• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN UMUM. Gambaran Umum BKKBN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GAMBARAN UMUM. Gambaran Umum BKKBN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN UMUM

Gambaran Umum BKKBN Sejarah BKKBN

Pada tahun 1957, didirikan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) dalam rangka menyatukan gerak para tokoh yang memelopori usaha-usaha KB. Dalam Kongres I PKBI pada tahun 1966, diperoleh laporan-laporan dari cabang yang sudah tersebar dihampir seluruh Indonesia, yang pada umumnya menyatakan bahwa gagasan KB diterima dengan baik oleh masyarakat. Berdasarkan hasil kongres tersebut, pada 16 Agustus 1968, organisasi ini berkembang menjadi organisasi dalam bentuk Lembaga Keluarga Berencana (LKBN) yang digunakan sebagai wadah proses pemasyarakatan Keluarga Berencana kepada masyarakat. Dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama, proses pemasyarakatan program Keluarga Berencana menunjukkan prestasi dan hasil yang mengembirakan dengan ditandai oleh kesiapan masyarakat untuk menerima program nasional. Begitu pesatnya kemajuan KB, membuat kongres akhirnya menyampaikan himbauan kepada pemerintah agar program KB dijadikan sebagai program pemerintah.

Pada tahap pertama, Menteri Kesejahteraan Rakyat, Dr. K. H. Idham Chold, membentuk panitia ad-hoc yang bertugas mempelajari kemungkinan KB dijadikan program nasional. Setelah itu, pada Februari 1968, Presiden pun menyatakan bahwa pemerintah menyetujui gerakan KB yang diselenggarakan masyarakat dengan dibantu dan dibimbing oleh pemerintah. Berdasarkan hasil pertemuan tersebut, pemerintah mengeluarkan intruksi untuk membentuk sebuah lembaga Keluarga Berencana Nasional. Hingga akhirnya, pada tanggal 17 Oktober 1968 dengan SK No 36/KPTS/kesra/X/1968, dibentuklah LKBN yang berstatus sebagai lembaga semi pemerintah.

Pada saat itu pun pemerintah merasa bahwa masalah kependudukan harus ditangani secara serius. Atas dasar itu, pemerintah memutuskan untuk mengambil alih program KB menjadi program nasional pada tahun 1970, yaitu dengan membentuk BKKBN, yang saat itu merupakan kepanjangan dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. Hal ini diperkuat dengan keluarnya Keputusan Presiden Nomor 8 Tahun 1970 tentang Pembentukan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).

Program KB Nasional perlu ditingkatkan dengan mengikutsertakan masyarakat dan pemerintah secara maksimal. Program KB juga perlu diselenggarakan secara terencana ke arah terwujudnya tujuan dan sasaran yang ditetapkan. Oleh karena itu, BKKBN sebagai institusi yang bertugas melaksanakan program atau bertanggung jawab terhadap KB telah mengalami berbagai perubahan disesuaikan dengan tuntutan dinamika organisasi dan tuntutan masyarakat. Seiring dengan perubahan paradigma di masyarakat dalam pengelolaan KB Nasional, BKKBN berusaha menyesuaikan dengan kondisi lingkungan sekitar. Berbagai perubahan tersebut pada umumnya membahas mengenai perluasan-perluasan program Keluarga Berencana yang terjadi secara bertahap. Pada tahun 1970 BKKBN diarahkan hanya pada 6 Provinsi di Jawa dan Bali, yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DI Yogyakarta,

(2)

dan Bali. Pada tahun-tahun selanjutnya BKKBN mendapat respon yang positif dari masyarakat dan mengalami berbagai kemajuan. BKKBN pun melakukan perluasan program Keluarga Berencana ke wilayah-wilayah lain hingga akhirnya seluruh wilayah Republik Indonesia telah dijangkau oleh Program Keluarga Berencana Nasional pada tahun 1978. BKKBN sukses melaksanakan program-programnya pada tahun 1980-1990, yang dibuktikan dengan tercatatnya Indonesia sebagai salah satu kiblat dunia Internasional dalam pengelolaan KB. Bahkan, hingga saat ini terdapat tidak kurang dari sekitar 4 000 peserta dari sekitar 97 negara telah belajar KB di Indonesia.

Visi dan Misi BKKBN

BKKBN merupakan sebuah institusi yang berada di bawah pemerintah serta bertugas melaksanakan program atau bertanggung jawab terhadap Keluarga Berencana. Oleh karena itu, visi BKKBN adalah penduduk dapat tumbuh seimbang pada tahun 2015. Misi BKKBN adalah mewujudkan pembangunan berwawasan kependudukan dengan mewujudkan keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera.

Moto dan Logo BKKBN

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional merupakan salah satu lembaga di bawah pemerintah yang memiliki perhatian penuh terhadap perencanaan keluarga dan pengendalian penduduk di Indonesia. BKKBN memiliki moto “Dua Anak Lebih Baik”. Motto tersebut menandakan bahwa pada dasarnya memiliki anak adalah hak setiap keluarga namun bila ingin membantu keluarga lebih baik mempunyai dua anak saja. Selain membantu mencegah ledakan penduduk, akan lebih menjamin terciptanya keluarga sejahtera, baik dari segi finansial maupun non-finansial. Motto tersebut juga tergambar dalam logo BKKBN pada Gambar 3.

Gambar 3 Logo Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

Logo tersebut merupakan logo terbaru BKKBN yang mulai diperkenalkan pada tahun 2009. Perubahan logo ini meliputi empat aspek, yaitu pencitraan kelembagaan BKKBN agar keberadaannya masih diketahui masyarakat, pencitraan program KB sebagai produk BKKBN, pencitraan pengelolaan dan petugas KB, serta pencitraan keberadaan dan kesinambungan program KB.

(3)

Lambang setengah lingkaran pada logo tersebut melambangkan busur panah, yang berarti setiap orangtua mampu memberikan kebebasan (yang bertanggung jawab) kepada anaknya untuk berkreasi sesuai dengan imajinasinya. Gambar orangtua dan dua orang anak melambangkan motto BKKBN, yaitu “Dua Anak Lebih Baik” sedangkan gambar orangtua dan anak yang saling berpegangan memiliki makna bahwa di dalam keluarga perlu ada kekompakan dan kerjasama antara orangtua dengan anak. Apalagi dalam menghadapi suatu persoalan jangan sampai semuanya berjalan sendiri-sendiri. Sementara itu, warna biru melambangkan birunya laut dan langit yang luas. Hal tersebut berarti bahwa dalam mengarungi rumahtangga pasti akan ada banyak permasalahan yang dihadapi, sama seperti luasnya laut dan langit.

Program Kerja BKKBN

Saat ini, Program Keluarga Berencana (KB) bukanlah semata-mata urusan kontrasepsi tetapi merupakan kumpulan dari berbagai kegiatan yang saling mendukung program pengendalian penduduk agar penduduk dapat tumbuh seimbang. Program KB berfokus pada upaya peningkatan keperdulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, serta peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera. Faktor penunjang keberhasilan program KB sangat banyak, antara lain kebijakan pemerintah pusat, pemerintah daerah, kemitraan dengan lembaga lain, serta pembinaan dan fasilitasi terhadap pelaksanaan program di daerah.

BKKBN hanya memfasilitasi penggunaan KB atau kontrasepsi untuk pasangan suami istri saja. Walaupun begitu, tidak berarti BKKBN tidak menaruh perhatian pada kalangan lainnya. BKKBN menaruh perhatian besar pada remaja sebagai sasaran program-program Keluarga Berencana, mengingat perannya sebagai generasi muda penerus bangsa. Oleh karena itu, BKKBN memiliki program khusus untuk remaja, yaitu Penyiapan Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja (PKBR). Sejak tahun 2010, BKKBN juga mulai mengembangkan Program Generasi Berencana (GenRe) yang berfokus pada remaja. Ada sekitar 30 juta kalangan muda yang menjadi sasaran Program Generasi Berencana untuk mendukung terwujudnya keluarga berkualitas dan sejahtera. Program ini mengajak generasi muda untuk membuat perencanaan dalam setiap tahapan hidupnya, seperti usia untuk menikah dan mempunyai anak, jumlah anak yang baik, dan lain sebagainya. Hal ini karena hal-hal tersebut berkaitan dengan kesiapan reproduksi, mental dan biaya. Kalau terlalu muda dan belum siap secara mental, orangtua tidak akan maksimal dalam mengasuh dan mendidik anak.

Pada tahun 2011, BKKBN menetapkan tiga prioritas program peningkatan partisipasi KB, yaitu program KB bagi generasi muda memasuki usia nikah, program KB bagi penduduk miskin, dan program KB bagi penduduk di daerah terpencil dan perbatasan. Penekanan tiga prioritas program tersebut didasarkan atas hasil evaluasi pelayanan Program KB pada tahun 2010, yang menunjukkan rendahnya partisipasi KB bagi kalangan penduduk miskin, termasuk penduduk di daerah terpencil dan perbatasan, serta masih minimnya sosialisasi program bagi generasi muda menjelang usia nikah. Padahal, nasib bangsa Indonesia ditentukan oleh generasi penerus yang berkualitas dan mampu bersaing menghadapi

(4)

tantangan zaman. Generasi muda juga harus dilindungi dari perilaku seks bebas, narkoba, dan ancaman HIV/AIDS.

Hingga saat ini, masih banyak permasalahan remaja yang harus menjadi perhatian semua kalangan. Oleh karena itu, pada Mei 2012, BKKBN melakukan pengembangan terhadap program GenRe, yaitu dengan meluncurkan program GenRe di sekolah-sekolah agar dapat menjadi forum diskusi bagi remaja untuk mengatasi berbagai masalah. Secara teknis, Program GenRe diterjemahkan dalam bentuk pendirian Pusat Informasi dan Konsultasi (PIK) remaja dengan pendekatan dari, oleh, dan untuk remaja, yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia. Program GenRe di sekolah-sekolah menyosialisasikan isu-isu tentang TRIAD KKR, yaitu seksualtias, HIV/AIDS dan NAPZA sehingga para remaja terdidik untuk tidak melakukan seks bebas dan menjauhi narkoba. Program ini juga memfasilitasi remaja atau mahasiwa agar memiliki wadah pusat informasi dan penyuluhan antar mereka, sehingga bisa merencanakan masa depan tanpa harus terhambat karena narkoba dan pergaulan bebas. Hingga saat ini BKKBN telah membentuk 20 000 PIK di sekolah-sekolah formal dan informal. BKKBN juga berencana meluncurkan PIK Mahasiswa dalam waktu dekat. Melalui program ini, BKKBN berharap dapat mengedukasi pelajar dan remaja untuk menjauhi berbagai kebiasaan yang bisa merugikan seperti narkoba dan pergaulan bebas.

Deskripsi Singkat Iklan Layanan Masyarakat Keluarga Berencana Versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu

Latar Belakang

Iklan Layanan Masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu merupakan salah satu iklan KB yang diproduksi oleh BKKBN. Model utama dalam iklan ini adalah Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu. Pemilihan keduanya sebagai model utama didasarkan atas tingginya popularitas mereka di kalangan remaja sehingga BKKBN berharap penyampaian pesan-pesan perencanaan keluarga melalui kedua model tersebut akan lebih efektif. Iklan ini merupakan bagian dari program Generasi Berencana (GenRe) yang memiliki sasaran utama remaja. Jumlah remaja yang kini mencapai sekitar 63.4 juta jiwa atau 26.7 persen dari penduduk Indonesia (Sensus Penduduk 2010) harus menjadi perhatian semua pihak. Potensi remaja yang cukup besar ini bila tidak diarahkan ke hal-hal yang positif justru dapat memberikan dampak yang negatif bagi kehidupannya mendatang. Reaksi-reaksi dan ekspresi emosional yang masih belum terkendali pada masa remaja dapat berdampak pada kehidupan pribadi maupun sosialnya. Oleh karena itu, remaja perlu mengenal program GenRe sebagai upaya penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja.

Iklan ini mengusung pesan-pesan dalam perencanaan keluarga, yaitu pentingnya perencanaan pernikahan secara matang serta menikah dan hamil di usia ideal, manfaat perencanaan jarak kelahiran anak dan jarak kelahiran anak yang berjauhan, serta jumlah anak yang dianjurkan dalam sebuah keluarga. Iklan ini juga memiliki jargon “Dua Anak Lebih Baik”, yang menganjurkan setiap remaja untuk memiliki cukup dua anak saja bila sudah menikah. Iklan ini gencar ditayangkan pada tahun 2011 di berbagai stasiun televisi. Walaupun begitu, hingga saat ini iklan tersebut masih ditayangkan dengan frekuensi penayangan

(5)

yang terbatas dan hanya ditayangkan di stasiun-stasiun televisi tertentu, di antaranya adalah Indosiar dan MNC TV.

Tujuan

Iklan ini memiliki tujuan utama untuk mengedukasi remaja mengenai pentingnya prinsip-prinsip perencanaan keluarga sebelum dan setelah menikah. Prinsip-prinsip tersebut di antaranya adalah mengenai penerapan KB, menikah setelah cukup usia, hamil di usia ideal, merencanakan jarak kelahiran anak, memiliki anak dengan jarak kelahiran berjauhan, dan memiliki dua anak bila sudah menikah. Usia pernikahan yang dianjurkan BKKBN bagi wanita adalah 20 tahun sedangkan untuk laki-laki adalah 25 tahun. Hal ini karena pada usia tersebut remaja telah memperoleh kematangan fisik (reproduksi), mental, dan biaya sehingga siap untuk membangun rumahtangga dan memiliki anak. Selain itu, memiliki anak dengan jarak kelahiran yang berjauhan juga menjadi penting agar ibu selamat dan anak terlahir sehat.

Segmentasi Khalayak

Iklan Layanan Masyarakat Keluarga Berencana versi Shiren Sungkar dan Teuku Wisnu memiliki sasaran utama remaja. Remaja yang dimaksud adalah mereka yang berada pada rentang usia 15-24 tahun serta belum menikah. Hal ini karena BKKBN menyadari bahwa peran remaja amat penting sebagai generasi muda penerus bangsa. Oleh karena itu, melalui iklan ini, BKKBN berharap dapat mengedukasi dan mengajak remaja untuk melakukan perencanaan dalam setiap tahapan kehidupannya, seperti usia untuk menikah, mempunyai anak, jumlah anak, dan lain sebagainya.

Isi Tayangan

Iklan ini mengisahkan tentang pasangan yang membuat perencanaan keluarga sebelum dan setelah menikah. Pasangan tersebut diperankan oleh Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu. Bagian-bagian dalam iklan ini dikisahkan secara cepat dan sebagian besar pesannya disampaikan melalui lagu/jingle yang dinyanyikan oleh kedua model tersebut. Pada awal cerita, keduanya berniat untuk menikah namun menundanya karena usia mereka yang masih terlalu muda. Mereka meyakini bahwa dengan menikah di usia ideal bahtera rumahtangga mereka akan bahagia. Hingga akhirnya setelah cukup usia, pernikahan pun dilangsungkan. Pada awal pernikahannya, Shireen digambarkan mengandung anak pertama. Setelah anak pertamanya lahir, mereka pun hidup bahagia dan sengaja menunda kehamilan selanjutnya. Hal ini disampaikan melalui lagu/jingle yang mereka nyanyikan, bahwa jarak kelahiran anak yang berjauhan bertujuan agar ibu melahirkan selamat dan anak terlahir sehat. Hingga akhirnya setelah anak pertama tumbuh besar, mereka digambarkan memiliki anak kedua dan hidup mejadi keluarga kecil yang sejahtera. Di akhir cerita, keluarga kecil tersebut dikisahkan sedang bermain bersama dan kedua model utama memberikan himbauan, yaitu berupa jargon “Dua Anak Lebih Baik”

(6)

Gambaran Umum Desa Ciomas, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor Wilayah dan Penduduk

Desa Ciomas termasuk dalam wilayah Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini memiliki luas wilayah sebesar 106 ha dengan jumlah penduduk sebanyak 13 122 jiwa. Secara administratif, Desa Ciomas terbagi atas 12 RW dan 47 RT. Sketsa wilayah Desa Ciomas dapat dilihat pada Lampiran 1. Desa Ciomas berbatasan dengan Jalan Raya Ciomas dan Desa Ciomas Rahayu di sebelah utara, Kotamadya Bogor, Desa Mekar Jaya, dan Desa Parakan di sebelah timur, Desa Pagelaran di sebelah selatan, dan Desa Mekar Jaya di sebelah barat.

Sarana pendidikan yang terdapat di Desa Ciomas, yaitu TK (Taman Kanak-Kanak), SD (Sekolah Dasar), dan SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama). Data selengkapnya mengenai sarana pendidikan yang terdapat di Desa Ciomas dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Jumlah sarana pendidikan di Desa Ciomas tahun 2010 Jenis Pendidikan Negeri (buah) Swasta (buah) Total

TK 0 6 6

SD 2 1 3

SLTP 0 1 1

Sumber: BPS (2011)

Sarana dan prasarana lainnya di Desa Ciomas di antaranya adalah fasilitas kesehatan, prasarana perhubungan, komunikasi, dan transportasi. Sarana transportasi yang ada berupa angkutan umum dan ojeg. Keberadaan angkutan umum, kendaraan pribadi, dan ojek sebagai sarana transportasi di Desa Ciomas memungkinkan tersedianya transportasi yang lancar. Jalan raya pun berada dalam kondisi yang baik sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama dalam melakukan mobilitas masuk dan keluar desa (lihat Lampiran 4). Sarana kesehatan yang dimiliki berupa pos KB sebanyak satu buah, posyandu sebanyak 13 buah, serta balai pengobatan dan praktek dokter sebanyak 4 buah (BPS 2011). Berdasarkan data tersebut, ketersediaan posyandu di Desa Ciomas sudah cukup lengkap, yang menandakan bahwa masing-masing RW di Desa Ciomas (sebanyak 12 RW) telah memiliki posyandu masing-masing.

Jumlah penduduk Desa Ciomas adalah sebanyak 13 122 jiwa, yang terdiri dari 6 822 penduduk laki-laki dan 6 300 penduduk perempuan dengan kepadatan penduduk 123.79 jiwa/ha. Sementara itu, kepadatan penduduk Kecamatan Ciomas adalah sebesar 94.61 jiwa/ha2. Perbandingan jumlah tersebut menunjukkan bahwa Desa Ciomas merupakan salah satu daerah dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi di Kecamatan Ciomas karena tingkat kepadatannya melebihi nilai rata-rata Kecamatan Ciomas. Desa Ciomas memiliki 3 267 kepala keluarga, meliputi 2 937 kepala keluarga laki-laki dan 330 kepala keluarga perempuan. Penduduk Desa Ciomas tersebar pada berbagai rentang usia, dengan persentase terbanyak terdapat pada rentang usia 15-19 dan 20-24 tahun, yaitu masing-masing

2

http://www.bogorkab.go.id/potensi-daerah/kependudukan/ diakses pada tanggal 4 September 2012 pukul 18.00 WIB

(7)

sebanyak 1 440 jiwa (10.97%). Sementara itu, persentase terkecil terdapat pada rentang usia 50-54, yaitu sebanyak 627 jiwa (4.78%) Komposisi penduduk berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4

Sebaran penduduk Desa Ciomas berdasarkan usia tahun 2010 Kelompok Umur Jumlah (jiwa) Persentase (%)

0-4 871 6.64 5-9 1.332 10.15 10-14 1.392 10.61 15-19 1.440 10.97 20-24 1.440 10.97 25-29 1.204 9.18 30-34 1.521 11.59 35-39 1.049 7.99 40-44 709 5.40 45-49 709 5.40 50-54 627 4.78 55+ 830 6.33 JUMLAH 13.122 100.00 Sumber: BPS (2011)

Industri kerajinan di Desa Ciomas jumlahnya mencapai 20 unit dengan total pengurus dan anggota sebanyak 500 jiwa. Melihat kondisi tersebut, tidak heran jika mata pencaharian utama yang paling banyak digeluti oleh penduduk Desa Ciomas adalah buruh sepatu/sendal. Pekerjaan ini tidak memerlukan keahlian khusus karena sebelum mulai bekerja setiap warga akan diberikan pelatihan terlebih dahulu mengenai langkah-langkah pembuatan sepatu/sendal. Pekerjaan ini dilakukan di bengkel-bengkel sepatu yang sebagian besar terdapat di Desa Ciomas atau dapat pula dikerjakan di rumah masing-masing untuk kemudian disetorkan dua kali dalam seminggu, yaitu setiap hari Kamis dan Sabtu. Oleh karena itu, sebagian remaja lebih memilih untuk langsung bekerja menjadi buruh sepatu/sendal daripada melanjutkan pendidikan. Pekerjaan ini dilakukan hampir oleh seluruh remaja, baik laki-laki maupun perempuan. Remaja perempuan pada umumnya bertugas menggambar dan menggunting pola sedangkan remaja laki-laki bertugas membuat sepatu (menjahit, merekatkan). Sementara itu, sebagian kecil lainnya berprofesi sebagai pelajar/mahasiswa/i, karyawan, PNS, maupun wiraswasta.

Saat ini sulit ditemui organisasi atau perkumpulan yang aktif di Desa Ciomas. Perkumpulan-perkumpulan yang dulu aktif kini sudah tidak berjalan karena sebagian besar warga sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Salah satu perkumpulan yang masih aktif adalah pengajian warga yang dilaksananakan satu minggu sekali, yang merupakan pengajian remaja gabungan tiga desa, yaitu Desa Ciomas, Desa Pagelaran, dan Desa Mekar Jaya. Setiap minggunya juga rutin diadakan pengajian warga pada masing-masing RT dan RW. Pengajian ini dilaksanakan secara bergilir di masjid-masjid yang terdapat di setiap desa. Kegiatan ini menjadi aktif karena sebagian besar penduduk Desa Ciomas beragama Islam, yaitu sebanyak 12.981 jiwa (98.93%). Data selengkapnya mengenai komposisi penduduk berdasarkan agama dapat dilihat pada Tabel 5.

(8)

Tabel 5 Sebaran penduduk Desa Ciomas berdasarkan agama tahun 2010 Agama Jumlah Penduduk (jiwa) Prersentase (%)

Islam 12.981 98.93 Khatolik 63 0.48 Protestan 51 0.39 Budha 5 0.04 Hindu 22 0.17 Tionghoa 0 0.00 Sumber: BPS (2011)

Komposisi penduduk tersebut menyebabkan Desa Ciomas hanya memiliki sarana peribadatan untuk umat agama Islam karena hampir seluruh penduduknya beragama Islam sedangkan umat agama lain hanya sebagian kecilnya saja. Hampir setiap RW di Desa Ciomas memiliki masjid, beberapa diantaranya juga memiliki langgar lebih dari satu. Total masjid yang terdapat di Desa Ciomas adalah sebanyak 10 buah, sementara total langgar di Desa Ciomas adalah sebanyak 14 buah (BPS 2011).

Gambaran Umum RW

Pemilihan lokasi di RW 06 dan RW 07 Desa Ciomas, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor sebagai lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Hal ini dengan pertimbangan bahwa kedua RW tersebut memiliki komposisi jumlah remaja (15-24 tahun) terbanyak dibanding RW lainnya di Desa Ciomas, yang sesuai dengan karakteristik responden yang dibutuhkan.

Jumlah penduduk di RW 06 Desa Ciomas adalah sebanyak 1 428 jiwa, dengan 353 kepala keluarga. Jumlah penduduk yang tergolong remaja, yaitu berada pada rentang usia 15-24 tahun, adalah sebanyak 198 jiwa. Sebagian besar penduduk memiliki tingkatan pendidikan hingga SLTP serta berprofesi sebagai buruh sepatu/sendal. Sementara itu, jumlah penduduk di RW 07 Desa Ciomas adalah sebanyak 2 036 jiwa, dengan 509 kepala keluarga. Jumlah penduduk yang tergolong remaja adalah sebanyak 224 jiwa. Hampir serupa dengan RW 06, sebagian besar penduduk RW 07 pun memiliki tingkatan pendidikan hingga SLTP serta berprofesi sebagai buruh sepatu/sendal. Sebagian besar warga di kedua tempat tersebut sudah memiliki pesawat televisi dan memiliki kebiasaan menonton yang tinggi.

Gambaran Umum Responden

Responden penelitian didapatkan dari hasil penyebaran angket kepada 422 remaja RW 06 dan 07 Desa Ciomas. Setelah itu, angket yang telah kembali diseleksi hingga didapatkan 68 orang yang pernah menonton iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu. Berdasarkan hasil tersebut, keterdedahan remaja RW 06 dan 07 Desa Ciomas terhadap iklan tersebut adalah sebesar 16.1 persen. Pada akhirnya responden yang pernah menonton iklan tersebut diseleksi kembali berdasarkan kesediaannya menjadi responden penelitian ini, hingga akhirnya diperoleh total responden

(9)

sebanyak 40 orang, yaitu remaja yang pernah menonton iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu serta bersedia menjadi responden penelitan.

Karakteristik Individu

Karakteristik individu merupakan salah satu faktor yang diduga berhubungan dengan keterdedahan khalayak terhadap tayangan iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu. Karakterisitik individu yang diamati dalam penelitian ini terdiri dari usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, dan tingkat pendidikan. Data selengkapnya mengenai karakteristik individu responden penelitian dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Jumlah dan persentase responden berdasarkan karakteristik individu Karakteristik Individu Kategori Jumlah (jiwa) Persentase (%)

Jenis Kelamin Laki-laki 19 47.5

Perempuan 21 52.5

Usia Remaja Awal 25 62.5

Remaja Akhir 15 37.5

Tingkat Pendidikan

Rendah (tidak lulus SD/MI/Sederajat dan lulus SD/MI/Sederajat) 9 22.5 Sedang (lulus SMP/MTS/Sederajat) 16 40.0 Tinggi (lulus SMA/MA/Sederajat dan lulus Perguruan Tinggi)

15 37.5

Jenis Pekerjaan Bekerja 18 45.0

Sekolah/kuliah 16 40.0

Tidakbekerja dan tidak sekolah/kuliah

6 15.0

Tabel 6 menunjukkan bahwa persentase responden yang berjenis kelamin perempuan lebih besar, yaitu sebesar 52.5 persen (21 orang). Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden yang dilibatkan dalam penelitian ini berjenis kelamin perempuan. Proporsi tersebut hampir seimbang antara laki-laki dan perempuan namun perempuan menempati porsi yang lebih banyak dibandingkan laki-laki. Hal ini karena mayoritas remaja perempuan di RW 06 dan 07 Desa Ciomas memiliki perhatian yang lebih tinggi terhadap tayangan-tayangan televisi. Dalam mengisi waktu luangnya, perempuan lebih suka diam di rumah dan menonton televisi. Lain halnya dengan laki-laki yang memiliki lebih sedikit waktu luang untuk menonton televisi karena aktivitasnya yang padat di luar rumah. Beberapa responden laki-laki bahkan melakukan dua pekerjaan sekaligus. Di saat aktivitasnya sebagai pelajar telah selesai, bebrapa remaja laki-laki melakukan pekerjaan sambilan seperti menjadi tukang ojek dan buruh sepatu/sendal untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga. Laki-laki juga lebih sering mengisi waktu luangnya untuk berkumpul bersama tetangga dan teman daripada menonton televisi di rumah.

(10)

Responden yang diamati dalam penelitian ini adalah remaja berusia 15-24 tahun yang belum menikah. Usia 15-24 tahun dipilih dengan pertimbangan bahwa rentang usia tersebut sesuai dengan sasaran iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu menurut BKKBN sebagai penyelenggara iklan tersebut. Remaja awal terdiri dari mereka yang berusia 15-19 tahun sedangkan remaja akhir terdiri dari mereka yang berusia 20-24 tahun. Data pada penelitian ini menunjukkan bahwa dari 40 responden yang diamati, mayoritas responden berada pada kategori usia remaja awal, yaitu sebanyak 62.5 persen, yang proporsinya jauh melebihi responden yang tergolong remaja akhir. Berdasarkan data tersebut, jumlah remaja awal hampir dua kali lipat remaja akhir. Hal ini karena mayoritas responden RW 06 dan 07 Desa Ciomas yang tergolong remaja awal lebih tertarik kepada tayangan-tayangan televisi, khususnya iklan layanan masyarakat Keluarga Berencana versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu. Lain halnya dengan remaja akhir yang aktivitasnya lebih padat, baik untuk bekerja maupun mengerjakan tugas-tugas sekolah dan kuliah sehingga lebih jarang diam di rumah untuk menyaksikan tayangan-tayangan televisi.

Sementara itu, tingkat pendidikan merupakan jenjang pendidikan formal terakhir yang pernah ditempuh dan telah memperoleh kelulusan. Dalam penelitian ini, responden dibagi ke dalam tiga kategori berdasarkan tingkat pendidikan, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Tabel 6 menunjukkan bahwa dari 40 remaja RW 06 dan RW 07 Desa Ciomas yang diamati, sebagian besar tergolong pada tingkat pendidikan sedang, yaitu sebesar 40 persen (16 orang). Hal ini karena mayoritas responden merupakan pelajar/mahasiswa/i, yang saat ini masih menempuh pendidikan di tingkat SMA dan perkuliahan. Beberapa diantaranya putus sekolah dan lebih memilih untuk bekerja sebagai buruh sepatu/sendal. Fakta tersebut didukung oleh pernyataan responden berikut ini.

“disini banyak yang putus sekolah terus langsung lanjut jadi pekerja sepatu. Ya kalau udah kenal uang jadi pada lebih milih kerja, kadang-kadang suka kasian juga liatnya, gajinya kan sebenernya kecil.” (MJ, 19th, 4 November 2012)

Remaja yang putus sekolah juga pada umumnya merasa bahwa pendidikan memerlukan biaya yang tinggi sehingga akan menyulitkan orangtua. Mereka lebih memilih bekerja untuk meringankan beban orangtua. Sebagian besar memilih untuk melanjutkan pekerjaan sebagai buruh sepatu/sendal karena tidak memerlukan keahlian dan persyaratan khusus. Selain itu, Desa Ciomas merupakan salah satu pusat produksi sepatu/sendal sehingga mereka tidak perlu kesulitan mendapatkan pekerjaan yang jauh di luar desa.

Responden dibedakan ke dalam tiga kategori berdasarkan jenis pekerjaan, yaitu bekerja, sekolah/kuliah, serta tidak bekerja dan tidak sekolah/kuliah. Tabel 6 menunjukkan bahwa mayoritas responden bekerja, yaitu sebesar 45 persen (18 orang). Sebagian besar responden yang bekerja berprofesi sebagai buruh sepatu/sendal. Pekerjaan sebagai buruh sepatu/sendal dilakukan oleh banyak remaja di Desa Ciomas, baik laki-laki maupun perempuan. Remaja perempuan pada umumnya bertugas menggambar dan menggunting pola sedangkan remaja laki-laki bertugas membuat sepatu (menjahit, merekatkan). Desa Ciomas merupakan salah satu sentra produksi sepatu/sendal di Bogor. Produksi

(11)

sepatu/sendal tersebut biasanya dijual secara grosir ke pasar-pasar di Bogor maupun luar Bogor. Sebagian besar warga yang putus sekolah memilih bekerja sebagai buruh sepatu/sendal karena pekerjaannya yang relatif mudah dan tidak membutuhkan keahlian khusus. Apalagi sebelum mulai bekerja, setiap pekerja akan dilatih terlebih dahulu agar lebih mahir sehingga setiap warga dari berbagai usia, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan dapat menekuni pekerjaan tersebut. Keuntungan lain pekerjaan ini adalah bersifat fleksibel karena sesekali dapat dilakukan di rumah, terutama ketika pesanan sepatu/sendal sedang menumpuk, seperti ketika menjelang Hari Raya Idul Fitri, akhir tahun, maupun memasuki awal tahun ajaran baru. Sementara itu, sebagian besar responden lainnya masih sekolah/kuliah. Mayoritas responden yang masih sekolah/kuliah sedang menempuh pendidikan di tingkat SMA/MA/Sederajat, sebagian lainnya kuliah di perguruan tinggi.

Karakteristik Sosiologis

Karakteristik sosiologis merupakan kekuatan-kekuatan eksternal yang mempengaruhi individu dalam berperilaku, yang dibedakan menjadi interaksi dengan kelompok primer dan sekunder. Data selengkapnya mengenai karakteristik sosiologis penelitian dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Jumlah dan persentase responden berdasarkan karakteristik sosiologis Karakteristik Sosiologis Kategori Jumlah

(jiwa) Persentase (%) Interaksi dengan Kelompok Primer Rendah 3 7.5 Sedang 21 52.5 Tinggi 16 40.0 Interaksi dengan Kelompok Sekunder Rendah 4 10.0 Sedang 31 77.5 Tinggi 5 12.5

Interaksi dengan kelompok primer adalah tingkat keseringan dalam menceritakan aktivitas yang dilakukan, melakukan aktivitas bersama, dan menceritakan permasalahan pribadi kepada keluarga. Responden dibedakan ke dalam tiga kategori berdasarkan tingkat interaksi dengan kelompok primer, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Data pada Tabel 10 menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki tingkat interaksi sedang dengan kelompok primer, yaitu sebesar 52.5 persen. Proporsi tersebut tidak jauh berbeda dengan tingkat interaksi yang tinggi dengan kelompok primer namun tingkat interaksi sedang memiliki porsi yang lebih banyak. Hal ini karena sebagian remaja RW 06 dan 07 Desa Ciomas disibukkan dengan aktivitas di luar rumah. Aktivitas tersebut dapat berupa aktivitas formal seperti sekolah dan bekerja, maupun aktivitas non formal seperti berkumpul bersama teman dan tetangga. Selain itu, mereka juga memiliki aktivitas non formal yang rutin dilaksanakan satu kali dalam seminggu, yaitu pengajian remaja. Aktivitas dan kesibukan tersebut menyebabkan interaksi dengan keluarga hanya dapat dilakukan pada pagi hari dan malam hari ataupun pada hari-hari libur saat mereka memiliki banyak waktu senggang di rumah. Sementara itu, sebagian responden lainnya memiliki tingkat interaksi yang tinggi dengan kelompok primer. Sebagian diantaranya mengaku memiliki banyak waktu luang

(12)

di rumah sehingga sering berinteraksi dengan keluarga namun sebagian lainnya tetap menyempatkan diri untuk berkomunikasi dengan keluarga meskipun memiliki aktivitas yang padat di luar rumah. Fakta tersebut berdasarkan kutipan pernyataan responden berikut.

“saat ini kurang dekat karena faktor pekerjaan dan aktivitas saya lebih sering di kampus daripada di sekitar rumah. Tapi kalau ada waktu senggang saya pasti menyempatkan untuk beraktivitas bersama.” (MAH, 19th, 28 Oktober 2012 )

Sementara itu, interaksi dengan kelompok sekunder adalah tingkat keseringan dalam menceritakan aktivitas yang dilakukan, melakukan aktivitas bersama, dan menceritakan permasalahan pribadi kepada tetangga dan teman. Responden dibedakan menjadi tiga kategori berdasarkan tingkat interaksi dengan kelompok sekunder, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki tingkat interaksi sedang dengan kelompok sekunder, yaitu sebesar 77.5 persen, yang proporsinya jauh melebihi tingkat interaksi rendah dan tinggi. Tingkat interaksi antar tetangga di Desa Ciomas, khususnya antar remaja pada umumnya terjadi pada acara pengajian remaja gabungan antara Desa Ciomas, Desa Pagelaran, dan Desa Mekar Jaya. Pengajian ini dilaksanakan secara bergilir dari kampung ke kampung di setiap desa setiap hari Rabu malam. Aktivitas lain yang kerap kali dilakukan bersama adalah gotong royong. Sementara itu, interaksi dengan teman pada umumnya terjadi di lingkungan sekolah dan kerja. Selain itu, responden laki-laki pada umumnya senang mengisi waktu luang dengan berkumpul bersama teman dan tetangga, seperti bermain futsal. Meskipun begitu, sebagian responden memiliki tingkat interaksi yang rendah dengan kelompok sekunder. Golongan tersebut merasa hubungan dengan tetangga dan teman selama ini baik tetapi jarang menceritakan aktivitas pribadi, melakukan aktivitas bersama, dan menceritakan permasalahan pribadi. Fakta tersebut berdasarkan kutipan pernyataan responden berikut.

“hubungan dengan tetangga cukup baik tapi jarang melakukan aktivitas bersama, yang penting sih saling kenal dan saling sapa aja. Paling ketemu tetangga kalau lagi ada pengajian.” (RP, 22th, 27 Oktober 2012)

Gambar

Tabel 3 Jumlah sarana pendidikan di Desa Ciomas tahun 2010  Jenis Pendidikan  Negeri (buah)  Swasta (buah)  Total
Tabel 4    Sebaran penduduk Desa Ciomas berdasarkan usia tahun 2010  Kelompok  Umur  Jumlah (jiwa)  Persentase (%)
Tabel 5 Sebaran penduduk Desa Ciomas berdasarkan agama tahun 2010  Agama  Jumlah Penduduk (jiwa)  Prersentase (%)
Tabel 6 Jumlah dan persentase responden berdasarkan karakteristik individu  Karakteristik  Individu  Kategori  Jumlah (jiwa)  Persentase (%)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dimana responden mengerti dan memahami pesan iklan “Generasi Berencana” di televisi yang merupakan salah satu program dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional BKKBN

Kepala BKKBN tersebut juga menambahkan bahwa hal-hal yang bisa dilakukan mahasiswa KKN untuk membantu program KKB (Kependudukan dan Keluarga Berencana), yaitu bisa menjadi

Sasaran program KB Nasional Provinsi Jawa Tengah (RPJM 2004–2009) adalah : 1) menurunnya laju pertumbuhan penduduk menjadi sekitar 0,80% per tahun, 2) menurunnya angka

LKIP BKKBN tahun 2021 menggambarkan capaian keberhasilan dari 6 (enam) Sasaran Strategis, 13 (tiga belas) Indikator Kinerja dan 6 (enam) Program Prioritas Nasional (Pro

Petugas Lapangan KB (PLKB) sebagai pegawai BKKBN yang bertugas sebagai pengelola pelaksanaan Program KB Nasional di tingkat Desa/Kelurahan, mempunyai tiga peran yang melekat

BKKBN Provinsi Banten dalam upaya menanggulangi stunting dengan program pengoptimalan 1000 Hari Pertama Kehidupan dengan mengambil lokasi yakni di desa Bayumundu yang merupakan

Badan Koordinasi Keluarga Bereneana Nasional (BKKBN) sebagai badan yang bertanggung jawab atas perencanaan dan peiaksanaan program KB telah melaksanakan berbagai aktivitas yang

Pemberi tugas dalam Surat Perjanjian Pemborongan adalah sebagai pihak pertama dan dapat mengambil keputusan sepihak untuk mengambil alih pekerjaan yang dilakukan, dengan cara menulis