• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen dalam Memberikan Jaminan Kesehatan bagi Warga Miskin Melalui Program Saraswati

Indonesia mempunyai kekayaan dan keanekaragaman sumber daya alam yang sangat melimpah dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote. Negara Indonesia menjamin kekayaan dan keanekaragaman sumber daya sebagai modal Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) untuk mewujudkan tujuan negara yang tercantum di dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Oleh karena itu, Indonesia kemudian menerapkan prinsip desentralisasi fiskal untuk mewujudkan tujuan negara tersebut. Alasan utama suatu negara menerapkan prinsip desentralisasi fiskal adalah adanya pendapat bahwa pengambilan keputusan akan lebih baik apabila diserahkan kepada tingkat pemerintahan yang lebih rendah. Hal tersebut disebabkan karena pemerintahan yang lebih rendah secara langsung dapat merasakan dampak dari program dan pelayanan yang direncanakan oleh pemerintah sebagaimana dikemukakan oleh Oates, bahwa pendelegasian fiskal kepada pemerintah yang berada di level bawah akan memberikan peningkatan ekonomi mengingat pemerintah daerah memiliki kedekatan dengan masyarakatnya dan mempunyai keunggulan informasi dibandingkan dengan pemerintah pusat, sehingga dapat memberikan pelayanan publik yang benar-benar dibutuhkan di daerahnya. Respon yang diberikan oleh pemerintah daerah terhadap tuntutan masyarakat jauh lebih cepat karena pemerintah daerah berhadapan langsung dengan penduduk daerah/kota yang bersangkutan (Puji Wibowo, 2008: 56).

Implementasi kebijakan desentralisasi fiskal tertuang dalam Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan

(2)

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Desentralisasi berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah merupakan penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Penyerahan wewenang dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah terkait dengan bagaimana masing-masing tingkatan pemerintah berinteraksi antara satu dengan yang lainnya dalam masalah fiskal, sehingga prinsip kebijakan perimbangan keuangan daerah antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah merupakan subsistem keuangan negara sebagai konsekuensi pembagian tugas antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Prinsip ini lebih dikenal dengan istilah money follows function, yang mengandung makna bahwa pendanaan mengikuti fungsi pemerintahan yang menjadi kewajiban dan tanggung jawab masing-masing tingkat pemerintahan. Prinsip tersebut tertuang dalam Pasal 21 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, yang menyatakan bahwa dalam menyelenggarakan otonomi, daerah mempunyai hak:

a. mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya; b. memilih pimpinan daerah;

c. mengelola aparatur daerah; d. mengelola kekayaan daerah;

e. memungut pajak daerah dan retribusi daerah;

f. mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya lainnya yang berada di daerah;

g. mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah; dan

h. mendapatkan hak lainnya yang diatur dalam Peraturan Perundang-undangan. Selanjutnya dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, menjelaskan bahwa dalam upaya meningkatkan koordinasi penanggulangan kemiskinan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota, dibentuk Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan yang selanjutnya disebut TKPK yang bertugas melakukan koordinasi penanggulangan

(3)

kemiskinan di daerah masing-masing sekaligus mengendalikan pelaksanaan kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan sesuai Keputusan Tim Nasional. Selain itu, dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 42 Tahun 2010 Tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Provinsi Kabupaten/Kota menjelaskan bahwa Bupati/Walikota bertanggung jawab atas pelaksanaan percepatan penanggulangan kemiskinan di kabupaten/kota melalui strategi dan program. Strategi dan program tersebut dilakukan secara terkoordinasi melalui sinkronisasi, harmonisasi, dan integrasi penanggulangan kemiskinan lintas sektor dan lintas pemangku kepentingan. Bupati/Walikota dalam melaksanakan percepatan penanggulangan kemiskinan dengan cara membentuk Tim Koordinasi Penganggulangan Kemiskinan kabupaten/kota, yang selanjutnya disebut TKPK kabupaten/kota, yaitu wadah koordinasi lintas sektor dan lintas pemangku kepentingan untuk penanggulangan kemiskinan di kabupaten/kota.

Berdasarkan Peraturan Perundang-undangan tersebut, selanjutnya Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen membentuk Peraturan Bupati Sragen Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Pembentukan Unit Pelayanan Terpadu Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Sragen dan selanjutnya membentuk Unit Pelayanan Terpadu Penanggulangan Kemiskinan. Pembentukan Unit Pelayanan Terpadu Penanggulangan Kemiskinan tersebut didasari oleh:

1. kemiskinan merupakan permasalahan yang mendesak dan memerlukan langkah-langkah penanganan dan pendekatan yang sistematik, terpadu dan menyeluruh dalam rangka mengurangi beban dan memenuhi hak-hak dasar warga negara secara layak;

2. pelayanan, penanganan, dan penanggulangan kemiskinan selama ini masih dilaksanakan lintas sektoral dan oleh beberapa Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), sehingga masyarakat miskin harus mendatangi ke berbagai satuan kerja (satker) untuk mendapatkan pelayanan kemiskinan

Oleh karena itu, agar pelayanan, penanganan, dan penanggulangan kemiskinan lebih efektif, efisien, dan dapat ditangani lebih fokus, maka perlu dibentuk Unit Pelayanan Terpadu Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Sragen (UPTPK)

(4)

yang berdiri pada 27 Mei 2012. Berikut ini adalah Gedung UPTPK Kabupaten Sragen, yang beralamat di Jalan Raya Sukowati Nomor 255, Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa Tengah.

Gambar 2. Gedung Unit Pelayanan Terpadu Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Sragen UPTPK Kabupaten Sragen

Unit Pelayanan Terpadu Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Sragen ini, mempunyai beberapa program yaitu:

1. Saraswati (Sarase Warga Sukowati), yaitu program dan kegiatan pengentasan kemiskinan khususnya di bidang kesehatan;

2. Sintawati (Siswa Pintar Sukowati), yaitu program dan kegiatan pengentasan kemiskinan khususnya di bidang pendidikan, seperti beasiswa, prasarana pendidikan, dan perlengkapan lainnya;

3. Beasiswa mahasiswa miskin, yaitu beasiswa yang diberikan kepada mahasiswa dari masyarakat miskin di Kabupaten Sragen yang kuliah di

(5)

Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Pulau Jawa sebesar Rp 2.000.000,00 per semester dan biaya hidup sebesar Rp 300.000,00 per bulan;

4. Sang Duta (Santunan Uang Duka Cita), yaitu program santunan uang duka cita yang diberikan kepada ahli waris semua warga miskin di Kabupaten Sragen, sebesar Rp 500.000,00;

5. Ruselawati (Rumah Sederhana Layak Aman Warga Sukowati), yaitu program bantuan pemugaran Rumah Tak Layak Huni bagi warga miskin di Kabupaten Sragen;

6. Bantuan Raskin (Beras Miskin), yaitu suatu program pemberian beras untuk Kepala Keluarga (KK) miskin Kabupaten Sragen yang terdaftar dalam

databaseRaskin Kabupaten Sragen.

Berikut ini adalah pelayanan yang ada di Unit Pelayanan Terpadu Penanggulangan Kemiskinan (UPTPK) Kabupaten Sragen.

Gambar 3. Pelayanan yang Ada di Unit Pelayanan Terpadu Penanggulangan Kemiskinan (UPTPK) Kabupaten Sragen

Saraswati merupakan singkatan dari Sarase Warga Sukowati. Saraswati ini merupakan program Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen dalam mengentaskan kemiskinan khususnya bidang kesehatan. Menurut Pasal 1 angka 9 Peraturan Bupati Sragen Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Program Saraswati, yang dimaksud program Saraswati adalah program sarase wargo sukowati berupa pemeliharaan

(6)

kesehatan yang meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang diberikan kepada penduduk Kabupaten Sragen.

Program Saraswati ini, diwujudkan dalam bentuk kartu Saraswati, yang dalam hal ini kartu tersebut dapat diperoleh secara gratis untuk warga miskin dan mampu yang ingin mendapatkan pelayanan seperti warga miskin. Menurut Pasal 1 angka 11 Peraturan Bupati Sragen Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Program Saraswati yang dimaksud kartu Saraswati adalah kartu tanda peserta program Saraswati yang diterbitkan Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen. Kartu Saraswati terdapat tiga macam, yaitu sebagai berikut (Tim Kreatif UPTPK, 2013: 4-5):

a. Saraswati Melati

Kartu Saraswati Melati diberikan kepada semua warga miskin Kabupaten Sragen yang terdaftar dalam database Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) tahun 2011. Pemilik kartu Saraswati Melati otomatis adalah peserta Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas).

Gambar 4. Kartu Saraswati Melati

Sumber : http://uptpk.sragenkab.go.id/?h=saraswati-melatidiakses pada 9 Maret 2014 pukul 21.08

b. Saraswati Menur

Kartu Saraswati Menur diberikan kepada semua masyarakat miskin di Kabupaten Sragen yang tidak terdaftar dalam database TNP2K 2011, tetapi terdaftar dalam database kemiskinan Pendataan Program Perlindungan Sosial Biro Pusat Statistik dan hasil survei dari tim UPTPK Kabupaten Sragen. Pemilik kartu Saraswati Menur adalah peserta Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda). Untuk kartu Sraswati Menur sendiri, dibagi atas dua golongan,

(7)

yaitu Saraswati Menur keluarga dan Saraswati Menur individu. Untuk Saraswati Menur keluarga yaitu dari hasil survei tim UPTPK Kabupaten Sragen yang dinyatakan bahwa keluarga tersebut termasuk dalam kategori miskin, sehingga memerlukan jaminan kesehatan. Untuk Saraswati Menur individu sendiri adalah hasil survei tim UPTPK Kabupaten Sragen yang dinyatakan bahwa keluarga tersebut termasuk dalam kategori mampu, namun terdapat salah satu anggota keluarga yang mempunyai penyakit menahun, seperti contohnya sakit jiwa.

Gambar 5. Kartu Saraswati Menur

Sumber: http://uptpk.sragenkab.go.id/?h=saraswati-menurdiakses pada 10 Maret 2014 pukul 21. 10

c. Saraswati Kenanga

Kartu Saraswati Kenanga diberikan kepada semua masyarakat Kabupaten Sragen di luar pemilik kartu Saraswati Melati dan Menur yang mengajukan permohonan. Kartu ini diperuntukkan untuk masyarakat mampu, di luar peserta Asuransi Kesehatan Indonesia (ASKES), Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ASABRI), dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK).

Gambar 6. Kartu Saraswati Kenanga

Sumber: http://uptpk.sragenkab.go.id/?h=saraswati-kenanga diakses pada tanggal 10 Maret 2014 pukul 21.14

(8)

Untuk mendapatkan pelayanan Saraswati, maka masyarakat harus mempunyai kartu Saraswati sesuai dengan kriterianya. Cara mendapatkan kartu Saraswati adalah sebagai berikut (Tim Kreatif UPTPK, 2013: 7):

a. Kartu Saraswati Melati diberikan secara langsung kepada semua warga masyarakat miskin Kabupaten Sragen yang masuk dalam database TNP2K; b. Kartu Saraswati Menur diberikan kepada masyarakat Sragen yang tidak

terdaftar dalam database TNP2K 2011, tetapi terdaftar dalam database

kemiskinan Pendataan Program Perlindungan Sosial Biro Pusat Statistik, tanpa harus mengajukan permohonan dan masyarakat Kabupaten Sragen yang mengajukan permohonan kemudian dinyatakan sebagai masyarakat miskin oleh tim survei UPTPK Kabupaten Sragen;

c. Kartu Saraswati Kenanga akan diberikan hanya kepada warga masyarakat mampu yang mengajukan permohonan.

Adapun manfaat/fasilitas yang diperoleh dari pemilik kartu Saraswati adalah sebagai berikut (Tim Kreatif UPTPK, 2013: 6-7):

a. Kartu Saraswati Melati

1. Rawat jalan dan rawat inap di Puskesmas;

2. Pelayanan gawat darurat, perawatan tingkat lanjut di kelas III, pelayanan darah dan pelayanan ambulans di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Soehadi Prijonegoro di Kecamatan Sragen dan RSUD Soeranto di Kecamatan Gemolong, termasuk pelayanan ambulans UPTPK;

3. Rawat inap di RSUD dr. Moewardi Surakarta, Rumah Sakit Umum (RSU) Prof. dr. Soeharso Surakarta, Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Surakarta, Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr. Kariadi Semarang, dan RSUP dr. Sardjito Yogyakarta;

4. Hemodialisa (HD) gratis seumur hidup. b. Kartu Saraswati Menur

1. Rawat jalan dan rawat inap di Puskesmas;

2. Pelayanan gawat darurat, perawatan tingkat lanjut di kelas III, pelayanan darah dan pelayanan ambulans di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro di

(9)

Kecamatan Sragen dan RSUD Soeranto di Kecamatan Gemolong, termasuk pelayanan ambulans UPTPK;

3. Mendapatkan keringanan biaya, dengan rekomendasi dinas kesehatan, melalui UPTPK di RSUD dr. Moewardi Surakarta, Rumah Sakit Umum (RSU) Prof. dr. Soeharso Surakarta, Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Surakarta, Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr. Kariadi Semarang, dan RSUP dr. Sardjito Yogyakarta;

4. Hemodialisa (HD) gratis sepuluh kali dalam setahun. c. Kartu Saraswati Kenanga

1. Rawat jalan dan rawat inap di Puskesmas;

2. Keringanan biaya perawatan di kelas II sebesar Rp 250.000,00. Keringanan biaya ini, maksimal dua kali dalam setahun di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro di Kecamatan Sragen dan RSUD Soeranto di Kecamatan Gemolong;

3. Hemodialisa (HD) gratis lima kali dalam setahun.

Untuk mengoptimalkan pelayanan kesehatan bagi warga miskin, maka UPTPK Kabupaten Sragen memberikan fasilitas penjemputan pasien warga menggunakan ambulans. Penjemputan ini, dilakukan dari tempat tinggal pasien ke Puskesmas atau ke RSUD dr. Soehadi Priyonegoro di Kecamatan Sragen, tanpa dipungut biaya, dengan syarat dan ketentuan sebagai berikut:

1. Pemohon adalah pemilik kartu Saraswati Melati dan Menur;

2. Pemohon berdomisili di Kecamatan Sragen, Karangmalang, Ngrampal, dan Sidoharjo. Hal tersebut karena armada ambulans yang dimiliki UPTPK masih terbatas;

3. Keluarga pasien mempersiapkan fotokopi Kartu Keluarga (KK), Kartu Tanda Penduduk (KTP), dan kartu Saraswati Melati atau Menur masing-masing satu lembar, dan diserahkan pada pengemudi ambulans UPTPK.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah mengubah secara mendasar model pembiayaan pemerintahan daerah. Konsepsi dasar model pembiayaan pemerintah daerah menurut kedua

(10)

Undang-Undang tersebut adalah penyerahan kewenangan pemerintah kepada daerah baik menurut asas desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan harus diikuti biaya, perangkat, dan tenaga yang memadai, agar daerah mampu menyelenggarakan semua kewenangan yang diserahkan tersebut. Dengan model penganggaran seperti itu, maka pemerintah pusat tidak lagi menentukan secara subjektif dana tersebut, melainkan mengalokasikan dana secara proporsional dan rasional kepada daerah agar pemerintah daerah mampu menyelenggarakan otonominya secara kreatif dan bertanggung jawab. Melalui struktur pendanaan demikian, diharapkan pemerintah daerah makin mampu memberikan pelayanan prima kepada publik yang berujung pada penciptaan kesejahteraan masyarakat (Hanif Nurcholis, 2007: 181-182).

Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah maka sumber keuangan daerah adalah sebagai berikut (Hanif Nurcholis, 2007: 197):

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Sumber keuangan daerah yang utama adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah dari penerimaan pajak daerah, retribusi daerah, laba perusahaan daerah, dan lain-lain yang sah.

2. Dana Perimbangan

Dana Perimbangan adalah dana yang merupakan bagian daerah yang berasal dari dana bagi hasil Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, penerimaan dari sumber daya alam, Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Dana perimbangan tersebut merupakan hasil kebijakan pusat di bidang desentralisasi fiskal (penyerahan hasil-hasil pajak dan pungutan lainnya kepada daerah) demi keseimbangan fiskal (fiscal balance) antara pusat dan daerah.

3. Lain-Lain Pendapatan a. Pinjaman

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keungan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah

(11)

Daerah, daerah diberi peluang untuk melakukan pinjaman kepada pihak ketiga termasuk dengan luar negeri. Akan tetapi khusus untuk pinjaman luar negeri, daerah yang mengajukan harus mendapat persetujuan pemerintah pusat. Sedangkan untuk pinjaman dari dalam negeri pemerintah daerah cukup memberitahukan kepada pemerintah pusat. b. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Lainnya yang Dipindahkan

Daerah yang memiliki kekayaan dipisahkan pada pihak ketiga (perusahaan/pemerintah) dalam betuk saham, obligasi atau lainnya. Dengan adanya dana yang ditanamkan tersebut, daerah yang bersangkutan akan mendapatkan keuntungan dari investasinya.

c. Lain-Lain: Hibah, Dana Darurat, dan Dana Penerimaan Lainnya

Disamping sumber-sumber dana yang telah disebutkan tersebut, daerah juga bisa mendapatkan sumber-sumber dana lain. Antara lain adalah dana hibah, dana darurat dan penerimaan lain. Hibah adalah pemberian dari pihak ketiga tanpa ikatan apapun.

d. Dana Pelaksanaan Dekonsentrasi dari Tugas Pembantuan

Semua sumber keuangan pemerintah daerah adalah sumber keuangan daerah berdasarkan asas desentralisasi. Karena penyelenggaraan pemerintah daerah di Indonesia juga berasas dekonsentrasi dan tugas pembantuan maka pemerintah daerah juga menerima dana untuk pelaksanaan dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Dana dekonsentrasi hanya diberikan provinsi karena provinsi adalah satu-satunya daerah yang berstatus ganda, yaitu sebagai wilayah administratif sekaligus daerah otonom. Sedangkan dana tugas pembantuan diberikan kepada:

1. Oleh pusat kepada provinsi, kabupaten/kota, dan/atau desa; 2. Oleh provinsi kepada kabupaten/kota dan desa;

3. Oleh kabupaten kepada desa. e. Dana Cadangan

Pemerintah daerah dapat membentuk dana cadangan guna membiayai kebutuhan tertentu. Dana cadangan ini dicadangkan dari sumber penerimaan daerah. Dalam pembentukann dana cadangan harus ditetapkan

(12)

dengan Peraturan Daerah. Semua Sumber penerimaan cadangan dan semua pengeluaran atas beban dana cadangan diadministrasikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Dalam rangka pelaksanaan desentralisasi fiskal, program Saraswati didanai Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) terkait dengan penganggaran daerah. Penganggaran adalah proses menyusun rencana keuangan yaitu pendapatan dan pembiayaan, kemudian mengalokasikan dana ke masing-masing kegiatan sesuai dengan fungsi dan sasaran yang hendak dicapai. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang disusun dengan pendekatan kinerja memuat hal-hal sebagai berikut (Hanif Nurcholis, 2007: 197):

1. Sasaran yang diharapkan dan perkiraan biaya menurut fungsi belanja;

2. Standar pelayanan yang diharapkan dan perkiraan biaya satuan komponen kegiatan yang bersangkutan. Pengembangan standar pelayanan dapat dilaksanakan secara bertahap dan harus dilakukan secara berkesinambungan; 3. Bagian pendapatan APBD yang membiayai belanja administrasi umum, biaya

operasi dan pemeliharaan, dan belanja modal/pembangunan.

Untuk masalah anggaran sendiri, terdapat peningkatan anggaran dari sebelum Unit Pelayanan Terpadu Penanggulangan Kemiskinan (UPTPK) Kabupaten Sragen ini didirikan, yaitu sebanyak Rp 6.000.000.000,00 pada tahun 2011, selanjutnya mengalami kenaikan menjadi Rp 8.500.000.000,00 pada tahun 2012 dan Rp 10.500.000.000,00 pada tahun 2013. Pada dasarnya pelaksanaan fungsi pada masing-masing tingkatan pemerintah daerah yang diikuti dengan pendanaan dimaksudkan agar pemerintah daerah dalam menjalankan otonomi seluas-luasnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah sebagaimana tertuang pada Pasal 2 ayat (3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.

Alokasi anggaran tersebut digunakan untuk operasional program Saraswati, yaitu seperti untuk mencetak kartu Saraswati, kegiatan survei, pemberian jaminan kesehatan terutama untuk Saraswati Menur dan kegiatan lain. Kartu Saraswati selama ini yang telah tercetak sebanyak 309.170 untuk Saraswati

(13)

Melati, 47.647 untuk Saraswati Menur, dan 24.315 untuk Saraswati Kenanga. Adapun rincian kartu Saraswati yang telah tercetak beserta rincian dari setiap kecamatan adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Kartu Saraswati yang Sudah Tercetak Hingga 21 Februari 2014

NO. NAMA

KECAMATAN MELATI MENUR KENANGA

1. Kalijambe 19.771 2.143 970 2. Plupuh 16.334 1.295 966 3. Masaran 23.006 4.011 2.586 4. Kedawung 13.967 3.562 2.729 5. Sambirejo 12.228 3.104 1.530 6. Gondang 12.436 2.058 1.189 7. Sambungmacan 16.833 1.725 2.719 8. Ngrampal 12.849 1.978 2.041 9. Karangmalang 14.425 3.069 3.503 10. Sragen 10.299 2.720 692 11. Sidoharjo 13.382 2.094 1.098 12. Tanon 23.175 2.407 441 13. Gemolong 17.402 2.537 1.039 14 Miri 17.226 3.913 297 15 Sumberlawang 23.990 3.131 531 16 Mondokan 13.885 1.249 232 17 Sukodono 12.129 2.421 324 18 Gesi 7.584 925 1.091 19 Tangen 12.361 1.480 95 20 Jenar 15.888 2.224 242 TOTAL 309.170 47.647 24.315

Sumber: simsaraswati.sragenkab.go.id/rekap.phpdiakses pada 21 Februari 2014 pukul 10.05

(14)

Masyarakat Kabupaten Sragen, terutama untuk warga miskin yang ingin memperoleh kartu Sarawati tentunya cukup sulit apabila harus mendatangi kantor UPTPK Kabupaten Sragen, karena alamat kantor UPTPK Kabupaten Sragen terletak di Jalan Raya Sukowati Nomor 255, Kabupaten Sragen yang masuk dalam Kecamatan Sragen. Sedangkan warga miskin di Kabupaten Sragen tersebar di 20 (dua puluh) kecamatan. Mengingat kondisi tersebut maka pengajuan kartu Saraswati diajukan ke UPTPK kecamatan kemudian diproses secara online.

Adapun cara memperoleh kartu Saraswati tersebut dengan cara sebagai berikut:

Gambar 7. Mekanisme Cara Memperoleh Kartu Saraswati

Keterangan:

Warga Kabupaten Sragen pemohon kartu Saraswati datang ke Unit Pelayanan Terpadu Penanggulangan Kemiskinan (UPTPK) kecamatan dengan membawa persyaratan fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP), fotokopi rujukan

Pemegang Kartu Saraswati

Pengajuan Saraswati

Laporan Kehilangan, Edit Data atau Tambah Jiwa

Warga Kabupaten Sragen Pemohon Saraswati Proses Cetak Kartu di UPTPK Kabupaten UPTPK Kecamatan Verifikasi Awal UPTPK Kecamatan

Input Data Menur Survei Lanjutan UPTPK Kabupaten Data Masuk ke UPTPK Kabupaten UPTPK Kecamatan Cetak Kenanga UPTPK Kecamatan Rekomendasi Usulan Mampu Miskin Mampu Miskin

(15)

apabila sudah sakit, fotokopi Kartu Keluarga (KK) dan fotokopi Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM). Kemudian UPTPK kecamatan melakukan verifikasi awal bagi pemohon. Selanjutnya UPTPK kecamatan menilai hasil verifikasi dengan 2 kriteria mampu dan miskin. Bagi pemohon dengan kriteria mampu dicetakkan kartu Saraswati Kenanga. Sedangkan bagi pemohon dengan kriteria miskin, petugas UPTPK kecamatan melakukan entry data melalui sistem informasi manajemen pengajuan kartu Saraswati yang terhubung secara online ke UPTPK kabupaten, untuk segera dilakukan survei. Berkas persyaratan dikirim ke kantor UPTPK kabupaten maksimal sepuluh hari kerja dari pengajuan. Setelah menerima data, UPTPK kabupaten melakukan survei langsung ke alamat pemohon. Dalam melakukan survei tersebut UPTPK kabupaten tidak langsung menuju rumah pemohon, namun terlebih dahulu menanyakan kepada tetangga sekitar dengan keadaan ekonomi, jumlah keluarga, dan keadaan keluarga pemohon. Apabila hasil survei dinyatakan miskin, maka dicetakkan kartu Saraswati Menur. Apabila hasil survei dinyatakan mampu, maka yang bersangkutan berhak mendapatkan kartu Saraswati Kenanga. Pemohon dapat mengambil kartu Saraswati Menur di UPTPK kabupaten maksimal 15 hari setelah survei kecuali pada permohonan yang bersifat

emergencymaksimal 3 hari setelah survei.

Apabila kartu Saraswati hilang, akan melakukan penambahan angggota, atau melakukan penggantian data, maka pemegang kartu Saraswati datang ke UPTPK Kabupaten Sragen untuk melakukan laporan kehilangan atau melakukan penambahan anggota dan mengubah data. Setelah kartu Saraswati tercetak langsung diserahkan ke warga yang kehilangan kartu tersebut. Berikut ini adalah tim UPTPK kabupaten yang melakukan survei,

(16)

Gambar 8. Tim UPTPK Kabupaten Sragen Melakukan Survei

Untuk peserta kartu Saraswati Melati sesungguhnya merupakan peserta Jamkesmas. Pencetakan kartu Saraswati dilakukan karena kartu Jamkesmas yang disediakan oleh pemerintah tidak segera keluar. Oleh karena itu, Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen berinisiatif untuk segera melakukan penanggulangan kemiskinan melalui kartu Saraswati Melati, karena tujuan pembangunan kesejahteraan sosial, yang pertama dan utama, adalah penanggulangan kemiskinan dalam segala bentuk manifestasinya. Maknanya, meskipun pembangunan kesejahteran sosial dirancang guna memenuhi kebutuhan publik yang luas, target utamanya adalah Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS), yaitu yang termasuk kelompok kurang beruntung (disadvantaged groups), seperti orang miskin, anak-anak dan wanita korban tindak kekerasan, anak jalanan, pekerja anak, orang dengan kemampuan berbeda (difabel), serta kelompok rentan dan marjinal lainnya. Pemberdayaan masyarakat, rehabilitasi sosial, bantuan sosial, asuransi sosial, jaring pengamanan sosial, dan penguatan kapasitas kelompok marjinal adalah beberapa contoh program pembangunan kesejahteraan sosial (Edi Suharto, 2005: 36).

Setelah kartu Jamkesmas tersebut keluar, maka masyarakat yang memiliki kartu Saraswati Melati dan memiliki kartu Jamkesmas hanya dapat menggunakan kartu Jamkesmas. Pada dasarnya masyarakat yang menggunakan kartu Jamkesmas akan lebih efektif, karena ketika masyarakat akan melakukan rujukan, tidak perlu

(17)

melakukan permohonan ke UPTPK Kabupaten Sragen, dan ada beberapa rumah sakit swasta yang dapat dirujuk. Sedangkan apabila menggunakan kartu Saraswati Melati maka hanya dapat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Soehadi Prijonegoro di Kecamatan Sragen dan RSUD Soeranto di Kecamatan Gemolong, RSUD dr. Moewardi Surakarta, Rumah Sakit Umum (RSU) Prof. dr. Soeharso Surakarta, Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Surakarta, Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr. Kariadi Semarang, dan RSUP dr. Sardjito Yogyakarta.

Seperti yang telah dijelaskan oleh penulis sebelumnya, bahwa pemegang kartu Saraswati, terutama untuk Saraswati Menur dapat melakukan rawat inap di Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) III, yaitu di RSUD dr. Moewardi Surakarta, Rumah Sakit Umum (RSU) Prof. dr. Soeharso Surakarta, Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Surakarta, Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr. Kariadi Semarang, dan RSUP dr. Sardjito Yogyakarta. Namun dalam masalah pendanaannya, untuk kelima rumah sakit tersebut Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen hanya memberikan keringanan biaya sebanyak 60%, dan 40% sisanya dari Angaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Jawa Tengah. Pemberian keringanan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen tersebut terdapat batasannya, yaitu maksimal Rp 5.000.000,00 apabila melakukan rawat inap tanpa operasi, dan Rp 10.000.000,00 apabila melakukan operasi. Warga Kabupaten Sragen yang telah mendapatkan rekomendasi adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Jumlah Rekomendasi ke Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) Tingkat I, II, dan III pada Bulan Mei-Desember Tahun 2012

No. Kecamatan PPK I PPK II PPK III

1. Kalijambe 17 40 42

2. Plupuh 0 34 54

3. Masaran 2 149 81

4. Kedawung 9 168 62

(18)

6. Gondang 17 125 77 7. Ngrampal 3 92 66 8. Karangmalang 4 231 68 9. Sragen 0 180 50 10. Sambungmacan 4 139 67 11. Sidoharjo 0 117 31 12. Tanon 1 41 21 13. Gemolong 0 70 50 14. Miri 0 36 22 15. Sumberlawang 2 58 23 16. Mondokan 0 47 19 17. Sukodono 0 166 21 18. Gesi 0 40 13 19. Tangen 1 26 19 20. Jenar 1 20 10 TOTAL 65 1883 864

Tabel 3. Jumlah Rekomendasi ke Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) Tingkat III Januari-Desember 2013 No. Bulan PPK III Rs. Moewardi PPK III Rs. Jiwa PPK III Orthopedi Surakarta PPK III Rs. Karyadi Semarang PPK III Rs. Sardjito Yogyakarta Jumlah 1. Januari 64 219 0 1 0 204 2. Februari 56 94 0 0 0 140 3. Maret 45 93 1 0 1 140 4. April 73 56 2 0 1 132 5. Mei 69 91 1 0 1 162 6. Juni 69 79 2 0 1 151 7. Juli 65 92 3 1 4 165 8. Agustus 46 67 1 0 2 116 9. September 77 98 3 0 5 183

(19)

10. Oktober 72 77 1 0 14 164

11. November 85 92 0 0 4 181

12. Desember 83 107 6 1 7 204

TOTAL 804 1165 20 3 40 1942

Program Saraswati yang dijalankan oleh UPTPK Kabupaten Sragen tersebut, tidak lepas dari money follows function. Dalam kerangka sistem Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang dalam hal ini kinerja menjadi tolok ukur efektifitas pengalokasian anggaran, penerapan prinsip tersebut terasa menjadi sangat penting. Oleh karena itu, UPTPK Kabupaten Sragen bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sragen dan Rumah Sakit Umum Daerah. Kerja sama ini bertujuan agar tidak terjadi overlapping tugas dan fungsi, serta kegiatan yang dilakukan, sehingga akan mengefisiensikan pengalokasian anggaran. Hal tersebut karena efisiensi pengalokasian anggaran akan memberi kesempatan pada pemerintah dalam mengalokasikan dana bagi kegiatan-kegiatan lain yang strategis. Untuk memungkinkan pencapaian output dan outcomes secara optimal, maka dalam melakukan pengajuan kartu Saraswati bagi warga Kabupaten Sragen mengacu pada Standard Operating Procedur (SOP) Pengajuan kartu Saraswati, yang tertuang dalam Surat Keputusan Bupati Sragen Nomor: 065/08/897/2012 tanggal 16 Mei 2012 Tentang Standar Pelayanan Pada Unit Pelayanan Terpadu Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Sragen. Standard Operating Procedur(SOP) adalah pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat penilaian kinerja instasi pemerintah berdasarkan indikator indikator teknis, administrasif dan prosedural sesuai dengan tata kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada unit kerja yang bersangkutan. Tujuan SOP adalah menciptakan komitmen mengenai apa yang dikerjakan oleh satuan unit kerja instansi pemerintahan untuk mewujudkan good governance.

Selanjutnya, untuk pegawai yang mengurus program Saraswati itu sendiri merupakan pegawai yang dahulunya dari Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sragen dan Rumah Sakit Umum Daerah, sehingga mendorong pencapaian kinerja dari program Saraswati di UPTPK Kabupaten Sragen.

(20)

B. Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen Untuk Memberikan Jaminan Kesehatan Bagi Warga Miskin yang Sesuai dengan Kebijakan

Desentralisasi Fiskal

Program Saraswati yang dijalankan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen saat ini yang merupakan program pengentasan kemiskinan adalah Saraswati Melati dan Saraswati Menur. Untuk program Saraswati Kenanga sendiri sebenarnya merupakan masyarakat Sragen yang mampu, mengajukan permohonan untuk mendapatkan kartu Saraswati Kenanga. Program Saraswati Melati dan Sraswati Menur tersebut juga terdapat perbedaan yang melatarbelakanginya. Latar belakang dari kartu Saraswati Melati dan Menur adalah data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada Pendataan Program Perlindungan Sosial tahun 2011 sebanyak 115.566 Kepala Keluarga (KK) atau 349.037 jiwa yang dinyatakan miskin. Namun terdapat perbedaan dengan data Tim Nasional Percepatan Penaggulangan Kemiskinan (TNP2K) yang menyatakan bahwa 87.763 KK atau 308.783 jiwa dinyatakan miskin. Data tersebut sangat berbeda dengan yang mendapatkan kartu Jamkesmas, yang masuk dalam daftar penerima kartu Jamkesmas 2013, sebanyak 307.864 jiwa, namun kartu yang ada hanya 302.464. Oleh karena itu, sebelum kartu Jamkesmas tersebut keluar, maka Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen menetapkan 308.783 jiwa masuk ke dalam Saraswati Melati. Selanjutnya, dari data BPS yang tidak masuk dalam data TNP2K masuk dalam Saraswati Menur. Sehingga, masyarakat miskin Kabupaten Sragen, yang pada akhirnya tidak mendapatkan kartu Jamkesmas, masih dapat menggunakan kartu Saraswati Melati. Untuk pemegang kartu Saraswati Menur lainnya, ditetapkan berdasarkan hasil survei dari tim UPTPK Kabupaten Sragen.

Namun, program yang telah dibuat oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen ini, tentunya harus mengalami perubahan dengan hadirnya Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan yang mulai beroperasi pada 1 Januari 2014. Berdasarkan Pasal 14 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, dijelaskan bahwa setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, wajib menjadi peserta program jaminan sosial. Setiap peserta BPJS akan ditarik

(21)

iuran sebesar kemampuan dan kebutuhannya, yang sudah diterapkan untuk mendapatkan fasilitas kelas I dikenai iuran Rp 59.500,00 per orang per bulan, fasilitas kelas II dikenai iuran Rp 42.500,00 per orang per bulan, fasilitas kesehatan III dikenai iuran Rp 25.500,00 per bulan. Sedangkan untuk Pegawai Negeri Sipil (PNS)/Tentara Nasional Indonesia (TNI) sebesar lima persen dari gaji per keluarga per bulan. Selanjutnya untuk Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan yang selanjutnya disebut PBI Jaminan Kesehatan yang terdiri atas fakir miskin dan orang tidak mampu maka pemerintah akan membayar dan menyetor iurannya.

Dengan hadirnya BPJS, Unit Pelayanan Terpadu Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Sragen mengambil langkah untuk mengarahkan warga Kabupaten Sragen sebagai pemegang kartu Saraswati untuk segera beralih ke BPJS. Untuk pemegang kartu Saraswati Melati dan sebagian Saraswati Menur yang masuk dalam data terpadu hasil Pendataan Program Perlindungan Sosial tahun 2011, maka akan masuk sebagai Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan. Hal tersebut sesuai dengan Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 146/HUK/2013 Tentang Penetapan Kriteria dan Pendataan Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu pada diktum ketiga. Selanjutnya, untuk pemegang kartu Saraswati Menur keluarga dan Saraswati Kenanga diarahkan untuk membayar iuran sesuai dengan kemampuan dalam membayar fasilitas kesehatan.

Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen tersebut, tentunya harus diimbangi dengan kriteria Rumah Tangga Miskin (RTM) yang mendapatkan Saraswati Menur hasil survei, karena hal tersebut berhubungan dengan anggaran. Anggaran adalah suatu daftar atau pernyataan yang terperinci tentang penerimaan dan pengeluaran yang diharapkan dalam jangka waktu tertentu (satu tahun). Menurut Jones dan Pendlebury menjelaskan bahwa anggaran adalah alokasi sumber-sumber daya yang dibuat secara terencana mengenai aktivitas yang akan dilakukan pada masa yang akan datang, yang didasarkan pada sejumlah tujuan tertentu dengan mengaitkan antara penerimaan-penerimaan yang diperkirakan dengan pengeluaran-pengeluaran yang direncanakan, serta membentuk atau

(22)

menetapkan suatu dasar untuk mengukur atau mengontrol pengeluaran dan pendapatan (Mat Syuroh, 2009: 100). Untuk saat ini, UPTPK Kabupaten Sragen dalam melakukan survei lapangan berbasis ketentuan yang ditentukan oleh BPS, yang kemudian dibuat suatu lembar survei sebagai berikut:

(23)

Langkah yang dilakukan Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen dalam membayarkan iuran BPJS bagi pemegang kartu Saraswati Menur tersebut bertujuan agar masyarakat Kabupaten Sragen yang miskin masih dapat menikmati jaminan kesehatan. Hal tersebut karena keinginan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya keuangan daerah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat. Semangat desentralisasi, demokratisasi, transparansi, dan akuntabilitas harus menjadi acuan dalam proses penyelenggaraan pemerintahan pada umumnya dan proses pengelolaan keuangan pemerintah daerah pada khususnya (Adrian Sutedi, 2009: 74).

Namun, disisi lain Pasal 60 ayat (2) huruf a Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial menjelaskan bahwa Sejak beroperasinya BPJS Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Kementerian Kesehatan tidak lagi menyelenggarakan program jaminan kesehatan masyarakat. Mencermati Undang-Undang tersebut, Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen selama ini masih memberikan jaminan kesehatan terhadap warga miskin di Kabupaten Sragen karena belum ada Undang-Undang dan peraturan pelaksana yang secara tegas dan jelas mengatur untuk membubarkan Jamkesda, yang di Kabupaten Sragen kemudian disebut program Saraswati. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah secara tegas menjelaskan bahwa dalam menyelenggarakan otonomi, daerah mempunyai kewajiban untuk mengembangkan sistem jaminan sosial. Hal tersebut diperkuat dengan peraturan pelaksananya, yaitu Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menyebutkan bahwa pemerintah daerah kabupaten/kota mengatur dan mengurus urusan pemerintahan yang wajib, salah satunya bidang kesehatan. Oleh karena itu, Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen masih menjalankan program Saraswati tersebut, hingga pemerintah dapat memberikan jaminan kesehatan.

Jumlah peserta BPJS sangat berpengaruh bagi kelancaran berjalannya BPJS tersebut. Ketika BPJS Kesehatan berjalan, peserta Jamkesmas yang selama

(24)

ini ditanggung pemerintah akan dialihkan ke BPJS Kesehatan melalui peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan. Seperti yang dijelaskan pada pada Pasal 6 Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Jaminan Kesehatan bahwa kepesertaan jaminan kesehatan bersifat wajib dan dilakukan secara bertahap sehingga mencakup seluruh penduduk. Pentahapan tersebut dilakukan sebagai berikut:

a. Tahap pertama mulai tanggal 1 Januari 2014, paling sedikit meliputi : 1. PBI Jaminan Kesehatan;

2. Anggota TNI/Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Kementerian Pertahanan dan anggota keluarganya;

3. Anggota Polri/Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Polri dan anggota keluarganya;

4. Peserta asuransi kesehatan Perusahaan Persero (Persero) Asuransi Kesehatan Indonesia (ASKES) dan anggota keluarganya; dan

5. Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Perusahaan Persero (Persero) Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) dan anggota keluarganya; b. Tahap kedua meliputi seluruh penduduk yang belum masuk sebagai peserta

BPJS Kesehatan paling lambat pada tanggal 1 Januari 2019.

Menurut Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Kesejahteraan Rakyat, Agung Laksono, penyelenggaraan BPJS Kesehatan ditargetkan tahun 2019 mencapai Universal Health Coverage (UHC). Untuk itu perluasan kepesertaan harus ditingkatkan. Salah satunya dilakukan dengan mengintegrasikan program Jamkesda yang dikelola oleh pemerintah daerah ke BPJS Kesehatan (http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt52b02f 49caf5d/pengalihanjamkesda-ke-bpjs-kesehatan-harus-cermat diakses 11 Maret 2014 pukul 22.02). Peran pemerintah daerah disini sangatlah penting, yaitu untuk mengidentifikasi mana warga yang telah atau belum tercakup dalam Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan. Menteri Sosial sendiri juga telah memberikan Surat Edaran Nomor 2 Tahun 2013 Tentang Pelaksanaan Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan tahun 2014 yang menginstruksikan kepada Dinas/Instansi Sosial Kabupaten/Kota perlu melakukan verifikasi dan validasi ketepatan sasaran

(25)

Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan sesuai dengan Keputusan Menteri Sosial Nomor 146/HUK/2013 Tentang Penetapan Kriteria Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu dengan mengoptimalkan APBD.

Unit Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Sragen harus melakukan verifikasi dan validasi mengenai masyarakat Kabupaten Sragen yang masuk dalam Pelaksanaan Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan. Hal tersebut perlu dilakukan karena belajar dari pengalaman penerima kartu Jamkesmas 2013, yang seharusnya yang menerima kartu Jamkesmas tersebut dari data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Pendataan Program Perlindungan Sosial tahun 2011, namun kenyataannya belum seluruhnya dapat menerima kartu Jamkesmas. Selain itu, menurut Pasal 11 Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2012 Tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan perubahan data Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan dilakukan dengan penghapusan data fakir miskin dan orang tidak mampu yang tercantum sebagai PBI Jaminan Kesehatan karena tidak lagi memenuhi kriteria dan penambahan data fakir miskin dan orang yang tidak mampu untuk dicantumkan sebagai PBI Jaminan Kesehatan karena memenuhi kriteria fakir miskin dan orang tidak mampu. Verifikasi dan validasi terhadap perubahan data PBI Jaminan Kesehatan dilakukan setiap 6 (enam) bulan dalam tahun anggaran, yang kemudian ditetapkan oleh menteri setelah berkoordinasi dengan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan dan menteri dan/atau pimpinan lembaga terkait. Berdasarkan Undang-Undang tersebut maka Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen secara bertahap mengintegrasi data warga miskin di Kabupaten Sragen yang masih menerima Jamkesda untuk selanjutnya masuk dalam PBI Jaminan Kesehatan.

Dalam melakukan verifikasi data, peran masyarakat disini juga perlu dilakukan, yaitu masyarakat yang memberikan data yang benar dan akurat tentang PBI Jaminan Kesehatan, baik diminta maupun tidak diminta. Dalam masyarakat yang demokratis, setiap warga negara berhak untuk memantau para pejabatnya dan mendorong partisipasi populer dalam pemerintahan, memajukan tujuan untuk pemerintahan yang transparan, efektif, efisien dan bertanggungjawab (Kristian

(26)

dkk, 2012: 12). Berkenaan dengan hal tersebut untuk menciptakan keadilan dalam memperoleh jaminan kesehatan bagi masyarakat miskin, Al-Khouri (2003) sebagaimana dikutip oleh Khalil Mahmoud Al-Refaee menyatakan bahwa,

Transparency and disclosure are important pillars in corporate governance to ensure justice and integrity, and confidence in

provide the delivery of accurate, complete and clear information to all

Transparansi dan keterbukaan merupakan pilar penting dalam tata kelola pemerintahan untuk memastikan keadilan dan integritas, dan kepercayaan dalam prosedur manajemen, membuat keputusan yang rasional. Pilar ini memberikan penyampaian informasi yang akurat, lengkap dan jelas kepada seluruh pemangku kepentingan dalam kegiatan perusahaan (Al-Khouri dalam Khalil Mahmoud Al-Refaee., dkk, 2012: 354).

Prinsip transparansi, kehati-hatian, dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional harus ditetapkan seksama terutama untuk iuran peserta PBI dari alokasi tahun 2014. Pemanfaatannya harus dimonitoring dan dievaluasi secara terpisah untuk dipertanggungjawabkan sebagai pertimbangan dalam menetapkan nilai iuran peserta PBI periode berikutnya. Sesuai dengan tuntutan reformasi pemerintah daerah harus menyelenggarakan

good governance. Governance adalah tata cara kekuasaan diterapkan terutama dalam sistem politik dan pengelolaan sumberdaya perekonomian negara untuk pembangunan. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mendefinisikan good governance sebagai penyelenggaraan pemerintah yang menggunakan kekuasaan dalam situasi yang ada dengan cara optimal untuk mencapai sasaran yang penting bagi pembangunan sekaligus menghormati (inti) nilai-nilai tertentu. Jadi, good governance adalah penyelenggaraan tata pemerintahan yang berkualitas yang bermuara pada kepuasaan rakyat (yang wajib dilayani dan dilindungi) melalui pelibatan seluruh stakeholder atas prinsip-prinsip keadilan, keterbukaan, kesejahteraan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas (Hanif Nurcholis, 2007: 269-270).

Pada dasarnya Peraturan Bupati Sragen Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Program Saraswati ini, tidak bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 24

(27)

Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial telah dijelaskan bahwa setiap orang termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, wajib menjadi peserta program jaminan sosial. Oleh karena itu, agar warga miskin yang ada di Kabupaten Sragen dapat menjadi peserta program jaminan sosial maka Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen membayarkan iuran pada fasilitas kesehatan dan secara bertahap melakukan integrasi data agar warga miskin di Kabupaten Sragen dapat masuk dalam Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan. Selain itu, Pasal 60 ayat (2) huruf a Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial tidak secara tegas mengatur larangan untuk menyelenggarakan Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda). Selanjutnya, telah ditegaskan dalam Pasal 6 Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Jaminan Kesehatan bahwa kepesertaan jaminan kesehatan bersifat wajib dan dilakukan secara bertahap, tahap kedua meliputi seluruh penduduk yang belum masuk sebagai peserta BPJS paling lambat pada tanggal 1 Januari 2019 dan telah dijelaskan oleh Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Kesejahteraan Rakyat, Agung Laksono, untuk mencapai Universal Health Coverage (UHC) pada tahun 2019 maka perluasan kepesertaan BPJS harus ditingkatkan. Salah satunya dilakukan dengan mengintegrasikan program Jamkesda yang dikelola oleh pemerintah daerah ke BPJS Kesehatan.

Untuk anggaran program Saraswati sendiri berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, yang mana sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan kemampuan pendapatan daerah. Dalam menyusun APBD, penganggaran pengeluaran untuk belanja daerah dialokasikan secara adil dan merata agar relatif dapat dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat tanpa diskriminasi, khususnya dalam pemberian pelayanan umum. Belanja daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan

(28)

pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten/kota yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan, dan urusan yang penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah dan pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan. Salah satu yang menjadi urusan wajib tersebut yaitu kesehatan. Berdasarkan uraian tersebut maka Peraturan Bupati Sragen Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Program Saraswati tidak bertentangan dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

Gambar

Gambar 2. Gedung Unit Pelayanan Terpadu Penanggulangan Kemiskinan  Kabupaten Sragen UPTPK Kabupaten Sragen
Gambar 3. Pelayanan yang Ada di Unit Pelayanan Terpadu Penanggulangan  Kemiskinan (UPTPK) Kabupaten Sragen
Gambar 4. Kartu Saraswati Melati
Gambar 5. Kartu Saraswati Menur
+7

Referensi

Dokumen terkait

kemudian truk tersebut menjadi jaminan kredit C. Bank Shinhan melakukan penilaian terhadap permohonan kredit S.

di bidang kesehatan, pendidikan, dan sosial ekonomi. Tujuan akhir pelayanan kemiskinan yang ada di UPTPK adalah untuk. meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin di Kabupaten

Peserta Jaminan Kesehatan Daerah adalah masyarakat miskin dan tidak mampu yang telah menjadi peserta Jamkesda Kabupaten/Kota yang belum ditanggung pembiayaan pelayanan

Sedangkan pada jaminan perorangan atau borgtocht debitur memberikan jaminan berupa pernyataan oleh seorang pihak ketiga (penjamin atau guarantor) yang tidak

Daerah yaitu 51% harus dimiliki satu Daerah atau dalam hal pemegang saham perusahaan perseroan Daerah terdiri atas beberapa Daerah dan bukan Daerah, salah satu Daerah

Prinsip kepesertaan wajib dalam ketentuan ini adalah prinsip yang mengharuskan seluruh warga masyarakat Daerah Provinsi Jawa Timur menjadi peserta program jaminan sosial

dan tokoh masyarakat Simon Tangunubun, untuk mendengar pendapat dan sekaligus penyelesaian masalah sengketa.10 Langkah yang diambil oleh pihak pemerintah daerah ini pun mengalami jalan

Dalam rangka menjamin bahwa tujuan kesejahteraan masyarakat tercapai maka mutlak diberikan pengawasan terhadap pemerintah daerah dalam upayanya memajukan kesejahteraan itu, pengawasan