• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYELENGGARAAN SISTEM PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DALAM UPAYA PENGEMBANGAN KETERAMPILAN ANAK: Studi kasus tentang keberhasilan anak putus sekolah terlantar di Panti Penyantunan Anak (PPA) "Budi Utama" Lubuk Alung Sumatera Barat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENYELENGGARAAN SISTEM PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DALAM UPAYA PENGEMBANGAN KETERAMPILAN ANAK: Studi kasus tentang keberhasilan anak putus sekolah terlantar di Panti Penyantunan Anak (PPA) "Budi Utama" Lubuk Alung Sumatera Barat."

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

PENYELENGGARAAN SISTEM PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DALAM UPAYA PENGEMBANGAN KETERAMPILAN ANAK.

(Studi kasus tentang keberhasilan anak putus sekolah teriantar di Panti Penyantunan Anak

(PPA) "Budi Utama" Lubuk Alung Sumatera Barat)

TESIS

Diajukan kepada Panitia Ujian Tesis Fakultas Pascasar jana

Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung

sebagai Pemenuhan Sebagian Persyaratan Kurikuler Program S2

Bidang Studi Pendidikan Luar Sekolah

O l e h F A R I H A H

8932138

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS PASCA SARJANA

(2)

DISETUJUI DAN DISYAHKAN OLEH TIM PEMBIMBING

^-*-*-o

ProfA_DRi_Soe2§rd^o_Adikusumo

(3)

" Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal la

amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu me

-nyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu ; AL

LAH mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui".

(Al Qur'an Surat Al-Baqarah 216)

Kupersembahkan kepada Ananda tersayang

(4)

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR ±

PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH iv

DAFTAR ISI viii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

1.

B. Identifikasi Masalah

6

C. Masalah Penelitian dan Pertanyaan

Penelitian 1°

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

11

E. Defenisi Operasional

12

BAB II. TINJAUAN HJSTAKA

A. Pengertian Pendidikan Luar Sekolah ...

14

B. Posisi dan Peranan Pendidikan Luar

Sekolah dalam Kerangka UUSPN No 2 1989

20

B.1. Posisi Pendidikan Luar Sekolah ..

20

B.2. Peranan Pendidikan Luar Sekolah.. 23

B.2.a. Pendidikan Luar Sekolah sebagai

pelengkap pendidikan sekolah...

23

B.2.b. Pendidikan Luar Sekolah sebagai

penambah pendidikan sekolah ...

26

B.2.c. Pendidikan Luar Sekolah sebagai

pengganti pendidikan sekolah ..

27

G. Sistem Pendidikan Luar Sekolah

28

C.1. Masukan sarana

30

C.2. Masukan mentah

33

(5)

IX

C.3. Masukan lingkungan 33

C. 4 • Proses 34

C.5. Masukan lain 36

C.6. Kaluaran 37

C.7. Pengaruh 38

D. Peran Motivasi Dalam Pendidikan

Luar Sekolah 40

B. Pendekatan dan Bentuk Kegiatan Belajar

Dalam Pendidikan Luar Sekolah 50

E.1. Pendekatan belajar dalam pendidikan

luar sekolah

E.1.a. Konsep Ivan ILLich

50

E.1.b. Konsep Suzanne Kindervatter

52

E.1.c. Konsep Paulo Freire

56

E.1.d. Konsep Abraham H. Maslow

59

E.i.e. Konsep Carl Rojers

60

B.1.f. Konsep Ki Hadjar Dewantara

63

E.2. Bentuk-bentuk Kegiatan Belajar

dalam Pendidikan Luar Sekolah 65

E.2.a. Belajar Kelompok

66

E.2.b. Magang

6?

E.2.C. Latihan Keterampilan

70

F. Orientasi Nilai Budaya Masyarakat Mi- :_ •

nangkabau dalam Pendidikan Luar Sekolah

U

F. 1. Hakekat hidup

?6

F.2. Hakekat karya

??

F. 3. Hakekat waktu

?8

F.4. Hakekat liubungan manusia dengan

(6)

F.5. Hakekat hubungan manusia dengan

sesama 80

G. Layanan Kesejahteraan Sosial Bagi

Anak Putus Sekolah Terlantar 84

G.1. Kelompok permasalahan kesejah

teraan sosial 9°

BAB III. MET0D0L0GI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

93

B. Subjek Penelitian

95

C. Tahap-tahan Penelitian

97

D. Tekhnik Pengumpulan Data

99

D. 1. Pengamatan atau ebservasi

99

D. 2. Y/awancara

101

D.3. Studi Dokumentasi

1°2

E. Kriteria Keabsahan Data

1°3

F. Pengolahan dan Analisis Data

106

BAB IV. HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Tentang PPA

1°7

B. Deskripsi dan Analisis Data

124

C. Diskusi Hasil Penelitian

144

BAB V.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

B. Rekomendasi

DAFTAR PUSTAKA . . .

LAMPIRAN-LAMPIRAN

164

168

172

(7)

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

Hal

Gambar 1 : Sub Sistem Pendidikan Nasional 4

2 : Klasifikasi Kegiatan Belajar Menurut

Axinn 17

3 : Kompoen-komponen Pendidikan Luar Se

kolah 29

4 : Kebutuhan Hirarkhis dari Maslow 46

5 : Tahapan Proses Pelayanan di Panti

Pe-nyantunan Anak (PPA) 118

6 : Struktur Organisasi PPA "Budi Utama" ... 121

7 : Denah PPA "Budi Utama" 122

8 : Penyelenggaraan Sistem Pendidikan Luar

Sekolah Dalam Mengembangkan

Keteram-pilan Anak 143

Tabel 1 : Model ideal Pendidikan Luar Sekolah

Sebagai Empowering Process

56

2 : Fokus Penelitian 1:Motivasi Peserta

didik Dalam mengikuti Program pelatihan 125 3 : Fokus Penelitian 2:Sampai sejauh mana

Peran Masukan Sarana Dalam Mengembangkan

keterampilan peserta 127

4 : Fokus Penelitian 3:Sampai sejauh mana

Peran Masukan Lingkungan 129

5 : Fokus Penelitian 4:Bagaimna Proses Bela

jar membelajarkan Dalam mengembangkan ke

terampilan peserta pelatihan

131

6 : Fokus Penelitian 5: Sampai sejauh mana peran masukan lain dalam menunjang

keber-hasilan program

"• 134

7 : Fokus penelitian 6: Bagaimana keluaran

program pelatihan tersebut

137

8

: Fokus penelitian 7: Sampai sejauh mana

(8)
(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan suatu bangsa beEtujuan untuk meningkat-kan kualitas sumber daya manusia, sehingga mampu berfungsi

sebagai motor penggerak pembangunan.

Konsensus ini semakin terbentuk dalam masyarakat Indone

sia untuk menjadikan pembangunan manusia dan sumber daya

manusia sebagai prioritas utama dalam pembangunan nasional

jangka panjang tahap ke dua (GBHN, 1988).

Beberapa alasan mengapa pengembangan sumber daya manusia

menjadi sangat penting dalam pembangunan nasional.

Perta-ma, dalam masyarakat yang sedang berkembang, dengan jumlah

penduduk yang besar, perbandingan antara penduduk sebagai

modal dan sebagai beban pembangunan masih kurang memadai

kalau tidak dikatakan timpang. Kedua, sejalan dengan asas

pembangunan yang berkelanjutan sebagaimana yang

diamanat-kan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun

1988, penyiapan pendidikan sebagai sumber daya daya yang

mampu dan bijaksana dalam mengolah sumber daya alam serta mampu menghadapi tantangan dalam mempertahankan laju pem

bangunan, merupakan suatu keharusan. 01eh karena itu stra-tegi dasar yang dihadapi dalam pembangunan sumber daya ma nusia adalah bagaimana merubah dan meningkatkan penduduk

yang pada mulanya sebagai "beban" menjadi "subjek"

(10)

ngunan. Karena manusia merupakan inti pembangunan, dia se

bagai pemikir, pelaksana, pengawas dan merasakan pahit

ge-tirnya serta ia pula yang menikmati keberhasilan pembangu

nan. Dalam kaitan ini, Soedjatmoko mengemukakan bahwa

"pembangunan sebagai proses belajar" (1986 : 4).

Istilab "belajar" yang dimaksdukan adalah

pening-katan kemampuan masyarakat, baik secara individual maupun

kolektif serta mengadakan koreksi-koreksi tepat pada

wak-tunya guna merubah arah yang telah ditempuh.

F.H. Harbinson, 1973 mengemukakan bahwa pembentukan sumber

daya manusia adalah proses memperoleh dan meningkakan jum

lah orang yang mempunyai keahlian, pendidikan dan

pengala-man yang menentukan bagi pembangunan ekonomi dan politik

suatu negara.

Pada bagian lain Sofian Efendi mengemukakan bahwa pemba

ngunan kualitas sumber daya manusia pada dasarnya

adalah

upaya untuk mengembangkan inisiatif penduduk. sebagai sum

ber pembangunan yang utama dalam rangka mencapai kesejah

teraan material dan spiritual (1990 : 9).

Substansi pokok pembangunan manusia dan sumber daya manu sia menurut Sayidiman. S. adalah budaya nasional,

sedang-kan wahana utama adalah pendidisedang-kan (Kompas, 5 Januari 1991)

Pendidikan menurut Soepardjo Adikusumo " bertujuan untuk

menyadarkan manusia tentang keberadaannya".

(11)

di atas, maka dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan

faktor yang sangat penting. Hal ini secara implisit dapat

kita simak dalam UUD 1945, yaitu "untuk memajukan kesejah

teraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa". Hal ini lebih

dipertegas lagi dalam TAP. MPR Ho 11/1933, yakni:

1. pengembangan dan pemanfaatan potensi sumber daya manu

sia,

2. peningkatan pendidikan yang dapat menciptakan lapangan '

pekerjaan,

3. pembangunan pertanian terpadu dengan pembangunan

dae-rah pedesaan,

4. pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan da

lam lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat.

Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan No 2 Tahun

1989, bahwa pendidikan nasional terdiri atas dua

sub-sis-tem yaitu sissub-sis-tem pendidikan sekolah dan sub-sissub-sis-tem pendi

dikan luar sekolah. Semua sub-sistem ini berkaitan dan

sa-ling menopang antara satu dengan lainnya. Setiap sub-sis

tem memiliki kedudukan yang sama dalam sistem pandidikan

nasional. (D. Sudjana, 1989 : 68).

Keterkaitan antara keduanya dapat di lihat pada gambar

(12)

SISTEM

PENDIDIKAN NASIONAL

SUBSISTRM

PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

. _nj

i

+

PROGRAM PENDIDIKAN

NONPORMAL

DI LINGKUNGAN

MASYARAKAT/LEMBAGA

1

SUBSISTEM

PENDIDIKAN SEKOLAH

PROGRAM PENDIDIKAN

INFORMAL

DI LINGKUNGAN

KELUARGA

TRI-PUSAT/TRI-KONDISI

PENDIDIKAN

PROGRAM PENDIDIKAN FORMAL

DILINGKUNGAN SEKOLAH

Dari gambar di atas, dapat dikatakan bahwa pendi

dikan nasional mempunyai dua sub-sistem. Berdasarkan

si-fatnya, sub-sistem pendidikan luar sekolah terdiri atas dua program yaitu : 1.Program pendidikan luar sekolah yang

dilaksanakan di lingkungan masyarakat/lembaga. 2. Program

pendidikan luar sekolah yang dilaksanakan di lingkungan

keluarga. Sedangkan sub-sistem pendidikan sekolah di

(13)

Pendidikan luar sekolah dirumuskan sebagai usaha

sadar untuk mempersiapkan peserta didik, melalui kegiatan

bimbingan; pengajaran atau pelatihan bagi peranannya di-masa yang akan datang (UU RI No 2, 1989, Bab I pasal 1 a-yat 1), yang berorientasi pada kepentingan dan problema

peserta didik adalah model pendidikan yang diprediksi

man-pu menjangkau khalayak sasaran pembangunan yang tidak berkesempatan terdidik secara fommal. Fungsi utama pendi dikan luar sekolah adalah membelajarkan masyarakat kapan

saja, di mana saja, agar masyarakat dapat mengembangkan

potensi yang ada.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1985 : 10)

telah merumuskan tujuan instruksional pendidikan luar se

kolah sebagai berikut :

1. mengembangkan kepribadian dan mengaktualisasikan diri,. 2. kemampuan menghadapi tantangan hidupnya, baik dalam

lingkungan keluarga maupun masyarakat.

3. kemampuan membina keluarga sejahtera dalam rangka me

majukan kesejahteraan umum,

4. wawasan yang luas tentang hak dan kewajiban sebagai

warga negara,

5. kesadaran berbangsa, bernegara dan bermasyarakat dalam

rangka pembangunan manusia dan masyarakat pancasila, 6. kemampuan menciptakan atau membantu menciptakan

(14)

S. Iden.tlfikas;L Masalah

"Manusia Indonesia yang berkualitas hanya akan

la-hir dari remaja yang berkualitas. Remaja yang berkualitas

hanya akan tumbuh dari anak-anak yang berkualitas. Karena

itu meningkatkan kualitas mereka merupakan syarat penting

dari ancang-ancang kita untuk memasuki tahap tinggal

lan-das menjelang kahir abad ke 20 ini menuju terwujudnya ma

syarakat Pancasila yang adil dan makmur seperti yang kita

cita-citakan". (Presiden Soeharto)

Sebagai kader dan pewaris perjuangan bangsa, rema

ja memiliki peran dan posisi strategis dalam mengemban

cita-cita tersebut di atas. Mengingat jumlahnya yang

cu-kup besar serta memiliki vitalitas dan semangat, maka

i-ni merupakan potensi sumber daya yang akan mendukung

la-junya pembangunan.

Tetapi bagaimna dengan kondisi sebagian generasi muda i-ni?. Meskipun tidak sedikit yang berhasil dalam berbagai

hal, tetapi masih banyak jumlah mereka yang menyandang

permasalahan sosial. Pengangguran, putus sekolah,

ter-libat tindaka^ kriminil, penyalah gunaan obat-obat

terla-rang merupakan sebagian permasalahan yang kini sedang

di-hadapi oleh sebagian generasi muda.

Problema anak putus sekolah, pada dasarnya merupa

(15)

bagi perkembangan anak. Keadaan putus sekolah ini, dapat

melahirkan problem-problem sosial terutama di masa

menda-tang, baik yang bersifat ketidak mampuan mencari atau memperoleh pengetahuan, mempertahankan serta mengembang kan sumber penghasilan dan kehidupan. Secara umum keadaan drop out ini sangat memprihatinkan kerana sering

terben-tur dalam menemukan dan menciptakan lapangan pekerjaan

yang disebabkan oelh minimnya keterampilan fungsional.

Keadaan ini lebih menyedihkan lagi oleh karena adanya

ke-timpangan antara jumlah angkatan kerja dengan kesempatan

kerja yang tersedia. Jumlah angkatan kerja semakin

me-ningkat, sementara pertumbuhan lapangan pekerjaan

tidak

sebanding. Sektor ekonomi yang memberikan lapangan peker

jaan dan hanya membutuhkan keterampilan rendah, yakni pa

da sektor pertanian yang dewasa ini mengalami penyempitan

tanah. Sedang di luar sektor pertanian belum mampu

menye-rap secara keseluruftan tenaga kerja yang ada. Dalam sek

tor industri misalnya, mestinya diharapkan dapat menyerap

tenaga kerja yang lebih besar, ternyata sektor ini

tidak

mampu menampung tenaga kerja yang melimpah. Karena

pada

sektor industri lebih menggunakan padat modal dengan

me-sin-mesin tekhnologi canggih dari pada menggunakan padat

karya dengan tenaga kerja manusia. Dengan demikian akan

terjadi seleksi yang sangat ketat dalam pola

(16)

8

sektor industri dan sektor formal lainnya.

Keadaan demikian akan bermuara \ bagi mereka yang putus

sekolah, yang tidak memiliki ketrampilan fungsional

ter-lempar dari pasaran kerja, dan pada gilirannya akan jadi

penganggur.

Anak terlantar dan putus sekolah, seperti

halnya

dengan anak-anak lain, merupakan generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa. Sebagai generasi penerus, mereka

dinarapkan mampu dan andal dalam memikul dan melaksanakan

tanggung jawab dalam berbagai aspek pembangunan.

Menurut data tahun 1988 dari Unit Pelaksana Tekhnis (UPT)

Depart emen sosial Lubuk Alung, bahwa jumlah anak putus se

kolah terlantar di daerah tingkat II Propinsi Sumatera

Barat berjumlah 89.384 jiwa. Departemen yang bertugas me-nyelenggarakan pelayanan kesejahteraan sosial, yang dalam

era pembangunan sekarang ini mengutamakan penanganan ma

salah kesejahteraan sosial bagi anak putus sekolah ter

lantar, mengadakan pelayanan pendidikan dan keterampilan

di Panti Penyantunan Anak (PPA) "Budi Utama" Lubuk Alung

Sumatera Barat. Pelayanan sosial di atas dimaksudkan un

tuk menggali, mengembangkan, meningkatkan dan memantapkan

potensi dan sumber daya yang dimiliki anak-anak putus se

kolah terlantar, sehingga mereka dapat berfungsi sebagai

anggota masyarakat yang terampil dan berpartisipasi aktif

dalam pembangunan.

Pemikiran di atas, dilandasi oleh

(17)

ALLAH menciptakan manusia dengan memiliki potensi dan

menjadikan manusia sebagai makhluknya yang paling mulia dan utama, lebih dari makhluk lainnya. Hal ini dapat

di-buktikan dari kejadiannya yang telah >diterangkan dalam

Al-Qur *an :

.."Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan manusia, dan Kami tempatkan mereka di daratan dan di lautan, serta

Kami berikan kepada mereka rezeki dari barang- barang yang baik-baik, serta Kami lebihkan mereka dari pada kebanyakan makhluk yang Kami ciptakan dengan

sebe-nar-benar kelebihan (Q.S. 17:70)

Dalam firmanNYA yang lain :

"Dan Dialah ALLAH yang telah menjadikanmu khalifah di muka bumi ini" (Q.S.6 : 165)

Dengan demikian, manusia merupakan makhluk ALLAH

yang

telah diberinya kelebihan dalam bentuk potensi. Potensi

atau peluang di atas .hanya dapat dikembangkan melalui

pendidikan, agar potensi tersebut dapat berfungsi

seba-gaimana mestinya.

Program pendidikan luar sekolah merupakan kegiatan pendidikan yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan

mereka yang mempunyai kasus seperti tersebut di atas. Ka

rena pendidikan luar sekolah memiliki berbagai bentuk

ak-tivitas pendidikan yang sesuai dengan sasaran yang diha-dapi. Kegiatan pendidikan luar sekolah dapat

dikelompok-kan ke dalam tiga kategori, yakni :

(a) Kegiatan yang orientasinya terutama ditujukan kepada

(18)

di-10

dik dari kalangan tenaga kerja yang sudah bekerja.

(b) Kegiatan yang mempunyai tujuan utama mempersiapkan

orang-orang khususnya para pemuda untuk memasuki lapa

ngan pekerjaan.

(c) Kegiatan yang mempunyai tujuan utama untuk mengembang

kan keterampilan dan pengetahuan untuk kepentingan dunia' pekerjaan dan dunai usaha.

C. Masalah Penelitian

1. Penjelasan masalah.

Program pelayanan pendidikan keterampilan yang

di-kelola oleh Departemen Sosial Sumatera Barat merupakan

u-paya dalam mengembangkan keterampilan bagi anak putus se

kolah terlantar. Yang menjadi masalah pokok dalam peneli

tian ini adalah bagaimana bentuk penyelenggaraan sistem

pendidikan luar sekolah, yang pada.akhirnya mempunyai pe

ngaruh terhadap perubahan sikap dan perilaku sosial

eko-nomi peserta pelatihan yang semula merupakan anak putus

sekolah terlantar.

2. Pertanyaan penelitian

Secara rinci permasalahan di atas dituangkan dalam

beberapa bentuk pertanyaan penelitian, yakni :

1. Bagaimana motivasi peserta didik (masukan mentah) da

lam mengikuti program pelatihan.

(19)

me-11

ngembangkan keterampilan peserta pelatihan.

3. Sampai sejauh mana peran masukan lingkungan dalam me

nunjang keberhasilan peserta pelatihan keterampilan.

4. Bagaimanakah proses belajar-membelajarkan dalam me

ngembangkan keterampilan peserta pelatihan.

5. Sampai sejauh mana peran masukan lain dalam menunjang

keberhasilan peserta pelatihan keterampilan.

6. Bagaimanakah keluaran program pelatihan keterampilan

tersebut?.

7. Sampai sejauh mana pengaruh program pelatihan kete

rampilan bagi peserta didik?.

D. Tu.iuan £an Kegunaan Pe^eljtjaA

Penelitian yang menggunakan tekhnik studi kasus

ini, tidak bertujuan untuk menguji hipotesis. Menurut S.

Nasution (1988:11) bahwa : "Tujuan penelitian naturalis-tik bukanlah untuk menguji hipotesis yang didasrkan atas teori-teori tertentu, melainkan untuk menemukan

pola-po-la yang dikembangkan menjadi teori yang "grounded" yakni

didasarkan atas data".

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari

penyelengga-raan sistem pendidikan luar sekolah yang dianggap berha

sil dalam menanggulangi jumlah pengangguran yang

diaki-batkan putus sekolah, dengan jalan memberikan latihan

(20)

12

sesuai dengan keterampilan yang diperolehnya di PPA "Budi

Utama" Lubuk Alung. Hasil penelitian ini diharapkan dapat

menjadi masukan bagi para perencana dan pengelola program

pendidikan pelatihan keterampilan serta bagi para anak

putus sekolah lainnya yang belum mendapat kesempatan

da

lam memperoleh lapangan pekerjaan.

E. Defenisi Operasional.

Penyelenggaraan sistem pendidikan luar sekolah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sekolompok kom-ponen yang berkaitan satu dengan lainnya sehingga keselu-ruhannya mampu melakukan fungsi-fungsi tertentu.

Komponen-komponen dalam pendidikan luar sekolah tersebut, meliputi :

1. Masukan mentah, peserta didik yang merupakan anak pu tus sekolah terlantar dengan berbagai karakteristiknya

seperti motivasi, bakat, minat dan aspirasinya.

2. Masukan sarana, meliputi keseluruhan sumber dan

fasi-litas yang memungkinkan peserta pelatihan keterampilan

melakukan kegiatan belajar. Yang termasuk dalam masukan

sarana ini; para pengelola program, instruktur,

fasi-litas serta tujuan program.

3. Masukan lingkungan, faktor lingkungan yang menunjang/

mendorong berjalannya program pelatihan keterampilan.

Masukan lingkungan ini meliputi, lingkungan keluarga,

(21)

13

4. Proses, merupakan interaksi antara masukan sarana dan

peserta didik dalam upaya mengembangkan keteranpilan

para anak putus sekolah.

5. Masukan lain, adalah daya dukung lain yang

memungkin-kan para peserta pelatihan keterampilan dan lulusan

dapat menggunakan kemampuan yang telah dimiliki untuk

kemajuan kehidupannya.

6. Keluaran, meliputi kualitas dan kuantitas para peserta

pelatihan keterampilan. Perubahan yang terjadi pada

para peserta pelatihan keterampilan, yang semula dalam

keadaan menganggur yang disebabkan putus sekolah ter

lantar, maka setelah mereka mengikuti pelatihan kete

rampilan mereka memperoleh pengetahuan, baik pada

as-pek kognitif, afektif dan psikomotor serta memperoleh lapangan pekerjaan yang sesuai dengan keterampilan

yang mereka miliki.

7. Pengaruh, merupakan tujuan dari program pelatihan kete rampilan sehingga anak memiliki mata pencaharian seba gai sumber kehidupannya, sehingga dengan demikian mere

ka dapat

berperan serta dalam mencapai tujuan pemba

(22)
(23)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metope Pgrielitjan,

Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah

metode kualitatif yang tidak melakukan pengujian hipotesa melainkan menjawab sejumlah pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan berdasarkan permasalahan yang diteliti

Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah pendekatan studi kasus yang menggambarkan dan meng-hubungkan satu gejala lain secara intensif dengan mengam

bil suatu lokasi lain dalam penelitian.

S. Nasution, MA (1988 : 9-11) mengemukakan

ciri-ciri penelitian naturalistik adalah sebagai berikut :

1. Sumber data adalah situasi yang wajar "natural Settjqg"

berdasarkan observasi situasi yang wajar.

2. Peneliti sebagai instrumen penelitian utama, tidak

menggunakan alat-alat seperti tes atau angket,

malain-kan lewat pengamatan dan wawancara untuk memahami in

teraksi antar manusia.

3. Sangat deskriptif yang banyak dituangkan dalam bentuk

laporan dan uraian.

4. Mementingkan proses ataupun produk untuk memperhatikan

perkembangan terjadinya sesuatu.

5. Mencari makna di belakang kelakuan atau perbuatan,

(24)

94

hingga dapat memahami masalah atau situasi.

6. Mengutamakan data langsung, yaitu peneliti sendiri yang

terjun ke lapangan.

7. Triangulasi, yaitu memeriksa kebenaran dengan mempero

leh data dari sumber lain.

8. Menonjolkan rincian kontekstual, yaitu mengumpulkan dan

mencatat data secara rinci dan mendetail.

9. Subjek yang diteliti dianggap berkedudukan sama dengan

peneliti.

10.Mengutamakan perspektif emik, yaitu mementingkan

pan-dangan responden.

11.Verifikasi, yaitu mencari kasus-kasus yang berbeda de

ngan apa yang telah ditemukan untuk memperoleh hal yang

lebih dipercaya.

12.Sampling yang purposif yang dipilih menurut tujuan pe

nelitian dan biasanya hanya sedikit,

13.Menggunakan audit trail (melacak) untuk mengetahuan

a-pakah penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan.

14.Partisipasi tanpa mengganggu untuk memperoleh situasi

yang alamiah atau wajar.

15.Mengadakan analisis sejak awal penelitian dan

seterus-nya sepanjang masa penelitian.

Berdasarkan ciri-ciri tersebut, metode kualita

tif sangat tepat untuk meneliti subjek sejak awainya

belum menampakkan adanya hubungan antara

variabel,sehing-V

(25)

95

yang harus dijadikan kerangka acuan untuk kemudian dites

agar diketahui tingkat kebenaran dari teori tersebut. Le

bih dari itu diharapkan akan diperoleh deskripsi realitas yang kompleks dari penelitian ini yang pada akhirnya di

harapkan dapat mengembangkan suatu teori.

Pendekatan studi kasus yang digunakan dalam peneli tian ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh

Nasuti-on, MA yang mengatakan bahwa studi kasus adalah bentuk

penelitian yang mendalam tentang sesuatu aspek lingkungan

sosial termasuk manusia di dalamnya. Studi kasus dapatdi

lakukan terhadap sekelompok individu (sebuah keluarga) ,

segolongan manusia, lingkungan hidup manusia atau lembaga

sosial, juga dapat mengenai perkembangan sesuatu dan da

pat pula memberi gambaran tentang keadaan yang ada.

S. Subjek Penelitian

Subjek yang diteliti dalam penelitian ini adalah

peserta pelatihan keterampilan jurusan las karbit pada

Panti Penyantunan Anak (PPA) Budi Utama Lubuk Alung

Keca-matan Lubuk Alung Kabupaten Padang Pariaman Propinsi Su

matera Barat. Secara keseluruhan peserta pelatihan kete

rampilan seluruhnya berjumlah 60 orang yang terdiri dari

20 orang jurusan instalasi listrik, 20 orang jurusan

(26)

o-96

rang,

Cara pemilihan subjek yang diteliti dilakukan ber

dasarkan tujuan yang hendak dicapai pada penelitian ini. S. Nasution (1988 : 11), menyatakan bahwa "metode

natura-listik tidak menggunakan sampling random atau acakan dan

tidak pula menggunakan populasi sample yang banyak.

Sam-pel biasanya sedikit dan dipilih menurut tujuan (purposi

ve) penelitian". Sehubungan dengan itu, maka tidak selu ruh peserta pelatihan keterampilan jurusan las yang dija

dikan populasi, melainkan dengan menentukan sampel pene

litian secara purposive. Adapun tekhnik sampling yang

di-gunakan dalam penelitian ini adalah sesuai dengan apa yang

dikemukakan oleh Lexy J.Moleong (1990 : 165-166) berikut

ini :

1. Sampel tidak ditentukan atau ditarik terlebih dahulu.

2. Tujuan memperoleh variasi sebanyak-banyaknya hanya da

pat dicapai jika pemilihan satuan sampel dilakukan ji

ka satuan sebelumnya sudah dijaring dan dianalisis.

Satuan berikut ini dapat dipilih untuk memperluas

in-formasi yang telah diperoleh terlebih dahulu. Dari ma

na atau dari siapa dimulai tidak menjadi persoalan.

3. Pada mulanya setiap sampel

dapat sama kegunaannya.Na

mun sesudah makin banyak informasi yang masuk dab

ma-kin mengembangkan hipotesis kerja, akan ternyata bahwa

(27)

97

4. Pemilihan berakhir jika sudah terjadi pengulangan. Jika

maksudnya memperluas informasi, jika tidak ada lagi

in-formasi yang dapat dijaring, maka penarikan sampel pun

sudah dapat diakhiri.

C. Tahap-tahap penelitian

C.1.Tahap Awal

Setelah ditentukan lokasi penelitian serta subjek

yang hendak diteliti, maka ditempuh langkah-langkah seba

gai berikut :

C1 .a. Mempersiapkan surat rekomendasi dan izin penelitian

melalui prosedur bertingkat sejak dari FPS melalui

Hektor IKIP Bandung diteruskan kepada Kadit Sospol

Daerah Tingkat I Propinsi Jawa Barat diteruskan la gi kepada Kadit Sospol Tingkat I Propinsi Sumatera Barat, selanjutnya kepada Kakan Sospol Daerha Ting kat II Kabupaten Padang Pariaman dan Ka.Kanwil De partemen Sosial Propinsi Sumatera Barat dengan tem-busan kepada Ka.Kandep Sosial Daerah Tingkat II Pa

dang Pariaman dan Kepala Penti Penyantunan Anak(PPA)

Budi Utama Lubuk Alung. Sebagai pemberitahuan, di sampaikan juga kepada Camat Lubuk Alung di mana lo kasi penelitian berada.

C.1.b. Setelah surat rekomendasi dan izin penelitian dipe

roleh. langkah selanjutnya adalah mengadakan

orien

(28)

di-98

kediaman salah seorang pegawai PPA Budi Utama yang

berada di kompleks panti selama tujuh hari. Selama

mengadakan orientasi lapangan, peneliti berusaha me ngenai segala unsur lingkungan sosial, fisik dan keadaan alam, memahami jaringan sistem sosial

buda-yanya, menggali dan memahami pandangan hidup peng-huni panti dan masyarakat di sekitarnya dan menye

suaikan diri dengan keadaan lingkungan.

C.1. c.Menyiapkan perlengkapan penelitian seperti alat-

a-lat tulis, map, klip, kartu, kertas secukupnya,

ka-mera foto, alat perekam atau tape recorder.

d.d.Pada tahap ini secara khusus, peneliti mengadakan

tatap muka atau semacam acara perkenalan dengan pa

ra latar penelitian, termasuk subjek penelitian de

ngan mengambil tempat di aula PPA. Dalam pertemuan

ini peneliti mengutarakan maksud dan tujuan

kedata-ngan setelah sebelumnya memperkenalkan identitas di

ri yang cukup rinci.

0.2.Tahap Perolehan Data

Pada tahap ini peneliti melakukan pengumpulan data

lewat pengamatan, wawancara atau segala sesuatu yang

di-saksikan.. Dalam melakukan wawancara peneliti menggunakan

bahasa Minang sebahagian dan sebahagian lagi bahasa Indo

nesia. Data yang diperoleh lewat pengamatan dan wawancara

selanjutnya ditulis dalam catatan lapangan dengan segera.

(29)

da-99 .

hulu ditanyakan kesediaannya apakah pembicaraan antara peneliti dengan responden dapat direkam ke dalam pita ka-set. Ternyata sebagian ada yang menyatakan setuju untuk direkam dan sebagian lagi secara tegas tidak berkenan

pen-bicaraannya direkam.

Selain mengadakan pengamatan dan wawancara, pene liti juga mengumpulkan data dari dokumen, laporan,gambar, foto-foto dan lain sebagainya sesuai dengan latar dan fo

kus penelitian.

C.3.Tahap Analisis Data

Data-data yang terkumpul diorganisasikan dengan

cara mengatur, mengelompokkan, memberi kode dan

mengkate-gorisasikan untuk menemukan tema dan hipotesis kerja yang

pada gilirannya akan diangkat menjadi teori substansif.

D. Tekhnik Pengumpulari Pat a

Dalam penelitian ini kedudukan peneliti adalah se

bagai instrumen dan sekali gus sebagai perencana,

pelaksa-na pengumpulan data., apelaksa-nalisis, pepelaksa-nafsir data dan akhirnya

sebagai pelapor penelitian.

Tekhnik pengumpulan data yang digunakan dalam pe

nelitian ini meliputi pengamatan, wawancara, studi doku

-mentasi dan studi literatur.

T).1.Pftngamatan atau ohSTVasi

(30)

da-100

ta utama dalam penelitian ini, sebab seperti yang dikemu

kakan oleh Guba dan Lincoln (1981 : 191-193) bahwa alasan digunakannya pengamatan disebabkan oleh :

a.Tekhnik pengamatan didasarkan atas pengalaman secara

langsung.

b.Tekhnik pengamatan memungkinkan melihat dan mengamati

sendiri prilaku dan kejadian sebenarnya.

c.Pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa da

lam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan yang

pro-posisional maupun pengetahuan yang diperoleh dari data,

d.Jalan yang terbaik untuk mengecak kebenaran data adalah

dengan pengamatam, sebab bisa saja data yang dijaring

melalui wawancara ada yang bias.

e.Tekhnik pengamatan memungkinkan peneliti mampu memahami

situasi yang rumit dan prilaku yang kompleks.

f.Dalam situasi tertentu, hanya pengamatan yang dapat di

gunakan misalnya terhadap bayi yang belum bisa

berbica-ra. Pengamatan terhadap subjek dapat dilakukan dengan

berbagai cara, misalnya seperti yang dikemukakan

oleh

Bufor Junker (dalan Patto, 1980 : 131-132) dan dikutip

oleh J.Moleong (1990 : 127-128), yaitu pengamat berperan

serta secara lengkap menjadi anggota penuh dalam kelom

pok yang diamati; peranan peneliti sebagai pengamat ti

dak sepenuhnya sebagai pemeran serta, tetapi masih me

lakukan fungsi pengamatan; peranan pengamat secara

(31)

101

para subjek; peneliti mengamati secara jelas subjeknya ,

sedangkan yang diamati tidak tahu bahwa ia sedang diaaati

Hal-hal yang diamati adalah jenis kegiatan dan pe

ristiwa tertentu yang dapat memberikan informasi yang

be-nar~benar berguna berdasarkan fokus penelitian. Dalam me

lakukan pengamatan, peneliti bertindak aktif tidak hanya

mengamati, melainkan dalam keadaan tertentu. ikut

berbica-ra, berkelakar dan sebagainya secara wajar dan seadanya.

Hasil pengamatan dengan segera dideskripsikan ke dalam

catatan yang meliputi langkah-langkah peristiwa, ketegori

yang diamati atau catatan gambaran umum yang singkat.

n.P.Wawancara

Macam-macam wawancara menurut Patton (dalam

J.Mo-leong, 1990 : 135) adalah wawancara pembicaraan informal,

pendekatan menggunakan petunjuk umum wawancara dan wawan

cara baku terbuka. Dalam penelitian ini jenis wawancara

yang digunakan adalah pendekatan petunjuk umum wawancara,

yaitu dengan terlebih dahulu membuat kerangka dan

garis-besar pokok-pokok, yang ditanyakan sebelum wawancara.

Petunjuk wawancara yang disiapkan itu berdasarkan

atas

anggapan. bahwa ada jawaban yang secara umum akan sama

di-berikan oleh responden, tatapi yang pasti tidak

adaperang-kat pertanyaan yang baku yang disiapkan terlebih dahulu.

Selanjutnya bentuk-bentuk pertanyaan yang diguna

(32)

dikemuka-102,

kan oleh Patton, yaitu :

a. Pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman atau peri

laku responden

b. Pertanyaan yang berkaitan dengan pendapat atau

nilai

dari responden

c. Pertanyaan yang berkaitan dengan perasaan responden.

d. Pertanyaan yang berkaitan dengan pengetahuan yang

di-miliki responden

e. Pertanyaan yang berkaitan dengan indera responden.

f. Pertanyaan yang berkaitan dengan latar belakang atau

demografi dari responden

Pencatatan data wawancara dilakukan dengan

alat

perekam tape recorder maupundengan pencatatan peneliti

semdiri. Jika wawancara hendak direkam, terlebih

dahulu

ditanyakan kesediaan atau persetujuan dari responden.

Se-telah wawancara dilakukan, maka dengan segera hasil

wa

wancara ditranskripsikan ke dalam ketikan di atas kertas

menurut organisasi dan sistematika yang baik agar siap

dijadikan bahan analisis.

D.3. Studi Dokumentasi

Alasan mengapa dokumen atau record dapat digunakan

untuk kepentingan peneliti, menurut Guba dan Lincoln

(1981 : 232-235) adalah:

(33)

103

b. Berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian.

c. Keduanya berguna dan sesuai dengan penelitian kualita

tif karena sifatnya yang alamiah, sesuai dengan

kon-teks.

d. Record relatif murah dan tidak sukar diperoleh,

te

tapi dokumen harus dicari dan ditemukan.

e. Keduanya tidak relatif sehingga tidak sukar ditemukan

dengan tekhnik kajian isi.

f. Hasil pengkajian isi akan membuka kesempatan

untuk

lebih memperluas tubuh pengetahuan terhadap

sesuatu

yang diselidiki.

Dokumen yang digunakan dalam penelitian iniadalah

dokumen resmi baik yang bersifat internal maupun ekster

nal. Dokumen internal meliputi memo, pengumuman,

instruk-si, risalah, laporan, keputusan rapat yang diterbitkan

oleh kapala PPA dan berlaku di lingkungan PPA Budi Utama

Lubuk Alung. Sedangkan dokumen eksternal meliputi

infor-masi dari Departemen Sosial R.I berupa majalah, buletin

berkala, buku petunjuk dan berita-berita yang disiarkan

media v?assa yang bersumber dari pejabat Departemen Sosi

al, baik tingkat pusat maupun tingkat propinsi Sumatera

Barat.

E. y-piteria Keabgahan, Pata,,

Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan tekh

(34)

104;

Kriteria-kroteria tersebut antara lain adalah:

E.1. Kredibilitas

Tingkat kepercayaan berfungsi melaksanakan

inku-iri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan

penemuan-nya dapat dicapai, mempertunjukkan derajat kepercayaan ha

sil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti

pada kenyataan ganda yang sedang diteliti. Dalam usaha

me-nguatkan kredibilitas data, peneliti menggunakan kriteria

sebagai berikut :

E.1. a.Lama Penelitian

Penelitian naturalistik kualitatif membutuhkan

waktu yang relatif lebih lama dibanding dengan penelitian

dengan menggunakan metode lain. Dalam penelitian ini wak

tu yang dibutuhkan selama lebih kurang 6 bulan, dimulai

dari bulan Mei sampai dengan bulan Oktober 1991. Dengan

waktu yang relatif lama, peneliti dapat mendeteksi

dan

memperhitungkan distorsi yang mungkin mengotori data,ter

utama distorsi pribadi. Pada bagian lain, dengan waktu

yang cukup lama, peneliti dapat membangun kepercayaan di

ri peneliti sendiri.

TC.i.h.TCftP.nkunan referensi

Sejak awal penelitian, peneliti telah menyediakan

tape recorder, sebagai alat perekam dalam wawancara.

Se-lain itu jika ada pembicaraan yang tidak direkam disebab

(35)

105

dicatat, kemudian disirapan untuk kemudian sewaktu mengada

kan pengujian, informasi tersebut dapat dimanfaatkan.

E. 1. c. Tjiarigulasi

Adalah tekhnik pemeriksaan keabsahan data dengan

me-manfaatkan sesuatu yang lain di luar data, Untuk mengecek

kembali tingkat kepercayaan data, maka perlu. adanya

usa--i

ha-usaha sebagai berikut :

1).Membandingkan data hasil pengamatan dengan data

hasil

wawancara.

2).Membandingkan dengan apa yang dikatakan orang di depan

umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi.

3).Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi

penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

4). Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang

dengan

berbagai pendapat dan pandangan orang lain.

5). Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen

yeng berkaitan.

E.2. T^pgnrtability

Dependability dimaksudkan keandalan alat penelitian

yaitu peneliti sendiri. Usaha itu dapat dicapai dengan

me-nyatukan dependability, .dengan confirmability melalui suatu

cara yang disebut dengan istilah "audit trail". Proses au

dit trail adalah dengan jalan konsultasi dengan pembimbing

(36)

106

trail adalah :

a. Data mentah seperti catatan lapangan, hasil rekaman. ,

dokumen dan sebagainya yang telah dituangkan dalam la

poran lapangan.

b. Hasil analisis, yaitu hipotesis kerja, konsep - konsep

rangkuman dan sebagainya.

c. Hasil sintesis data, yaitu tafsiran, defenisi,

intere-lasi data, tema, pola hubungan dengan literatur dan la

poran akhir.

d. Catatan mengenai proses yang digunakan dalam peneliti

an seperti metodologi, disain, strategi, prosedur,

ra-sional, usaha-usaha agar hasil penelitian dapat

diper-caya, serta usaha sendiri melakukan audit trail.

F. Psngolahan dan Ajiallsjs Data

Keseluruhan data yang terkumpul dan tercatat di da

lam laporan lapangan masih sulit untuk mengenali

komposi-sinya, oleh sebab itu untuk memudahkan penafsiran maka

pertama-tama peneliti menelaah secara struktur terhadap

fokus penelitian. Dengan cara ini peneliti dapat

dengan

mudah melacak di mana data tersebut berada. Setelah

itu

peneliti menghimpun dan mengklasifikasikan data menurut

masing-masing fokus penelitian untuk membantu memudahkan

penganalisisan data. Akhirnya dari data yang telah

dikla-sifikasikan tadi diperoleh penafsiran-penafsiran berikut

(37)
(38)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan .

Keberadaan Panti Penyantunan Anak (PPA) Budi Utama

Lubuk Alung, merupakan salah satu sarana pelayanan unit

pelaksana tekhnis di lingkungan Departemen Sosial yang

menyelenggarakan penanggulangan masalah kesejahteraan

a-nak dengan menangani aa-nak-aa-nak putus sekolah terlantar guna menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan sosial

dan kerja, sehingga mereka dapat berfungsi sebagai anggo

ta masyarakat yang terampil dan aktif berpartisioasi da

lam pembangunan.

Salah satu perwujudan dan tekad serta usaha PPA

itu adalah dengan diselenggarakannya program pelatihan ke terampilan yang merupakan segi lain dari pelaksanaan pen didikan luar sekolah yang dilaksanakan secara berkala dan

periodik. Dalam satu priode latihan berlangsung selama

e-nam bulan atau satu semester. Keberhasilan peserta prog

ram pelatihan keterampilan tidak terlepas dari

penyeleng-garaan sistem pendidikan luar sekolah yang meliputi

kom

ponen-komponen; masukan mentah, masukan saranan, masukan

lingkungan, proses, masukan lain, keluaran dan pengaruh.

Dari ketujuh komponen tersebut di atas, dapat diambil

bce-berapa kesimpulan :

(39)

165

1. Dari keseluruhan peserta yang mengikuti program pelatihan keterampilan, ternyata tidak semuanya yang di-salurkan/dimagangkan dan seterusnya bekerja di perusahaan

tersebut. Ketentuan ini berdasarkan penilaian yang dilaku

kan para instruktur, kepala wisma, seksi asuhan dan seksi penyaluran. Penilaian tersebut tidak hanya menekankan pada aspek keterampilan semata melainkan juga menekankan pada segi sikap atau budi pekerti mereka dalam kehidupannya se

hari-hari. Faktor lain yang mendukung keberhasilan mereka

yakni adanya keterkaitan antara pengalaman dan kebutuhan

(motivasi) untuk belajar.

Pengalaman yang mereka peroleh pada saat mereka dalam ke

adaan menganggur/putus sekolah adalah kesulitan dalam mem

peroleh pekerjaan karena tidak mempunyai sutau keterampi

lan tertentu. Sehingga pengalaman daa=fc€taa*»han tersebut

menimbulkan suatu keinginan untuk berprestasi (Need

for

achievement - "N - Ach"). Motif berprestasi tersebut di dasarkan atas kecendrungan untuk menghindari kegagalan.

Pada bagian lain ditemukan bahwa anak yang belum/tidak

berhasil ternyata dalam mengikuti program pelatihan mere

ka mempunyai tujuan yang bersifat sementara, dengan kata

lain bahwa keinginan mereka untuk mengikuti program pela

tihan hanya bersifat sambil lalu atao coba-coba, yach ...

(40)

166

2. Tercapainya tujuan program dengan memitik beratkan

pada kebutuhan peserta didik serta menumbuhkan dan

meningkatkan keterampilan kerja.

Dalam mencapai tujuan tersebut adanya saling kerjasama

antara pengelola program serta memanfaatkan sarana

yang ada secara efektif dan efisien.

3. Lingkungan sangat mempengaruhi tindakan seseorang, ka

rena manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat

dipi-sahkan dari kehidupan sosial di mana ia berada. Dalam

masyarakat Minagkabau bahwa laki-laki mempunyai tang

gung jawab yang besar bagi anak kemanakan serta kera

bat yang ada di kampung. Untuk itu mereka disuruh me

rantau agar kelak dapat menymbangkan sesuatu pada

kampungnya. Dalam keadaan seperti ini pendidikan mem

punyai fungsi sosial ganda, yaitu sebagai wahana da

lam menumbuh kembangkan potensi peserta didik juga se

bagai pengembang budaya.

4. Potensi daerah di mana peserta berasal, menjadi salah

satu pertimbangan diterima atau tidaknya pelayanan

program kepada calon peserta.

5. Para peserta pelatihan tidak hanya mendapat pelayanan program pelatihan yang sesuai dengan jurusannya, teta

pi juga memperoleh bimbingan mental.dan sosial.

Hal ini mengingat latar belakang mereka yang beberapa

(41)

167

6. Adanya satu seksi yang bertugas menjajaki perusahaan-perusahaan yang relevan dengan jenis keterampilan pe

serta dan bersedia dijadikan tempat magang dan se

lanjutnya sebagai tempat bekerja. Kesediaan para pe ngusaha tersebut di atas, membantu peserta didik

mengr-gunakan keterampilan yang telah dimiliki guna mening

katkan kemampuan dan meningkatkan taraf hidupnya.

7. Keluaran program pelatihan tidak hanya ditentukan da

ri jumlahnya, tetapi diterimanya hasil kerja mereka

di-tengah-tengah masyarakat.

8. Terjadinya peningkatan taraf hidup pesertanya di

te-ngah-tengah masyarakat dengan perolehan pekerjaan dan

penghasilan yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

Dengan penghasilan yang mereka peroleh menimbulkan mi

nat untuk mendirikan usaha sendiri, sehingga dengan

demikian akan dapat membantu para anak putus sekolah

lainnya dalam menciptakan lapangan pekerjaan.

9. Dari ketujuh komponen pendidikan luar sekolah

sebagai-mana tersebut di atas, ditemukan tiga komponen yang

sangat dominan dalam mendukung keberhasilan, yakni;

(42)

168

B. Rekomendasi bagi Pengelola Program

1. Untuk mengembangkan kemampuan aspek keterampilannya

para peserta diberi tanggung jawab untuk mengerjakan

pesanan masyarakat dengan mendirikan bengkel

tersen-diri dan dikerjakan di luar jam latihan pokok selama

masa pelaksanaan program berlangsung.

2. Meskipun secara umum penyelenggaraan program telah

sesuai dengan definisi-definisi dan prinsip-prinsip

pendidikan luar sekolah, namun pada beberap aspek

perlu perbaikan dan penyempurnaan program yang lebih

didasarkan pada pengembangan kreativitas para peserta

di luar jam latihan keterampilan. Pengembangan kreati

vitas di atas dimaksudkan dengan menggali potensi

da-erah/alam yang ada di daerah asal para peserta pela

tihan. Jadi suatu program tidak hanya sekedar

imple-mentasi rencana suatu proyek.

3. Perlu adanya peningkatan kerjasama dan kordinasi de

ngan para pengusaha yang dapat membantu penyaluran

tamatan program dengan cara menyesuaikan kebutuhan

perusahaan dengan program pelayanan di Panti

(43)

169

•C. Rekomendasi bagi Pendidikan Luar Sekolah

Dari temuan penelitian ini, program pelatihan ke

terampilan yang diselenggarakan oleh PPA Budi Utama Lubuk

Alung merupakan suatu bentuk pendidikan luar sekolah yang

berupaya memberikan dan meningkatkan pengetahuan, kete

rampilan dan sikap pesertanya agar secara sadar

mengopti-malisasikan segenap potensi yang dimiliki untuk mening

katkan taraf hidupnya. Dalam proses pelaksanaan program

pelatihan keterampilan terdapat komponen-komponen yang sa

ling berintaraksi dan saling mendukung antara satu dengan

lainnya. Diantara ketujuh komponen PLS diatas, terdapat

dua komponen yang sanag besar pengaruhnya dalam mendukung

keberhasilan program, kedua komponen tersebut adalah kom

ponen masukan sarana dan masukan lain yang juga berfungsi

sebagai umpan balik dari pelaksanaan program pelatihan.

Berdasarkan temuan di atas, penulis mencoba untuk

menawar-kan suatu bentuk penyelenggaraan sistem PLS, yakni:

Umpan balik Masukan lingkungan

•%

Keluaran

II

I—t

Masukan Mentah • Proses

»

— • ^

4.

J

Pengaruh

Masukan Sarana Masukan Lain

(44)

170

Pada bagian lain ditemukan juga pengelolaan program PLS

yang bersifat tekhnis dalam mencapai tujuan program meli

puti :

1. Perencanaan

2. Pengorganiaasian

3. Manajemenet

4. Komunikasi

5. Hubungan dengan masyarakat

6. Umpan balik program.

Berdasarkan ;uraian-uraian di atas, maka dapat dikatakan

bahwa Pendidikan Luar Sekolah di samping berperan seba

gai penambah, pelengkap dan pengganti pendidikan sekolah

tetapi juag berperan sebagai :

1. PLS berperan sebagai motivator dalam mengatasi pengang

guran.

Problema anak -putus sekolah, pada dasarnya' merupakan

putusnya kesempatan bagi anak untuk memperoleh bimbing

an, latihan secara teratur dan sistematis bagi perkem

bangan anak. Keadaan ini dapat melahirkan problem-prob

lem sosial, ketidak mampuan mencari atau memperoleh pe

ngetahuan, mempertahankan serta mengembangkan sumber

penghasilan dan pada gilirannya akan menjadi

pengang-gur. Melalui pendidikan luar sekolah sebagai suatu

sistem, para anak putus sekolah .-mendapat bimbingan.:

, ^ - -i„v, c'o-hT-np-a-a dengan .b.ekal .yang »

(45)

171

diberikan mereka dapat memenuhi kebutuhan hidup,'

demi meningkatkan mutu dan taraf hidupnya yang lebih baik. Keberhasilan yang mereka peroleh juga membawa pe ngaruh terhadap pembangunan yang sedang dilaksanakan yaitu meningkatkan penduduk yang pada mulanya sebagai

"beban" menjadi "subjek" pembangunan

2. PLS sebagai organisator.

Dalam upaya mengembangkan keterampilan/potensi para

anak putus sekolah, perlu adanya pengelolaan.program

secara terpadu atas dasar prinsip manajemen. Seluruh

sistem pendidikan luar sekolah saling mendukung dan

berkaitan antara satu dengan lainnya dalam mencapai

tujuan program yang berhasil guna dan berdaya guna.

B.3. Rekomendasi Bagi Penelitian Lebih Lanjut

Hasil penelitian ini merupakan gambaran tentang pe

nyelenggaraan program pendidikan luar sekolah dan bukanlah

merupakan generalisasi yang dapat dijadikan pola penyeleng

garaan pendidikan luar sekolah di tempat lain meskipun pada

kasus yang sama. Oleh karenanya perlu diadakan studi

per-bandingan tentang penyelenggraan sistem pendidikan luar

pada instansi dan/atau lembaga lain, baik yang dikelola

o-leh Departemen Sosial maupun departemen-departemen lainnya

atau lembaga masyarakat atau swasta, guna memperoleh

kesa-maan yang dapat diterapkan secara baku pada masa-masa

(46)
(47)

DAFTAR PUSTAKA

Adikusumo, Soepardjo., Pendidikan Interpretasi dan

Impli-kasi., FPS IKIP Bandung, 1989.

Axinn, George., Nonformal Education and Rural Development East Lansing, Michigan State University, 1976.

Ballantine, H, Jeanne., School and Society A Reader Edu

cation Sociology., Wright State University, 1985.

Bouman, P, J., Ilmu Masyarakat Umum., Pembangunan Jakarta, 1984.

Coombs, Philip, H, Ahmad Manzoor., Memerangi Kemiskinan di Pedesaan Melalui Pendidikan Nonformal, Rajawali Jakarta, 1984.

De Jong, SOU., Sosiologi Pendidikan, Suatu Ikhtisar

Teo-ritis Tentang Pendidikan, Perkembangan dan

Moder-nisasi., YIIS & LPSP, Jakarta 1984.

Dewantara, Ki Hadjar., Pendidikan., Taman Siswa,

Jogya-karta, 1962.

.f Kebudayaan., Madjelis Luhur Persatuan Taman

Siswa, Jogyakarta, 1962.

Direktorat Jehderal Bina Kesejahteraan Sosial Departemen

Sosial Republik Indonesia., Penyuluh Sosial., Ja

karta, 1986.

Driyarkara., Tentang Pendidikan., Kanisius, Jogyakarta,

1980.

Faure, Edgar., Belajar Untuk Hidup, Dunia Pendidikan Hari

Kini dan Esok., Bharata Karya Aksara, Jakarta,1981.

Freire, Poulo, diterjemahkan oleh Tim Redaksi

LP3ES.,

Pendidikan Kaum Tertindas., LP3ES, Jakarta, 1985.

., Pedogogy of The Oppressed, dalam Pendidikan

Sebagai Praktek Pembebasan., diterjemahkan oleh Alois A. Nugroho, Jakarta, 1984.

Hunter, M, John, et al., Program of Studies in Nonformal

Education., Michigan State University East Lansing

wrr.

(48)

173

Illich Ivan., Deschooling Society., dalam Bebas Dari Se^

kolah., diindonesiakan oleh C. Woekirsari,

Sinar

Harapan Jakarta, 1982.

Ingalls, John, D., A Trainess Guide to Andragogy : Its

Conceps, Experience and Application.,

Revised

. Edition, Washington, 1974.

Kadushing, Alfred., Child Welfare Service., Collier

Mac-milland Limited, London, 1967.

Kindervatter, Suzanna., Nonformal Education As An Bmpo-^

wering Process., University of Massachusetts, USA,

1979.

Kleis, E. , Case Studies in Nonformal Education., East

LansmgT Michigan State University, 1974.

Knowless, Malcom., The Modern Practice of Adult Education

Andragogy vs Pedagogy., Association Press, mew York

1970.

Koentjaraningrat., Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan.,

Gramedia, Jakarta, 1987.

Krech, David, et al., Individual in Society, A TextBook

of Social Psychology, University of California,

Mc Graw Hill Kogakusha Ltd, Tokyo, 1962.

Maslow, Abraham., Motivation and Personality., New York

Harper and How Publisher, 1970.

McClelland, David, et al., The Achieving Society., ( di

indonesiakan oleh Siawo Suyanto dalam Memacu Ma

syarakat Berprestasi) Intermedia, Jakarta, 19«/r.

Miles, Matthew, B, Huberman, Michael., Cjualitatif Data

Analisis., Sage Publications Beverly Hills London

New Delhi, 1985.

Moleong, Lexy, J., Metodologi Penelitian Kualitatif.,

Remaja Rosdakarya, 1985.

Nairn, Muchtar., Menggali Hukum Tanah dan Hukum Waris Mi^

nangkabau., Studies Press, Padang, 19bd.

Nanitupulu, Washington., Eksistensi dan Peran Pendidikan

Napl Nonformal

^v^^^T^^STVlBnoeTd&aTcan

K-^^^

(49)

174

Nasutinn, S., Metode Penelitian Kualitatif., Tarsito,

Bandung, 1989.

Navis, A.A., Alam Takambang Jadi Guru., Grafiti Press,

Jakarta, 1985.

Niohoff, Richard, 0., Neff, Kenneth, L., Nonformal Educa

tion and The Rural Poor., Michigan State

Universi-Nordshog, John, Eric, Social Change., Mc Graw-Hill Book

Comapny, 1960

Poerwadarminta, ,W. J.S. , Kamua Umum Bahasa Indoensia. , PN

Balai Pustaka, Jakarta, 1982.

Rojers, Everett, M. dan Shoe Maker, F.F, Loyd.,

Jemasya-rakatkan Ide-ide Baru., diteroemahkan oleh

Abdil--lah Hanafi7"Usaha~Naiional, Surabaya, 1981.

Sanusi, Ahmad. , Kapita Selekta Pembahasan Majialah-Masalah

'sosial.! F#TKlF^5HaLTng, 1989.

Soedjatmoko., Pembangunan Sebagai Proses Belajar, dalam

Masalah Sosial BudaylTTahUn 2000 : Sebuah Bungan

Rampai., Tiara Wacana, Yogyakarta, 1986.

Sudiana, Djudju., Pendidikan Luar Sekolah : Wawasan, Se^

Sudjana, igu ge:rkembangan> ^aliafah dan Faktor Pendukung.

feyaian Pendidikan Terpadu Krida Nusantara, Ban

dung, 1989.

Pendidikan Luar Sekolah : Asas Kebutuhan,

Pendidikan Sepjjja^Hj^at, Relevansi jLgngss*£2r

hangunan Masyarakat dan Wawasan ke Masa Depan.,

yfyfllrPendidikan TirpadirKrida Nusantara, Ban

dung, 1989.

., Strategi Kegiatan Belajar Mengajar dalam

Pendidikan Nonformal., Theme 76, Bandung, 1983.

Sangguno, Dirajo. Dt., Curai P^aran Adat Minangkabau. ,

Suelper Drukcij "IgaTF Fort De KocT, 1919.

Steers, Richard, M., MotivationandWgrk Behavior., Mc

Graw Hill International Edition, 19bf.

Staton, Thomas.F Cara-CaraJ|S£ajar g^ff^f^ *g§

Baik., diterjemahkan oleh J.J?, ionaieie, ov

(50)

175

Undang-Undang Republik Indonesia No 2 Tentang Sistem Pen

didikan Nasional., P.T. Kreasi Jaya Utama, 1989.

Yvonna, Lincoln, Cuba, Egon,G., Naturalistic Inquiry.,

Sage Publication, Beverly Hills, 1985.

Zaltman, Gerald, et al., Creating Social Change., Hott,

Referensi

Dokumen terkait

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN. TAHUN

Untuk menunjang kegiatan kurikuler dan menyalurkan minat dan bakatSMA Negeri 4 Yogyakarta menyelenggarakan berbagai kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler

Dalam hal ini penulis menetapkan Fotoraya sebagai objek penelitian untuk peramalan penghasilan, dimana metode Forecasting (peramalan ) penghasilan yang akan digunakan adalah

The proof for horizontal slices is easy: at the bottom of the cube (finest detail, largest scale) the input was already a valid planar partition, every generalization operation

This short conference paper shows some of the preliminary results from the Landsat Operational Land Imager, Thematic Mapper and Enhanced Thematic Mapper data processing that

Berdasakan hasil penelitian ini, maka saran yang hendak peneliti kemukakan yaitu, saran Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah dapat banyak belajar dari sejarah pemikiran

Multimedia adalah sebuah metoda mengajarkan matematika kepada anak dengan menggunakan alat bantu. Dengan alat sempoa manusia dapat menghitung secara cepat. Sehingga

Berdasarkan Berita Acara Penetapan Pemenang Pelelangan Nomor : 06/2/Pokja II ULP- BPADD/2014 tanggal 10 Oktober 2014 , bersama ini Pokja II ULP Badan Perpustakaan, Arsip dan