PENYELENGGARAAN SISTEM PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DALAM UPAYA PENGEMBANGAN KETERAMPILAN ANAK.
(Studi kasus tentang keberhasilan anak putus sekolah teriantar di Panti Penyantunan Anak
(PPA) "Budi Utama" Lubuk Alung Sumatera Barat)
TESIS
Diajukan kepada Panitia Ujian Tesis Fakultas Pascasar jana
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung
sebagai Pemenuhan Sebagian Persyaratan Kurikuler Program S2
Bidang Studi Pendidikan Luar SekolahO l e h F A R I H A H
8932138
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS PASCA SARJANA
DISETUJUI DAN DISYAHKAN OLEH TIM PEMBIMBING
^-*-*-o
ProfA_DRi_Soe2§rd^o_Adikusumo
" Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal la
amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu me-nyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu ; AL
LAH mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui".
(Al Qur'an Surat Al-Baqarah 216)Kupersembahkan kepada Ananda tersayang
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR ±
PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH iv
DAFTAR ISI viii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
1.
B. Identifikasi Masalah
6
C. Masalah Penelitian dan Pertanyaan
Penelitian 1°
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
11
E. Defenisi Operasional
12
BAB II. TINJAUAN HJSTAKA
A. Pengertian Pendidikan Luar Sekolah ...
14
B. Posisi dan Peranan Pendidikan Luar
Sekolah dalam Kerangka UUSPN No 2 1989
20
B.1. Posisi Pendidikan Luar Sekolah ..
20
B.2. Peranan Pendidikan Luar Sekolah.. 23
B.2.a. Pendidikan Luar Sekolah sebagai
pelengkap pendidikan sekolah...
23
B.2.b. Pendidikan Luar Sekolah sebagai
penambah pendidikan sekolah ...
26
B.2.c. Pendidikan Luar Sekolah sebagai
pengganti pendidikan sekolah ..
27
G. Sistem Pendidikan Luar Sekolah
28
C.1. Masukan sarana
30
C.2. Masukan mentah
33
IX
C.3. Masukan lingkungan 33
C. 4 • Proses 34
C.5. Masukan lain 36
C.6. Kaluaran 37
C.7. Pengaruh 38
D. Peran Motivasi Dalam Pendidikan
Luar Sekolah 40
B. Pendekatan dan Bentuk Kegiatan Belajar
Dalam Pendidikan Luar Sekolah 50
E.1. Pendekatan belajar dalam pendidikan
luar sekolah
E.1.a. Konsep Ivan ILLich
50
E.1.b. Konsep Suzanne Kindervatter
52
E.1.c. Konsep Paulo Freire
56
E.1.d. Konsep Abraham H. Maslow
59
E.i.e. Konsep Carl Rojers
60
B.1.f. Konsep Ki Hadjar Dewantara
63
E.2. Bentuk-bentuk Kegiatan Belajar
dalam Pendidikan Luar Sekolah 65
E.2.a. Belajar Kelompok
66
E.2.b. Magang
6?
E.2.C. Latihan Keterampilan
70
F. Orientasi Nilai Budaya Masyarakat Mi- :_ •
nangkabau dalam Pendidikan Luar Sekolah
U
F. 1. Hakekat hidup
?6
F.2. Hakekat karya
??
F. 3. Hakekat waktu
?8
F.4. Hakekat liubungan manusia dengan
F.5. Hakekat hubungan manusia dengan
sesama 80
G. Layanan Kesejahteraan Sosial Bagi
Anak Putus Sekolah Terlantar 84
G.1. Kelompok permasalahan kesejah
teraan sosial 9°
BAB III. MET0D0L0GI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
93
B. Subjek Penelitian
95
C. Tahap-tahan Penelitian
97
D. Tekhnik Pengumpulan Data
99
D. 1. Pengamatan atau ebservasi
99
D. 2. Y/awancara
•
101
D.3. Studi Dokumentasi
1°2
E. Kriteria Keabsahan Data
1°3
F. Pengolahan dan Analisis Data
106
BAB IV. HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Tentang PPA
1°7
B. Deskripsi dan Analisis Data
124
C. Diskusi Hasil Penelitian
144
BAB V.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
B. Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA . . .
LAMPIRAN-LAMPIRAN
164
168
172
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL
Hal
Gambar 1 : Sub Sistem Pendidikan Nasional 4
2 : Klasifikasi Kegiatan Belajar Menurut
Axinn 17
3 : Kompoen-komponen Pendidikan Luar Se
kolah 29
4 : Kebutuhan Hirarkhis dari Maslow 46
5 : Tahapan Proses Pelayanan di Panti
Pe-nyantunan Anak (PPA) 118
6 : Struktur Organisasi PPA "Budi Utama" ... 121
7 : Denah PPA "Budi Utama" 122
8 : Penyelenggaraan Sistem Pendidikan Luar
Sekolah Dalam Mengembangkan
Keteram-pilan Anak 143
Tabel 1 : Model ideal Pendidikan Luar Sekolah
Sebagai Empowering Process
56
2 : Fokus Penelitian 1:Motivasi Peserta
didik Dalam mengikuti Program pelatihan 125 3 : Fokus Penelitian 2:Sampai sejauh mana
Peran Masukan Sarana Dalam Mengembangkan
keterampilan peserta 127
4 : Fokus Penelitian 3:Sampai sejauh mana
Peran Masukan Lingkungan 129
5 : Fokus Penelitian 4:Bagaimna Proses Bela
jar membelajarkan Dalam mengembangkan ke
terampilan peserta pelatihan
131
6 : Fokus Penelitian 5: Sampai sejauh mana peran masukan lain dalam menunjang
keber-hasilan program
"• 134
7 : Fokus penelitian 6: Bagaimana keluaran
program pelatihan tersebut
137
8
: Fokus penelitian 7: Sampai sejauh mana
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan suatu bangsa beEtujuan untuk meningkat-kan kualitas sumber daya manusia, sehingga mampu berfungsi
sebagai motor penggerak pembangunan.
Konsensus ini semakin terbentuk dalam masyarakat Indone
sia untuk menjadikan pembangunan manusia dan sumber daya
manusia sebagai prioritas utama dalam pembangunan nasional
jangka panjang tahap ke dua (GBHN, 1988).
Beberapa alasan mengapa pengembangan sumber daya manusia
menjadi sangat penting dalam pembangunan nasional.
Perta-ma, dalam masyarakat yang sedang berkembang, dengan jumlah
penduduk yang besar, perbandingan antara penduduk sebagai
modal dan sebagai beban pembangunan masih kurang memadai
kalau tidak dikatakan timpang. Kedua, sejalan dengan asas
pembangunan yang berkelanjutan sebagaimana yang
diamanat-kan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun
1988, penyiapan pendidikan sebagai sumber daya daya yang
mampu dan bijaksana dalam mengolah sumber daya alam serta mampu menghadapi tantangan dalam mempertahankan laju pem
bangunan, merupakan suatu keharusan. 01eh karena itu stra-tegi dasar yang dihadapi dalam pembangunan sumber daya ma nusia adalah bagaimana merubah dan meningkatkan penduduk
yang pada mulanya sebagai "beban" menjadi "subjek"
ngunan. Karena manusia merupakan inti pembangunan, dia se
bagai pemikir, pelaksana, pengawas dan merasakan pahit
ge-tirnya serta ia pula yang menikmati keberhasilan pembangu
nan. Dalam kaitan ini, Soedjatmoko mengemukakan bahwa
"pembangunan sebagai proses belajar" (1986 : 4).
Istilab "belajar" yang dimaksdukan adalah
pening-katan kemampuan masyarakat, baik secara individual maupun
kolektif serta mengadakan koreksi-koreksi tepat pada
wak-tunya guna merubah arah yang telah ditempuh.
F.H. Harbinson, 1973 mengemukakan bahwa pembentukan sumber
daya manusia adalah proses memperoleh dan meningkakan jum
lah orang yang mempunyai keahlian, pendidikan dan
pengala-man yang menentukan bagi pembangunan ekonomi dan politik
suatu negara.
Pada bagian lain Sofian Efendi mengemukakan bahwa pemba
ngunan kualitas sumber daya manusia pada dasarnya
adalah
upaya untuk mengembangkan inisiatif penduduk. sebagai sum
ber pembangunan yang utama dalam rangka mencapai kesejah
teraan material dan spiritual (1990 : 9).
Substansi pokok pembangunan manusia dan sumber daya manu sia menurut Sayidiman. S. adalah budaya nasional,
sedang-kan wahana utama adalah pendidisedang-kan (Kompas, 5 Januari 1991)
Pendidikan menurut Soepardjo Adikusumo " bertujuan untuk
menyadarkan manusia tentang keberadaannya".
di atas, maka dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan
faktor yang sangat penting. Hal ini secara implisit dapat
kita simak dalam UUD 1945, yaitu "untuk memajukan kesejah
teraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa". Hal ini lebih
dipertegas lagi dalam TAP. MPR Ho 11/1933, yakni:
1. pengembangan dan pemanfaatan potensi sumber daya manu
sia,
2. peningkatan pendidikan yang dapat menciptakan lapangan '
pekerjaan,
3. pembangunan pertanian terpadu dengan pembangunan
dae-rah pedesaan,
4. pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan da
lam lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat.
Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan No 2 Tahun
1989, bahwa pendidikan nasional terdiri atas dua
sub-sis-tem yaitu sissub-sis-tem pendidikan sekolah dan sub-sissub-sis-tem pendi
dikan luar sekolah. Semua sub-sistem ini berkaitan dan
sa-ling menopang antara satu dengan lainnya. Setiap sub-sis
tem memiliki kedudukan yang sama dalam sistem pandidikan
nasional. (D. Sudjana, 1989 : 68).
Keterkaitan antara keduanya dapat di lihat pada gambar
SISTEM
PENDIDIKAN NASIONAL
SUBSISTRM
PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
. _nj
i
+
PROGRAM PENDIDIKAN
NONPORMAL
DI LINGKUNGAN
MASYARAKAT/LEMBAGA
1
SUBSISTEM
PENDIDIKAN SEKOLAH
PROGRAM PENDIDIKAN
INFORMAL
DI LINGKUNGAN
KELUARGA
TRI-PUSAT/TRI-KONDISI
PENDIDIKAN
PROGRAM PENDIDIKAN FORMAL
DILINGKUNGAN SEKOLAH
Dari gambar di atas, dapat dikatakan bahwa pendi
dikan nasional mempunyai dua sub-sistem. Berdasarkan
si-fatnya, sub-sistem pendidikan luar sekolah terdiri atas dua program yaitu : 1.Program pendidikan luar sekolah yang
dilaksanakan di lingkungan masyarakat/lembaga. 2. Program
pendidikan luar sekolah yang dilaksanakan di lingkungan
keluarga. Sedangkan sub-sistem pendidikan sekolah di
Pendidikan luar sekolah dirumuskan sebagai usaha
sadar untuk mempersiapkan peserta didik, melalui kegiatan
bimbingan; pengajaran atau pelatihan bagi peranannya di-masa yang akan datang (UU RI No 2, 1989, Bab I pasal 1 a-yat 1), yang berorientasi pada kepentingan dan problema
peserta didik adalah model pendidikan yang diprediksi
man-pu menjangkau khalayak sasaran pembangunan yang tidak berkesempatan terdidik secara fommal. Fungsi utama pendi dikan luar sekolah adalah membelajarkan masyarakat kapan
saja, di mana saja, agar masyarakat dapat mengembangkan
potensi yang ada.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1985 : 10)
telah merumuskan tujuan instruksional pendidikan luar se
kolah sebagai berikut :
1. mengembangkan kepribadian dan mengaktualisasikan diri,. 2. kemampuan menghadapi tantangan hidupnya, baik dalam
lingkungan keluarga maupun masyarakat.
3. kemampuan membina keluarga sejahtera dalam rangka me
majukan kesejahteraan umum,
4. wawasan yang luas tentang hak dan kewajiban sebagai
warga negara,
5. kesadaran berbangsa, bernegara dan bermasyarakat dalam
rangka pembangunan manusia dan masyarakat pancasila, 6. kemampuan menciptakan atau membantu menciptakan
S. Iden.tlfikas;L Masalah
"Manusia Indonesia yang berkualitas hanya akan
la-hir dari remaja yang berkualitas. Remaja yang berkualitas
hanya akan tumbuh dari anak-anak yang berkualitas. Karena
itu meningkatkan kualitas mereka merupakan syarat penting
dari ancang-ancang kita untuk memasuki tahap tinggal
lan-das menjelang kahir abad ke 20 ini menuju terwujudnya ma
syarakat Pancasila yang adil dan makmur seperti yang kita
cita-citakan". (Presiden Soeharto)
Sebagai kader dan pewaris perjuangan bangsa, rema
ja memiliki peran dan posisi strategis dalam mengemban
cita-cita tersebut di atas. Mengingat jumlahnya yang
cu-kup besar serta memiliki vitalitas dan semangat, maka
i-ni merupakan potensi sumber daya yang akan mendukung
la-junya pembangunan.
Tetapi bagaimna dengan kondisi sebagian generasi muda i-ni?. Meskipun tidak sedikit yang berhasil dalam berbagai
hal, tetapi masih banyak jumlah mereka yang menyandang
permasalahan sosial. Pengangguran, putus sekolah,
ter-libat tindaka^ kriminil, penyalah gunaan obat-obat
terla-rang merupakan sebagian permasalahan yang kini sedang
di-hadapi oleh sebagian generasi muda.
Problema anak putus sekolah, pada dasarnya merupa
bagi perkembangan anak. Keadaan putus sekolah ini, dapat
melahirkan problem-problem sosial terutama di masa
menda-tang, baik yang bersifat ketidak mampuan mencari atau memperoleh pengetahuan, mempertahankan serta mengembang kan sumber penghasilan dan kehidupan. Secara umum keadaan drop out ini sangat memprihatinkan kerana sering
terben-tur dalam menemukan dan menciptakan lapangan pekerjaan
yang disebabkan oelh minimnya keterampilan fungsional.
Keadaan ini lebih menyedihkan lagi oleh karena adanya
ke-timpangan antara jumlah angkatan kerja dengan kesempatan
kerja yang tersedia. Jumlah angkatan kerja semakin
me-ningkat, sementara pertumbuhan lapangan pekerjaan
tidak
sebanding. Sektor ekonomi yang memberikan lapangan peker
jaan dan hanya membutuhkan keterampilan rendah, yakni pa
da sektor pertanian yang dewasa ini mengalami penyempitan
tanah. Sedang di luar sektor pertanian belum mampu
menye-rap secara keseluruftan tenaga kerja yang ada. Dalam sek
tor industri misalnya, mestinya diharapkan dapat menyerap
tenaga kerja yang lebih besar, ternyata sektor ini
tidak
mampu menampung tenaga kerja yang melimpah. Karena
pada
sektor industri lebih menggunakan padat modal dengan
me-sin-mesin tekhnologi canggih dari pada menggunakan padat
karya dengan tenaga kerja manusia. Dengan demikian akan
terjadi seleksi yang sangat ketat dalam pola
8
sektor industri dan sektor formal lainnya.
Keadaan demikian akan bermuara \ bagi mereka yang putus
sekolah, yang tidak memiliki ketrampilan fungsional
ter-lempar dari pasaran kerja, dan pada gilirannya akan jadi
penganggur.
Anak terlantar dan putus sekolah, seperti
halnya
dengan anak-anak lain, merupakan generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa. Sebagai generasi penerus, mereka
dinarapkan mampu dan andal dalam memikul dan melaksanakan
tanggung jawab dalam berbagai aspek pembangunan.
Menurut data tahun 1988 dari Unit Pelaksana Tekhnis (UPT)
Depart emen sosial Lubuk Alung, bahwa jumlah anak putus se
kolah terlantar di daerah tingkat II Propinsi Sumatera
Barat berjumlah 89.384 jiwa. Departemen yang bertugas me-nyelenggarakan pelayanan kesejahteraan sosial, yang dalam
era pembangunan sekarang ini mengutamakan penanganan ma
salah kesejahteraan sosial bagi anak putus sekolah ter
lantar, mengadakan pelayanan pendidikan dan keterampilan
di Panti Penyantunan Anak (PPA) "Budi Utama" Lubuk Alung
Sumatera Barat. Pelayanan sosial di atas dimaksudkan un
tuk menggali, mengembangkan, meningkatkan dan memantapkan
potensi dan sumber daya yang dimiliki anak-anak putus se
kolah terlantar, sehingga mereka dapat berfungsi sebagai
anggota masyarakat yang terampil dan berpartisipasi aktif
dalam pembangunan.
Pemikiran di atas, dilandasi oleh
ALLAH menciptakan manusia dengan memiliki potensi dan
menjadikan manusia sebagai makhluknya yang paling mulia dan utama, lebih dari makhluk lainnya. Hal ini dapat
di-buktikan dari kejadiannya yang telah >diterangkan dalam
Al-Qur *an :
.."Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan manusia, dan Kami tempatkan mereka di daratan dan di lautan, serta
Kami berikan kepada mereka rezeki dari barang- barang yang baik-baik, serta Kami lebihkan mereka dari pada kebanyakan makhluk yang Kami ciptakan dengan
sebe-nar-benar kelebihan (Q.S. 17:70)
Dalam firmanNYA yang lain :
"Dan Dialah ALLAH yang telah menjadikanmu khalifah di muka bumi ini" (Q.S.6 : 165)
Dengan demikian, manusia merupakan makhluk ALLAH
yang
telah diberinya kelebihan dalam bentuk potensi. Potensi
atau peluang di atas .hanya dapat dikembangkan melalui
pendidikan, agar potensi tersebut dapat berfungsi
seba-gaimana mestinya.
Program pendidikan luar sekolah merupakan kegiatan pendidikan yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan
mereka yang mempunyai kasus seperti tersebut di atas. Ka
rena pendidikan luar sekolah memiliki berbagai bentuk
ak-tivitas pendidikan yang sesuai dengan sasaran yang diha-dapi. Kegiatan pendidikan luar sekolah dapat
dikelompok-kan ke dalam tiga kategori, yakni :
(a) Kegiatan yang orientasinya terutama ditujukan kepada
di-10
dik dari kalangan tenaga kerja yang sudah bekerja.
(b) Kegiatan yang mempunyai tujuan utama mempersiapkan
orang-orang khususnya para pemuda untuk memasuki lapa
ngan pekerjaan.
(c) Kegiatan yang mempunyai tujuan utama untuk mengembang
kan keterampilan dan pengetahuan untuk kepentingan dunia' pekerjaan dan dunai usaha.
C. Masalah Penelitian
1. Penjelasan masalah.
Program pelayanan pendidikan keterampilan yang
di-kelola oleh Departemen Sosial Sumatera Barat merupakan
u-paya dalam mengembangkan keterampilan bagi anak putus se
kolah terlantar. Yang menjadi masalah pokok dalam peneli
tian ini adalah bagaimana bentuk penyelenggaraan sistem
pendidikan luar sekolah, yang pada.akhirnya mempunyai pe
ngaruh terhadap perubahan sikap dan perilaku sosial
eko-nomi peserta pelatihan yang semula merupakan anak putus
sekolah terlantar.
2. Pertanyaan penelitian
Secara rinci permasalahan di atas dituangkan dalam
beberapa bentuk pertanyaan penelitian, yakni :
1. Bagaimana motivasi peserta didik (masukan mentah) da
lam mengikuti program pelatihan.
me-11
ngembangkan keterampilan peserta pelatihan.
3. Sampai sejauh mana peran masukan lingkungan dalam me
nunjang keberhasilan peserta pelatihan keterampilan.
4. Bagaimanakah proses belajar-membelajarkan dalam me
ngembangkan keterampilan peserta pelatihan.
5. Sampai sejauh mana peran masukan lain dalam menunjang
keberhasilan peserta pelatihan keterampilan.
6. Bagaimanakah keluaran program pelatihan keterampilan
tersebut?.
7. Sampai sejauh mana pengaruh program pelatihan kete
rampilan bagi peserta didik?.
D. Tu.iuan £an Kegunaan Pe^eljtjaA
Penelitian yang menggunakan tekhnik studi kasus
ini, tidak bertujuan untuk menguji hipotesis. Menurut S.
Nasution (1988:11) bahwa : "Tujuan penelitian naturalis-tik bukanlah untuk menguji hipotesis yang didasrkan atas teori-teori tertentu, melainkan untuk menemukan
pola-po-la yang dikembangkan menjadi teori yang "grounded" yakni
didasarkan atas data".
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari
penyelengga-raan sistem pendidikan luar sekolah yang dianggap berha
sil dalam menanggulangi jumlah pengangguran yang
diaki-batkan putus sekolah, dengan jalan memberikan latihan
12
sesuai dengan keterampilan yang diperolehnya di PPA "Budi
Utama" Lubuk Alung. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
menjadi masukan bagi para perencana dan pengelola program
pendidikan pelatihan keterampilan serta bagi para anak
putus sekolah lainnya yang belum mendapat kesempatan
da
lam memperoleh lapangan pekerjaan.
E. Defenisi Operasional.
Penyelenggaraan sistem pendidikan luar sekolah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sekolompok kom-ponen yang berkaitan satu dengan lainnya sehingga keselu-ruhannya mampu melakukan fungsi-fungsi tertentu.
Komponen-komponen dalam pendidikan luar sekolah tersebut, meliputi :
1. Masukan mentah, peserta didik yang merupakan anak pu tus sekolah terlantar dengan berbagai karakteristiknya
seperti motivasi, bakat, minat dan aspirasinya.
2. Masukan sarana, meliputi keseluruhan sumber dan
fasi-litas yang memungkinkan peserta pelatihan keterampilan
melakukan kegiatan belajar. Yang termasuk dalam masukan
sarana ini; para pengelola program, instruktur,
fasi-litas serta tujuan program.
3. Masukan lingkungan, faktor lingkungan yang menunjang/
mendorong berjalannya program pelatihan keterampilan.
Masukan lingkungan ini meliputi, lingkungan keluarga,
13
4. Proses, merupakan interaksi antara masukan sarana dan
peserta didik dalam upaya mengembangkan keteranpilan
para anak putus sekolah.
5. Masukan lain, adalah daya dukung lain yang
memungkin-kan para peserta pelatihan keterampilan dan lulusan
dapat menggunakan kemampuan yang telah dimiliki untuk
kemajuan kehidupannya.
6. Keluaran, meliputi kualitas dan kuantitas para peserta
pelatihan keterampilan. Perubahan yang terjadi pada
para peserta pelatihan keterampilan, yang semula dalam
keadaan menganggur yang disebabkan putus sekolah ter
lantar, maka setelah mereka mengikuti pelatihan kete
rampilan mereka memperoleh pengetahuan, baik pada
as-pek kognitif, afektif dan psikomotor serta memperoleh lapangan pekerjaan yang sesuai dengan keterampilan
yang mereka miliki.
7. Pengaruh, merupakan tujuan dari program pelatihan kete rampilan sehingga anak memiliki mata pencaharian seba gai sumber kehidupannya, sehingga dengan demikian mere
ka dapat
berperan serta dalam mencapai tujuan pemba
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metope Pgrielitjan,
Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah
metode kualitatif yang tidak melakukan pengujian hipotesa melainkan menjawab sejumlah pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan berdasarkan permasalahan yang diteliti
Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan studi kasus yang menggambarkan dan meng-hubungkan satu gejala lain secara intensif dengan mengam
bil suatu lokasi lain dalam penelitian.
S. Nasution, MA (1988 : 9-11) mengemukakan
ciri-ciri penelitian naturalistik adalah sebagai berikut :
1. Sumber data adalah situasi yang wajar "natural Settjqg"
berdasarkan observasi situasi yang wajar.
2. Peneliti sebagai instrumen penelitian utama, tidak
menggunakan alat-alat seperti tes atau angket,
malain-kan lewat pengamatan dan wawancara untuk memahami in
teraksi antar manusia.
3. Sangat deskriptif yang banyak dituangkan dalam bentuk
laporan dan uraian.
4. Mementingkan proses ataupun produk untuk memperhatikan
perkembangan terjadinya sesuatu.
5. Mencari makna di belakang kelakuan atau perbuatan,
94
hingga dapat memahami masalah atau situasi.
6. Mengutamakan data langsung, yaitu peneliti sendiri yang
terjun ke lapangan.
7. Triangulasi, yaitu memeriksa kebenaran dengan mempero
leh data dari sumber lain.
8. Menonjolkan rincian kontekstual, yaitu mengumpulkan dan
mencatat data secara rinci dan mendetail.
9. Subjek yang diteliti dianggap berkedudukan sama dengan
peneliti.
10.Mengutamakan perspektif emik, yaitu mementingkan
pan-dangan responden.
11.Verifikasi, yaitu mencari kasus-kasus yang berbeda de
ngan apa yang telah ditemukan untuk memperoleh hal yang
lebih dipercaya.
12.Sampling yang purposif yang dipilih menurut tujuan pe
nelitian dan biasanya hanya sedikit,
13.Menggunakan audit trail (melacak) untuk mengetahuan
a-pakah penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan.
14.Partisipasi tanpa mengganggu untuk memperoleh situasi
yang alamiah atau wajar.
15.Mengadakan analisis sejak awal penelitian dan
seterus-nya sepanjang masa penelitian.
Berdasarkan ciri-ciri tersebut, metode kualita
tif sangat tepat untuk meneliti subjek sejak awainya
belum menampakkan adanya hubungan antara
variabel,sehing-V
95
yang harus dijadikan kerangka acuan untuk kemudian dites
agar diketahui tingkat kebenaran dari teori tersebut. Le
bih dari itu diharapkan akan diperoleh deskripsi realitas yang kompleks dari penelitian ini yang pada akhirnya di
harapkan dapat mengembangkan suatu teori.
Pendekatan studi kasus yang digunakan dalam peneli tian ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh
Nasuti-on, MA yang mengatakan bahwa studi kasus adalah bentuk
penelitian yang mendalam tentang sesuatu aspek lingkungan
sosial termasuk manusia di dalamnya. Studi kasus dapatdi
lakukan terhadap sekelompok individu (sebuah keluarga) ,
segolongan manusia, lingkungan hidup manusia atau lembaga
sosial, juga dapat mengenai perkembangan sesuatu dan da
pat pula memberi gambaran tentang keadaan yang ada.
S. Subjek Penelitian
Subjek yang diteliti dalam penelitian ini adalah
peserta pelatihan keterampilan jurusan las karbit pada
Panti Penyantunan Anak (PPA) Budi Utama Lubuk Alung
Keca-matan Lubuk Alung Kabupaten Padang Pariaman Propinsi Su
matera Barat. Secara keseluruhan peserta pelatihan kete
rampilan seluruhnya berjumlah 60 orang yang terdiri dari
20 orang jurusan instalasi listrik, 20 orang jurusan
o-96
rang,
Cara pemilihan subjek yang diteliti dilakukan ber
dasarkan tujuan yang hendak dicapai pada penelitian ini. S. Nasution (1988 : 11), menyatakan bahwa "metode
natura-listik tidak menggunakan sampling random atau acakan dan
tidak pula menggunakan populasi sample yang banyak.
Sam-pel biasanya sedikit dan dipilih menurut tujuan (purposi
ve) penelitian". Sehubungan dengan itu, maka tidak selu ruh peserta pelatihan keterampilan jurusan las yang dija
dikan populasi, melainkan dengan menentukan sampel pene
litian secara purposive. Adapun tekhnik sampling yang
di-gunakan dalam penelitian ini adalah sesuai dengan apa yang
dikemukakan oleh Lexy J.Moleong (1990 : 165-166) berikut
ini :
1. Sampel tidak ditentukan atau ditarik terlebih dahulu.
2. Tujuan memperoleh variasi sebanyak-banyaknya hanya da
pat dicapai jika pemilihan satuan sampel dilakukan ji
ka satuan sebelumnya sudah dijaring dan dianalisis.
Satuan berikut ini dapat dipilih untuk memperluas
in-formasi yang telah diperoleh terlebih dahulu. Dari ma
na atau dari siapa dimulai tidak menjadi persoalan.
3. Pada mulanya setiap sampel
dapat sama kegunaannya.Na
mun sesudah makin banyak informasi yang masuk dab
ma-kin mengembangkan hipotesis kerja, akan ternyata bahwa
97
4. Pemilihan berakhir jika sudah terjadi pengulangan. Jika
maksudnya memperluas informasi, jika tidak ada lagi
in-formasi yang dapat dijaring, maka penarikan sampel pun
sudah dapat diakhiri.
C. Tahap-tahap penelitian
C.1.Tahap Awal
Setelah ditentukan lokasi penelitian serta subjek
yang hendak diteliti, maka ditempuh langkah-langkah seba
gai berikut :
C1 .a. Mempersiapkan surat rekomendasi dan izin penelitian
melalui prosedur bertingkat sejak dari FPS melalui
Hektor IKIP Bandung diteruskan kepada Kadit Sospol
Daerah Tingkat I Propinsi Jawa Barat diteruskan la gi kepada Kadit Sospol Tingkat I Propinsi Sumatera Barat, selanjutnya kepada Kakan Sospol Daerha Ting kat II Kabupaten Padang Pariaman dan Ka.Kanwil De partemen Sosial Propinsi Sumatera Barat dengan tem-busan kepada Ka.Kandep Sosial Daerah Tingkat II Pa
dang Pariaman dan Kepala Penti Penyantunan Anak(PPA)
Budi Utama Lubuk Alung. Sebagai pemberitahuan, di sampaikan juga kepada Camat Lubuk Alung di mana lo kasi penelitian berada.
C.1.b. Setelah surat rekomendasi dan izin penelitian dipe
roleh. langkah selanjutnya adalah mengadakan
orien
di-98
kediaman salah seorang pegawai PPA Budi Utama yang
berada di kompleks panti selama tujuh hari. Selama
mengadakan orientasi lapangan, peneliti berusaha me ngenai segala unsur lingkungan sosial, fisik dan keadaan alam, memahami jaringan sistem sosial
buda-yanya, menggali dan memahami pandangan hidup peng-huni panti dan masyarakat di sekitarnya dan menye
suaikan diri dengan keadaan lingkungan.
C.1. c.Menyiapkan perlengkapan penelitian seperti alat-
a-lat tulis, map, klip, kartu, kertas secukupnya,
ka-mera foto, alat perekam atau tape recorder.
d.d.Pada tahap ini secara khusus, peneliti mengadakan
tatap muka atau semacam acara perkenalan dengan pa
ra latar penelitian, termasuk subjek penelitian de
ngan mengambil tempat di aula PPA. Dalam pertemuan
ini peneliti mengutarakan maksud dan tujuan
kedata-ngan setelah sebelumnya memperkenalkan identitas di
ri yang cukup rinci.
0.2.Tahap Perolehan Data
Pada tahap ini peneliti melakukan pengumpulan data
lewat pengamatan, wawancara atau segala sesuatu yang
di-saksikan.. Dalam melakukan wawancara peneliti menggunakan
bahasa Minang sebahagian dan sebahagian lagi bahasa Indo
nesia. Data yang diperoleh lewat pengamatan dan wawancara
selanjutnya ditulis dalam catatan lapangan dengan segera.
da-99 .
hulu ditanyakan kesediaannya apakah pembicaraan antara peneliti dengan responden dapat direkam ke dalam pita ka-set. Ternyata sebagian ada yang menyatakan setuju untuk direkam dan sebagian lagi secara tegas tidak berkenan
pen-bicaraannya direkam.
Selain mengadakan pengamatan dan wawancara, pene liti juga mengumpulkan data dari dokumen, laporan,gambar, foto-foto dan lain sebagainya sesuai dengan latar dan fo
kus penelitian.
C.3.Tahap Analisis Data
Data-data yang terkumpul diorganisasikan dengan
cara mengatur, mengelompokkan, memberi kode dan
mengkate-gorisasikan untuk menemukan tema dan hipotesis kerja yang
pada gilirannya akan diangkat menjadi teori substansif.
D. Tekhnik Pengumpulari Pat a
Dalam penelitian ini kedudukan peneliti adalah se
bagai instrumen dan sekali gus sebagai perencana,
pelaksa-na pengumpulan data., apelaksa-nalisis, pepelaksa-nafsir data dan akhirnya
sebagai pelapor penelitian.
Tekhnik pengumpulan data yang digunakan dalam pe
nelitian ini meliputi pengamatan, wawancara, studi doku
-mentasi dan studi literatur.
T).1.Pftngamatan atau ohSTVasi
da-100
ta utama dalam penelitian ini, sebab seperti yang dikemu
kakan oleh Guba dan Lincoln (1981 : 191-193) bahwa alasan digunakannya pengamatan disebabkan oleh :
a.Tekhnik pengamatan didasarkan atas pengalaman secara
langsung.
b.Tekhnik pengamatan memungkinkan melihat dan mengamati
sendiri prilaku dan kejadian sebenarnya.
c.Pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa da
lam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan yang
pro-posisional maupun pengetahuan yang diperoleh dari data,
d.Jalan yang terbaik untuk mengecak kebenaran data adalah
dengan pengamatam, sebab bisa saja data yang dijaring
melalui wawancara ada yang bias.
e.Tekhnik pengamatan memungkinkan peneliti mampu memahami
situasi yang rumit dan prilaku yang kompleks.
f.Dalam situasi tertentu, hanya pengamatan yang dapat di
gunakan misalnya terhadap bayi yang belum bisa
berbica-ra. Pengamatan terhadap subjek dapat dilakukan dengan
berbagai cara, misalnya seperti yang dikemukakan
oleh
Bufor Junker (dalan Patto, 1980 : 131-132) dan dikutip
oleh J.Moleong (1990 : 127-128), yaitu pengamat berperan
serta secara lengkap menjadi anggota penuh dalam kelom
pok yang diamati; peranan peneliti sebagai pengamat ti
dak sepenuhnya sebagai pemeran serta, tetapi masih me
lakukan fungsi pengamatan; peranan pengamat secara
101
para subjek; peneliti mengamati secara jelas subjeknya ,
sedangkan yang diamati tidak tahu bahwa ia sedang diaaati
Hal-hal yang diamati adalah jenis kegiatan dan pe
ristiwa tertentu yang dapat memberikan informasi yang
be-nar~benar berguna berdasarkan fokus penelitian. Dalam me
lakukan pengamatan, peneliti bertindak aktif tidak hanya
mengamati, melainkan dalam keadaan tertentu. ikut
berbica-ra, berkelakar dan sebagainya secara wajar dan seadanya.
Hasil pengamatan dengan segera dideskripsikan ke dalam
catatan yang meliputi langkah-langkah peristiwa, ketegori
yang diamati atau catatan gambaran umum yang singkat.
n.P.Wawancara
Macam-macam wawancara menurut Patton (dalam
J.Mo-leong, 1990 : 135) adalah wawancara pembicaraan informal,
pendekatan menggunakan petunjuk umum wawancara dan wawan
cara baku terbuka. Dalam penelitian ini jenis wawancara
yang digunakan adalah pendekatan petunjuk umum wawancara,
yaitu dengan terlebih dahulu membuat kerangka dan
garis-besar pokok-pokok, yang ditanyakan sebelum wawancara.
Petunjuk wawancara yang disiapkan itu berdasarkan
atas
anggapan. bahwa ada jawaban yang secara umum akan sama
di-berikan oleh responden, tatapi yang pasti tidak
adaperang-kat pertanyaan yang baku yang disiapkan terlebih dahulu.
Selanjutnya bentuk-bentuk pertanyaan yang diguna
dikemuka-102,
kan oleh Patton, yaitu :
a. Pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman atau peri
laku responden
b. Pertanyaan yang berkaitan dengan pendapat atau
nilai
dari responden
c. Pertanyaan yang berkaitan dengan perasaan responden.
d. Pertanyaan yang berkaitan dengan pengetahuan yang
di-miliki responden
e. Pertanyaan yang berkaitan dengan indera responden.
f. Pertanyaan yang berkaitan dengan latar belakang atau
demografi dari responden
Pencatatan data wawancara dilakukan dengan
alat
perekam tape recorder maupundengan pencatatan peneliti
semdiri. Jika wawancara hendak direkam, terlebih
dahulu
ditanyakan kesediaan atau persetujuan dari responden.
Se-telah wawancara dilakukan, maka dengan segera hasil
wa
wancara ditranskripsikan ke dalam ketikan di atas kertas
menurut organisasi dan sistematika yang baik agar siap
dijadikan bahan analisis.
D.3. Studi Dokumentasi
Alasan mengapa dokumen atau record dapat digunakan
untuk kepentingan peneliti, menurut Guba dan Lincoln
(1981 : 232-235) adalah:
103
b. Berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian.
c. Keduanya berguna dan sesuai dengan penelitian kualita
tif karena sifatnya yang alamiah, sesuai dengan
kon-teks.
d. Record relatif murah dan tidak sukar diperoleh,
te
tapi dokumen harus dicari dan ditemukan.
e. Keduanya tidak relatif sehingga tidak sukar ditemukan
dengan tekhnik kajian isi.
f. Hasil pengkajian isi akan membuka kesempatan
untuk
lebih memperluas tubuh pengetahuan terhadap
sesuatu
yang diselidiki.
Dokumen yang digunakan dalam penelitian iniadalah
dokumen resmi baik yang bersifat internal maupun ekster
nal. Dokumen internal meliputi memo, pengumuman,
instruk-si, risalah, laporan, keputusan rapat yang diterbitkan
oleh kapala PPA dan berlaku di lingkungan PPA Budi Utama
Lubuk Alung. Sedangkan dokumen eksternal meliputi
infor-masi dari Departemen Sosial R.I berupa majalah, buletin
berkala, buku petunjuk dan berita-berita yang disiarkan
media v?assa yang bersumber dari pejabat Departemen Sosi
al, baik tingkat pusat maupun tingkat propinsi Sumatera
Barat.
E. y-piteria Keabgahan, Pata,,
Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan tekh
104;
Kriteria-kroteria tersebut antara lain adalah:
E.1. Kredibilitas
Tingkat kepercayaan berfungsi melaksanakan
inku-iri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan
penemuan-nya dapat dicapai, mempertunjukkan derajat kepercayaan ha
sil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti
pada kenyataan ganda yang sedang diteliti. Dalam usaha
me-nguatkan kredibilitas data, peneliti menggunakan kriteria
sebagai berikut :
E.1. a.Lama Penelitian
Penelitian naturalistik kualitatif membutuhkan
waktu yang relatif lebih lama dibanding dengan penelitian
dengan menggunakan metode lain. Dalam penelitian ini wak
tu yang dibutuhkan selama lebih kurang 6 bulan, dimulai
dari bulan Mei sampai dengan bulan Oktober 1991. Dengan
waktu yang relatif lama, peneliti dapat mendeteksi
dan
memperhitungkan distorsi yang mungkin mengotori data,ter
utama distorsi pribadi. Pada bagian lain, dengan waktu
yang cukup lama, peneliti dapat membangun kepercayaan di
ri peneliti sendiri.
TC.i.h.TCftP.nkunan referensi
Sejak awal penelitian, peneliti telah menyediakan
tape recorder, sebagai alat perekam dalam wawancara.
Se-lain itu jika ada pembicaraan yang tidak direkam disebab
105
dicatat, kemudian disirapan untuk kemudian sewaktu mengada
kan pengujian, informasi tersebut dapat dimanfaatkan.
E. 1. c. Tjiarigulasi
Adalah tekhnik pemeriksaan keabsahan data dengan
me-manfaatkan sesuatu yang lain di luar data, Untuk mengecek
kembali tingkat kepercayaan data, maka perlu. adanya
usa--i
ha-usaha sebagai berikut :
1).Membandingkan data hasil pengamatan dengan data
hasil
wawancara.
2).Membandingkan dengan apa yang dikatakan orang di depan
umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi.
3).Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
4). Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang
dengan
berbagai pendapat dan pandangan orang lain.
5). Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen
yeng berkaitan.
E.2. T^pgnrtability
Dependability dimaksudkan keandalan alat penelitian
yaitu peneliti sendiri. Usaha itu dapat dicapai dengan
me-nyatukan dependability, .dengan confirmability melalui suatu
cara yang disebut dengan istilah "audit trail". Proses au
dit trail adalah dengan jalan konsultasi dengan pembimbing
106
trail adalah :
a. Data mentah seperti catatan lapangan, hasil rekaman. ,
dokumen dan sebagainya yang telah dituangkan dalam la
poran lapangan.
b. Hasil analisis, yaitu hipotesis kerja, konsep - konsep
rangkuman dan sebagainya.
c. Hasil sintesis data, yaitu tafsiran, defenisi,
intere-lasi data, tema, pola hubungan dengan literatur dan la
poran akhir.
d. Catatan mengenai proses yang digunakan dalam peneliti
an seperti metodologi, disain, strategi, prosedur,
ra-sional, usaha-usaha agar hasil penelitian dapat
diper-caya, serta usaha sendiri melakukan audit trail.
F. Psngolahan dan Ajiallsjs Data
Keseluruhan data yang terkumpul dan tercatat di da
lam laporan lapangan masih sulit untuk mengenali
komposi-sinya, oleh sebab itu untuk memudahkan penafsiran maka
pertama-tama peneliti menelaah secara struktur terhadap
fokus penelitian. Dengan cara ini peneliti dapat
dengan
mudah melacak di mana data tersebut berada. Setelah
itu
peneliti menghimpun dan mengklasifikasikan data menurut
masing-masing fokus penelitian untuk membantu memudahkan
penganalisisan data. Akhirnya dari data yang telah
dikla-sifikasikan tadi diperoleh penafsiran-penafsiran berikut
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan .
Keberadaan Panti Penyantunan Anak (PPA) Budi Utama
Lubuk Alung, merupakan salah satu sarana pelayanan unit
pelaksana tekhnis di lingkungan Departemen Sosial yang
menyelenggarakan penanggulangan masalah kesejahteraan
a-nak dengan menangani aa-nak-aa-nak putus sekolah terlantar guna menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan sosial
dan kerja, sehingga mereka dapat berfungsi sebagai anggo
ta masyarakat yang terampil dan aktif berpartisioasi da
lam pembangunan.
Salah satu perwujudan dan tekad serta usaha PPA
itu adalah dengan diselenggarakannya program pelatihan ke terampilan yang merupakan segi lain dari pelaksanaan pen didikan luar sekolah yang dilaksanakan secara berkala dan
periodik. Dalam satu priode latihan berlangsung selama
e-nam bulan atau satu semester. Keberhasilan peserta prog
ram pelatihan keterampilan tidak terlepas dari
penyeleng-garaan sistem pendidikan luar sekolah yang meliputi
kom
ponen-komponen; masukan mentah, masukan saranan, masukan
lingkungan, proses, masukan lain, keluaran dan pengaruh.
Dari ketujuh komponen tersebut di atas, dapat diambil
bce-berapa kesimpulan :
165
1. Dari keseluruhan peserta yang mengikuti program pelatihan keterampilan, ternyata tidak semuanya yang di-salurkan/dimagangkan dan seterusnya bekerja di perusahaan
tersebut. Ketentuan ini berdasarkan penilaian yang dilaku
kan para instruktur, kepala wisma, seksi asuhan dan seksi penyaluran. Penilaian tersebut tidak hanya menekankan pada aspek keterampilan semata melainkan juga menekankan pada segi sikap atau budi pekerti mereka dalam kehidupannya se
hari-hari. Faktor lain yang mendukung keberhasilan mereka
yakni adanya keterkaitan antara pengalaman dan kebutuhan
(motivasi) untuk belajar.
Pengalaman yang mereka peroleh pada saat mereka dalam ke
adaan menganggur/putus sekolah adalah kesulitan dalam mem
peroleh pekerjaan karena tidak mempunyai sutau keterampi
lan tertentu. Sehingga pengalaman daa=fc€taa*»han tersebut
menimbulkan suatu keinginan untuk berprestasi (Need
for
achievement - "N - Ach"). Motif berprestasi tersebut di dasarkan atas kecendrungan untuk menghindari kegagalan.
Pada bagian lain ditemukan bahwa anak yang belum/tidak
berhasil ternyata dalam mengikuti program pelatihan mere
ka mempunyai tujuan yang bersifat sementara, dengan kata
lain bahwa keinginan mereka untuk mengikuti program pela
tihan hanya bersifat sambil lalu atao coba-coba, yach ...
166
2. Tercapainya tujuan program dengan memitik beratkan
pada kebutuhan peserta didik serta menumbuhkan dan
meningkatkan keterampilan kerja.
Dalam mencapai tujuan tersebut adanya saling kerjasama
antara pengelola program serta memanfaatkan sarana
yang ada secara efektif dan efisien.
3. Lingkungan sangat mempengaruhi tindakan seseorang, ka
rena manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat
dipi-sahkan dari kehidupan sosial di mana ia berada. Dalam
masyarakat Minagkabau bahwa laki-laki mempunyai tang
gung jawab yang besar bagi anak kemanakan serta kera
bat yang ada di kampung. Untuk itu mereka disuruh me
rantau agar kelak dapat menymbangkan sesuatu pada
kampungnya. Dalam keadaan seperti ini pendidikan mem
punyai fungsi sosial ganda, yaitu sebagai wahana da
lam menumbuh kembangkan potensi peserta didik juga se
bagai pengembang budaya.
4. Potensi daerah di mana peserta berasal, menjadi salah
satu pertimbangan diterima atau tidaknya pelayanan
program kepada calon peserta.
5. Para peserta pelatihan tidak hanya mendapat pelayanan program pelatihan yang sesuai dengan jurusannya, teta
pi juga memperoleh bimbingan mental.dan sosial.
Hal ini mengingat latar belakang mereka yang beberapa
167
6. Adanya satu seksi yang bertugas menjajaki perusahaan-perusahaan yang relevan dengan jenis keterampilan pe
serta dan bersedia dijadikan tempat magang dan se
lanjutnya sebagai tempat bekerja. Kesediaan para pe ngusaha tersebut di atas, membantu peserta didik
mengr-gunakan keterampilan yang telah dimiliki guna mening
katkan kemampuan dan meningkatkan taraf hidupnya.
7. Keluaran program pelatihan tidak hanya ditentukan da
ri jumlahnya, tetapi diterimanya hasil kerja mereka
di-tengah-tengah masyarakat.
8. Terjadinya peningkatan taraf hidup pesertanya di
te-ngah-tengah masyarakat dengan perolehan pekerjaan dan
penghasilan yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dengan penghasilan yang mereka peroleh menimbulkan mi
nat untuk mendirikan usaha sendiri, sehingga dengan
demikian akan dapat membantu para anak putus sekolah
lainnya dalam menciptakan lapangan pekerjaan.
9. Dari ketujuh komponen pendidikan luar sekolah
sebagai-mana tersebut di atas, ditemukan tiga komponen yang
sangat dominan dalam mendukung keberhasilan, yakni;
168
B. Rekomendasi bagi Pengelola Program
1. Untuk mengembangkan kemampuan aspek keterampilannya
para peserta diberi tanggung jawab untuk mengerjakan
pesanan masyarakat dengan mendirikan bengkel
tersen-diri dan dikerjakan di luar jam latihan pokok selama
masa pelaksanaan program berlangsung.
2. Meskipun secara umum penyelenggaraan program telah
sesuai dengan definisi-definisi dan prinsip-prinsip
pendidikan luar sekolah, namun pada beberap aspek
perlu perbaikan dan penyempurnaan program yang lebih
didasarkan pada pengembangan kreativitas para peserta
di luar jam latihan keterampilan. Pengembangan kreati
vitas di atas dimaksudkan dengan menggali potensi
da-erah/alam yang ada di daerah asal para peserta pela
tihan. Jadi suatu program tidak hanya sekedar
imple-mentasi rencana suatu proyek.
3. Perlu adanya peningkatan kerjasama dan kordinasi de
ngan para pengusaha yang dapat membantu penyaluran
tamatan program dengan cara menyesuaikan kebutuhan
perusahaan dengan program pelayanan di Panti
169
•C. Rekomendasi bagi Pendidikan Luar Sekolah
Dari temuan penelitian ini, program pelatihan ke
terampilan yang diselenggarakan oleh PPA Budi Utama Lubuk
Alung merupakan suatu bentuk pendidikan luar sekolah yang
berupaya memberikan dan meningkatkan pengetahuan, kete
rampilan dan sikap pesertanya agar secara sadar
mengopti-malisasikan segenap potensi yang dimiliki untuk mening
katkan taraf hidupnya. Dalam proses pelaksanaan program
pelatihan keterampilan terdapat komponen-komponen yang sa
ling berintaraksi dan saling mendukung antara satu dengan
lainnya. Diantara ketujuh komponen PLS diatas, terdapat
dua komponen yang sanag besar pengaruhnya dalam mendukung
keberhasilan program, kedua komponen tersebut adalah kom
ponen masukan sarana dan masukan lain yang juga berfungsi
sebagai umpan balik dari pelaksanaan program pelatihan.
Berdasarkan temuan di atas, penulis mencoba untuk
menawar-kan suatu bentuk penyelenggaraan sistem PLS, yakni:
Umpan balik Masukan lingkungan
•%•
Keluaran
II
I—t
Masukan Mentah • Proses»
— • ^
4.
J
Pengaruh
Masukan Sarana Masukan Lain
170
Pada bagian lain ditemukan juga pengelolaan program PLS
yang bersifat tekhnis dalam mencapai tujuan program meli
puti :
1. Perencanaan
2. Pengorganiaasian
3. Manajemenet
4. Komunikasi
5. Hubungan dengan masyarakat
6. Umpan balik program.
Berdasarkan ;uraian-uraian di atas, maka dapat dikatakan
bahwa Pendidikan Luar Sekolah di samping berperan seba
gai penambah, pelengkap dan pengganti pendidikan sekolah
tetapi juag berperan sebagai :
1. PLS berperan sebagai motivator dalam mengatasi pengang
guran.
Problema anak -putus sekolah, pada dasarnya' merupakan
putusnya kesempatan bagi anak untuk memperoleh bimbing
an, latihan secara teratur dan sistematis bagi perkem
bangan anak. Keadaan ini dapat melahirkan problem-prob
lem sosial, ketidak mampuan mencari atau memperoleh pe
ngetahuan, mempertahankan serta mengembangkan sumber
penghasilan dan pada gilirannya akan menjadi
pengang-gur. Melalui pendidikan luar sekolah sebagai suatu
sistem, para anak putus sekolah .-mendapat bimbingan.:
, ^ - -i„v, c'o-hT-np-a-a dengan .b.ekal .yang »
171
diberikan mereka dapat memenuhi kebutuhan hidup,'
demi meningkatkan mutu dan taraf hidupnya yang lebih baik. Keberhasilan yang mereka peroleh juga membawa pe ngaruh terhadap pembangunan yang sedang dilaksanakan yaitu meningkatkan penduduk yang pada mulanya sebagai
"beban" menjadi "subjek" pembangunan
2. PLS sebagai organisator.
Dalam upaya mengembangkan keterampilan/potensi para
anak putus sekolah, perlu adanya pengelolaan.program
secara terpadu atas dasar prinsip manajemen. Seluruh
sistem pendidikan luar sekolah saling mendukung dan
berkaitan antara satu dengan lainnya dalam mencapai
tujuan program yang berhasil guna dan berdaya guna.
B.3. Rekomendasi Bagi Penelitian Lebih Lanjut
Hasil penelitian ini merupakan gambaran tentang pe
nyelenggaraan program pendidikan luar sekolah dan bukanlah
merupakan generalisasi yang dapat dijadikan pola penyeleng
garaan pendidikan luar sekolah di tempat lain meskipun pada
kasus yang sama. Oleh karenanya perlu diadakan studi
per-bandingan tentang penyelenggraan sistem pendidikan luar
pada instansi dan/atau lembaga lain, baik yang dikelola
o-leh Departemen Sosial maupun departemen-departemen lainnya
atau lembaga masyarakat atau swasta, guna memperoleh
kesa-maan yang dapat diterapkan secara baku pada masa-masa
DAFTAR PUSTAKA
Adikusumo, Soepardjo., Pendidikan Interpretasi dan
Impli-kasi., FPS IKIP Bandung, 1989.
Axinn, George., Nonformal Education and Rural Development East Lansing, Michigan State University, 1976.
Ballantine, H, Jeanne., School and Society A Reader Edu
cation Sociology., Wright State University, 1985.
Bouman, P, J., Ilmu Masyarakat Umum., Pembangunan Jakarta, 1984.
Coombs, Philip, H, Ahmad Manzoor., Memerangi Kemiskinan di Pedesaan Melalui Pendidikan Nonformal, Rajawali Jakarta, 1984.
De Jong, SOU., Sosiologi Pendidikan, Suatu Ikhtisar
Teo-ritis Tentang Pendidikan, Perkembangan danModer-nisasi., YIIS & LPSP, Jakarta 1984.
Dewantara, Ki Hadjar., Pendidikan., Taman Siswa,
Jogya-karta, 1962.
.f Kebudayaan., Madjelis Luhur Persatuan Taman
Siswa, Jogyakarta, 1962.
Direktorat Jehderal Bina Kesejahteraan Sosial Departemen
Sosial Republik Indonesia., Penyuluh Sosial., Ja
karta, 1986.Driyarkara., Tentang Pendidikan., Kanisius, Jogyakarta,
1980.
Faure, Edgar., Belajar Untuk Hidup, Dunia Pendidikan Hari
Kini dan Esok., Bharata Karya Aksara, Jakarta,1981.
Freire, Poulo, diterjemahkan oleh Tim Redaksi
LP3ES.,
Pendidikan Kaum Tertindas., LP3ES, Jakarta, 1985.., Pedogogy of The Oppressed, dalam Pendidikan
Sebagai Praktek Pembebasan., diterjemahkan oleh Alois A. Nugroho, Jakarta, 1984.
Hunter, M, John, et al., Program of Studies in Nonformal
Education., Michigan State University East Lansing
wrr.
173
Illich Ivan., Deschooling Society., dalam Bebas Dari Se^
kolah., diindonesiakan oleh C. Woekirsari,
Sinar
Harapan Jakarta, 1982.
Ingalls, John, D., A Trainess Guide to Andragogy : Its
Conceps, Experience and Application.,
Revised
. Edition, Washington, 1974.
Kadushing, Alfred., Child Welfare Service., Collier
Mac-milland Limited, London, 1967.
Kindervatter, Suzanna., Nonformal Education As An Bmpo-^
wering Process., University of Massachusetts, USA,
1979.
Kleis, E. , Case Studies in Nonformal Education., East
LansmgT Michigan State University, 1974.
Knowless, Malcom., The Modern Practice of Adult Education
Andragogy vs Pedagogy., Association Press, mew York
1970.
Koentjaraningrat., Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan.,
Gramedia, Jakarta, 1987.Krech, David, et al., Individual in Society, A TextBook
of Social Psychology, University of California,
Mc Graw Hill Kogakusha Ltd, Tokyo, 1962.
Maslow, Abraham., Motivation and Personality., New York
Harper and How Publisher, 1970.
McClelland, David, et al., The Achieving Society., ( di
indonesiakan oleh Siawo Suyanto dalam Memacu Ma
syarakat Berprestasi) Intermedia, Jakarta, 19«/r.
Miles, Matthew, B, Huberman, Michael., Cjualitatif Data
Analisis., Sage Publications Beverly Hills London
New Delhi, 1985.
Moleong, Lexy, J., Metodologi Penelitian Kualitatif.,
Remaja Rosdakarya, 1985.
Nairn, Muchtar., Menggali Hukum Tanah dan Hukum Waris Mi^
nangkabau., Studies Press, Padang, 19bd.
Nanitupulu, Washington., Eksistensi dan Peran Pendidikan
Napl Nonformal
^v^^^T^^STVlBnoeTd&aTcan
K-^^^
174
Nasutinn, S., Metode Penelitian Kualitatif., Tarsito,
Bandung, 1989.Navis, A.A., Alam Takambang Jadi Guru., Grafiti Press,
Jakarta, 1985.
Niohoff, Richard, 0., Neff, Kenneth, L., Nonformal Educa
tion and The Rural Poor., Michigan State
Universi-Nordshog, John, Eric, Social Change., Mc Graw-Hill Book
Comapny, 1960
Poerwadarminta, ,W. J.S. , Kamua Umum Bahasa Indoensia. , PN
Balai Pustaka, Jakarta, 1982.
Rojers, Everett, M. dan Shoe Maker, F.F, Loyd.,
Jemasya-rakatkan Ide-ide Baru., diteroemahkan oleh
Abdil--lah Hanafi7"Usaha~Naiional, Surabaya, 1981.
Sanusi, Ahmad. , Kapita Selekta Pembahasan Majialah-Masalah
'sosial.! F#TKlF^5HaLTng, 1989.
Soedjatmoko., Pembangunan Sebagai Proses Belajar, dalam
Masalah Sosial BudaylTTahUn 2000 : Sebuah Bungan
Rampai., Tiara Wacana, Yogyakarta, 1986.
Sudiana, Djudju., Pendidikan Luar Sekolah : Wawasan, Se^
Sudjana, igu ge:rkembangan> ^aliafah dan Faktor Pendukung.
feyaian Pendidikan Terpadu Krida Nusantara, Ban
dung, 1989.
Pendidikan Luar Sekolah : Asas Kebutuhan,
Pendidikan Sepjjja^Hj^at, Relevansi jLgngss*£2r
hangunan Masyarakat dan Wawasan ke Masa Depan.,
yfyfllrPendidikan TirpadirKrida Nusantara, Ban
dung, 1989.
., Strategi Kegiatan Belajar Mengajar dalam
Pendidikan Nonformal., Theme 76, Bandung, 1983.
Sangguno, Dirajo. Dt., Curai P^aran Adat Minangkabau. ,
Suelper Drukcij "IgaTF Fort De KocT, 1919.
Steers, Richard, M., MotivationandWgrk Behavior., Mc
Graw Hill International Edition, 19bf.
Staton, Thomas.F Cara-CaraJ|S£ajar g^ff^f^ *g§
Baik., diterjemahkan oleh J.J?, ionaieie, ov
175
Undang-Undang Republik Indonesia No 2 Tentang Sistem Pen
didikan Nasional., P.T. Kreasi Jaya Utama, 1989.
Yvonna, Lincoln, Cuba, Egon,G., Naturalistic Inquiry.,
Sage Publication, Beverly Hills, 1985.
Zaltman, Gerald, et al., Creating Social Change., Hott,