diakui atapun tidak diakui, berarti, dan sikap individu menentukan keberhasilannya, komunikasi, menghargai, dan menjadikan penerimaan terhadap orang lain sebuah perbandingan dirinya. Santi (2017) mengemukakan bahwa ditinjau dari kondisinya, harga diri dibagi menjadi dua kondisi, yaitu kondisi kuat dan kondisi lemah. Oleh karena itu, subjek dalam penelitian ini tidak mempunyai masalah pada harga dirinya terhadap kecenderungan narsistik.

Kecenderungan narsistik merupakan tingkah laku individu ditandai adanya kecenderungan melihat dirinya secara hiperbola, suka menyombongkan diri, dan individu berharap menerima pujian dari orang lain (Raskin & Terry, 1988). Carpenter (2012) mengemukakan bahwa perilaku narsistik akan lebih muda menembak pola perilaku individu tertentu yang terjadi di media sosial. Perilaku megah dianggap berkaitan dengan perilaku di sosial media sebagai cara memberi pujian kepada dirinya yang memungkinkan pendapat umum berdasarkan pembaruan story, foto, dan menjangkau banyak teman, berbicara mengenai dirinya sendiri, dukungan dari

(13)

162 lingkungan sosial, dan pencarian harga diri yang berkaitan perilaku narsistik pada media sosial.

Sejalan penggunaan media sosial yang peneliti peneliti yaitu Instagram.

Berbagi foto/video dengan Instagram adalah salah satu cara untuk memperkenalkan diri kepada individu lain. Keberadaan sosial media khususnya Instagram, berpengaruh dengan cara wanita memandang dirinya dan ingin dilihat oleh orang lain (Hill & Denman, 2016) Aktivitas individu memperlihatkan dirinya di sosial media berpengaruh pada bagaimana pandangan remaja terhadap dirinya dan berharap orang lain melihat unggahannya dan memberikan penilaian. Persepsi dari individu memperhitungkan penilaian individu lain penting kepada dirinya mempengaruhi banyak penilaian pribadi kemandirian yang diekspresikan oleh tindakan tersebut dan penilaian yang diperlihatkan kepada diri sendiri. Penilaian yang dibuat oleh individu ini biasa disebut harga diri (Coopersmith, 1967).

Remaja yang memberikan perhatian dalam bentuk komentar positif seperti penyebutan nama oleh teman pengguna Instagram lainnya, seperti memberi ucapan selamat kepada remaja atas prestasinya, memberiksn selamat di hari ulang tahunnya, dan memberikan tanda suka pada postingannya dari teman pengguna Instagram lainnya akan membuat remaja merasa berarti dikarenakan perhatian dari orang lain yang dirinya dapatkan. Remaja akan merasa senang dan puas apabila unggahannya di Instagram tidak diabaikan tetapi diperhatikan orang lain (Jang, dkk., 2015). Sejalan dengan penelitian Handayani (2017) mengatakan bahwa harga diri didapatkan individu bergantung ketika individu lain mengakui dan penilaiannya terhadap unggahan dirinya di media sosial. Semua aktivitas yang diunggah dimedia sosial oleh remaja mengharpkan mendapat komentar yang baik dari orang lain.

Diketahui subjek dalam penelitian ini mempunyai harga diri kategori sedang sebanyak 297 subjek (74%). Tetapi, tidak ada hubungan harga diri dengan kecenderungan narsistik, dimana hasiil analysis menunjukkan kecengderungan narsistik kategori sedang juga sebanyak 297 subjek (74%). Tingkat narsistik berada dalam kategori sedang menunjukkan bahwa dalam penelitian ini pengguna Instagram dapat menghargai diri sendiri dengan baik serta paham akan kelebihan dan kelemahan dirinya. Terdapat beberapa faktor lain yang mempengaruhi kecenderungan perilaku narsisme yaitu depresi, kesepian, dan subjective well-being menurut hasil riset Sedikides, dkk (2004).

(14)

163 Mahasiswa yang menggunakan Instagram secara berlebihan dapat mengganti aktivitas lain yang bisa mengurangi penggunaan Instagram, seperti berkumpul dengan keluarga atau mensiasati pengunaan Instagram dengan mematikan jaringan internet, membuat alaram sebagai pengingat ketika menggunakan Instagram terlalu lama, dll. Wisnuwardhani (Amal & Setiarso, 2020) mengemukakan bahwa terdapat tiga cara yang dapat dilakukan yang dapat mengurangi perilaku menggunakan Instagram, yaitu: mematikan aplikasi Instagram ketika bekerja dan menjauhkan ponsel dari jangkauannya, pengguna Instagram memberi peringatan kepada dirinya sendiri jika menggunakan Instagram berlebihan membuat pekerjaan lain yang merugikan dan berdampak kehilangan kepercayaan orang lain, dan menggunakan pengingat harian untuk membatasi waktu penggunaan Instagram, misalnya sebelumnya mengguna Instagram 3 jam perhari, membuat target penggunaan Instagram perlahan mulai dari 2 jam hingga 1 jam per hari.

Kelemahan pada penelitian ini adalah pengumpulan data dilakukan secara daring melalui google form, sehingga peneliti tidak bisa melakukan observasi dan mengambil dokumentasi pada subjek ketika mengerjakan skala penelitian. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini jumlahnya berbeda-beda setiap kampus, sehingga ada kampus yang dominan dan ada kurang sampelnya. Variabel yang dipakai pada penelitian ini belum mewakili seluruh faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya kecenderungan narsistik.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka bisa disimpulkan bahwa hasil uji hipotesis memperoleh nilai koefisien korelasi harga diri dengan kecenderungan narsistik yakni sebesar r

= 0,047 dan nilai p-value 0,348 (p>0,05) artinya hipotesis penelitian tersebut ditolak. Hal ini memperlihatkan bahwa tidak terdapat hubungan harga diri dengan kecenderungan narsistik mahasiswa pengguna Instagram di Kota Makassar. Berdasarkan hasil yang didapatkan, peneliti memberikan saran yaitu sebagai berikut:

Bagi mahasiswa, disarankan dapat mengontrol diri terkait kecenderungan narsistik dan dapat mengaktualisasikan diri pada kegiatan kampus atau diluar yang bermanfaat. Mahasiswa yang sering mengakses media sosial seperti Instagram dapat membatasi dengan aktivitas lain seperti

(15)

164 berkumpul dengan keluarga atau mensiasati pengunaan Instagram dengan mematikan jaringan internet, membuat alarm sebagai pengingat ketika menggunakan Instagram terlalu lama. Bagi orang tua bisa mengontrol setiap kegiatan anak yang berhubungan dengan media sosial seperti Instagram dan mengarahkan anak agar penggunaan media sosial dikurangi yang bisa menimbulkan terjadinya kecenderungan narsistik.

Bagi peneliti yang mengadaptasi skala Narcissistic Personality Inventory (NPI) agar lebih memperhatikan konteks budaya dan dapat menggunakan penelitian ini menjadi pembanding buat penelitian selanjutnya ditempat yang berbeda. Peneliti juga menyarankan agar peneliti selanjutnya yang tertarik buat meneliti lebih jauh tentang kecenderungan narsistik diperlukan bisa melihat faktor lain yang memiliki kesamaan dengan kecenderungan narsistik seperti depresi, kesepian, dan subjective well-being.

REFERENSI

Ali, M & Asrori. (2004). Psikologi remaja perkembangan peserta didik. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Amal, A., & Setiarso, O. (2020). Sosial: Kecanduan Instagram? Coba trik ini untuk mengatasinya. (Online). https://www.daya.id. Diakses tanggal 07 Juni 2021.

Bhakti, A.K. (2016). Hubungan antara harga diri dengan kecenderungan narsistik pada pengguna Instagram ditinjau dari jenis kelamin. (Skripsi diterbitkan). Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Biolcati, R.., & Passini, S. (2018). Narcissism and Self Esteem: Different Motivations for Self

Posting Behaviors. Cogent Psychology. Diakses dari

https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/23311908.2018.1437012?fbclid=IwAR1BG FDXsSeqvL0wPWFZLqGVM8PFBiM4hF5e0el8wM_z_DVRwLg 0oLn0CY

Campbell, W. K., Rudich, E. A., & Sedikides, C. (2016). Narcissism, self-esteem, and the positive of self-views: Two portraits of self-love. Personality and Social Psychology Bulletin. University of Southampton.

Carpenter, C. J. (2012). Narcissism on Facebook : Self-promotional and anti-social behavior.

Personality and Individual Differences, 52(4), 482–486.

https://doi.org/10.1016/j.paid.2011.11.011

Clarke, I. E., Karlov, L., & Neale, N. J. (2014). The many faces of narcissism: Narcissism factors and their predictive utility. Journal Personality and Differences, 81(2015), 90-95, http://dx.doi.org/10.1016/j.paid.2014.11.021.

Coopersmith, S. (1967). The antecedents of self-esteem. San Francisco : Freeman and Company.

(16)

165 Haikal, M. (2018). Hubungan antara harga diri dengan kecenderungan perilaku narsisme pada mahasiswa pengguna Instagram di Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh. (Skripsi di terbitkan). Aceh: Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh.

Handayani, P. (2017). Hubungan antara harga diri dengan presentasu diri pengguna Instagram.

(Skripsi di terbitkan). Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.

Heatherton, T. E., & Polivy, J. (1991). Development and Validation of a Scale for Measuring State Self-Esteem. 6, 895–910.

Hill, A., & Denman, L. (2016). Adolescent self esteem and Instagram: An examination of posting behavior. Concordia Journal of Communication Research. 3(4), 1-22.

Jang, J. Y., Han, K., Shih, P. C., & Lee, D. (2015). Generation like: Comparative characteristics in Instagram. Seoul: Republic of Korea.

Kristanto, S. (2012). Tingkat kecenderungan narsistik pengguna facebook. Journal of Social and Industrial psychology, 1(1), 41-46.

Laeli, A. N., Sartika, E., Rahman, F. N., & Fatchurrahmi, R. (2018). Hubungan kontrol diri dan harga diri terhadap kecenderungan narsistik pada mahasiswa semester awal pengguna Instagram. Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi. 23(1), 27-40.

Maulidania, H. (2017). Pengaruh harga diri terhadap kecenderungan narsistik pada remaja pengguna Instagram. (Skripsi diterbitkan). Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.

Mehdizadeh, S. (2010). Self-Presentation 2.0: Narcissism and Self-Esteem on Facebook.

Cyberpsychology, Behaviour, and Social Networking, 13(4).

Ngazis, A. N. (2014). Survei: Remaja Makin Cinta Instagram, Facebook Makin Dibenci.

(Online). https://mviva.co.id/amp/digital/digilife/545971-survei-remaja-makin-cinta- Instagram-facebook-makin-dibenci. Diakses tanggal 15 September 2019.

Octaviani, M. A. (2019). Hubungan penerimaan diri dengan harga diri pada remaja pengguna Instagram. Psikoborneo, 7(4), 549-556.

Purnamasari, A., Agustin, V., Studi, P., Fakultas, P., & Universitas, K. (2018). Hubungan citra diri dengan perilaku narsisisme. Jurnal Psibemika, 11(2), 115–132.

Raskin, R., & Terry, H. (1988). A Principal-Components Analysis of the Narcissistic Personality Inventory and Further Evidence of Its Construct Validity. Journal of Personality and Social Psychology, 54(5), 890–902.

Riyanita., & Supradewi, R. (2019). Hubungan antara harga diri dengan kecenderungan narsistik pada pengguna media sosial Instagram mahasiswa universitas islam sultan agung semarang.

Konferensi Ilmiah Mahasiswa Unissula (KIMU) 2. ISBN 2720-9148.

Santi, N. N. (2017). Dampak kecenderungan nariscisme terhadap self esteem pada pengguna facebook mahasiswa PGSD UNP. Jurnal Dimensi Pendidikan dan Pembelajaran. 5(1), 25- 30.

Sedikides, C., A, Rudich. E. A., Gregg, A. P., Kumashiro, M., & Rusbult, C. (2004). Are normal narcissists psychologically healthy?: selfesteem matters. Journal of Personality and Social Psychology. Southhampton: American Psychological Assoociation. 3(87). 400-416.

doi: 10.1037/0022-3514.87.3.400.

Sembiring, K. D. R. (2017). Hubungan antara kesepian dan kecenderungan sosial media Instagram. Jurnal Psikologi, 16(2), 147–154.

(17)

166 Wearesosial. (2019). Berapa Pengguna Media Sosial Di Indonesia?. (Online).

https://databoks.katadata.co.id. Diakses tanggal 26 agustus 2019.

Watie, E. D. S. (2011). Komunikasi dan media sosial (communications and social media).

Jurnal The Messenger. 3(1), 69-75.

Wickel, T. M. (n.d.). Narcissism and Social Networking Sites : The Act of Taking Selfies. 5–12.

Widodo, A. S., & Pratitis, N. T. (2013). Harga Diri Dan Interaksi Sosial Ditinjau Dari Status Sosial Ekonomi Orang Tua. Persona, Jurnal Psikologi Indonesia, 2(2), 131–138.

Referensi

Dokumen terkait

Upah adalah hak pekerja/buruh yang di- terima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan

Berdasarkan hasil pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Provinsi Jawa Barat khususnya Badiklatkop berperan dalam melakukan

Berdasarkan hasil pengujian, Price Earning Ratio (PER) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,146 berarti lebih besar dari 0,05, maka Ha ditolak dan Ho diterima, dengan

6 (Enam) kelompok pengeluaran yang memberikan andil/sumbangan Deflasi Kota Serang adalah kelompok bahan makanan mengalami penurunan terbesar yaitu sebesar -0,1757

Berdasarkan hasil pengolahan data dalam penelitian ini maka dapat disimpulkan, “tingkat kesukakaran, daya beda dan fungsi distraktor soal ujian semester kelas VII SMP Fatih

Dari ketiga metode peramalan yang digunakan maka metode yang lebih baik digunakan untuk meramalkan permintaan pedialyte pada tahun 2008 adalah metode pemulusan eksponensial

Penelitian tentang identifikasi dan skrining isolat kapang endofit dari tanaman benalu teh sebagai antibakteri terhadap Escherichia coli dan Bacillus subtilis

Naskah skripsi berjudul Uji efek penurunan kadar elukosa darah ekstrak kulit batang angsana (fterocarpus indicus Wllld.) pada tikus putlh yang ditulis oleh Fransiska