• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Sebagai bahan kajian dan pembanding dalam penelitian ini akan disajikan hasil penelitian terdahulu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Sebagai bahan kajian dan pembanding dalam penelitian ini akan disajikan hasil penelitian terdahulu"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu

Sebagai bahan kajian dan pembanding dalam penelitian ini akan disajikan hasil penelitian terdahulu sebagai berikut:

Penelitian yang berjudul “Analisa Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pada Proyek Konstruksi Bangunan Tinggi di Wilayah Kecamatan Banyumanik”, yang diteliti oleh Ratih Oktaviani Purnama Ningsih dari Universitas Negeri Semarang pada tahun 2020 , menemukan bahwa berdasarkan uji T dengan hipotesis Ha yaitu proyek pembangunan gedung besar di area kecamatan Banyumanik terkategori bagus serta Ho ialah proyek pembangunan gedung besar di area kecamatan Banyumanik terkategori belum baik, diperoleh angka Ha diterima, jadi aplikasi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada proyek pembangunan gedung besar di area kecamatan Banyumanik telah terkategori bagus.

Penelitian yang berjudul “Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Pada Proyek Konstruksi di Kota Bandung ”, yang diteliti oleh Erni Kurniawati dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta pada tahun 2018 , menemukan bahwa Bersumber pada hasil analisa di Kota Bandung yaitu terhadap penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) diperoleh hasil kalau penerapan program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang berjalan di Kota Bandung mengutamakan keselamatan serta menegaskan pekerja serta warga yang terletak di luar proyek dengan metode pemasangan sign board keamanan kegiatan, pemasangan pancang ataupun data proyek, pagar proyek ataupun pantangan mendekati proyek, serta rute pengamanan untuk para pekerja di dalam proyek. Meski program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada Kota Bandung banyak yang mengedapankan proteksi kepada masyarakat, program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang lain wajib lebih dicermati lagi buat keamanan kegiatan para pekerja

(2)

yang terletak di dalam proyek serta mengecilkan efek terbentuknya kecelakaan dalam bertugas.

Penelitian yang berjudul “Analisis Sistem Manajemen Keselamatan Kesehatan Kerja (SMK3) Pada Proyek Kereta Api (Studi Kasus:

Pembangunan Fly Over Jalur Kerta Api Medan-Kualanamu) ”, yang diteliti oleh yaiful Azhari Siregar dari Universitas Umatera Utara pada tahun 2017, menemukan bahwa bersumber pada hasil riset, keseluruhan aplikasi SMK3 kesuksesan aplikasi Sistem Manajemen Keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) di proyek pembangunan fly over kereta api yang menggapai angka 72. 257% terkategori nomor 2 ialah tingkatan pendapatan aplikasi 60- 84%

yang mengartikan pantas diberikan sertifikat dan berhak mendapatkan bendera perak.

Jurnal penelitian yang berjudul “Analisis Faktor Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) Yang Signifikan Mempengaruhi Kecelakaan Kerja Pada Proyek Pembangunan Apartement Student Castle ”, yang diteliti oleh Saloni Waruwu dan Ferida Yuamita dari Universitas Teknologi Yogyakarta pada tahun 2016 , menemukan bahwa Faktor- aspek yang mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja ialah pemberian pelatihan pembibitan keselamatan dan kesehatan kerja (X1), komitmen manajemen( X2), zona kegiatan( X3), wawasan pekerja( X4), peraturan dan tata cara keamanan serta kesehatan kegiatan( X5), tersedianya rambu- pancang keamanan serta kesehatan kegiatan( X6) di tempat aktivitas, dan komunikasi pekerja( X7).

Tidak cuma dari ketujuh pandangan itu keccelakaan kerja pula bisa dipengaruhi oleh kadar pengalaman aktivita

(3)

2.2 Tinjauan Pustaka 2.2.1 Kegiatan konstruksi

Kegiatan konstruksi ialah faktor berarti dalamsuatu proyek pmebangunan. Pekerjaan konstruksi memunculkan bermacam akibat yang tak diharapkan yaitu mengenai permasalahan pandangan keselamatan.

Kegiatan bidang konstruksi wajib diatur dengan mencermati standar serta determinasi K3 yang legal. Karakteristik kegiatan proyek konstruksi:

a. Terbatasnya masa kerja

b. Mengikutsertakan pekerja dalam jumlah banyak

c. Mengikutsertakan pekerja kasar dalam jumlah banyak dengan pendidikan yang relatif rendah

d. Tingginya intensitas kerja

e. Memeiliki sifat multicraft dan multi disiplin

f. Peralatan kerja yang digunakan sangat beragam, dari jenis, teknologi, kapasitas maupun kondisinya

g. Mobilisasi yang diterapkan tinggi baik itu peralatan pekerjaan, material pekerjaan dan juga pekerja)

Merujuk kepada UU No. 1 Tahun 1970 mengenai keselamatan kerja, apa yang diartikan dari area kerja ialah masing- masing bilik atau lapangan, baik itu terbuka ataupun tertutup, beranjak atau menetap, tempat kerja bagi para pekerja ataupun yang sering dimasuki serta suatu usaha dan area dimana sumber yang menyebabkan bahaya seperti di daratan, di dalam tanah, di dataran air, di air ataupun udara yang terdapat di dalam zona wewenang hukum Republik Indonesia. Kemudian, dalam detailnya pada artikel 1 bagian ( 1), dengan perumusan ini, sampai ruang lingkup dari UU itu jelas setelah itu diresmikan oleh 3 aspek yakni sebagai berikut:

a. Tempat utuk melakukan pekerjaan bagi pekerja.

b. Terdapat pekerja yang sedang bekerja.

c. Terdapat bahaya dan ancaman di lingkungan kerja

(4)

2.2.2 Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Secara filosofi, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan sesuatu pandangan serta usaha agar menjamin kesempurnaan serta keutuhan baik dari segi jasmani maupun rohani dari tenaga kerja pada terkhusus serta orang pada umumnya. Menurut ilmu pengetahuan yang ada, (K3) keselamatan dan Kesehatan Kerja dimaksudkan selaku“ ilmu serta pelaksanaannya dengan cara teknis serta teknologis buat melaksanakan penangkalan kepada timbulnya musibah kegiatan serta penyakit dampak kegiatan dari tiap profesi yang dicoba”. Dalam kacamata hukum, penafsiran dari Keamanan serta Kesehatan Kegiatan dipaparkan selaku“ Sesuatu usaha proteksi supaya tiap daya kegiatan serta orang lain yang merambah tempat kegiatan tetap dalam kondisi yang segar serta aman dan sumber- pangkal cara penciptaan bisa dijalani dengan cara nyaman, berdaya guna serta produktif”.

Dijelaskan melalui bidang ilmu wawasan serta pelaksanaannya dalam upaya menghindari mungkin terbentuknya kecelakaan serta penyakit dampak kegiatan. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ialah rasio prioritas, sebab dalam penerapannya, juga dilandasi oleh ilmu- ilmu yang khusus dan tidak hanya berlandaskan dari peraturan perundang- undangan, paling utamanya yaitu ilmu keteknikan serta ilmu medis. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) memiliki tujuan bagi Suma’ mur 1989 antara lain:

a. Hak dari keselamatan tenaga kerja dilindungi untuk kesejahteraan kehidupan mereka dan juga dalam rangka peningkatan produksi dan produktivitas negara dalam melakukan pekerjaan

b. Terjaminnya keselamatan setiap pekerja saat berada di dalam lapangan (area proyek).

c. Memelihara dan mempergunakan secara aman sumber produksi 2.2.3 Sistem Manajemen Kesehatan Keselamatan Kerja dan Lingkungan (SMK3L)

Sistem Manajemen Kesehatan Keselamatan Kerja dan Lingkungan (SMK3L) menurut Permen:2008 ialah bagian dari sistem manajemen dengan cara totalitas yang mencakup bentuk badan, pemograman, tanggung jawab,

(5)

penerapan, metode, cara serta pangkal energi yang diperlukan untuk pengembangan aplikasi, pendapatan, analisis serta perawatan kebijaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja untuk terciptanya tempat kegiatan yang aman, nyaman, berdaya guna serta produktif.

Kemudian, berdasarkan Bab 1 Pasal 1 pada Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: 05/MEN/1996, “(SMK3L) Sistem Manajemen Keselamatan Kesehatan Kerja serta Lingkungan merupakan bagian dari sistem manajemen dengan cara totalitas yang mencakup bentuk badan, pemograman, penerapan, tanggung jawab, metode, cara serta pangkal energi yang diperlukan untuk pengembangan aplikasi, pendapatan, serta perawatan kebijaksanaan keamanan serta kesehatan kegiatan dalam bagan pengaturan efek yang berhubungan dengan aktivitas kegiatan untuk terciptanya tempat kegiatan yang nyaman, berdaya guna, serta produktif. Pada dasarnya SMK3L yakni aplikasi ilmu dan untuk manajemen dalam melakukan pemograman, aplikasi, atau evaluasi program K3 di tempat aktivitas dalam suatu sistem. (SMK3L) Sistem Manajemen Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan melingkupi keadaan seperti berikut: bentuk organisasi, perancangan, penerapan, tanggung jawab, metode, cara serta sumber energi yang diperlukan untuk pengembangan aplikasi, pendapatan, serta pemeliharaan kebijaksanaan keselamatan serta kesehatan kerja dalam rangka mengatur resiko yang berhubungan dengan kegiatan konstruksi untuk menciptakan area kerja yang aman, berdaya guna, serta produktif. Bersumber pada Permenaker Pasal 4 tentang Sistem Manajemen K3, terdapat 5 hal yang wajib industri atau wiraswasta laksanakan, ialah:

1. Memutuskan peraturan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja dan juga komitmen terhadap pengaplikasian dari Sistem Manajemen K3 terjamin.

2. Pengaplikasian dan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja dibuat untu merancang aturan, sasaran, dan tujuan akhir dalam.

3. Memberlakukan peraturan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja secara aktif dan juga efektif bersama mengembangkan tata aturan dan

(6)

kemampuan untuk mencapai aturan kebijakan, sasaran, dan tujuan akhir keselamatan dan kesehatan kerja

4. Mengukur, memperhatikan dan mengevaluasi kinerja keselamatan dan kesehatan kerja dan juga memperhatikan pencegahan dan perbaikan terhadap penerapan keselamatan dan kesehatan kerja 5. Audit secara berkala dan meningkatkan pelaksanaan Sistem

Manajemen K3 secara berkelanjutan dengan fokus agar adanya peningkatan dalam penerapan keselamatan dan kesehatan kerja

Menurut Adrian:2009, ada sebagian alibi yang mengatakan berartinya Sistem Manajemen K3 diaplikasikan dalam sesuatu industri atau makmal.

Alibi itu bisa diamati dari pandangan kemanusiaan, ekonomi, UU serta Peraturan, dan julukan bagus. Argumentasi mengenai betapa pentingnya Sistem Manajemen K3 yaitu sebagai berikut:

a. Alasan Kemanusiaan. Tidak peduli terbentuknya kecelakaan kerja, tanpa berupaya melaksanakan sesuatu agar membenarkan kondisi, ialah sesuatu aksi yang tidak manusiawi. Perihal ini disebabkan kecelakaan yang terjalin tidak cuma memunculkan beban untuk korban yang mengalami (seperti kematian, cacat atau cedera berat, cedera ringan), melainkan pula beban untuk keluarganya. Maka dari sebab itu perusahaan memiliki peranan agar mencegah pekerja dengan metode menyiapkan lapangan kerja yang nyaman.

b. Alasan Ekonomi. Setiap kecelakaan kerja yang terjalin hendak memunculkan kehilangan ekonomi, semacam kehancuran mesin, perlengkapan, materi serta gedung, bayaran penyembuhan, serta bayaran bantuan kecelakaan. Oleh sebab itu, dengan melaksanakan langkah- langkah penangkalan kecelakaan, hingga tidak hanya bisa menghindari terbentuknya luka pada pekerja, kontraktor pula bisa mengirit bayaran yang wajib dikeluarkan.

c. Alasan UU dan Peraturan. UU serta peraturan dikeluarkan oleh pemrintah ataupun sesuatu badan aspek keselamatan kerja dengan

(7)

estimasi apabila sedang banyak peristiwa kecelakaan yang terjalin, kian melonjaknya pembangunan dengan memakai teknologi modern, pekerjaan konstruksi ialah kerumitan suatu pekerjaan yang bisa menjadi pangkal terbentuknya kecelakaan kerja serta sangat berartinya para tenaga kerja di dunia konstruksi.

d. Nama Baik Institusi. Sesuatu industri yang memiliki reputasi kemampuan yang baik dalam bersaing dengan industri lain. reputasi atau pandangan industri pula ialah sumber daya berarti paling utama untuk pabrik pelayanan, tercantum pelayanan konstruksi, berkaitan dengan keyakinan dari pemberi pekerjaan atau owner proyek.

Keselamatan kerja yang berprestasi dalam industri untuk mensupport nama baik industri itu, alhasil bisa dibilang apabila keselamatan kerja akan membagikan profit pada industri dengan cara tidak langsung.

Menurut Tarwaka (2008), manfaat bagi perusahan dalam aksi penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja adalah “Pihak manajemen dapat mengetahui kelemahan-kelemahan unsur sistem operasional sebelum timbul gangguan operasional, kecelakaan, insiden dan kerugian-kerugian lainnya”.

a. Kinerja K3 dalam perusahan dapat diketahui dengan jelas dan secara lengkap.

b. Dapat memenuhi aturan-aturan yang ada dalam peraturan perundang undangan mengenai K3.

c. Supaya meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan uraian hal K3, terlebih bagi para pekerja yang turut dalam aplikasi audit

d. Produktivitas pekerjaan dapat ditingkatkan.

Tujuan SMK3L merupakan untuk menyediakan kerangka kerja dalam mengatur resiko serta kesempatan K3. Menguasai serta mengatur resiko ini hendak menghindari luka yang terjadi dengan kegiatan untuk pekerja serta menyediakan area kerja yang nyaman. Sangat dihimbau untuk organisasi untuk melenyapkan ancaman serta meminimalkan resiko K3 dengan mengutip langkah- langkah penangkalan serta proteksi yang efisien. Saat

(8)

kiat-kiat ini diaplikasikan oleh suatu badan lewat SMK3 yang mereka miliki, organisasi hendaknya sanggup membenarkan kemampuan K3- nya. SMK3L bisa jadi lebih efisien serta berdaya guna kala mengutip aksi sejak dini agar menggunakan kesempatan dalam bagan koreksi kemampuan K3.

Mempraktikkan SMK3L sesuai dengan SNI ISO 45001: 2018 membolehkan organisasi agar mengatur resiko K3 serta mengevaluasi kemampuan K3 mereka. SMK3L bisa menolong suatu organisasi agar memenuhi standar dan persyaratan hukum.

Tujuan dari SNI ISO 45001:2018 dijelaskan oleh Pretesh Biswas yang merupakan seorang konsultan ISO di Kuwait menuliskan artikel yang diterbitkan dalam website Trace International, pada tanggal 12 Februari 2019, menjelaskan bagaimana antara lain:

1. Meningkatkan peraturan dan peraturan K3,

2. Mempunyai kepemimpinan yang sanggup membuktikan komitmen kepada K3,

3. Memutuskan cara analitis untuk manajemen K3, 4. Melaksanakan aktivitas untuk mengenali ancaman, 5. Menghasilkan pengaturan keamanan operasional,

6. Meningkatkan pemahaman serta wawasan pekerja mengenai K3, 7. Menilai kemampuan K3 serta meningkatkan konsep untuk koreksi

dengan cara yang berkesinambungan, 8. Memutuskan kompetensi yang dibutuhkan,

9. Menghasilkan serta menyuburkan nilai pada aspek K3 di dalam suatu organisasi

10. Memenuhi persyaratan hukum dan juga peraturan perundang- undangan yang berlaku

2.2.4 Prinsip Dasar SMK3L

Mengacu pada Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor:

PER.05/MEN/1996 Bab III pasal 3 ayat 1 mengenai penerapan SMK3 yang diharuskan untuk setiap perusahaan dengan syarat:

(9)

a. Setiap industri yang memakai pekerja sebesar 100 orang ataupun lebih serta ataupun memiliki kemampuan ancaman yang ditimbulkan oleh karakter cara ataupun materi penciptaan yang bisa menyebabkan musibah kegiatan semacam peledakan, kebakaran, kontaminasi serta penyakit dampak kegiatan harus mempraktikkan Sistem Manajemen K3.

b. Sistem Manajemen K3 begitu juga diartikan dalam bagian( 1) harus dilaksanakan oleh pengasuh, wiraswasta serta semua daya kegiatan selaku satu kesatuan

Kesesuain dan keberhasilan dalam penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di tempat kerja dapat diukur menurut Permenaker RI No. 26 2014 sebagai berikut:

a. “Untuk tingkat pencapaian 0-59% dan pelanggaran peraturan perundangan (nonconformance) dikenai tindakan hukum”.

b. “Untuk tingkat pencapaian 60-84% diberikan sertifikat dan bendera perak”.

c. “Untuk tingkat pencapaian 85-100% diberikan sertifikat dan bendera emas”.

Berdasarkan Undang-Undang No.13 2003 terdapat prinsip dasar SMK3 yang diatur dalam pasal 87 tentang ketenagakerjaan yang diantaranya berisi:

a. Setiap industri harus mempraktikkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang berintegrasi dengan sistem manajemen industri.

b. Determinasi hal aplikasi sistem manjemen keamanan serta kesehatan kegiatan begitu juga diartikan dalam bagian( 1) diatur dengan Peraturan Penguasa.

Peraturan SMK3 dalam hukum, setelah itu diterbitkan peraturan penerapan dalam Peraturan Menteri Daya Kegiatan PER. 05 / MEN/1996 hal Sistem Manajemen Keamanan serta Kesehatan Kegiatan. Peraturan penerapan ini tertuju dengan target aktivitas profesi pabrik seperti:

(10)

1. “Ayat (b) melaporkan kalau menjamin keselamatan dan kesehatan kerja dari para tenaga kerja ataupun orang lain yang terletak di tempat kegiatan, dan pangkal penciptaan, cara penciptaan serta area kegiatan dalam kondisi nyaman, hingga butuh aplikasi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja”.

2. “Ayat (c) melaporkan kalau dengan aplikasi Sistem Manajemen Keselamatan dan kesehatan kerja bisa mengestimasi halangan teknis dalam masa kesejagatan perdagangan.”

3. “Ayat (d) melaporkan kalau buat Sistem Manajemen Keamanan serta Kesehatan Kegiatan butuh diresmikan dengan Peraturan Menteri”.

ISO 45001: 2018 mengenai SMK3 sudah diterbitkan oleh ISO pada 12 Maret 2018, yang setelah itu diadopsi dengan cara sama oleh BSN jadi SNI ISO 45001: 2018. ISO 45001: 2018 ini menduga pola High Tingkatan Structure( HLS) yang merujuk pada Annex SL supaya lebih gampang diintegrasikan dengan sistem manajemen yang lain sejenis SNI ISO 9001:

2015 hal Sistem Manajemen Mutu dan SNI ISO 14001: 2015 hal Sistem Manajemen Zona. SNI ISO 45001: 2018 dapat digunakan oleh badan apapun tanpa memandang format dan jenis, bagus badan berukuran besar atau kecil.

10 Klausul dari SNI ISO 45001:2018 yaitu:

1. Ruang Lingkup 2. Acuan Normatif 3. Istilah dan Definisi 4. Konteks Organisasi

5. Kepemimpinan dan Partisipasi pekerja 6. Perencanaan

7. Dukungan 8. Operasi o 9. Evaluasi Kerja

10. Perbaikan Berkelanjutan

Di Indonesia mendesak ISO agar dipublikasikan ISO 45001: 2018 karena terjadinya kecelakaan kerja yang terus menerus terjadi akhir-akhir ini.

(11)

Bagi International Labour Organization ataupun, lebih dari 2,3 juta wanita serta pria setiap tahunnya tewas di tempat kerja dari dampak kecelakaan kera ataupun penyakit dampak dari pekerjaan. Lebih dari 350.000 orang tewas akibat dari kecelakaan kerja yang parah serta nyaris 2 juta orang tewas karena penyakit dari pekerjaan.

Menteri Tenaga Kerja Indonesia disaat memberikan sambutan dalam aktivitas Bulan K3 Nasional tahun 2019 menguraikan bila tahun 2018 terdaftar 157. 313 kasus musibah kegiatan. Dari situlah, dengan dipublikasikannya ISO 45001: 2018 diharapkan musibah kegiatan dapat menurun dan zona kegiatan jadi aman serta produktif. Bagi Dentch( 2018), seragam sejenis standar sistem manajemen ISO yang lain, SNI ISO 45001:

2018 dibentuk dengan pendekatan“ plan- do- check- act” ataupun PDCA.

Dalam kondisi SMK3, pendekatan PDCA yaitu:

a. Plan: memutuskan ruang lingkup, kondisi serta kebijakan K3. Setelah itu, memastikan ancaman serta resiko di tempat kerja yang mempengaruhi potensial terhadap luka yang didapat serta kendala kesehatan dampak kegiatan pada para pekerja. Tidak hanya itu, agar memastikan persyaratan hukum serta persyaratan yang lain yang diresmikan supaya mencegah pekerja dari luka serta kendala kesehatan dampak pekerjaan. Berikutnya, memutuskan program agar membenarkan kemampuan K3.

b. Do: terpaut SMK3, mempraktikkan konsep aksi serta pengaturan dan juga usulan serta kesertaan dari para tenga kerja yang terkait.

c. Check: memantau dan mengukur metode dan pengaturan serta memperhitungkan dan berikan ketahui hasil dalam kaitannya dengan apakah aktivitas yang dicoba mampu buat kurangi dan hambatan kesehatan akibat dari profesi.

d. Act: mengutip kegiatan untuk menyempurnakan kemampuan SMK3 dengan cara berkesinambungan dan membuat adaptasi terhadap

(12)

kondisi- kondisi yang terindikasi pada langkah check sebelum kejadian.

2.2.5 Perlengkapan dan Peralatan K3

Dalam aspek konstruksi, terdapat sebagian peralatan serta perlengkapan yang dipakai dengan tujuan mencegah seorang dari kecelakaan atau ancaman yang mungkin dapat terjalin dalam kegiatan konstruksi.

Peralatan dan perlengkapan ini harus dipakai oleh seorang yang bertugas dalan lingkup area konstruksi. Tetapi tidak banyak yang mengetahui alangkah berartinya peralatan- peralatan ini digunakan dan diterapkan karena K3 merupakan 2 perihal yang amat berarti. Oleh karenanya, seluruh industri kontraktor bertanggung jawab menyediakan seluruh kebutuhan perlengkapan atau peralatan proteksi diri ataupun perorangan protective equipment( PPE) untuk seluruh pegawai yang bertugas.

1. Pengendalian Administrasi

Dalam hal ini, pengendalian administrasi menjelaskan mengenai promosi mengenai keselamatan dan kesehatan kerja (K3) seperti:

a. Dipasangnya bendera RI, bendera K3, dan bendera perusahan yang bersangkutan,

b. Dipasangnya signboard K3 yang berisikan pentingnya bekerja dengan selamat dan himbauan agar selalu menaati aturan K3 yang berlaku.

2. Penggunaan Alat Pelingund Diri (APD)

Dalam dunia konstruksi, terdapat perlengkapan yang dipakai dengan tujuan mencegah seorang dari kecelakaan atau ancaman konstruksi.

Perlengkapan ini harus dipakai dalam penerapan konstruksi. Tetapi banyak pekerja yang tidak mengetahui berartinya maksud perlengkapan ini. Alat perlengkapan yang menempel pada orang ataupun disbeut

(13)

sebagai perlengkapan untuk proteksi diri ataupun personal protective equipment( PPE) antara lain yaitu:

a. Pelindung Kepala (Helmet)

Helmet amat berarti untuk digunakan karena merupakan sebuah keharusan untuk tiap pekerja konstruksi agar saat memakainya dengan betul dan sesuai peraturan penggunaan yang dikeluarkan dari pabrik pembuatnya. Helmet terbuat dari susunan yang keras, kuat serta kokoh dalam menerima hantaman yang tertuju pada kepala. Sistem suspensi yang terdapat di dalamnya berperan layaknya penahan goncangan serta didesain supaya kuat terhadap sengatan listrik, mencegah kulit kepala, wajah, leher, serta pundak dari recikan, curahan serta tetesan. Tetapi kerap kita amati jika ketertiban pekerja supaya memakainya masih minim yang akhirnya dapat berakibat mematikan diri sendiri.

b. Pelindung Mata

Kacamata pengaman dipakai buat melidungi mata dari bagian kusen, bagian batu, ataupun bagian besi yang terpelanting serta berhamburan. Mengenang partikel- partikel abu berdimensi amat kecil yang sering- kali tidak nampak oleh mata, hingga butuh diserahkan proteksi. Umumnya profesi yang menginginkan kacamata semacam dalam profesi mengelas.

c. Pelindung Wajah

Penjaga wajah tediri dari 2 tipe ialah helm pengelas serta masker yang tertera. Helm Pengelas( Welding Protect) dipakai buat mencegah wajah dari recikan barang asing dikala bertugas.

Misalnya pada profesi mengelas. Setelah itu masker. Masker ialah penjaga untuk respirasi yang amat dibutuhkan buat profesi arsitektur sebab mengenang bermacam peristiwa serta situasi posisi cetak biru itu sendiri. Perlengkapan ini pula mencegah wajah dari bermacam material arsitektur berdimensi besar hingga amat kecil yang ialah sisa dari sesuatu aktivitas, misalnya abuk

(14)

kusen yang berawal dari sisa materi dalam aktivitas memotong, mengampelas serta pengerutan kusen. Bila seseorang pekerja yang dengan cara lalu menembus menghisapnya bisa hadapi kendala pada respirasi yang akhirnya tidak dialami langsung pada dikala itu.

d. Pelindung Telinga (Ear Muff)

Perkakas ini digunakan dengan tujuan menghindari kuping dari suara yang mengusik, berisik, keras, yang diperoleh dari mesin dikala profesi yang memiliki energi memuat suara yang cukup bising. Bila lalu menembus menjajaki suara bising tanpa penutup kuping ini, sampai bisa jadi efeknya hendak terasa akut. Namun sedemikian itu, bukan berarti seorang pekerja tidak dapat bekerja bila tidak mengenakan perkakas ini. Pelingdung kuping yang amat banyak digunakan sejenis foam earplugs, PVC earplugs dan earmuffs.

c. Pelindung Tangan (Sarung Tangan)

Perlengkapan penjaga tangan( sarung tangan) dibuat dari beragam materi dicocokkan keinginan. Yang kerap dipakai dalam penerapan cetak biru arsitektur merupakan Sarung Tangan Kain.

Perlengkapan ini dipakai buat menguatkan pegangan. Seharusnya dibiasakan apabila menggenggam barang yang berminyak, bagian- bagian mesin ataupun materi metal yang lain. Setelah itu, sarung tangan Asbes, dipakai paling utama buat mencegah tangan kepada ancaman pembakaran api. Sarung tangan ini dipakai apabila tiap menggenggam barang yang panas, semacam pada profesi mengelas serta profesi menempa( pande besi). Sarung tangan kulit dipakai buat berikan proteksi dari intensitas ujung pada profesi pengecoran. Perkakas ini digunakan pada dikala wajib mengangkut ataupun menggenggam materi itu. Sarung tangan karet berperan buat melindungi tangan dari ancaman

(15)

pembakaran asam ataupun mencegah dari kepedasan larutan pada kolam dimana profesi itu berjalan. Sarung tangan karet dipakai pada profesi pelapisan metal semacam pernikel serta perkhrom.

Sarung tangan karet pula dipakai buat mencegah kehancuran kulit tangan karena hembusan hawa kala membersihkan bagian- bagian mesin dengan mengenakan kompresor.

d. Pelindung Kaki (Sepatu Kerja)

Sepatu kerja berperan buat mencegah kaki dari tumbangnya benda berat ataupun hantaran listrik yang hendak mengambil pekerja bila kaki terkontak langsung ke tanah. Tiap pekerja arsitektur butuh mengenakan sepatu dengan sol yang tebal supaya bisa leluasa berjalan di posisi manapun tanpa terluka oleh benda- barang runcing ataupun kerasukan oleh kotoran bagian dasar.

Biasanya, sepatu kerja diadakan 2 pasang dalam satu tahun.

e. Pelindung Tubuh

Tujuan mengenakan penjaga badan yakni mencegah tubuh orang kepada pengaruh- pengaruh yang kurang segar ataupun yang lazim menyakiti tubuh. Perlengkapan penjaga badan dibuat dari beragam materi dicocokkan keinginan semacam Busana penjaga, umumnya dibuat dari kulit yang dipakai supaya bebas dari recikan api, paling utama pada durasi mengelas serta menempa.

Tangan pakaian janganlah digulung, karena tangan pakaian hendak mencegah tangan dari cahaya api. Apron kulit, digunakan buat proteksi dari rambatan panas bercahaya api. Determinasi mengenakan suatu apron penjaga wajib dibiasakan di luar pakaian kegiatan. Jaket Hujan, Proteksi kepada cuaca paling utama untuk pekerja pada dikala bertugas merupakan dengan memakai jaket hujan. Penerapan aktivitas di cetak biru senantiasa beradu langsung dengan panas mentari atau hujan sebab dilaksanakan di ruang terbuka. Tujuan penting dari jaket hujan tidak lain merupakan buat kesehatan para pekerja.

(16)

f. Pelindung Bahaya Jatuh (Safety Belt)

Ervianto, 2009 menjelaskan, untuk pekerja yang melakukan kegiatannya pada ketinggian khusus ataupun pada posisi yang mematikan harus menggunakan ikatan pengaman ataupun safety belt. Guna penting ikatan pengaman ini merupakan melindungi seseorang pekerja dari musibah kegiatan pada dikala bertugas, misalnya saja aktivitas erection baja pada gedung menara. Ikatan pengaman( safety harness) berperan selaku pengaman dikala bertugas di ketinggian diharuskan memakai perlengkapan ini di ketinggian lebih dari 1, 8 m. Busana penahan ancaman jatuh ini didesain dengan konsep yang aman untuk sang pengguna dimana pengikat bahu, dada serta ikatan pukang bisa dicocokkan bagi konsumsinya. Busana penahan ancaman jatuh ini dilengkapi dengan cincin“ D”( high) yang terdapat di balik serta di depan dimana terhubung ikatan pengikat, ikatan pengaman ataupun perlengkapan pahlawan lain yang bisa dipasangkan.

3. Sarana dalam Perlengkapan Lingkungan

Sarana perlengkapan lingkungan terdiri dari sebagai berikut:

a. Tabung untuk memadamkan api b. Pagar pengamananan

c. Penangkal petir yang terpasang untuk keadaan darurat

d. Melakukan pemeliharaan terhadap jalan dan jembatan untuk kegiatan pekerjaan

e. Pada bangunan tinggi terdapat jaring untuk pengamanan f. Pagar untuk pengamanan di lokasi proyek

g. Tangga

4. Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)

Ervianto, 2009 menjelaskan, bantuan awal dicoba di proyek bila terjalin musibah kerja yang bertabiat ringan atau bahkan berat pada profesi arsitektur. Maka itu, pekerja konstruksi harus sediakan obat- obatan yang dipakai sebagai pertolongan pertama.

(17)

5. Rambu-Rambu Peringatan

Fungsi dari Rambu-rambu peringatan yaitu:

a. Peringatan jika keadaan bahaya dari bagian atas, bahaya dari api, longsor yang kemungkinan terjadi dan benturan kepala

b. Peringatan untuk waspada terhadap sengatan listrik

c. Peringatan dan informasi mengenai ketinggian untuk bangunan yang melebihi dua lantai

d. Informasi dan peringatan instalasi listrik kerja yang dipergunakan sementara dan infromasi peringatan untuk batas ketinggian melakukan pnumpukan material

e. Informasi dan peringatan untuk tidak memasuki wilayah tertentu dan himbauan untuk tidak membawa bahan yang berbahaya.

f. Petunjuk untuk melapor jika ingin keluar masuk proyek.

g. Informasi dan peringatan untuk selalu menggunakan perlengkapan keselamatan kerja dan oeringatan terhadap adanya alat berat yang beroperasi (untuk wilayah kerja tertentu).

h. Informasi dan peringatan agar tidak memasuki area power listrik (untuk beberapa orag tertentu). (Beesono, 2012)

2.2.6 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut:

H0 = Tidak ada pengaruh dari Pelatihan, Kondisi Lingkungan, dan Kondisi Tenaga Kerja terhadap Kecelakaan Kerja.

H1 = Adanya pengaruh dari Pelatihan, Kondisi Lingkungan, dan Kondisi Tenaga Kerja terhadap Kecelakaan Kerja.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut La Midjan dan Azhar Susanto (2001) menyatakan bahwa Sistem Informasi Akuntansi adalah suatu sistem pengolahan data akuntansi yang merupakan alat koordinasi dari manusia,

1) Keterlibatan dengan produk seseorang akan terlibat dengan suatu produk tertentu dan bermaksud untuk membicarakan mengenai hal itu dengan orang lain, sehingga terjadi

Pengendalian input didesain untuk menyakinkan bahwa semua transaksi yang dimasukkan ke dalam sistem adalah transaksi yang valid, akurat, dan lengkap. Prosedur memasukkan data

keinginan membeli secara umum didasarkan pada upaya mencocokkan motif pembelian dengan atribut atau karakteristik merek yang tengah dipertimbangkan dengan melibatkan

Penelitian yang dilakukan oleh Asih (2012) yang berjudul Analisis Penentuan Harga Pokok Produksi Berdasarkan Activity Based Costing (ABC) Pada Pabrik Roti “Sami

Dengan kata lain, potensi wisata yaitu berbagai sumber daya yang dimiliki oleh suatu tempat atau daerah yang dapat dikembangkan menjadi suatu atraksi wisata yang

Penjelasan dari ayat tersebut adalah tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh sebuah perusahaan berbasis Islam merupakan sebagai wujud pendistribusian kekayaan kepada masyarakat

Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai seseorang dalam suatu perusahaan secara kualitas dan kuantitas yang