• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PEMUDA DALAM PEMASARAN PARIWISATA AIR TERJUN PONOT UNTUK PENGEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN ASAHAN TESIS OLEH FEBY ANAZMI /PWD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERAN PEMUDA DALAM PEMASARAN PARIWISATA AIR TERJUN PONOT UNTUK PENGEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN ASAHAN TESIS OLEH FEBY ANAZMI /PWD"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

PONOT UNTUK PENGEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN ASAHAN

TESIS

OLEH FEBY ANAZMI 187003048/PWD

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2020

(2)

PERAN PEMUDA DALAM PEMASARAN PARIWISATA AIR TERJUN PONOT UNTUK PENGEMBANGAN WILAYAH

DIKABUPATEN ASAHAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan

Perdesaan

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

FEBY ANAZMI

187003048/PWD

SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

2 0 20

(3)
(4)

Tanggal 17 April 2020

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof.DR.Erika Revida, MS Anggota : 1. Dr.Agus Purwoko,S.Hut,M.Si

2. Prof.Dr.Badaruddin, MS 3. Prof.Dr.Swardi,MS 4. Dr.Rujiman

(5)

Pengembangan Wilayah di Kabupaten Asahan”

Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.

Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian- bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundang yang berlaku.

Medan, Desember 2020 Penulis

Feby Anazmi

(6)

RIWAYAT HIDUP

Feby Anazmi lahir di Banjar pada tanggal 26 Desember 1992, anak ke dua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Sutrisno dan Ibu Arnita Harahap.

Pendidikan penulis dimulai dari SDN 010246 Air Putih yang lulus pada tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Punggulan yang lulus pada tahun 2008, Sekolah Menengah Atas (SMU) Swasta Diponegoro Kisaran yang lulus pada tahun 2012. Pada tahun 2012, Penulis mengenyam pendidikan S1 Komputer di STMIK IBBI Medan, dan lulus tahun 2016.

Selama perkuliahan S1, Penulis aktif diberbagai organisasi, baik internal kampus maupun eksternal kampus. Penulis pernah menjabat Ketua KOPRI PMII Cabang Asahan tahun 2017-2018, Wakil ketua Fatayat Tanjung Balai 2016-kini.

(7)

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran pemuda di Kabupaten Asahan dalam memasarkan Pariwisata Air Terjun Ponot. Penelitian ini berfokus pada peran yang telah dilakukan oleh para pemuda yang ada di Kabupaten Asahan dalam memasarkan Pariwisata Air Terjun Ponot agar menjadi wisata unggulan di Kabupaten Asahan.

Kabupaten Asahan termasuk salah satu Kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera dengan objek wisatanya yang terkenal. Salah satunya daerah wisata alam Air Terjun Ponot yang terletak dikecamatan Aek Songsongan Kabupaten Asahan. Perkembangan Kawasan Pariwisata Air terjun Ponot tidak terlepas dari peran pemuda Kabupaten Asahan yang secara konsisten dan inovatif memasarkan kawasan Pariwisata Air Terjun Ponot menjadi salah satu destinasi wisata unggulan di Kabupaten Asahan ini. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini mengambil data primer melalui informan dan data sekunder dari instansi terkait, yaitu Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Asahan, KNPI Asahan, Kantor Pemuda dan Olahraga dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Asahan.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa peran pemuda Kabupaten Asahan dalam memasarkan pariwisata Air Terjun Ponot untuk pengembangan wilayah adalah dengan pemuda berperan sebagai kontrol sosial, kekuatan moral dan agen perubahan yang mana peran tersebut di pengaruhi oleh faktor eksternal dan internal.

Kata kunci: peran pemuda, pariwisata, strategi pemasaran.

(8)

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji dan syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkah- Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

Selama melakukan penelitian ini penulisan tesis ini, penulis banyak memperoleh bantuan moril dan materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada :

1. Kementerian Pemuda dan Olah Raga Republik Indonesia yang memberikan beasiswa kepada penulis

2. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum sebagai Rektor Universitas Sumatera Utara

3. Bapak Prof.Dr.Robert Sibarani,M.S., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Prof. Dr. lic. rer. reg. Sirojuzilam, SE., selaku Ketua Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Sekolah Pascasarjan Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Prof. Dr.Erika Revida,MS ketua pembimbing.

6. Bapak Dr.Agus Purwoko, S.Hut,M.Si selaku dosen pembimbing.

7. Dinas Pemuda olahraga dan Pariwisata Asahan, DPD KNPI Kabupaten Asahan yang telah memberikan izin bagi penulis untuk memperoleh informasi dan data terkait penelitian proposal.

(9)

8. Bapak/Ibu dosen yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis dan seluruh staf administrasi PWD.

9. Secara khusus penulis, mengucapkan terima kasih untuk orang tua tercinta ayahanda Sutrisno dan ibunda Arnita Harahap yang telah membesarkan, mendidik dan membimbing penulis dan kepada seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan berupa motivasi, doa dan dukungan materi kepada penulis.

10. Kepada seluruh rekan-rekan mahasiswa PWD kelas kemenpora angkatan VI atas keakraban dan kerjasamanya selama ini.

Penulis menyadari proposal ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna.

Namun harapan penulis semoga proposal ini bermanfaat kepada seluruh pembaca.

Semoga kiranya Tuhan Yang Maha Esa memberikan rahmat dan hidayah- Nya atas kebaikan dan kemurahan hati bapak/ibu, saudara/i sekalian. Amin.

Medan, Maret 2020 Penulis,

Feby Anazmi 187003048/PWD

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 1

ABSTRAK ... 2

KATA PENGANTAR ... 3

DAFTAR ISI ... 5

DAFTAR GAMBAR ... 7

DAFTAR TABEL ... 8

BAB I PENDAHULUAN ... 9

I.1 Latar Belakang Masalah ... 9

I.2 Perumusan Masalah ... 16

I.3 Tujuan Penelitian ... 16

I.4 Manfaat Penelitian ... 16

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 18

2.1 Pengertian Pemuda ... 18

2.2 Pegertian Peran ... 20

2.3 Pengertian Peranan ... 22

2.4 Analisis Peran Pemuda ... 22

2.5 Pengertian Pariwisata ... 26

2.5 Pengertian Pemasaran ... 28

2.5.1. Pengertian Pemasaran ... 28

2.5.2. Strategi dalam Pemasaran Pariwisata ... 30

2.6 Pengembangan Wilayah ... 32

2.7 Penelitian Terdahulu ... 34

2.9 Kerangka Berfikir ... 37

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 39

3.1 Bentuk Penelitian ... 39

3.2 Lokasi Penelitian ... 39

3.3 Waktu Penelitian ... 40

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 40

3.3.1 Metode Pengumpulan Data ... 40

3.3.2 Analisis Data ... 41

3.3.3 Informan ... 47

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 49

4.1.1 Gambaran Umum ... 49

4.1.2 Pariwisata Air Terjun Ponot Kabupaten Asahan ... 51

4.1.2.1 Struktur Organisasi Pengelola Air Terjun Ponot 57 4.1.2.2 Mitos Air Terjun Ponot ... 60

4.1.3 Peran Pemuda Asahan Sebagai Kekuatan Moral ... 62

4.1.4 Peran Pemuda Asahan Sebagai Kontrol Sosial ... 64

4.1.5 Peran Pemuda Asahan Sebagai Agen Perubahan ... 66

(11)

4.1.6 Analisis Faktor Internal dan Eksternal Wisata Air Terjun Ponot ... 69 4.2 Pembahasan ... 86 4.2.1 Kondisi Permasalahan Pemuda di Kabupaten ... 87 4.2.2Kondisi Pariwisata Air Terjun Ponot Sebelum

Pemuda Berperan ... 90 4.2.3 Kondisi Pariwisata Air Terjun Ponot Sesudah

Pemuda Berperan ... 91 4.2.5 Peran Pemuda dalam Pemasaran Pariwisata Air

Terjun Ponot Untuk Pengembangan Wilayah diKabupaten Asahan ... 93 BAB 5 KESIMPULAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 105 5.2 Saran ... 106 DAFTAR PUSTAKA ... 108

(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Bagan Kerangka Pemikiran ... ... 38

4.1 Gambar Kawasan Pariwisata Air Terjun Ponot ... 56

4.2 Struktur Organisasi Pengelola Air Terjun Ponot ... 57

4.3 Air Terjun Ponot ... 60

4.4 Air Terjun Ponot di Lihat Secara Dekat ... 77

(13)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman 2.7 Penelitian Terdahulu ... 34 3.2 Peran Pemuda Asahan Pada Pemasaran Pariwisata Air Terjun

Ponot untuk Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Asahan ... ... 43 4.1 Beberapa Tempat Wisata yang ada di Kabupaten Asahan ... 50 4.2 Jumlah Pengelola Wisata Air Terjun Ponot Berdasarkan Umur . 58 4.3 Jumlah Pengelola Wisata Air Terjun Ponot Berdasarkan Latar

Belakang Suku ... 58

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Industri kepariwisataan memiliki potensi menghasilkan devisa yang sangat besar. Menurut beberapa ahli, dewasa ini industri kepariwisataan sudah menjadi bidang usaha terbesar ketiga setelah minyak dan perdagangan senjata. Ada sebagian ahli yang menyatakan bahwa, kepariwisataan merupakan bidang usaha terbesar setelah minyak. Pengembangan kepariwisataan juga merangsang tumbuhnya usaha-usaha ekonomi tertentu yang saling merangkai dan saling menunjang, misalnya jika wisatawan membeli kerajinan atau cindera mata yang dijajakan di tempat wisata secara otomatis para pengrajin memerlukan bahan baku untuk membuat barang-barang kerajinan tersebut dalam (Wulandari, 2016)

Pengembangan industri kepariwisataan memerlukan dukungan dari berbagai elemen, mulai dari pemerintah, masyarakat setempat di kawasan Objek dan Daya Tarik Wisata (ODTW), masyarakat di luar ODTW, dan tidak kalah pentingnya yakni dukungan dari generasi muda. Wawasan tentang industri kepariwisataan sangat perlu diberikan kepada generasi muda, agar para generasi muda mempunyai kecintaan terhadap potensi di daerahnya, dan kemudian pemerintah pusat, provinsi, dan daerah seharusnya menciptakan suasana yang kondusif yang merangsang lahirnya ide-ide kreatif dan inovatif di kalangan generasi muda. Semua elemen masyarakat seharusnya juga ikut menciptakan suasana yang kondusif tersebut dan yamg lebih penting mengembangkan semangat untuk berprestasi dalam diri generasi muda. Semangat yang lahir dari generasi muda diharapkan dapat menciptakan karya-karya besar yang

9

(15)

mengharumkan nama bangsa dan negara di dunia internasional (Zaini dkk, 1992).

Salah satu permasalahan dalam industri kepariwisataan adalah belum tersedianya sumber daya manusia (SDM) yang mampu melihat tantangan dan peluang di industri kepariwisataan (Nandi, 2008).

Kemajuan kepariwisataan tidak lepas dari campur tangan generasi muda.

Menurut Anderson dalam (Hasibuan, 2008). Sektor kepariwisataan yang membutuhkan pengembangan, juga memerlukan para pemuda yang berjuang mengembangkan sektor tersebut sehingga dapat dimanfaatkan untuk mensejahterakan masyarakat. Pembinaan generasi muda sejak dini atau kaderisasi pemuda yang bertugas untuk memajukan industri kepariwisataan di daerahnya sangat diperlukan. Sampai saat ini upaya pemerintah baik pusat, provinsi, dan kabupaten/kota untuk melibatkan pemuda dalam memajukan industri kepariwisataan. (Wulandari, 2016)

Undang-Undang No 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan pasal 1 menyebutkan definisi pemuda adalah warga negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16 (enam belas) sampai 30 (tiga puluh) tahun. Organisasi kepemudaan adalah wadah pengembangan potensi pemuda. Pasal 5 menjelaskan pelayanan kepemudaan berfungsi melaksanakan penyadaran, pemberdayaan, dan pengembangan potensi kepemimpinan, kewirausahaan, serta kepeloporan pemuda dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pasal 7 menjelaskan pelayanan kepemudaan diarahkan untuk menumbuhkan patriotisme, dinamika, budaya prestasi, dan semangat profesionalitas, dan meningkatkan partisipasi dan peran aktif pemuda dalam membangun dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

(16)

Sesuai dengan pasal 16, disebutkan bahwa pemuda berperan aktif sebagai kekuatan moral, kontrol sosial, dan agen perubahan dalam segala aspek pembangunan nasional. Beberapa peran aktif pemuda sebagai agen perubahan diwujudkan dengan mengembangkan kepedulian terhadap lingkungan hidup dan kepedulian terhadap masyarakat. Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab melaksanakan penyadaran, pemberdayaan, dan pengembangan potensi pemuda berdasarkan kewenangan dan tanggung jawabnya sesuai dengan karakteristik dan potensi daerah masing-masing (UU No 40 Tahun 2009).

Tantangan yang dihadapi pemuda masa kini yaitu bagaimana pemuda dapat mengisi kemerdekaan dengan pembangunan di segala aspek kehidupan.

Pemuda dituntut untuk turut serta dalam pembangunan bangsa, baik bagi pemuda yang tinggal di perkotaan maupun pedesaan. (Haryati, 2016)

Pemuda adalah salah satu komponen penting bangsa ini. Perencanaan pembangunan suatu bangsa sangatlah tergantung terhadap kader-kader pembangunan itu sendiri. Oleh karena itu kedudukan angkatan muda dalam suatu masyarakat adalah vital bagi masyarakat itu. Apalagi dalam era abad 21 yakni era penuh dengan kompetisi, diperlukan pemuda yang terlatih dan bersemangat untuk meneruskan cita-cita pembangunan.

Pemuda selain menjadi aset ekonomi, karena tergolong usia produktif (berdasarkan undang-undang kepemudaan usia pemuda antara 16 sampai 30 tahun), juga merupakan aset dalam bidang ideologi, politik, sosial, dan budaya serta pariwisata. Sebagai aset yang penting dalam pariwisata, pemuda seharusnya memiliki andil yang sangat besar dalam pengembangan pariwisata. Pariwisata adalah salah satu kategori pembangunan bangsa yang dapat membangun ekonomi

(17)

dan kepercayaan diri bangsa karena pariwisata dapat berperan dalam meningkatkan devisa negara. Apabila pariwisata suatu negara baik, maka akan berefek langsung pada pendapatan negara tersebut demikian pula sebaliknya.

Kotler dan Amstrong (2008), mendefinisikan bahwa strategi pemasaran adalah logika pemasaran dimana unit bisnis berharap untuk menciptakan nilai dan memperoleh keuntungan dari hubungannya dengan konsumen. Kurtz (2008), mendefinisikan bahwa strategi pemasaran adalah keseluruhan program perusahaan dalam menentukan target pasar dan memuaskan konsumen dengan membangun kombinasi elemen dari marketing mix (produk, distribusi, promosi, dan harga).

(Rismawati, 2018)

Analisis SWOT merupakan identifikasi yang bersifat sistematis dan dapat menyelaraskan faktor-faktor dari lingkungan eksternal dan internal serta dapat mengarahkan dan berperan sebagai katalisator dalam proses perencanaan strategis.

Analisis ini didasarkan pada asumsi bahwa suatu strategi yang efektif akan memaksimalkan kekuatan dan peluang serta meminimalkan kelemahan dan ancaman.

Pengembangan wilayah merupakan suatu proses untuk mengarahkan segala potensi wilayah yang bersangkutan untuk didayagunakan secara terpadu untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Proses pendayagunaan itu biasanya berupa kombinasi dari pengerahan beberapa faktor yang saling menunjang terhadap satu sama lain sehingga dapat diperoleh hasil tertentu, seperti pariwisata.

(Nugraha,2012)

Indonesia telah menjadikan pariwisata sebagai salah satu sektor ekonomi penting. Sebagai sektor ekonomi penting, pariwisata mendapatkan perhatian

(18)

serius dari pemerintah, dikeluarkannya Undang-undang Tahun 2009 No 10 tentang kepariwisataan adalah sebagai dasar pijakan penyelenggaraan kepariwisataan. Tujuan penyelenggaraan kepariwisataan menurut undang-undang tersebut adalah: a) meningkatkan pertumbuhan ekonomi, b) meningkatkan kesejahteraan rakyat, c)menghapus kemiskinan, d) mengatasi pengangguran, e) melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya, f) memajukan kebudayaan, g) mengangkat citra bangsa, h)memupuk rasa cinta tanah air, i) memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa dan, j) mempererat persahabatan antar bangsa.

Daerah wisata di Asahan adalah salah satu destinasi (tujuan) wisata yang banyak diminati oleh wisatawan nusantara dan mancanegara, karena banyak memiliki potensi wisata didalamnya. Wilayah Kabupaten Asahan yang memiliki letak geografis yang cukup startegis, sebagai salah satu kota yang sangat potensial dalam bidang pariwisata, selain dapat berpeluang menjadi kota perdagangan dan industri.

Air Terjun Ponot adalah salah satu jenis wisata alam yang terletak di Desa Tangga Kecamatan Aek Songsongan Kabupaten Asahan dan merupakan salah satu objek wisata andalan Kabupaten Asahan. Daerah ini merupakan wisata alam yang memiliki potensi dan daya tarik serta nilai jual tinggi. Namun kenyataannya belum banyak pihak yang terlibat membangun tempat wisata ini menjadi tempat yang nyaman untuk dikunjungi sehingga lokasi tersebut belum terlalu terekspos. Beberapa usaha telah dicoba oleh pihak pengelola dalam menjalin kerjasama dalam pemasaran pariwisata Air Terjun Ponot, kerjasama kepada pihak swasta dan kerjasama dengan pemerintah namun usaha-usaha tersebut masi gagal. Pemerintah Kabupaten Asahan melihat bahwa ini adalah

(19)

sepenuhnya tanggung jawab pemerintah dalam pengelolaan, pengembangan, dan pemasaran dari Pariwisata Air Terjun Ponot sehingga penduduk Desa yang semenjak awal sebagai pengelola hanya berfungsi sebagai pelaksana atas program-program yang dibuat oleh Pemerintah. Penduduk tidak lagi menjadi pengambil keputusan dalam hal ini. Inilah yang menjadi ketakutan tersendiri bagi pemuda dan penduduk lokal bahwsannya mereka akan minim sekali memiliki andil pada pariwisata Air Terjun Ponot sehingga semua sumber devisa yang dihasilkan Pariwisata Air Terjun Ponot akan diambil alih oleh pemerintah Daerah. Ketidaksamaan visi dan kesalah pahaman sering menjadi pemicu konflik sehingga kerjasama masi belum terjalin dengan baik

Pengelolaan juga pernah dialihkan kepada pemerintah Desa Tangga sebagai program dari BUMDES selama 2 tahun. Selama itu pula masyarakat dan pemuda setempat tidak melihat perkembangan yang signifikan dari pariwisata air terjun ponot. Sehingga masyarakat kembali meminta agar pengelolalaan kembali di alihkan kepada masyarakat lokal.

Begitu juga dengan kerjasama yang pernah dilakukan oleh pengelola dengan pihak swasta masi belum berhasil. Pihak swasta masi enggan menjalin kerjasama dengan pengelola pariwisata Air Terjun Ponot. Seajuh ini belum diketahui apa penyebabnya.

Untuk keadaan pemuda Asahan masi sedikit sekali yang sadar akan pentingnya pariwisata. Para pemuda Asahan kebanyakan datang hanya berkunjung ke tempat-tempat pariwisata yang ada di Asahan untuk berfoto dan mengunggah ke dalam media sosial, namun tidak secara khusus bertujuan untuk memasarkan Pariwisata-pariwisata Asahan.

(20)

Terlebih untuk pemuda lokal yang ada disekitaran pariwisata Air Terjun Ponot, mereka masi sedikit sekali yang paham menggunakan media sosial dan tekhnologi komputer. Kebanyakan dari pemuda hanya tamatan SMA dengan skill digital tekhnologi yang masi kurang. Selain itu peran pemuda dalam pemasaran Pariwisata Air Terjun Ponot sering terhambat karena bencana alam yang sering terjadi di daerah wisata Air Terjun Ponot seperti bencana banjir bandang dan longsor. Selain itu kemitraan pembangunan juga menjadi penghambat di mana pemuda dan pengelola belum berhasil mencari investor untuk pengembangan dan pemasaran Wisata Air Terjun Ponot.

Selain hal-hal yang menghambat pemuda dalam pemasaran Pariwisata Air Terjun Ponot, banyak hal-hal yang dapat menjadi andalan dari Pariwisata Air Terjun Ponot seperti panorama dan sejuknya suasana air terjun Ponot dapat dijadikan penyejuk hati setelah penat dengan sejumlah kegiatan, terdapat warga yang ramah dalam menerima wisatawan. Atraksi – atraksi yang ada sangat mendukung terciptanya wisata keluarga.

Pengelolaan pariwisata harus tepat dan profesional karena rentan terhadap segala perubahan sosial politik yang terjadi di masyarakat baik regional, nasional, maupun global. Oleh sebab itu penulisan karya ilmiah tentang peran pemuda dalam memasarkan Pariwisata Air Terjun Ponot ini dilakukan untuk mendeskripsikan potensi, lokasi, optimalisasi pariwisata, peran pemuda dan pemasaran objek pariwisata Air Terjun Ponot.

(21)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang menjadi rumusan masalah adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana peran pemuda dalam pemasaran Pariwisata Air Terjun Ponot di Kabupaten Asahan ?

2. Bagaimana faktor internal dan eksternal yang dihadapi pemuda dalam pemasaran pariwisata Air Terjun Ponot untuk pengembangan wilayah di Kabupaten Asahan ?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis peran pemuda dalam pemasaran pariwisata air terjun Ponot di Kabupaten Asahan

2. Untuk menganalisis faktor internal dan eksternal yang dihadapi pemuda dalam pemasaran pariwisata Air terjun Ponot di Kabupaten Asahan

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis adalah menambah pengetahuan penulis tentang objek-objek wisata di Kabupaten Asahan dan peran pemudanya dalam pemasaran pariwisata Ponot di kabupaten Asahan

2. Bagi peneliti lain adalah sebagai referensi ilmiah apabila melakukan penelitian yang sama

3. Pemerintah Kabupaten Asahan memberikan masukan dan pertimbangan kepada pemerintah daerah dalam memecahkan masalah yang dihadapi berkaitan dengan upaya pemasaran pariwisata.

4. Bagi akademik, semoga dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi kemajuan pendidikan dan sebagai tambahan khazanah ilmu pengetahuan

(22)

5. Bagi pemuda, semoga dengan penelitian ini pengetahuan pemuda tentang pariwisata bertambah dan semakin antusias dalam mengembangkan pariwisata.

6. Masyarakat memberikan pengetahuan dan informasi bagi masyarakat mengenai peran mereka dalam rangka pengembangan potensi kepariwisataan.

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pemuda

Definisi PBB tentang “pemuda” biasanya mencakupi mereka yang berusia 15- 24 tahun (bertumpang tindih membingungkan dengan “anak” yang me- liputi usia 0- 17 tahun), peraturan perun- dang-undangan Indonesia (seperti halnya di beberapa negara lain Asia, Afrika dan Amerika Latin) memperpanjang batas formal “pemuda”

hingga usia yang mengherankan. Undang-undang baru tentang kepemudaan mendefinisikan pemuda sebagai “warga negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16 sampai 30 tahun. (Naafs

& White, 2012)

Dalam kosakata bahasa Indonesia, pemuda juga dikenal dengan sebutan generasi muda dan kaum muda. Seringkali terminologi pemuda, generasi muda, atau kaum muda memiliki pengertian yang beragam. Pemuda adalah individu yang bila dilihat secara fisik sedang mengalami perkembangan dan secara psikis sedang mengalami perkembangan emosional, sehingga pemuda merupakan sumber daya manusia pembangunan baik saat ini, maupun masa datang. Sebagai calon generasi penerus yang akan menggantikan generasi sebelumnya. World Health Organization menyebut sebagai ‘young people’ dengan batas usia 10-24 tahun, sedangkan usia 10-19 tahu disebut ‘adolescenea’ atau remaja. International Youth Year yang diselenggarakan tahun 1985, mendefinisikan penduduk berusia 15-24 tahun sebagai kelompok pemuda.

Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan pemuda sebagai berikut:

Orang yang masih muda; orang muda. Penjabaran lebih luas tentang definisi

(24)

pemuda terdapat dalam Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2009 Pasal 1 butir (1) yaitu: “Pemuda adalah warga negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16 (enam belas) sampai 30 (tiga puluh) tahun.”

Orang dewasa (Alanen 2001). “Generasi” dalam pengertian kedua ini Gagasan tentang “generasi”, disorot dalam esai klasik Karl Mannheim The Pro- blem of tetapi saling berkaitan. Yang pertama adalah pengertian murni demografis

untuk suatu kelompok umur (didefinisikan secara biologis). Yang kedua menyorot dimensi-dimensi rela- sional, ketika pemuda didefinisikan tidak hanya dengan perbedaan-perbedaan antara mereka dan orang dewasa tetapi juga oleh bentuk- bentuk tertentu hubungan pemuda

Orang dewasa (Alanen 2001). “Generasi” dalam pengertian kedua ini adalah konsep bentuk-bentuk adalah konsep , otoritas baru memandang tantangan lebih jauh sebagai sesuatu yang berlebihan dan pemuda diharapkan meng- ubah diri batas- batas pemisah seperti daerah, gender, kelas, etnis, pendidikan dan lain sebagainya (Mannheim 1928). Pengertian ini tercermin dalam istilah angkatan di Indonesia seperti yang diterapkan pada generasi muda yang aktif dalam pergolakan politik besar ter- tentu (revolusi nasional, kejatuhan rezim Sukarno maupun Suharto, juga pergolakan- pergolakan lebih kecil seperti Malari): Ang- katan 45, Angkatan 65-66, World Health Organization menyebut sebagai ‘young people’ dengan batas usia 10-24 tahun, sedangkan usia 10-19 tahu disebut ‘adolescenea’ atau remaja.

International Youth Year yang diselenggarakan tahun 1985, mendefinisikan penduduk berusia 15-24 tahun sebagai kelompok pemuda.

(25)

Pemuda merupakan pewaris generasi yang seharusnya memiliki nilai-nilai luhur, bertingkah laku baik, berjiwa membangun, cinta tanah air, memiliki visi dan tujuan positif. Pemuda harus bisa mempertahankan tradisi dan kearifan lokal sebagai identitas bangsa. Pendidikan formal yang dilakukan juga harus menjadi bekal untuk bergaul dalam masyarakat. Wahab dan Sapriya (2011) mengidentifikasikan bahwa warga negara yang baik yaitu: Warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan dengan baik hak dan kewajibannya sebagai individu, peka dan memiliki tanggung jawab sosial, mampu memecahkan masalahnya sendiri dan masalah kemasyarakatan sesuai fungsi dan perannya (socially sensitive, socially responsible, dan socially intelligence), agar dicapai kualitas pribadi dan perilaku warga masyarakat yang baik (socio civic behavior dan desirable personal qualities). (Bintari & Dermawan, 2016)

2.2 Pengertian Peran

Peran merupakan aspek dinamis kedudukan (status), apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan.

Peran merupakan aspek dinamis dari kedudukan (status) yang dimiliki oleh seseorang, sedangkan status merupakan sekumpulan hak dan kewajiban yang dimiliki seseorang apabila seseorang melakukan hak-hak dan kewajiban- kewajiban sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu fungsi.

Hakekatnya peran juga dapat dirumuskan sebagai suatu rangkaian perilaku tertentu yang ditimbulkan oleh suatu jabatan tertentu. Kepribadian seseorang juga mempengaruhi bagaimana peran itu harus dijalankan. Peran yang dimainkan hakekatnya tidak ada perbedaan, baik yang dimainkan/diperankan pimpinan

(26)

tingkat atas, menengah maupun bawah akan mempunyai peran yang sama. Peran merupakan tindakan atau perilaku yang dilakukan oleh seseorang yang menempati suatu posisi di dalam status sosial, syarat- syarat peran mencangkup 3 (tiga) hal, yaitu :

1. Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.

2. Peran adalah suatu konsep perilaku apa yang dapat dilaksanakan oleh individu-individu dalam masyarakat sebagai organisasi. Peran juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu, yang penting bagi struktur sosial masyarakat.

3. Peran adalah suatu rangkaian yang teratur yang ditimbulkan karena suatu jabatan. Manusia sebagai makhluk sosial memiliki kecenderungan untuk hidup berkelompok. Dalam kehidupan berkelompok tadi akan terjadi interaksi antara anggota masyarakat yang satu dengan anggota masyarakat yang lainnya. Tumbuhnya interaksi diantara mereka ada saling ketergantungan.

Dalam kehidupan bermasyarakat itu muncullah apa yang dinamakan peran (role). Peran merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan seseorang, apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka orang yang bersangkutan menjalankan suatu peranan. (Soekanto, 2002)

Istilah peran dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” mempunyai arti pemain sandiwara (film), tukang lawak pada permainan makyong, perangkat

(27)

tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat.

2.3. Pengertian Peranan

Peranan berasal dari kata peran. Peran memiliki makna, yaitu seperangkat tingkat diharapkan yang dimiliki oleh yang berkedudukan di masyarakat. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007) “peranan adalah bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan”.

Menurut Soekanto (1992) peranan (role) merupakan aspek dinamis kedudukan (status).Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan.Pembedaan antara kedudukan dan peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan.Pentingnya peranan adalah karena peranan mengatur perilaku seseorang. Hubungan-hubungan sosial yang ada dalam masyarakat merupakan hubungan antara peranan-peranan individu dalam masyarakat.Peranan diatur oleh norma- norma yang berlaku. (Haryati, 2016)

2.4. Analisis Peran Pemuda

Peran pemuda yang disebutkan dalam Undang- Undang Negara Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2009 tentang Kepemudaan pasal 16 tentang peran pemuda yaitu: “Pemuda berperan aktif sebagai kekuatan moral, kontrol sosial, dan agen perubahan dalam segala aspek pembangunan nasional.” Dalam masyarakat sangat diperlukan peran pemuda sebagai penerus nilai-nilai luhur budaya bangsa, sebagai pondasi dan kekuatan moral, agen perubahan ke arah yang lebih baik.

(Bintari & Dermawan, 2016)

Undang-Undang No 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan pasal 1 menyebutkan definisi berbangsa, dan bernegara. Pasal 7 menjelaskan pelayanan kepemudaan diarahkan untuk pemuda adalah warga negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16

(28)

(enam belas) sampai 30 (tiga puluh) tahun. Organisasi kepemudaan adalah wadah pengembangan potensi pemuda. Pasal 5 menjelaskan pelayanan kepemudaan berfungsi melaksanakan penyadaran, pemberdayaan, dan pengembangan potensi kepemimpinan, kewirausahaan, serta kepeloporan pemuda dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat, menumbuhkan patriotisme, dinamika, budaya prestasi, dan semangat profesionalitas; dan meningkatkan partisipasi dan peran aktif pemuda dalam membangun dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Sesuai dengan pasal 16, disebutkan bahwa pemuda berperan aktif sebagai kekuatan moral, kontrol sosial, dan agen perubahan dalam segala aspek pembangunan nasional. Beberapa peran aktif pemuda sebagai agen perubahan diwujudkan dengan mengembangkan kepedulian terhadap lingkungan hidup dan kepedulian terhadap masyarakat. Pemerintah Daerah bertanggung jawab melaksanakan penyadaran, pemberdayaan, dan pengembangan potensi pemuda berdasarkan kewenangan dan tanggung jawabnya sesuai dengan karak- teristik dan potensi daerah masing-masing (UU No 40 Tahun 2009).

Pemberdayaan adalah sebuah proses yang menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya (Suharto, 2010). Pemberdayaan merupakan suatu proses belajar dengan melepas hal-hal yang telah dimiliki, dengan tujuan membantu orang yang menjalaninya, untuk membetulkan dan mengembangkan pengetahuan dan kecakapan yang baru untuk mencapai tujuan hidup dan kerja, yang sedang dijalani, secara lebih efektif. (Wulandari, 2016)

(29)

Pemberdayaan seharusnya mencakup partisipasi masyarakat, peningkatan kapasitas masyarakat dan menumbuh kembangkan potensi sosial budaya guna mencapai kemandirian masyarakat (Hikmat dalam Prihantoro, 2013).

Sektor kepariwisataan yang membutuhkan pengembangan, juga memerlukan para pemuda yang berjuang mengembangkan sektor tersebut sehingga dapat dimanfaatkan untuk menyejahterakan masyarakat. Pembinaan generasi muda sejak dini atau kaderisasi pemuda yang bertugas untuk memajukan industri kepariwisataan di daerahnya sangat diperlukan. Sampai saat ini upaya pemerintah baik pusat, provinsi, dan kabupaten/kota untuk melibatkan pemuda dalam memajukan industri kepariwisataan. (Wulandari, 2016)

Dhanani (2009) memandang bahwa kegiatan pemberdayaan pemuda harus mengarah pada peningkatan keterampilan, pembimbingan dan berbagi (sharing) pengalaman dari pihak profesional. Terciptanya tanggung jawab, kewenangan dan hak pemuda di masyarakat secara lebih spesifik terbentuk melalui partisipasi pemuda dalam setiap upaya perubahan dan pembangunan masyarakat.

Keterlibatan pemuda dalam kerja-kerja komunal di masyarakat harus didukung oleh tersedianya akses dan keterjangkauan pemuda untuk terlibat di dalamnya. Mikkelsen (1999) memandang partisipasi sebagai kontribusi sukarela, kemauan menerima dan kemampuan untuk menanggapi, keterlibatan sukarela, suatu proses yang aktif, inisiatif dan kebebasan memilih, pemantapan dialog dalam persiapan, monitoring pelaksanaan dan keterlibatan dalam pembangunan.

(Lestari, 2016)

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, peranan adalah perangkat harapan-

(30)

harapan yang dikenakan pada individu atau kelompok untuk melaksanakan hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh pemegang peran sesuai dengan yang diharapkan masyarakat. Setiap orang memiliki macam-macam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya. Hal ini sekaligus berarti bahwa peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat, serta

kesempatan-kesempatan apa yang diberikan oleh masyarakat atau lingkungannya kepadanya.

Peran, tanggung jawab, dan hak pemuda menuntut pemuda berperan aktif sebagai kekuatan moral, Kontrol Sosial, dan agen perubahan dalam segala aspek pembangunan nasional.

Beberapa Peran pemuda dalam masyarakat :

1. Sebagai kekuatan moral, yaitu diwujudkan dengan menumbuh kembangkan aspek etik dan moralitas dalam bertindak, memperkuat iman dan takwa serta ketahanan mental-spiritual, dan/atau Meningkatkan kesadaran hukum.

2. Sebagai kontrol sosial, yaitu melancarkan atau pun memajukan pembangunan disegala bidang yang bersifat fisik maupun non fisik.

3. Sebagai agen perubahan, yaitu mengadakan perubahan dalam masyarakat kearah yang lebih baik dan bersifat kemanusiaan.

(31)

2.5 Pengertian Pariwisata

Menurut Undang-undang No. 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan, yang dimaksud pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multi disiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah, dan pengusaha.

Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 tahun 2009, daya tarik wisata dijelaskan sebagai segala sesuatu yang memiliki segala keunikan, kemudahan dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau kunjungan wisatawan. Dengan kata lain daya tarik wisata adalah sifat yang dimiliki oleh suatu objek atau daerah berupa keunikan, keaslian, kelangkaan, lain dari pada yang lain, memiliki sifat yang menumbuhkan semangat dan nilai bagi wisatawan. (Marpaung & Sahla, 2017)

Pariwisata adalah serangkaian kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh perorangan atau keluarga ataupun kelompok dari tempat tinggal asalnya ke berbagai tempat lain dengan tujuan melakukan kunjungan wisata dan bukan untuk bekerja atau mencari penghasilan di tempat tujuan. (Soedarso, 2014)

Pengertian pariwisata menurut Norval dalam Muljadi dan Nurhayati (2002, h.80) adalah keseluruhan kegiatan yang berhubungan dengan masuk, tinggal, dan pergerakan penduduk asing di dalam atau di luar suatu negara, kota, atau wilayah

(32)

tertentu. Menurut definisi yang lebih luas yang dikemukakan oleh Kodhyat (1983) pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat lain bersifat sementara, dilakukan perorangan atau kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam, dan ilmu. Selanjutnya menurut Musanef (1995) mengartikan pariwisata sebagai suatu perjalanan yang dilaksanakan untuk sementara waktu, yang dilakukan dari satu tempat ke tempat yang lain untuk menikmati perjalanan bertamasya dan berekreasi.

Menurut Yoeti (2008) pariwisata harus memenuhi empat kriteria di bawah ini, yaitu:

1) perjalanan dilakukan dari suatu tempat ke tempat lain, perjalanan dilakukan di luar tempat kediaman di mana orang itu biasanya tinggal;

2) tujuan perjalanan dilakukan semata-mata untuk bersenang-senang, tanpa mencari nafkah di negara, kota atau DTW yang dikunjungi.

3) uang yang dibelanjakan wisatawan tersebut dibawa dari negara asalnya, di mana dia bisa tinggal atau berdiam, dan bukan diperoleh karena hasil usaha selama dalam perjalanan wisata yang dilakukan; dan

4) perjalanan dilakukan minimal 24 jam atau lebih.

5) Dalam pengertian kepariwisataan terdapat empat faktor yang harus ada dalam batasan suatu definisi pariwisata. Faktor-faktor tersebut adalah perjalanan itu dilakukan dari satu tempat ke tempat lain, perjalanan itu harus dikaitkan dengan orang-orang yang melakukan perjalanan wisata semata- mata sebagai pengunjung tempat wisata tersebut. (Primadani, 2015)

(33)

2.5. Pengertian Pemasaran 2.5.1. Pengertian Pemasaran

Pemasaran dalam arti sempit oleh para pengusaha sering di artikan sebagai pendistribusian, termasuk kegiatan yang dibutuhkan untuk menempatkan produk yang berwujud pada tangan konsumen rumah tangga dan pemakai industri.

Pengertian ini tidak mencakup kegiatan mengubah bentuk barang . Akan tetapi pengertian tentang pemasaran sebenarnya lebih luas dari kegiatan tersebut.Dari pandangan lain, pemasaran diartikan sebagai kegiatan penciptaan dan penyerahan tingkat kesejahteraan hidup kepada anggota masyarakat. Konsep terlalu luas mengenai pengertian pemasaran ini menimbulkan adanya kekaburan terutama dalam mempelajarinya. Oleh karena itu, timbullah berbagai usaha yang menggunakan berbagai pendekatan dalam rangka mempelajari dan mendalaminya.

Pemasaran telah didefenisikan dalam berbagai pengertian seperti telah diutarakan diatas. Menurut American Marketing Association,pemasaran diartikan sebagai hasil prestasi kerja kegiatan usaha yang langsung berkaitan dengan mengalirnya barang atau jasa dari produsen ke konsumen .Pengertian ini hampir sama dengan kegiatan distribusi, sehingga gagal menunjukkan asas-asas pemasaran, terutama dalam menentukan barang atau jasa apa yang dihasilkan. Hal ini terutama disebabkan karena pengertian pemasaran diatas tidak menunjukkan kegiatan usaha yang khusus terdapat dalam pemasaran.

Pengertian lain adalah yang menyatakan pemasaran sebagai usaha untuk menyediakan dan menyampaikan barang dan jasa yang tepat kepada orang-orang yang tepat pada tempat dan waktu serta harga yang tepat dengan promosi dan

(34)

komunikasi yang tepat. Pengertian atau defenisi ini memberikan suatu gagasan kegiatan tertentu yang dilakukan oleh para tenaga pemasaran. Akan tetapi, pengertian ini ternyata gagal menentukan kegiatan pemasaran secara luas, yang mencakup tidak hanya barang dan jasa yang terbatas. Oleh karena itu, terdapat pengertian atau defenisi lain yang lebih luas tentang pemasaran, yaitu sebagai usaha untuk menciptakan dan menyerahkan suatu standar kehidupan. Pengertian ini berbeda dengan yang sebelumnya, karena penekanannya pada pandangan makro atau sosial dari pemasaran.

Disamping pengertian yang telah disebutkan diatas, terdapat pengertian yang sering digunakan dalam pembahasan tentang pemasaran, pengertian tersebut menyatakan pemasaran sebagai kegiatan manusia yang diarahkan untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran.

Berdasarkan pengertian ini, pembahasan tentang pemasaran dapat lebih jelas dan terbatas dalam pembatasan yang tegas, terkait dengan kegiatan pemasaran yang berlaku universal. (Assauri, 2004)

Pemasaran pariwisata adalah suatu proses sosial dan manajerial dimana wisatawan dan penyedia jasa wisata mendapatkan kebutuhan dan keinginanannya melaluipertukaran. Penyedia jasa menciptakan, menawarkan jasa wisata, dan bertukar jasa wisata yang berkualitas (nilai) yang ditawarkan sehingga kedua belah pihak memperoleh kepuasan.

Pemasaran kepariwisataan dapat dipersamakan dengan pemasaran jasa lainnya seperi jasa keuangan ( finance service), jasa eceran (retailing services), jasa perdagangan (commercial services) dan sebagainya. Ada beberapa hal yang membuat pemasaran pariwisata berbeda dengan pemasaran barang (marketing of

(35)

industrial atau consumer goods) yakni; intanggibility, perishability, heterogeneity, inseparability dan lack of ownership(Morrison, 1996).

Jadi dapat dijelaskan dari model dasar pariwisata bahwa sektor pariwisata mencakup kegiatan bisnis yang luas dan merupakan peluang kegiatan pariwisata yang luas juga bagi wisatawan. (Ginting, 2011)

2.5.2. Strategi dalam Pemasaran Pariwisata

Kotler dan Amstrong (2008), mendefinisikan bahwa strategi pemasaran adalah logika pemasaran dimana unit bisnis berharap untuk menciptakan nilai dan memperoleh keuntungan dari hubungannya dengan konsumen. Kurtz (2008), mendefinisikan bahwa strategi pemasaran adalah keseluruhan program perusahaan dalam menentukan target pasar dan memuaskan konsumen dengan membangun kombinasi elemen dari marketing mix (produk, distribusi, promosi, dan harga).

Kotler dan Amstrong (2008), mendefinisikan bahwa strategi pemasaran pariwisata adalah suatu kumpulan perencanaan alat pemasaran taktis terkendali yang dipadukan perusahaan atau kelompok industri pariwisata untuk menghasilkan respon yang diinginkan di pasar sasaran.

Menurut Diarta (2009), mendefinisikan bahwa pariwisata sebagai layanan khusus yang menyediakan produk layanan atau jasa. Sedangkan menurut Spillane dalam Wahid (2015), mendefinisikan bahwa pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam, dan ilmu.

Strategi pemasaran mempunyai peranan yang sangat penting untuk keberhasilan usaha perusahaan umumnya dan bidang pemasaran khususnya. Di

(36)

samping itu, strategi pemasaran yang ditetapkan harus ditinjau dan dikembangkan sesuai dengan perkembangan pasar dan lingkungan pasar tersebut. Dengan demikian, strategi pemasaran harus dapat memberi gambaran yang jelas dan terarah tentang apa yang akan dilakukan perusahaan dalam menggunakan setiap kesempatan atau peluang pada beberapa pasar sasaran. Dalam hal ini dibutuhkan dunia bagian yang sangat penting dan saling berkaitan, untuk mencapai keberhasilan kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh suatu perusahaan, yaitu sasaran pasar yang dituju (target market), dan acuan pemasaran yang dijalankan (marketing mix) untuk sasaran pasar tersebut. (Assauri, 2004)

Analisis SWOT merupakan salah satu instrument yang tepat untuk merumuskan strategi. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), sekaligus berperan sebagai alat untuk minimalisasi kelemahan (weaknesses) yang terdapat dalam tubuh organisasi dan menekan dampak ancaman (threats) yang timbul dan harus dihadapi (Siagian, 2008). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan, misi, tujuan, strategi, dan kebijakan. Dengan demikian perencanaan strategis harus menganalisis faktor- faktor strategis (kekuatan, kelemahan, peluang, ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini.(Hidayat, 2011)

Pemasaran pariwisata berarti merancang pariwisata untuk dapat memenuhi kebutuhan pasar sasaran. Rancangan pariwisata ini akan berhasil bila masyarakat daerah wisata dan pelaku bisnis pariwisata merasa senang, dan dapat memenuhi harapan-harapan wisatawan dan penanam modal. Strategi perbaikan pariwisata adalah merancang prasarana, jasa pariwisata, dan atraksi-atraksi yang dapat

(37)

dipandang sebagai “Building Blok” untuk strategi bersaing yang spesifik. Untuk mengadopsi pendekatan perencanaan pasar strategis dalam persaingan pariwisata perhatian harus ditujukan terhadap fitur-fitur dan atribut-atribut yang dapat menghasilkan landasan strategi pemasaran(Kotler,1993).

Filosofi dalam strategi pemasaran pariwisata Sumatera Utara seyogianya beranjak dari konsep pemasaran sosial Kotler et.al.(1999) yang menyatakan sebagai berikut: konsep pemasaran sosial ini harus menentukan kebutuhan, keinginana, dan kepentingan pasar sasaran dan memberikan kepuasan yang diinginkan lebih efektif dan efisien dari pesaing didalam mempertahankan dan memperbaiki kesejahteraan konsumen dan masyarakat. Jadi strategi pemasaran pariwisata Sumatera ini harus dapat menghasilkan kepuasan wisatawan, pelaku bisnis, dan masyarakat. (Ginting, 2011)

2.6 Pengembangan Wilayah

Konsep pengembangan wilayah di Indonesia lahir dari suatu proses interaktif yang menggabungkan dasar-dasar pemahaman teoritis dengan pengalaman-pengalaman praktis sebagai bentuk penerapannya yang dinamis. Dengan kata lain, konsep pengembangan wilayah di Indonesia merupakan penggabungan dari berbagai teori dan model yang selalu berkembang yang telah diujiterapkan. Selanjutnya dirumuskan kembali menjadi suatu pendekatan yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan pembangunan di Indonesia. (Hariyanto, 2007)

Pengembangan wilayah merupakan suatu proses untuk mengarahkan segala potensi wilayah yang bersangkutan untuk didayagunakan secara terpadu untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Proses pendayagunaan itu biasanya berupa kombinasi dari pengerahan beberapa faktor yang saling menunjang terhadap satu

(38)

sama lain sehingga dapat diperoleh hasil tertentu. Menurut Ndaraha (2002)

“Pengembangan wilayah adalah kombinasi antara pendayagunaan potensi manusia untuk mengolah sumber daya alam yang terdapat dalam wilayahnya".

Jadi dapat diartikan pengembangan wilayah adalah suatu usaha untuk mengeksplorasi suatu sumber energi tertentu yang pertumbuhan mengacu pada pandangan ekonomi neo-klasik. Pembangunan dapat dimulai hanya dalam beberapa sektor yang dinamis, mampu memberikan output rasio yang tinggi dan pada wilayah tertentu, yang dapat memberikan dampak yang luas (spread effect) dan dampak ganda (multiple effect) pada sektor lain dan wilayah yang lebih luas.

(Nugraha, 2012)

Pengembangan wilayah merupakan salah satu cara untuk mencapai keberhasilan pelaksanaan pembangunan. Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2018, maka pengembangan wilayah akan ditujukan pada pertumbuhan dan pemerataan pembangunan. Pertumbuhan pembangunan daerah pada tahun 2018 akan didorong melalui pertumbuhan peranan sektor jasa-jasa, sektor industri pengolahan dan sektor pertanian. Peningkatan kontribusi sektor- sektor tersebut dilakukan seiring dengan terus dikembangkannya kawasan- kawasan strategis di wilayah yang menjadi main prime mover (pendorong pertumbuhan utama) antara lain Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Kawasan Industri, Kawasan Perkotaan (megapolitan dan metropolitan), Kawasan Pariwisata serta Kawasan yang berbasis pertanian dan potensi wilayah seperti agropolitan dan minapolitan. (Heryansyah, 2017)

(39)

2.7 Penelitian Terdahulu

NO NAMA JUDUL HASIL

1 Nagib Laila

Widodo, YbDaliyo, Sri Rahayu

Kualitas SDM

Pariwisata Era OTDA dan Globalisasi

Bahwa perjalanan panjang dari kehidupan pariwisata, khususnya SDM pariwisata yang berkualitas di D.I Yogyakarta, sangat didukung oleh faktor sosial-budaya

masyarakat seperti sikap keterbukaan masyarakat terhadap wisatawan yang berkunjug. Oleh karena itu, keberadaan industri pariwisata sangat berpotensi dalam menggerakkan dan menghidupkan lapangan kerja diberbagai sektor seperti perhotelan, rumah makan, biro perjalanan, industri pengolahan

kerajinandan sektor jasa lainnya.

2 Paham Ginting Pemasaran Pariwista Studi Empiris Tentang

Kepuasan dan

Kunjungan Berkelanjutan

Pariwisata Sumatera Utara

Bahwa sektor pariwisata mencakup kegiatan bisnis yang luas dan merupakan peluang kegiatan pariwisata yang luas juga bagi wisatawan. Hal-hal yang mendasari perusahaan yang menawarkan jasa pariwisata adalah berbagai alasan mengapa orang ingin melakukan perjalanan.

3 Rismawati

Peran duta wisata dalam strategi pemasaran pariwisata di kota samarinda

(studi kasus duta

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa Duta Wisata Kota Samarinda memasarkan pariwisata dengan promosi dan publikasi.

(40)

wisata samarinda 2017) Duta Wisata Kota Samarinda membuat program “Children for Tourism” sebagai kegiatan sosialisasi yang merupakan wisata edukasi dan rekreasi untuk kalangan pelajar sebagai calon penerus bangsa. Selain itu, Duta Wisata Kota Samarinda juga sebagai marketing communication dan public relaltion dari Dinas Pariwisata Kota Samarinda bagi calon wisatawan yang akan berkunjung ke Kota Samarinda.

4 Husni Muharram Ritonga, Nashrudin Setiawan, Miftah Elfikri, Maya Macia Sari

Strategi Pemasaran Wisata Kecamatan Bandar Pasir Mandoge Asahan

Kekayaan sumber daya alam salah satunya wisata alam, keunikan alam atau keindahan alam lainnya yang dimiliki oleh Indonesia merupakan anugerah.

Potensi wisata alam tersebut perlu dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-

besarnya bagi

kesejahteraan rakyat melalui upaya strategi pemasaran untuk meningkatkan jumlah wisata yang berkunjung.

5 Khusnul Khotimah, Wilopo, Luchman Hakim

Strategi Pengembangan Destinasi Pariwisata Budaya (Studi Kasus pada kawasan Situs Trowulan sebagai Pariwisata Budaya Unggulan di Kabupaten Mojokerto)

Hasil dari penulisan ini adalah tersusunnya strategi yang dapat digunakan dalam pengembangan destinasi pariwisata budaya di kawasan situs Trowulan

meliputi 1).

Pengemasan produk daya tarik wisata melalui paket wisata minat khusus. 2).

Pengembangan

(41)

Destination Image. 3).

Pengembangan promosi melalui media cetak maupun elektronik dan mengikuti event-event

nasional. 4).

Pengembangan

aksesibilitas jalan, transportasi, petunjuk arah. 5). Pengembangan amenitas berupa hotel, homestay, pusat informasi pariwisata dan pusat seni kerajinan. 6).

Penambahan fasilitas pendukung berupa klinik kesehatan, pos keamanan pariwisata, money changer, ATM.

7). Pembentukan badan pengelola kawasan situs Trowulan dan 8).

Pengembangan SDM di bidang pariwisata.

6 Hariyanto dan

Tukidi Konsep Pengembangan

Wilayah dan

PenataanRuang

Indonesia di Era Otonomi Daerah

Konsep

pengembangan wilayah dan penataan ruang yang begitu banyak,perlu

dipadukan dalam implementasinya mengingat keragaman potensi fisik-sosial- ekonomi-dan

budaya.Pada bagian selanjutnya,dipaparka n isu-isu strategi penyelenggaraan penataan ruang di Indonesia kaitanya dengan pelaksanaan otonomi daerah.Pada bagian akhir dari

tulisan ini

disampaikan

kebijakan dan strategi penataan ruang yang

(42)

dilakukan pemerintah

dalam upaya

mewujudkan tujuan

dan sasaran

pengembangan

wilayah sekaligus mengatasi berbagai permasalahan aktuan pembangunan

2.8. Kerangka Berfikir

Pengembangan kepariwisataan pada umumnya diarahkan sebagai sektor andalan dan unggulan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan daerah, memberdayakan perekonomian masyarakat, memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan tetap memelihara kepribadian bangsa, nilai-nilai agama, serta kelestarian fungsi dan mutu lingkungan hidup.

Demikian pula peran pemuda dalam pemasaran kawasan wisata Ponot yang ada di Kabupaten Asahan, diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat lokal. Wisatawan memiliki

beragam motif, minat, karakteristik sosial, ekonomi, dan budaya yang berbeda-beda dan menjadikan mereka pihak yang menciptakan permintaan produk dan jasa wisata. Wisatawan adalah konsumen atau pengguna produk dan layanan. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan mereka berdampak pada kebutuhan wisata, dalam hal ini adalah permintaan wisata.Untuk mengetahui kerangka pemikiran dalam penelitian ini, dapat dilihat pada gambar2.1 berikut:

(43)

Gambar 2.1. Bagan Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pemikiran Pemasaran

Pariwisata Air Terjun Ponot

Pengembangan Wilayah 1. Kekuatan Moral

2. Kontrol Sosial 3. Agen Perubahan

Undang-Undang Nomor 40Tahun 2009

Tentang Pemuda

Peran Pemuda Faktor

Eksternal Faktor Internal

(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Bentuk Penelitian

Penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian kuantitatif. Penelitian kualitatif sering disebut dengan penelitian naturalistik, etnografik, studi kasus atau fenomenologi. Penelitian kualitatif menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan tentang orang-orang atau perilaku yang dapat di amati. Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata, bukan dalam bentuk angka (Depdiknas,2008).

Data kualitatif diperoleh melalui berbagai macam teknik pengumpulan data misalnya wawancara, analisis dokumen, diskusi terfokus, atau observasi yang telah dituangkan dalam catatan lapangan (transkrip). Bentuk lain data kualitatif adalah gambar yang peroleh melalui pemotretan atau rekaman video. (Sahid, 2011)

Miles dan Hubermen (1984), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh. Ukuran kejenuhan data ditandai dengan tidak diperolehnya lagi data atau informasi baru.Aktivitas dalam analisis meliputi reduksi data (data reduction), penyajian data (data display) serta Penarikan kesimpulan dan verifikasi(conclusion drawing / verification).

(Sahid, 2011)

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada pemuda Asahan yaitu Kecamatan Aek Songsongan, Kabupaten Asahan.

(45)

3.3.Waktu Penelitian

Waktu penelitian untuk Peran Pemuda dalam Pemasaran Pariwisata Air Terjun Ponot untuk Pengembangan Wilayah di Kabupaten Asahan dilakukan pada bulan oktober 2019 sampai dengan februari 2020.

3.3 Metode Pengumpulan Data dan Analisi Data 3.3.1 Metode Pengumpulan Data

Metode merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan suatu cara kerja (sistematis) untuk memahami suatu subjek atau objek penelitian, sebagai upaya untuk menemukan jawaban yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan termasuk keabsahannya. (Rosdy Ruslan,2003).

Data yang muncul berwujud kata-kata dan bukan rangkaian angka. Data itu mungkin telah dikumpulkan dalam aneka macam cara (observasi, wawancara, intisari dokumen, pita rekaman), dan yang biasanya diproses kira-kira sebelum siap digunakan (melalui pencatatan, pengetikan, penyuntingan, atau alih tulis, tetapi analisis kualitatif tetap menggunakan kata-kata, yang biasanya disusun kedalam teks yang diperluas. (Miles, 1992)

Ada beberapa aneka macam cara metode mengumpulkan data dalam penelitian ini, diantaranya :

1. Observasi

Pada tahap observasi, peneliti mendatangi lokasi dan melakukan pengamatan langsung dengan penglihatan yang akan dijadikan penelitian. Peneliti melakukan observasi diwilayah wisata Air Terjun Ponot. Pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan dalam bentuk partisipatif.

2. Wawancara

(46)

Adapun jenis wawancara yang dilakukan peneliti adalah wawancara langsung, dengan bentuk wawancara yang akan ditanyakan langsung kepada informan dalam penelitian.

3. Dokumentasi

Peneliti mengumpulkan data dengan cara mendokumentasikan segala hal yang berhubungan dengan penelitian.Media yang digunakan dalam studi dokumentasi yaitu:

1.Seperangkat alat tulis untuk mencatat hal-hal yang penting mengenai penelitian ini.

2.Handphone media untuk merekam pada saat wawancara bersama informan.

3.Kamera digital untuk mengambil gambar penting pada saat penelitian berlangsung.

3.3.2 Analisis Data

Secara umum Miles dan Huberman (1984) beranggapan bahwa analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu:reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/ verifikasi. Berikut tahapanalisis data menurut Miles dan Huberman(1984):

1. Data Condensation,

Langkah pertama yang dilakukan peneliti dalam menganalisis Peran pemuda dalam pemasaran Pariwisata Air Terjun Ponot dalam pelaksanaan reduksi data adalah mentranskrip semua hasil wawancara dengan informan dan memilah hasil transkrip tersebut sesuai dengan kebutuhan dalam

(47)

penelitian. Peneliti akan menyesuaikan kebutuhan akan informasi tersebut merujuk pada perumusan masalah.

2. Data Display

Peneliti membatasi suatu “penyajian” sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam tahapan kedua ini peneliti akan menggabungkan berbagai informasi yang terkait dengan peran pemuda dalam pemasaran Pariwisata Air Terjun Ponot.

3. Ketiga, dalam analisis selama pengumpulan data adalah pembuatan catatan obyektif. Peneliti mencatat sekaligus mengklasifikasikan dan mengedit jawaban wawancara informan dalam hal ini adalah informan yang telah terpilih yaitu pengelola wisata Air Terjun Ponot, pemuda, masyarakat, Kabid bagian pemuda dan pariwisata Dispora Kabupaten Asahan, ketua KNPI Asahan sesuai situasi sebagaimana adanya, faktual atau obyektif- deskriptif.

4. Keempat, membuat catatan reflektif. Menuliskan apa yang terangan dan terfikir oleh peneliti dalam sangkut paut dengan catatan obyektif tersebut diatas. Dan telah dipisahkan antara catatan obyektif dan catatan reflektif 5. Kelima, membuat catatan marginal. Peneliti memisahkan komentar

peneliti mengenai subtansi dan metodologi. Komentar subtansial merupakan catatan marginal terkait data Pariwisata Air Terjun Ponot 6. Keenam, penyimpanan data. Untuk menyimpan data ada tiga hal yang

diperhatikan oleh peneliti:

a. Pemberian label

(48)

b. Mempunyai format yang uniform dan normalisasi tertentu c. Menggunakan angka indeks dengan sistem terorganisasi baik.

7. Ketujuh, analisis data selama pengumpulan data merupakan pembuatan memo. Memo yang berisi teoritisasi ide atau konseptualisasi ide, dimulai dengan pengembangan pendapat atau porposisi terkait Pemasaran Pariwisata Air Terjun Ponot.

8. Kedelapan, analisis antarlokasi.

Studi dilakukan pada Pariwisata Air Terjun Ponot dan Pariwisata Sampuran Harimau.

9. Kesembilan, pembuatan ringkasan sementara antar lokasi. Isinya lebih bersifat matriks tentang ada tidaknya data yang dicari pada setiap lokasi.

Table 3.1 Peran Pemuda Dalam Pemasaran Pariwisata Air Terjun Ponot Untuk Pengembangan Wilayah Dikabupaten Asahan Peran

Pemuda Asahan

Kriteria/Kategori Indikator

Sebagai Kekuatan

Moral

a. Menumbuhkembangkan aspek etik dan moralitas dalam bertindak pada setiap dimensi kehidupan kepemudaan.

b. Memperkuat iman dan takwa serta ketahanan mental-spiritual; dan/atau

a. Ketua pengelola M.Imron selalu menekankan kepada pengelola dan pemuda agar selalu

mengutamakan sikap kesopanan kepada para wisatawan yang datang.

b. Pengelola dan pemuda setempat selalu

menginformasikan kepada wisatawan bahwasannya air

(49)

c. Meningkatkan kesadaran hukum.

yang berasal dari air terjun ponot berkhasiat dalam menyembuhkan berbagai macam penyakit walaupun begitu mereka juga mengatakan bahwa kesembuhan hanya milik Allah melalui air ini adalah sebuah ikhtiar.

c. Selama wisata air Terjun Ponot dibuka, belum pernah terjadi kehilangan ataupun pencurian milik barang wisatawan.

Karena ketua pengelola dan pemuda selalu mengedepankan kejujuran dan menjunjung tinggi hukum.

Sebagai Kontrol Sosial

a. Memperkuat wawasan kebangsaan.

b. Membangkitkan kesadaran atas tanggung jawab, hak, dan kewajiban sebagai warga negara.

a. Pemuda Desa Tangga sering didelegasikan oleh pemerintah Desa untuk mengikuti seminar ataupun pelatihan mengenai pariwisata.

b. Pemuda Desa Tangga memiliki kesadaran akan menjaga

kebersihan dilingkungan sekitar yang tercermin

bahwasannya lingkungan selalu

(50)

c. Membangkitkan sikap kritis terhadap lingkungan dan penegakan hukum.

d. Meningkatkan partisipasi dalam perumusan kebijakan publik.

e. Menjamin transparansi dan akuntabilitas publik; dan/atau f. Memberikan kemudahan akses

informasi.

terlihat bersih.

c. Pemuda Desa Tangga akan secara tegas menegur dan memberi sanksi bagi wisatawan yang membuang sampah

sembarangan, merusak hutan, dan memancing dengan alat yang merusak sungai.

d. -

e. –

f. Pengelola membangun posko-posko informasi,

menggunakan alat telekomunikasi dalam pertukaran informasi yang berkaitan dengan pariwisata air terjun Ponot.

Sebagai Agen Perubahan

a. Pendidikan politik dan demokratisasi;

b. Sumber daya ekonomi;

a. –

b. Para pemuda Desa Tangga mulai menggeluti usaha- usaha kecil disekitaran

Pariwisata Air Terjun Ponot dengan berjualan pernak-pernik, makanan ringan, kafe-kafe kecil dan

(51)

d. Kepedulian terhadap masyarakat;

d. Ilmu pengetahuan dan teknologi;

e. Olahraga, seni, dan budaya;

f.Kepedulian terhadap lingkungan hidup;

g.Pendidikan kewirausahaan;

dan/atau

jasa perbengkelan yang tentu saja mendongkrak keadaan perekonomian mereka.

c. Di Desa Tangga telah terjadi beberapa kali bencana bumi yaitu banjir bandang, dan para pemuda Asahan

akan bahu-

membahu datang untuk

berpartisipasi dan menolong para korban.

d. –

e. Pemuda dan masyarakat sekitar sering mengadakan pagelaran seni, budaya, lomba olahraga seperti arung jeram

f. Pemuda dan masyarakat sekitar selalu menjaga kebersihan dan menghimbau kepada pengunjung juga agar menjaga kebersihan. Tidak merusak hutan, tidak menebang pohon tidak mencemari air.

g. Dalam hal kewirausahaan sendiri pemuda Desa Tangga sudah memulainya dengan membuka

(52)

h. Kepemimpinan dan kepeloporan pemuda.

usaha seperti jasa bengkel, menjual kerajinan tangan dan pernak-pernik untuk oleh-oleh, membuka warung-

warung di

sekitaran lokasi pariwisata.

h. -

Tabel 3.1. Peran Pemuda Asahan Pada Pemasaran Pariwisata Air Terjun Ponot Untuk Pengembangan Wilayah di Kabupaten Asahan

3.3.3 Informan

Subjek penelitian menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Informan penelitian ini meliputi dua macam yaitu:

1. Informan utama

Mereka yang terlibat secara langsung dalam interaksi sosial yang diteliti.

2. Informan tambahan

Mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang sedang diteliti.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan informan utama dan informan tambahan yaitu sebagai berikut:

(53)

1. Informan Kunci, yaitu :

a. Pengelola wisata Air Terjun Ponot Kabupaten Asahan.

2. Informan tambahan, yaitu:

a. Pemerintah Desa Tangga Kecamatan Aek Songsongan.

b. Wisatawan c. Masyarakat

d. Pemerintah Kabupaten Asahan e. Ketua KNPI Asahan

(54)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Sebelum dipaparkan pembahasan hasil penelitian, terlebih dahulu akan dipaparkan tentang gambaran umum lokasi dan gambaran yang terkait dengan Peran Pemuda dalam Pemasaran Pariwisata Air Terjun Ponot untuk pengembangan wilayah di Kabupaten Asahan sebagai dasar bagi proses lebih lanjut dalam pemahaman yang akan diungkapkan dalam penelitian ini.

4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum

Asahan merupakan salah satu Tujuan Wisata Provinsi Sumatera Utara, hal ini dikarenakan obyek wisata yang dimiliki Asahan banyak yang begitu Indah. Asahan memiliki sejumlah obyek wisata alam yang memiliki daya tarik tersendiri, seperti wisata alam arung jeram dan wisata alam air terjun yang masih alami tetapi belum dikelola dengan baik oleh Pemerintah Daerah.

Jumlah Hotel Asahan Tahun 2018 sebanyak 25 hotel dengan jumlah kamar sebanyak 839 kamar dan jumlah tempat tidur sebanyak 1.450 tempat tidur. Asahan memiliki 2 (dua) Hotel Bintang, yaitu Sabty Garden Hotel dan Hotel Nusa Indah. Tingkat Penghunian Kamar Hotel (TPK) Tahun 2018 sebesar 32,93 persen. Rata-rata Lama Inap Tamu Hotel selama 1 sampai 2 hari.

Gambar

Gambar 2.1. Bagan Kerangka Pemikiran
Table 3.1 Peran Pemuda Dalam Pemasaran Pariwisata Air Terjun  Ponot Untuk Pengembangan Wilayah Dikabupaten Asahan  Peran  Pemuda  Asahan  Kriteria/Kategori  Indikator  Sebagai  Kekuatan  Moral
Tabel 3.1. Peran  Pemuda Asahan Pada Pemasaran Pariwisata Air Terjun  Ponot Untuk Pengembangan Wilayah di Kabupaten Asahan
Table  4.1  Berikut  ini  beberapa  tempat  wisata  yang  ada  di  Kabupaten  Asahan:
+6

Referensi

Dokumen terkait

Inovasi tambahan dapat memungkinkan perusahaan untuk memasuki pasar baru dengan memperbaiki produk untuk pelanggan baru, menggunakan variasi produk inti untuk

10 Aqiila Rafi Pratama SMPN 9 Kota Probolinggo 9. 11 Dzar Ghifary SMPN

Penelitian ini bertujuan untuk megetahui pengaruh gaya hidup, kualitas produk dan harga terhadap minat beli smartphone Xiaomi pada mahasiswa Universitas Sanata Dharma

dicanangkan sejak tahun 2002 lalu, dengan tujuan utama Agropolitan Dataran Tinggi Bukit Barisan Sumatera Utara pada Tahun 2016 mencapai target sebesar US$ 3,000 per kapita per

Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” Berdasarkan firman

Dengan metode SPC, sebagai pengendalian produksi yang baik, perusahaan diharapkan mampu menerapkan metode tersebut dengan baik dalam pengawasan atas sistem produksi sehingga akan

The calibration of the cameras has shown that over the format of the iPad and iPhone sensor the Canon EOS 5D Mk II has significantly smaller radial lens

Bahasa Inggris hukum sendiri merupakan mata kuliah baru di fakultas Hukum UNNES, sehingga perlu strategi yang tepat dalam proses peng- ajarannya. Di samping itu, juga karena