• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN FONETIS PADA TUTURAN ANAK PENYANDANG TUNAGRAHITA DI SLB-C SUKAPURA KIARACONDONG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KAJIAN FONETIS PADA TUTURAN ANAK PENYANDANG TUNAGRAHITA DI SLB-C SUKAPURA KIARACONDONG."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN FONETIS PADA TUTURAN ANAK PENYANDANG

TUNAGRAHITA DI SLB-C SUKAPURA KIARACONDONG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat untuk Memeroleh Gelar Sarjana Sastra

Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia

Konsentrasi Linguistik

oleh

Debby Yuwanita Anggraeni

0906433

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

KAJIAN FONETIS PADA TUTURAN ANAK PENYANDANG TUNAGRAHITA DI SLB-C SUKAPURA KIARACONDONG

Oleh

Debby Yuwanita Anggraeni

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

© Debby Yuwanita Anggraeni 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

November 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

KAJIAN FONETIS PADA TUTURAN ANAK PENYANDANG

TUNAGRAHITA DI SLB-C SUKAPURA KIARACONDONG

oleh

Debby Yuwanita Anggraeni

0906433

Disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing I,

Drs. Aceng Ruhendi Saefullah, M.Hum.

NIP 195608071980121001

Pembimbing II,

Sri Wiyanti, S.S., M.Hum.

NIP 197803282006042001

diketahui oleh

Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,

Dr. Dadang S. Anshori, M.Si.

(4)

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh tuturan dari bahasa anak penyandang tunagrahita taraf ringan, taraf sedang, dan taraf berat di SLB-C Sukapura Kiaracondong yang setiap realisasi tuturannya memiliki variasi bunyi bahasa, bahkan ada beberapa pelafalannya yang belum sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menjelaskan realisasi tuturan dan variasi pelafalan tuturan bunyi bahasa pada anak penyandang tunagrahita taraf ringan, taraf sedang, dan taraf berat, lalu membandingkan tingkat perbandingan pelafalannya.

Penelitian ini menggunakan pendekatan linguistik struktural, khususnya kajian fonologi, karena penelitian ini membahas tuturan pelafalan anak penyandang tunagrahita secara fonetis dan perubahan bunyi yang dilafalkannya. Dalam kajian fonologi dapat terungkap jelas bunyi-bunyi suatu bahasa. Data yang digunakan adalah data kebahasaan berupa kata, frasa, dan kalimatdalam realisasi pengucapan dan pelafalan anak penyandang tunagrahita taraf ringan, taraf sedang, dan taraf berat.

(5)

ABSTRACT

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERSEMBAHAN

LEMBAR PERNYATAAN

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

ABSTRAK ...iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR ISTILAH ... x

DAFTAR LAMBANG ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Masalah Penelitian ... 5

1.2.1 Identifikasi Masalah ... 5

1.2.2 Batasan Masalah... 5

1.2.3 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.4.1 Manfaat Teoretis ... 6

1.4.2 Manfaat Praktis ... 7

(7)

BAB 2 : KAJIAN PUSTAKA, FONOLOGI, FONETIS, KLASIFIKASI

BUNYI BAHASA, GEJALA PERUBAHAN BUNYI, BUNYI PENGIRING,

DAN ANAK PENYANDANG TUNAGRAHITA

2.1 Kajian Pustaka ... 9

2.2 Landasan Teoretis ... 12

2.2.1 Fonologi ... 12

2.2.2 Fonetis ... 12

2.2.2.1 Jenis-Jenis Fonetis ... 13

1) Akustis ... ... 13

2) Auditoris ... 13

3) Organis atau Artikulatoris ... 13

2.2.2.2 Alat Ucap ... 14

2.2.2.3 Uraian Fungsi-Fungsi Alat Ucap ... 16

1) Paru-paru ... 16

2) Pangkal Tenggorok ... 16

3) Rongga Kerongkongan ... 16

4) Langit-langit Lunak ... 16

5) Langit-langit keras ... 17

6) Ujung Lidah ... 17

7) Daun Lidah ... 17

8) Ceruk Gigi ... 17

9) Gigi ... 17

10) Bibir ... 17

11) Bibir Atas dan Bibir Bawah ... 18

12) Lidah ... 18

13) Mulut dan Rongga Mulut ... 18

14) Rongga Hidung ... 18

2.2.3 Klasifikasi Bunyi Bahasa ... 18

(8)

VI

2.2.3.2 Semi Vokal ... 19

2.2.3.3 Konsonan ... 19

1) Tempat Artikulasi ... 20

2) Cara Artikulasi ... 20

3) Pita Suara ... 20

4) Striktur ... 20

2.2.4 Gejala Perubahan Bunyi ... 20

2.2.4.1 Protesis ... 21

2.2.4.2 Epentesis ... 21

2.2.4.3 Paragog ... 21

2.2.4.4 Aferesis ... 21

2.2.4.5 Sinkop ... 21

2.2.4.6 Apokop ... 21

2.2.4.7 Rotatisme ... 22

2.2.4.8 Fusi ... 22

2.2.4.9 Diftongisasi ... 22

2.2.4.10 Lenisi ... 22

2.2.5 Bunyi Pengiring ... 22

2.2.6 Anak Penyandang Tunagrahita ... 23

2.2.7 Asumsi Dasar ... 24

BAB 3: METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Subjek ... 25

3.2 Desain Penelitian ... 26

3.3 Metode Penelitian... 27

3.3.1 Definisi Operasional... 27

3.3.2 Instrumen Penelitian... 27

3.3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 35

3.3.4 Teknik Penganalisisan Data ... 36

(9)

4.1 Hasil Penelitian ... 37

4.1.1 Realisasi Tuturan, Variasi Pelafalan Tuturan, dan Tingkat Perbandingan

Anak Penyandang Tunagrahita Taraf Ringan, Sedang, dan Berat

Berdasarkan Kata ... 37

4.1.2 Realisasi Tuturan, Variasi Pelafalan Tuturan, dan Tingkat Perbandingan

Anak Penyandang Tunagrahita Taraf Ringan, Sedang, dan Berat

Berdasarkan Frasa ... 120

4.1.3 Realisasi Tuturan, Variasi Pelafalan Tuturan, dan Tingkat Perbandingan

Anak Penyandang Tunagrahita Taraf Ringan, Sedang, dan Berat

Berdasarkan Kalimat ... 152

4.2 Pembahasan ... 177

4.2.1 Realisasi Tuturan dan Variasi Pelafalan Tuturan Anak Penyandang

Tunagrahita Taraf Ringan, Sedang, dan Berat Berdasarkan Kata ... 177

4.2.2 Realisasi Tuturan dan Variasi Pelafalan Tuturan Anak Penyandang

Tunagrahita Taraf Ringan, Sedang, dan Berat Berdasarkan Frasa ... 238

4.2.3 Realisasi Tuturan dan Variasi Pelafalan Tuturan Anak Penyandang

Tunagrahita Taraf Ringan, Sedang, dan Berat Berdasarkan Kalimat ... 260

4.2.4 Tingkat Perbandingan Anak Penyandang Tunagrahita Taraf Ringan, Sedang,

dan Berat ... 280

BAB 5: SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ... 262

5.2 Saran ... 264

DAFTAR PUSTAKA ... 265

LAMPIRAN

1. Surat Keputusan ... 266

2. Rekap Fonetis Pelafalan ... 267

3. Data-data Anak Penyandang Tunagrahita Taraf Ringan, Taraf Sedang, dan

Taraf Berat ... 277

(10)

BAB 1

PENDAHULUAN

Dalam bagian ini, dipaparkan mengenai pendahuluan penelitian yang

dapat diuraikan sebagai berikut. Adapun uraiannya meliputi (1) latar belakang, (2)

identifikasi masalah, (3) batasan masalah, (4) rumusan masalah, (5) tujuan

penelitian, (6) manfaat penelitian, dan (7) struktur organisasi penulisan.

1.1 Latar Belakang

Bahasa adalah salah satu alat komunikasi manusia untuk berinteraksi

dengan sesamanya. Tanpa berbahasa, manusia tidak dapat mendapatkan informasi

yang dibutuhkan seperti biasanya. Bahasa juga bermacam-macam sesuai dengan

ruang dan waktu yang melatari hidup manusia.

Carrol (1986: 65), mengemukakan bahasa sebagai sebuah sistem struktural

mengenai bunyi dan urutan bunyi bahasa yang sifatnya manasuka, yang

digunakan, atau yang dapat digunakan dalam komunikasi antarindividu oleh

sekelompok manusia dan yang secara agak tuntas memberi nama kepada

benda-benda, peristiwa-peristiwa, dan proses-proses dalam lingkungan hidup manusia.

Bahasa juga dapat dikatakan sebagai ucapan yang bukan merupakan

sebuah tulisan karena sejatinya bahasa merupakan sebagai lambang bunyi. Bentuk

komunikasi verbal atau berbahasa juga ditunjukkan dengan adanya interaksi yang

disebut bicara. Selain itu, bahasa juga merupakan salah satu kemampuan manusia

yang berasal dari kematangan kognitif.

Salah satu unsur bahasa yang memegang peranan sangat penting adalah

kosakata. Kosakata merupakan bahan baku yang membangun bahasa. Kumpulan

kosakata yang disusun menjadi sebuah kalimat lalu terbangun menjadi beberapa

wacana yang berupa informasi yang dapat disampaikan menjadi bahasa.

Begitu juga, dalam berbahasa akan menimbulkan suatu bunyi yang

(11)

„fonologi‟ ini dibentuk dari kata “fon” yang bermakna „bunyi‟ dan “logi” yang berarti „ilmu‟. Jadi, secara sederhana dapat dikatakan bahwa fonologi merupakan ilmu yang mempelajari bunyi-bunyi bahasa pada umumnya. Objek kajiannya adalah “fon” atau bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.

Fonologi memiliki dua kajian, yaitu fonetis danfonemis.Menurut Muslich

(2008), fonetis adalah bunyi-bunyi ujar dipandang sebagai media bahasa semata,

tak ubahnya seperti benda atau zat. Dengan demikian, bunyi-bunyi dianggap

sebagai bahan mentah, bagaikan batu, pasir, semen sebagai bahan mentah

bangunan rumah. Fonemis adalah suatu kajian yang mempelajari fonem, fonem

itu sendiri adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang dapat membedakan arti atau

makna.

Namun, dalam penelitian ini penulis lebih fokus pada kajian fonetisnya

saja. Hal itu, sesuai dengan penelitian yang dilakukan, data beberapa tuturan anak

penyandang tunagrahita, diteliti dari bunyi-bunyi tuturannya saja.

Dengan begitu, kemampuan menyampaikan informasi secara lisan sangat

dipengaruhi oleh kemampuan merangkai dan melafalkan bunyi-bunyi bahasa.

Seperti halnya kemampuan berbahasa anak berkebutuhan khusus, anak

penyandang tunagrahita memiliki hambatan bicara. Hambatan tersebut terletak di

lidah si anak. Sementara itu, komunikasi mereka terhambat dan kadang pelafalan

suatu kosakatanya itu terdengar samar dan kurang jelas. Berdasarkan fenomena

tersebut, dalam penelitian ini akan dikaji bahasa pada anak tunagrahita,

bagaimana pengucapan, dan bagaimana pelafalan setiap bunyi bahasa yang

mereka ucapkan.

Tunagrahita merupakan asal dari kata tuna yang berarti “merugi”, sedangkan grahita yang berarti “pikiran”. Tunagrahita merupakan kata lain dari retardasi mental mentalretardation yang artinya terbelakang mental. Penelitian ini

menggunakan ilmu fonologi (fonetis) untuk meneliti pengucapan dan pelafalan

bahasa dari anak tunagrahitanya itu.

Gangguan bicara dalam berbahasa merupakan salah satu penyebab

(12)

3

penyandang tunagrahita. Komunikasi untuk menyampaikan isi pikiran, perasaan,

dan emosi dengan orang lain pada anak tunagrahita dikemukakan dengan simbol

verbal atau akustik sehingga tidak dapat membentuk hubungan sosial dan

komunikasi yang normal.

Kajian tentang pelafalan dan pengucapan tuturan dari anak tunagrahita

telah dilakukan oleh beberapa peneliti dan beberapa penelitian lain hanya sama

dengan kajian yang mendekati penelitian ini. Sebagai contoh, penelitian tentang

pengucapan kosakata dasar anak tunagrahita taraf sedang yang dilakukan oleh

Tisnasari (2003), lalu penelitian tentang tuturan direktif anak penyandang

tunagrahita pernah dilakukan oleh Priwati (2010). Ada juga penelitian lain yang

terkait dengan penelitian ini, yaitu kajian kompetensi fonologis anak down

sindrom oleh Sefiani (2011). Selanjutnya, penelitian lainnya yang terkait dengan

kajian penelitian ini adalah kajian fonetis tuturan penderita gagap yang dilakukan

oleh Monteiro (2009), dan terakhir penelitian kajian fonetis tuturan penderita

Afasia Broca yang mengalami gangguan stroke pada usia 40-50 tahun oleh

Suryanita (2010).

Berdasarkan tinjauan di atas, kajian tentang pelafalan dan pengucapan

yang dilihat dari segi fonetis, yang diambil dari beberapa tuturan yang mengalami

perubahan dan penghilangan kosakata, banyak perbedaan dalam setiap

penelitiannya, dan banyak ragam penelitiannya. Seperti penelitian yang dilakukan

oleh Tisnasari (2003) yang meneliti gambaran sistem pelafalan kosakata dasar

pada anak tunagrahita taraf sedang, mengetahui variasi pelafalan koskata dasar

pada anak tunagrahita, dan kemampuan anak tunagrahita memahami kosakata

dasar yang dilafalkannya. Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Priwati

(2010) yang meneliti tuturan direktif dari anak penyandang tunagrahita, tekanan

ilokusi dari tuturan direktif, dan wujud tindak tutur anak penyandang

tunagrahitanya itu. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Sefiani (2011)

yang meneliti proses artikulasi pelafalan fonem anak down sindrom, perubahan

bunyi-bunyi yang dilafalkan dan bagaimana keterbelakangan mental mereka

(13)

Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Monteiro (2009) yang meneliti kajian

fonetis tuturan dari penderita gagap, dan terakhir penelitian yang dilakukan oleh

Suryanita (2010) yang meneliti kajian fonetis tuturan penderita Afasia Broca yang

mengalami gangguan stroke pada usia 40-50 tahun, kedua penelitian ini diambil

dari kesamaan kajiannya saja dan banyak masalah yang penting untuk diteliti.

Adapun beberapa contoh yang peneliti lakukan yaitu, pelafalan anak

tunagrahita berdasarkan taraf ringan, sedang, dan berat. Anak penyandang

tunagrahita taraf ringan, pada saat mengucapkan suku kata /fa/, melafalkannya

menjadi [pa], pelafalan /f/ tersebut seharusnya terjadi pada tempat artikulasi

labio-dental, namun anak tersebut melafalkannya menjadi /p/ dan itu terjadi pada tempat

artikulasi bilabial, selanjutnya kata /ember/, dilafalkannya [émbél], pelafalan

bunyi /r/ seharusnya terjadi pada tempat artikulasi apiko alveolar, dan cara

artikulasinya getar (trill), berubah menjadi /l/ tempat artikulasinya pada apiko

alveolar, dan cara artikulasinya sampingan (lateral), hal tersebut mengalami gejala

perubahan bunyi rotatisme. Selanjutnya, anak penyandang tunagrahita pada taraf

sedang, saat mengucapkan suku kata /fa/, dapat melafalkannya dengan benar,

yaitu [fa], dan kata /ember/, dilafalkannya [ébér], pelafalan bunyi /m/ seharusnya

terjadi pada tempat artikulasi bilabial, dan cara artikulasinya nasal (sengau),

namun terjadinya penghilangan bunyi /m/ di tengah, hal tersebut mengalami

gejala perubahan bunyi sinkop. Terakhir, anak penyandang tunagrahita pada taraf

berat, saat mengucapkan suku kata /fa/, melafalkannya menjadi [pha], pelafalan /f/

tersebut seharusnya terjadi pada artikulasi labio-dental, namun anak tersebut

melafalkannya menjadi /p/ dan adanya bunyi aspirasi, dengan bunyi sertaan [h] di

tengah, selanjutnya kata /ember/, dilafalkannya [émbé], pelafalan bunyi /r/

seharusnya terjadi pada tempat artikulasi apiko alveolar, dan cara artikulasinya

getar (trill), namun terjadinya penghilangan bunyi /r/ di akhir kata, hal tersebut

mengalami gejala perubahan bunyi apokop.

(14)

5

Indonesia yang dituturkan oleh anak penyandang tunagrahita pada taraf ringan,

sedang, dan berat.

1.2 Masalah

Dalam bagian ini akan dijelaskan masalah yang menjadi fokus penelitian.

Adapun penjelasannya meliputi (1) identifikasi masalah, (2) batasan masalah, dan

(3) rumusan masalah.

1.2.1 Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah diperlukan untuk mengetahui masalah yang timbul

dari topik penelitian. Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut.

1) Anak penyandang tunagrahita mengalami hambatan berkomunikasi berbicara

dan memahami bahasa.

2) Anak tunagrahita yang mengalami keterlambatan bicara dan bahasa berisiko

mengalami kesulitan belajar, kesulitan membaca dan menulis, serta akan

menyebabkan pencapaian akademik yang kurang secara menyeluruh.

3) Keterlambatan berbahasa mengakibatkan anak penyandang tunagrahita sulit

melafalkan bunyi-bunyi bahasa Indonesia, kata, frasa, dan kalimat dengan

baik, bahkan cenderung sulit untuk memahaminya.

1.2.2 Batasan Masalah

Penelitian ini perlu memberikan batasan terhadap masalah yang akan

diteliti agar penelitian ini lebih terarah dan terhindar dari penyimpangan. Batasan

masalah tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut.

1) Penelitian ini meneliti pengucapan terhadap tuturan berbagai macam kosakata

dasar pada anak penyandang tunagrahita dilihat dari segi fonetis.

2) Responden yang diteliti adalah anak tunagrahita dalam responden yang

(15)

3) Penelitian ini dilakukan dengan metode linguistik struktural, khususnya

fonologi dan lebih khususnya yaitu fonetis.

4) Responden yang dipilih dilihat berdasarkan 3 taraf penyandang tunagrahita,

yaitu ringan, sedang, dan berat.

5) Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SLB (Sekolah Luar Biasa)-C, Jl. Terusan

PSM Perumahan Bumi Asri Sukapura No.3 - Kiaracondong.

6) Datanya berdasarkan kata, frasa, kalimat, dan suku kata.

7) Kajian ini dibatasi dengan bunyi-bunyi segmental

1.2.3 Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini dirumuskan masalah-masalah yang akan dianalisis

pada bagian pembahasan. Rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut.

1) Bagaimanakah realisasi tuturan bunyi bahasa pada anak penyandang

tunagrahita pada tingkat ringan, sedang, dan berat?

2) Bagaimana variasi pelafalan tuturan bunyi bahasa pada anak tunagrahita pada

tingkat ringan, sedang, dan berat?

3) Bagaimanakah tingkat perbandingan pelafalan tuturan anak tunagrahita antara

tingkat ringan, sedang, dan berat?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan

menjelaskan hal-hal sebagai berikut:

1)realisasi tuturan bunyi bahasa pada anak penyandang tunagrahita pada tingkat

ringan, sedang, dan berat;

2)variasi pelafalan tuturan bunyi bahasa pada anak tunagrahita pada tingkat

ringan, sedang, dan berat;

3)tingkat perbandingan pelafalan tuturan anak tunagrahita antara tingkat ringan,

sedang, dan berat.

(16)

7

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoretis dan praktis.

Adapun uraiannya adalah sebagai berikut.

1.4.1 Manfaat Teoretis

Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

bahwa bahasa yang selama ini diperlukan untuk komunikasi ternyata tidak

selamanya dapat diucapkan dengan sempurna. Semuanya bisa berubah dan

menjadi berbeda dengan adanya kekurangan beberapa orang tertentu.

Dalam ilmu fonologi juga dapat dibuktikan bahwa setiap pelafalan yang

terucap pada setiap kosakata memiliki arti dan gejala bahasanya masing-masing,

mau itu perubahan huruf konsonan dan vokal, maupun penghilangan suatu huruf

konsonan dan vokal.

1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis,melalui penelitian ini akan diketahui kemampuan berbahasa

anak penyandang tunagrahita sesuai dengan tingkat antara ringan, sedang dan

parah. Selain itu, dapat diketahui apa saja yang menurut mereka sukar untuk

dilafalkan dan jarang terdengar dengan jelas sesuai dengan suatu pelafalan apa

yang dimaksudkan. Dapat juga penelitian ini digunakan untuk terapi bicara/ terapi

pelafalan bunyi-bunyi bahasa Indonesia, baik vokal maupun konsonan.

1.5 Struktur Organisasi Penulisan

Hasil penelitian ini dilaporkan dalam bentuk skripsi. Untuk memudahkan

penyajiannya, struktur organisasi penulisan skripsi ini disusun dari bab satu

sampai bab lima. Hal ini dilakukan untuk memudahkan penulis dalam mencapai

tujuan yang telah direncanakan. Berikut ini adalah uraian struktur organisasi

(17)

Pada bab satu dipaparkan latar belakang penelitian, masalah penelitian

yang mencakup pengidentifikasian masalah, dan perumusan masalah. Setelah itu,

dilanjutkan dengan tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi.

Pada bab dua dipaparkan mengenai teori yang digunakan dalam penelitian

skripsi. Pada bab ini, penulis memaparkan tentang penelitian-penelitian terdahulu

dan teori-teori dari beberapa ahli yang relevan terhadap masalah dan asumsi dasar.

Pada bab tiga dipaparkan mengenai metodologi penelitian. Metodologi

penelitian tersebut mencakup beberapa penjelasan mengenai lokasi dan subjek

penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen

penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

Selanjutnya pada bab empat dipaparkan analisis data dan pembahasannya.

Pada bab ini penulis menganalisis data dengan menggunakan teknik analisis data

dan pembahasan lebih lanjut terhadap hasil analisis data.

Penelitian ini ditutup dengan bab lima yang berisi simpulan dan saran.

Simpulan dideskripsikan secara singkat, jelas, dan mudah dipahami yang

mencakup dari permasalahn skripsi yang sudah dibahas. Saran yang diberikan

penulis pun berisi rekomendasi penulis terhadap tindak lanjut penelitian yang

(18)

25 BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bagian ini, dipaparkan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

metodologi penelitian, dan dapat diuraikan sebagai berikut. Adapun uraiannya

meliputi (1) lokasi dan subjek, (2) desain penelitian, (3) metode penelitian, (4)

definisi operasional, (5) instrumen penelitian, (6) teknik pengumpulan data, dan

(7) teknik analisis data.

3.1 Lokasi dan Subjek

Lokasi penelitian dilaksanakan di sekolah SLB-C, Jl. Terusan PSM

Perumahan Bumi Asri Sukapura No.3, Kiaracondong-Bandung.

Subjek dari penelitian ini yaitu, anak penyandang tunagrahita taraf ringan,

sedang, dan berat. Jumlah dari anak penyandang tunagrahita tersebut,

masing-masing tarafnya satu. Adapun data dari anak tersebut.

Taraf Ringan

Nama : Tifanny Ananda Melva

Kelas : 2 SD

Umur : 9 Tahun

Alamat : Jl. Kebon Jayanti RT 01/RW 12

Taraf Sedang

Nama : Yunita

Kelas : 5 SD

Umur : 15 Tahun

Alamat : Sayang Kaak, Kebon Jayanti RT 01/RW 06

Taraf Berat

Nama : Muhammad Ridho Nugraha

Kelas : XII

(19)

Alamat : Komplek Bumi Asri, Sukapura. Jl. Kiara Asri Barat 1/E 15-7

Bandung.

3.2 Desain Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan desain penelitian dalam bentuk diagram

model case study oleh Milles dan Huberman (1994: Yin 2009). Untuk

memperjelas tentang metode penelitian yang dipaparkan sebelumnya, pada bagian

ini akan digambarkan desain penelitian dalam bentuk diagram berikut.

Kajian Fonetis Pada Tuturan Anak Penyandang Tunagrahita Di SLB-C Sukapura Kiaracondong

1. Mengklasifikasikan data sesuai rekaman dan catatan. 2. Data daftar tanyaan ditranskripsikan berdasarkan fonetis. 3. Dideskripsikan bunyi-bunyi pelafalannya.

4. Membuat kode-kode fonetis pada pengucapan dan pelafalan bunyi.

5. Membandingkan data yang sudah dideskripsikan, antara taraf ringan, sedang, dan berat.

Hasil

1. realisasi tuturan kosakata dasar pada anak penyandang tunagrahita pada tingkat ringan, sedang, dan berat.

2. variasi pelafalan tuturan kosakata dasar pada anak tunagrahita pada tingkat ringan, sedang, dan berat.

3. tingkat perbandingan pelafalan tuturan anak tunagrahita antara taraf ringan, sedang, dan berat.

Simpulan

(20)

27

Diagram 3.1

Desain Penelitian

3.3 Metode Penelitian

Dalam bagian ini akan diuraikan beberapa bagian dari metode penelitian,

yang mendasari penelitian ini, yaitu sebagai berikut: (1) definisi operasional, (2)

instrumen penelitian, (3) teknik pengumpulan data, dan (4) teknik analisis data.

Adapun uraiannya sebagai berikut.

3.3.1 Definisi Operasional

Definisi operasional yang berkenaan dengan penelitian ini adalah sebagai

berikut.

1) Kajian fonetis adalah kajian yang mempelajari bunyi-bunyi bahasa pada setiap

pelafalan kosakata yang telah diucapkan anak penyandang tunagrahita, di

SLB-C, Jl. Terusan PSM Perumahan Bumi Asri Sukapura

No.3-Kiaracondong, dengan taraf ringan, sedang, dan berat.

2) Tuturan adalah pelafalan anak penyandang tunagrahita, di SLB-C, Jl. Terusan

PSM Perumahan Bumi Asri Sukapura No.3-Kiaracondong. Dengan taraf

ringan, sedang, dan berat. Yang melafalkan kosakata, dan tuturan tersebut

berdasarkan kata, frasa, kalimat, dan suku kata.

3) Anak tunagrahita adalah anak yang memiliki keterbelakangan mental dan

keterbatasan dalam melakukan suatu hal, termasuk dalam berbicara, pada taraf

ringan, sedang, dan berat yang ada di SLB-C, Jl. Terusan PSM Perumahan

Bumi Asri Sukapura No.3-Kiaracondong.

3.3.2 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar

tanyaan yang berisi daftar kosakata bahasa Indonesia, seperti kata, frasa, kalimat,

(21)

Tabel di bawah ini, merupakan daftar tanyaan berdasarkan kata.

Tabel 3.1

Berikut, uraian daftar tanyaan berdasarkan kata.

(22)
(23)

68. Sepatu [səpatu] 69. Sepeda [səpɛda] 70. Sesak [səsak] 71. Tahan [tahan] 72. Tanah [tanah] 73. Tape [tapé] 74. Telinga [təliŋa] 75. Telur [təlur] 76. Tembok [témbok] 77. Tepung [təpuŋ]

78. Uang [uaŋ]

Tabel di bawah ini, merupakan daftar tanyaan berdasarkan frasa. Tabel 3.2

Berikut, uraian daftar tanyaan berdasarkan frasa.

No. Frasa Bunyi Ideal

Kategori

Ringan Sedang Berat

(24)

31

Tabel di bawah ini, merupakan daftar tanyaan berdasarkan kalimat. Tabel 3.3

Berikut, uraian daftar tanyaan berdasarkan kalimat.

(25)

10. Kakek

membuat

layang-layang.

[kaké? məmbuat layaŋ-layaŋ]

Tabel di bawah ini, merupakan daftar tanyaan berdasarkan suku kata.

Tabel 3.4

Berikut, uraian daftar tanyaan berdasarkan suku kata.

(26)
(27)
(28)

35

Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah (1) observasi, (2)

wawancara, (3) teknik rekam, dan (4) teknik catat. Peneliti akan memaparkannya

di bawah ini.

1) Observasi

Peneliti terjun langsung ke lapangan untuk mengumpulkan data.

Peneliti mewawancarai anak penyandang tunagrahita untuk mendapatkan data

yang nyata dan yang memang berkaitan dengan batasan masalah dalam

penelitian ini.

2) Wawancara

Selain mengadakan observasi, peneliti juga mengadakan kontak

langsung kepada anak penyandang tunagrahita. Wawancara dengan anak

penyandang tunagrahita, dengan melakukan wawancara bebas yang

memaksudkan untuk mengetahui langsung bagaimana pengucapan dan

pelafalan bahasa yang mereka ucapkan. Wawancara tersebut untuk memeroleh

wujud dari kebenaran hasil data yang didapat.

3) Teknik Rekam

Dalam penelitian ini, peneliti juga melakukan teknik rekam. Peneliti

merekam daftar tanyaan yang berisi daftar kosakata bahasa Indonesia, seperti

kata, frasa, kalimat, dan suku kata yang dilafalkan oleh anak penyandang

tunagrahita pada taraf ringan, sedang, dan berat.

Hal ini untuk mempermudah peneliti ketika mewawancarai

narasumber dan melakukan analisis data pada pelafalan anak tunagrahita taraf

ringan, sedang, dan berat.

4) Teknik Catat

Selain teknik rekam, teknik catat juga sangat diperlukan untuk

dokumentasi dari hasil perekaman. Peneliti mencatat daftar tanyaan yang

(29)

kata yang dilafalkan oleh anak penyandang tunagrahita pada taraf ringan,

sedang, dan berat.

Dengan teknik catat, semua data akan lebih jelas. Selain itu, bila ada

kekeliruan dari teknik rekam maka peneliti bisa melihat dari teknik catat yang

sudah dilakukan.

3.3.4 Teknik Penganalisisan Data

Dalam menganalisis data yang akan peneliti lakukan, pertama-tama

membuat rekaman dengan data yang akan dikaji. Rekaman tersebut berupa

percakapan atau pembicaraan yang dilakukan peneliti dengan narasumber. Peneliti

merekam daftar tanyaan yang berisi daftar kosakata bahasa Indonesia, seperti

kata, frasa, kalimat, dan suku kata yang dilafalkan oleh anak penyandang

tunagrahita pada taraf ringan, sedang, dan berat. Selain dengan teknik rekam,

peneliti juga melakukan teknik catat dengan mencatat semua data daftar tanyaan

yang sama.

Setelah melakukan perekaman, selanjutnya mengklasifikasikan data sesuai

yang berada dalam rekaman dan catatan yang peneliti lakukan. Data daftar

tanyaan tersebut di transkripsikan berdasarkan fonetis, dan selanjutnya dianalisis

sesuai dengan pelafalan kosakata oleh anak penyandang tunagrahita tersebut.

Meneliti setiap realisasi tuturan kosakata dasar berdasarkan kata, frasa, kalimat,

dan suku kata, selanjutnya meneliti variasi pelafalan tuturan kosakata dasar

berdasarkan kata, frasa, kalimat, dan suku kata, dan dilakukan perbandingan

pelafalan antara anak penyandang tunagrahita taraf ringan, sedang, dan berat.

Dengan begitu akan ditemukannya pelafalan bunyi yang hilang, atau penambahan

bunyi, dan adanya gejala perubahan bunyi.

Setelah dianalisis, peneliti menyimpulkan hasil analisisnya. Selanjutnya, di

tes kebenarannya, dari hasil observasi, wawancara, teknik rekam, teknika catat,

(30)

37

Realisasi tuturan dan variasi pelafalan tuturan pada anak penyandang tunagrahita

taraf ringan, dalam melafalkan kata /anggrek/ dilafalkannya [andlék]. pelafalan bunyi /ŋ/ seharusnya terjadi pada tempat artikulasi dorso velar, cara artikulasinya nasal sengau, pelafalan bunyi /g/ seharusnya terjadi pada tempat artikulasi dorso

velar, cara artikulasinya hambat letup, dan pelafalan bunyi /r/ seharusnya terjadi

pada tempat artikulasi apiko alveolar, cara artikulasinya getar (tril). Namun

diubah dengan bunyi /d/ yang seharusnya terjadi pada tempat artikulasi apiko

palatal, cara artikulasinya hambat letup, dan bunyi /l/ yang terjadi pada tempa

(31)

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai tuturan anak penyandang

tunagrahita taraf ringan, taraf sedang, dan taraf berat, penulis telah menentukan

tiga temuan sebagai berikut.

1) Realisasi tuturan yang dilafalkan oleh anak penyandang tunagrahita taraf

ringan, pelafalannya hampir sempurna dan dapat dimengerti, hanya saja masih

ada pelafalan yang dapat dikatakan cadel, dan pada awalan bunyi /m/

berhadapan dengan bunyi /ə/, bunyi /m/ sering tidak dilafalkan, lalu bunyi /k/

berhadapan dengan bunyi /ə/, bunyi /k/ tidak dilafalkan juga. Selanjutnya pada

frasa, pelafalan pada kata pertama dan kedua sudah lengkap dan sempurna,

hanya saja ada beberapa bunyi yang tidak dilafalkan pada awal kata, dan pada

kalimat pelafalannya dapat dimengerti, hanya saja sering ada penghilangan

bunyi di awal, dan sering tidak melafalkan bunyi /r/ di awal, tengah, dan bila

akhir hanya diubah bunyinya menjadi bunyi /l/. Berikutnya, anak penyandang

tunagrahita taraf sedang, pelafalannya hampir sempurna, namun ada beberapa

bagian pelafalannya yang tidak dapat dimengerti, adanya kesamaan dengan

anak penyandang tunagrahita taraf ringan, yaitu tidak melafalkan bunyi /m/ di

awal yang berhadapan dengan bunyi /ə/, lalu bunyi /ŋ/ yang sering tidak

dilafalkan pada tengah kata, selain itu pada frasa ada beberapa yang

dihilangkan kata pertamanya, namun masih dapat dimengerti, sedangkan pada

kalimat pelafalannya lebih sering difokuskan pada makna kalimat yang

sebenarnya, tanpa mengikuti kaidah bahasa Indonesia yang seharusnya. Kasus

selanjutnya, anak penyandang tunagrahita taraf berat, pelafalannya banyak

bunyi-bunyi bahasa yang tidak dilafalkan, ada pula beberapa yang mengubah

bunyi bahasanya tersebut, lalu pada frasa pada kata pertama sering tidak

(32)

263

memberikan beberapa makna yang berbeda-beda, selanjutnya pada kalimat

pelafalannya kurang sempurna, disebabkan adanya penghilangan beberapa

bunyi bahasa, dan pelafalannya tidak utuh atau tidak sesuai dengan kaidah

bahasa Indonesia.

2) Variasi pelafalan tuturan pada anak penyandang tunagrahita taraf ringan,

ditemukan seringnya tidak melafalkan bunyi bahasa pada awal kata, dengan

begitu anak tersebut jumlah terbanyak dari gejala perubahan bunyinya yaitu

aferesis 29, lalu rotatisme 28. Sementara, anak penyandang tunagrahita taraf

sedang, tidak jauh beda dengan anak penyandang tunagrahita taraf sedang,

yaitu memiliki jumlah terbanyak dari gejala perubahan bunyinya yaitu aferesis

29, lalu sinkop 15. Selanjutnya, anak penyandang tunagrahita taraf berat,

memiliki kesamaan dengan taraf ringan dan taraf sedang, yaitu memiliki jumla

terbanyak dari gejala perubahan bunyinya yaitu aferesis 34, lalu rotatisme 33.

3) Tingkat perbandingan antara anak penyandang tunagrahita taraf ringan, taraf

sedang, dan taraf berat, anak penyandang tunagrahita taraf ringan dapat

melafalkan suatu bunyi bahasanya dengan secara baik, dan hampir sempurna,

meskipun ada beberapa bunyi bahasa yang tidak dilafalkan, namun tetap saja

pelafalannya dapat dimengerti, sedangkan anak taraf sedang pelafalannya

hampir sempurna, hanya banyak tidak melafalkan beberapa bunyi bahasa, dan

adanya penyisipan bunyi bahasa yang memang seharusnya tidak ada, dan

sering dimunculkan pada tengah kata, selanjutnya anak taraf berat ada

beberapa pelafalannya yang dapat dimengerti hanya saja masih ada bunyi

bahasa yang tidak dilafalkan, terutama pada kalimat bunyi bahasanya

memiliki perbedaan pelafalan yang sangat berbeda, karena anak tersebut lebih

fokus pada makna yang sebenarnya, bukan pada kaidah bahasa Indonesia,

sehingga menimbulkan pelafalan yang kurang sempurna.

Berdasarkan hasil temuan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa realisasi

anak penyandang tunagrahita pada setiap tarafnya itu berbeda-beda, sesuai dengan

kemampuan dan mental si anak. Dari pelafalan-pelafalannya itu, menimbulkan

(33)

gejala perubahan bunyi yang sering dilafalkan oleh anak penyandang tunagrahita.

Selanjutnya, adanya tingkat perbandingan antara anak penyandang tuangrahita

taraf ringan, sedang, dan berat, yang dapat membuktikan bahwa pelafalan anak

taraf ringan dapat lebih baik dan dapat dimengerti, dibandingkan anak taraf

sedang, dan taraf berat.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis mengajukan

beberapa saran sebagai berikut.

1) Penelitian ini lebih difokuskan pada kajian fonologi khususnya fonetis, selain

itu juga kasus atau penelitian ini dapat dikaji kembali atau ditindak lanjuti

dengan kajian sintaksis, kajian morfologi, dan kajian pragmatik.

2) Penelitian ini dapat dijadikan sarana therapy untuk anak-anak yang

berkebutuhan khusus dalam berbicara.

3) Penelitian ini dapat memberikan persiapan dalam bersikap yang seharusnya

kepada anak-anak penyandang tunagrahita.

4) Penelitian ini dapat dijadikan untuk pelatihan pelafalan bunyi-bunyi

(34)

DAFTAR PUSTAKA

Amin. 1995. “Pengertian Anak Tunagrahita”. [online]. Tersedia:

http://made688.wordpress.com/pengertian-tuna-grahita/ [30 Mei 2012]

Carrol. 1986:65. “Pengertian Bahasa”. [online]. Tersedia:

http://carapedia.com/pengertian_definisi_bahasa_menurut_para_ahli_info494.htm l [6 Juni 2012]

Chaer Abdul. 2011. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. 2003. “Pengertian Fonologi”. [online]. Tersedia:

http://uniisna.wordpress.com/2011/07/13/467/ [25 Juni 2012] Chaer, Abdul. 2009. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul.2007. Kajian Bahasa Struktur Internal, Pemakaian, dan Pemelajaran.

Jakarta: Rineka Cipta.

Crowley, Terry. 1987. An Introduction To Historical Linguistics. University of Papua New Guinea Press.

Fernandez, Dr. Inyo Yos. 1993/1994. Linguistik Historis Komparatif Bagian Pertama Bagian Kedua. Pascasarjana UGM.

M. Irianty, Novy Intan 2009. “Kajian Fonetis Tuturan Penderita Gagap”. Skripsi Fakultas

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Malmberg, Bertil. 1986. “Pengertian Fonetis”. [online]. Tersedia:

http://cahayaide.blogspot.com/2012/03/tugas-pertama-definisi-fonetik-klas-d.html [6Juni 2012]

Marsono. 2008. Fonetik: seribahasa. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Miles, Matthew B dan Hubermen, A Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber tentang Metode-metode Baru. Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta: UI Press.

Mohammad, Dr. Efendi, M.Pd., M.Kes. 2009. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Muslich, Masnur. 2008. Fonologi Bahasa Indonesia:Tinjauan Deskriptif Sistem Bunyi Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Priwati, Sri 2010. “Tindak Tutur Direktif Penyandang Tunagrahita”. Skripsi Fakultas

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Priwati, Sri. 2010. “Skripsi Tindak Tutur Direktif Penyandang Tunagrahita”.

[online].Tersedia:

http://repository.upi.edu/operator/upload/s_c0151_0606150_abstract.pdf [6 Juni 2012]

Sefiani, Evi. 2011. “Kompetensi Fonologis Anak Sindrom Down”. Skripsi Fakultas

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Somantri. 2006:103. “Pengertian Tunagrahita”. [online]. Tersedia:

(35)

Suryanita, Mely Rizki. 2010. “Kajian Fonetis Tuturan Penderita Afasia Broca yang

mengalami gangguan stroke pada usia 40-50 tahun”. Skripsi Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Tisnasari, Sundawati. 2007. “Pengucapan Kosakata Dasar Anak Tunagrahita”. Skripsi

Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Trubetzkoy. 1962:11-12. “Pengertian Fonologi”. [online]. Tersedia:

http://repository.upi.edu/operator/upload/s_a0451_054868_chapter2.pdf [6 Juni 2012]

Verhaar. 1984:36. “Pengertian Fonologi”. [online]. Tersedia:

Gambar

Tabel 3.1
Tabel di bawah ini, merupakan daftar tanyaan berdasarkan frasa.
Tabel 3.3
Tabel di bawah ini, merupakan daftar tanyaan berdasarkan suku kata.

Referensi

Dokumen terkait

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Akuntansi. © Dea Sudawati 2014 Universitas

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran motivasi belajar remaja akhir yang menjadi tulang punggung keluarga dengan sosial

Konselor sekolah bertanya berapa lama waktu yang ideal untuk digunakan dalam sesi konseling kelompok atau bimbingan kelompok.. Sebelum menjawab pertanyaan

Sahabat MQ/ Pencalonan Hutomo Mandala Putra/ alias Tommy Soeharto belum selesai// Buktinya/ DPD II DKI Jakarta sudah mendekat ke putra bungsu mendiang mantan Presiden

selulosa, hemiselulosa, dan lignin terhadap pulp yang dihasilkan pada proses.. delignifikasi serta analisa kadar glukosa terhadap kadar glukosa yang

Bentuk nyata ganti rugi Pihak Tirta Sibayakindo yang dapat diberikan terhadap konsumen adalah Mengganti produk yang cacat dengan produk yang baru dengan kemasan yang

Penelitian ini bertujuan 1). Untuk menganalisis pengaruh financial attitude terhadap literasi keuangan mahasiswa, 2) Untuk menganalisis pengaruh antara lingkungan sosial

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam 2 siklus dengan menerapkan Teori Konstruktivisme dalam pembelajaran Pendidikan