63
Universitas Kristen Petra
4. KONSEP PERANCANGAN
4.1. Tema Perancangan
Tema untuk Perancangan Interior Panti Wreda Yayasan Maria Martha di Salatiga ini diambil dari dasar visi dan misi Panti Wreda Yayasan Maria Martha yang berinti kasih, pelayanan, dan perhatian bagi para lanjut usia dengan didasarkan pada ajaran Kristen. Untuk itu, karakter pohon dianggap dapat untuk mewakili kasih, pelayanan, dan perhatian bagi para lanjut usia.
Tema pohon diambil karena memiliki keunggulan dan ciri khas tersendiri, yang dapat dijabarkan, sebagai berikut:
1. Makna
a. Pohon merupakan tanaman berbatang keras dan besar, pokok kayu.
(Sumber: Kamus Besar Bahasa Indonesia)
b. Pohon merupakan tanaman yang panjang umur (dibanding tanaman lain).
(Sumber: Gypnosperm Database, Endlicher 1847) 2. Fungsi
a. Pohon memiliki kemampuan untuk bermetamorfosis yang dapat mengurangi kadar karbondioksida dalam udara dan menghasilkan oksigen yang diperlukan makhluk hidup untuk bernapas.
b. Akar pohon dapat membantu melembutkan suhu tanah.
c. Akar pohon dapat mencengkeram tanah sehingga dapat mencegah erosi, tanah longsor, dan banjir.
d. Pepohonan dapat membentuk landscape atau pemandangan yang menghasilkan kesan estetis.
e. Pohon dapat digunakan sebagai salah satu sumber makanan, misalnya buah-buahan.
f. Pohon merupakan sumber daya alam terbarukan.
g. Pohon dapat digunakan sebagai material bangunan.
h. Pohon merupakan pelindung, penopang.
64
Universitas Kristen Petra
3. Pandangan Alkitab mengenai pohon
a. Ia menjadi pohon kehidupan bagi orang yang memegangnya, siapa yang berpegang padanya akan disebut berbahagia.
(Amsal 3: 18)
b. Karena bagi pohon masih ada harapan: apabila ditebang, ia bertunas kembali, dan tunasnya tidak berhenti tumbuh.
(Ayub 14: 7)
c. Tetapi aku ini seperti pohon zaitun yang menghijau di dalam rumah Allah; aku percaya akan kasih setia Allah untuk seterusnya dan selamanya.
(Mazmur 52: 8)
Berdasarkan keunggulan dan ciri khas pohon yang telah dijabarkan tersebut, penerapan tema pohon dalam visi dan misi Panti Wreda, sebagai berikut:
1. Pelayanan
Seperti pohon yang secara rela memberi hasil makanan dan metamorfosis.
2. Perhatian
Seperti pohon yang melindungi, menopang, digambarkan dalam desain yang universal, interlocking.
3. Kasih
Kasih sebagai landasan atau dasar (kasih setia Allah) yang memberi hidup dan menjadikan manusia bertumbuh.
Batasan desain yang diterapkan dalam perancangan ini adalah:
1. Desain yang aman dan universal menggambarkan perlindungan 2. Desain yang dinamis, bergerak, hidup digambarkan dengan repetisi 3. Desain yang memungkinkan penghuni untuk saling berinteraksi
digambarkan dengan kontinuitas.
4.2. Karakter dan Suasana Ruang
Karakter yang ingin ditonjolkan dalam Perancangan Interior Panti Wreda Yayasan Maria Martha di Salatiga ini adalah homy (seperti di rumah sendiri) dan
65
Universitas Kristen Petra
welcoming (menyambut, memperhatikan). Untuk menampilkan karakter tersebut, desain dirancang dengan bentuk, warna, dan bahan yang tepat dan menarik sesuai dengan tema yang ada.
4.3. Pola Penataan Ruang
Penataan ruang dibagi menjadi area publik, semi publik, dan privat, sebagai berikut:
Area Publik : Ruang tamu, ruang kebaktian, kamar mandi Area Semi publik : Ruang makan, ruang kegiatan, klinik
Area Privat : Kamar tidur, dapur, ruang karyawan, ruang servis, gudang
Penataan ruang pertama kali dari Main Entrance menuju ke ruang tamu yang berfungsi sebagai tempat bagi tamu untuk berkunjung dan menemui keluarga di panti wreda. Ruang tamu berdampingan dengan kamar mandi dan klinik. Klinik terletak dekat Main Entrance agar dapat memudahkan untuk membawa pasien (bila menggunakan ambulans atau kendaraan). Selain itu bangunan untuk ruang tamu dan klinik terletak terpisah dengan bangunan induk dan area kegiatan sehingga suasana lebih tenang.
Pada bangunan induk terdapat kamar-kamar bagi para lanjut usia dan ruang makan yang digunakan untuk makan bersama para penghuni yang bersebelahan dengan dapur. Pada beberapa area disediakan area duduk yang dapat digunakan para penghuni untuk saling berinteraksi.
Pada area kegiatan, terdapat ruang kegiatan yang dapat digunakan para penghuni untuk saling berinteraksi atau melaksanakan kegiatannya masing- masing, seperti merajut, membaca, menonton televisi, dan lain-lain. Ruang kebaktian berdampingan dengan ruang kegiatan. Ruang kebaktian digunakan setiap hari Minggu atau hari raya untuk kebaktian bersama para penghuni.
66
Universitas Kristen Petra
Gambar 4.1. Pola Penataan Ruang
4.4. Pola Penataan Bentuk, Bahan, dan Warna dari Elemen-elemen Pembentuk Ruang
4.4.1. Lantai
Gambar 4.2. Pembagian Ruang
67
Universitas Kristen Petra
Lantai didesain tanpa perbedaan ketinggian untuk memudahkan dan meminimalkan bahaya bagi para lanjut usia. Bahan yang digunakan, sebagai berikut:
Tabel 4.1. Pola Penataan Lantai
Ruang Bahan Gambar Warna Keterangan
Ruang Tamu (+0.85)
Parket, Uk: 20 cm x 109 cm Karpet
White oak Beige
Memberi kesan hangat, nyaman, menyambut
Klinik (+0.85)
Vinyl Putih Perawatan
mudah, tidak licin
Area sirkulasi (±0.00)
Vinyl Putih
Bisque
Sienna
Beige
Perawatan mudah, tidak licin.
Memberikan
pola yang
mengarahkan penghuni saat memasuki ruangan.
Kamar tidur (±0.00)
Parket, Uk: 20 cm x 109 cm
Cherry – natural
Memberi kesan hangat, nyaman, menyambut
68
Universitas Kristen Petra
Karpet Coklat
Ruang makan (±0.00)
Vinyl Putih
Bisque
Sienna
Beige
Perawatan mudah, tidak licin
Dapur (±0.00)
Keramik Merah –
putih
Keramik bertekstur sehingga tidak licin jika terkena air.
Area duduk (±0.00)
Vinyl Bisque
Sienna
Beige
Perawatan mudah, tidak licin
69
Universitas Kristen Petra
Ruang kebaktian (±0.00) dan mimbar (+0.15)
Vinyl Putih
Beige
Perawatan mudah, tidak licin
Ruang
kegiatan (±0.00)
Vinyl
Karpet
Bisque
Sienna
Beige
Perawatan mudah, tidak licin
Kamar mandi (±0.00)
Keramik Uk: 50 cm x 50 cm
Coklat Keramik bertekstur sehingga tidak licin jika terkena air.
4.4.2. Dinding
Dinding bangunan eksisting menggunakan bata diplester dan finishing cat tembok putih. Dinding Main Entrance menggunakan batu andesit dan hampir semua dinding menggunakan bata diplester dengan finishing cat tembok warna cream dan wallpaper pada salah satu sisi. Pada dinding juga dipasang grabbar atau pegangan tangan untuk membantu para lanjut usia yang mengalami kesulitan dalam berjalan.
Pada salah satu dinding di ruang tamu menggunakan bahan aluminium laminate yang dibentuk lengkung dan indirect lighting yang dijadikan sebagai aksen dan kesan estetis di dalam ruangan. Ruang klinik menggunakan panel
70
Universitas Kristen Petra
horizontal dengan material multipleks finishing HPL pada salah satu sisi dan wallpaper dengan warna senada pada dinding sisi yang lain.
Gambar 4.3. Aluminium laminate dengan indirect lighting dan Panel dinding
Partisi pada area duduk menggunakan bahan kayu dengan finishing cat ducco glossy warna putih dan dikombinasikan dengan kaca buram. Ruang makan, ruang kegiatan, dan ruang kebaktian diberi banyak bukaan dengan penggunaan jendela yang besar dan hampir pada setiap dinding agar dapat memaksimalkan jumlah cahaya dan sirkulasi udara yang masuk ke dalam ruangan.
71
Universitas Kristen Petra
Gambar 4.4. Bukaan jendela ruang kegiatan bersama
4.4.3. Plafon
Tinggi plafon keseluruhan 3 m dengan desain yang disesuaikan dengan kebutuhan ruang, seperti adanya permainan drop ceiling maksimal ketinggian 2.70 m dan indirect lighting. Pada ruang tamu dan klinik menggunakan drop ceiling dari bahan gypsumboard dan indirect lighting untuk menimbulkan kesan hangat dan menyambut. Area sirkulasi pada bangunan induk menggunakan pola yang disesuaikan dengan pola lantai sehingga menghasilkan bentukan yang unity.
Gambar 4.5. Pola Plafon
Plafon pada ruang makan menggunakan material gypsumboard dengan sistem drop ceiling bervariasi ketinggian dan lampu gantung atau chandelier pada
72
Universitas Kristen Petra
bagian tengahnya untuk memberikan kesan elegan namun tetap homy. Ruang tidur menggunakan plafon gypsumboard dengan sistem drop ceiling dan indirect lighting sehingga menimbulkan kesan hangat dan suasana yang homy.
Gambar 4.6. Drop Ceiling di Ruang Makan
4.4.4. Perabot
Bentuk, warna, dan bahan perabot yang digunakan mengarah pada bentukan yang ergonomis, ringan, dan aman sebagai berikut:
1. Ruang tamu, ruang kebaktian, ruang kegiatan, area duduk
Pada area ini, perabot memiliki bentukan yang praktis dan ergonomis sehingga nyaman digunakan oleh pengguna. Perabot seperti sofa dan meja terbuat dari bahan yang ringan, mudah dirawat, dan tidak terkesan massif dengan menyisakan area di bawahnya sehingga lantai di bawah perabot dapat dibersihkan dengan baik. Material yang digunakan adalah stainless steel, kayu, kaca, dan spon dengan furnishing kulit sintetis.
Gambar 4.7. Perabot Ruang tamu, ruang kegiatan, dan area duduk
73
Universitas Kristen Petra
2. Kamar tidur dan klinik
Perabot pada ruang-ruang ini menyisakan area di bawahnya sehingga lantai ruangan dapat dibersihkan dengan baik, misalnya nakas tanpa kaki (menempel pada dinding). Sudut-sudut perabot dibuat melengkung sehingga tidak melukai atau membahayakan pengguna. Material yang digunakan adalah multipleks dengan finishing HPL dan kayu dengan finishing cat ducco glossy.
Gambar 4.8. Perabot kamar tidur dan klinik
3. Ruang makan dan dapur
Pada area ini, perabot memiliki bentukan yang praktis dan ergonomis, sesuai dengan standar dimensi universal desain, seperti perbedaan ketinggian pada counter di dapur bagi pengguna yang duduk (menggunakan kursi roda) ataupun bagi pengguna yang berdiri. Pada counter di dapur disediakan juga ruang untuk kaki (legroom) bagi pengguna berkursi roda untuk mengakomodasi kebutuhan antropometrinya.
Gambar 4.9. Ketinggian counter dapur yang berbeda-beda
74
Universitas Kristen Petra
4. Kamar mandi
Pada area shower di kamar mandi disediakan tempat duduk agar dapat memudahkan para lanjut usia yang tenaganya sudah mulai melemah. Di samping kloset dan wastafel juga disediakan grabbar atau pegangan tangan untuk membantu para lanjut usia berdiri ataupun duduk. Grabbar disediakan di setiap dinding dan sesuai dengan standar dimensi universal desain.
Gambar 4.10. Perabot kamar mandi
4.4.5. Elemen Dekoratif
Kesan melindungi dan menopang dari konsep ditunjukkan dengan elemen dekoratif pada dinding berupa bahan aluminium laminate yang dibentuk lengkung dan disusun secara repetitif dan overlapping dengan indirect lighting yang dijadikan sebagai aksen dan kesan estetis di dalam ruangan. Bentukan ini menyerupai bentuk anyaman yang saling mengikat erat seperti saling menopang.
Elemen dekoratif ini diletakkan pada ruang tamu dan ruang makan sehingga dapat menambah suasana hangat dalam ruangan.
75
Universitas Kristen Petra
Gambar 4.11. Elemen Dekoratif
4.4.6. Universal Desain
Konsep universal desain diaplikasikan melalui pemasangan grab bars di kamar mandi, kamar tidur, lorong, dan ruangan-ruangan lainnya. Grab bars berguna untuk membantu menopang para lanjut usia untuk berdiri maupun berjalan.
Gambar 4.12. Penggunaan Grab bars
Dalam desain tidak dimunculkan perbedaan ketinggian lantai untuk menghindari usaha fisik para lanjut usia yang terlalu banyak, kecuali pada area ruang tamu dan klinik karena denah eksisting yang berbeda ketinggian. Perbedaan ketinggian ini diatasi dengan penggunaan tangga dan walking ramp.
76
Universitas Kristen Petra
Gambar 4.13. Walking ramp
Orang-orang yang sudah lanjut usia mengalami penurunan fisik, salah satunya adalah penurunan pada penglihatan. Para lanjut usia memiliki kemungkinan untuk tidak mengenali kamarnya sendiri. Untuk menghindari hal tersebut, diperlukan adanya tanda atau signage, misalnya dengan warna-warna yang berbeda, aksesoris tiap kamar yang berbeda, dan lain sebagainya.
Gambar 4.14. Pemberian signage pada pintu kamar
4.5. Sistem Interior 4.5.1. Tata Udara
Sistem penghawaan yang digunakan adalah penghawaan alami dengan banyak bukaan berupa jendela dan lubang ventilasi.
4.5.2. Tata Cahaya
Pencahayaan berasal dari dua sumber, pencahayaan alami dan buatan.
Pencahayaan alami digunakan pada ruang kebaktian, ruang tamu. klinik, ruang kegiatan, dan ruang makan sehingga memperoleh view yang bagus dan hemat energi. Pencahayaan buatan digunakan untuk menghasilkan efek cahaya untuk
77
Universitas Kristen Petra
mendukung suasana dan menonjolkan elemen dalam ruang yang tidak didapatkan dari pencahayaan alami.
Jenis lampu yang digunakan, sebagai berikut:
1. Lampu Downlight 23 Watt
Gambar 4.15. Downlight 2. Lampu TL 36 Watt
Gambar 4.16. Lampu TL 3. Lampu LED 56 Watt
Gambar 4.17. LED Strip
4.5.3. Sistem Proteksi Kebakaran
Sistem aktif dengan alat deteksi panas dan asap, sebagai berikut:
1. Sistem sprinkler (untuk resiko sedang) yang dipasang tiap jarak maksimal 4 m antar sprinkler dan 2 m dari dinding.
78
Universitas Kristen Petra
Gambar 4.18. Sprinkler 2. Smoke detector yang dipasang tiap jarak 6 m.
Gambar 4.19. Smoke Detector 3. Fire Extinguisher (APAR)
Diletakkan di tempat yang mudah terlihat dan dijangkau.
Gambar 4.20. APAR