• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL INKUIRI TERBIMBING DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATEMATIKA PESERTA DIDIK DI MI NO. 29/E.3 HIANG TINGGI. Hukmiah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH MODEL INKUIRI TERBIMBING DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATEMATIKA PESERTA DIDIK DI MI NO. 29/E.3 HIANG TINGGI. Hukmiah"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Edu Research

Indonesian Institute For Corporate Learning And Studies (IICLS) Page 30 PENGARUH MODEL INKUIRI TERBIMBING DALAM MENINGKATKAN

PEMAHAMAN MATEMATIKA PESERTA DIDIK DI MI NO. 29/E.3 HIANG TINGGI

Hukmiah

MI No. 29/E.3 Hiang Tinggi miahhukmiah33@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemahaman masalah siswa pada pembelajaran matematika. Disamping itu dapat pula digunakan sebagai inovasi dan lebih kreatif dalam mengembangkan model pembelajaran matematika dan menambah wawasan dengan penerapan model Inkuiri Terbimbing. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila sudah mengalami peningkatan antara kemampuan memecahkan masalah dari kondisi awal. Untuk menentukan ketercapaian tujuan peneliti, peneliti merumuskan indikator keberhasilah tindakan. Indikator keberhasilan merujuk pada kemampuan pemahaman masalah siswa pada pembelajaran matematika yang melalui hasil tes dilakukan pada setiap tahap. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila terjadi peningkatan kemampuan pemahaman masalah siswa pada pembelajaran matematika menggunakan model Inkuiri Terbimbing. Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa kemampuan pemahaman masalah siswa kelas VI MI No. 29/E.3 Hiang Tinggi terkait indikator yang pertama pemahaman masalah, kedua merencanakan cara penyelesaiannya, ketiga melaksanakan rencana, dan keempat menafsirkan hasil. Dari keempat indikator ini, terihat sebagian besar siswa memiliki kemampuan pemahaman masalah yang sangat baik. Hal ini dilihat dari siswa yang telah memecahkan masalah sesuai dengan skala penilaian yang ditetapkan baik dalam kegiatan kelompok maupun dari hasil siswa dalam mengerjakan soal evaluasi.

Selanjutnya, siswa sudah bisa menyebutkan dan menuliskan apa yang diketahui dan ditanya dari soal/masalah, serta produser atau langkah-langkah apa yang cocok untuk menyelesaikan masalah tersebut dan menuliskan kesimpulan dari pemahaman yang sudah diselesaikan.

KATA KUNCI : Model Inkuiri Terbimbing, Meningkatkan Pemahaman, Matematika, MI No.

29/E.3 Hiang Tinggi

(2)

Jurnal Edu Research

Indonesian Institute For Corporate Learning And Studies (IICLS) Page 31 PENDAHULUAN

Pembelajaran matematika bertujuan untuk meningkatkan minat siswa dalam mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan berpikir tentang alam seisinya yang penuh dengan rahasia yang tiada habisnya. Pendidikan matematika di MI ini harus diterapkan secara konsisten dan berorientasi pada pengembangan keterampilan proses, pengembangan konsep, aplikasi dan isu sosial yang berdasarkan pada matematika Carin (dalam Irianto, 2008: 9). Belajar matematika tidak hanya menghafal konsep dan menjawab soal saja, tetapi siswa diharapkan mampu memahami, mengamati, menganalisis dan menyelesaikan masalah yang nantinya berguna untuk kehidupan sehari-hari. Keberhasilan pembelajaran matematika sangat erat kaitannya dengan kemampuan pemahaman masalah siswa.

Kemampuan pemahaman masalah dmatematikandang sebagai bagian fundamental dari pembelajaran matematika. Gok dan Silay (2010), kemampuan pemahaman masalah adalah kemampuan peserta didik menggunakan informasi yang ada untuk menentukan apa yang harus dikerjakan dalam suatu keadaan tertentu. Kemampuan pemahaman masalah mengacu pada upaya yang diperlukan peserta didik dalam menentukan solusi atas masalah yang dihadapi (Selcuk, dkk. 2008). Pemahaman masalah adalah suatu cara atau strategi untuk mewujudkan harapan sesuai dengan prosedur yang baik dan benar (Febriyanti dan Irawan. 2017). Untuk itu keterampilan pemahaman masalah dapat juga dikatakan sebagai keterampilan individu dalam menggunakan proses berpikirnya untuk memecahkan masalah. Keterampilan pemahaman masalah sangat dibutuhkan dalam menghadapi berbagai situasi baik dalam kehidupan sehari-hari dan pekerjaan. Pemahaman masalah dilakukan dengan berbagai solusi yang bersifat disiplin ilmu mulai dari mengidentifikasi masalah hingga mengevaluasi proses pemahaman masalah.

Untuk mencapai tujuan tersebut khususnya membentuk kemampuan pemahaman masalah, seorang guru dituntut untuk mempersiapkan dan membantu pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemahaman masalah terutama dalam pembelajaran matematika.

Dimana pemahaman masalah sangatlah penting dalam pembelajaran matematika. Karena, proses pemahaman masalah adalah cara atau wahana untuk meningkatkan kemampuan bernalar dan berpikir siswa. Jadi, kemampuan pemahaman masalah adalah tujuan utama dalam pembelajaran matematika. Karena itu, kemampuan pemahaman masalah hendaknya diberikan, dilatihkan, dan dibiasakan kepada peserta didik sedini mungkin.

Seorang peserta didik dapat dikatakan memiliki kemampuan pemahaman masalah yang baik jika peserta didik tersebut dapat (1) memahami masalah, peserta didik dikatakan memahami masalah yang diberikan guru jika dia bisa menyebutkan dan menuliskan apa masalah yang diberikan guru tersebut. (2) merancang cara penyelesaian masalah, peserta didik dapat dikatakan bisa merancang cara penyelesaian masalah jika dia tau bagaimana rancangan atau langkah- langkah yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah yang telah diberikan guru tersebut. (3) melaksanakan rencana, dari langkah-langkah yang telah dibuat tersebut kemudian peserta didik bisa melaksanakan rencana yang akan dilakukan untuk bisa memecahkan masalah yang telah diberikan guru, kemudian menuliskan hasil yang didapat. (4) mengecek kembali, dari rencana

(3)

Jurnal Edu Research

Indonesian Institute For Corporate Learning And Studies (IICLS) Page 32 pemahaman masalah yang telah dilakukan tersebut kemudian peserta didik dapat mengeek kembali hasil yang didapat dan mengkomunikasikannya.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 27 september - 27 oktober 2019 yang dilakukan di kelas VI MI No. 29/E.3 Hiang Tinggi. Identifikasi masalah yang ditemukan dalam proses pembelajaran, yaitu kurangnya pemahaman peserta didik dalam penyelesaian masalah matematika, daam proses belajar peserta didik masih diterapkan pembelajaran yang berbentuk konvensional, proses pembelajaran bersifat teacher center dan guru belum terbiasa menjadi fasilitator dan motivator siswa dalam belajar.

Terkait dengan identifikasi masalah di atas, hal tersebut lebih terfokus pada kurangnya kemampuan pemahaman masalah matematika. Karena terlihat ketika obeservasi, penyebab dari masalah tersebut peserta didik tidak terbiasa belajar memecahkan masalah dan sulit untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan pengetahuan alam dan dalam kehidupan sehari- hari. Siswa tergolong kedalam masalah tersebut berdasarkan dokumen guru sekitar 80% atau 22 dari 32 orang siswa serta 10 orang lainnya sudah bisa kemampuan pemahaman masalah matematika, tapi belum maksimal dalam targetnya.

Permasalahan di atas memerlukakan solusi dan penanganan yang tepat agar proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan meningkat. Salah satu langkah yang diambil adalah menggunakan model pembelajaran yang tepat, dalam mengatasi masalah ini model pembelajarann yang dapat digunakan yaitu model Inkuiri terbimbing. Model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran inkuiri yang diorganisasikan lebih terstruktur, dimana guru mengendalikan keseluruhan proses interaksi dan menjelaskan prosedur penelitian yang harus dilakukan oleh siswa. Siswa memperoleh pedoman sesuai dengan yang dibutuhkan.

Inkuiri terbimbing digunakan bagi siswa yang belum mempunyai pengalaman belajar dengan metode inkuiri. Guru memberikan bimbingan lebih banyak dan pengarahan yang cukup luas.

METODE PENELITIAN

Agar data yang diperoleh dapat diinterprestasikan dan dapat disimpulkan sebagai hasil penelitian. Pengelolaan dapat dilakukan melalui teknik analisis hasil belajar peserta didik berupa tes. Hasil tes dihitung dengan mencari.

1. Penilaian untuk setiap peserta didik dapat menggunakan rumus menurut sebagai berikut.

Nilai =

x 100%

Rumus diadopsi dari (Heryanto, 2012: 3.15) Adapun predikat yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

Predikat Kemampuan Pemahaman Masalah matematika Peserta Didik

Predikat Nilai

Sangat Baik (SB) 89>

Baik (B) 75-88

Cukup (C) 61-74

Kurang (K) <61

(4)

Jurnal Edu Research

Indonesian Institute For Corporate Learning And Studies (IICLS) Page 33 Nilai rata-rata kelas dapat diketahui dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

X = Nilai Rata-rata

∑X = Jumlah semua nilai peserta didik

∑N = Jumlah Peserta Didik

(Rumus tersebut diadopsi dari Aries & Haryono, 2012).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembahasan hasil penelitian melalui analisis data kualitatif dan kuantitatif pada penelitian ini untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu bagaimana penerapan model Inkuiri Terbimbing dalam meningkatan kemampuan pemahaman masalah matematika peserta didik kelas VI MI No.

29/E.3 Hiang Tinggi. Penelitian ini dilakukan pada peserta didik kelas VI MI No. 29/E.3 Hiang Tinggi. Setelah melakukan observasi awal, ditemukan permasalahan mengenai rendahnya kemampuan pemahaman masalah peserta didik. Siswa sulit mengerjakan soal yang berkaitan dengan pemahaman masalah. Peserta didik yang hadir saat pretest berjumlah 31 orang yang terdiri dari 17 orang laki-laki dan 14 orang perempuan. Hasil pretest yang menunjukkan dari 40 orang peserta didik hanya 13 orang yang nilainyaa di atas KKM yaitu 70. Hasil ini menujukkan hanya 25% dari jumlah peserta didik yang menunjukkan rata-rata sesuai KKM dan 75% lagi gagal dalam mengerjakan soal tes yang diujikan. Keadaan tersebut menunjukkan belum optimalnya hasil belajar peserta didik. Berdasarkan hasil kolaborasi peneliti dengan guru kelas, maka tindakan yang dillakukan adalah dengan menerapkan model inkuiri terbimbing. Joyce dan Weil (Wena, 2009:76) mengatakan bahwa “model Inkuiri terbimbing sebuah model yang intinya melibatkan siswa kedalam masalah asli dan menghadapkan mereka dengan sebuah penyelidikan, membantu mengidentifikasi konseptual atau metode pemahaman masalah yang terdapat dalam penyelidikan, dan mengarahkan siswa mencari jalan keluar dari permasalahan tersebut”.

Tahap perencanaan setiap tahap yaitu tahap I dan tahap II guru menyiapkan RPP, bahan ajar, model pembelajaran yaitu model Inkuiri Terbimbing. Pada tahapan pelaksanaan masing- masing tahap 2 kali pertemuan guru menerapkan langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran disetiap pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan pemahaman masalah peserta didik. Pada tahap observasi guru mengamati peningkatan kemampuan pemahaman masalah peserta didik dengan cara guru mengisi lembar observasi peserta didik sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan sehingga guru melihat perkembangan dan peningkatan kemampuan pemahaman masalah peserta didik serta guru menggunakan lembar observasi guru yaitu berupa langkah-langkah guru dengan menggunakan model Inkuiri Terbimbing dan juga evaluasi yang dilakukan setiap akhir proses pembelajaran dari setiap pertemuan.

Pada tahap I pelaksanaan tindakan dilakukan oleh peneliti sebagai pemberi tindakan dan guru sebagai pengamat. Pada pelaksanaan tindakan materi ajar mengenai Kalor dan

(5)

Jurnal Edu Research

Indonesian Institute For Corporate Learning And Studies (IICLS) Page 34 Perpindahannya. Dengan alokasi waktu 2 Jam X 35 Menit, untuk pertemuan pertama dan 2 Jam X 35 Menit untuk pertemuan kedua.

Pada tahap I pertemuan I persentase keberhasilan klasikal sebesar 60%. Hasil observasi tahap I pertemuan I belum mencapai kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan peneliti dan dikategorikan cukup baik. Hasil tes tahap I pertemuan I adalah 64,7%. Walaupun sudah terjadi peningkatan tetapi masih berada dibawah indikator keberhasilan tindakan yaitu sebesar 70%.

Aktivitas siswa pertemuan ini masih belum terbiasa menggunakan pembelajaran secara kelompok dan praktek. Saat berdiskusi tentang pemilihan kelompok siswa masih banyak yang menolak untuk dibagikan kelompoknya. Siswa kurang motivasi untuk mencobakan sendiri memecahkan masalah yang diberikan secara berkelompok dan melakukan praktek matematika langsung. Menurut Clayton Alderfer dalam hamdhu (2011) “Motivasi belajar adalah kecenderungan siswa dalam melakukan segala kegiatan belajar yang didorong oleh hasrat untuk mencapai prestasi atau hasil belajar sebaik mungkin”. Aktivitas guru pada lembar observasi aktivitas guru sudah baik dimana komponen aktivitas guru pada lembar observasi sudah terlaksana dengan baik. Namun guru masih kurang menguasai kelas dalam pemberian motivasi.

Siswa masih banyak yang bermain-main dan menjadikan media yang telah disediakan oleh guru sebagai mainan.

Hasil paparan data observasi kemampuan pemahaman masalah peserta didik pada tahap I pertemuan II secara rata-rata dan keseluruhan adalah 75% hal ini dikategorikan cukup baik dan terjadi peningkatan sebesar 10%. Walaupun sudah terjadi peningkatan tetapi masih berada dibawah indikator keberhasilan tindakan yaitu 70%.

Aktivitas siswa pada pertemuan sudah mulai meningkat. Siswa yang berkonsentrasi dalam pembelajaran sudah mulai bertambah. Tetapi guru masih kewalahan dalam mengkondisikan kelas karena masih banyak siswa yang tidak mau bekerja dalam kelompok dan malas berfikir. Di setiap akhir pertemuan dilakukan tes evaluasi kemampuan pemahaman masalah siswa. Hasil tes kemampuan pemahaman masalah matematika masih rendah dengan nilai rata-rata secara klasikal sebesar 57,4%. Hal ini telah meningkat dari hasil tes awal sebelumnya.

Pada tahap I proses pembelajaran menggunakan media konkret untuk memecahkan masalah matematika yang telah diberikan oleh guru. Pembelajaran menggunakan media konkret ini sangat memudahkan siswa dalam memecahkan masalah matematika tersebut. Menurut Mulyani Sumantri (2004:178) “media konkret berfungsi sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif, bagian integrasi dari keseluruhan situasi mengajar, meletakkan dasar-dasar yang konkret dan konsep abstrak sehingga, mengembangkan motivasi belajar siswa, mempertinggi mutu pembelajaran.

Pada tahap II dilakukan perbaikan pada rencana pelaksanaan pembelajaran, untuk meningkatkan kemampuan pemahaman masalah peserta didik guru menyiapkan LKPD dan juga soal tes evaluasi serta menambahkan media pembelajaran berupa gambar. Pada pembelajaran tahap II materi pembelajaran mengenai macam-macam gaya dan manfaat gaya. Dengan alokasi waktu 2 Jam X 35 Menit, untuk pertemuan pertama dan 2 Jam X 35 Menit untuk pertemuan kedua.

(6)

Jurnal Edu Research

Indonesian Institute For Corporate Learning And Studies (IICLS) Page 35 Hasil observasi kemampuan pemahaman masalah peserta didik pada tahap II pertemuan I memiliki peningkatan sebesar 10%. Hasil paparan data hasil observasi kemampuan pemahaman masalah matematika peserta didik pada tahap II pertemuan I secara rata-rata sebesar 78,8% dan telah dikategorikan baik. Walaupun sudah terjadi peningkatan tetapi masih perlu peningkatan lagi.

Hasil paparan data hasil observasi kemampuan pemahaman masalah matematika peserta didik pada pertemuan II yaitu 80% dan secara keseluruhan tahap II yaitu 80% dengan predikat B (baik), pada tahap II telah memenuhi atau sudah mencapai kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan peneliti yaitu 70%. Hasil tes tahap II pertemuan I adalah 79% dan hasil tes pertemuan II adalah 83 secara klasikal hasil tes dari tahap II adalah 80%. Pada tahap II dikatakan sudah berhasil.

Aktivitas siswa pada pertemuan ini sudah terbiasa menggunakan pembelajaran berkelompok. Siswa bersemangat mengikuti pembelajaran, siswa mengingatkan temannya jika ada teman yang tidak berkonsentrasi dalam memecahkan masalah yang telah diberikan oleh guru. Penelitian dari tahap I dan tahap II yang dilakukan peneliti, pada saat proses pembelajaran guru selalu menggunakan media dan pada tahap II guru menambahkan media berupa gambar.

Arsyad (2011) berpendapat bahwa “media pembelajaran adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi intrsional dilingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar”.

Dapat disimpulkan bahwa penelitian dari tahap I dan tahap II yang dilakukan peneliti mendapatkan hasil bahwa terjadi peningkatan kemampuan pemahaman masalah peserta didik menggunakan model Inkuiri Terbimbing di kelas VI MI No. 29/E.3 Hiang Tinggi. Hasil tes yang diberikan peneliti sebagai evaluasi setiap pertemuan pun megalami peningkatan. Sehingga telah melampaui indikator keberhasilan tindakan sebesar 70% yang telah ditetapkan sebelumnya.

Dari pembahasan dapat disimpulkan bahwa perbaikan proses pembelajaran berjalan dengan lancar. Guru telah memanfaatkan media pembelajaran yang ada sehingga memudahkan siswa dalam memecahkan masalah matematika yang diberikan dengan melakuakan praktek secara langsung. Model Inkuiri Terbimbing dapat meningkatkan kemampuan pemahaman masalah matematika peserta didik karena dengan model ini siswa diberikan stimulus terlebih dahulu mengenai suatu permasalahan dan siswa dapat memecahkan masalah tersebut dengan melakukan eksperimen secara langsung, kemudian siswa menganalisis hasil dari eksperimen yang telah dilakukan sebelumnya, sehingga terpecahkanlah masalah yang telah diberikan guru sebelumnya.

KESIMPULAN

Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VI MI No. 29/E.3 Hiang Tinggi sebanyak dua tahap dengan dengan menerapkan model inkuiri terbimbing pada proses pembelajaran. Selama pelaksanaan penelitian tahap I, kemampuan pemahaman masalah siswa berada pada kategori cukup. Selanjutnya peneliti memperhatikan kekurangan pada tahap observasi guru dan siswa, jika kekurangan-kekurangan pada hasil dari tahap I tidak optimal maka akan diperbaiki pada

(7)

Jurnal Edu Research

Indonesian Institute For Corporate Learning And Studies (IICLS) Page 36 tahap II. Setelah dilakukan perbaikan pada pelaksanaan tahap II terbukti model inkuiri terbimbing berhasil meningkatkan kemampuan pemahaman masalah siswa pada kategori baik.

Adanya peningkatan kemampuan pemahaman masalah dilihat perubahan dalam memecahkan masalah matematika siswa dalam proses pembelajaran pada tahap II tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa kemampuan pemahaman masalah siswa kelas VI MI No. 29/E.3 Hiang Tinggi terkait indikator yang pertama pemahaman masalah, kedua merencanakan cara penyelesaiannya, ketiga melaksanakan rencana, dan keempat menafsirkan hasil. Dari keempat indikator ini, terihat sebagian besar siswa memiliki kemampuan pemahaman masalah yang sangat baik. Hal ini dilihat dari siswa yang telah memecahkan masalah sesuai dengan skala penilaian yang ditetapkan baik dalam kegiatan kelompok maupun dari hasil siswa dalam mengerjakan soal evaluasi. Selanjutnya, siswa sudah bisa menyebutkan dan menuliskan apa yang diketahui dan ditanya dari soal/masalah, serta produser atau langkah-langkah apa yang cocok untuk menyelesaikan masalah tersebut dan menuliskan kesimpulan dari pemahaman yang sudah diselesaikan.

Penelitian yang dilakukan dengan menerapkan model Inkuiri Terbimbing untuk meningkatkan kemampuan pemahaman masalah peserta didik di kelas VI MI No. 29/E.3 Hiang Tinggi disimpulkan bahwa setelah menggunakan model Inkuiri Terbimbing pada tahap I belum sepenuhnya siswa dapat melakukan indikator kemampuan pemahaman masalah. Pada tahap I diperoleh persentasi keberhasilan pada pertemuan I 64,7% dan pada pertemuan II 75% dan secara keseluruhan tahap I persentase keberhasilan klasikal adalah 68,8%. Hasil observasi tahap I belum mencapai kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan peneliti. Sedangkan pada tahap II kemampuan pemahaman masalah peserta didik memberikan hasil yang meningkat dari tahap sebelumnya dengan persentase rata-rata pertemuan pertama sebesar 79% dan pada pertemuan II yaitu 83% dan secara keseluruhan tahap II yaitu 80% dengan predikat B (baik), pada tahap II telah memenuhi atau suda mencapai kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan peneliti yaitu 70%. Dari hasil penelitian tersebut maka dapat dinyatakan bahwa dengan menggunakan model Inkuiri Terbimbing dapat meningkatkan kemampuan pemahaman masalah peserta didik di kelas VI MI No. 29/E.3 Hiang Tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Afandi, A. (2013). Keefektifan Pendekatan Inkuiri Terbimbing Ditinjau Dari Kemampuan Pemahaman Masalah Pada Siswa Smp. Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika, Vol. 2, No. 2, ISSN 2089-855X.

Azizah, R., Yuliati, L., & Latifah, E. (2016). Kemampuan Pemahaman Masalah Melalui Pembelajaran Inractive Demonstration Siswa Kelas X SMA Pada Materi Kalor. Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi, Vol II No 2, ISSN. 2407-6902

Dosen, Y., Fkip, B., & Tanjungpura, U. (n.d.). Peningkatan Keterampilan Pemahaman Masalah ( Problem Solving ) Calon Guru Biologi Melalui, 77–86.

Fathurrohman, M. (2015). Model-Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Huda, M. (2013). Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajaran

(8)

Jurnal Edu Research

Indonesian Institute For Corporate Learning And Studies (IICLS) Page 37 Indarwati, D., & Ratu, N. (2005). Peningkatan Kemampuan Pemahaman Masalah Matematika Melalui Penerapan Problem Based Learning Untuk Siswa Kelas V SD. Journal of Education, 30(2), 1–12.

Oktaviani, L., & Tari, N. (2018). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Masalah Matematika Pada Siswa Kelas Vi Sd No 5 Jineng Dalem, (5), 9–14.

Pendidikan, J., Sekolah, G., & Ganesha, U. P. (2016). Kompetensi Pengetahuan Matematika Siswa Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Ganesha.

Shadiq, Fadjar. 2014. Belajar memecahkan masalah matematika. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sophia, A., Enawaty, E., & Sartika, R. P. (2017). Deskripsi kemampuan pemahaman masalah dalam materi perhitungan kimia pada siswa kelas xi sma.

Sugandi, M. K. (2016). Peningkatan Kemampuan Memecahkan Masalah Siswa Pada Konsep Ekosistem Dengan Pembelajaran Guided Inquiry Berbantuan Audio Visual Di Kelas Vii Smp It Hafifudin Arrohimah. Ekosistem Jurnal Bio Educatio, 1(1), 46–54.

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Surahman, Paudi, ritman ishak, & Tureni, D. (2014). Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran MATEMATIKA Pokok Bahasan Makhluk Hidup Dan Proses Kehidupan Melalui Media Gambar Kontekstual Pada Siswa Kelas II SD Alkhairaat Towera. Jurnal Kreatif Tadulako, 3(4), 91–107.

Suryosubroto. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta: Rhineka Cipta. Usman. User.

2008. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Vitasari & trisniawati. 2017, Peningkatan kemampuan pemahaman masalah matematis mahasiswa PGSD Universitas sarjanawiyata taman siswa melalui problem solving. Jurnal taman cendikia, 1 (2), 79.

Yamin, M. 2013. Startegi dan metode dalam model pembelajaran. Jakarta: Referensi (GP Press Group)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek antifertilitas ekstrak etanol daun Srikaya pada tikus putih betina

Perilaku seksual berpegangan tangan dan berpelukan merupakan perilaku seksual yang paling sering dilakukan dengan intensitas waktu 1-10 kali seminggu, sedangkan

Hasil dari sistem tersebut adalah dapat terbentuknya daftar mahasiswa beserta dosen pembimbing dan jadwal seminar tugas akhir dalam waktu satu periode dengan menggunakan dua

A: kulit ikan pari utuh, B: pola kulit ikan pari untuk produk utama yang hanya memanfaatkan bagian mutiara terbesar, C: limbah kulit ikan pari setelah pemanfaatan

Pada studi ini mengacu karakteristik lingkungan fisik restoran yang mencakup dimensi keindahan fasilitas, suasana, pencahayaan, tata ruang, perlengkapan makan dan pelayanan staf

tujuan untuk mengubah perilaku kelayan ke arah kehidupan yang lebih baik. Usaha mikro industri garmen ini merupakan sentra garmen yang ada di Kelurahan Sukawana

dalam memperoleh informasi plagiat. Pemanfaatan media internet sebagai sarana.. untuk melakukan tindakan plagiat dengan cara mengutip. Siswa yang melakukan tindakan

Dalam hal ini peneliti menggunakan jenis observasi partisipatif yang pengertiannya dijelaskan oleh Sugiyono dalam bukunya yang berjudul Memahami Penelitian