• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH BRAND IMAGE TERHADAP PURCHASE INTENTION: Survei Pada Konsumen Anata Salon Cabang Pasirkaliki Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH BRAND IMAGE TERHADAP PURCHASE INTENTION: Survei Pada Konsumen Anata Salon Cabang Pasirkaliki Bandung."

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH BRAND IMAGE TERHADAP PURCHASE INTENTION (Survei pada pelanggan Anata salon cabang Pasirkaliki Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen

ARINI ADNIN 0901000

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Halaman Hak Cipta untuk Mahasiswa S1

PENGARUH BRAND IMAGE TERHADAP PURCHASE INTENTION (Survei pada pelanggan Anata salon cabang Pasirkaliki Bandung)

Oleh Arini Adnin

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

© Arini Adnin 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Pengaruh Brand Image terhadap Purchase Intention (Survei Pada Konsumen Anata Salon Cabang Pasirkaliki Bandung)

Skripsi ini disetujui oleh: Bandung, 2013

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Vanessa Gaffar, SE.Ak., MBA Heny Hendrayati, S.IP.MM NIP. 19610420 198703 1 002 NIP.

Mengetahui,

Ketua Program Manajemen Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

UPI Bandung

(4)

ABSTRAK

Arini Adnin (0901000), Pengaruh Brand Image terhadap Purchase Intention (Survei Pada Konsumen Anata Salon Cabang Pasirkaliki Bandung)” Di

bawah bimbingan

Dr. Vanessa Gaffar. SE.AK,MBA dan Heny Hendrayati, S.IP.MM

Banyaknya orang yang semakin peduli dengan penampilannya menjadi peluang untuk membuka usaha jasa kecantikan di bidang salon. Banyaknya salon yang bermunculan di Indonesia menimbulkan persaingan yang sangat ketat, tetapi hanya salon-salon tertentu yang bisa bertahan untuk sukses dan tumbuh serta berkembang. Karena diperlukannya pengembalian kondisi tubuh yang hilang dalam padatnya aktivitas, maka salon sudah menjadi kebutuhan pokok yang harus dipenuhi sebagai tempat perawatan dan kecantikan tubuh. Saat ini banyak salon atau tempat perawatan dan kecantikan yang menawarkan produk-produk jasanya secara lengkap dengan menggabungkan perawatan rambut dengan perawatan kulit di satu tempat (salon).

Dilihat dari purchase intention konsumen Anata salon cabang Pasirkaliki Bandung, banyak faktor yang mempengaruhi konsumen untuk melakukan perawatan rambut, diantaranya ; pelayanan, fasilitas, harga, kelengkapan alat-alat yang dipakai, kenyamanan tempat, kualitas bahan yang digunakan, kualitas hasil perawatan, dan prestisi Anata salon. Sebagai upaya meningkatkan purchase intention konsumen, Anata salon cabang Pasirkaliki Bandung terus berupaya meningkatkan brand image yang dimensinya terdiri dari cognitive, functional, emotional dan symbolic.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran dan sejauh mana brand image berpengaruh terhadap purchase intention konsumen Anata salon. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dan verifikatif. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah random sampling. Populasi penelitian merupakan konsumen yang melakukan perawatan rambut di Anata salon cabang Pasirkaliki Bandung yang berjumlah 2289 orang, dan dengan menggunakan rumus sampel, diperoleh jumlah sampel sebanyak 100 responden. Teknik analisis menggunakan koefisien korelasi pearson product moment, dan analisis regresi linier sederhana.

Hasil perhitungan regresi sederhana didapat persamaan Ŷ = -1950 + 0.5260 X dengan R-square sebesar 64,8% menunjukan bahwa brand image berpengaruh sebesar 64,8%, terhadap purchase intention sedangkan sisanya 35,2% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Ini mengindikasikan bahwa meningkatkan brand image dapat dijadikan cara yang efektif untuk meningkatkan purchase intention.

(5)

ABSTRACT

Arini Adnin (0901000), "The Influence of Brand Image on Purchase Intention

(Survey Consumers of Anata Salon Pasirkaliki Branch)" Under the guidance of Dr.. Vanessa Gaffar. SE.Ak, MBA and Heny Hendrayati, S.IP.MM

There are many people who concerned with their appearance , mosly this opportunity is taken to open a beauty salon services business. The high population of salons that pop up in Indonesia inflict a very tight competition. Although a lot of salons are popping up, there is only certain salons which can raise and grow succesfully. Since people need a place to restore their energy that has lost during daily activity, salon has become a basic need that must be met as a place for not only beauty but also body treatments. Nowadays there are many salons that offer a complete services in one place including hair and skin care.

From Anata Salon’s Pasirkaliki Branch consumer’s purchase intention point of view of, there is many factor that affect them to do a hair care, these factors including services, facilities, rates, completeness of the tools, comfort, the quality of materials used, quality of care service, and Anata Salon’s prestigious effect . As an effort to increase consumer’s purchase intention, Anata Salon Pasirkaliki Bandung branch continues to improve their brand image which consists of three dimensions, cognitive, functional, emotional and symbolic.

The purpose of this study is to describe the brand image and to learn how far a brand image influences Anata Salon consumer’s purchase intention. The type of research used is descriptive study and verification. The sampling technique used is random sampling. The population studied are consumers who do hair care at Anata Salon Bandung Pasirkaliki Branch with a total of 2289 consumers, and by using a samples formula, obtained a sample of 100 respondents. The Pearson product moment correlation coefficient and simple linear regression analysis is used as an analysis technic.

The result of processed questionnaires data showed that brand image and purchase intention are in the high category. With a simple regretion calculaion, obtained an equation Y = -1950 + 0.5260 X with R-square of 64.8% indicates that the effect of brand image by 64.8% to purchase intention while the remaining 35.2% is influenced by other factors. This indicates that increases brand image can be used as an effective way to increase purchase intention.

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR...xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 01

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 08

1.3 Rumusan Masalah ... 08

1.4 Tujuan Penelitian ... 09

1.5 Kegunaan Penelitian ... 09

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka ... 10

2.1.1 Pengertian bauran Pemasaran Jasa ... 10

2.1.2 Pengertian Produk ... 14

2.1.3 Pengertian Brand ... 16

2.1.4 Pengertian dan Dimensi Brand Image ... 18

2.1.4.1 Pengertian Brand Image ... 18

2.1.4.2Dimensi Brand Image ... 23

(7)

2.1.6 Faktor Perilaku Konsumen ... 24

3.2 Metode Penelitian dan Desain Penelitian ... 36

3.2.1 Metode Penelitian... 36

3.2.2 Desain Penelitian ... 38

3.3 Operasionalisasi Variabel ... 39

3.4 Sumber Data ... 42

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 42

3.6 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ... 43

3.6.1 Populasi ... 43

3.6.2 Sampel... 43

3.6.3 Teknik Pengambilan Sampel ... 44

3.7 Rancangan Analisis Data dan Uji Hipotesis ... 45

3.7.1 Rancangan Analisis Data ... 45

3.7.2 Pengujian Validitas dan reliabilitas ... 46

3.7.2.1 Pengujian Validitas ... 46

3.7.2.2 Pengujian Reliabilitas ... 50

3.7.3 Teknik Analisis Data... 52

3.7.4 Koefisienn Determinasi ... 55

(8)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1Profil Anata Salon ... 58

4.1.1 Identitas Anata Salon... 52

4.1.2 Produk dan Jasa yang ditawarkan ... 59

4.2 Karakteristik Responden ... 60

4.2.1 Karekteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 60

4.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 61

4.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat pendidikan ... 62

4.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan62 4.3 Pengalaman Responden ... 63

4.3.1 Pengalaman Berkunjung Responden ... 63

4.3.2 Pengalaman Responden Berdasarkan Sumber... 64

4.3.3 Pengalaman Responden Berdsarkan Intensitas Kunjungan ... 65

4.4 Gambaran Penelitian ... 65

4.4.1 Tanggapan Responden (Brand Image) ... 66

4.4.2 tanggapan Responden (Purchase Intention) ... 72

4.4.3 Gambaran Brand Image Anata Salon ... 75

4.4.4 Gambaran Purchase Intention Anata Salon ... 77

4.5 Hasil Uji Statistik ... 79

4.5.1 Hasil Uji Asumsi regresi ... 79

4.5.2 Hasil Regresi Sederhana ... 83

4.5.3 Koefisien Determinasi ... 85

4.6 Uji Hipotesis ... 86

4.7 Pembahasan Penelitian ... 88

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 91

(9)

DAFTAR PUSTAKA ...93 RIWAYAT HIDUP

(10)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Saat ini banyak orang yang semakin peduli dengan penampilannya. Seiring dengan hal tersebut orang-orang mengambil peluang untuk membuka usaha jasa kecantikan di bidang salon. Banyaknya salon yang bermunculan di Indonesia menimbulkan persaingan yang sangat ketat. Meskipun banyak sekali salon yang bermunculan, tetapi hanya salon-salon tertentu yang bisa bertahan untuk sukses dan tumbuh serta berkembang.

Salon merupakan sektor bisnis yang menguntungkan, banyak yang menganggap makin ke depan bisnis salon dan kecantikan semakin maju. Karena sekarang ini, salon sudah menjadi kebutuhan pokok yang harus dipenuhi sebagai tempat perawatan dan kecantikan tubuh. Tuntutan peran dan pekerjaan, hingga padatnya aktivitas yang harus terpenuhi membuat seseorang harus memaksimalkan tenaga hingga mendapatkan hasil yang memuaskan. Tenaga dan pikiran yang sudah tercurahkan, diperlukan pengembalian kondisi tubuh menjadi semula dengan menyeimbangkan dan merelaksasikan pikiran dan tubuh. Banyak salon atau tempat perawatan dan kecantikan hanya menawarkan perawatan rambut dan kulit saja, tetapi seiring berjalannya waktu banyak juga salon yang menawarkan produk-produk jasanya secara lengkap dengan menggabungkan perawatan rambut dengan perawatan kulit di satu tempat (salon).

(11)

2. Salon untuk wanita muslim 3. Salon khusus anak-anak 4. Salon kantor

5. Salon khusus untuk pasien rumah sakit

Sumber : https://informasiseputarbisnis.wordpress.com/2012/03/03/teknis-usaha-salon/

Produk jasa di salon ada bermacam-macam diantaranya cuci blow, creambath, hair spa, facial, waxing, menicure, pedicure, totok aura, ratus, make

up artis, lulur, body massage, treatment wajah-badan, hair cut, dan hair

colouring, dan lain-lain . Melihat banyak masyarakat yang membutuhkan

treatment relaksasi tubuh, refleksologi cocok untuk memenuhi dan mengembalikan tubuh kembali fit. Refleksologi merupakan sebuah treatment untuk rejuvenation, relaxation, renewal. Salon sebagai tempat untuk memperindah dan mempercantik tubuh, dengan perawatan yang baik dan bersih, maka dengan sendirinya terbentuk tubuh yang sehat. Kebersihan merupakan latihan menjaga tubuh agar bersih untuk mencegah infeksi dan penyakit. Dengan membersihkan tubuh, sel-sel kulit mati dapat dibersihkan, bertujuan untuk mengurangi kesempatan kuman yang dapat masuk ke dalam tubuh. Tabel 1.1 menunjukan data salon terbaik di Indonesia menurut Top Brand dari tahun 2010-2012 :

(12)

TABEL 1.1

DATA SALON TERBAIK DI INDONESIA MENURUT TOP BRAND 2010-2012 KATEGORI RETAIL (%)

Sumber : top brand indeks.com

Berdasarkan Tabel 1.1 diketahui bahwa di Indonesia terdapat beberapa salon yang masuk ke dalam kategori Top Brand yaitu pada tahun 2010 diraih oleh salon Rudi Hadisuwarno dengan persentase sebanyak 18%, tahun 2011 diraih oleh salon Johnny Andrean dengan persentase sebanyak 19% dan pada tahun 2012 salon Johnny Andrean berhasil mempertahankan gelar Top Brand dengan persentase sebanyak 27%.

Salah satu kota yang menjadi pusat mode di Indonesia adalah Kota Bandung. Kota Bandung dikenal sebagai kiblat fashion di Indonesia karena banyaknya industri pakaian seperti distro, factory outlet yang sangat berkembang. Penampilan menjadi salah satu faktor penting bagi manusia saat ini, sehingga mereka membutuhkan tempat untuk merawat diri yaitu salon. Di Kota Bandung sendiri banyak salon bermunculan sehingga menimbulkan persaingan yang ketat di bisnis industri kecantikan di bidang jasa tersebut.

(13)

Di Bandung, salon mempunyai beberapa segmen diantaranya segmen atas, segmen menengah, dan segmen bawah yang dibedakan dari harga, tempat dan fasilitasnya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan General Manager Anata salon, salon yang paling banyak diminati oleh masyarakat adalah salon dengan segmen menengah dikarenakan orang-orang kalangan menengah sudah memiliki uang sehingga mereka memakai jasa salon bukan sekedar kebutuhan saja tetapi untuk merawat kecantikan juga. Selain itu salon segmen menengah banyak diminati oleh masyarakat karena salon segmen menengah memiliki fasilitas yang cukup lengkap dengan harga yang bersaing sehingga masyarakat menjadi tertarik untuk menggunakan jasa salon.

Tabel 1.2 menunjukan beberapa jumlah pengunjung salon segmen menengah yang ada di Kota Bandung :

TABEL 1.2

DATA BEBERAPA SALON SEGMEN MENENGAH YANG BERADA DI KOTA BANDUNG TAHUN 2010-2011

NO Nama salon Fasilitas Jumlah

pengunjung per tahun 2010 2011

1 Anata Salon cuci blow, creambath, hair spa, facial, waxing, menicure, pedicure, totok aura, ratus, make up artits, lulur, body massage, treatment

(14)

badan, hair cut.

Sumber : www. Johny Andrean.com , www. rudyhadisuwarno.co.id dan general manajer Anata salon

Berdasarkan data Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa salon yang paling banyak diminati adalah salon Johnny Andrean dikarenakan salon Johnny Andrean memiliki outlet yang lebih banyak dibandingkan dengan salon lainnya sehingga memudahkan pelanggan menggunakan jasa salon. Salon Johnny Andrean memiliki fasilitas yang lengkap juga harga yang lebih murah dari salon lainnya sehingga pelanggan lebih banyak memilih salon Johnny Andrean dibandingkan salon lain. Sedangkan Anata salon memiliki persentase kenaikan jumlah pelanggannya yang paling kecil dibandingkan salon Johnny Andrean dan Rudi Hadisuarno. Berdasarkan Tabel 1.2 dapat dilihat adanya permasalahan terhadap minat beli ( purchase intention ) pelanggan terhadap salon Anata yang memiliki persentase kenaikan jumlah pelangggan paling kecil dibandingkan dengan salon lain seperti Rudi Hadiswarno, dan Johnny Andrean. Minat beli konsumen

(15)

Secara terinci, Anata salon mempunyai delapan cabang di Kota Bandung adapun pertumbuhan jumlah pelanggan dari tiap cabang dapat dilihat pada Tabel 1.3 :

TABEL 1.3

DATA PELANGGAN ANATA SALON DI KOTA BANDUNG

Sumber : General Manajer Anata Salon

(16)

sehingga pelanggan merasa kurang nyaman untuk melakukan perawatan, harga yang lebih mahal dibandingkan Anata salon cabang lainnya, kualitas pelayanan dan sumber daya manusianya kurang baik dibandingkan dengan Anata salon cabang lainnya.

Hal ini akan berdampak tidak baik bagi Anata salon khususnya cabang yang berada di Pasirkaliki karena dengan adanya kondisi tempat yang kurang nyaman, harga yang lebih mahal, kualitas pelayanan dan sumber daya manusianya kurang baik maka pelanggan akan memilih cabang salon Anata lain atau bahkan memilih salon yang lain untuk melakukan perawatan yang mereka butuhkan, sehingga akan berdampak pada penurunan profit yang diperoleh Anata salon cabang Pasirkaliki.

Berikut Gambar 1.1 adalah grafik pra penelitian yang dilakukan di Anata salon cabang Pasirkaliki berdasarkan hasil pra penelitian yang dilakukan terhadap 30 orang pelanggan di Anata salon cabang Pasirkaliki Bandung mengenai faktor yang mempengaruhi minat beli pelanggan memilih Anata salon :

GAMBAR 1.1

PRA PENELITIAN KONSUMEN ANATA CABANG PASIRKALIKI

(17)

intensitas pelanggan melakukan perawatan di salon tersebut. Agar semakin banyak orang yang menggunakan jasa salon Anata cabang Pasirkaliki harus melakukan peningkatan pelayanan agar servicenya memuaskan juga harga yang disamakan dengan Anata cabang lain sehingga minat beli (purchase intention) pelanggan semakin tinggi untuk melakukan semua perawatan yang mereka inginkan.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis bermaksud meneliti tentang Pengaruh brand image terhadap purchase intention (survey pada pelanggan

Anata salon cabang Pasirkaliki Bandung) 1.2 Identifikasi Masalah

Anata salon cabang Pasirkaliki Bandung mengalami penurunan minat beli (purchase intention) yang disebabkan kurangnya pengetahuan pelanggan tentang

produk dan jasa di Anata salon, kurangnya pelayanan terhadap pelanggan, tempat yang tidak nyaman dan harga yang lebih mahal dibandingkan cabang lainnya tetapi hasilnya tidak memuaskan.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana gambaran analisis brand image pada Anata salon cabang Pasirkaliki Bandung.

(18)

3. Seberapa besar pengaruh brand image terhadap purchase intention konsumen Anata salon cabang Pasirkaliki Bandung.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk memperoleh hasil temuan mengenai :

1. Gambaran brand image pada Anata salon cabang Pasirkaliki Bandung 2. Gambaran Purchase intention konsumen Anata salon cabang Pasirkaliki

Bandung

3. Pengaruhnya brand image terhadap purchase intention konsumen Anata salon cabang Pasirkaliki Bandung.

1.5 Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas kajian ilmu pemasaran khususnya tentang brand image dan purchase intention di industri jasa kecantikan (salon).

2. Kegunaan Praktis

(19)
(20)

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis brand image serta pengaruhnya terhadap purchase intention pelanggan di Anata salon cabang Pasirkaliki Bandung. Selanjutnya, penelitian ini akan meneliti dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas (Independent variable) yang diteliti yaitu brand image sehingga menghasilkan purchase intention yang terdiri dari keinginan membeli produk, kemungkinan membeli merek, dan pertimbangan untuk membeli kemudian yang menjadi di variabel terikat (dependent variable) adalah purchase intention pelanggan di Anata salon cabang Pasirkaliki Bandung.

Responden dalam penelitian ini adalah pelanggan Anata salon yang melakukan perawatan rambut. Penelitian ini dilakukan dalam kurun waktu kurang dari satu tahun yaitu dari bulan Februari hingga Agustus 2013, maka metode yang digunakan adalah cross sectional method, yaitu metode penelitian dengan cara mempelajari objek dalam satu kurun waktu tertentu / tidak berkesinambungan dalam jangka waktu panjang. (Husein Umar, 2003:76).

3.2

Metode Penelitian dan Desain Penelitian

3.2.1 Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan pendekatan ilmu manajemen pemasaran dengan konsep brand image dan seberapa pengaruhnya terhadap purchase intention Sugiyono (2012:2) mengemukakan bahwa metode penelitian

(21)

kegunaan tertentu. Secara umum tujuan diadakannya penelitian yaitu yang bersifat penemuan, pembuktian dan pengembangan. Penemuan berarti data yang diperoleh dari penelitian adalah data yang betul-betul sebelumnya belum pernah diketahui. Pembuktian berarti data yang diperoleh itu digunakan untuk membuktikan adanya keragu-raguan terhadap informasi atau pengetahuan tertentu, dan pengembangan berarti untuk memperdalam dan memperluas pengetahuan yang sudah ada.

Dalam metode penelitian ini digunakan adalah metode penelitian deskriptif dan verifikatif. Menurut Suharsimi Arikunto (2010:03), “Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan menyelidiki keadaan, kondisi atau hal-hal yang lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian. Penelitian deskriptif dilakukan untuk memperoleh gambaran pertama mengenai brand image , sehingga menghasilkan dimensi antara lain cognitive, functional, emotional, dan symbolic. Kedua mengenai gambaran purchase

intention yang memiliki tiga dimensi yaitu keinginan membeli produk,

(22)

Mengingat penelitian ini bersifat deskriptif dan verifikatif yang dilaksanakan melalui pengumpulan data di lapangan, maka metode penelitian yang akan digunakan adalah explanatory survey. Berdasarkan jenis penelitian di atas yaitu penelitian deskriptif dan verifikatif yang dilaksanakan melalui pengumpulan data di lapangan, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah explanatory survey. Explanatory survey dilakukan melalui kegiatan pengumpulan informasi dari sebagian populasi secara langsung di tempat kejadian (empiris) melalui alat kuesioner dengan tujuan untuk mengetahui pendapat dari sebagian populasi yang akan diteliti terhadap permasalahan penelitian.

Maholtra (2010:96) menyatakan bahwa:

Explanatory survey dilakukan untuk mengeksplorasi situasi masalah, yaitu untuk mendapatkan ide-ide dan wawasan ke dalam masalah yang dihadapi manajemen atau para peniliti tersebut. Penjelasan penelitian dalam bentuk wawancara mendalam atau kelompok fokus dapat memberikan wawasan yang berharga.

Berdasarkan pengertian tersebut penelitian yang digunakan dalam metode ini adalah informasi dari sebagian populasi yang dikumpulkan langsung di tempat kejadian secara empirik dengan tujuan untuk mengetahui pendapat dari sebagian populasi terhadap objek yang sedang diteliti. Explanatory survey ini bertujuan untuk mengeksplorasi atau meneliti melalui masalah atau situasi untuk mendapatkan wawasan dan pemahaman(Maholtra 2009:98).

3.2.2 Desain Penelitian

(23)

terperinci mengenai tipe desain riset yang memuat prosedur yang sangat dibutuhkan dalam upaya memperoleh informasi serta mengolahnya dalam rangka memecahkan masalah. Tipe riset desain ini berhubungan dengan tingkat analisis yang direncanakan oleh peneliti terhadap data yang dikumpulkan.

Oleh karena itu desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain kausalitas. Desain kausalitas ini tujuan utamanya adalah untuk mendapatkan bukti hubungan sebab akibat, sehingga diketahui mana yang menjadi variabel yang mempengaruhi, mana variabel yang dipengaruhi. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Malhotra (2005:100) bahwa desain kausalitas tujuan utamanya adalah untuk mendapatkan bukti mengenai hubungan sebab-akibat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui brand image terhadap pengaruh purchase intention Anata salon cabang Pasirkaliki Bandung.

3.3 Operasionalisasi Variabel

Operasional adalah seperangkat petunjuk yang lengkap tentang apa yang harus diamati dan bagaimana mengukur suatu variabel atau konsep definsi operasional tersebut membantu kita untk mengklasifikasikan gejala disekitar ke dalam kategori khusus dari variabel (Arikunto, 2010:91). Definisi variabel perlu dibuat untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam menafsirkan, memahami variabel. Menurut Sugiyono (2012:39) Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang digunakan sebagai berikut :

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang digunakan yaitu:

(24)

terikat (dependent variable). Dalam hal ini yang dijadikan variabel independennya adalah brand image (X) yang terdiri dari (X1) cognitive,

(X2) functional , (X3) emotional, dan (X4) symbolic.

2. Variabel terikat (Y) (dependent variable), yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam hal ini yang menjadi variabel dependennya adalah purchase intention (Y) yang terdiri dari (Y1) keinginan membeli poduk, (Y2) kemungkinan membeli

merek, dan (Y3) pertimbangan untuk membeli. Secara rinci

operasionalisasi variabel ini dijelaskan dalam Tabel 3.1 sebagai berikut: Tabel 3.1

Operasional Variabel

Variabel Indikator Ukuran Skala

(25)

Tingkat kelengkapan Emotional Tingkat kesenangan yang

(26)

3.4

Sumber Data

Jenis data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah jenis data primer dan data sekunder. Sumber data primer merupakan sumber data dimana data yang diinginkan dapat diperoleh secara langsung dari subjek yang berhubungan langsung dengan penelitian. Dalam penelitian ini menjadi sumber data primer adalah seluruh data yang diperoleh dari kuesioner yang disebarkan kepada sejumlah responden yang sesuai dengan target sasaran dan dianggap mewakili seluruh populasi data penelitian dan hasil wawancara dengan general manajer Anata salon pusat. Sedangkan yang menjadi sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah majalah, artikel, literatur, serta situs di internet yang berkenaan dengan penelitian yang dilakukan.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan guna memperoleh data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Studi literatur, yaitu pengumpulan data dengan cara mempelajari buku, majalah ilmiah, guna memperoleh informasi yang berhubungan dengan teori-teori dan konsep-konsep yang berkaitan dengan masalah dan variabel yang di teliti yang terdiri dari brand image dan purchase intention.

2. Observasi, dilakukan dengan mengamati langsung objek yang berhubungan dengan masalah yang diteliti khususnya mengenai brand image dan purchase intention konsumen Anata salon cabang Pasirkaliki

(27)

3. Wawancara, dilakukan dengan general manajer di Anata salon bandung mengenai brand image dan purchase intention konsumen Anata salon. 4. Kuesioner yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden yang berusia mulai ≤ 21- ≥50 tahun

tentang brand image dan purchase intention.

3.6 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 3.6.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generelasasi yang terdiri atas: objek dan subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan Sugiyono (2012:80) . Dalam penentuan populasi harus dimulai dengan penentuan secara jelas mengenai populasi yang menjadi sasaran penelitiannya, yang disebut populasi sasaran yaitu populasi yang akan menjadi cakupan kesimpulan penelitian. Jadi dalam sebuah hasil penelitian dikeluarkan kesimpulan, maka menurut etika penelitian kesimpulan tersebut hanya berlaku untuk populasi sasaran yang telah ditentukan. Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen yang memakai jasa Anata Salon cabang Pasirkaliki Bandung sebanyak 1.245 orang yang melakukan perawatan rambut saja berdasarkan data padatahun 2012 dalam kurun waktu 1 tahun.

3.6.2 Sampel

(28)

berpartisipasi dalam studi. Untuk menentukan sampel dari populasi yang telah ditetapkan, perlu dilakukan suatu pengukuran yang dapat menghasilkan jumlah n. Husain Umar (2002:59), mengemukakan bahwa ukuran sampel dari suatu populasi dapat menggunakan bermacam-macam cara, salah satunya adalah dengan menggunakan teknik Slovin dengan rumus sebagai berikut:

n=

= 94,244 (dibulatkan 100)

Keterangan:

n : Ukuran sampel N : Ukuran populasi

e : Kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan sampel yang dapat ditolerir (e = 0,05)

3.6.3 Teknik Pengambilan Sampel

Dikutip dari buku Sugiyono (2012:81) teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel. Populasi dalam penelitian ini adalah populasi bergerak (mobile population) dan bersifat homogen, maka metode pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik Systematic random sampling atau pengambilan sampel acak sistematis. Sugiono (2008:121) mengatakan bahwa teknik sampling sistematik adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang diberi nomor urut.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut :

(29)

2. Menentukan tempat tertentu sebagai check point, dalam penelitian ini yang menjadi tempat check point adalah area Anata Salon cabang Pasirkaliki Bandung.

3. Menentukan waktu yang digunakan untuk menentukan sampling.

4. Penyebaran angket dilakukan pada hari yang ditentukan pada checkpoint 3.7 Rancangan Analisis dan Uji Hipotesis

3.7.1 Rancangan Analisis Data

Setelah data yang diperolehnya dari responden melalui kuesioner terkumpul. Selanjutnya dengan mengolah dan menafsirkan data sehingga dari hasil tersebut dapat dilihat apakah antara variabel brand image (X) ada pengaruhnya atau tidak terhadap variabel purchase intention (Y). Maka prosedur yang harus dilakukan pengelolaan data penelitian dilakukan sebagai berikut :

1. Editing, yaitu pemeriksaan angket yang telah terkumpul kembali setelah diisi oleh responden. Pemeriksaan tersebut menyangkut kelengkapan pengisian angket secara menyeluruh.

2. Skoring, skala pengukuran dengan digunakan adalah skala Semantic Defferensial yaitu skala yang digunakan untuk mengukur sikap hanya

(30)

Tabel 3.4

Pola Skoring Kuesioner Skala Lima

Bersahabat 5 4 3 2 1 Tidak bersahabat Tepat janji 5 4 3 2 1 Tidak tepat janji Bersaudara 5 4 3 2 1 memusihi Memberi pujian 5 4 3 2 1 mencela Mempercayai 5 4 3 2 1 mendominasi Sumber : Sugiyono (2012: 97)

3. Tabulasi, yaitu perekapan data hasil scoring pada langkah ke dalam tabel 4. Tahap uji coba kuesioner, untuk menguji layak tidaknya kuesioner

disebarkan kepada responden, maka penulis melakukan dua tahap pengujian yaitu uji validitas dan reliabilitas.

5. Untuk menjawab tujuan penelitian yang bersifat deskriptif adalah melalui tinjauan kontinum dan perbandingan rata-rata data sampel, sedangkan untuk menjawab tujuan penelitian yang bersifat asosiatif atau verifikatif maka digunakan teknik analisis regresi sederhana.

3.7.2 Pengujian Validitas dan Reliabilitas

3.7.2.1 Pengujian Validitas

Validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau keshahihan suatu instrument. Sebuah instrument dikatakan valid apabila mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Rumus korelasi yang dapat digunakan adalah rumus Korelasi Product Moment dengan rumus :

∑ ∑ ∑

(31)

(Sugiyono, 2007:212) Dimana :

rxy = Menunjukan indeks korelasi antara dua variabel yang

dikorelasikan

R = Koefisien validitas item yang dicari, dua variabel yang dikorelasikan

X = Skor yang diperoleh subyek dari seluruh item Y = Skor total yang diperoleh dari seluruh item ∑X = Jumlah skor dalam distribusi X

∑Y = Jumlah skor dalam distribusi Y

∑X2

= Jumlah kuadrat dalam skor distribusi X

∑Y2

= Jumlah kuadrat dalam skor distribusi Y

N = Banyaknya responden

Pengujian keberartian koefisien (rb) dilakukan dengan taraf signifikan 5%. Rumus uji t yang digunakan adalah sebagai berikut :

(32)

2. Item pertanyaan atau pernyataan responden penelitian dikatakan tidak valid apabila r hitung < r tabel .

Pengujian validitas item instrumen dilakukan dengan bantuan SPSS 17 for windows. Out put yang dihasilkan dari pengelolaan SPSS mmerupakan data rhitung

utnuk lebih mengetahui apakah nilainya signifikan atau tidak, maka dilakukannya uji

korelasi dibandingkannya dengan rhitung dengan rtabel. agar dapat memperoleh nilai

yang signifikan, maka rhitung harus lebih besar sari rtabel (dilihat dari r product

moment dengan taraf signifikan 5% dan derajat kebebasan n-2) dengan jumlah responden awal 30 dengan ketetapan rtabel 0,374.

Pertanyaan pada variabel X yaitu Brand Image dapat dilanjutkan dengan melakukan penelitian:

Tabel 3.3

Hasil Pengujian Validitas Variabel (X) Brand Image

No Item Pernyataan rhitung rtabel Keterangan

Brand Image Cognitive

1. Kesadaran adanya Anata salon di lingkungan sekitar

0,570 0,374 Valid

2. Ketertarikan menggunakan jasa perawatan rambut di Anata salon

0,693 0,374 Valid

3. Harapan dalam menggunakan jasa perawatan rambut di Anata salon

0,314 0,374 Valid

4. Persepsi harga / menggunakan jasa perawatan rambut di Anata salon 7. Kualitas bahan yang digunakan untuk

perawatan rambut di Anata salon

(33)

8. Kesesuaian penataan ruangan di Anata salon

0,634 0,374 Valid

Emotional

9. Kesenangan yang diberikan Anata salon saat melakukan perawatan

11. Kegelisahan terhadap hasil perawatan rambut di Anata salon

14. Prestisius Anata salon 0,664 0,374 Valid

Sumber : Pengolahan data 2013 oleh SPSS 17 for Windows

Berdasarkan Tabel 3.3 pada instrumen variable brand image dapat diketahui bahwa nilai tertinggi terdapat pada dimensi emotinal dengan jumlah pertanyaan empat dan pada nomor pertanyaan dua dengan item pernyataan kekesalan menunggu antrian melakukan perawatan rambut di Anata salon yang bernilai 0,701 , sedangkan nilai terendah terdapat pada dimensi cognitive dengan item pernyataan ketertarikan menggunakan jasa perawatan rambut di Anata salon yang bernilai 0,314 sehingga dapat ditafsirkan bahwa indeks korelasinya tinggi

Tabel 3.4

1. Kemungkinan melakukan perawatan rambut di salon

0,795 0,374 Valid

(34)

2. Kemungkinan melakukan perawatan

Sumber : Pengolahan data 2013 oleh SPSS 17 for Windows

Untuk hasil uji coba instrumen penelitian untuk variabel purchase intention berdasarkan hasil perhitungan validitas item instrumen yang dilakukan

dengan bantuan program SPSS 17.0 for windows menunjukan bahwa item pernyataan tertinggi pada pertimbangan untuk membeli dengan pernyataan item pertimbangan melakukan perawatan ranbut di Anata salon dengan nilai 0,835, sedangkan yang terendah pada keinginan membeli produk dengan item pernyataan kemungkinan melakukan perawatan rambut di salon dengan nilai 0,795.

3.7.2.2 Pengujian Reliabilitas

Instrumen penelitian disamping harus valid, juga harus dapat dipercaya (reliable). Reliabilitas menunjukkan suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik. Untuk menunjukkan dalam penelitian ini digunakan rumus Cronbach’s Alpha, dengan rumus sebagai berikut :

(Arikunto, 2002:171)

Dimana :

r11 = Reliabilitas Instrumen

k = Banyaknya butir pertanyaan

∑σ 2

(35)

∑12 = varians total

Untuk mencari tiap butir digunakan rumus varians sebagai berikut :

∑ ∑

1. Item pertanyaan atau pernyataan responden penelitian dikatakan reliabel jika rhitung > rtabel.

2. Item pertanyaan atau pernyataan responden penelitian dikatakan tidak reliabel jika rhitung < rtabel.

Berdasarkan hasil pengujian reabilitas instrumen yang dilakukan dengan mengggunakan bantuan program SPSS 17.0 for windows diketahui bahwa semua variabel reliabel. Pengujian korelasi (y) dilakukan dengan taraf signifikan 5% dengan jumlah 30 responden.

Tabel 3.5

Hasil Pengujian Realibilitas Brand Image dan Purchase Intention Konsumen Anata salon cabang Pasirkaliki BANDUNG

NO Variabel Alpha

cronbrach

Kesimpulan

1. Brand Image 0,770 Reliable

2. Purchase Intention 0,747 Reliable

(36)

Tabel 3.5 menunjukan bahwa hasil tingkat reliability pada variabel brand image sebesar 0,770 dan variabel purchase intention 0,747 . Hal ini menujukan

bahwa realibilitas dari kedua variabel penelitian tersebut tinggi, dikarenakan tingkat realibilitas lebih besar 0,5.

3.7.3 Teknik Analisis Data

Dikutip dari Buku Sugiyono (2012:15) bahwa “Skala ordinal adalah skala yang datanya berbentuk rangking atau peringkat, dan jarak antara satu data dengan data yang lain tidak sama”. Untuk memberikan nilai terhadap

jawaban dalam kuesioner dibagi dalam lima tingkat alternatif jawaban yang disusun bertingkat dengan pemberian bobot nilai (skor) .

Maka skala ordinal tersebut harus dirubah kedalam bentuk skala interval, karena

merupakan syarat pengolahan data dengan penerapan statistic parametric dengan

menggunakan Methode Successive Interval (MSI).

1. Methode Succesive Interval (MSI)

Langkah-langkah untuk melakukan transformasi data adalah sebagai berikut : (1) Berdasarkan hasil jawaban responden untuk setiap pertanyaan hitung proporsi setiap pilihan jawaban.

(2) Berdasarkan frekuensi yang diperoleh untuk setiap jawaban, hitung proporsi setiap pilihan jawaban.

(37)

(4) Untuk setiap pertanyaan, tentukan nilai batas Z untuk setiap pilihan jawaban.

(5) Hitung scale value (nilai interval rata-rata) untuk setiap pilihan jawaban melalui persamaan berikut :

(6) Hitung score (nilai hasil transformasi) untuk setiap pilihan jawaban melalui

persamaan berikut :

Score = Scale value + | Scale Value minimum | + 1

2. Analisis Regresi Sederhana

Analisis regresi pada dasarnya adalah suatu studi mengenai ketergantungan suatu variabel dependen terhadap satu atau lebih variabel independen, dengan tujuan untuk menaksir dan atau memprediksi rata-rata hitung

(mean) atau rata-rata (populasi) variabel dependen berdasarkan nilai tetap (fixed) variabel independen yang telah diketahui (Gujarati, 2003:18). Kegunaan regresi dalam penelitian salah satunya adalah untuk meramalkan dan memprediksi variabel terikat (Y) apabila variabel bebas (X) diketahui. Regresi sederhana dapat dianalisis karena didasari hubungan oleh hubungan fungsional atau hubungan sebab akibat (kausal) variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) (Riduwan, 2007:145).

(38)

hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Variabel dependen diasumsikan random, yang berarti mempunyai distribusi probabilistik. Sedangkan variabel independen diasumsikan memiliki nilai tetap (dalam pengambilan sampel yang berulang) (Sugiyono, 2007:93).

Berdasarkan tujuan dilakukannya penelitian ini, maka variabel yang dianalisis adalah variabel independen yaitu brand image (X) sedangkan variabel dependen adalah purchase intention (Y). Dengan memperhatikan karakteristik variabel yang akan diuji, maka uji statistik yang digunakan adalah melalui perhitungan analisis regresi dan korelasi untuk kedua variabel tersebut. Analisis regresi digunakan untuk mengetahui jenis hubungan antar variabel-variabel yang diteliti (Sudjana, 2000:234), sedangkan analisis korelasi digunakan untuk mengetahui derajat hubungan antar variabel yang diteliti (Sugiyono, 2007:149).

Persamaan regresi sederhana X atas Y adalah sebagai berikut : Ŷ = a + bX

Dimana :

Ŷ = Brand Image (Variabel dependen, subjek dalam variabel dependen yang diprediksikan)

a = Harga Y, jika X = 0

b = Angka arah atau koefisien regresi

X = Subjek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu. Langkah-langkah yang dilakukan yang akan digunakan dalam analisis regresi sederhana adalah sebagai berikut :

1. Mencari harga-harga yang akan digunakan dalam menghitung koefisien a

dan b, yaitu : ∑X ∑Y dan ∑XY ∑ ∑

(39)

∑ (∑ ) ∑ ∑ (Sugiyono, 2007:206)

∑ ∑ ∑ (Sugiyono, 2007:206)

X dikatakan mempengaruhi Y, jika berubahnya nilai X akan menyebabkan adanya perubahan nilai Y, artinya naik turunnya X akan membuat nilai Y juga naik turun, dengan demikian nilai Y akan bervariasi. Namun nilai Y bervariasi tersebut tidak semata-mata disebabkan oleh X, karena masih ada faktor lain yang menyebabkannya.

3.7.4 Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi adalah kuadrat koefisien koreelasi. Dalam penggunaan koefisien determinasi dinyatakan dalam persen sehingga harus dikalikan 100%. Koefisien determinasi ini digunakan untuk mengetahui persentase pengaruh yang terjadi dari variabel bebas terhadap variabel tak bebas, (Riduwan 2006:136)

3.7.5 Uji Hipotesis

Objek penelitian yang menjadi variabel bebas atau independent variable yaitu perilaku hubungan pelanggan (X) yang terdiri dari (X1) cognitive,

(X2) functional , (X3) emotional, dan (X4) symbolic sedangkan variabel dependen

(40)

Bandung. Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini meliputi uji kerartian koefisien arah regresi.

Hipotesi yang diajukan yaitu brand image (X) yang terdiri dari (X1)

cognitive, (X2) functional , (X3) emotional, dan (X4) symbolic berpengaruh

terhadap purchase intention (Y).

Untuk menguji keberartian koefisien arah regresi dilakukan dengan

menggunakan rumus berikut ini :

(Sudjana,2001:16)

Secara statistik pengujian hipotesis keberartian arah regresi adalah :

Ho : β1 = 0, Koefisien arah regresi tidak berarti, artinya tidak terdapat pengaruh

antara brand image yang terdiri dari (dengan purchase intention di Anata salon cabang Pasirkaliki Bandung.

Signifikansi koefisien korelasi antara variabel X dan Y di uji dengan membandingkan thitung dan ttabel . Rumus dari distribusi student adalah :

(Riduwan, 2006:137) Keterangan :

t = Distribusi student

r = koefisien korelasi product moment n = banyaknya data

Kriteria pengambilan keputusan untuk hipotesis yang diajukan adalah : Jika thitung > ttabel , maka H0 diyolak dan H1 diterima

(41)

Taraf kesalahan 0,05 dengan derajat kebebasan dk (n-2) serta pada uji satu pihak, yaitu uji pihak kanan. Secara statistik, hipotesis yang akan diuji dalam rangka pengambilan keputusan penerimaan atau penolakan hipotesis dapat ditulis sebagai berikut :

H1 : ρ = 0, artinya tidak terdapat pengaruh brand image yang terdiri dari (X1)

cognitive, (X2) functional , (X3) emotional, dan (X4) symbolic dengan

purchase intention di Anata salon cabang Pasirkaliki Bandung.

H0: ρ > 0 , artinya terdapat pengaruh antara brand image yang terdiri dari (X1)

cognitive, (X2) functional , (X3) emotional, dan (X4) symbolic dengan

(42)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian teori, hasil penelitian, dan pengujian analisis regresi sederhana yang dilakukan mengenai pengaruh brand image terhadap purchase intention konsumen Anata salon cabang Pasirkaliki Bandung dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut :

1. Persepsi brand image Anata salon cabang Pasirkaliki Bandung yang berada pada kategori sangat tinggi adalah functional. Hal ini dikarenakan Anata salon memiliki fasilitas dan pelayanan yang baik juga lengkap dan konsumen sudah percaya sehingga menilai sebagai pendapat yang baik. Sedangkan indikator yang terendah adalah emotional dikarenakan konsumen banyak yang merasa kesal saat menunggu antrian melakukan perawatan rambut sehingga hasil pendapatnya menjadi terendah.

(43)

Bandung ini memudahkan konsumen untuk melakukan perawatan rambut di mana pun mereka berada.

3. Indikator brand image yang terdiri dari cognitive, functional, emotional, dan symbolic memberikan pengaruh kuat kepada purchase intention yang terdiri dari keinginan membeli produk, kemungkinan membeli merek, dan pertimbangan untuk membeli sebanyak 64,8% dengan tingkat korelasi yang tinggi.

5.2 Saran

Berdasarkan uraian teori, hasil penelitian, dan pengujian analisis regresi sederhana yang dilakukan mengenai pengaruh brand image terhadap purchase intention konsumen Anata salon cabang Pasirkaliki Bandung maka penulis

menyatakan hal-hal berikut dengan harapan dapat memberikan manfaat dan masukan bagi Anata salon cabang Pasirkaliki Bandung :

1. Brand image digunakan untuk mengetahui persepsi konsumen mengenai purchase intention Anata salon cabang Pasirkaliki Bandung yang terendah

(44)

pelatihan untuk menstandarisasikan keterampilan pegawai sehingga hasil melakukan perawatan rambut tidak berbeda-beda dan konsumen tidak merasa gelisah terhadap hasil perawatan rambut mereka.

2. Purchase intention konsumen Anata salon cabang Pasirkaliki Bandung yang terendah adalah kemungkinan membeli merek. Hal ini dikarenakan konsumen merasa ragu-ragu melakukan perawatan rambut di Anata salon karena kurangnya pengetahuan tentang jenis-jenis perawatan rambut yang ada di Anata salon juga mengenai harga yang diberlakukan untuk perawatan rambut. Maka dari itu perlu dilakukannya promosi yang lebih dengan cara iklan atau melalui media sosial yang ada saat ini sehingga pengetahuan konsumen terhadap Anata salon menjadi lebih jelas yang akan mengakibatkan hilangnya rasa ragu-ragu konsumen untuk melakukan perawatan rambut di Anata salon khususnya cabang Pasirkaliki Bandung. 3. Indikator brand image yang terdiri dari cognitive, functional, emotional

dan symbolic mempengaruhi purchase intention konsumen Anata salon cabang Pasirkaliki Bandung tinggi. Maka dari itu apabila terjadi perubahan image Anata salon, purchase intention konsumen Anata salon akan

berubah juga.

(45)
(46)

DAFTAR PUSTAKA

Ali Hasan, 2009. Marketing. Yogyakarta : Media Pressindo Fandy Tjiptono, 2008. Strategi Pemasaran . Yogyakarta : Andi

Husein, Umar. 2003. Metode Riset Bisnis, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Kotler Philip , dan Gary Amstrong. 2012 . Principles Of Marketing, Global

Edition, 14 Edition, Pearson Education.

___________ , Philip dan Keller. (2012). Marketing Management. Fourteenth Global Edition. Pearson Education .

Mowen, J.C, and Minor, M (2001) 5th Edition. Perilaku Konsumen ;diterjemahkan oleh Lina Salim. Jakarta : Erlangga

Riduwan. (2008). Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung : Penerbit Alfabeta.

Schiffman. Len G dan Leslie L kanuk. (2010). Consumer Behaviour , 8th Edition. New Jersey: Pretince Hall

Suharsimi, Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktis, Jakarta: Rinekap Cipta.

Sudjana . 2001. Metoda Statistika, Bandung: Tarsito

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis, Bandung: Alfabeta. Zeithaml Bitner Gremler (2012). Services Marketing, , 6th Edition .

Jurnal :

Christina Schtman (2007). An Analysis of Antecedents and Consequences of Trust in a Corporate Brand. Europan Journal of Marketing vol 41

(47)

Jin, Byoungho dan George, (2013) “Consumer Purchase Intention Toward

Foreign Brand Goods”, Journal of Management Decision Vol.51 No.2

pp.434-450

Website:

www.topbrand-award.com/top-brand-survey/survey-result/top-brand-result-2012

Gambar

TABEL 1.1
Tabel 1.2 menunjukan beberapa jumlah pengunjung salon segmen
TABEL 1.3 DATA PELANGGAN ANATA SALON DI KOTA BANDUNG
GAMBAR 1.1 PRA PENELITIAN KONSUMEN ANATA CABANG PASIRKALIKI
+6

Referensi

Dokumen terkait

Maka dari itu design suatu produk juga disinyalir dapat mempengaruhi purchase intention atau minat konsumen untuk melakukan pembelian, karena desain

Pengaruh brand image melalui perceived quality terhadap purchase intention Lenovo pada mahasiswa FE Manajemen Maranatha.. 1.5

Berdasarkan hasil dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa variabel Online Review, Customer Experience dan Brand Image berpengaruh signifikan terhadap Purchase Intention.

Berdasarkan hasil pengolahan analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya mengenai “Pengaruh Brand Positioning terhadap Purchase Intention

Dengan menggunakan metode persamaan regresi berganda, dapat disimpulkan bahwa variabel Brand Image dan Purchase Intention merupakan faktor yang dapat berpengaruh positif

Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui bagaimana pengaruh personal selling dan brand activation terhadap purchase intention konsumen pada produk santan bubuk

1 PENGARUH LIFESTYLE, BRAND IMAGE DAN PERCEIVED VALUE TERHADAP PURCHASE INTENTION PADA BRAND UNIQLO DI INDONESIA Oleh : Mega Ragita Herdiani Dosen Pembimbing: Risca Fitri

Abstrak—Penelitian ini menguji pengaruh delivery service dan digital payment terhadap purchase intention pada konsumen Sate Taichan Goreng di Kota Bandung.. Metode penelitian