• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS YURIDIS TERHADAP LISENSI HAK CIPTA DAN PERLINDUNGAN HUKUM HAK CIPTA ATAS KONTENN FOTOGRAFI DAN POTRET DALAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS YURIDIS TERHADAP LISENSI HAK CIPTA DAN PERLINDUNGAN HUKUM HAK CIPTA ATAS KONTENN FOTOGRAFI DAN POTRET DALAM"

Copied!
166
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN INSTAGRAM

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PENGGUNAAN INSTAGRAM

TESIS Oleh :

WILLIAM JAYA SUPRANA 177005052/HK

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGGUNAAN INSTAGRAM

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Hukum dalam Program Studi Magister Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh :

WILLIAM JAYA SUPRANA 177005052/HK

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(3)

Nama : WILLIAM JAYA SUPRANA

NIM : 177005052

Program Studi : Magister Ilmu Hukum

Judul Tesis : ANALISIS YURIDIS TERHADAP LISENSI HAK CIPTA DAN PERLINDUNGAN HUKUM HAK CIPTA ATAS KONTEN FOTOGRAFI DAN POTRET DALAM PENGGUNAAN INSTAGRAM

Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat ini adalah asli karya saya sendiri, bukan merupakan plagiat atau duplikasi dari penelitian yang telah ada sebelumnya.

Apabila ternyata di kemudian hari diketahui bahwa Tesis saya ini merupakan plagiat atau duplikasi karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberikan sanksi oleh Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan saya tidak akan menuntut pihak manapun atas perbuatan saya tersebut.

Demikian Surat Pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya dan dalam keadaan sehat.

Medan, 26 Agustus 2019 Yang membuat pernyataan,

WILLIAM JAYA SUPRANA

(4)
(5)

Panitia Penguji Tesis

Ketua : Prof. Dr. OK Saidin, S.H., M.Hum

Anggota : Prof. Dr. Sunarmi, S.H., M.Hum

Dr. Jelly Leviza, S.H., M.Hum

Dr. Yefrizawati, S.H., M.Hum

Dr. Chairul Bariah, S.H., M.Hum

(6)

i



ABSTRAK

Instagram merupakan aplikasi media sosial yang difokuskan sebagai wadah untuk berbagi foto dan video antar sesama pengguna melalui perangkat mobile. Indonesia sebagai negara pengguna Instagram terbesar se-Asia Pasifik, pada hakikatnya dapat memberikan kontribusi positif bagi kemajuan Indonesia, namun di sisi lain, masih rendahnya pemahaman ĚĂŶ kesadaran masyarakat Indonesia dalam menghadapi instrumen hukum yang berkaitan dengan Hak Cipta atas konten fotografi dan potret dalam penggunaan Instagram, baik dari segi pengaturan hukum atas konten, keabsahan hukum terhadap klausul perjanjian, perlindungan hukum dan cara- cara penyelesaian sengketa domain.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normatif dan bersifat deskriptif analitis. Pendekatan perundang-undangan dilakukan dengan cara meneliti data sekunder yang mencakup bahan hukum primer, sekunder, dan tersier.

Pengumpulan data dilakukan melalui studi kepustakaan dan selanjutnya data dianalisis secara kualitatif serta diolah secara deskriptif dalam bentuk uraian yang sistematis sehingga menghasilkan gambaran yang mengungkapkan jawaban dan solusi terhadap permasalahan yang dikemukakan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Hak Cipta timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata, yakni saat pengguna selesai membuat dan membagikan konten fotografi dan potret melalui Instagram, maka secara harfiah pemegang Hak Cipta atas konten fotografi dan potret tersebut melekat pada diri pengguna dan dianggap sebagai pencipta, kecuali terbukti sebaliknya. Ketentuan penggunaan Instagram tentang lisensi Hak Cipta atas konten fotografi dan potret bertentangan dengan prinsip dan norma hukum yang telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta sehingga perjanjian lisensi tersebut tidak mempunyai kekuatan hukum dan tidak dapat dipaksakan pelaksanaan dari akibat hukumnya. Sebagai bentuk pentingnya perlindungan hukum bagi pemilik Hak Cipta atas konten fotografi dan potret di Indonesia, maka terhadap pelanggaran Hak Cipta dalam penggunaan Instagram diberikan hak untuk mengajukan gugatan perdata, tuntutan pidana, penetapan sementara pengadilan oleh Pengadilan Niaga ataupun secara arbitrase dan alternatif penyelesaian sengketa, serta dapat melaporkannya kepada Menteri Hukum dan HAM melalui Direktur Jenderal Kekayaan Intelektual untuk dilakukan penindakan.

Kata Kunci : Hak Cipta, Fotografi dan Potret, Instagram.

(7)

ii



ABSTRACT

Instagram is a social media application which is focused as photo and video sharing platform among users through mobile device. Indonesia as the largest country of Instagram users in the Asia Pacific, can essentially convey a positive contribution to the advancement of Indonesia. On the other hand, yet most of the Indonesian general public still confronted with the lack of insight and awareness on legal instrumens relating to copyright of photographic and portrait content when using an Instagram, such as in terms of law regulations upon content, legality towards agreement clauses, legal protection and ways of resolving domain disputes.

This research is using normative legal research method and implement an analytical descriptive study. The statute approach is carried out by examining secondary data that incorporates primary, secondary, and tertier legal materials. The data were gathered through library research and then been analyzed qualitatively and processed descriptively into systematic form thus generates presentment that depicts an answer and solution to the mentioned issue.

Results of the research indicate that copyright is automatically granted under the declarative principle after a work is manifested in tangible form, that is when the user has created and sharing its photographic and portrait content through Instagram, then literally copyright holder of the photographic and portrait content shall attached to the user and be considered as creator, unless proven otherwise.

Copyright licensing of photographic and portrait content under Instagram’s terms of use is against the principles and legal norms stipulated in Act Number 28 of 2014 on Copyright, hence the licensing agreement is not legally binding and such implementation cannot be enforced upon to the legal consequences. In conjunction to the importance of legal protection on the copyright ownership of photographic and portrait content in Indonesia, therefore any copyright infringement in the use of Instagram, shall provide users with the right to file a civil lawsuit, criminal prosecution, provisional measures by commercial court, or arbitration and alternative dispute resolution, along with reporting an offense to the Minister of Law and Human Rights through the Director General of Intellectual Property in order to take measures.

Keywords : Copyright, Photography and Portrait, Instagram.

(8)

iii



kasih karunia-Nya yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik. Pada dasarnya penulisan tesis ini merupakan salah satu rangkaian akademik yang dipersyaratkan untuk memperoleh gelar Magister Hukum pada Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Selain hal tersebut, tesis ini juga diharapkan dapat mengembangkan pemahaman dan kesadaran hukum masyarakat melalui Undang-Undang Hak Cipta sehingga masyarakat Indonesia dapat secara bersama-sama turut mengambil peran dalam rangka mewujudkan pelaksanaan Hak Cipta yang lebih baik di Indonesia.

Proses penulisan tesis ini tidak terlepas dari dukungan dan bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak dan elemen, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu tak ada kata yang tepat untuk mengungkapkan rasa syukur beserta wujud kegembiraan selain menghaturkan apresiasi dan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada

Yang Terhormat para Dosen Komisi Pembimbing Bapak Prof. Dr. OK Saidin, S.H., M.Hum, Ibu Prof. Dr. Sunarmi, S.H., M.Hum, dan Bapak Dr. Jelly Leviza, S.H., M.Hum

, yang telah banyak memberikan motivasi, arahan dan perbaikan dalam substansi penelitian sehingga memadai untuk diangkat menjadi topik penelitian dalam tesis ini dan memenuhi syarat menjadi sebuah karya ilmiah.

Penulis juga menghaturkan apresiasi dan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada

Yang Terhormat para Dosen Komisi Penguji Ibu Dr. Yefrizawati, S.H.,

M.Hum dan Ibu Dr. Chairul Bariah, S.H., M.Hum

atas kesempatan yang diberikan untuk menguji kelayakan tesis ini serta telah banyak memberikan koreksi, masukan dan saran yang sangat berharga mengenai berbagai aspek dan substansi terhadap hasil penelitian penulis guna penyempurnaan tesis ini.

(9)

iv



Sumatera Utara.

2. Bapak

Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum

, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak

Prof. Dr. OK Saidin, S.H., M.Hum

, selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, dan juga sebagai Ketua Komisi Pembimbing dalam penulisan tesis ini, yang telah mempermudah dan sangat membantu penulis dalam seluruh rangkaian tugas akhir yang diwajibkan sehingga berjalan dengan lancar tanpa hambatan.

4. Ibu

Prof. Dr. Sunarmi, S.H., M.Hum

, selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, dan juga sebagai Anggota Komisi Pembimbing dalam penulisan tesis ini, yang telah banyak berjasa dalam memberikan inspirasi, penyemangat dan dukungan moril sehingga penulis dapat menyelesaikan studi secara tepat waktu.

5. Bapak

Dr. Jelly Leviza, S.H., M.Hum

, selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, dan juga sebagai Anggota Komisi Pembimbing dalam penulisan tesis ini, yang telah banyak membantu penulis dan memberikan akumulasi wawasan yang secara kritis dalam bimbingan sehingga penulisan tesis ini dapat mengarah pada sebuah perbaikan untuk menuju kesempurnaan.

6. Bapak

Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum

, selaku Sekretaris Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah banyak berperan dalam membantu penulis selama menjalani perkuliahan sampai dengan penyelesaian studi dengan lancar tanpa hambatan.

7. Bapak/Ibu

Guru Besar dan Dosen pada Program Studi Magister Ilmu

Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

, yang tidak dapat saya

(10)

v



pada Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, telah banyak membantu dan memperlancar seluruh rangkaian administrasi selama menjalani pendidikan hingga penyelesaian studi.

9. Teman-teman mahasiswa khususnya kelas Regular B Angkatan Tahun 2017 dan kelas Hukum Bisnis Angkatan Tahun 2018 pada Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, atas dukungan dan bantuan dari teman-teman sekalian selama menjalani masa perkuliahan, kolokium, seminar hasil, sampai pada tahap sidang meja hijau, serta rekan-rekan mahasiswa lainnya yang tidak dapat penulis ucapkan satu per satu.

10. Segenap keluarga besar penulis, nenek tercinta, kedua orang tua, dan saudara- saudari penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga atas doa, motivasi, dan harapan yang secara konsisten mendorong penulis untuk meningkatkan kualitas dan intelektual penulis di bidang ilmu pengetahuan hukum.

Semoga tesis ini dapat mendiseminasikan pemikiran dan pemahaman sebagai hasil kajian ilmiah yang bermanfaat seluas-luasnya bagi masyarakat, akademisi maupun semua pihak yang berkepentingan, sekaligus melengkapi khazanah akademik dan perkembangan ilmu pengetahuan hukum secara khusus.

Medan, 26 Agustus 2019 Penulis

WILLIAM JAYA SUPRANA

(11)

vi



Nama : WILLIAM JAYA SUPRANA

Tempat, Tgl. Lahir : Medan, 30 Mei 1988 Jenis Kelamin : Laki-laki

Kewarganegaraan : Indonesia

E-Mail : wsuprana@gmail.com

PENDIDIKAN FORMAL

Tahun 1993-1999 : SD Wage Rudolf Supratman 1 Medan Tahun 1999-2002 : SLTP Wage Rudolf Supratman 1 Medan Tahun 2002-2005 : SMA Wage Rudolf Supratman 1 Medan

Tahun 2005-2009 : S-1 Sarjana Ekonomi, Studi Manajemen Pemasaran & SDM, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi IBBI Medan

Tahun 2010-2013 : S-1 Sarjana Hukum, Studi Ilmu Hukum, Universitas Prima Indonesia Medan

Tahun 2017-2019 : S-2 Magister Hukum, Studi Ilmu Hukum Konsentrasi Hukum Bisnis, Universitas Sumatera Utara Medan

PENDIDIKAN KHUSUS

Tahun 2014 : Pendidikan Khusus Profesi Advokat, PERADI - Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan

(12)

vii



ABSTRAK i

ABSTRACT

ii

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP vi

DAFTAR ISI vii

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR ISTILAH xi

BAB I : PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Permasalahan 12

C. Tujuan Penelitian 12

D. Manfaat Penelitian 13

E. Keaslian Penelitian 14

F. Kerangka Teori dan Kerangka Konseptual 17

1. Kerangka Teori 17

2. Kerangka Konseptual 23

G. Metode Penelitian 25

1. Jenis dan Sifat Penelitian 26

2. Pendekatan Penelitian 27

3. Data Penelitian 27

4. Teknik dan Alat Pengumpulan Data 29

5. Analisis Data 29

BAB II : HAK CIPTA ATAS KONTEN FOTOGRAFI DAN POTRET

DALAM PENGGUNAAN INSTAGRAM 31

A. Ciptaan dan Kepemilikan Hak Cipta atas Fotografi dan Potret 31

(13)

viii



B. Ketentuan Penggunaan dan Kebijakan Data dalam

Penggunaan Instagram 44

C. Pengaturan Hukum dalam Pembuatan dan Penyebarluasan Konten Hak Cipta atas Fotografi dan Potret dalam

Penggunaan Instagram 57

BAB III : PERJANJIAN LISENSI HAK CIPTA YANG TERMUAT DALAM KETENTUAN PENGGUNAAN INSTAGRAM 67

A. Konsepsi atas Lisensi Hak Cipta 67

1. Makna dan Pengertian Lisensi 67

2. Hak Cipta sebagai Hukum Benda 70

B. Perjanjian Lisensi sebagai Bentuk Pengalihan Hak Cipta 76 C. Ketentuan Penggunaan Instagram tentang Lisensi Hak Cipta

atas Konten Fotografi dan Potret Terkait Hak Ekonomi dan Hak Moral Pencipta Menurut Undang-Undang Nomor 28

Tahun 2014 tentang Hak Cipta 80

BAB IV : PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMILIK HAK CIPTA DI INSTAGRAM AKIBAT PELANGGARAN HAK CIPTA ATAS KONTEN FOTOGRAFI DAN POTRET DI

INDONESIA 107

A. Konsep Dasar Perlindungan Hak Cipta di Indonesia 107 B. Kasus-Kasus Pelanggaran Hak Cipta atas Konten Fotografi

dan Potret dalam Penggunaan Instagram 113 C. Ketentuan Hukum dalam Melindungi Pemilik Hak Cipta di

Instagram Akibat Terjadinya Pelanggaran Hak Cipta atas Konten Fotografi dan Potret di Indonesia 124

(14)

ix



DAFTAR PUSTAKA

(15)

x



Gambar 1 : Ketentuan Penggunaan Instagram 45 Gambar 2 : Komitmen Pengguna dalam Menggunakan Instagram 48 Gambar 3 : Klausul Perjanjian Lisensi atas Konten Hak Cipta 54 Gambar 4 : Klausul Penghapusan Konten dan Penonaktifan atau

Penghapusan Akun Instagram 55

Gambar 5 : Klausul Pilihan Hukum 56

Gambar 6 : Kasus Akun ‘Jual Bayi Murah’ (2015) 115 Gambar 7 : Kasus Akun ‘Jual Bayi Murah’ (2015) 116 Gambar 8 : Kasus Edit Foto Adriansyah Martin (2018) 119 Gambar 9 : Kasus Edit Foto Adriansyah Martin (2018) 120 Gambar 10 : Kasus Edit Foto Adriansyah Martin (2018) 120 Gambar 11 : Kasus Unggahan Foto Gigi Hadid (2019) 122 Gambar 12 : Kasus Unggahan Foto Gigi Hadid (2019) 123

(16)

xi

dihormati. Hak untuk mengakui dan diakui statusnya sebagai pencipta.

2. Bio Instagram : Singkatan dari biography, mengacu pada keterangan singkat mengenai diri pemilik akun sebagai seorang pengguna Instagram. Bio ini juga ditampilkan sebagai wujud profil atas konten-konten foto yang diunggah oleh pemilik akun Instagram.

3. Caption Instagram : Deskripsi atau keterangan tentang postingan yang kita unggah melalui Instagram.

4. Comment Instagram : Komentar yang diberikan antar sesama pengguna Instagram untuk saling berinteraksi satu sama lain.

5. Economic rights : Hak Ekonomi atas suatu ciptaan.

6. Edit : Proses pengubahan gambar (fotografi maupun potret) yang dilakukan dengan sebuah program atau layanan (editor gambar) untuk mengubah dan memperindah gambar.

7. Filter Instagram : Salah satu fitur Instagram yang digunakan untuk memberikan efek-efek pada gambar (fotografi maupun potret). Sebagai contoh efek merubah warna foto menjadi terang, bersih, sejuk, dan lain-lain.

8. Fixation : Fiksasi, tindakan perwujudan dari sebuah ide atau pemikiran menjadi bentuk yang nyata.

9. Follower : Pengikut sebuah akun Instagram. Setiap pengikut akan mendapatkan pemberitahuan atau kabar mengenai postingan terbaru dari akun yang diikuti tersebut.

10.Following : Mengikuti suatu pengguna Instagram lainnya.

11.Jetsetter : Orang-orang yang memiliki kekayaan dan waktu untuk bepergian secara rutin sesuai keinginannya dengan tujuan bersenang-senang.

12.Licensee : Penerima lisensi, yakni pihak yang mendapat izin dari suatu pihak tertentu (pemberi lisensi) untuk

(17)

xii

menggunakan atau memanfaatkan suatu hak atas kekayaan intelektual.

14.Mechanical rights : Hak untuk memperbanyak suatu ciptaan.

15.Mobile : Secara mobilitas, yang merujuk pada penggunaan ponsel ataupun gawai (gadget).

16.Moral rights : Hak Moral atas suatu ciptaan.

17.Netizen : Singkatan dari internet citizen, sebutan yang ditujukan kepada sekelompok orang yang aktif terlibat dalam kegiatan maya atau internet pada umumnya.

18.Ownership : Hak atas kepemilikan terkait dengan ciptaan.

19.Paparazzi : Juru foto bayaran yang mengambil gambar atau foto dari orang ternama atau terkenal dengan atau tanpa sepengetahuan orang tersebut.

20.Performing rights : Hak untuk mengumumkan suatu ciptaan.

21.Post Instagram : Postingan atas suatu konten gambar (fotografi maupun potret) yang diunggah oleh pengguna melalui akun Instagram-nya.

22.Private User Account : Akun Instagram yang hanya dapat dilihat oleh audiens atau pengguna Instagram tertentu. Untuk dapat melihat isi tampilan dari akun private tersebut, maka diharuskan untuk mem-follow dan mendapat konfirmasi dari pemilik akun private terlebih dahulu.

23.Public domain : Milik umum, yakni hasil karya suatu ciptaan yang dapat dipergunakan oleh siapapun tanpa adanya kewajiban untuk meminta izin terlebih dahulu.

24.Report Instagram : Penanganan atas suatu tindakan penyalahgunaan atau pelanggaran yang dilakukan oleh seseorang pengguna Instagram yang tidak mengikuti panduan dan ketentuan Instagram sehingga dapat mengganggu komunitas pengguna Instagram. Pengguna Instagram yang mengalami gangguan akibat adanya suatu konten yang terdapat di dalam layanan Instagram, maka pengguna

(18)

xiii

diberikan kepada seorang pengguna Instagram yang terkenal layaknya selebriti dan memiliki pengagum (fans) dalam jumlah yang banyak.

27.Social networking : Jejaring sosial, yaitu suatu struktur sosial yang dibentuk dalam suatu layanan komunitas untuk memfasilitasi pembangunan jaringan atau hubungan di antara orang- orang yang memiliki ketertarikan, aktivitas, latar belakang, atau hubungan dunia nyata yang sama.

28.Social media : Media sosial, berupa sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang dibangun atas dasar teknologi informatika yang memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated content.

(19)

1



BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan teknologi terus meningkat seiring dengan perkembangan zaman.

Peningkatan ini tidak terlepas dari hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya pada bidang teknologi yang ditandai dengan inovasi yang semakin mutakhir dalam media elektronik dan teknologi informasi. Alhasil, saat ini hubungan antar umat manusia di seluruh dunia terus berkembang fungsinya dan terproses melalui jejaring sosial atau social networking. Dengan memanfaatkan jejaring sosial, aktivitas dalam hal berteman dan berinteraksi dengan sesama pengguna menjadi nyaman. Hal ini dikarenakan jejaring sosial lebih terpusat dalam menginisiasi dan membangun asosiasi, dengan demikian hubungan antar manusia dapat terjalin dengan mudah dan secara efektif.1

Tak pelak lagi, dengan adanya jejaring sosial banyak sikap dan perilaku manusia yang berubah. Sesuatu yang dahulu tidak dapat di dunia nyata, maka kini hal tersebut terjadi. Misalnya, dalam hal kebebasan berekspresi dengan menggunakan media sosial. Salah satu bentuk kebebasan berekspresi yang ada ini berupa kebebasan untuk menyimpan, menggunakan, memproduksi, mendistribusi, dan mentransmisikan data. Terlebih dengan semakin canggihnya teknologi informasi, ditunjukkan dengan

 

1 Hiram Ting, dkk., “Beliefs about the Use of Instagram: An Exploratory”, International Journal of Business and Innovation, Volume 2, Issue 2, 2015, hlm. 16.

(20)

kemudahan fungsi media sosial terhadap para pengguna untuk memproduksi, mengahliwujudkan, mereplikasi data, memodifikasi data, dan mendistribusikan data.2

Media sosial dikonstruksi untuk memudahkan interaksi sosial dimana para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi dan berbagi secara interaktif dengan berbasis teknologi internet yang mengubah pola penyebaran informasi dari sebelumnya bersifat broadcast media monologue (satu ke banyak audiens) kepada social media dialogue (banyak audiens ke banyak audiens).3 Jenis serta komposisi media sosial di dunia internet saat ini sangatlah beragam, bergantung kepada tujuan dan maksud penggunaan suatu media sosial tersebut. Salah satu diantaranya media sosial yang paling populer dan dominan dalam hal pemanfaatan untuk karya fotografi dan potret adalah Instagram.

Instagram4 merupakan aplikasi media sosial yang memfokuskan diri pada pengalaman untuk berbagi foto dan video ke jejaring sosial melalui perangkat mobile. Instagram memungkinkan pengguna untuk mengambil foto, menerapkan filter, dan membagikannya ke berbagai layanan jejaring sosial, termasuk milik Instagram sendiri. Instagram berasal dari pengertian dari keseluruhan fungsi aplikasi ini. Kata

"insta" berasal dari kata "instant", seperti kamera polaroid yang pada masanya lebih dikenal dengan sebutan "foto instan". Instagram juga dapat menampilkan foto-foto

 

2 Handy Awaludin Prandika, “Analisa Perlindungan Hak Cipta di Jaringan Internet Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta”, Lex Privatum, Volume III, No. 1, 2015, hlm. 50. 3

Syafrizal Helmi Situmorang, dkk., “Peran dan Manfaat Sosial Media Marketing bagi Usaha Kecil”, Asian Journal of Entreprenuership and Family Business4 , Volume 1, No. 2, 2018, hlm. 78.

Instagram dikembangkan oleh Kevin Systrom dan Mike Krieger yang tergabung dalam perusahaan yang mereka kembangkan sendiri, yaitu Burbn. Inc. sampai akhirnya diakuisisi oleh Facebook. Inc. pada tahun 2012 dengan nilai valuasi sebesar USD 1 miliar.

(21)

secara instan, seperti polaroid di dalam tampilannya. Sedangkan untuk kata "gram"

berasal dari kata "telegram" yang cara kerjanya untuk mengirimkan informasi kepada orang lain dengan cepat. Sama halnya dengan Instagram yang dapat mengunggah foto dengan menggunakan jaringan internet, sehingga informasi yang ingin disampaikan dapat diterima dengan cepat. Oleh karena itulah Instagram merupakan lakuran dari kata instant dan telegram.5

Seiring dengan berkembangnya Instagram, maka semakin banyak juga masyarakat umum yang ingin menggunakannya.6 Seperti apa yang tertulis dalam buku Roger F. Fidler mengenai mediamorphosis, bahwa perkembangan media itu terjadi melalui tahapan waktu tertentu dan beriringan dengan perkembangan teknologi yang ada.7 Sampai dengan Juni 2018, tercatat bahwa pengguna aktif dari Instagram telah mencapai satu miliar pengguna setiap bulannya, dengan jumlah 100 juta foto dibuat dan dibagikan setiap harinya. Hingga saat ini, terdapat lebih dari 50 miliar foto yang telah beredar dan tercakup melalui Instagram.8

Sebagai tempat untuk mengunggah foto-foto dari masyarakat umum, ada beberapa peraturan tersendiri dari Instagram yang dikenakan terhadap para penggunanya dan tertuang dalam suatu perjanjian baku yang harus disetujui pada saat

 

5 Nudirman Munir, Pengantar Hukum Siber Indonesia, (Depok : Rajawali Pers, 2017), hlm.

131. 6

Instagram diluncurkan pada tanggal 06 Oktober 2010. Pada hari pertamanya, Instagram menggaet sekitar 25.000 pengguna dan dalam beberapa bulan, tepatnya Desember 2010 angkanya menyentuh 1 juta pengguna terdaftar. 7

Roger F. Fidler, Mediamorphosis: Understanding New Media, (California : A Sage Publications Company, 1997), https://id.wikipedia.org/wiki/Instagram, diakses pada tanggal 05 Pebruari 2019. 8

Statista, “Instagram-Statistics & Facts”, https://www.statista.com/topics/1882/instagram/, diakses pada tanggal 10 Maret 2019.

(22)

pembuatan akun Instagram dan menggunakan Instagram. Dalam kaitannya antara pengguna dengan Instagram dalam perjanjian tersebut didefinisikan sebagai Ketentuan Penggunaan Instagram (Terms of Use).

Salah satu hal yang mendasari dilakukannya kajian penelitian ini adalah bahwa didalam Ketentuan Penggunaan Instagram (Perjanjian antara pengguna dengan Instagram) terdapat klausul perjanjian yang berkaitan dengan pemberian lisensi9 terhadap hak milik atas konten yang dibuat, dibagikan ataupun melalui layanan Instagram. Klausula tersebut berbunyi sebagai berikut :

“Kami tidak mengklaim hak milik atas konten Anda, namun Anda memberi lisensi kepada kami untuk menggunakannya.

Tidak ada yang berubah pada hak Anda atas konten Anda. Kami tidak mengklaim hak milik atas konten Anda yang dikirim di atau melalui Layanan.

Sebagai gantinya, saat Anda membagikan, membuat postingan, atau mengunggah konten yang berada dalam cakupan hak kekayaan intelektual (seperti foto atau video) di dalam maupun yang berkaitan dengan Layanan kami, Anda memberi lisensi kepada kami yang bersifat non-eksklusif, bebas royalti, dapat dipindahkan, dapat disublisensikan, dan berlaku di seluruh dunia untuk menghosting, menggunakan, mendistribusikan, mengubah, menjalankan, menyalin, menayangkan secara publik, menerjemahkan, dan membuat karya turunan dari konten Anda (selaras dengan pengaturan privasi dan aplikasi Anda). Anda dapat mengakhiri lisensi ini kapan saja dengan menghapus konten atau akun Anda. Akan tetapi, konten akan dapat terus muncul jika Anda membagikannya dengan orang lain dan orang tersebut masih belum menghapusnya.”10

 

9 Secara umum dalam Black’s Law Dictionary, lisensi diartikan sebagai : a personal privilege to do some particular act or series of acts … , atau the permission by competent authority to do an act which, without such permission would be illegal, a trespass, a tort, or otherwise would not allowable. Dalam Gunawan Widjaja, 10 Seri Hukum Bisnis: Lisensi, (Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2003), hlm. 3.

Instagram, “Ketentuan Penggunaan”, https://help/instagram/581066165581870, diakses pada tanggal 05 Pebruari 2019.

(23)

Karya fotografi dan potret merupakan salah satu ciptaan11 dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang dilindungi. Hal ini diatur dalam Pasal 40 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta yang mengatur tentang Ciptaan yang Dilindungi. Selain itu dalam Pasal 40 ayat (3) juga diatur bahwa perlindungan atas ciptaan tersebut juga termasuk kepada ciptaan yang tidak atau belum dilakukan pengumuman tetapi sudah diwujudkan dalam bentuk nyata yang memungkinkan penggandaan ciptaan tersebut. Perlindungan hukum yang diberikan kepada ciptaan yang dilindungi tersebut memiliki masa berlaku, yakni untuk karya fotografi dan potret memiliki masa berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak pertama kali diumumkan.12

Secara normatif, Hak atas Kekayaan Intelektual/HKI13 adalah “product of mind” atau oleh World Intellectual Property Organization (WIPO) disebut “creation of the mind” yang berarti suatu karya manusia yang lahir dengan curahan tenaga, karsa, cipta, waktu dan biaya. Segala jerih payah itu menjadi kontribusi yang memiliki nilai ekonomi. Oleh karena itu, setiap karya intelektual patut diakui,

 

11 Ciptaan adalah adalah setiap hasil karya cipta di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang dihasilkan atas inspirasi, kemampuan, pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang diekspresikan dalam bentuk nyata. (Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta). 12

Pasal 59 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.

13 Akronim HKI secara resmi digunakan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. Sebelumnya, para ahli seperti Sudargo Gautama dalam buku Segi- segi Hukum Milik Intelektual (1990) dan C.S.T. Kansil dalam buku Hak Milik Intelektual, Hak Milik Perindustrian dan Hak Cipta (1997) menggunakan terminologi Hak Milik Intelektual. Istilah Hak Atas Kekayaan Intelektual digunakan oleh Bambang Kesowo dalam buku Pengantar Umum Mengenai Hak Atas kekayaan Intelektual di Indonesia (1990) dan Disertasi di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dengan judul Lisensi Wajib di Bidang Hak Atas Kekayaan Intelektual dan Prospek Penerapannya di Indonesia (2005). Dalam Henry Soelistyo, Hak Cipta Tanpa Hak Moral, (Depok : Rajawali Press, 2017), hlm. 1.

(24)

dihargai dan dilindungi baik secara moral dan etika maupun secara hukum. Sikap pengakuan dan penghormatan terhadap pencipta dibangun dari konsep moral dan etika, sedangkan perlindungannya difasilitasi dengan instrumen hukum Hak Cipta.14

Jika dilihat dari segi muatan, Hak Cipta15 mengandung dua esensi hak,16 yaitu Hak Ekonomi (Economic Rights) dan Hak Moral (Moral Rights).17 Hak Ekonomi berunsur kepada hak untuk mengumumkan (performing rights) dan hak untuk memperbanyak (mechanical rights). Keduanya memberi pencipta kewenangan untuk mengeksploitasi dan mengawasi penggunaan ciptaannya. Hak Moral juga memberi pencipta hak untuk menjaga dan mengawasi eksploitasi ciptaannya, terutama dari dimensi moral, misalnya hak untuk meminta dicantumkan namanya dalam ciptaan (right of paternity). Berdasarkan Hak Moral itu pula pencipta dapat melarang orang lain mengubah atau mengurangi ataupun memperlakukan ciptaannya secara tidak pantas berdasarkan nilai-nilai dan kaidah (right of integrity).18

Seperti halnya jenis-jenis hak lainnya dalam lingkup HAKI, Hak Cipta dianggap sebagai hak kebendaan yang tidak berwujud yang dapat dialihkan kepemilikannya kepada orang lain, baik melalui pewarisan, hibah, wasiat, maupun

 

14 Ibid., hlm. 2.

15 Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta). 16

Hak adalah kewenangan atau kekuasaan untuk berbuat sesuatu yang telah ditentukan oleh undang-undang, aturan, dan sebagainya atau kekuasaan yang benar atas sesuatu atau untuk menuntut sesuatu. Dalam 17 Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2008), hlm. 474.

Pasal 4 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, menyatakan bahwa Hak Cipta merupakan hak eksklusif yang terdiri atas Hak Moral dan Hak Ekonomi. 18

Henry Soelistyo, Op. Cit., hlm. 13.

(25)

perjanjian. Untuk hal yang terakhir ini dapat berlangsung dalam bentuk jual beli atau lisensi. Kepemilikan juga dapat beralih karena sebab-sebab yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan, misalnya berdasarkan putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap19. Sesuai dengan konsepsi Hak Cipta, Hak Moral bersifat abadi melekat pada nama pencipta, sedangkan Hak Ekonomi mengenal batas waktu, yaitu batas masa untuk menikmati manfaat ekonomi pada ciptaan. Dengan kata lain, merupakan batasan masa penguasaan monopoli dan peluang melakukan eksploitasi ciptaan. Bila batasan waktu berakhir, kekuatan monopoli juga berakhir. Status ciptaan dengan demikian menjadi public domain. Ini berarti, masyarakat bebas mengeksploitasi tanpa memerlukan lisensi.20

Secara ekonomis dapat dikatakan bahwa pemberian lisensi Hak Cipta adalah dalam rangka pengembangan usaha, yang merupakan suatu bentuk pemberian izin untuk memanfaatkan suatu karya ciptaan, yang diberikan oleh pemberi lisensi (licensor) kepada penerima lisensi (licensee) agar penerima lisensi dapat melakukan suatu bentuk kegiatan usaha, baik dalam bentuk teknologi atau pengetahuan yang dapat dipergunakan untuk memproduksi, menghasilkan, menjual, atau memasarkan barang (berwujud) tertentu, maupun yang dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan jasa tertentu, dengan mempergunakan Hak Cipta yang dilisensikan tersebut.21

 

19 Adapun yang dimaksud dengan "sebab lain yang dibenarkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan" antara lain, pengalihan yang disebabkan oleh putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, merger, akuisisi, atau pembubaran perusahaan atau badan hukum dimana terjadi penggabungan atau pemisahan aset perusahaan. (Penjelasan Pasal 16 Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta). 20

Henry Soelistyo, Op. Cit., hlm. 50.

21 Gunawan Widjaja, Op. Cit., hlm. 10.

(26)

Sejalan dengan hal diatas, lisensi mempunyai pengertian berupa izin yang diberikan oleh yang berwenang untuk melakukan suatu perbuatan berdasarkan perjanjian pemberian hak untuk menikmati manfaat ekonomi dari suatu hasil karya ciptaan yang diberi perlindungan dalam jangka waktu tertentu dan syarat tertentu.

Dengan perjanjian lisensi, maka Hak Cipta yang semula dimiliki oleh pencipta akan beralih pula kepada pihak lain sehingga secara ekonomi pencipta akan kehilangan kepemilikan atas Hak Cipta tersebut.22 Oleh karena itu, pencipta dan/atau pemegang Hak Cipta dapat memberikan izin melalui perjanjian lisensi kepada pihak lain untuk melaksanakan karya ciptanya namun isi perjanjian lisensi tersebut harus tidak menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dalam undang-undang.

Dasar hukum atas pengaturan Hak Cipta dan perjanjian lisensi Hak Cipta yaitu Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (Undang-Undang Hak Cipta Tahun 2014)23. Di dalam Pasal 16 Undang-Undang Hak Cipta Tahun 2014 dinyatakan bahwa Hak Cipta dapat beralih atau dialihkan, baik seluruhnya maupun sebagian, karena perjanjian tertulis.24 Beralih atau dialihkannya Hak Cipta tidak dapat

 

22 Karjono, Perjanjian Lisensi Pengalihan Hak Cipta Program Komputer Transaksi Elektronik23, (Bandung : Alumni, 2012), hlm. 155.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (Lembaran Negara Tahun 2014 Nomor 266, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5599) disahkan dan diundangkan di Jakarta pada tanggal 16 Oktober 2014 oleh Presiden Republik Indonesia DR. H. Susilo Bambang Yudhoyono sebagai pengganti undang-undang yang lama, yakni Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4220) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. 24

Pasal 16 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta merumuskan ketentuan sebagai berikut :

(1) Hak Cipta merupakan benda bergerak tidak berwujud.

(2) Hak Cipta dapat beralih atau dialihkan, baik seluruh maupun sebagian karena : a. pewarisan;

b.hibah;

(27)

dilakukan secara lisan, tetapi harus dilakukan secara tertulis, baik dengan maupun tanpa akta notariil. Dengan demikian, pencipta dan/atau pemegang Hak Cipta berhak memberikan lisensi kepada pihak lain berdasarkan surat perjanjian lisensi untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan diwujudkan.

Substansi atas pemberian lisensi dan perjanjian lisensi Hak Cipta selanjutnya diatur dalam Bab XI tentang Lisensi dan Lisensi Wajib : Pasal 80 sampai dengan Pasal 83 Undang-Undang Hak Cipta Tahun 2014. Dalam hal ini, undang-undang memberikan larangan terhadap perjanjian dan isi perjanjian lisensi yang memuat ketentuan yang dapat menimbulkan akibat yang merugikan perekonomian Indonesia atau bertentangan dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Selain itu, perjanjian lisensi dilarang menjadi sarana untuk menghilangkan atau mengambil alih seluruh hak pencipta atas ciptaannya.

Selanjutnya, dalam Pasal 83 Undang-Undang Hak Cipta Tahun 2014 dinyatakan bahwa perjanjian lisensi harus dicatatkan oleh Menteri dalam daftar umum perjanjian lisensi Hak Cipta dan bilamana suatu perjanjian lisensi tidak dicatat dalam daftar umum, maka perjanjian lisensi tersebut tidak mempunyai akibat hukum terhadap pihak ketiga. Undang-undang mewajibkan pencatatan perjanjian lisensi

    

c. wakaf;

d.wasiat;

e. perjanjian tertulis; atau

f. sebab lain yang dibenarkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

(3) Hak Cipta dapat dijadikan sebagai objek jaminan fidusia.

(4) Ketentuan mengenai Hak Cipta sebagai objek jaminan fidusia sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(28)

kepada Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual yang berada dibawah naungan Kementerian Hukum dan HAM. Kewajiban pencatatan itu menjadi syarat yang mesti dipenuhi ketika suatu perjanjian lisensi ingin diberlakukan terhadap pihak ketiga yang berkepentingan. Sebab, tanpa dicatat oleh Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual, perjanjian lisensi itu belum mempunyai akibat hukum khususnya bagi pihak ketiga.

Harus diakui bahwa pelaksanaan perlindungan hukum terhadap suatu karya cipta dalam era digital saat ini semakin terabaikan. Dalam berbagai kasus terungkap bahwa eksploitasi ciptaan dalam sarana media teknologi cenderung mengabaikan penghormatan terhadap Hak Cipta sebagai kewenangan eksklusif yang dimiliki oleh pencipta. Sementara itu, proses globalisasi telah mereduksi kekuatan norma-norma pengaturan Hak Cipta seiring dengan melemahnya budaya hukum karena kurangnya sosialisasi beserta internalisasi nilai-nilai dan kaidah-kaidah penghormatan dalam regulasi Hak Cipta. Hal ini menyebabkan Undang-Undang Hak Cipta tidak mendapatkan perhatian secara semestinya dan tidak juga menjadi orientasi maupun panduan dalam memberikan jaminan perlindungan terhadap kepentingan pencipta, terutama untuk menjaga integritas dan identitasnya.25

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka perlu dilakukan kajian atas permasalahan dalam suatu penelitian tesis untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai beberapa hal sebagai berikut :

1. Dalam tatanan kehidupan saat ini, terutama karena kemajuan media teknologi informasi dan telekomunikasi, eksploitasi karya ciptaan semakin intensif,

 

25 Henry Soelistyo, Op. Cit., hlm. xxi.

(29)

kompleks dan multifacet sehingga perlu adanya kepastian hukum dan perlindungan hukum dalam aspek ketertiban, keselarasan, dan keadilan yang bertumpu pada tatanan hukum dan norma-norma aturan yang telah ditetapkan.26

2. Data terbaru sebagaimana yang diungkapkan oleh Country Director Facebook Indonesia, Sri Widowari menyatakan bahwa Indonesia saat ini merupakan pengguna Instagram terbesar se-Asia Pasifik.27 Hal ini tidak terlepas dari jumlah usia produktif saat ini yang mencapai hingga 67,26% dari total jumlah penduduk usia kerja di Indonesia.28 Dengan demikian, pada hakikatnya dapat memberikan kontribusi positif dan secara potensial menjadi daya penggerak bagi kemajuan perekonomian nasional, khususnya dalam hal pemanfaatan dan pengembangan teknologi informasi ke depan. Namun di sisi lain, masih rendahnya pemahaman dan kesadaran masyarakat Indonesia dalam menghadapi instrumen hukum yang berkaitan dengan konten Hak Cipta dalam penggunaan dan pemanfaatan Instagram, baik dari segi yurisdiksi, pengaturan hukum atas konten, keabsahan hukum terhadap klausul perjanjian, perlindungan hukum dan cara-cara penyelesaian sengketa domain.

 

26Ibid., hlm. xx.

27 CNBC Indonesia, “Wah, RI Jadi Pengguna Instagram Terbanyak se-Asia Pasifik”, https://www.cnbcindonesia.com/lifestyle/20190305173423-33-59051/wah-ri-jadi-pengguna-instagram -terbanyak-se-asia-pasifik28 , diakses pada tanggal 05 Maret 2019.

Berdasarkan data terakhir per tanggal 23 Januari 2019 yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa Persentase Angkatan Kerja Terhadap Penduduk Usia Kerja sampai dengan bulan Agustus 2018 mencapai 67,26% atau berjumlah 131.005.641 orang, https://www.bps.go.id/statictable/2016/04/04/1904/penduduk-berumur-15-tahun-ke-atas-menurut- golongan-umur-dan-jenis-kegiatan-selama-seminggu-yang-lalu-2008---2018.html, diakses pada tanggal 05 Maret 2019.

(30)

B. Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan beberapa pokok permasalahan yang dijadikan sebagai objek penelitian dalam tesis ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaturan hukum dalam pembuatan dan penyebarluasan konten Hak Cipta atas fotografi dan potret dalam penggunaan Instagram ?

2. Bagaimana ketentuan penggunaan Instagram tentang lisensi Hak Cipta atas konten fotografi dan potret, terkait Hak Ekonomi dan Hak Moral pencipta menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta ?

3. Bagaimana perlindungan hukum bagi pemilik Hak Cipta akibat terjadinya pelanggaran Hak Cipta atas konten fotografi dan potret dalam penggunaan Instagram di Indonesia ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisanya. Kecuali itu, maka juga diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum tersebut, untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala yang bersangkutan.29

 

29Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta : UI Press, 1986), hlm. 43.

(31)

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis bentuk pengaturan hukum dalam pembuatan dan penyebarluasan konten Hak Cipta atas fotografi dan potret dalam penggunaan Instagram.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis ketentuan penggunaan Instagram tentang lisensi Hak Cipta atas konten fotografi dan potret, terkait Hak Ekonomi dan Hak Moral pencipta menurut Undang-Undang Hak Cipta Tahun 2014.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis ketentuan-ketentuan hukum dalam melindungi pemilik Hak Cipta akibat terjadinya pelanggaran Hak Cipta atas konten fotografi dan potret dalam penggunaan Instagram di Indonesia.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian hukum dilakukan untuk mencari pemecahan atas isu hukum yang timbul. Oleh karena itu, penelitian hukum merupakan suatu penelitian di dalam kerangka know-how di dalam hukum. Dengan melakukan penelitian hukum diharapkan hasil yang dicapai adalah untuk memberikan preskripsi mengenai apa yang seyogyanya atas isu yang diajukan.30

 

30 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta : Kencana, 2010), hlm. 41.

(32)

Dengan demikian, penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat atau kegunaan secara teoretis maupun secara praktis yaitu :

1. Segi teoretis.

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu hukum secara berkelanjutan dan khususnya tentang pengaturan hukum mengenai Hak Cipta atas konten fotografi dan potret dalam penggunaan Instagram.

b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan perbandingan dan referensi bagi penelitian lanjutan, serta dapat memperkaya khazanah ilmu pengetahuan, khususnya dalam pendidikan ilmu hukum mengenai pelaksanaan kaidah-kaidah hukum Hak Cipta di dalam perkembangannya.

2. Segi praktis.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa pengetahuan dan informasi kepada masyarakat umum dan secara khusus para pengguna Instagram di Indonesia, terkait dengan aspek hukum Hak Cipta atas konten fotografi dan potret dalam penggunaan Instagram.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelusuran dan hasil pemeriksaan kepustakaan yang ada di lingkungan Universitas Sumatera Utara, khususnya pada Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, bahwa penelitian ini

(33)

belum pernah dilakukan sebelumnya, baik dari segi substansi maupun dari segi permasalahan yang sama oleh penelitian lainnya.

Adapun beberapa penelitian tesis lainnya yang berkaitan dengan topik pembahasan seputar Hak Cipta, lisensi, dan perlindungan hukum atas konten fotografi dan potret, antara lain :

1. Evelyn Angelita Pinondang Manurung, NIM : 107011120/M.Kn, Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Tahun 2012. Judul tesis : “Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Atas Karya Cipta Digital di Indonesia”, dengan pokok permasalahan yang diteliti yaitu :

a. Bagaimana perkembangan teknologi digital serta pengaruhnya terhadap Hak Cipta ?

b. Bagaimana perlindungan hukum terhadap karya cipta digital di Indonesia ?

c. Bagaimana perlindungan Hak Cipta atas karya cipta digital di beberapa negara ?

2. Eric Hotma, NIM : 087011037/M.Kn, Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Tahun 2010. Judul tesis : “Lisensi dan Pembayaran Royalti Hak Cipta Sinematografi Menurut Hukum Perjanjian”, dengan pokok permasalahan yang diteliti yaitu :

a. Bagaimanakah pengikatan suatu perjanjian lisensi dan ketentuan royalti ditinjau ketentuan hukum perjanjian ?

(34)

b. Bagaimanakah pengaturan mengenai lisensi dan pembayaran royalti hak cipta sinematografi ?

c. Bagaimanakah kewenangan Notaris dalam pemenuhan ketentuan umum perjanjian dalam suatu perjanjian lisensi sinematografi ?

3. Kurnia Sulistyanti, NIM : 087011061/M.Kn, Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Tahun 2010. Judul tesis : “Sertifikasi Lisensi Hak Cipta Musik dan Lagu Radio Siaran Swasta Nasional oleh Yayasan Karya Cipta Indonesia (Suatu Penelitian di Kota Medan)”, dengan pokok permasalahan yang diteliti yaitu :

a. Mengapa diperlukan sertifikasi lisensi Hak Cipta oleh Yayasan Karya Cipta Indonesia (YKCI) ?

b. Bagaimana kedudukan hukum sertifikasi lisensi Hak Cipta yang dikeluarkan Yayasan Karya Cipta Indonesia (YKCI) ?

c. Hambatan dan upaya apa saja yang timbul dalam pelaksanaan Sertifikasi Lisensi Hak Cipta Musik dan Lagu Radio Siaran Swasta Nasional oleh Yayasan Karya Cipta Indonesia (YKCI) ?

Terhadap penelitian-penelitian sebagaimana tersebut di atas, dapat diketahui bahwa penelitian dalam tesis ini memiliki perbedaan dari segi pokok permasalahan dan penyajian data yang bersinggungan sehingga pada pokoknya tidak terdapat kesamaan, baik dari segi pembahasan, sudut pandang dan fokus penelitian. Dengan

(35)

demikian, penelitian dalam tesis ini dapat dipertanggung jawabkan keasliannya secara moral dan ilmiah.

F. Kerangka Teori dan Kerangka Konseptual 1. Kerangka Teori

Teori menempati kedudukan yang penting dalam memberikan sarana untuk merangkum serta memahami masalah secara lebih baik. Hal-hal yang semula tersebar dan berdiri sendiri bisa disatukan dan ditunjukkan kaitannya antara satu dengan yang lainnya secara bermakna. Dalam hal demikian, teori mampu memberikan penjelasan dengan cara mengorganisasikan dan mensistemkan masalah yang sedang dibicarakan.31 Oleh sebab itu, kerangka teori bagi suatu penelitian hukum mempunyai kegunaan sebagai berikut :32

a. Teori tersebut berguna untuk mempertajam atau lebih mengkhususkan fakta yang hendak di selidiki atau di uji kebenarannya.

b. Teori berguna untuk mengembangkan sistem klasifikasi fakta, membina struktur konsep-konsep serta mengembangkan definisi-definisi yang ada.

c. Teori merupakan suatu ikhtisar dari pada hal-hal yang diteliti.

d. Teori memberikan kemungkinan pada prediksi fakta mendatang, oleh karena telah diketahui sebab-sebab terjadinya fakta tersebut akan timbul lagi di masa yang akan datang.

 

31 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2000), hlm. 253.

32 Soerjono Soekanto, Op. Cit., hlm. 121.

(36)

Teori yang digunakan sebagai pisau analisis guna menjawab permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Teori Kepastian Hukum.

Kepastian adalah keadaan yang pasti, ketentuan atau ketetapan. Hukum secara hakiki harus pasti dan adil. Pasti sebagai pedoman kelakuan dan adil karena pedoman kelakuan itu harus menunjang suatu tatanan yang dinilai wajar. Hanya karena bersifat adil dan dilaksanakan dengan pasti, hukum dapat menjalankan fungsinya. Kepastian hukum merupakan pertanyaan yang hanya bisa dijawab secara normatif, bukan sosiologi.33 Kepastian hukum mengandung dua pengertian dalam pelaksanaannya, yaitu :34

1) Adanya aturan bersifat umum yang dapat membuat masyarakat mengetahui perbuatan apa yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan.

2) Adanya keamanan hukum bagi masyarakat dari kewenangan pemerintah karena dengan adanya aturan hukum yang bersifat umum tersebut, masyarakat dapat memahami apa saja yang boleh dilakukan oleh pemerintah. Kepastian hukum bukan hanya berupa pasal dalam peraturan perundang-undangan tetapi juga adanya konsistensi dalam putusan hakim antara yang satu dan yang lainnya terhadap kasus serupa yang telah diputuskan sebelumnya.

 

33 Dominikus Rato, Filsafat Hukum Mencari, Memahami, dan Memahami Hukum, (Yogyakarta : Laksbang Pressindo, 2010), hlm. 59. 34

Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta : Kencana, 2008), hlm. 158.

(37)

Kepastian hukum secara normatif adalah ketika suatu peraturan dibuat dan diundangkan secara pasti karena mengatur secara jelas dan logis. Jelas dalam artian tidak menimbulkan keragu-raguan (multi tafsir), dan logis dalam artian ia menjadi suatu sistem norma dengan norma lain sehingga tidak berbenturan atau menimbulkan konflik norma.35

Menurut Gustav Radbruch, tujuan hukum dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) aspek, yang ketiganya diperlukan untuk sampai pada pemahaman hukum yang memadai. Aspek tersebut terdiri dari :36

1) Keadilan, yang berarti kesamaan kewajiban dan hak untuk semua orang di hadapan peradilan.

2) Tujuan keadilan yang menentukan isi hukum, sebab isi hukum memang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.

3) Kepastian hukum atau legalitas, yang akan menjamin bahwa hukum dapat berfungsi sebagai peraturan.

Kepastian hukum menunjuk kepada pemberlakuan hukum yang jelas, tetap, konsisten dan konsekuen yang pelaksanaannya tidak dapat dipengaruhi oleh keadaan-keadaan yang sifatnya subjektif.37 Kepastian dan keadilan bukanlah sekadar tuntutan moral, melainkan secara faktual

 

35 Amran Suadi dan Mardi Candra, Politik Hukum: Perspektif Hukum Perdata dan Pidana Islam serta Ekonomi Syariah36 , (Jakarta : Kencana, 2016), hlm. 295.

Theo Huijbers, Filsafat Hukum dalam Lintasan Sejarah, (Yogyakarta : Kanisius, 1982), hlm. 163. 37

Mahdi Bin Achmad Mahfud dan Vinaricha Sucika Wiba, Teori Hukum dan Implementasinya, (Surabaya : R.A.De.Rozarie, 2015), hlm. 9.

(38)

mencirikan hukum. Tanpa kepastian hukum orang tidak tahu apa yang harus diperbuatnya dan akhirnya timbul keresahan.38

Kepastian hukum merupakan ciri yang tidak dapat dipisahkan dari hukum, terutama untuk norma hukum tertulis. Hukum tanpa nilai kepastian akan kehilangan makna karena tidak lagi dapat dijadikan pedoman perilaku bagi semua orang. Ubi jus incertum, ibi jus nullum (di mana tiada kepastian hukum, di situ tidak ada hukum).39 Kepastian hukum akan menjamin seseorang melakukan perilaku sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku, sebaliknya tanpa ada kepastian hukum maka seseorang tidak memiliki ketentuan baku dalam menjalankan perilaku.40

b. Teori Perlindungan Hukum.

Perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan kepada subjek hukum sesuai dengan aturan hukum, baik itu yang bersifat preventif maupun dalam bentuk yang bersifat represif. Baik yang secara tertulis maupun tidak tertulis dalam rangka menegakkan peraturan hukum.

Perlindungan hukum bisa berarti perlindungan yang diberikan terhadap hukum agar tidak ditafsirkan berbeda dan tidak dicederai oleh aparat

 

38 Amran Suadi dan Mardi Candra, Op. Cit., hlm. 296.

39 Satjipto Rahardjo, Hukum dalam Jagat Ketertiban, (Jakarta : UKI Press, 2006), hlm. 82.

40 Nur Agus Susanto, “Dimensi Aksiologis dari Putusan Kasus ST”, Jurnal Yudisial, Volume 7, No. 3, 2014, hlm. 219.

(39)

penegak hukum dan juga bisa berarti perlindungan yang diberikan oleh hukum terhadap sesuatu.41

Menurut Satjipto Rahardjo, perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman terhadap hak asasi manusia yang dirugikan orang lain dan perlindungan itu diberikan kepada masyarakat agar dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum. Hukum dapat difungsikan untuk mewujudkan perlindungan yang sifatnya tidak sekadar adaptif dan fleksibel, melainkan juga prediktif dan antisipatif. Hukum dibutuhkan untuk mereka yang lemah dan belum kuat secara sosial, ekonomi dan politik untuk memperoleh keadilan sosial.42

Perlindungan hukum harus melihat tahapan yakni perlindungan hukum lahir dari suatu ketentuan hukum dan segala peraturan hukum yang diberikan oleh masyarakat yang pada dasarnya merupakan kesepakatan masyarakat tersebut untuk mengatur hubungan perilaku antara anggota- anggota masyarakat dan antara perseorangan dengan pemerintah yang dianggap mewakili kepentingan masyarakat.43

Secara teoretis perlindungan hukum terbagi dalam 2 (dua) bentuk, yaitu :44 1) Perlindungan hukum preventif, yakni bentuk perlindungan hukum

yang sifatnya pencegahan dengan memberikan kesempatan kepada

 

41 Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2009), hlm. 38.

42 Satjipto Rahardjo, Op. Cit., hlm. 55.

43Ibid., hlm. 54.

44 Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum pada Penelitian Tesis dan Disertasi, (Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2016), hlm. 264.

(40)

rakyat untuk mengajukan keberatan atau pendapat sebelum suatu keputusan pemerintah mendapat bentuk yang definitif.

2) Perlindungan hukum represif, yakni berfungsi untuk menyelesaikan apabila terjadi sengketa.

Pada dasarnya, teori perlindungan hukum merupakan teori yang berkaitan pemberian pelayanan kepada masyarakat. Roscoe Pound mengemukakan bahwa hukum merupakan alat rekayasa sosial (law as tool of social engineering). Kepentingan manusia adalah suatu tuntutan yang dilindungi dan dipenuhi manusia dalam bidang hukum.45

Hukum sebagai perlindungan kepentingan manusia berbeda dengan norma-norma yang lain. Karena hukum itu berisi perintah dan/atau larangan, serta membagi hak dan kewajiban.46 Sudikno Mertokusumo mengemukakan tidak hanya tentang tujuan hukum, tetapi juga fungsi hukum dan perlindungan hukum. Ia berpendapat bahwa :

“Dalam fungsinya sebagai perlindungan kepentingan manusia hukum mempunyai tujuan. Hukum mempunyai sasaran yang hendak dicapai.

Adapun tujuan pokok hukum adalah menciptakan tatanan masyarakat yang tertib, menciptakan ketertiban dan keseimbangan. Dengan tercapainya ketertiban di dalam masyarakat diharapkan kepentingan manusia akan terlindungi. Dalam mencapai tujuannya itu hukum bertugas membagi hak dan kewajiban antar perorangan di dalam masyarakat, membagi wewenang dan mengatur cara memecahkan masalah hukum serta memelihara kepastian hukum.”47

 

45Ibid., hlm. 266.

46Ibid., hlm. 269.

47 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, (Yogyakarta : Liberty, 1999), hlm. 71.

(41)

2. Kerangka Konseptual

Konsepsi adalah uraian terstruktur tentang pokok atau fokus pembahasan.

Konsepsi akan berpengaruh terhadap bahan-bahan, data, lokasi, teori yang dirujuk dan metode yang digunakan dalam penelitian.48 Menurut Tan Kamello, konsepsi adalah untuk menghindari terjadinya salah pengertian dan pemahaman yang berbeda tentang tujuan yang akan dicapai dalam penelitian.49

Kerangka konseptual pada dasarnya merupakan alur pikir yang memberikan arah bagi jalannya penelitian secara konseptual. Kerangka konseptual disusun dengan memperhatikan konsep-konsep hukum yang terkandung dalam kerangka teoretis yang dipergunakan sebagai pisau analisis penelitian. Selanjutnya agar konsep-konsep yang dipergunakan dalam penelitian, terutama konsep-konsep yang terkait langsung dengan variabel penelitian, tidak ditafsirkan berbeda, maka perlu dirumuskan kerangka konsep atau dengan mempergunakan model definisi operasional.50

Dengan demikian, untuk memperoleh dasar konseptual yang sesuai dalam memahami dan menafsirkan kunci permasalahan dalam penelitian ini, maka perlu dikemukakan konsepsi dalam bentuk definisi operasional sebagai berikut :

a. Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam

 

48 Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 74. 49

Tan Kamello, Hukum Jaminan Fidusia Suatu Kebutuhan yang Didambakan, (Bandung : Alumni, 2006), hlm. 30. 50

Universitas Sumatera Utara, Pedoman Penulisan Tesis Magister Ilmu Hukum, (Medan : Program Studi Magister Ilmu Hukum – Fakultas Hukum USU, 2018), hlm. 7.

(42)

bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.51

b. Konten adalah isi dari hasil ciptaan yang tersedia dalam media apapun.

Bentuk penyebarluasan konten antara lain mengunggah konten melalui media internet.52

c. Fotografi adalah proses dan seni pembuatan gambar (melukis dengan sinar atau cahaya) pada sebuah bidang film atau permukaan yang dipetakan.

Gambar yang dihasilkan diharapkan sama persis dengan aslinya, hanya dalam ukuran yang jauh lebih kecil.53

Undang-Undang Hak Cipta Tahun 2014 menyatakan bahwa yang dimaksud dengan karya fotografi meliputi semua foto yang dihasilkan dengan menggunakan kamera.54

d. Potret adalah karya fotografi dengan objek manusia.55

e. Lisensi adalah izin tertulis yang diberikan oleh pemegang Hak Cipta atau pemilik Hak Terkait kepada pihak lain untuk melaksanakan Hak Ekonomi atas ciptaannya atau produk Hak Terkait dengan syarat tertentu.56

 

51 Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.

52 Penjelasan Pasal 54 huruf a Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.

53 Istilah yang berasal dari bahasa Yunani, yakni “photos” dan “graphos”. Photos artinya cahaya atau sinar, sedangkan graphos artinya menulis atau melukis. Orang yang pertama kali memperkenalkan istilah fotografi adalah Sir John Herschel. Dalam R. Amien Nugroho, Kamus Fotografi54, (Yogyakarta : ANDI, 2006), hlm. 250.

Penjelasan Pasal 40 ayat (1) huruf k Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. 55

Pasal 1 butir 10 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.

56 Pasal 1 butir 20 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.

(43)

f. Perjanjian Lisensi adalah suatu bentuk perjanjian (kontrak tertulis) dari pemberi lisensi dan penerima lisensi yang sekaligus berfungsi sebagai dan merupakan bukti pemberian izin dari pemberi lisensi kepada penerima lisensi untuk menggunakan nama dagang, paten, atau hak milik lainnya (Hak atas Kekayaan Intelektual).57

g. Perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan kepada subjek hukum sesuai dengan aturan hukum, baik itu yang bersifat preventif maupun dalam bentuk yang bersifat represif. Baik yang secara tertulis maupun tidak tertulis dalam rangka menegakkan peraturan hukum.58

h. Ketentuan Penggunaan Instagram (Terms of Use) adalah perjanjian antara pengguna dan Instagram yang mengatur penggunaan Instagram dan menyediakan informasi tentang layanan Instagram pada saat membuat akun dan menggunakan Instagram.59

G. Metode Penelitian

Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa dan konstruksi, yang dilakukan secara metodologis, sistematis dan konsisten.

Metodologis berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu, sistematis adalah berdasarkan suatu sistem, sedangkan konsisten berarti tidak adanya hal-hal yang

 

57 Gunawan Widjaja, Op. Cit., hlm. 9.

58 Sudikno Mertokusumo, Loc. Cit.

59Instagram, “Ketentuan Penggunaan”, Loc. Cit.

Referensi

Dokumen terkait

Industri batu alam buatan: Dikarenakan batu alam adalah bahan alam yang tidak dapat diperbaharui, dan sekarang sulit untuk didapatkan dengan harga yang semakin

Untuk penampang lingkaran ini sering digunakan untuk poros berputar ataupun konstruksi yang mengalami torsi. Untuk hal ini momen inersia yang digunakan dalam

Karena masih dihantui rasa penasaran, Sangi kemudian bertanya lagi kepada pemuda tampan itu, ”Apa keistimewaan menjadi seekor naga jadi-jadian itu?” sambil tersenyum, pemuda

KOMPOSISI DAN KELIMPAHAN IKAN YANG BERASOSIASI DENGAN LAMUN PADA KERAPATAN LAMUN YANG BERBEDA DI PULAU PANJANG JEPARA. Agus Nurchotim, Ruswahyuni, Niniek

Serapan hara K pada perlakuan petani (tanpa pupuk N+30 kg/ha SP-36 + 30 kg/ha KCl +1 t/ha pukan-petani, dan tanpa N, P, K+Nodulin+P-alam (setara ½ takaran

Prodi Perpajakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sultan Ageng

Pilih “soft file Proposal Bantuan Stimulus (file format PDF) dengan ukuran maksimal 5 (lima) Mega Byte”→ (“klik tombol Upload”) → lihat status dokumen.. Jika seluruh

[r]