• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG LISENSI GAME ONLINE DI BANTEN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG LISENSI GAME ONLINE DI BANTEN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA."

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

i Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:

TRI DODI SETYAWAN NIM: 11160480000037

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1442 H/2020 M

(2)

i

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG LISENSI GAME ONLINE DI BANTEN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN

2014 TENTANG HAK CIPTA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:

TRI DODI SETYAWAN NIM: 11160480000037

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1442 H/2020 M

(3)

ii

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh:

Tri Dodi Setyawan NIM: 11160480000037

Pembimbing I Pembimbing I

Prof. Dr. Abdullah Sulaiman, S.H., M.H. Hidayatullah M.H.

NIP: 19591231 198609 1 003 NIP: 198708 30201801 1 002

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH & HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1441H/2020M

(4)

iii

Lembar pengesahan panitia ujian

(5)

iv Program Studi : Ilmu Hukum

Alamat : Perum. Griya Asri Blok F 12 Nomor 1 Rt 53 Rw 07, Jelupang, Serpong Utara, Tangerang Selatan, Banten 15333

Nomor Kontak : 082122002035 Email : tridodis@gmail.com Menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H) pada Program Studi Ilmu Hukum di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti hasil karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan orang lain, maka saya bersedia menerima saksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 20 Januari 2021

Tri Dodi Setyawan NIM. 11160480000037

(6)

v

ABSTRAK

TRI DODI SETYAWAN. NIM 11160480000037. PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG LISENSI GAME ONLINE DI BANTEN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA. Program Studi Ilmu Hukum, Konsentrasi Hukum Bisnis, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1442 H/2020 M. xi + 92 halaman.

Penelitian ini membahas mengenai perlindungan hukum bagi pemegang lisensi terhadap suatu tindakan pembajakan game online dan upaya hukum apa saja yang dapat dilakukan oleh pemegang lisensi. Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat baik secara ilmiah yaitu dalam studi ilmu hukum dan secara praktis maupun akademis yaitu sebagai masukan bagi penulis ataupun pihak-pihak lain yang memiliki keinginan untuk menganalisa perlindungan hukum terhadap pemegang lisensi.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian pustaka (library research) yang bersifat yuridis normatif, yaitu penelitian yang mengacu pada norma-norma hukum yang ada dalam perUndang-Undangan, literature, pendapat ahli, dan jurnal.

Hasil Penelitian ini peneliti menganalisa bagaimanakah perlindungan hukum pemegang lisensi game online yang menjadi sangat riskan dan sering terjadi pembajakan oleh pihak ketiga, dan melihat ketentuan Undang-Undang Hak Cipta yang berlaku. Upaya hukum yang dapat dilakukan oleh pemegang lisensi game online apabila terjadi suatu pembajakan atau peniruan dapat menempuh jalur litigasi maupun non litigasi, dan juga bisa dalam pidana dengan tindak pencurian dalam pidana bisa dikatakan sebagai pencurian dikarenakan mengambil hak bukan miliknya, dan juga bisa dalam hukum islam yaitu dengan tuduhan tindak pencurian atau kata lain sariqah dengan mengambil pada tempat penyimpanan (al- hirz) milik orang lain. Tetapi dengan penyelesaian pidana dan juga hukum islam tidak efektif karena merugikan pemegang lisensi karena tidak adanya ganti rugi dalam penyeleseaian tersebut. Maka dari itu dengan melakukan penyelesaian sengketa melalui perdata dan sesuai dengan Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian sengketa lah yang menguntungkan pemegang lisensi karena adanya ganti rugi dari penyelesaian sengketa tersebut yaitu win win solution dan identitas dari keduanya pun tidak diketahui atau tidak disebarluaskan ke masyarakat.

Kata kunci skripsi : Lisensi, hak cipta, game online, perlindungan hukum Pembimbing : 1. Prof. Dr. Abdullah Sulaiman, S.H., M.H.

2. Hidayatullah M.H.

Daftar Pustaka : Tahun 1975 sampai Tahun 2017

(7)

vi

Segala puji dan syukur peneliti panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah memberikan bimbingan, rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat membuat dan menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.

Peneliti menyusun skripsi ini tidak lain adalah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Shalawat serta salam peneliti panjatkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa umat manusia dari zaman jahiliyah ke zaman yang penuh ilmu dan keberkahan. Di mana untuk itu peneliti mencoba untuk membuat skripsi dengan judul “PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG LISENSI GAME ONLINE DI BANTEN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA.”

Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tentunya tidak luput dari adanya kekeliruan-kekeliruan, kekurangan- kekurangan dan/atau ketidaksempurnaan baik dari segi materi maupun dari segi tata bahasa penulis. Namun dengan segala kemampuan yang ada serta dengan dorongan keinginan yang luhur, penulis berusaha semaksimal mungkin untuk dapat menyelesaikannya dengan baik. Peneliti berharap penulisan Skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh kalangan. Peneliti menyadari bahwa Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik karena adanya bantuan dari banyak pihak yang membantu Peneliti, baik berupa bantuan moral maupun material. Oleh karena itu pada kesempatan ini Peneliti ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar- besarnya kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.A., M.H., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;

(8)

vii

2. Bapak Dr. Muhammad Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H., Ketua Program Studi Ilmu Hukum,, dan juga Bapak Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum., Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;

3. Prof. Dr. Abdullah Sulaiman, S.H., M.H. dan Bapak Hidayatullah M.H., Selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga untuk memberikan bimbingan dalam menyusun skripsi ini. Semoga ilmu yang telah diajarkan dapat bermanfaat bagi penulis dan mendapat balasan yang berlimpah dari Allah SWT.

4. Kepada Perpustakaan Utama dan kepada Perpustakaan Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta Perpustakaan Universitas Indonesia yang telah memberikan fasilitas untuk peneliti mengadakan studi kepustakaan guna menyelesaikan skripsi ini.

5. Kedua Orang Tua tercinta yang selalu mencurahkan kasih sayangnya, memberi dukungan baik materill maupun moril, dan tiada henti mendoakan penulis hingga peneliti selesai menyelesaikan skripsi ini.

6. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu.

Hanya ucapan terimakasih yangsebesar-besarnya yang dapat peneliti sampaikan, semoga Allah SWT membalas kebaikan-kebaikan kalian semua.

Akhir kata peneliti mengucapkan terimakasih dan maaf yang sebesar- sebesarnya apabila terdapat kata-kata di dalam penulisan yang kurang berkenan bagi pihak-pihak tertentu. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia khususnya bagi peneliti.

Jakarta, 5 September 2020

Tri Dodi Setyawan NIM. 11160480000037

(9)

viii

LEMBAR PENGESAHAN ...

LEMBAR PERNYATAAN ...

ABSTRAK ...

KATA PENGANTAR ...

DAFTAR ISI ...

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah ... 6

1. Identifikasi Masalah ... 6

2. Pembatasan Masalah ... 7

3. Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Metode Penelitian ... 8

1. Jenis Penelitian ... 9

2. Pendekatan Penelitian ... 9

3. Sumber Bahan Hukum ... 9

4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum ... 10

5. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Bahan Hukum ... 11

6. Teknik Penulisan ... 12

E. Sistematika Pembahasaan ... 12

BAB II LISENSI HAK CIPTA A. Kerangka Konseptual ... 14

1. Hak Kekayaan Intelektual ... 14

2. Hak Cipta ... 15

3. Lisensi ... 16

(10)

ix

4. Program Komputer ... 19

B. Kerangka Teori ... 20

1. Kepastian Hukum ... 21

2. Perlindungan Hukum ... 22

3. Hak Cipta ... 23

C. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu ... 26

BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMEGANG LISENSI GAME BERBASIS ONLINE DI JAKARTA A. Sejarah Singkat dan Perjanjian Game Online ... 31

B. Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Lisensi Game ... 35

1. Berdasarkan Hukum Internasional ... 35

2. Berdasarkan Hukum Indonesia ... 38

BAB IV UPAYA HUKUM PENYELESAIAN PERSELISIHAN HAK CIPTA DI INDONESIA A. Penyelesaian Non Litigasi ... 42

B. Penyelesaian Litigasi ... 47

C. Penyelesaian Hukum Islam ... 57

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 69

B. Rekomendasi ... 71 DAFTAR PUSTAKA

(11)

1

Dalam pembahasan Hak Cipta Internasional dibutuhkan untuk mendeskripsikan beberapa traktat dan perjanjian internasional yang diatur khusus dalam suatu bidang hak cipta oleh karena itu kesepakatan international yang termuat dalam persetujuan TRIPs Agreement, sehingga memunculkan kebutuhan untuk menciptakan sebagian ketentuan internasional bidang hak cipta dengan beberapa ciri pokok pengaturannya masing-masing dan unsur- unsur yang di maksud dalam TRIPs Agreement.

World Intellectual Property Organization atau disingkat WIPO adalah lembaga internasional yang bertanggung jawab suatu kerangka manajemen dan aktivitas-aktivitas yang bersangkutan dengan revisi sebagian traktat internasional bidang Hak Kekayaan Intelektual. Tugas WIPO dalam kerangka perlindungan hak cipta dengan hak terkait, termasuk diantaranya sebagai berikut:1

a. Konvensi Bern (1886) tentang perlindungan karya seni dan karya sastra Berne Convention for the Protection of Literary and Artictic Works (1886).

b. Konvensi Hak Cipta Universal (1995): Universal Copyright Convention.

c. Konvensi Roma tentang Perlindungan Pelaku, Produser Rekaman International Convention for the Protection of Performers, Producers of Phonogram and Broadcasting Organization (Rome Convention 1961).

d. Konvensi Janewa (1971) tentang Perlindungan Produser Rekaman Suara dan Perbanyakan tidak sah Rekaman Suara: Ganeva Convention for the Protection of Producers of Phonogram Against Unnauthorized Duplication of Their Phonogram (Ganeva Convention) 1971.

e. Persetujuan tentang Aspek Perlindungan Hak atas Kekayaan Intelektual:

Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights (TRIPs), 1994.

1 Suyud Margono, Hukum Hak Cipta Indonesia, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h. 30.

(12)

2

Pilar sejarah adanya aturan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) antara negara di dunia adalah melalui dibentuknya organisasi Uni Paris untuk Perlindungan Internasional Milik Perindustrian pada tahun 1883 (The Paris Convention for Protection of Industrial Property of 1883), dan diikuti oleh diadakaannya Konvensi Berne pada tahun 1886 (Berne Convention for the Protection of Literary and Artistic Works 1886), adalah asal usul Konvensi Hak Cipta.2

Hak kekayaan intelektual adalah kebebasan untuk melakukan sesuatu atas kekayaan intelektual tersebut yang dikontrol oleh norma-norma atau hukum yang berlaku.3 Hak kekayaan intelektual adalah produk olah otak manusia yang diterapkan berupa ciptaan berupa karya, seni, desain, ataupun penemuan yang mungkin digunakan dalam kehidupan manusia. Munir Fuady mengemukakan pendapat, hak kekayaan intelektual adalah suatu keistimewaan terhadap materiil yang sah dan diakui oleh hukum atas benda tidak berwujud berupa kekayaan/kreasi intelektual, yang mungkin berbentuk hak cipta, paten, merek, dan lain-lain.

Hak cipta adalah suatu komponen dari kekayaan intelektual yang mempunyai ruang lingkup objek yang dilindungi sangat luas, karena meliputi ilmu pengetahuan, seni dan sastra (art and literary) yang dan juga berisi pula program komputer. Hak cipta adalah hak eksklusif terhadap perekacipta atau penerima hak untuk memublikasikan dan melipatgandakan ciptaanya atau memberikan suatu izin dapat dalam bidang pengetehuan, kesenian, dan kesusastraan, dengan batasan definit.4 Dalam Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta mengatur bahwa hak cipta merupakan hak khusus perekacipta yang ada secara spontan bersumber prinsip deklaratif sesudah suatu ciptaan dibuat dalam suatu bentukjelas tidak dengan

2 Muhamad Djumhana dan R. Djubaedillah, Hak Milik Intelektual, Sejarah, Teori dan Prakteknya di Indonesia, ed. revisi, cetakan ke-3, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2003), h. 12-13.

3 Adrian Sutedi, Hak Kekayaan Intelektual, (Jakarta: Citra Aditaya Bakti, 2009), h. 38.

4 Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2011), h. 208.

(13)

memangkas ataupun melebihkan batasan sesuai dengan ketentuan perundang- undangan.

Saat tanggal 12 April 1982, pemerintah indonesia menetapkan untuk membatalkan A.W. 1912 Staatsblad Nomor 600 Tahun 1912 begitu juga mengesahkan Undang - Undang Nomor 6 Tahun 1982 Tentang Hak Cipta yang dimuat dalam Lembaran Negara RI Nomor 15 Tahun 1982. Dalam kurun periode lima tahun sejak disahkannya, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1982 tentang Hak Cipta telah menjalani transisi pada tahun 1987.5 Perubahan kedua tentang aturan Hak Cipta di Indonesia berlangsung pada tahun 1997, yaitu Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1997 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta, sepertimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987. Dalam Konsideran dari Undang- Undang Nomor 12 Tahun 1997 menyatakan tentang TRIPs yang merupakan bagian dari GATT 1994 dan pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia, dipandang perlu mengubah dan menyempurnakan beberapa ketentuan dari Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 sebagaimana telah diubah oleh Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1987. Dan Perubahan ketiga Ciptaan yang dilindungi oleh Undang-Undang Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014 telah mengalami perluasan dari yang sebelumnya diatur dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002.6

Dari bagian implementasi hak cipta, pada Undang-Undang Hak Cipta memakai asas bahwa perekacipta memiliki hak ekslusif untuk menjalankan hasil ciptaannya, yang dimaksud adalah dalam batasan waktu tertentu perekacipta memiliki hak untuk melaksanakan dan menjalankan sendiri hasil ciptaannya atau memberikan suatu izin terhadap orang yang diberikan izin

5 Suyud Margono, Hukum Hak Cipta Indonesia,... h. 58.

6 Turkamun, “Perlindungan Hukum dalam Pelanggaran Hak Cipta Software Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta”, Jurnal Sekretari, Vol.4, Nomor 2, (Juni 2017), h. 1.

(14)

4

untuk melaksanakan ciptaannya itu.7 Ciptaan dijabarkan sebagai produk dari setiap karya perekacipta yang menunjukan kemurniannya dalam bidang ilmu hukum, pengetahuan, seni dan sastra.

Lisensi merupakan pemberian izin dari pemilik Hak kekayaan intelektual kepada penerima kekayaan hak intelektual terhadap perseorangan atau suatu badan hukum untuk diberikan izin dalam merealisasikan suatu rangka kegiatan usaha, maupun bentuk tekologi atau juga pada pengetahuan yang bisa dimanfaatkan membuat, menciptakan, atau memasarkan produk tertentu yang meliputi suatu hak eksklusif oleh pemilik hak kekayaan intelektual tersebut.8 Lisensi ini berhubungan dalam suatu asas yang terkandung pada Undang-Undang Hak Cipta, yakni asas atau prinsip kepentingan terhadap suatu perekonomian nasional, wajib memprioritaskan keutamaan perekonomian nasional. Maka dari itu memberikan perlisensian kepada perorangan atau juga kepada badan hukum, adanya larangan mengandung kepastiaan langsung ataupun tidak langsung memungkinkan dapat menimbulkan efek yang dapat merugikan atau tidak menguntungkan perekonomian Indonesia. Menurut Undang-Undang Hak Cipta lisensi merupakan perizinan tertulis yang diserahkan kepada Pemegang Hak Cipta atau pemilik hak terikat oleh pihak lain untuk menjalankan dari hak ekonomi atas Ciptaannya atau produk hak termuat dengan syarat tertentu.

Hak cipta berisikan hak ekonomi ialah kewenangan yang mempunyai nilai ekonomi, masyoritas boleh juga dipindahkan maupun boleh dimanfaatkan dengan ekonomis. Sehingga atas nilai ekonomis itulah yang menyebabkan pembajakan sering dipraktikan, terutama banyak di Indonesia. Desakan mayoritas dari pencipta teknologi yang memiliki nilai sebesar jutaan dolar pada penjiplakan suatu perangkat lunak oleh sebagian pedagang elektronik di kawasan pusat perdagangan komputer di Mall Mangga Dua pada beberapa

7 C.S.T Kansil, Hak Milik Intelektual, Paten, Merek Perusahaan, Merek Perniagaan, Hak Cipta¸ (Jakarta : Bumi Aksara, 1990), h. 7.

8 Suyud Margono, Aspek Hukum Komersialisasi Aset Intelektual, (Jakarta : CV Nuansa Aulia, 2010), h. 15.

(15)

waktu belakangan lumayan menyebabkan warga dari user atau pengguna komputer mengalami kepanikan. Bahkan pada era sekarang ini sudah banyaknya penertiban yang dilakukan oleh selaku pihak berwenang dalam menertibkan dari pembajakan atau penjiplakan sofware yang sering dilakukan di Indonesia, sebab ini menjadi faktor dalam dilakukannya kepada badan lembaga bisnis yang bersifat komersil yang memperoleh sebuah keuntungan dengan memanfaatkannya perangkat lunak itu.9

Program Komputer adalah serangkaian perintah yang diungkapkan dengan suatu bentuk bahasa, kode, skema, ataupun suatu wujud lainnya yang diarahkan agar komputer dapat beroperasi untuk melakukan sesuai dengan fungsi tertentu atau untuk mencapai hasil tertentu yang diinginkan dari perintah tersebut. Jenis dari perangkat lunak yang selalu diperbaharui diikutinya perkembangan teknologi tersebut. Contoh dari berkembangnya teknologi yaitu berbentuk game online. Game online itu sendiri merupakan jenis software permainan komputer atau laptop yang bisa dimainkan oleh beberapa pemain yang menggunakan sebuah jejaringan internet. Umumnya telah disediakan fasilitas layanan dari perusahaan penyedia jasa online atau jalan masuk langsung (mengunjungi halaman website yang bersangkutan) atau juga dengan program yang diberikan dari perusahaan yang menyediakan game tersebut.

Game online berdasarkan dari dua unsur utama, yaitu server dan client.

Kemudian server adalah fasilitator game online yang menjadi dasar dari client dapat memainkan permainan dan melakukan dapat komunikasi dengan baik.

Sedangkan client merupakan pemakai permainan yang dapat menjalankan kemampuan server.10

Sama halnya hak cipta pada hal-hal yang lain, hak cipta pada perangkat lunak memiliki suatu hak yang mutlak, yaitu hak cipta sistem komputer hanya

9 Suyud Margono, Aspek Hukum Komersialisasi Aset Intelektual, (Jakarta : CV Nuansa Aulia, 2010), h. 87.

10 Drajat Edy Kuriawan, “Pengaruh Intensitas Bermain Game Online Terhadap Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Universitas PGRI Yogyakarta”, Jurnal Konseling gusjigang, Vol.3, Nomor 1.

(16)

6

dipunyai oleh penciptanya sendiri, jadi yang memiliki hak tersebut dapat mempidanakan seluruh pihak yang melanggar hak ciptanya. Sebuah hak yang absolut seperti hak cipta memiliki segi pasif artinya bahwa seluruh orang memiliki keharusan menghargai dari hak itu.11 Bahkan dengan banyaknya dari user komputer berpotensi seluruh orang di dunia untuk memperbanyak atau menggandakan perangkat lunak tidak diketahui oleh pemegang hak cipta lalu pembajakan perangkat lunak sangat susah untuk dipantau dan ditindak oleh petugas yang berwenang, paling utama pembajakan terhadap game online.

Lantaran pembajak atau pelanggar dapat memperoleh profit yang teramat banyak dengan menciptakan game online yang kapasitasnya serupa dari domain dan programnya. Tetapi selama ini bermacam tindakan dan upaya telah dilakukan pemerintah maupun produsen software untuk memelihara dan melindungi dari hak intelektual dari tindak pembajakan. Pemerintah membuat aturan hukum terkait dengan Undang-Undang tentang hak kekayaan intelektual yang mengandung tentang prosedur dari perlindungan perangkat lunak tersebut dan dari bermacam jenis pembajakan juga hukuman bagi pelanggar pembajakan software. Dalam perkara dari pembajakan atau penjiplakan pada game online, maka kedapatan suatu isu yang melanggar hukum tentang kemungkinan pelanggaran hukum hak cipta pada suatu program komputer dengan adanya pembajakan atau penjiplakan software game online.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk membahas masalah tersebut dalam sebuah skripsi dengan judul : “PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG LISENSI GAME ONLINE DI BANTEN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA”.

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada penjabaran yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah, maka identifikasi masalahnya, ialah sebagai berikut:

11Muhammad Djumhana, Perkembangan Doktrin dan Teori Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2006), h. 45.

(17)

a. Macam-macam lisensi dalam Undang - Undang Hak Cipta.

b. Pengaturan mengenai perlindungan lisensi game online berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta.

c. Upaya hukum yang dapat dilakukan oleh para pihak dalam perlindungan lisensi game online.

d. Kelebihan dan Kekurangan dari Undang – Undang Hak Cipta terhadap pemegang lisensi hak cipta.

2. Pembatasan Masalah

Pada identifikasi masalah yang diuraikan di atas, maka pembahasaan ini berfokus pada satu titik permasalahan, peneliti dalam hal ini akan menganalisis secara normatif terkait perlindungan hukum terhadap pemegang lisensi dalam program komputer apabila terjadi suatu peniruan atau kata lain penjiplakan terhadap pemegang lisensi sesuai Undang – Undang Hak Cipta.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas perumusan masalah yang diangkat adalah perlindungan hukum bagi pemegang lisensi game online di indonesia berdasarkan Undang–Undang Hak Cipta peneliti menjabarkan perumusan masalah yang dituangkan dalam pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

a. Bagaimana Perkembangan Hukum Peraturan Lisensi dalam perUndang- Undangan Hak Cipta di Indonesia?

b. Bagaimana Perlindungan hukum terhadap pemegang lisensi game berbasis online di Banten?

c. Upaya Hukum apa saja dalam Penyelesaian Perselisihan Hak Cipta Di Indonesia?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

(18)

8

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan penelitian ini, ialah:

a. Untuk mengetahui Peraturan yang mengatur tentang lisensi game online di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Hak Cipta.

b. Untuk memberikan pemahaman dalam upaya Perlindungan Hukum terhadap pemegang lisensi berbasis game online apabila terjadi Peniruan terhadap Lisensi.

2. Manfaat Penelitian

Secara garis bersar, manfaat penelitian iini dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Manfaat Teoritis

1) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian dasar pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu dibidang Hukum Kekayaan Intelektual

2) Sebagai bahan masukan yang dapat digunakan dalam rangka pembentukan ketentuan hukum sehingga terciptanya kepastian hukum yang berhubungan dengan kekayaan intelektual khususnya kepada pemegang lisensi.

b. Manfaat Praktis

1) Bagi masyarakat, penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui serta menyadari akan kewajiban serta hak-haknya sebagai konsumen.

2) Bagi pemilik lisensi, penelitian ini bermanfaat sebagai peningkatan bentuk pencegahan atas peniruan agar terciptanya persaingan usaha yang sehat.

3) Bagi kalangan akademisi, penelitian ini bermanfaat untuk dapat mendalami pengetahuan dan wawasan lebih lanjut terkait dengan pembahasan ini.

C. Metode Penelitian

Agar dapat mengetahui dan membahas suatu permasalahan diperlukan adanya pendekatan dengan menggunakan metode-metode tertentu yang bersifat

(19)

ilmiah. Metode yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Jenis Penelitian

Analisis ini berupa deskriptif analitis12 yang menelaah pengaturan perUndang-Undangan yang berjalan, bertautan dengan hipotesa hukum dalam implementasi pelaksanaan yang melekat dengan permasalahan yang dikaji. Pengaturan tersebut adalah Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta. Sedangkan dilihat dari sifatnya. Penulisan ini bersifat deskriptif. Yaitu penelitian yang bertujan untuk memberikan gambaran secara jelas dan rinci mengenai perlindungan hukum terhadap pemegang lisensi game online di indonesia berdasarkan Undang-Undang Hak Cipta.

2. Pendekatan Penelitian

Metode pendekatan yang bisa dipakai pada penelitian ini diselaraskannya dengan perbincangan yang dibahas di dalamya. Kemudian, teknik yang digunakan pada penelitian ini ialah yuridis empiris13. Yuridis empiris merupakan strategi yang dipakai guna meyelesaikan masalah penelitian dengan mengamati data sekunder lalu guna diteruskan dengan melakukan penelitian data primer di lapangan.14 Pengertian lain dikemukankan oleh Ronny Hanitijo yang mengatakan bahwa yuridis empiris adalah sebuah strategi yang merujuk pada peraturan - peraturan tercatat guna lalu diamati bagaimana penerapannya di lapangan.15

3. Sumber Bahan Hukum

12 Ronny Haniatjo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurumetri, (Jakarta: PT Ghalia Indonesia, 1990), h. 98.

13 Soeno Srjooekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1986), h. 51.

14 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, (Jakarta : Rajawali Press, 1985), h. 1.

15 Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri,... h. 116.

(20)

10

Ronny Hanitijo Soemitro berpendapat, yang diartikan dengan penelitian kepustakaan adalah : “analisis pada data sekunder. Data sekunder dibidang hukum dilihat dari sudut kekuatan meningkatnya dapat dibagi kedalam 3 (tiga), yakni bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier”16.

a. Data primer yang dipakai ialah interview. Interview adalah sebuah strategi pengumpulan data dengan cara tanya jawab yang berbentuk sepihak, yang dilaksanakan secara teratur berasaskan pada maksud research.17 Interview dilaksakan kepada sumber informasi yang dipilih sebelumnya dengan berlandaskan pada ketentuan wawancara sehingga diinginkan bisa memberikan gambaran tentang permasalahan yang ada.

b. Bahan hukum sekunder adalah bahan yang memberikan keterangan tentang bahan hukum primer18, sementara data sekunder yang dipakai dalam penelitian ini dibagi atas 3 yaitu :

1) Bahan hukum primer, adalah seluruh informasi hukum yang memiliki kedudukan bertalian secara yuridis contohnya peraturan perUndang – Undangan.

2) Bahan hukum sekunder adalah informasi hukum yang memberikan keterangan tentang bahan hukum primer yaitu karya ilmiah para ahli hukum berupa hasil-hasil penelitian terdahulu, majalah hukum, referensi, pendapat para sarjana yang berkaitan dengan masalah perlindungan hukum pada pembajakan game online.

3) Bahan hukum tersier atau bahan penyokong adalah informasi hukum yang memberikan penjelasan atau petunjuk yang berarti pada bahan hukum primer dan sekunder seperti ensiklopedia, kamus hukum, dan lain – lain.19

16 Ronny Hanitijo Soemitro, Metodelogi Penelitian Hukum dan Jurumetri,... h. 2.

17 Ronny Hanitijo Soemitro, Metodelogi Penelitian Hukum dan Jurumetri,... h. 21.

18 Ronny Hanitijo Soemitro, Metodelogi Penelitian Hukum dan Jurumetri,... h. 14.

19 Ronny Hanitijo Soemitro, Metodelogi Penelitian Hukum dan Jurumetri,... h. 116.

(21)

4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Bahan hukum di dalam penelitian ini didapat dengan cara studi kepustakaan (Library Research), yakni penelusuran data atau informasi yang didapat dalam peraturan perundang-undangan, buku, teks, jurnal, hasil penelitian, ensiklopedi, biografi, indeks kumulatif, dan lain-lain. Juga Studi Lapangan (Field research). Dengan memakai strategi pendekatan YuridisNormatif, yakni difokuskan pada pemakaiaan data kepustakaan atau data sekunder yang berbentuk bahan hukum primer, sekunder dan tersier yang disokong oleh data primer. Strategi pendekatan ini dipakai untuk menimbang bahwa permasalahan yang dikaji berkisar pada perlindungan atas hak cipta lisensi game online di Indonesia.

a. Studi Pustaka

1) Inventarisasi, yakni menghimpunkan buku-buku yang berkaitan dengan Hukum Hak Kekayaan Intelektual, Hak Cipta, Cyber Law.

2) Klasifikasi, yakni dengan cara menggarap dan memilah data yang dikumpulkan ke dalam bahan hukum primer, sekunder, dantersier.

3) Sistematis, yakni menata data-data yang didapat dan telah digolongkan menjadi uraian yang tersusun dan sistematis.

b. Studi Lapangan

Selain memakai studi kepustakaan, dalam penelitian ini, peneliti memakai data lapangan guna mendapat data primer sebagai penunjang data sekunder dengan cara mencari data di lokasi penelitian.

Instrtumen Pengumpulan Data guna memperoleh data kepustakaan, peneliti menjadi alat utama dalam pengumpulan data kepustakaan dengan memakai :

1) alat tulis guna menuliskan bahan-bahan yang dibutuhkan ke dalam buku catatan.

2) alat elektronik (computer) guna menyusun dan mengedit bahan- bahan yang telah didapat.

(22)

12

5. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Bahan Hukum

Dalam penelitian ini peneliti mempergunakan teknik pengolahan dengan metode deskriptif kualitatif. Teknik deskriptif kualitatif ini adalah metode analisa yang menggunakan cara dengan mengelompokan data yang diperoleh dari berbagai cara baik dari kepustakaan maupun data riil yang diperoleh dari lapangan yang dapat menjadi objek penelitian, dari data yang telah diperoleh akan diolah dan dianalisa menggunakan teori-teori maupun peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk diproses sehingga mendapatkan kesimpulan untuk menjawab masalah dalam penelitian.

Sebagai cara guna mengambil kesimpulan dari penelitian yang telah dikumpulkan disini penulis sebagai alat analisis, analisis data dapat diringkas menjadi sebuah proses penjabaran secara tersusun dan konstan dalam gejala-gejala tertentu20.

6. Pedoman Penulisan

Acuan metode penelitian ini mengacu kepada “Pedoman Penelitian Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Tahun 2017” yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum.

D. Sistematika Pembahasaan

Sistematika penulisan skripsi terdiri atas lima bab yang masing-masing bab terdiri dari sub bab guna memperjelas cakupan permasalahan yang menjadi objek penelitian. Urutan masing-masing bab dijabarkan sebagai berikut:

Bab pertama membahas mengenai pendahuluan yang meliputi latar belakang permasalahaan; identifikasi, pembatasan, dan perumusan masalah;

tujuan penelitian dan manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penelitian.

20 Soerjono Soekanto, Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum,(Jakarta : Rajawali, 1982), h. 37.

(23)

Bab dua peneliti menjelaskan mengenai kajian pustaka yang berisi teori-teori yang digunakan untuk menganalisis data dan permasalahaan dalam penelitian. Kajian pustaka pada bab ini terdiri dari kerangka konseptual dan kerangka teori. Kajian pustaka yang baik akan membantu peneliti dalam membuat hipotesis dalam permasalahaan. Selain itu, pada bab ini juga terdapat review studi terdahulu yang dijadikan acuan agar tidak terjadi duplikasi dalam penelitian

Bab tiga peneliti menjelaskan yakni menjabarkan perlindungan hukum terhadap pemegang lisensi game online di Indonesia dan juga menjabarkan pemegang lisensi terhadap peniruan atau pengambil lisensi tanpa sepengetahuan pemegang lisensi.

Bab empat peneliti membahas mengenai permasalahan yang ada pada penelitian ini, yakni menjelaskan dan menganalisis serta menjawab permasalahan hukum mengenai perlindungan hukum bagi pemegang lisensi game online di Indonesia berdasarkan Undang Undang Hak Cipta.

Bab lima adalah penutup yang berisikan tentang kesimpulan dan rekomendasi. Kesimpulan merupakan penyederhanaan dari hasil analisis data dan dapat ditarik dari hasil pembuktian atau dari uraian yang telah dideskripsikan pada bab sebelumnya yang saling erat dengan pokok masalah.

(24)

14 BAB II

LISENSI HAK CIPTA

A. Kerangka Konseptual 1. Hak Kekayaan Intelektual

Hak atau kuasa atas kekayaan intelektual ialah kuasa yang bermula dari suatu inovatif sebuah kompetensi olah pikir manusia yang mengungkapkan gagasan didepan massa internasional dalam bermacam jenisnya, yang mempunyai kemanfaatan serta kegunaan dalam membantu kelancaran kehidupan manusia, juga memiliki nilai harta.1 hak untuk menikmati secara ekonomis hasil dari kreativitas intelektual.2 HKI merupakan benda tidak berwujud hasil kegiatan intelektual (daya cipta) manusia yang diungkapkan ke dalam suatu bentuk ciptaan atau penemuan tertentu. Kegiatan intelektual (daya cipta) terdapat dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan teknologi. Dari segi hukum, perlu dipahami bahwa yang dilindungi oleh hukum adalah HKI, bukan benda material bentuk jelmaan HKI. Alasannya adalah HKI merupakan Hak Eksklusif yang hanya ada dan melekat pada pemilik atau pemegang hak, sehingga pihak lain apabila ingin memanfaatkan atau menggunakan hak tersebut untuk menciptakan atau memproduksi benda material bentuk jelmaannya wajib memperoleh lisensi (izin) dari pemilik atau pemegang hak.3 HKI secara umum dapat digolongkan ke dalam dua kategori utama, yaitu hak cipta dan hak kekayaan industri. Ruang lingkup hak cipta adalah karya cipta dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra, sedangkan ruang lingkup

1 Muhammad Djumhana, Perkembangan Doktrin dan Teori Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2006), h. 21-23.

2Much. Nurrachmad, Segala tentang HAKI Indonesia, (Yogyakarta: Buku Biru, 2012), h.

15.

3 Abdul Kadir Muhammad, Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2001), h. 1.

(25)

hak kekayaan industri adalah dalam bidang teknologi. Dalam terminologi HKI dikenal istilah “pencipta” dan atau “penemu”.4

2. Hak Cipta

Hak cipta terdiri atas hak ekonomi (economic rights) dan hak moral (moral rights). Hak ekonomi adalah hak untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan serta produk hak terkait. Hak moral adalah hak yang melekat pada diri pencipta atau pelaku yang tidak dapat dihilangkan atau dihapus tanpa alasan apapun, walaupun Hak Cipta atau Hak Terkait telah dialihkan.5 Pemegang hak cipta adalah pencipta sebagai pemilik hak cipta, atau pihak yang menerima hak tersebut dari pencipta atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak dari pihak yang menerima hak tersebut.6 Jika suatu ciptaan dirancang oleh seseorang, tetapi diwujudkan dan dikerjakan oleh orang lain, tetapi masih di bawah pimpinan dan pengawasan perancangnya, maka yang dianggap sebagai penciptanya adalah orang yang merancang atas ciptaan itu.7

Pada Pasal 58 tentang perlindungan hak cipta diatur dan hanya berlaku pada ciptaan antara lain:

1) Pamflet, buku dan semua hasil karya tulis lainnya;

2) Pidato, ceramah, kuliah dan Ciptaan sejenis lain;

3) Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan;

4) Lagu atau musik dengan atau tanpa teks;

5) Drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim;

6) Karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase;

4 Iswi Hariyani, Prosedur Mengurus HAKI yang Benar, (Yogyakarta: Pustaka Yustisi, 2010), h. 17.

5 Ermansyah Djaja, Hukum Hak Kekayaan Intelektual, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h.

115.

6 Abdul R. Sailman, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 174.

7 Rooseno Harjowidigdo, Mengenal Hak Cipta Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994), h. 27.

(26)

16

7) Karya arsitektur;

8) Peta; dan

9) Karya seni batik atau seni motif lain.

Perihal dengan ciptaan berbentuk:

1) Karya fotografi;

2) Potret;

3) Karya sinematografi;

4) Permainan video;

5) Program komputer;

6) Perwajahan karya tulis;

7) Terjemahan, tafsiran, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aransemen, modifikasi, dan karya lain dari hasil transformasi;

8) Terjemahan, aransemen, adaptasi, modifikasi atau transformasi ekspresi budaya tradisional;

9) Kompilasi ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan program komputer atau media lainnya; dab

10) Kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut merupakan karya yang asli; berlaku selama 50 tahun sejak pertama kali dilakukan pengumuman. (Pasal 59 ayat (1) Undang - Undang Hak Cipta Baru).

Selanjutnya pada ciptaan yang berbentuk karya seni terapan, perlindungan terhadap hak cipta berlangsung selama 25 tahun dari awal diumumkan atau dipublishnya (Pasal 59 ayat (2) Undang-Undang Hak Cipta Baru). Undang-Undang Hak Cipta Baru ini menjaga untuk pencipta apabila terjadinya jual putus (sold flat).

3. Lisensi

Sebutan lisensi bermula dari kata bahasa latin, yakni licencia, yang artinya kebebasan atau izin. Jadi apabila seseorang menyerahkan izin terhadap orang lain lisensi pada suatu paten, hingga orang itu menyerahkan izin atau

(27)

kebebasan terhadap orang lain guna memanfaatkan sesuatu yang dahulunya tidak dapat dimanfaatkan.8

Definisi yang sama persis terdapat pada Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta yaitu : “Lisensi adalah izin atau kebebasan yang diserahkan oleh Pemegang Hak Cipta atau Pemegang Hak Terkait terhadap pihak ketiga untuk mempublish dan/atau menganddakan Ciptaannya atau produk Hak terikatnya dengan perjanjian yang telah ditentukan”.

Sedangkan pengertian lisensi oleh WIPO adalah : “a business arrangement where a licensor via a monopoly right such as a Patent, a Trade Mark, a design or a copyright has to exclusive right which prevents others from exploiting the idea, design, name or logo commercially.”9

Jadi berarti lisensi adalah suatu hak atau kewenangan dalam menjalankan satu atau sekumpulan perbuatan atau tindakan, yang dikasihkan ke mereka yang bertanggung jawab dalam bentuk izin. Dengan tidak adanya suatu izin atau kebebasan itu, maka segala perbuatan ataupun tindakan itu adalah suatu perbuatan yang melanggar, yang ilegal, adalah perbuatan atau tindakan melanggar hukum.10 Menurut hukum lisensi ialah sebuah perikatan dengan pemberi lisensi (licencor)11 dan penerima lisensi (licencee)12 saat penerima lisensi dengan menerima pelunasan dan perihal tersebut dapat memberikan izin atau kebebasan kepada penerima lisensi buat memanfaatkan hak atas kekayaan intelektualnya (intellectual property rights).13

8 Kansil C.S.T, Hak Milik Intelektual (Jakarta: Bumi Aksara, 1990), h. 65.

9 License Agreement, www.wipo.int, diunduh 26 februari 2020.

10 Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Lisensi, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada., 2001), h. 3.

11 Lihat Black’s Law Dictionary , Licensor adalah “One who grants a license to another”

12 Lihat Black’s Law Dictionary , Licensee adalah 1. One to whom a license is granted, 2.

One who has permission to enter or use another’s premises, but only for one’s own purposes and not for the occupier benefit.

13 Soemantoro, Masalah Pengaturan Alih Teknologi (Bandung: Alumni, 1993), h. 53.

(28)

18

Perjanjian lisensi atau license agreement adalah suatu cara yang umum digunakan dalam proses pemindahan teknologi. Menurut Insan Budi Maulana, perjanjian lisensi paten merupakan sebuah jenis perjanjian lisensi manufaktur yang pada dasarnya tercatat didalam Hukum Perdata. Maka perjanjian lisensi paten tidak memiliki perbedaan dari perjanjian selain lisensi. Hak dalam merasakan dan mempertahankan ketetapan dari lisensi berkaitan dengan sifat sesuai dengan kontrak lisensi, maka darinya tersangkut dengan hak paten.14 Sebuah kontrak lisensi dengan perekacipta dan pihak yang bersangkutan yang mendapat pemindahan hak cipta untuk pemanfaatan keuntungan sendiri pada hakikatnya adalah suatu kontrak keperdataan15 yang diatur pemindahaan hak cipta dari pencipta dengan pihak yang terkait. Dengan pemindahan hak cipta, pemegang lisensi melakukan hak – hak ekonominya seperti merasakan hasil ciptaan yang dialihkan. Selaras sesuai hak cipta, yang diserahkan pada kenyataan sebenarnya merupakan hak ekslusif dari sebuah ciptaan untuk mempublish dan menggandakan.16

Adapun jenis-jenis lisensi menurut beberapa para ahli lisensi wajib adalah suatu bentuk lisensi yang diserahkan secara tidak gratis oleh pemilik Hak Cipta, tetapi diserahkan kepada badan nasional yang memiliki kewenangan. Implementasi lisensi wajib ini kenyataannya lebih sering dihubungkan dengan Paten. Lisensi wajib bukan sekedar monopoli dalam teknologi internasional atau yang berdasarkan teknologi, hak cipta juga mempunyai asas justifikasi independen dalam menyerahkan suatu lisensi wajib. Walaupun tak disebut juga dengan istilah “Compulsory License”, namun dengan kata “Statutory License”, hak cipta menciptakan sebuah bentuk

14 Maulana Insan Budi, Lisensi Paten (Cet. I; Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1996), h.

9.

15 Menurut KUHPerdata Pasal 1233sumber – sumber perikatan adalah perjanjian dan undang – undang. Selanjutnya KUHPerdata Pasal 1313 menetapkan bahwa suatu perjanjian adalah perbuatan yang terjadi antara satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap orang lain atau lebih

16 Eddy Damian, “Hukum Hak Cipta Edisi Keempat”, (Bandung: PT. Alumni,2014), h.

206.

(29)

lisensi wajib independen terhadap pemegang Hak Cipta. Ada beberapa jenis- jenis perlisensian yang membuatmya beda dalam sebagian kelompok berupa lingkup, objek, sifat, dan proses tumbulnya perlisensian. Menurut Lee dan Davidson17, membagi dalam 2 (dua) jenis lisensi yaitu Exclusive dan Non Exclusive licenses, sedangkan Dratler18 membaginya cara terjadinya perlisensian, yaitu : Voluntary Licenses dan Non Voluntary licenses.

4. Program Komputer

Program Komputer adalah seperangkat instruksi yang diekspresikan dalam bentuk bahasa, kode, skema, atau dalam bentuk apapun yang ditujukan agar komputer bekerja melakukan fungsi tertentu atau untuk mencapai hasil tertentu. Suatu karya cipta program komputer yang berkualitas akan semakin banyak orang berusaha untuk menggunakannya, menarik manfaat dari program komputer itu. Dengan demikian, suatu program komputer berguna dan berpengaruh cukup besar pada kemajuan suatu bangsa, karena sudah sewajarnya bahwa suatu program komputer bagi Penciptanya mendapat penghargaan.

Berbekal Hak Cipta yang dimiliki oleh Pencipta, maka diperlukan perlindungan hukum. Perlindungan merupakan usaha untuk menghindari atau mencegah perbuatan pelanggaran Hak Cipta atas suatu ciptaan.Semua program komputer diberikan perlindungan hak cipta, program komputer sendiri secara umum dibagi dua golongan : 1. Program sistem, yaitu program yang mengendalikan mengatur seluruh proses sistem computer walaupun pada saat sekarang ini program komputer ini hendak dibuat sama atau hamper sama. 2. Program terapan atau program aplikasi, yaitu program komputer yang dibuat untuk menyelesaikan suatu persoalan tertentu. Kedua program komputer tersebutdiberikan perlindungan Hak Cipta.

17 Lewis C Lee dan Scott Davidson, Introduction to Intellectual Property Law, Butterworth, London,1990, h. 77.

18 Jay Dratler Jr, Intellectual Property Rights : Commercial, Creative, and Industrial Property, Law Journal Seminars-Press,1994, h. 67.

(30)

20

Dalam program komputer tersebut atau perangkat lunak yang telah berkembang salah satunya adalah, Game Online merupakan jenis software permainan komputer atau laptop yang bisa dimainkan oleh beberapa pemain yang menggunakan sebuah jejaringan internet. Umumnya telah disediakan fasilitas layanan dari perusahaan penyedia jasa online atau jalan masuk langsung (mengunjungi halaman website yang bersangkutan) atau juga dengan program yang diberikan dari perusahaan yang menyediakan game tersebut. 19

B. Kerangka Teori 1. Kepastian Hukum

Definisi Kepastian Hukum Menurut Hans Kelsen, hukum merupakan suatu sistem norma. Norma merupakan penjelasan yang menekankan aspek

“seharusnya” atau das sollen dengan menambahkan sebagian aturan tentang apa yang wajib dilakukan. Norma adalah suatu kreasi dan aksi manusia yang konsultatif (deliberative). Undang-Undang yang memuat pengaturan yang bersifat universal menjadi petunjuk bagi seseorang bersikap di tengah bermasyarakat, baik pada hubungan perseorangan ataupun dalam hubungan dalam masyarakat. Pengaturan itu sebagai batasan untuk masyarakat dalam membebankan atau melaksanakan tindakan pada individu. Dengan pengaturan itu dan melakukan aturan tersebut menyebabkan adanya kepastian hukum.20

Lawrence M. Friedman, pada bukunya yang berjudul “ The Legal System A Social Sciense Perspective”, menjelaskan tentang metode hukum terdiri atas bentuk instrument hukum, budaya hukum atau kultur hukum dan substansi hukum (perundang-undangan). Sistem hukum wajib bermuatan Substantive Law, Legal Structure, dan Legal Culture. Berdirinya hukum bergantung terhadap kultur hukum di masyarakat, sementara itu kultur hukum masyarakat bergantung pada budaya hukum warganya yang dipengaruhi oleh

19 https://www.wikipedia.org/.

20 Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 58.

(31)

dasar lingkungan, pendidikan, posisi, budaya atau martabat dan kepentingan- kepentingan.21

Teori yang menjadi grand theory dengan observasi ini ialah teori kepastian hukum. Gustav Radbruch ada dua jenis definisi kepastian adalah kepastian hukum oleh karena hukum dan kepastian hukum dari atau dalam hukum. Hukum yang sukses menjamin besarnya kepastian hukum dalam masyarakat adalah hukum yang bermanfaat. Kepastian hukum oleh karena hukum, memberi dua kewajiban hukum yang lain, yakni hukum yang harus bermanfaat dan juga menjamin keadilan hukum. Sementara kepastian hukum dalam hukum, terlaksana jika hukum itu sebanyak-banyaknya undang-undang.

Mengenai teori penunjang pada observasi ini adalah teori sistem hukum (legal system) sebagai pisau analisa menjadi grand teori dalam penelitian ini.

Menurut Gustav Radbruch, hukum perlu berisikan 3 (tiga) nilai identitas, antara lain :

a. Asas kepastian hukum (rechtmatigheid). Asas ini mengawasi dari aspek yuridis.

b. Asas keadilan hukum (gerectigheit). Asas ini mengawasi dari aspek filosofis, bahwa keadilan merupakan kesetaraan hak untuk seluruh orang di mata pengadilan.

c. Asas kemanfaatan hukum (zwechmatigheid atau doelmatigheid atau utility).

Maksud dari hukum yang hampir serupa dengan realistis merupakan kemanfaatan hukum dan kepastian hukum. Golongan Positivisme lebih memprioritaskan pada kepastian hukum, sementara Golongan Fungsionalis mementingkan kemanfaatan hukum, dan seumpama dapat mengungkapkan bahwa “summum ius, summa injuria, summa lex, summa crux” merupakan hukum yang tegas dapat menyakiti, melainkan keadilan yang bisa membantunya, dengan begitu biarpun keadilan tidak merupakan

21 Lawrence M. Friedman, The legal System: A Social Science Perspective, (Russel Sage Fourdation, New York, 1975), h. 12.

(32)

22

suatu tujuan hukum tunggal namun tujuan hukum yang sangat substantif ialah keadilan.22

Berdasarkan Utrecht, kepastian hukum memuat kedalam dua definisi, yakni pertama, terdapat pengaturan bersifat umum menciptakan perseorangan memahami tindakan yang diperbolehkan atau tidak diperbolehkan dipraktikan, dan kedua, berbentuk keamanan hukum untuk pribadi dari kekuasaan untuk bertindaknya pemerintah karena adanya pengaturan yang berbentuk umum itu pribadi bisa memahami apa saja yang tidak dilarang membebani atau ditanggung oleh Negara kepada perorangan.23 Doktrin kepastian hukum ini bermula dari doktrin Yuridis-Dogmatik yang berlandaskan pada pendapat pemikiran positivistis di dunia hukum, yang condong menilik hukum seperti sesuatu yang berdiri sendiri, yang mandiri, lantara terhadap pengikut pemikiran ini, hukum hanya sebatas sebuah himpunan aturan. untuk pengikut aliran ini, tujuan hukum tidak lebih dari menjamin terlaksananya kepastian hukum. Kepastian hukum itu dilaksanakan oleh hukum dengan sifatnya yang cuma menciptakan sebuah aturan hukum yang bersifat publik. Sifat publik dari pengaturan hukum memverifikasi dengan hukum tidak mengarah untuk menciptakan kemanfaatan atau keadilan, halnya semata-mata hanya untuk kepastian.24

2. Perlindungan Hukum

Fitzgerald memetik istilah teori perlindungan hukum dari Salmond bahwasannya hukum bermaksud menyatukan dan singkronisasi beragam keperluan pada masyarakat sebab pada sebuah lalu lalang kepentingan, perlindungan untuk keperluan spesifik dapat dilaksanakan secara menahan bermacam keperluan pihak lain. Keperluan hukum merupakan mengelola hak

22Dominikus Rato, Filsafat Hukum Mencari: Memahami dan Memahami Hukum, (Laksbang Pressindo, Yogyakarta, 2010), h. 59.

23Riduan Syahrani, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, (Penerbit Citra Aditya Bakti,Bandung, 1999) , h. 23.

24 Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis), *Penerbit Toko Gunung Agung, Jakarta, 2002), h. 82-83.

(33)

dan keperluan masyarakat, jadi sebuah hukum mempunyai kekuasaan tertinggi dalam mumutuskan keperluan manusia yang butuh pengaturan dan perlindungan. Perlindungan hukum wajib memperhatikan hierarki yaitu proteksi hukum tercipta dari sebuah ketetapan hukum dan segenap pengarahan hukum yang menyerahkan kepada masyarakat yang intinya adalah perjanjian masyarakat tersebut dalam mengkontrol bertali tindakan antara sesama anggota masyarakat, antara individu dengan pemerintah yang diwakilkan keperluan masyarakat.25

Satjipto Rahardjo mengemukakan pendapat, Perlindungan hukum merupakan menyerhakan seuatu mnjaga terhadap hak asasi manusia (HAM) yang merugikan pihak lain dan pengayoman itu diserahkan kepada warga umum agar dapat memuaskan seluruh hak yang diberikan oleh hukum.26 Phillipus M. Hadjon berpendapat bahwa perlindungan hukum untuk masyarakat sebuah respons pemerintah yang bersifat melindungi dan pertahanan. Perlindungan hukum yang preventif bermaksud untuk melarang terjadinya perselisihan, yang memaksudkan tindakan pemerintah berpendapat dengan teliti mengambil keputusan berlandaskan kebebasan pengambilan keputusan sendiri dalam setiap situasi tertentu, dan perlindungan yang represif bermaksud guna memperdamaikan berlangsungnya sengketa, termasuk penyelesaiannya di lembaga peradilan.27

Perlindungan hukum jika dipaparkan secara harfiah dapat mengakibatkan berbeda pendapat. Sebelum menelaah perlindungan hukum dengan arti yang faktual dalam ilmu hukum, menggoda juga sedikit menelaah tentang definisi yang terjadi dari pennerapan istilah perlindungan hukum, yaitu mengayomi hukum bisa dengan pengayoman yang diberikan dari hukum supaya tidah di perinci berbeda dan tidak dilukai oleh yang berwenang pada

25 Satjipto Raharjo, “Ilmu Hukum”, (Bandung: PT.Citra Aditya Bakti, 2000), h. 53.

26 Satjipto Raharjo, “Ilmu Hukum” ...h. 69.

27 Phillipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1987), h. 29.

(34)

24

hukum dan juga bahwa perlindungan yang diberikan oleh hukum kepada suatu hal.28

3. Hak Cipta

Hak Cipta terbagi atas hak moral (moral rights) dan hak ekonomi (eco nomic rights). Hak ekonomi itu sendiri merupakan kekuasaan guna menerima kegunaan ekonomi dari suatu ciptaan atau hak Terkait (neighring rights).

Sementara Hak moral merupakaan kekuasaan yang terikat terhadap Pencipta yang tidak bisa dihilangkan (inalienable) atau ditiadakan dengan berbagai alasan , namun hak terkait ataupun hak cipta telah sudah diberikan. Gagasan Hak Moral berawal dari pengaturan hukum Eropa Kontnental, negara yang meyakini sistem Civil Law, seperti Jerman dan Francis memusatkan secara eksklusif kepada produk atau ciptaan perseorangan, sementara negara Common Law, seperti Inggris dan Amerika Serikat memusatkan terhadap pemegang hak cipta tersebut. Gagasan Hak Moral Eropa Kontinental tidak tercantum didalam Undang-Undang Hak Cipta Inggris dan Amerika Serikat.

Pada hak cipta adanya gagasan sebagal hak ekonomi, ada juga gagasan sebagal hak moral.29

1) Hak Ekonomi Pencipta

Hak ekonomi di dalam hak cipta juga disebut hak eksploltasi, hal Inl antara lain meliputi; a. penerbitan Ciptaan; b. Penggandaan Ciptaan dalam segala bentuknya; c. penerjemahan Ciptaan; d. pengadaptasian, pengaransemenan, atau pentransformasian Ciptaan; e. Pendistribusian Ciptaan atau salinannya; f. pertunjukan Ciptaan; g. Pengumuman Ciptaan;

h. Komunikasi Ciptaan; dan i. penyewaan Ciptaan.. Hak-hak ekonomi serlngkall disinonimkan dengan hak-hak eksploltasi, ha! Ini disebabkan oleh karena hak cipta memberikan jangka waktu tertentu untuk mengeksploitasi manfaat ekonomi karya cipta kepada pencipta. Keglatan

28 Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum, (Citra Aditya Bakti, Bandung, 2009), h. 38.

29 Hendra Tanu Atmadja, Konsep Hak Ekonomi dan Hak Moral Pencipta Menurut Sistem Civil Law dan Common Law,( jurnal hukum NO. 23 VOL 10. MEI2003), h. 154.

(35)

eksploitasi dapat berupa kegiatan pelaku (performer) di mana seorang penyanyi melantunkan sebuah lagu (ciptaan) muslk yang direkam dalam compact disc atau kaset oleh producer rekaman untuk dijual secara umum kepada para konsumen.30Fungsi dan sifat hak cipta dapat dilihat dl dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Hak Cipta nasional, antara lain, menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan "hak eksklusif adalah hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaanya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan memuat peraturan perundangundangan yang beriaku..31

2) Hak Moral Pencipta

"Hak moral" ialah hak yang dinyatakan oieh Berne Convention.

Dengan itu dilindungi secara internasional oieh peserta Union. Hak moral diberikan bermacam otoritas pada perekacipta dalam memanfaatkan hasil ciptanya dalam diberikannya suatu hak atau kekuasaan terhadap perekacipta guna menyatakan produk ciptaanya sebagai perekacipta atas ciptannya (asas "paternit” atau asas "aftribution") dan juga menahaan pemakainya secara dengan perekacipta pantas dicegah atau yang tidak disetujui (asas "integrity)." Copyright Act Amerika Serikat "menyerahkan kekuasaan" terhadap pencipta hak cipta. Sebab kedudukan dari hak moral secara private dan independen tidak termasuk "hak ekonomi'." Jadi perekacipta pada hierarki definit mempunyai manajemen kepada hak terkait meskipun ciptaannya dimanfaatkan secara menguntungkan dengan cara memindahkan alih keperluan ekonominya ke daiam ciptaan itu.32

Berdasarkan Azas "droit de suite', hak cipta tidak bisa dirampas oleh pihak manapun. Hak cipta adalah kuasa yang bersifat individu yang

30 Hendra Tanu Atmadja, Konsep Hak Ekonomi dan Hak Moral Pencipta Menurut Sistem Civil Law dan Common Law, ... h. 154.

31 Hendra Tanu Atmadja, Konsep Hak Ekonomi dan Hak Moral Pencipta Menurut Sistem Civil Law dan Common Law, ... h. 155.

32 Hendra Tanu Atmadja, Konsep Hak Ekonomi dan Hak Moral Pencipta Menurut Sistem Civil Law dan Common Law, ... h. 157.

(36)

26

melekat pada penciptanya. Dengan kata lain, perekacipta yang melakukan pelanggaran berarti juga melanggar nilai moral individu yang memenuhi kehakikian manusia secara genap. Hak moral merupakan kuasa atau hak yang menjamin keperluan individu perekacipta. Dengan demikian, hak cipta dialihkan kepada orang lain atau badan hukum lainnya, namun kuasa atau hak moralnya tidak terlepaskan atas penciptanya. Keputusan dari droit de suite bersifat kuasa kebendaan, sebab kuasa atau hak cipta yang adalah sebagian kecil dari Hak Kekyaan Intelektual; lalu berunsur hak atau kuasa kebendaan, yang bersifatkan antara lain droitde suite, adalah kekuasaan untuk membuntuti bendanya kemanapun benda tersebut berpindah atau yang memegang benda itu. Apabila dikaitkan kepada hak atau kuasa ekonomi perekacipta, maka perekacipta selalu bisa merasakan keuntungan ekonomi dari pemanfaatan karya buatannya, sekalipun hasil sudah dipindahkan terhadap pihak lain apalagi sampai hasil cipta itu sudah berkali-kali dialihkan ke pihak lain, atau sudah diperjualbelikan berkali- kali pada pihak ketiga.33

Gagasan hak atau kuasa moral terdapat pada tiga asas: Pertama hak atau kuasa penerbitan (the light of publication), hak atau kuasa guna menetapkan apakah sebuah hasil disebarluaskan atau tidak disebarluaskan oleh pencipta. Kedua, hak atau kuasa paternity (the right of paternity), kuasa meminta guna dicantumkan atau tidak dicantumkan namanya kedalam ciptaan. Ketiga hak atau kuasa integrity (the right of integrity), kuasa atas pencipta guna menyangkal segala perubahan atau distorsi ataupun segala tindakan yang menyeleweng pada ciptaannya yang bisa membahayakan reputasi dan kehormatannya.34

C. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

33 Hendra Tanu Atmadja, Konsep Hak Ekonomi dan Hak Moral Pencipta Menurut Sistem Civil Law dan Common Law, ... h. 163.

34 Hendra Tanu Atmadja, Konsep Hak Ekonomi dan Hak Moral Pencipta Menurut Sistem Civil Law dan Common Law, ... h. 163.

(37)

Berdasarkan penulusuran yang dilakukan peneliti, penelitian tentang perlindungan hukum bagi pemegang lisensi hak cipta sudah pernah dilakukan oleh sejumlah kalangan, namun penelitian-penelitian tersebut memiliki perbedaan fokus penelitian dengan tulisan peneliti. Adapun sejumlah penelitian yang ditemukan peneliti sebagai berikut:

1. Perlindungan Hukum Bagi Pemegang Lisensi Game Berbasis Onlline Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta.35 Wowo Hermawan dalam skripsinya berjudul “Perlindungan Hukum Bagi Pemegang Lisensi Game Berbasis Onlline Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta” membahas mengenai perlindungan hukum dan upaya hukum yang dapat dilakukan oleh pemegang lisensi hak cipta di Indonesia. Berbeda dengan tulisan peneliti yang dikaji secara segi hukum islam sebagai upaya yang dapat dilakukan dan merupakan suatu opsi yang dapat dilakukan oleh pemegang cipta apabila di negaranya menerapkan hukum islam.

2. Perlindungan Hukum dalam Pelanggaran Hak Cipta Software Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta.36

Turkamun dalam Jurnal Hukum, Volume 4 Nomor 2, Juni 2017 yang berjudul “Perlindungan Hukum dalam Pelanggaran Hak Cipta Software Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta.”

Terfokus pada pelanggaran software yang dilakukan oleh pelanggar. Berbeda dengan tulisan peneliti yang dikaji secara segi hukum islam sebagai upaya yang dapat dilakukan dan merupakan suatu opsi yang dapat dilakukan oleh pemegang cipta apabila di negaranya menerapkan hukum islam.

35 Wowo Hermawan, “Perlindungan Hukum Bagi Pemegang Lisensi Game Berbasis Onlline Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta”, (Skripsi S-1 Fakultas Hukum Universitas Pasundan, 2017).

36 Turkamun, “Perlindungan Hukum dalam Pelanggaran Hak Cipta Software Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta”, Jurnal Hukum, Volume 4, Nomor 4, (Juni 2017), h. 1-13.

(38)

28

3. Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Perangkat Lunak Komputer di Daerah Istimewa Yogayakarta Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta.37

Putra Rio Mamduh Arahman dalam skripsinya berjudul “Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Perangkat Lunak Komputer di Daerah Istimewa Yogayakarta Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta”. Membahas upaya perlindungan hukum yang dilakukan oleh Kemenkumham dan Kepolisian sudah sesuai dengan Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, meskipun pada kenyataannya masih banyak ditemui pelanggaran hak cipta perangkat lunak komputer yang terjadi, namun aparat penegak hukum tidak dapat memproses hukum para pelaku pelanggaran hak cipta tersebut karena belum adanya aduan dari para pencipta atau pemegang hak cipta. Berbeda dengan tulisan peneliti Berbeda dengan tulisan peneliti yang dikaji secara segi hukum islam sebagai upaya yang dapat dilakukan dan merupakan suatu opsi yang dapat dilakukan oleh pemegang cipta apabila di negaranya menerapkan hukum islam.

4. Perlindungan Hukum Bagi Pemegang Lisensi Game Online di Indonesia Ditinjau dari Perspektif Hak Cipta.38

Rinandi Pramudita dalam tesisnya berjudul “Perlindungan Hukum Bagi Pemegang Lisensi Game Online di Indonesia Ditinjau dari Perspektif Hak Cipta.” Membahas tentang kasus yang terjadi pada pelanggaran pembajakan yang dilakukan perseorangan untuk memperoleh keuntungan untuk dirinya sendiri. Berbeda dengan tulisan peneliti yang dikaji secara segi hukum islam sebagai upaya yang dapat dilakukan dan merupakan suatu opsi yang dapat

37 Putra Rio Mamduh Arahman, “Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Perangkat Lunak Komputer di Daerah Istimewa Yogayakarta Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta,” (Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2015).

38 Rinandi Pramudita, “Perlindungan Hukum Bagi Pemegang Lisensi Game Online di Indonesia Ditinjau dari Perspektif Hak Cipta.”, (Diploma Thesis, Universitas Indonesia, 2011).

(39)

dilakukan oleh pemegang cipta apabila di negaranya menerapkan hukum islam.

Referensi

Dokumen terkait

Ketentuan penggunaan Instagram tentang lisensi Hak Cipta atas konten fotografi dan potret bertentangan dengan prinsip dan norma hukum yang telah diatur dalam Undang-Undang

Yang  dimaksud  dengan  penanggung  jawab  usaha  yang  usahanya  dapat  menimbulkan  dampak besar  dan  penting  terhadap  kerusakan  dan  atau  pencemaran 

[r]

bahwa  meningkatnya  kegiatan  produksi  biomassa  yang  memanfaatkan  tanah maupun sumber daya alam lainnya yang tidak terkendali dapat mengakibatkan kerusakan 

1) Penataran dan pelatihan dengan tujuan memperluaskan wawasan profesi guru dan keilmuan para guru. 2) Program Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) yang dilaksanakan seminggu

Pasal 6 ayat (1) Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1960 tentang Larangan Pemakaian Tanah Tanpa Izin yang Berhak atau Kuasanya.Pada perkara

i(utub-kutub magnet yang terbentuk pada pembuatan magnet tersebut yang benar adalah... Perhatikan beberapa peristiwa alam

Karena masih dihantui rasa penasaran, Sangi kemudian bertanya lagi kepada pemuda tampan itu, ”Apa keistimewaan menjadi seekor naga jadi-jadian itu?” sambil tersenyum, pemuda