BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu merupakan salah satu upaya peneliti untuk membandingkan atau dapat di fungsikan sebagai bahan acuan sehingga menemukan inspirasi ketika melakukan penlitian terbaru.penelitian terdahulu juga dapat membantu peneliti dalam mempertimbangkan orisinalitas terhadap penelitian yang diambil.Pada bagian ini peneliti mecantumkan berbagai hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan kemudian membuat ringkasan sehingga bisa menyimpulkan keterkaitan antara peneliti terdahulu dan peneliti sekarang.Berikut merupakan penelitian terdahulu yang masih terkait dengan tema yang penulis kaji.
Hanivah & Wijaya (2018) melakukan penelitian tentang Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Return Saham Hal ini menunjukkan bahwa variabel DER berpengaruh negativ dan tidak signifikan terhadap return saham pada industri makanan dan minuman selama periode penelitian.Prabawa & Lukiastuti (2017) melakukan penelitian dengan judul Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan, Manajemen Risiko Dan Manajemen Modal Kerja Terhadap Return Saham (Studi Kasus Pada Perusahaan Telekomunikasi Yang Listing Di Bei Tahun 2010-2013). Hasil dari penelitian ini variable Debt to Equity Ratio (DER) memiliki pengaruh signifikan negative terhadap return saham.
Satria & Norita (2017) melakukan penelitian mengenai Analisis Faktor Fundamental Serta Faktor Makroekonomi Dan Pengaruhnya Terhadap Return Saham (Studi Pada Perusahaan Telekomunikasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015).Variabel Current Ratio,Total Assets Turn ,Return On Equity,Long Term Debt To Equity Ratio tidak memiliki pengaruh signifikan return saham, Inflasi memiliki pengaruh signifikan return saham, Suku Bunga tidak memiliki pengaruh
signifikan return saham dan Nilai Tukar Rupiah tidak memiliki pengaruh signifikan return saham .Secara simultan berpengaruh signifikan terhadap return saham.
Suryani (2019) meneliti tentang Analisis Risiko Investasi dan Return Saham pada Industri Telekomunikasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2017 dengan tujuan untuk Risiko investasi diukur oleh risiko suku bunga, risiko pasar, risiko inflasi, risiko bisnis, risiko keuangan dan risiko likuiditas.Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko investasi memiliki berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham.Variabel Resiko Pasar memiliki pengaruh psotif dan signifikan terhadap return saham. Variabel Resiko inflasi tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham.Variabel resiko bisnis memiliki pengaruh psotif dan signifikan terhadap return saham.
Abdillah & Zakaria (2021) melakukan penelitian tentang pengaruh Earning Per Share terhadap harga saham.. Penelitian ini menunjukkan EPS berpengaruh secara simultan terhadap harga saham . (Sinambela, n.d.) juga melakukan penelitian dan sejalan dengan penelitian ini terkait Pengaruh Earning Per Share (EPS) TerhadapTerhadap Return Saham Pada return Perusahaan Property. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Earning Per Share terhadap Return Saham pada perusahan Property dan Real Estate yang terdaftar di BEI. Hasil uji statistik t bahwa Earning Per Share (EPS) mempunyai pengaruh yang tidak tidak signifikan terhadap terhadap Return Saham.
Fitri & Madrani (2016)Dian Aulia Fitri Ronny Malavia Madrani Khoirul ABS: Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan,Manajemen Risiko Dan Manajemen Modal Kerja Terhadap Return Saham (Studi Kasus pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI tahun 2014- 2016. Hasil analisis menunjukkan bahwa secara parsial debt to equity ratio,return on investment, total assest turn over dan cash conversion cycle tidak berpengaruh terhadap return saham perusahaan makanan dan
minuman yang terdaftar pada BEI tahun 2014-2016. Sedangkan variabel current ratio dan interest rate berpengaruh terhadap return saham perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar pada BEI tahun 2014- 2016.
B. Landasan Teori
1. Investasi
Teori Signal (Signaling Theory) merupakan suatu perilaku manajemen perusahaan dalam memberi petunjuk untuk investor terkait pandangan manajemen pada prospek perusahaan untuk masa mendatang, informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan sinyal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi (Brigham dan Houston, 2001).Investasi merupakan penundaan konsumsi sekarang untuk dimasukkan ke aktiva produktif selama periode waktu tertentu (Jogiyanto, dalam Rendhi Aditya, 2014:2). merupakan komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang (Tandelilin, 2001:3).Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya yang lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa mendatang (Tandelilin, 2006) .Menurut Halim (2005: 2) investasi adalah penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk mendapatkan keuntungan di masa mendatang. Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang (Sunariyah, 2011: 4). Dari beberapa pengertian investasi diatas, investasi dapat diartikan sebagai penempatan sejumlah dana di masa sekarang untuk mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang. Umumnya investasi dikategorikan dua jenis yaitu, real assets dan financial assets. Aset riil adalah bersifat berwujud seperti gedung, kendaraan, dan sebagainya.
Sedangkan aset keuangan merupakan dokumen (surat-surat) klaim tidak
langsung pemegangnya terhadap aktiva riil pihak yang menerbitkan sekuritas tersebut (Ahmad, 2004: 2).
2. Pasar Modal
Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat hutang (obligasi), ekuitas (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya (Bursa Efek Indonesia, 2010). Instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar modal merupakan instrumen jangka panjang (jangka waktu lebih dari 1 tahun) seperti saham, obligasi, warrant, right, reksa dana, dan berbagai instrumen derivatif seperti option, futures, dan lain-lain. Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal mendefinisikan pasar modal sebagai “kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek”. Pasar Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain, kedua pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrument keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain. Dengan demikian, masyarakat dapat menempatkan dana yang dimilikinya sesuai dengan karakteristik keuntungan dan risiko masing-masing instrument.
1. Saham
Saham merupakan surat berharga yang paling popular dan di kenal luas di kalangan masyarakat.Menurut Darmadji,Tjiptono (2006:6) terdapat pengertian dan jenis-jenis saham antara lain sebaagai berikut : A. Pengertian Saham (stock)
Saham ( stock atau share) merupakan salah satu tanda penyertaan yang terdapat instrumen pasar keuangan sebagai bukti kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas (PT).Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas adalah pemiliki perusahaan yang menerbikan surat berharga tersebut.Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika memutuskan untuk pendanaan perusahaan (Bursa Efek Indonesia,2010). Saham juga merupakan instrument investasi yang banyak dipilih oleh para investor karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik meskipun resiko yang ditawarkan juga lebih tinggi (high risk high return). Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas asset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Pada dasarnya, ada dua keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli atau memiliki saham:
1) Dividen
Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan dan berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Jika seorang pemodal ingin
mendapatkan dividen, maka pemodal tersebut harus memegang saham tersebut dalam kurun waktu yang relatif lama yaitu hingga kepemilikan saham tersebut berada dalam periode dimana diakui sebagai pemegang saham yang berhak mendapatkan dividen. Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai (dividen berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham) atau dapat pula berupa dividen saham (diberikan dividen sejumlah saham) sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut.
2) Capital Gain
Capital Gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder. Misalnya Investor membeli saham ABC dengan harga per saham Rp 3.000 kemudian menjualnya dengan harga Rp 3.500 per saham yang berarti pemodal tersebut mendapatkan capital gain sebesar Rp 500 untuk setiap saham yang dijualnya. Capital Loss merupakan kebalikan dari Capital Gain, yaitu suatu kondisi dimana investor menjual saham lebih rendah dari harga beli. Misalnya saham PT.
XYZ yang di beli dengan harga Rp 2.000,- per saham, kemudian harga saham tersebut terus mengalami penurunan hingga mencapai Rp 1.400,- per saham. Karena takut harga saham tersebut akan terus turun, investor menjual pada harga Rp 1.400,- tersebut sehingga mengalami kerugian sebesar Rp 600,- per saham.
B. Jenis-jenis saham
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2012), saham dapat diklasifikasikan dalam beberapa jenis, yaitu sebagai berikut:
a. Jenis saham berdasarkan kemampuan hak tagih
Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim, maka saham terbagi atas dua jenis, yaitu:
- Saham biasa (common stock), yaitu merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling junior terhadap pembagian dividen, dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi.
- Saham preferen (preferred stock), merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti ini dikehendaki oleh investor.
b. Jenis saham berdasarkan cara pemeliharaan
Dilihat dari cara pemeliharaannya, saham dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
- Saham atas unjuk (bearer stock) artinya pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya, agar mudah dipindah-tangankan dari satu investor ke investor lain.
- Saham atas nama (registered stock), merupakan saham yang ditulis dengan jelas siapa pemiliknya, dan dimana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu.
c. Jenis saham berdasarkan kinerja perdagangan
Ditinjau dari kinerja perdagangannya, maka saham dapat dikategorikan menjadi beberapa jenis, yaitu:
- Saham unggulan (blue-chip stock) yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar dividen.
- Saham pendapatan (income stock), yaitu saham biasa dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar dividen lebih
tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya.
- Saham pertumbuhan (growth stock-well known), yaitu saham- saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi. Selain itu terdapat juga growth stock lesser known, yaitu saham dari emiten yang tidak sebagai leader dalam industri namun memiliki ciri growth stock.
- Saham spekulatif (spekulative stock), yaitu saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun belum pasti.
- Saham sklikal (counter cyclical stock), yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum.
C. Harga Saham
Harga saham ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran. Pada saat permintaan saham meningkat, maka harga saham tersebut akan cenderung meningkat. Sebaliknya, pada saat banyak orang menjual saham tersebut cenderung akan mengalami penurunan.Menurut Widoatmodjo (2005), jenis-jenis harga saham antara lain adalah sebagai berikut:
- Harga nominal.
Harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. Besarnya harga nominal memberikan arti penting saham karena dividen minimal biasanya ditetapkan berdasarkan nilai nominal.
- Harga perdana
Pada waktu harga saham tersebut dicatat dibursa efek. Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh penjamin
emisi (underwrite) dan emiten. Dengan demikian akan diketahui berapa harga saham emiten itu akan dijual kepada masyarakat biasanya untuk menentukan harga perdana.
- Harga pasar
Kalau harga perdana merupakan harga jual dari perjanjian emisi kepada investor, maka harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan investor yang lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatat dibursa. Transaksi di sini tidak lagi melibatkan emiten dari penjamin emisi harga ini yang disebut sebagai harga di pasar sekunder dan harga inilah yang benar- benar mewakili harga perusahaan penerbitnya, karena pada transaksi di pasar sekunder, kecil sekali terjadi negosiasi harga investor dengan perusahaan penerbit. Harga yang setiap hari diumumkan di surat kabar atau media lain adalah harga pasar.
- Harga pembukaan
Harga pembukuan adalah harga yang diminta oleh penjual atau pembeli pada saat jam bursa dibuka. Bisa saja terjadi pada saat dimulainya hari bursa itu sudah terjadi transaksi atas suatu saham, dan harga sesuai dengan yang diminta oleh penjual dan pembeli. Dalam keadaan demikian, harga pembukuan bisa menjadi harga pasar, begitu juga sebaliknya harga pasar mungkin juga akan menjadi harga pembukaan. Namun tidak selalu terjadi.
- Harga penutupan
Harga yang diminta oleh penjual atau pembeli pada saat akhir hari bursa. Pada keadaan demikian, bisa saja terjadi pada saat akhir hari bursa tiba-tiba terjadi transaksi atas suatu saham, karena ada kesepakatan antar penjual dan pembeli. Kalau ini yang terjadi maka harga penutupan itu telah menjadi harga pasar.
Namun demikian, harga ini tetap menjadi harga penutupan pada hari bursa tersebut.
- Harga tertinggi & terendah
Harga tertinggi suatu saham adalah harga yang paling tinggi yang terjadi pada hari bursa. Harga ini dapat terjadi transaksi atas suatu saham lebih dari satu kali tidak pada harga yang sama.
Harga terendah. Harga terendah suatu saham adalah harga yang paling rendah yang terjadi pada hari bursa. Harga ini dapat terjadi apabila terjadi transaksi atas suatu saham lebih dari satu kali tidak pada harga yang sama. Dengan kata lain, harga terendah merupakan lawan dari harga tertinggi.
- Harga rata-rata.
Harga rata-rata merupakan perataan dari harga tertinggi dan terendah.
D. Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham
Kejadian historis dapat disajikan dalam suatu sistem tertentu sehingga dapat menghasilkan informasi yang lebih sederhana dan dapat dengan mudah dipahami para investor. Informasi tersebut digambarkan dalam bentuk angka atau istilah-istilah tertentu,berdasarkan hal inilah para investor dapat melakukan prediksi dimasa yang akan datang.Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi fluktuasi harga saham di pasar modal, hal ini terjadi karena harga saham dapat mempengaruhi oleh faktor eksternal dari perusahaan maupun faktor internal perusahaan.Dengan informasi historis juga maka terlihat pergerakan harga saham dimasa lalu yaitu indeks harga saham yang memberikan deskripsi harga-harga saham pada saat tertentu dan dalam periode tertentu pula. Indeks harga saham tersebut merupakan catatan terhadap perubahan-perubahan maupuun pergerakan harga saham sejak mulai pertama kali beredar sampai pada suatu saat tertentu. Indeks Harga Saham dijadikan sebagai landasan analisis
statistik atas pasar.Keadaan ekonomi tersebut meliputi mikro dan makro ekonomi dimana perubahannya dapat dilihat dengan perubahan indeks harga saham.Adapan faktor makro yang mempengrauhi perubahan adalah nilai tukar, suku bunga, tingkat inflasi (Thobarry, 2009). Pada umumnya harga saham dipengaruhi oleh kondisi perusahaan. Semakin baik kinerja suatu perusahaan akan berdampak pada laba yang diperoleh perusahaan dan keuntungan yang didapat oleh investor, sehingga akan mempengaruhi peningkatan harga saham.
Menurut Fred dan Bringham (2001), faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham antara lain adalah sebagai berikut:
- Laba per lembar saham (Earning per Share)
Semakin tinggi profit yang diterima oleh investor akan memberikan tingkat pengembalian investasi yang cukup baik.
Hal ini akan menjadi motivasi bagi investor untuk mau melakukan investasi yang lebih besar lagi yang secara otomatis akan menaikkan harga saham perusahaan.
- Tingkat bunga
Mempengaruhi laba perusahaan, karena bunga adalah biaya, jadi semakin tinggi suku bunga akan menurunkan laba perusahaan. Mempengaruhi persaingan di pasar modal antara saham dengan obligasi, jika suku bunga naik maka investor akan menjual sahamnya dan ditukarkan dengan obligasi, hal ini akan menurunkan harga saham.
- Jumlah kas dividen yang diberikan
Peningkatan pembagian dividen dalam jumlah yang besar akan meningkatkan harga saham dan juga meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan.
- Jumlah laba yang diperoleh perusahaan
Investor pada umumnya melakukan investasi di perusahaan yang memiliki profit cukup baik, karena menunjukkan prospek
yang cerah dan dapat menarik investor untuk berinvestasi yang nantinya akan mempengaruhi harga saham perusahaan.
- Tingkat risiko dan pengembalian
Meningkatnya tingkat risiko dan proyeksi laba yang diharapkan perusahaan akan mempengaruhi harga saham perusahaan tersebut. Pada umumnya semakin tinggi tingkat risikonya akan semakin tinggi pula tingkat pengembalian saham yang akan diperoleh.
2. Return Saham
Tujuan utama investor dalam melakukan penanaman modal adalah untuk mendapatkan return yang diharapkan dari saham-saham yang dibelinya. Return saham diukur sebagai total keuntungan atau kerugian yang dialami oleh pemilik saham dalam suatu periode tertentu. Return saham dinyatakan sebagai perubahan nilai dari aset (Capital gain) yang berarti bagian laba perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham (Megginson, 1997,h.95). Return saham sendiri merupakan keuntungan yang diperoleh pemegang saham sebagai hasil dari investasinya. Dalam menanamkan modalnya, investor harus melakukan pengukuran return keseluruhan yang didapatkan yang berasal dari Return merupakan selisih antara harga jual dengan harga beli ditambah kas lain (dividen).
Menurut Husnan (2005). Return adalah ukuran yang mengukur besarnya perubahan kekayaan investor baik kenaikan maupun penurunan serta menjadi bahan pertimbangan untuk membeli atau mempertahankan sekuritas. Ekspresi untuk menghitung return saham yang diterima selama periode tertentu t atas aset i berdasarkan data historis (persentase harga saham), sebagai berikut:
𝑃𝑖𝑡 − 𝑃𝑖𝑡 − 1 𝑅𝑡 =
𝑃𝑖𝑡 − 1
dimana:
Rt = Return saham pada periode t;
Pit = Harga atau nilai pada akhir periode t;
Pit -1 = Harga atau nilai pada periode sebelumnya (t-1)
Menurut Samsul (2006: 200), terdapat dua faktor yang mempengaruhi return saham yaitu faktor mikro dan makro. Faktor-faktor tersebut diantaranya:
a. Faktor makro yaitu faktor-faktor yang berada di luar perusahaan, antara lain
faktor makro ekonomi dan faktor makro non ekonomi.
b. Faktor mikro ekonomi yaitu faktor yang berasal dari dalam perusahaan.
5. Risiko (Risk) Saham
Menurut Jogiyanto (2008), return dan risiko saham memiliki hubungan yang positif, yaitu semakin tinggi tingkat risiko sebuah investasi saham, maka semakin tinggi pula ekspektasi returnnya (expected return), atau sebaliknya. Saat memilih investasi, investor berusaha memilih investasi pada portofolio yang optimal. Portofolio saham yang optimal adalah kombinasi investasi yang menawarkan tingkat risiko tertentu dengan ekspektasi return optimal, atau tingkat risiko minimal dengan eskpektasi return tertentu (Jogiyanto, 2008).
Risiko investasi diartikan sebagai sebuah ketidakpastian. Menurut Hidayat (2011), risiko saham mengacu adanya varian (penyimpangan) nilai yang diprediksi dengan nilai yang diobservasi. Pada umumnya, investor menghadapi dua masalah dalam investasi mereka sebagai faktor yang tidak dapat dihindari saat berinvestasi. Risiko di dalam portofolio saham dapat dikelompokkan menjadi dua macam (Husnan, 2008), yaitu: 1. Risiko Sistematik (Systematic Risk). Risiko sistematik atau disebut pula dengan risiko pasar (market risk) merupakan risiko yang selalu ada, meskipun investor melakukan diversifikasi investasi.
Besar kecilnya risiko ini dipengaruhi oleh perubahan lingkungan
eksternal (kondisi politik, kondisi sosial, kebijakan pajak, kondisi perekonomian, dan lain-lain). 2. Risiko Tidak Sistematik (Unsystematic Risk). Risiko tidak sistematik merupakan risiko saham yang akan terus berkurang, apabila investor melakukan diversifikasi, meskipun tidak mungkin sama dengan nol. Jadi, investor dapat menghindari/mengurangi risiko ini dengan melakukan diversifikasi pada portofolionya.
1. Return Market
Indeks harga saham selalu berkaitan dengan kegiatan pasar modal.Untuk mengetahui pergerakan kegitan ekonomi di perlukan data indeks harga gabungan saham.Penentuan harga saham dapat dibedakan emnjadi dua yaitu indeks harga saham individu dan indeks harga saham gabungan. indeks harga saham individu hanya menunjukkan perubahan dari suatu harga saham suatu perusahaan.Indeks ini tidak bisa untuk mengukur harga sahamnya naik atau turun atau dapat dikatakan nilai yang mempunyai fungsi untuk mengukur kinerja suatu saham tertentu terhadap harga dasar sahamnya.Sedangkan untuk Indeks harga saham gabungan akan menunjukkan pergerakan harga saham secr umum yang tercatat di bursa efek Indonesia.Indeks ini paling banyak digunakan dan di pakai seagai acuan tentang perkembangan kegiatan di pasar modal.
𝐼𝐻𝑆𝐺 = 𝐼𝐻𝑆𝐺 𝑡 − 𝐼𝐻𝑆𝐺 𝑡 − 1 𝐻𝑆𝐺 𝑡 − 1
2. Rasio Keuangan
Rasio keuangan adalah kegiatan keuangan untuk membandingkan angka-angka yang ada pada laporan keuangan (Kasmir, 2014: 104).
Pengertian rasio keuangan menurut Harahap (2010:297) merupakan angka yang didapat dari perbandingan satu akun laporan keuangan dengan laporan keuangan lainnya yang mempunyai hubungan relevan.
1. MACAM-MACAM RASIO KEUANGAN a) Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas menurut Sartono (2010:120) merupakan rasio perhitungan untuk mengetahui jumlah porsi hutang yang ada di perusahaan jika dibandingkan dengan modal atau aset yang ada.
Rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana perusahaan dibiayai dengan utang.
Artinya berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktiva yang dimiliki.Jenis-jenis rasio yang termasuk dalam rasio solvabilitas menurut Hanafi dan Halim (2012:79) diantaranya adalah sebagai berikut:
- Rasio Hutang terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio - Rasio Total Hutang terhadap Total Aset (Total Debt to
Total Assets Ratio)
- Times Interet Earned Ratio - Fixed Charged Coverage b) Rasio Profitabilitas
Menurut Hanafi dan Halim (2012:80), rasio profitabilitas adalah rasioyang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan, aset, dan modal saham yang tertentu.
Mamduh Hanafi dan Halim (2012:81) menyebutkan terdapat jenis-jenis dari rasio solvabilitas, diantaranya adalah sebagai berikut:
- Profit Margin
- Return On Investment - Return On Equity - Earning Per Share
Menurut (Dika & Hiras, 2020) bahwasannya EPS merupakan laba yang akan diterima oleh investor atas setiap lembar saham yang ia belikan. EPS merupakan perbandingan antara laba
bersih setelah pajak pada suatu tahun buku dengan jumlah saham yang diterbitkan (Datu & Maredesa, 2017). Di dalam perhitungan EPS, terdapat dua jenis EPS, yaitu :
1) EPS Historis : EPS yang dihitung berdasarkan kinerja perusahaan pada tahun buku yang telah lampau. EPS historis merupakan nilai yang telah terjadi pada masa lampau.
2) EPS Proyektif : EPS yang diperkirakan akan terjadi dengan asumsi sesuai dengan proyeksi kinerja emiten.Earning Per Share (EPS) menyatakan bahwasannya para penanam modal (investor) sering menggunakan istilah income stock and growth stock (Winda Tristanti & Sari Marliani, 2019). Mereka kelihatannya membeli saham yang sedang tumbuh terutama dengan pengharapan memperoleh keuntungan modal dan mereka lebih berminat pada pertumbuhan pendapatan pada masa mendatang daripada dalam dividen tahun berikutnya. Sebaliknya mereka membeli incomestock terutama untuk memperoleh dividen tunai.
Rumus EPS (Earning Per Share) menurut (Watung &
Ilat, 2016) adalah
𝐸𝑃𝑆 = 𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑇𝑎𝑥 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑌𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟
3. Kerangka pikir
Kerangka konseptual penelitian menurut Haryoko (2008:54) menjelaskan secara teoritis model konseptual variabel-variabel penelitian, tentang bagaimana pertautan teori-teori yang berhubungan dengan variabel-variabel peneilitian yang ingin diteliti, yaitu variabel bebas dengan variabel terikat. Dalam penelitian ini,variabel-variabel
RETURN MARKET
- RETURN
SAHAM DER
+ EPS
+
+
yang digunakan adalah return market,debt to equity ratios,dan earning per share serta pengaruhnya terhadap return saham pada perusahaan telekomunikasi yang ada di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara dari sebuah rumusan masalah,oleh sebab itu adapun hipotesis yang dapat susun adalah sebagai berikut : H1 : Return market terdapat pengaruh signifikan positif terhadap return saham perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di bursa efek Indonesia pada tahun 2017- 2021.
H2 : Debt to Equity Ratio terdapat pengaruh signifikan negatif terhadap return saham perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di bursa efek Indonesia pada tahun 2017-2021.
H3 : Earning Per Share terdapat pengaruh signifikan positif terhadap return saham perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di bursa efek Indonesia pada tahun 2017- 2021.
H4 : Return market, Debt to Equity Ratio, Earning Per Share terdapat pengaruh signifikan positif terhadap return saham perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di bursa efek Indonesia pada tahun 2017-2021.