• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL SIMULASI, PENGUKURAN DAN ANALISA Simulasi Parameter Antena Mikrostrip Patch Circular Ring

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL SIMULASI, PENGUKURAN DAN ANALISA Simulasi Parameter Antena Mikrostrip Patch Circular Ring"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

44

4.1. Simulasi Parameter Antena Mikrostrip Patch Circular Ring

Setelah memperoleh dimensi antenna yang akan dibuat, disimulasikan terlebih dahulu beberapa antenna dengan simulator HFSS v.10. Parameter antenna yang disimulasikan adalah Return loss, Bandwidth, dan diagram Radiasi. Berikut adalah hasil simulasinya :

a. Return Loss

Gambar 4.1 Hasil Simulasi Return Loss

Dari hasil simulasi diperoleh nilai return loss pada frekuensi 2,45 GHz adalah sebesar -24,70 dB. Dari simulasi juga diperoleh nilai bandwidth dari antenna mikrostrip patch circular ring adalah sebesar BW = 2,48 GHz – 2,40 GHz

= 0,08 GHz atau sebesar 80 MHz.

(2)

b. VSWR

Gambar 4.2 Hasil Simulasi VSWR

Dari hasil simulasi diperoleh nilai VSWR pada frekuensi 2,45 GHz adalah sebesar 1.18. Hal tersebut menunjukan bahwa koefisien pantul antena tidak besar.

Besarnya VSWR yang ideal adalah 1 yang berarti semua daya yang diradiasikan antena pemancar dapat diterima antena penerima (match). Berikut adalah tabel kanal Frekuensi WLAN dengan nilai VSWR hasil simulasi :

Tabel 4.1 Kanal Frekuensi WLAN dengan Nilai VSWR Hasil Simulasi

Channel Frekuensi

(MHz) VSWR Channel Frekuensi

(MHz) VSWR

1 2412 1,67 8 2447 1,11

2 2417 1,56 9 2452 1,16

3 2422 1,46 10 2457 1,24

4 2427 1,37 11 2462 1,33

5 2432 1,28 12 2467 1,44

6 2437 1,20 13 2472 1,57

7 2442 1,14 14 2484 1,92

(3)

Dari tabel di atas, secara simulasi, antena mikrostrip patch sircular ring bagus digunakan pada kanal 8.

c. Pola Radiasi dan Diagram Radiasi

(a) (b)

Gambar 4.3 (a) Pola Radiasi; (b) Pola Radiasi Potongan Melintang

Hasil simulasi pola radiasi menunjukan bahwa antena mikrostrip yang dibuat merupakan antena omnidirectional atau yang menyebar ke segala arah.

Antena ini mempunyai gain dan keterarahan yang tidak terlalu besar.

4.2. Pengukuran Return Loss

Pengukuran antena dilakukan untuk mengetahui parameter antena yang telah dibuat. Hasil pengukuran yang dilakukan terhadap antena ”Antena Mikrostrip Pacth Circular Ring 2,45GHz” akan dibandingkan hasilnya dengan simulasi.

Hasil pengukuran tersebut dapat dijadikan sebagai bahan verifikasi atau tolak

ukur dari simulasi untuk kemudian dilakukan analisis terhadap setiap

penyimpangan yang terjadi dan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perancagan

antena mikrostrip.

(4)

Pengukuran parameter yang dilakukan pada tugas akhir ini adalah pengukuran return loss yang nantinya dari nilai return loss tersebut dapat diperhitungkan nilai VSWR dan impedansi dari antena mikrostrip yang dibuat.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran yang perlu diperhatikan adalah kemampuan perangkat ukurnya terutama rating maksimum dan frekuensi dari alat ukur itu sendiri.

Alat ukur yang digunakan untuk pegukuran return loss adalah Network

Analyzer, merek Anritsu, range 300 KHz - 3 GHz. Network Analyzer merupakan

alat ukur yang digunakan untuk mengukur VSWR, bandwidth, dan impedansi antena. Network analyzer akan menampilkan grafik hasil ukur berupa VSWR fungsi frekuensi, dan impedansi dalam bentuk Smith chart.

Return Loss diukur untuk mengetahui berapa besar gelombang yang

dipantulkan kembali sebagai akibat dari rangkaian yang kurang matching.

Semakin kecil nilai return loss semakin baik kerja anrena tersebut, hal tersebut berarti semakin kecil gelombang pantul dan semakin efisien kerja antena.

Gambar 4.4 Pengukuran Return Loss Antena Mikrostrip Patch Circular Ring

(5)

Sebelum melakulan pengukuran, Network Analyzer harus dikalibrasi terlebih dahulu sesuai dengan standaryang telah ditentukan. Kalibrasi ditujukan untuk memperoleh hasil ukur yang akurat dan benar sesuai dengan standar. Kalibrasi dilakukan dengan cara :

a. Pasangkan kabel coaxial pada port 1 dan 2 dengan tujuan agar memudahkan koneksi ke alat ukur. Kalibrasi dilakukan pada ujung kabel coaxial, network analizer akan memberikan faktor koreksi akibat pemanjangan port 1 dan port2 dengan kabel coaxial.

b. Tentukan daerah frekuensi kerrja yang akan diamati terlebih dahulu, kemudian pilih parameter yang akan diukur.

c. Lakukan proses kalibrasi dimulai dari menekan tombol CAL dan diikuti petunjuk yang ada pada layar monitor sampai selesai.

d. Untuk validasi hasil kalibrasi, lakukan pemasangan beban standar 50 Ω pada ujung kabel coaxial masing-masing port, kemudian amati parameter S

11

dan S

22

dalam format log mag pada masing-masing port. Jika diperoleh nilai log mag yang sangat kecil, maka proses kalibrasi sudah benar.

Pada kondisi ideal, pengukuran dilakukan di dalam ruangan tanpa pantul

sehingga daya pancar yang dikirim dari port 1 network analyzer diserap dan tidak

dipantulkan kembali ke antena. Selain itu antena yang diukur harus bebas dari

benda-benda di sekelilingnya, karena akan mempengaruhi hasil ukur. Namun hal

tersebut sulit dicapai, sehingga dalam pengukurannya daya pancar yang keluar

dari network analyzer diatur sekecil mungkin, atau diatur mengikuti kondisi

default.

(6)

4.2.1.Hasil Pengukuran Return Loss

Hasil pengukuran return loss antena mikrostrip patch circular ring adalah sebagai berikut :

Gambar 4.5 Hasil Pengukuran Return Loss

Gambar 4.6 Hasil Simulasi return Loss

(7)

4.2.2.Analisa Pengukuran Return Loss

Gambar 4.5 menunjukan hasil pengukuran return loss sedangkan gambar 4.6 menunjukan hasil simulasi return loss. Pada hasil simulasi return loss terendah ditunjukan pada frekuensi 2,45 GHz, 4 GHz dan 5,10 GHz dengan nilai return loss sebesar -23,51 dB, -27,24 dB dan -10,70 dB.

Hasil pengukuran tiga titik terendah ditunjukan pada frekuensi 2,307982 GHz, 4,791109 GHz dan 5,695055 GHz dengan nilai return loss -1,59 dB, -5,37 dB, dan -3,02 dB. Dengan membandingkan nilai return loss terukur dan hasil simulasi, diperoleh perbedaan yang cukup jauh dimana hasil simulasi jauh lebih baik dari pengukuran.

Dari nilai return loss terukur dapat diperoleh nilai VSWR seperti yang ditampilkan pada tabel 4.2 berikut :

Tabel 4.2 Nilai VSWR dari Return Loss Terukur

Frekuensi Return Loss Nilai VSWR

2,307982 GHz -1,59 dB

833 , 0 log

20 59 , 1 log

20     

RL

98 , ) 10 833 . 0 1 (

) 833 , 0 1 ( ) 1 (

) 1

( 

 

 

VSWR

4,791109 GHz -5,37 dB RL  20 log   5 , 37  20 log  0 , 539

34 , ) 3 539 , 0 1 (

) 539 , 0 1 ( ) 1 (

) 1

( 

 

 

VSWR

5,695055 GHz -3,02 dB RL  20 log   3 , 02  20 log  0 , 706

80 , ) 5 706 , 0 1 (

) 706 , 0 1 ( ) 1 (

) 1

( 

 

 

VSWR

(8)

Pada nilai frekuensi yang sama, VSVR hasil simulasi ditunjukan pada tabel 4.3 di bawah ini :

Tabel 4.3 Nilai VSWR Hasil Simulasi

Frekuensi Nilai VSWR

2,30 GHz 4,89

4,80 GHz 6,39

5,70 GHz 25,25

Dengan membandingkan nilai VSWR pada tabel 4.2 dan 43 dapat dilihat adanya perbedaan yang cukup besar. Sebagai contoh pada frekuensi 2,3 GHz (yang paling mendekati dengan 2,45GHz), nilai VSWR dari pengukuran Return Loss adalah 10,98 dan hasil simulasi software adalah 4,89. Untuk megetahui sejauh mana perbedaan yang terjadi pada proses fabrikasi pada tugas akhir ini adalah dengan membandingkan nilai VSWR yang dihasilkan dari pengukuran dengan menggunakan network analyzer engan nilai VSWR hasil perhitungan dengan menggunakan software.besarnya perbedaan tersebut dinyatakan dengan persen. Perhitungannya adalah sebagai berikut :

% 100 .

%

Software

Simulasi Pengukuran

VSWR

VSWR VSWR

Perbedaan

 (4.1)

% 100 89 .

, 4

89 , 4 98 ,

% 10 

Perbedaan

% 54 , 124

% Perbedaan

Perbedaan hasil pengukuran dan simulasi dengan software biasanya karena

adanya beberapa kesalahan yang dapat terjadi pada penelitian ini. Kesalahan

(9)

tersebut dapat berupa kesalahan pengukuran, kesalahan fabrikasi dan beberapa kemungkinan kesalahan lain yang akan terdeteksi setelah melakukan penelitian.

Kesalahan-kesalahan dalam pengukuran dan fabrikasi misalnya adalah sebagai berikut :

a. Kesalahan pengukuran dengan menggunakan alat network analyzer b. Pengukuran patch dengan program corel draw yang kurang tepat c. Pengukuran panjang PCB yang kurang tepat

d. Kesalahan saat pemotongan PCB e. Penyolderan konektor yang kurang tepat

4.3. Diagram Smith Hasil Pengukuran Antena

Dari pengukuran antena mikrostrip patch circular ring yang diukur, diperoleh nilai impedansi yang menjauhi lingkaran Zr=1 seperti yang diperlihatkan pada gambar 4.7.

Gambar 4.7 Diagram Smith Hasil Pengukuran

(10)

Nilai impedansi yang menjauhi Zr=1 menunjukan bahwa antena yang dibuat kurang matching sehingga mengakibatkan besarnya koefisien pantul dan return loss. Perbedaan nilai impedasi tersebut, selain memperburuk return loss juga mempengaruhi nilai VSWR karena apabila antenna mikrostrip patch circular ring dihubungkan dengan saluran transmisi yang mempunyai nilai impedansi karakteristik sebesar 50Ω, maka akan menimbulkan gelombang pantul. Dampak dari gelombang pantul yang terjadi adalah gelombang pantul yang seharusnya dipancarkan ke luar akan kembali lagi ke saluran transmisi dan ke pemancar yang akibatnya akan membebani pemancar. Karena terbebani lebih oleh gelombang pantul tersebut, pemancar akan panas dan lama-rama rusak.

Dari hasil pengukuran, nilai impedansi yang paling mendekati Zr=1

ditunjukan dengan marker no.2, yaitu pada 4,79 GHz.

Referensi

Dokumen terkait

distotik, agar tidak ada lagi tempat tempat maksiat di kota Bukittinggi, FPI pernah melakukan grebek tempat maksiat di kota Bukittinggi di Hotel Pusako, FPI

Berdasarkan gambar 4 dan 5 dapat diketahui nilai VSWR dari simulasi yang dilakukan, antena mikrostrip patch array 1 elemen memiliki nilai VSWR terendah yaitu

Pada penelitian ini dirancang sistem rectenna (rectifier antenna) sebagai pemanen energi RF menggunakan antena mikrostrip circular patch 900 MHz yang diintegrasikan dengan

Kesimpulan yang dapat diambil dari Tabel 5 yaitu bahwa pada simulasi yang dilakukan menggunakan substrat RT/duroid 5880 antena mikrostrip circular patch memiliki kinerja yang

'HQJDQ PHQJJXQDNDQ 0RGHO , \DLWX GHQJDQ PHPDVXNNDQ HPSDW YDULDEHO -XPODK 'RVHQ -XPODK 0DKDVLVZD 3HULODNX 0DKDVLVZD GDQ 3HUVHSVL 0DKDVLVZD HILVLHQVL )DNXOWDV 0,3$ DGDODK

[r]

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Rumah Umum Daerah Ujungberung Periode Maret-Mei 2015, dapat diambil simpulan bahwa adanya perbandingan yang

menggunakan metoda spektrofotometri uv-vis dengan pengomplek arsenazo(III), terbukti bahwa uranium berpengaruh terhadap analisis thorium, dimana semakin tinggi