• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kedudukan Hukum Personal Guarantee Terhadap Perusahaan yang Dimohonkan Pailit

Pada umumnya pemberian jaminan sangat dibutuhkan dalam setiap kredit yang dilakukan oleh pihak debitur untuk menjamin agar terpenuhinya kewajiban debitur terhadap kreditur, karena kreditur percaya bahwa debitur akan memenuhi kewajibannya dan tanpa adanya kepercayaan dari kreditur, maka kreditur tidak akan memberikan kredit atau pinjaman kepada debitur.

Pemberian jaminan yang diberikan oleh debitur menunjukan bahwa debitur benar-benar beritikad baik atas kewajibannya terhadap kreditur. Sesuai dengan hal tersebut maka harta kekayaan debitur menjadi jaminan kewajiban yang timbul atas perikatan debitur. Harta kekayaan debitur baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang telah ada maupun yang akan ada di kemudian hari menjadi jaminan utangnya sebagaimana telah diatur dalam Pasal 1131 KUHPerdata mengenai jaminan secara umum.

Dalam perlindungan yang bersifat umum, maka secara otomatis para pihak berkewajiban untuk menjamin prestasi yang diperjanjikan, hal ini berlaku tanpa memerlukan suatu perjanjian khusus. Dengan demikian jika debitur tidak memenuhi kewajibannya, maka setiap krediturnya diberikan hak yang sama untuk mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan harta kekayaan debitur menurut perimbangan dari banyaknya piutang masing-masing (Ferry Sabela, 2008: 39).

Jaminan secara umum seringkali masih dirasa kurang aman oleh kreditur sebagai jaminan yang diberikan oleh debitur dalam menjaminkan utangnya.

Untuk mendapat pembayaran yang dirasa aman, maka seorang kreditur dapat memintakan debitur untuk mengadakan perjanjian tambahan berupa jaminan khusus. Jaminan khusus diadakan dengan tujuan agar kreditur berhak mengambil sebagian atau seluruh hasil dari penjualan atas barang-barang milik commit to user

(2)

debitur yang ditunjuk sebagai pelunasan utang apabila debitur cidera janji atau wanprestasi. Jaminan secara khusus terbagi atas jaminan kebendaan dan jaminan perorangan (borgtocht).

Pada jaminan kebendaan, ketika debitur berhutang maka debiur memberikan jaminan berupa benda kepada kreditur, sebagai jaminan atas utangnya. Apabila debitur tidak membayar utangnya pada saat jatuh tempo maka pihak kreditur dapat menuntut ekseskusi atas benda yang telah dijaminkan oleh debitur tersebut untuk melunasi utangnya. Sedangkan pada jaminan perorangan atau borgtocht debitur memberikan jaminan berupa pernyataan oleh seorang pihak ketiga (penjamin atau guarantor) yang tidak mempunyai kepentingan apa-apa baik terhadap debitur maupun kreditur, bahwa debitur dipercaya akan melaksanakan kewajiban yang diperjanjikannya, dengan syarat apabila debitur tidak melaksanakan kewajibannya maka pihak ketiga tersebut bersedia untuk melaksanakan kewajiban debitur.

Jaminan perorangan diberikan untuk memberikan rasa aman kepada kreditur. Adanya jaminan perorangan, maka kreditur dapat menagih piutangnya tidak hanya pada debitur tetapi pada pihak ketiga yang menjaminnya. Dengan adanya perjanjian utang piutang yang dijaminkan dengan jaminan perorangan, dimana hanya berupa kesanggupan saja dari pihak ketiga untuk menanggung utang debitur, sedang dalam perjanjian jaminan perorangan itu tidak ada benda tertentu milik penanggung yang diikat, maka apabila debitur wanprestasi atau ingkar janji maka akan berlaku ketentuan jaminan secara umum yang diatur dalam Pasal 1131 dan Pasal 1132 KUHPerdata.

Jaminan perorangan terbagi atas personal guarantee dan corporate guarantee. Dalam kepailiatan yang dimaksud dengan personal guarantee (penjamin) yaitu merupakan suatu jaminan yang diberikan oleh seseorang secara pribadi (bukan badan hukum) untuk menjamin utang orang atau badan hukum lain kepada seseorang atau beberapa kreditur (Lucky Pangastuti, 2015:

147).

commit to user

(3)

Dalam perjanjian kredit yang diadakan oleh debitur dan kreditur, sebuah perusahaan atau badan hukum yang melakukan kredit dapat memberikan suatu jaminan perorangan berupa personal guarantee kepada kreditur sebagai jaminan dalam pelunasan utangnya. Jaminan ini diberikan karena seorang debitur tidak selalu dalam keadaan mampu (solven) untuk membayar utangnya. Selain itu, pemberian jaminan ini juga digunakan untuk memeberi rasa aman terhadap kreditur dalam memberikan kredit kepada debitur.

Dalam jaminan perorangan, personal guarantee bertindak sebagai penanggung atau penjamin dalam pelunasan utang debitur. Dalam Bab XVII Pasal 1820 KUHPerdata, istilah personal guarantee disebut dengan penanggungan. Pasal 1820 KUHPerdata mengatur ketentuan mengenai penanggungan, dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan penanggungan adalah suatu persetujuan dimana pihak ketiga demi kepentingan debitur mengikatkan dirinya untuk memenuhi perikatan debitur apabila debitur tidak memenuhi perikatannya terhadap kreditur.

Lahirnya suatu penanggungan dapat dikatakan telah dilakukannya suatu penanggungan baik perorangan maupun badan usaha dengan pihak kreditur.

Lahirnya penanggungan ini harus diikuti dengan perjanjian pokok terlebih dahulu, baik itu perjanjian kredit bank maupun perjanjian lainnya. Ketentuan ini dinyatakan dalam Pasal 1821 KUHPerdata yang berbunyi “Tiada penanggungan jika tidak ada suatu perikatan pokok yang sah”.

Perjanjian penanggungan ini tidak harus dibuat pada saat yang sama dengan perjanjian pokok untuk diberikan penanggungan. Dan tidak tertutup kemungkinan bahwa penanggungan baru diberikan lama sesudah perjanjian pokok ada. Bisa saja merupakan perjanjian yang ditambahkan kemudian.

Dengan begitu perjanjian pokoknya lahir, maka perjanjian jaminan ini secara langsung berlaku (J.Satrio, 2001: 85).

Dalam perjanjian perorangan, perjanjian yang dilakukan adalah perjanjian antara kreditur dengan penanggung/penjamin perorangan. Secara umum perjanjian jaminan perorangan ini dapat timbul dan dapat dikelompokan menjadi 2, yaitu: (Satrio, 2001: 37): commit to user

(4)

1. Penjaminan yang lahir secara sukarela 2. Penjaminan Wajib

a. Penjaminan yang lahir dari undang-undang b. Penjaminan yang lahir dari perjanjian

c. Penjaminan yang lahir karena adanya penetapan hakim

Pada intinya perjanjian penanggungan timbul karena adanya seorang pihak ketiga yang bersedia mengikatkan diri, untuk kepentingan debitur agar memenuhi perikatan dari debitur terhadap kreditur. Pada jaminan perorangan tidak ada benda tertentu yang diikatkan dalam jaminan. Jaminan perorangan hanya memberikan kreditur hak umum untuk menagih kepada pihak ketiga yang telah mengikatkan diri sebagai penanggung dalam hal debitur tidak mampu lagi untuk membayar atau cidera janji (wanprestasi).

Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 1820 KUHPerdata, maka terdapat perjanjian penanggungan dimana personal guarantee sebagai jaminan yang diberikan oleh debitur setuju untuk mengikatkan dirinya demi kepentingan debitur terhadap kreditur dalam hal memenuhi kewajiban debitur. Penanggung dalam hal ini disebut juga sebagai personal guarantee berkewajiban untuk memenuhi kewajiban debitur hanya apabila debitur cidera janji atau wanprestasi.

Wanprestasi adalah suatu keadaan dimana tidak terlaksana atau terpenuhinya perikatan antara debitur dengan kreditur dalam suatu perjanjian karena kesalahan debitur, baik karena kesengajaan atau kelalaian. Sedangkan kreditur telah memberikan teguran kepada debitur untuk memenuhi perikatannya. Mengenai wanprestasi telah diatur dalam Pasal 1238 KUHPerdata.

Tanggung jawab personal guarantee sebagai penanggung timbul apabila debitur tidak lagi dapat memenuhi perikatannya sebagaimana mestinya.

Berdasarkan ketentuan pada Pasal 1820 KUHPerdata, seorang personal guarantee yang mengikatkan dirinya dalam memenuhi kewajiban debitur terhadap utang-utangnya yang diperoleh dari kreditur, bertanggung jawab apabila debitur cidera janji atau wanprestasi terhadap utangnya, namun commit to user

(5)

tanggung jawab tersebut tidak bersifat mutlak, karena pada prinsipnya personal guarantee tidak memiliki kewajiban utang, kecuali jika debitur cidera janji atau wanprestasi dalam melunasi utangnya.

Dalam hal pemenuhan kewajiban debitur oleh personal guarantee, berdasarkan ketentuan dalam Pasal 1831 KUHPerdata yang menyatakan bahwa “penanggung tidak wajib membayar kepada kreditur kecuali debitur lalai membayar utangnya, dalam hal itu pun barang kepunyaan debitur harus disita dan dijual terlebih dahulu untuk melunasi utangnya”, maka dapat disimpulkan bahwa seorang personal guarantee tidak berkewajiban untuk melunasi utang-utang debitur tanpa harta benda milik debitur disita dan dijual terlebih dahulu. Apabila hasil penjualan harta benda milik debitur tidak cukup untuk melunasi utang-utangnya maka kreditur baru dapat menagih kepada personal guarantee untuk melunasi utang-utang milik debitur.

Terhadap debitur yang tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada kreditur, maka salah satu sarana hukum yang dapat ditempuh atas penyelesaian utang piutangnya adalah peraturan kepailitan. Setiap kreditur yang tidak terpenuhi piutangnya oleh debitur dapat mengajukan permohonan pernyataan pailit kepada pengadilan dengan terpenuhinya syarat-syarat yang telah diatur dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.

Seorang debitur baru dapat dinyatakan pailit atau dalam keadaan pailit apabila telah dinyatakan oleh hakim atau pengadilan dengan suatu keputusan hakim. Kewenangan pengadilan untuk menjatuhkan putusan kepailitan itu telah ditentukan secara tegas di dalam Undang-Undang Kepailitan (Rudy Mamangkey, 2015: 122).

Pada jaminan perorangan, jika terjadi kepailitan pada debitur, maka kreditur mempunyai hak menuntut pemenuhan piutangnya selain kepada debitur yang utama juga kepada penanggung atau dapat menuntut pemenuhan kepada debitur lainnya. Jaminan perorangan demikian dapat terjadi jika kreditur mempunyai seorang penjamin atau jika ada pihak ketiga yang mengikatkan diri secara tanggung menanggung dalam debitur. Hal ini terjadi commit to user

(6)

jika ada perjanjian penanggungan (borgtocht) atau perjanjian tanggung menanggung secara pasif. Kecuali karena adanya perjanjian yang sengaja diadakan, pihak ketiga juga dapat mengikatkan diri secara perorangan pada kreditur untuk pemenuhan perutangan berdasarkan perundang-undangan (Lucky Pangastuti, 2015: 148).

Ketentuan pada Pasal 1831 KUHPerdata menyatakan bahwa personal guarantee memiliki tanggung jawab terhadap perkara kepailitan debitur.

Sesuai dengan pasal tersebut, personal gurantee diwajibkan untuk memenuhi kewajiban debitur hanya apabila debitur telah dinyatakan pailit dan dalam hal ini harta benda milik debitur utama harus disita dan dijual terlebih dahulu untuk melunasi utang-utangnya terhadap kreditur.

Personal guarantee tidak diwajibkan untuk memenuhi kewajiban debitur utama kecuali debitur cidera janji atau wanprestasi. Sebelum personal guarantee memenuhi kewajiban debitur terhadap kreditur, maka sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 1831 KUHPerdata, harta benda debitur menjadi jaminan perikatannya, sehingga harta benda debitur harus lebih dahulu disita dan dijual untuk melunasi semua utangnya. Hal ini tidak dapat dilakukan menurut Pasal 1832 KUHPerdata apabila:

1. Ia telah melepaskan hak istimewanya untuk menuntut supaya benda-benda debitur utama disita dan dijual;

2. Ia telah mengikatkan dirinya bersama-sama dengan debitur utama secara tanggung-menanggung, yang terhadapnya akan berlaku ketentuan mengenai perikatan tanggung-menanggung;

3. Debitur mengajukan tangkisan yang hanya mengenai dirinya sendiri secara pribadi yang tertuang dalam Pasal 1849 dan 1850 KUHPerdata;

4. Debitur berada dalam keadaan pailit; dan

5. Dalam hal penanggungan yang diperintahkan oleh hakim.

Merujuk pada angka 2 Pasal 1832 KUHPerdata, penanggung atau personal guarantee dapat memiliki konsekuensi hukum yang lebih jauh apabila tidak melaksanakan kewajibannya sebagai pihak ketiga yang telah mengikatkan dirinya secara tanggung-menanggung untuk melunasi utang dari commit to user

(7)

debitur. Konsekuensi hukum tersebut adalah bahwa personal guarantee dapat dimohonkan pailit oleh kreditur. Namun, apabila melihat pada ketentuan dalam Pasal 141, Pasal 164, dan Pasal 165 Undang-Undang Kepailitan yang mengatur tentang penjaminan, tidak ditulis bahwa penanggung dapat dinyatakan pailit berdasarkan Undang-Undang Kepailitan.

Sesuai dengan ketentuan pada angka 2 Pasal 1832 KUHPerdata tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kedudukan personal guarantee sama dengan debitur. Dalam hal ini personal guarantee dapat disebut juga sebagai seorang debitur, oleh karena itu, personal guarantee berkewajiban untuk melunasi utang debitur terhadap kreditur, apabila debitur tidak mampu membayar utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih atau telah dimohonkan pailit oleh dua atau lebih kreditur.

Pengaturan mengenai penjaminan diatur dalam Pasal 1820 sampai dengan Pasal 1850 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Berdasarkan ketentuan dalam pasal-pasal tersebut tersebut dapat disimpulkan bahwa seorang penjamin disebut juga sebagai seorang debitur. Penjamin disebut juga sebagai seorang debitur berkewajiban melunasi utang debitur utama terhadap kreditur atau para krediturnya apabila tidak membayar utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih. Oleh karena penjamin adalah debitur, maka penjamin dapat dinyatakan pailit berdasarkan Undang-Undang Kepailitan (Sutan Remy Sjahdeini, 2010: 97-98).

Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Kepailitan menyebutkan bahwa syarat untuk dapat dimohonkan pailit yaitu debitur yang mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak membayar lunas utangnya yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih. Dalam hal ini, yang perlu untuk dicermati adalah apakah personal guarantee tersebut adalah seorang debitur, sehingga apabila personal guarantee tersebut tidak mampu memenuhi kewajian debitur utama maka dapat dimohonkan pailit kepadanya.

Dalam memailitkan personal guarantee, maka penting untuk menentukan bahwa personal guarantee disebut juga sebagai seorang debitur, dikarenakan yang dapat dimohonkan pailit hanyalah seorang debitur. Oleh karena itu, syarat commit to user

(8)

utama apabila ingin memailitkan personal guarantee yaitu pemohon harus dapat membuktikan bahwa personal guarantee tersebut telah beralih menjadi debitur, karena hanya debitur yang dapat dimohonkan pailit. Dan debitur tersebut harus memiliki dua atau lebih kreditur serta tidak membayar satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih. Setelah terbukti maka baru dapat dimohonkan pailit.

Selanjutnya dalam hal pemenuhan kewajiban debitur yang dimohonkan pailit, apabila debitur tersebut telah dinyatakan pailit oleh Hakim Pengadilan Niaga, maka apabila personal guarantee juga tidak mampu untuk membayar atau kemudian cidera janji (wanprestasi) atas utang yang dimiliki debitur utama, maka personal guarantee tersebut dapat dimohonkan pailit apabila dalam hal ini syarat yang termuat dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang telah terpenuhi.

Untuk personal guarantee yang tidak melepaskan hak-hak istimewanya, maka kreditur harus menggugat debitur terlebih dahulu dengan menyita dan melelang harta benda debitur, apabila hasilnya tidak cukup untuk melunasi seluruh utangnya atau dalam hal ini telah terbukti bahwa debitur tidak mempunyai harta apapun lagi atau debitur telah dinyatakan pailit oleh kreditur, maka kreditur baru dapat menagih utang debitur kepada personal guarantee. Apabila personal guarantee setelah ditagih tidak mau membayar maka dapat diajukan permohonan kepailitan, untuk kreditur pemohon harus dapat membuktikan bahwa (Lucky Pangastuti, 2015: 151):

1. Kreditur pemohon telah menagih/menggugat debitur utama terlebih dahulu tetapi ternyata:

a. Debitur utama tidak mempunyai harta sama sekali;

b. Harta debitur utama tidak cukup untuk melunasi utangnya; dan c. Debitur utama dalam keadaan pailit.

2. Guarantor sebagai debitur mempunyai lebih dari satu kreditur.

3. Bahwa salah satu utang tersebut telah jatuh tempo.

commit to user

(9)

Untuk personal guarantee yang telah melepaskan hak-hak istimewanya, terutama telah mengikatkan dirinya secara tanggung-menanggung dengan debitur, maka terhadap utang debitur, kreditur dapat langsung mengajukan permohonan kepailitan terhadap personal guarantee dengan mengajukan bukti (Lucky Pangastuti, 2015: 151):

1. Surat perjanjian kredit;

2. Surat perjanjian penanggungan guarantor telah melepaskan hak-hak istimewanya dan menyatakan bertanggung jawab renteng dengan debitur utama;

3. Guarantor termohon pailit mempunyai utang pada kreditur lain; dan 4. Salah satu utang tersebut telah jatuh waktu dan dapat ditagih tetapi

guarantor sebagai pihak yang bertanggung jawab renteng dengan debitur utama terhadap utang tersebut, tetap tidak dibayar.

B. Kedudukan Hukum Personal Guarantee Apabila Telah Memenuhi Kewajibannya Terhadap Perusahaan yang Dimohonkan Pailit

Ketentuan dalam Pasal 1820 KUHPerdata menyatakan bahwa penanggungan adalah suatu perjanjian dimana seorang pihak ketiga guna kepentingan debitur terhadap kreditur mengikatkan dirinya untuk memenuhi perikatan debitur manakala debitur tidak mampu memenuhi perikatannya karena cidera janji atau wanprestasi.

Perjanjian penanggungan antara kreditur dengan penanggung, melahirkan akibat-akibat hukum yang berupa hak-hak dan kewajiban-kewajiban tertentu yang harus diperhatikan baik oleh penanggung maupun oleh kreditur (Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, 1980: 91).

Perjanjian penanggungan tidak hanya membebankan kewajiban-kewajiban bagi penanggung atau personal guarantee untuk memenuhi kewajiban debitur atas piutang terhadap kreditur, namun dalam hubungan hukum tersebut juga menimbulkan hak-hak bagi penanggung atau personal guarantee. Hak-hak tersebut diberikan oleh undang-undang dengan tujuan memberikan perlindungan bagi penanggung atau personal guarantee commit to user

(10)

terhadap tindakan kreditur yang dapat memberatkan penanggung atau personal guarantee.

Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 1831 KUHPerdata, dalam praktik perjanjian kredit, seorang penanggung baru memiliki kewajiban untuk melunasi utang debitur manakala harta benda debitur pailit telah dieksekusi terlebih dahulu oleh kreditur, namun hasilnya tidak mencukupi untuk melunasi utang-utangnya. Selain mempunyai hak istimewa untuk meminta harta benda debitur disita dan dilelang terlebih dahulu, personal guarantee juga memiliki hak untuk meminta diadakannya pemecahan piutang, apabila personal guarantee tersebut lebih dari satu orang. Hal ini dilakukakan dengan tujuan masing-masing personal guarantee hanya menanggung sebagian saja, jika tidak dilakukan maka masing-masing penanggung akan terikat secara tanggung-menanggung oleh seluruh utang itu.

Mengenai hubungan dan akibat-akibat hukum antara penanggung dengan debitur adalah apabila seorang penanggung telah membayar utang debitur yang ditanggungnya, maka penanggung mempunyai 2 (dua) macam hak terhadap debitur, yaitu (Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, 1980: 100) :

1. Penanggung mempunyai tagihan terhadap debitur yaitu sejumlah uang yang telah dibayarkannya kepada kreditur, hal ini disebut dengan hak regres. Pengaturan mengenai hak regres diatur dalam Pasal 1839 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;

2. Penanggung dengan sendirinya menggantikan demi hukum segala hak yang dimiliki oleh kreditur terhadap debitur, hal ini disebut dengan hak subrogasi. Pengaturan mengenai hak subrogasi diatur dalam Pasal 1840 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Dapat disimpulkan bahwa ada perjanjian penanggungan, jika penanggung atau personal guarantee telah membayar utang debitur yang ditanggungnya, maka personal guarantee memiliki hak untuk menuntut kembali pembayaran tersebut kepada debitur. Hak menuntut kembali tersebut diatur dalam Pasal 1839 KUHPerdata yang disebut dengan hak regres. Pasal 1839 KUHPerdata menyatakan bahwa penanggung yang telah membayar dapat menuntut apa commit to user

(11)

yang telah dibayarnya dari debitur, tanpa memperhatikan apakah penanggungan itu diadakan.

Hak regres adalah hak yang berdiri sendiri, artinya hak yang tidak diturunkan dari kreditur dan yang sudah ada otomatis dengan adanya pembayaran oleh penjamin kepada kreditur, meskipun perikatannya digantungkan kepada suatu syarat tangguh yaitu saat si penjamin melakukan pembayaran kepada kreditur (Ferry Sabela, 2008: 84).

Hak regres demikian tetap ada sekalipun tidak tercantum secara khusus dalam akta penanggungan ataupun surat-surat tanda bukti yang lain. Hak regres tersebut timbul setelah penanggung membayar utang debitur, baik pembayaran itu terjadi secara sukarela maupun atas dasar keputusan hakim yang memutuskan atau menghukum penanggung untuk membayar utang tersebut. Hak regres itu dilakukan baik mengenai utang pokok, bunga, maupun biaya-biaya yang timbul. Si penanggung juga berhak menuntut penggantian kerugian (yang berupa biaya kerugian dan bunga) jika ada alasan untuk itu (Pasal 1839 ayat 4 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata) (Yuyuk Herlina, 2015: 7-8).

Selain memiliki hak regres, personal guarantee juga memiliki hak subrogasi. Hak subrogasi yang diatur dalam Pasal 1840 KUHPerdata memiliki pengertian yaitu perpindahan hak kreditur kepada seorang pihak ketiga sebagai akibat dari pihak ketiga yang telah melunasi utang debitur kepada kreditur.

Dengan demikian, apabila personal guarantee telah membayar utang debitur kepada kreditur, maka demi hukum personal guarantee akan menggantikan kedudukan kreditur, yang mana akan memperoleh semua hak-hak kreditur yang dimilikinya.

Dalam praktik perjanjian kredit perbankan, penanggung juga memiliki 2 (dua) hak terhadap debitur, yaitu hak regres dan hak subrogasi, namun yang terpenting adalah hak subrogasi dibanding hak regres (hak menuntut kembali) karena hak subrogasi ini biasanya diikuti dengan jaminan kebendaan (hak tanggungan, fidusia, dan gadai). Dengan hak subrogasi ini, apabila debitur tidak membayar kembali kepada penjamin (kreditur baru), penjamin dapat commit to user

(12)

melakukan eksekusi atas jaminan kebendaan yang memberikan hak preferen.

Sedangkan hak regres atau hak yang aslinya, yaitu hak untuk menuntut kembali kepada debitur tidak ada jaminan kebendaan seperti hak tanggungan, fidusia, dan gadai sehingga kedudukan penanggung harus dilakukan bersama-sama dengan kreditur lain (hak konkuren) (Retno Gunarti, 2008: 73).

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara hak regres dan hak subrogasi yang dimiliki oleh personal guarantee yang telah memenuhi kewajibannya yaitu melakukan pembayaran atas utang-utang debitur kepada kreditur. Perbedaan diantara kedua hak tersebut yaitu, bahwa hak regres adalah hak asli yang tidak diturunkan oleh kreditur, sedangkan hak subrogasi adalah hak yang diturunkan oleh kreditur.

Jika diadakan perbandingan antara hak regres dan hak subrogasi, ternyata hak subrogasi lebih praktis dan lebih menguntungkan daripada hak regres. Hal ini disebabkan karena penanggung memperoleh hak-hak jaminan dari kreditur yang berpindah kepada penanggung yang melekat pada utang yang telah dibayar oleh penanggung. Jadi penanggung mempunyai hak verhaal (hak tuntutan, kemungkinan akan mendapatkan rugi) terhadap benda-benda jaminan, dimana pemenuhan piutangnya didahulukan dari kreditur-kreditur lainnya (kreditur preferen) (Retno Gunarti, 2008: 73).

Untuk kredit yang disalurkan kreditur kepada debitur dengan jaminan kebendaan, hak subrogasi akan lebih penting artinya bagi penjamin dibandingkan dengan dengan hak regres, karena hak jaminan kebendaan yang mempunyai kedudukan preferen akan berpindah juga kepada penjamin, sedangkan hak regres hanya memberikan kewenangan kepada penjamin untuk menuntut debitur dalam kedudukan sebagai kreditur konkuren (Ferry Sabela, 2008: 86).

Seorang personal guarantee berdasarkan ketentuan dalam Pasal 1842 KUHPerdata, dapat kehilangan haknya untuk menuntut kembali sejumlah uang yang telah dibayarkannya kepada debitur, apabila:

commit to user

(13)

1. Penanggung telah membayar utang debitur tanpa memeberi tahu terlebih dahulu kepada debitur, sehingga debitur membayar kembali utangnya tersebut;

2. Penanggung telah membayar dan melunasi utang debitur dengan tidak memberitahukan terlebih dahulu kepada debitur dan tanpa digugat terlebih dahulu, sedangkan debitur mempunyai alasan untuk melaksanakan pembatalan utangnya.

Personal guarantee mempunyai kewajiban untuk memberitahukan kepada debitur bahwa telah membayar utang debitur dengan cara merinci jumlah utang yang telah dibayarkan. Pemberitahuan ini bertujuan untuk menghindari kemungkinan debitur telah membayar utangnya atau debitur sedang menuntut pembatalan perjanjian utang. Apabila debitur telah membayar utangnya kepada kreditur atau debitur dalam melakukan tuntutan pembatalan perjanjian utang, sedangkan tanpa sepengetahuan debitur, personal guarantee membayar utang debitur kepada kreditur, maka akibat hukumnya adalah personal guarantee tidak dapat menuntut pembayaran kembali kepada debitur.

Pemberitahuan tersebut juga diperlukan sebagai alat bukti bahwa personal guarantee dapat menuntut kembali pada debitur agar membayar kepadanya sejumlah pembayaran yang telah dilakukan kepada kreditur, beserta bunga dan biaya-biaya lain yang telah dikeluarkan. Tuntutan pembayaran bunga perlu diperhitungkan karena seringkali terdapat bunga dalam pembayaran utang yang dilakukan oleh penanggung. Namun, terdapat pengecualian bahwa penanggung tetap dapat menuntut pembayaran kembali atas apa yang sudah dibayarkan berdasarkan pembayaran yang tidak diwajibkan. Hal ini diatur dalam Pasal 1359 KUHPerdata.

commit to user

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisa data yang diperoleh dari hasil tes siswa, dapat disimpulkan bahwa (1) Rata-rata skor hasil belajar siswa kelas IVA Sekolah Dasar Negeri 11

Seringkali, bentuk-bentuk gerakan rumit semivolunter muncul pada sisi yang sehat pada pasien dengan penyakit / lesi yang luas dalam satu hemisfer; mereka mungkin

Berdasarkan fenomena bahwa praktek akuntansi pada UMKM masih rendah, namun sebenarnya informasi akuntansi dapat menjadi dasar bagi pengambilan keputusan bisnis dalam

Dari gambar 5 dapat dijelaskan bahwa kegiatan yang dimasukkan dalam lingkup Sistem Informasi E-Office Agenda Promosi yaitu : 1 Proses input data Agenda dan Penugasan

Komputer adalah salah satu dari produk teknologi yang selalu mengalami perkembangan, salah satu dari bagian tersebut adalah teknologi informasi. Dimana teknologi

35 Tambah Ramasamy lagi, walaupun Tanah Melayu mencapai kemerdekaan, struktur sosial estet tidak mengalami sebarang perubahan malah bertambah kukuh dengan tindakan

Hal ini berkaitan erat dengan isi naskah SPT yaitu berisi tentang kisah peperangan yang berarti dalam situasi buruk agar menjadi situasi yang lebih baik (Arif, wawancara 24

Invasi adalah hal atau perbuatan memasuki wilayah negara lain dengan mengerahkan serangan bersenjata dengan tujuan untuk menyerang atau menguasai wilayah Indonesia.