• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kadar Zinc Plasma pada Penderita Kandidiasis Vulvovaginalis Rekuren di RSUP Haji Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Kadar Zinc Plasma pada Penderita Kandidiasis Vulvovaginalis Rekuren di RSUP Haji Adam Malik Medan"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KADAR ZINC PLASMA PADA PENDERITA KANDIDIASIS VULVOVAGINALIS REKUREN DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN

TESIS

DERYNE ANGGIA PARAMITA

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS KADAR ZINC PLASMA PADA PENDERITA KANDIDIASIS VULVOVAGINALIS REKUREN DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN

TESIS

Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Persyaratan Memperoleh Keahlian dalam Bidang

Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

DERYNE ANGGIA PARAMITA

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PERSETUJUAN

Judul Tesis : Analisis Kadar Zinc Plasma pada Penderita Kandidiasis Vulvovaginalis Rekuren di RSUP Haji Adam Malik Medan

Nama : Deryne Anggia Paramita Nomor Induk : 087105009

Program Studi : Pendidikan Dokter Spesialis Konsentrasi : Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

Menyetujui:

(dr. Richard Hutapea, SpKK (K)) (

Pembimbing I Pembimbing II

dr. Kristina Nadeak, SpKK)

Ketua Program Studi, Ketua Departemen,

(dr. Chairiyah Tanjung, SpKK (K)) (Prof. DR. dr. Irma D. Roesyanto-Mahadi, SpKK(K))

(4)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Dengan mengucap Alhamdulillah, saya panjatkan puji dan syukur yang tak terhingga kehadirat Allah SWT karena hanya atas rahmat dan hidayahNya saya dapat menyelesaikan tesis ini yang merupakan persyaratan untuk memperoleh gelar keahlian dalam bidang Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin.

Dalam menjalani pendidikan spesialis ini, berbagai pihak telah turut berperan serta sehingga terlaksananya seluruh rangkaian pendidikan ini. Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya sampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Yang Terhormat :

1. dr. Richard Hutapea, SpKK (K), selaku pembimbing utama tesis ini, yang telah bersedia meluangkan waktu, pikiran dan tenaga serta dengan penuh kesabaran selalu membimbing, memberikan nasehat, masukan, koreksi dan motivasi kepada saya selama proses penyusunan tesis ini.

2. dr. Kristina Nadeak, SpKK, selaku pembimbing kedua tesis ini, yang juga telah membimbing dan memberikan masukan-masukan yang sangat bermanfaat selama penyusunan tesis ini.

(5)

4. dr. Chairiyah Tanjung, SpKK (K), sebagai Ketua Program Studi Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan juga tim penguji tesis ini yang telah banyak membantu dan senantiasa memberikan dorongan dalam penyelesaian tesis ini maupun selama menjalani pendidikan sehari-hari. 5. Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. DR. Syahril Pasaribu,

SpA(K), DTM&H, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk dapat melaksanakan studi pada Universitas yang Bapak pimpin.

6. Bapak Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Prof. dr. Gontar A. Siregar, SpPD-KGEH, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

7. dr. Irwan Fahri Rangkuti, SpKK, DR. dr. Imam Budi Putra, MHA, SpKK sebagai anggota tim penguji, yang telah memberikan bimbingan dan koreksi untuk penyempurnaan tesis ini.

(6)

9. Bapak Direktur RSUP. H. Adam Malik Medan dan Direktur RSU Dr. Pirngadi Medan yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada saya selama menjalani pendidikan keahlian ini.

10.dr. Sofyan, DMM dan Ibu Ida serta seluruh staf Departemen Mikrobiologi FK USU yang telah membimbing dan membantu saya selama menjalani penelitian ini.

11.dr. Surya Dharma, MPH, selaku staf pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat USU, yang telah banyak membantu saya dalam metodologi penelitian dan pengolahan statistik penelitian saya ini.

12.Seluruh staf/pegawai dan perawat di Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, baik di RSUP. H. Adam Malik Medan, RSU Dr. Pirngadi Medan, atas bantuan, dukungan, dan kerjasama yang baik selama ini. 13.Kedua orang tua saya, Prof. dr. Bachtiar Surya, SpB KBD dan dr.

Rosdiana Siregar, SpKK tidak ada kata yang mampu menggantikan rasa terima kasih saya untuk semua pengorbanan, jerih payah dan kasih sayang Abah dan Mamak untuk saya selama ini, terima kasih yang tak terhingga saya ucapkan dan betapa bersyukurnya saya mempunyai kedua orang tua seperti Abah dan Mamak. Semoga Allah SWT membalas segalanya.

14.Kepada kedua mertua saya Drs Muswar Eddy Siregar dan Defiani yang telah banyak membantu untuk senantiasa ikut mendukung dalam masa pendidikan saya

(7)

untuk selalu memberikan dukungan, doa, semangat, bantuan disetiap saat hingga saya dapat menyelesaikan pendidikan ini.

16.Anakku yang tercinta dan tersayang Dante Paramita Siregar, dimana semua pengorbanan dan jerih payah ini semua hanya untuk mu sayang. 17.Abangku, kakakku, adikku dan keponakanku Delly Paramita, Hanny

Faristin, Dennis Paramita, Nina Raihana, Desiree Anggia Paramita, si kecil Deandrayna Kalla Paramita dan Malik Paramita. Terima kasih atas doa dan dukungan yang telah diberikan kepada saya selama ini.

18.Teman seangkatan saya yang tercinta, dr. Herlin Novita Pane, dr. Ade Arhamni, dr. Sri Naita Purba, dr. Sudarsono Mked (KK), SpKK, dr. T. Sy Dessi Indah AS, terima kasih untuk kerja sama, kebersamaan, waktu dan kenangan yang tidak akan pernah terlupakan selama menjalani pendidikan ini.

19.Sahabat-sahabat saya tercinta, Myrna Marpaung, Trini Melinda, Dina Putri Nst, Tri Rizki Aprillia, Debby Sisilia, Nova Dameria, Dewi Indah Sari Srg, dan Rina Sri Puspita yang telah menjadi teman berbagi cerita suka dan duka selama menjalani masa pendidikan dan penyelesaian tesis ini. 20.Semua teman-teman PPDS Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan, dukungan, dan kerjasama kepada saya selama menjalani masa pendidikan dan penyelesaian tesis ini, saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

(8)

kesempurnaan tesis ini. Kiranya tesis ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Akhir kata, dengan penuh kerendahan hati, izinkanlah saya untuk menyampaikan permohonan maaf yang setulus-tulusnya atas segala kesalahan, kekhilafan dan kekurangan yang telah saya lakukan selama proses penyusunan tesis dan selama saya menjalani pendidikan. Semoga segala bantuan, dorongan dan petunjuk yang telah diberikan kepada saya selama mengikuti pendidikan, kiranya mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amin ya Rabbal Alamin.

Medan,November 2012 Penulis

(9)

DAFTAR ISI

2.1.Kandidiasis vulvovaginalis dan Kandidiasis vulvovaginalis rekuren...5

2.2.1 Zinc dan Kandidiasis vulvovaginalis...14

2.3 Kerangka Teori...16

(10)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...17

3.1 Desain penelitian ... 17

3.2 Waktu dan tempat penelitian ... 17

3.3 Populasi penelitian ... 17

3.3.1 Populasi target...17

3.3.2 Populasi terjangkau...18

3.3.3 Sampel...18

3.4 Besar sampel ... 18

3.5 Cara pengambilan sampel ... ...19

3.6 Identifikasi variabel...19

3.7 Kriteria inklusi dan eksklusi...19

3.7.1 Kelompok penderita kandidiasis vulvovaginalis rekuren...19

3.7.2 Kelompok kontrol...20

3.8 Alat, bahan dan cara kerja ... 21

3.8.1 Alat dan bahan untuk pemeriksaan kandidiasis vulvovaginalis rekuren...21

3.8.2 Alat dan bahan untuk pemeriksaan kadar zinc plasma...22

3.8.3 Cara kerja pengambilan darah untuk pemeriksaan kadar zinc...22

3.8.4 Cara kerja pemeriksaan kandidiasis vulvovaginalis rekuren...23

3.9 Defenisi operasional ... 24

3.10 Rencana pengolahan dan analisis data...25

3.11 Kerangka operasional...26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27

4.1 Karakteristik Subyek Penelitian ... 27

4.2 Zinc ... 30

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 33

5.1 Kesimpulan…………...………..…………...33

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi karakteristik penelitian berdasarkan kelompok umur ... 27 Tabel 4.2 Distribusi karakteristik subjek penelitian berdasarkan tingkat

pendidikan... ... 28 Tabel 4.3 Distribusi subjek penelitian berdasarkan

pekerjaan...29 Tabel 4.4 Perbandingan kadar zinc plasma antara kelompok kasus dan

(12)

DAFTAR GAMBAR

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Naskah penjelasan kepada pasien / Orangtua/ keluarga pasien 2. Lembar persetujuan setelah penjelasan (informed consent) 3. Status sampel penelitian

4. Lembar persetujuan komite etik 5. Data penderita dan kontrol 6. Perhitungan SPSS

(14)

ANALISIS KADAR ZINC PLASMA PADA PENDERITA KANDIDIASIS VULVOVAGINALIS REKUREN DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN

Deryne Anggia Paramita, Kristina Nadeak, Richard Hutapea

Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

RSUP Haji Adam Malik Medan - Indonesia

ABSTRAK

Latar belakang : Kandidiasis vulvovaginal rekuren (KVVR) adalah episode KVV 4 kali atau lebih dalam 12 bulan, beberapa faktor patogenik eksogen dan tuan rumah yang diketahui berhubungan dengan KVVR antara lain, hormon seks, kontrasepsi, obesitas, respon imun selular termasuk didalam nya dipengaruhi oleh zinc

Tujuan : Untuk mengetahui perbedaan antara kadar zinc plasma penderita kandidiasis vulvovaginalis rekuren dengan kontrol sehat

Subyek dan metode : Penelitian bersifat cross sectional yang dilaksanakan pada bulan Agustus– September 2012, melibatkan 30 orang penderita KVVR dan 30 orang kontrol sehat. Setiap subyek penelitian dilakukan pemeriksaan pulasan vagina dan diambil darah untuk mengukur kadar zinc, hasil kemudian di bandingkan

Hasil : Dari hasil penelitian didapatkan bahwa nilai rerata kadar zinc plasma pada kelompok kasus (22,85 цg/L) lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol (22,96 цg/L). Namun perbedaan tersebut ternyata tidak bermakna secara statistik (p = 0,270). Kesimpulan : Tidak ada perbedaan zinc plasma antara penderita kandidiasis vulvovaginalis rekuren dengan kontrol sehat

(15)

ANALISIS KADAR ZINC PLASMA PADA PENDERITA KANDIDIASIS VULVOVAGINALIS REKUREN DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN

Deryne Anggia Paramita, Kristina Nadeak, Richard Hutapea

Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

RSUP Haji Adam Malik Medan - Indonesia

ABSTRAK

Latar belakang : Kandidiasis vulvovaginal rekuren (KVVR) adalah episode KVV 4 kali atau lebih dalam 12 bulan, beberapa faktor patogenik eksogen dan tuan rumah yang diketahui berhubungan dengan KVVR antara lain, hormon seks, kontrasepsi, obesitas, respon imun selular termasuk didalam nya dipengaruhi oleh zinc

Tujuan : Untuk mengetahui perbedaan antara kadar zinc plasma penderita kandidiasis vulvovaginalis rekuren dengan kontrol sehat

Subyek dan metode : Penelitian bersifat cross sectional yang dilaksanakan pada bulan Agustus– September 2012, melibatkan 30 orang penderita KVVR dan 30 orang kontrol sehat. Setiap subyek penelitian dilakukan pemeriksaan pulasan vagina dan diambil darah untuk mengukur kadar zinc, hasil kemudian di bandingkan

Hasil : Dari hasil penelitian didapatkan bahwa nilai rerata kadar zinc plasma pada kelompok kasus (22,85 цg/L) lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol (22,96 цg/L). Namun perbedaan tersebut ternyata tidak bermakna secara statistik (p = 0,270). Kesimpulan : Tidak ada perbedaan zinc plasma antara penderita kandidiasis vulvovaginalis rekuren dengan kontrol sehat

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Infeksi yeast pada vagina dan vulva adalah kondisi ginekologi paling umum yang ditemukan pada wanita.1 Kandidiasis vulvovaginalis (KVV) adalah infeksi yang disebabkan Candida sp pada vagina dengan gambaran adanya dermatitis pada vulva.2 Kandidiasis vulvovaginal rekuren (KVVR) adalah episode KVV empat kali atau lebih dalam 12 bulan.3 Secara klasik, KVV ditandai dengan sekret putih kekuningan yang berhubungan dengan inflamasi pada vagina dan vulva, inflamasi ini dapat ditemukan berupa pruritus pada vulva, rasa terbakar dan/atau disuria.3 Sedangkan pada KVVR ditandai dengan ketidaknyamanan pada vulvovaginal dengan perubahan inflamasi yang minimal.

Sebanyak 75% dari populasi wanita akan mempunyai satu kali episode KVV selama masa hidupnya, 40% sampai dengan 50% akan mengalami rekurensi. Pada wanita sehat KVVR akan ditemukan sebanyak 5%.

4

5

KVVR untuk alasan yang belum dipahami telah meningkat pada beberapa populasi dalam beberapa dekade terakhir, berbeda dengan episode yang tunggal, KVVR sering menimbulkan masalah dalam penatalaksanaannya dimana kebanyakan pasien KVVR akan mengalami relaps satu bulan setelah pengobatan antijamur, dan hampir semua akan mengalami relaps dalam tiga bulan.1,4,6

Beberapa faktor patogenik eksogen dan tuan rumah yang diketahui berhubungan dengan KVVR antara lain, hormon seks, kontrasepsi, obesitas, respon imun selular termasuk di dalamnya dipengaruhi oleh zinc.

1

(17)

suatu elemen kimia esensial yang berpengaruh pada mekanisme imunologis yang diperantarai sel. Pada satu penelitian in vitro dikatakan bahwa konsentrasi zinc

pada media kultur berhubungan dengan pertumbuhan Candida, pelepasan dari Faktor Penghambat Migrasi (MIF) secara in vivo dan rendahnya fagositosis dan kematian yang disebabkan makrofag.6 Pada wanita dengan KVVR terjadi gangguan respon proliferasi limfosit terhadap antigen Candida.7 Defisiensi zinc

berhubungan dengan menurunnya respon imunitas yang diperantarai sel dan meningkatnya kemungkinan untuk infeksi, terutama dengan C.albicans.8 Pada wanita dengan infeksi Candida respon imunitas yang diperantarai sel pada vagina terhadap Candida adalah defisien.Zinc berperan pada maturasi sel T, zinc tidak hanya meregulasi homeostasis limfosit namun juga mencegah kematian sel limfosit dengan menghambat apoptosis.

Penelitian yang dilakukan Edman dkk (1986) pada 29 penderita KVVR menemukan bahwa kadar zinc plasma lebih rendah pada wanita dengan KVVR dibandingkan dengan grup kontrol dan disimpulkan bahwa defisiensi zinc yang ringan mempunyai peranan untuk terjadinya KVVR pada wanita.

9

10

Penelitian Spacek, dkk (2005) pada 44 penderita KVVR menyatakan bahwa terdapat perbedaan kadar zinc pada penderita KVVR baik pada saat serangan maupun pada saat remisi dibandingkan kontrol.4

Penelitian yang dilakukan oleh BȌhler, dkk (1994) pada 21 wanita dengan KVVR menemukan hasil yang berbeda, yaitu tidak terdapat perbedaan konsentrasi zinc plasma antara penderita KVVR dengan kontrol.

Adanya kedua penelitian ini dapat menyatakan bahwa kadar zinc plasma mempunyai peranan dalam terjadinya KVVR.

11

(18)

tidak ada perbedaan bermakna konsentrasi zinc plasma antara penderita KVVR dan kontrol.

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian mengenai kadar

zinc plasma dan KVVR masih terbatas dan belum pernah dilakukan di Indonesia serta adanya hasil yang tidak konsisten di antara beberapa penelitian sehingga peneliti berminat untuk melakukan penelitian tentang perbedaan kadar zinc

plasma pada penderita KVVR dan individu sehat.

6

1.2 Rumusan Masalah

Apakah terdapat perbedaan kadar zinc plasma antara penderita KVVR dengan kontrol sehat ?

1.3 Hipotesis

Terdapat perbedaan kadar zinc plasma penderita KVVR dengan kontrol sehat

1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui perbedaan antara kadar zinc plasma penderita KVVR dengan kontrol sehat

1.4.2 Tujuan khusus

Mengetahui kadar zinc plasma pada penderita KVVR 1.5 Manfaat Penelitian

(19)

2. Hasil penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan tenaga medis, paramedis dan masyarakat tentang peranan zinc dalam terjadinya KVVR

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kandidiasis vulvovaginalis (KVV) dan Kandidiasis vulvovaginalis rekuren (KVVR)

2.1.1. Definisi

Kandidiasis vulvovaginalis adalah infeksi yeast pada vagina dan vulva yang disebabkan beberapa tipe Candida, yang paling sering yaitu

Candida albicans, dapat bersifat asimptomatis maupun simptomatis.2,12,13 Kandidiasis vulvovaginalis rekuren adalah kandidiasis vulvovaginalis yang terjadi sebanyak empat episode atau lebih dalam periode 12 bulan.

2.1.2. Etiologi

3-5

KVVR dan KVV sering disebabkan oleh C.albicans, walaupun spesies non-albicans dapat ditemukan sebagai agen penyebab.1 Candida

merupakan organisme yang berasal dari genus Candida dari famili

(21)

menyerupai ragi (yeast like). Dinding sel Candida terutama terdiri atas β -glucan, mannan, chitin serta sejumlah protein dan lemak. Mannan merupakan komponen antigen yang utama. Candida dapat tumbuh pada medium dengan pH yang luas, tetapi pertumbuhannya akan lebih baik pada pH antara 4,5 sampai dengan 6,5.

2.1.3. Faktor Predisposisi

15

Beberapa faktor diketahui sebagai faktor predisposisi dari KVVR, antara lain:

1. Hormon seks

Umur merupakan faktor penting pada prevalensi KVVR. Tingginya hormon seks wanita selama usia reproduksi meningkatkan kemungkinan terhadap terjadinya infeksi

Candida. Estrogen meningkatkan perlekatan organisme yeast

pada sel mukosa vagina.1 Reseptor sitosol atau sistem perlekatan untuk hormon reproduksi wanita telah diketahui pada C.albicans menyebabkan meningkatnya pembentukan miselial/hifa.

2. Kontrasepsi

16

(22)

3. Obesitas, asupan karbohidrat

Kontrol glikemik yang buruk pada pasien diabetes merangsang kejadian KVVR. Korelasi antara tingginya IMB (indeks massa tubuh) dan infeksi Candida genital telah dihubungkan dengan peningkatan toleransi glukosa, sedangkan penelitian lain tidak menemukan adanya korelasi antara IMB dan KVVR. Namun pengaruh obesitas pada KVV/KVVR tidak dapat dieksklusikan.

2.1.4. Epidemiologi

1

Data yang dikeluarkan oleh Syarifuddin dkk (1995) menyatakan tingginya frekuensi kejadian KVV seiring meningkatnya tahun, pada tahun 1987 KVV ditemukan sebanyak 40% dari seluruh infeksi saluran kemih, meningkat menjadi 60% pada tahun 1991 dan 65% pada tahun 1995.17 Pada tahun 1997 penelitian yang dilakukan Depkes melaporkan angka prevalensi KVV di Jakarta Utara adalah sekitar 22% di antara wanita pengunjung klinik KB.18 Di RSUP Haji Adam Malik data tahun 2004 sampai dengan 2008 KVV menempati urutan kedua terbanyak dari seluruh kunjungan pasien ke poliklinik Infeksi Menular Seksual yaitu sebanyak 19,47.19

KVVR untuk alasan yang tidak jelas telah meningkat dalam beberapa dekade terakhir. Kontras dengan episode tunggal, KVVR sering menimbulkan problem pada penatalaksanaannya.

1

(23)

mengalami rekurensi dalam beberapa hari sampai tiga bulan kemudian.3,6,20 Sebanyak 5% dari wanita normal akan mengalami KVVR dan seringnya tanpa faktor penyebab yang jelas.

2.1.5. Patogenesis

20

Candida adalah patogen oportunistik yang dapat menyebabkan infeksi diseminata pada tuan rumah dengan pertahanan imunitas yang lemah. Tidak ada faktor patogenik pasti untuk Candida, namun terdapat beberapa faktor virulensi yang mempengaruhi kemampuannya dalam menginfeksi. Kombinasi dari faktor ini akan mempengaruhi sistem pertahanan tuan rumah.1 Dipostulasikan bahwa patogenesis dari KVVR adalah interaksi kompleks antara virulensi Candida dan faktor imunologi.20

1. Germ tube formation sebagai faktor virulensi

Beberapa faktor virulensi untuk KVVR antara lain :

Germ tube formation (GTF) dianggap sebagai faktor patogenik utama dari KVV/KVVR, merupakan hal yang penting dalam perlekatan Candida ke permukaan mukosa dan kemampuannya dalam menginvasi. C.albicans mempunyai kemampuan lebih hebat dalam berlekat dengan sel epitel dibandingkan strain non-albicans seperti C.tropicalis, C.krusei dan C.parapsilosis.

(24)

organisme menginvasi mukosa, ia akan dilindungi dari terjadinya fagositosis dan dari mekanisme pertahanan imunitas serta aktivitas agen antijamur. Pada beberapa lokasi, yeast akan membentuk tempat untuk terjadinya rekurensi.1

Fagositosis dianggap sebagai faktor pertahanan penting dalam infeksi Candida. Uji in vitro menyatakan bahwa GTF dapat mengubah hidrofobisitas dari sel yeast dan karenanya menurunkan atau menghambat fagositosis. Ini juga yang menyebabkan persistensi organisme pada ekosistem genital.

2. Perlekatan pada garis mukosa

1

Permukaan blastokonidia mannoprotein mungkin memperantarai perlekatan Candida ke sel epitel. Reseptor sitosol untuk estrogen juga terdapat pada C.albicans. Ekspresi sel reseptor dan antigen permukaan dengan membentuk filamen dari sel Candida berkontribusi sebagai faktor virulensi. Fibrin dapat bekerja sebagai reseptor C.albicans. Namun tidak jelas reseptor mana yang berperan untuk perlekatan Candida

dengan garis mukosa. Tidak terdapat hubungan antara ekspresi reseptor dan/atau aktivasinya dan manifestasi klinis pada kasus KVVR.

3. Enzim sebagai faktor virulensi

1

(25)

sekret, pH lebih rendah dari sekret vagina ditemukan pada kasus KVVR. Proteinase asam yang disekresikan akan inaktif pada pH netral. Pada pH 7,5 terjadi denaturasi enzim ireversibel. Efek patogenik dari proteinase ini terbatas pada kasus untuk inflamasi akut pada vagina, pada pasien dengan pH vagina yang meningkat dan pada glikolisis neutrofil. Sekresi proteinase in vitro adalah bahan yang ditemukan pada

C.albicans, C.tropicalis, sedangkan hanya beberapa ditemukan pada C.parapsilosis. Untuk spesies Candida lainnya proteinase jarang atau absen. Ini dapat menjelaskan mengapa hanya tiga spesies Candida saja yang menjadi patogen umum pada manusia. Walaupun C.albicans diisolasi dari kasus KVV mempunyai aktivitas proteolisis yang meningkat invitro, peranan enzim ini pada KVVR masih belum jelas. Proteinase mungkin meningkatkan kapasitas GTF pada C.albicans dan karenanya meningkatkan penetrasi pada garis mukosa.

2.1.6. Gambaran Klinis

1

(26)

pemeriksaan akan ditemukan vulva dan labia mayora yang bengkak dan eritem, seringnya dengan lesi diskret pustulopapular perifer. Yang khas, gejala biasanya timbul seminggu setelah masa haid.1,16,21,22 Rasa frustasi pada wanita karena seringnya gejala berulang karena anggapan pengobatan yang tidak efektif juga merupakan gejala yang khas.22 Gejala tidak selalu berhubungan dengan kultur Candida yang positif pada KVV maupun KVVR.

2.1.7. Gambaran Imunologis

1

Data yang tersedia mengenai imunopatologi dari KVVR adalah sangat kompleks. Adanya tipe strain C.albicans yang sama dan waktu rekurensi yang berturut-turut menyatakan bahwa KVVR adalah suatu kejadian relaps dibandingkan reinfeksi. Wanita dengan KVVR akan mengalami relaps vaginitis akibat perubahan mekanisme pertahanan tuan rumah pada mukosa vagina. Disfungsi lokal ini berhubungan dengan imunitas yang diperantarai sel (CMI) spesifik Candida dibandingkan imunitas humoral ataupun bawaan. Data yang ada menunjukkan bahwa terganggunya CMI lokal dan/atau hipersensitivitas langsung menjadi predisposisi untuk gejala alergi mungkin juga sebagai kombinasi dengan hormon reproduksi yang meningkatkan kemungkinan untuk episode rekurensi.

Pada KVVR secara in vitro terdapat gangguan proliferasi limfosit sebagai respon terhadap Candida. Ini menyatakan bahwa pada KVVR terjadi defek pada sistem imunitas selular yang spesifik Candida. Ketika

Candida masuk ke dalam tubuh, makrofag akan bekerja untuk

(27)

memfagositosis dan mempresentasikan Ag Candida pada permukaan selnya dengan MHC kelas 2. Kemudian sel limfosit T akan mengenali Ag

Candida. Kompleks MHC kelas 2 dan Ag Candida akan mengaktifkan produksi IFNᶌ. IFNᶌ kemudian akan merangsang makrofag untuk semakin memfagositosis Candida secara efisien dan melepaskan IL1. IL 1 ini akan merangsang sel T helper untuk melepaskan IL 2, suatu stimulus utama untuk proliferasi sel T.7 Kejadian ini akan berulang-ulang sehingga kadar sel T semakin meningkat dan kerja makrofag semakin meningkat. Pada kasus KVVR IFNᶌ akan menurun akibat kurangnya stimulus sel T akan mempengaruhi fagositosis Candida oleh makrofag. Sehingga populasi

Candida akan semakin meningkat dan kemudian Candida akan menginvasi mukosa dengan meningkatkan GTF. GTF merupakan salah satu faktor virulensi dari masuknya Candida ke tubuh.

2.1.8. Diagnosis

1

(28)

mikroskopis, kultur sekret vagina untuk menentukan spesies Candida

dengan menggunakan agar Sabaroud dekstrose.1,3 Pemeriksaan pH juga dapat dilakukan pada KVVR, yang akan menunjukkan nilai < 4.5.1

2.2. Zinc

Zinc adalah elemen logam esensial untuk semua organisme bersumber dari makanan tinggi protein tertentu seperti daging, ayam, ikan, kerang, kacang polong, biji-bijian, sayuran hijau dan padi. Zinc berperan untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh, diperlukan terutama pada sistem saraf, reproduksi dan sistem imun. Keadaan peningkatan dan defisiensi akan mempengaruhi ketiga sistem tersebut. Hubungan zinc dengan sistem imun adalah unik, terdapat empat tipe pengaruh zinc dalam sistem imun ; 1) Asupan makanan dan penyerapan zinc

tergantung komposisi diet dan umur serta status penyakit 2) Zinc adalah kofaktor lebih dari 300 enzim yang mempengaruhi fungsi organ, yang fungsi sekundernya adalah pada sistem imun 3) Efek langsung zinc pada produksi, maturasi dan fungsi leukosit 4) Zinc mempengaruhi fungsi imunostimulan yang digunakan untuk sistem eksperimental.24

Telah ditetapkan bahwa zinc adalah elemen logam penting dalam sistem imunitas. Sistem imun bawaan dipengaruhi oleh zinc. Zinc merangsang adhesi sel mielomonosit dengan endotel, sedangkan hilangnya zinc mengurangi rekruitmen sel. Secara in vivo defisiensi zinc mempengaruhi rekruitmen netrofil tapi juga menurunkan kemotaksis neutrofil. Pada keadaan yang demikian juga akan mempengaruhi aktivitas sel natural killer, fagositosis makrofag dan neutrofil dan terbentuknya ledakan oksidatif. Zinc diperlukan untuk fungsi normal natural killer, defisiensi zinc dapat menyebabkan aktivitas penghancuran non spesifik dan

(29)

hilangnya fungsi natural killer. Tidak hanya proliferasi sistem imun saja yang tergantung zinc, proliferasi patogen juga tergantung dengan zinc.24

Bukti awal untuk peran zinc pada sistem imun berhubungan dengan pentingnya zinc terhadap perkembangan sel T. Defisiensi zinc akan menyebabkan atrofi timus dan perubahan timus dapat diperbaiki dengan suplementasi zinc, Hal ini menyatakan bahwa zinc mempengaruhi tahap awal dari maturasi sel T. Efeknya bergantung oleh timulin, yaitu hormon penting yang disekresikan sel epitel timus. Untuk timulin, zinc adalah kofaktor yang penting. Diferensiasi sel T yang imatur pada timus dipengaruhi oleh timulin. Lebih lanjut, timulin meregulasi fungsi sel T yang matur di perifer. Timulin juga memodulasi sekresi sitokin oleh sel mononuklear darah tepi dan efek proliferasi sel CD8T sebagai kombinasi dengan IL-2. Ekspresi reseptor IL-2 yang tinggi dipengaruhi oleh timulin. Ini sesuai dengan pengamatan yang menyatakan bahwa defisiensi zinc berhubungan dengan penurunan proliferasi sel T setelah stimulasi mitogen.

24

2.2.1. Zinc dan Kandidiasis vulvovaginalis rekuren

Zinc merupakan elemen penting dari sistem imun dan pemberian suplemennya dianggap sebagai intervensi imunonodulator yang baik.25,26 Defisiensi zinc pada awalnya dijelaskan sebagai hubungan dengan lemahnya fungsi dari limfosit-T termasuk (prematur) involusi timus.27Zinc

(30)

pasien dengan KVVR.10 Sebagai tambahan zinc juga diperlukan dalam fungsi imunitas bawaan (fagositosis, sel NK).

Pada satu penelitian yang dilakukan di Ceko, peneliti menemukan adanya kadar zinc yang turun sangat rendah pada penderita KVVR. Data ini mendukung hipotesis yang mengatakan bahwa zinc berperan penting pada resistensi anti-Candida.

29

4

Fakta penting lainnya adalah KVV biasanya ditemukan pada penderita akrodermatitis enteropatika30 yaitu suatu kelainan genetik yang jarang bersifat autosomal resesif ditemukan segera setelah lahir atau 4 sampai dengan 10 minggu kehidupan berupa gangguan penyerapan zinc dengan gambaran klinis diare, ruam inflamasi pada mulut dan/atau anus serta rambut rontok dan pada pemeriksaan penunjang ditemukan nilai kadar zinc darah di bawah normal.31 Dari data ini dapat disimpulkan bahwa KVVR adalah penyakit yang ditentukan oleh perubahan imunologis akibat kadar zinc yang rendah. Interaksi yeast

dengan tuan rumah mengambil tempat pada permukaan epitel dan dipengaruhi oleh mekanisme pertahanan lokal yang berasal dari mikroorganisme. Telah disimpulkan sebelumnya bahwa hipozincnemia dapat berkontribusi terhadap kerentanan epitel terhadap infeksi pada saluran nafas, jaringan periodontal atau saluran genitourinari.4 Lebih lanjut

zinc, adalah modulator potensial dalam virulensi yeast, karena ia menghambat perubahan bentuk blastik menjadi bentuk hifa yang lebih virulen.32 Bukti ini tidak dapat mengeluarkan kenyataan bahwa zinc

(31)

2.3. Kerangka Teori

Gbr 2.1. Diagram kerangka teori penelitian 2.4. Kerangka Konsep

Gbr 2.2. Diagram kerangka konsep penelitian Kandidiasis

vulvovaginalis rekuren

Kontrol sehat

Kadar zinc plasma Zinc plasma↓ Enzim timulin

(32)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan studi analitik dengan rancang potong lintang (cross sectional)

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1. Penelitian ini dilakukan dari bulan Agustus sampai dengan September 2012 di poliklinik Infeksi Menular Seksual dan Treponematosis SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin dan poliklinik Ginekologi SMF Obstetri dan Ginekologi RSUP Haji Adam Malik Medan

3.2.2. Pengambilan sampel pulasan vagina dan sampel darah dilakukan di poliklinik Infeksi Menular Seksual dan Treponematosis SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin dan poliklinik Ginekologi SMF Obstetri dan Ginekologi RSUP Haji Adam Malik Medan dan kemudian dikirim ke laboratorium klinik Pramita untuk pemeriksaan kadar zinc plasma dan laboratorium mikrobiologi USU untuk kultur jamur

3.3. Populasi Penelitian 3.3.1. Populasi Target

(33)

3.3.2. Populasi Terjangkau

Penderita kandidiasis vulvovaginalis rekuren yang datang berobat ke poliklinik Infeksi Menular Seksual dan Treponematosis SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin dan poliklinik Ginekologi SMF Obstetri dan Ginekologi dari bulan Agustus sampai dengan September 2012

3.3.3. Sampel

Penderita kandidiasis vulvovaginalis rekuren yang datang berobat ke poliklinik Infeksi Menular Seksual dan Treponematosis SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin dan poliklinik Ginekologi SMF Obstetri dan Ginekologi dari bulan Agustus sampai dengan September 2012 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi 3.4. Besar Sampel

Untuk menghitung besar sampel maka digunakan rumus sebagai berikut : N1 = N2 = 2 (Zα- Zβ) S

S = Standar deviasi gabungan X

10

1 – X2

Sehingga akan didapatkan perhitungan sebagai berikut : = Selisih minimal rerata yang dianggap bermakna = 6

N1 = N2 = 2 (1.96– 0.84)18.9

6

(34)

N1 = N2

Jadi besar sampel masing masing subjek dan kontrol yang dibutuhkan sebanyak 30 orang

= 24.8 ≈ 30

3.5. Cara Pengambilan Sampel

Cara pengambilan sampel penelitian digunakan dengan metode

consecutive sampling

3.6. Identifikasi Variabel

1. Variabel Bebas : Penderita kandidiasis vulvovaginalis rekuren, kontrol sehat

2. Variabel Terikat : Kadar zinc plasma

3. Variabel Kendali : Pemeriksaan dan pengukuran kadar zinc plasma 3.7. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

3.7.1. Kelompok penderita kandidiasis vulvovaginalis rekuren Kriteria inklusi:

1. Penderita kandidiasis vulvovaginalis rekuren berusia 18 sampai dengan 50 tahun yang menderita setidaknya empat kali atau lebih episode kandidiasis vulvovaginalis dalam 12 bulan 2. Bersedia untuk ikut dalam penelitian dengan menandatangani

informed consent

Kriteria eksklusi:

1. Penderita diabetes melitus 2. Akrodermatitis enteropatik 3. Obesitas

(35)

5. Sedang menggunakan obat golongan steroid dalam 14 hari sebelum pemeriksaan, obat golongan antibiotik dalam tujuh hari sebelum pemeriksaan

6. Sedang mengkonsumsi suplemen zinc dalam tujuh hari sebelum pemeriksaan

7. Mengkonsumsi obat-obat yang berpengaruh terhadap absorbsi

zinc seperti: obat antihipertensi, ACE inhibitor, antasida dalam waktu satu bulan/30 hari sebelumnya

8. Hamil

3.7.2. Kelompok kontrol Kriteria inklusi:

1. Wanita sehat tanpa keluhan duh vagina berusia 18 sampai dengan 50 tahun

2. Belum pernah menderita KVV sebelumnya

3. Pada pemeriksaan pulasan vagina ditemukan KOH negatif dan kultur negatif

4. Bersedia untuk ikut dalam penelitian dengan menandatangani

informed consent

Kriteria eksklusi:

1. Penderita diabetes melitus 2. Akrodermatitis enteropatik 3. Obesitas

(36)

5. Sedang menggunakan obat golongan steroid dalam empat belas hari sebelum pemeriksaan, obat golongan antibiotik dalam tujuh hari sebelum pemeriksaan

6. Sedang mengkonsumsi suplemen zinc dalam hari sebelum pemeriksaan

7. Mengkonsumsi obat-obat yang berpengaruh terhadap absorbsi

zinc seperti: obat antihipertensi, ACE inhibitor, antasida dalam waktu satu bulan/30 hari sebelumnya

8. Hamil

3.8. Alat, Bahan dan Cara Kerja

3.8.1. Alat & Bahan untuk pemeriksaan kandidiasis vulvovaginalis rekuren

1. Status penelitian yang akan diisi oleh peneliti berisi anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan venereologi terhadap subjek penelitian

2. Sarung tangan

3. Spekulum (cocor bebek) 4. Kapas lidi steril

5. Wadah pot 40 gr

6. Cairan NaCl 90% (normal saline) 7. Ose dan lampu bunsen

8. Kaca objek dan kaca penutup 9. Larutan KOH 10%

(37)

11. Lempeng media agar sabaroud

3.8.2. Alat & Bahan untuk pemeriksaan kadar zinc plasma 1. Spuit 10 cc

2. Torniquet 3. Kapas 4. Plester

5. Povidon iodine 6. Alkohol 70%

7. Tabung berisi antikoagulan heparin / EDTA

8. Atomic Absorbent Spectrophotometry tipe GBC 932 Australia untuk pengukuran kadar zinc plasma

3.8.3. Cara kerja pengambilan darah untuk pemeriksaan kadar zinc

1. Darah diambil secara punksi vena pada vena mediana cubiti di lipatan siku

2. Torniquet diikatkan di atas lipatan siku, kemudian tangan dikepal

3. Pada daerah yang akan dipunksi dilakukan desinfeksi dengan larutan povidon iodine 10% dan alkohol 70%

4. Tusukkan jarum dengan kedalaman 1.25 inci dengan sudut 45⁰

terhadap permukaan lengan

5. Ambil darah hingga volume yang dibutuhkan kemudian genggaman dilepaskan

(38)

7. Daerah punksi ditutup dengan plester

8. Darah dimasukkan ke dalam tabung berisi antikoagulan

9. Kemudian diperiksa dengan alat Atomic Absorbent Spectrophotometry tipe GBC 932 Australia untuk pengukuran kadar zinc plasma

10. Interpretasi hasil pemeriksaan : kadar zinc plasma dengan nilai rujukan 70 sampai dengan 125 µg/dl

3.8.4. Cara kerja pemeriksaan kandidiasis vulvovaginalis rekuren 1. Subjek dalam posisi litotomi

2. Untuk subjek yang belum menikah diambil pulasan dari sekret vagina. Pada subjek yang sudah menikah pulasan diambil dengan menggunakan cocor bebek dari sekret vagina ataupun dari dinding vagina dengan menggunakan kapas lidi steril yang kemudian langsung dimasukkan ke dalam wadah pot 40 gram yang telah diisi larutan NaCl 0.9%

3. Pada laboratorium dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan KOH 10 %

4. Lidi kapas dipulas ke atas kaca objek kemudian ditetes KOH 10%, didiamkan beberapa saat lalu ditutup dengan kaca penutup kemudian difiksasi dengan api bunsen

5. Pemeriksaan kemudian dilanjutkan dengan mikroskop langsung untuk melihat elemen Candida berupa pseudohifa 6. Apabila ditemukan pseudohifa kemudian dilanjutkan dengan

(39)

suhu ruangan, koloni akan terlihat dalam 24 sampai dengan 72 jam

7. Koloni yang telah dikonfirmasikan sebagai koloni Candida

3.9. Definisi Operasional 1. Usia

Usia subjek saat pengambilan sampel dihitung dari tanggal lahir, bila lebih dari enam bulan usia dibulatkan ke atas; bila kurang dari enam bulan, usia dibulatkan ke bawah

2. Kandidiasis vulvovaginalis rekuren

Infeksi yang disebabkan Candida sp pada vagina dengan gambaran adanya dermatitis pada vulva yang ditemukan empat kali atau lebih dalam 12 bulan

3. Kadar Zinc plasma

2,3

Ukuran konsentrasi zinc di plasma darah tubuh yang diukur dengan Atomic Absorbent Spectrophotometry, dengan kadar normal : 70 sampai dengan 125 µg/dl

4. Penderita diabetes melitus

Pasien yang menderita diabetes melitus berdasarkan salah satu kriteria diagnosis ditemukannya keluhan klasik (poliuria, polidipsia dan polifagia) dan KGD sewaktu ≥200 mg/dl

5. Kontrasepsi

25

(40)

kontrasepsi suntikan, kontrasepsi oral, implan, kondom maupun Kontrasepsi Dalam Rahim (KDR)

6. Hamil

1

Mengandung janin di rahim hasil dari konsepsi antara sel telur dan spermatozoa

7. Akrodermatitis enteropatik

33

Suatu kelainan genetik yang jarang bersifat autosomal resesif ditemukan segera setelah lahir atau empat sampai dengan 10 minggu kehidupan berupa gangguan penyerapan zinc dengan gambaran klinis diare, ruam inflamasi pada mulut dan/atau anus serta rambut rontok dan pada pemeriksaan penunjang ditemukan nilai kadar zinc darah di bawah normal

8. Obesitas

34

Suatu keadaaan berat badan tubuh lebih dari normal berdasarkan indeks massa tubuh (BMI) lebih dari 30,0 berdasarkan hitungan tinggi badan dibagi berat badan kuadrat dalam meter(BB/ (TB m)2)

3.10. Rencana Pengolahan dan Analisis Data

31

(41)

3.11. Kerangka Operasional

Gbr. 3.1 Diagram kerangka operasional penelitian Kontrol

Pemeriksaan KOH dari sekret vagina

KOH (-)

Kultur (-) KOH (+) 

pseudohifa

Kultur (+) Pemeriksaan KOH

dari sekret vagina Wanita dengan keluhan

duh vagina dan mempunyai riwayat

3x/lebih KVV sebelumnya dlm 12 bln

Kandidiasis vulvovaginalis

rekuren

Pengukuran kadar zinc

(42)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan di poliklinik Infeksi Menular Seksual dan Treponematosis SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin dan poliklinik Ginekologi SMF Obstetri dan Ginekologi di RSUP Haji Adam Malik Medan yang dimulai dari bulan Agustus sampai dengan September 2012. Pada penelitian ini telah dilakukan pemeriksaan kadar zinc plasma terhadap 30 orang penderita KVVR dan 30 orang individu tanpa keluhan sebagai kontrol.

4.1. Karakteristik Subjek Penelitian

Karakteristik subjek pada penelitian ini ditampilkan berdasarkan distribusi kelompok umur, tingkat pendidikan dan pekerjaan.

Distribusi subjek penelitian berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada tabel 4.1

(43)

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa jumlah kasus KVVR ditemukan terbanyak pada kelompok usia 21 sampai dengan 30 tahun yaitu sebanyak 43,3% dengan usia rerata 29,6 tahun yaitu dalam kelompok 21 sampai dengan 30 tahun. Data ini sama dengan penelitian yang dilakukan Novikova dan Mardh pada tahun 2002 yang menjumpai usia rerata penderita KVVR adalah 26,1 tahun.33 Dikatakan bahwa wanita pada saat berusia 25 tahun sebanyak 50% sampai dengan 72% akan mengalami satu kali episode KVV35, dan sebanyak 40% akan mengalami episode berulang.36 KVV/KVVR ditemukan sangat jarang pada usia sebelum pubertas. Insidensinya meningkat secara dramatis pada akhir dekade kedua dari kehidupan dan mencapai puncaknya dalam dua dekade ke depan35, hal ini dikarenakan pada usia prepubertas dan paska menopause vagina dalam keadaan estrogen yang rendah sehingga jarang menderita KVV/KVVR.

Distribusi subjek penelitian berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 4.2

3,37

Tabel 4.2 Distribusi karakteristik subjek penelitian berdasarkan tingkat pendidikan

Pendidikan Kasus Kontrol

n % n %

SD 2 6,7 0 0

SMP 10 33,3 4 13,3

SMU/sederajat 7 23,3 11 36,7

Perguruan tinggi 11 36,7 15 50

(44)

Pada penelitian ini didapati sebagian besar kelompok kasus adalah berpendidikan perguruan tinggi yaitu 36,7% atau sebanyak 11 orang. Hasil ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yosi A (2007) yang menyatakan bahwa penderita KVV di RSUP Haji Adam Malik sebagian besar berpendidikan perguruan tinggi.38 Penelitian yang dilakukan Reed dkk (2003) menyatakan KVVR berhubungan dengan tingkat pendidikan lebih dari 12 tahun atau yang telah tamat SMA atau sedang dalam pendidikan tinggi.36

Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis pekerjaan dapat dilihat pada tabel 4.3

Tingkat pendidikan berhubungan dengan persepsi penderita akan penyakitnya, sehingga penderita lebih paham dan mengerti untuk segera memeriksakan diri ketika keluhan KVVR timbul. Penderita dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memiliki tingkat pemahaman yang lebih baik mengenai penyakit KVVR.

Tabel 4.3 Distribusi subjek penelitian berdasarkan pekerjaan

Pekerjaan Kasus Kontrol

n % n %

PNS/TNI/POLRI 8 26,7 10 33,3

Peg Swasta 3 10 5 16,7

Wiraswasta 2 6,6 2 6,7

Tidak bekerja /IRT 14 46,7 8 26,6

Lain-lain 3 10 5 16,7

(45)

Pekerjaan terbanyak dari penderita KVVR di RSUP Haji Adam Malik adalah tidak bekerja atau ibu rumah tangga yaitu sebanyak 46,7% atau 14 orang. Penelitian sebelumnya tidak menyebutkan adanya hubungan kejadian KVVR dengan pekerjaan, namun insidensi KVV terbanyak pada wanita dengan pekerjaan ibu rumah tangga, seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Yosi A (2007) dan Minarni LD (2003).38,39

4.2. Zinc

Perbandingan kadar zinc plasma pada penderita KVVR dengan kontrol dapat dilihat dari tabel 4.4

Tabel 4.4 Perbandingan kadar zinc plasma antara kelompok kasus dan kontrol

Variabel Zinc (µg/dl)

Kasus Kontrol

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa nilai rerata kadar zinc plasma pada kelompok kasus lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol. Namun perbedaan tersebut ternyata tidak bermakna secara statistik (p = 0,270).

Nilai rerata kadar zinc pada kontrol (22,96 µg/dl) berada di bawah nilai kadar normal zinc plasma yaitu 70 sampai dengan 125 µg/dl. Keadaan ini dapat dijelaskan, bahwa perbedaan kadar zinc yang beredar dikarenakan jumlah zinc

(46)

diet kita, dan persentasenya sesuai yang diserap di saluran pencernaan dan ekskresinya dari ginjal.4 Zinc dapat ditemukan di berbagai macam makanan. Tiram mengandung paling banyak zinc dibanding dengan makanan lainnya. Sumber makanan lain yang mengandung zinc adalah biji-bijian, kacang-kacangan, sari laut, padi-padian, gandum, produk susu dan sereal. Penyerapan zinc lebih banyak apabila diet kita mengandung protein hewani dibanding protein dari tanaman.Phytate yang banyak ditemukan di roti gandum, sereal dan produk lainnya dapat mengurangi penyerapan zinc.

Telah diketahui bahwa zinc yang diserap pada usus halus kadar penyerapannya tergantung dari interaksinya dengan logam lain.

41,42

40

Penelitian yang dilakukan Prasad dkk (1963) menyatakan terjadinya peningkatan kemungkinan untuk terjadinya infeksi yang berhubungan dengan defisiensi zinc primer yang berasal dari gangguan diet.

Sehingga apabila terdapat gangguan maupun kurangnya kadar elemen lain, akan berpengaruh terhadap jumlah kadar zinc yang beredar. Penelitian ini tidak meneliti riwayat diet kontrol sehat sehingga tidak dapat dinilai secara pasti alasannya rendahnya kadar zinc plasma.

43

Satu dekade kemudian Moynahan (1973) menemukan bahwa pada pasien akrodermatitis enteropatika suatu kelainan penyerapan zinc yang bersifat autosomal resesif, terjadi peningkatan kejadian infeksi terutama dengan Candida.

Dua penelitian sebelumnya menemukan hasil yang sama dengan penelitian ini, BȌhler, dkk (1994) pada 21 wanita dengan KVVR menemukan tidak ada perbedaan konsentrasi zinc plasma antara penderita KVVR dengan kontrol.

44

11

(47)

terdapat perbedaan bermakna konsentrasi zinc plasma antara penderita KVVR dan kontrol.6 Hasil yang berbeda ditemukan pada penelitian Edman dkk (1986) pada 29 penderita KVVR bahwa kadar zinc plasma lebih rendah pada wanita dengan KVVR dibandingkan dengan grup kontrol.10 Penelitian Spacek, dkk (2005) pada 44 penderita KVVR juga menyatakan bahwa terdapat perbedaan kadar zinc pada penderita KVVR baik pada saat serangan maupun pada saat remisi dibandingkan kontrol.

Penelitian ini tidak dapat mendukung pernyataan penelitian sebelumnya yang mengatakan bahwa terjadinya KVVR adalah disebabkan defisiensi zinc

plasma dikarenakan tidak terdapat perbedaan yang bermakna antar penderita dengan kontrol sehat. Penelitian ini tidak menilai kadar elemen logam lain yang berperan pada penyerapan zinc, sehingga kemungkinan lain yang dapat dijelaskan bahwa adanya perbedaan kadar dari logam lain yang berperan pada penyerapan

zinc dapat berkontribusi terhadap kemungkinan terjadinya KVVR.

4

(48)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN

Telah dilakukan penelitian mengenai perbandingan antara kadar zinc

plasma pada penderita KVVR dengan kontrol sehat di RSUP Haji Adam Malik dari bulan Agustus sampai dengan September 2012 di poliklinik Infeksi Menular Seksual dan Treponematosis SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin dan poliklinik Ginekologi SMF Obstetri dan Ginekologi RSUP Haji Adam Malik Medan. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

1. Secara klinis kadar zinc plasma penderita KVVR (rerata 22,85 µg/dl) lebih rendah dari kontrol sehat (rerata 22,96 µg/dl). Namun secara statistik tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kadar zinc plasma penderita KVVR dengan kontrol sehat (p= 0,270). Sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan antara kadar zinc plasma penderita KVVR dan kontrol sehat ditolak.

2. Nilai rerata kadar zinc plasma penderita KVVR dan kontrol sehat berada di bawah kadar normal zinc plasma

5.2. SARAN

(49)
(50)

DAFTAR PUSTAKA

1. Mardh P, Rodrigues AC, Genc M, Novikova N, Oliviera JM, Guaschino S. Facts and myths on recurrent vulvovaginal candidosis- a review on epidemiology, clinical manifestations, diagnosis, pathogenesis and therapy. International Journal of STD & AIDS. 2002; 13: 522-39

2. Oakley A. Vulvovaginal candidiasis. Dermnet NZ. 2009 [cited 2011 Feb. 8]. Available from:

3. Sheary B, Dayan L. Recurrent vulvovaginal candidiasis. Australia Family Physician. 2005; 34: 3: 147-150

4. Spacek J, Jilek P, Buchta V, Forsti M, et al. The serum level of calcium, magnesium, iron and zinc in patients with recurrent vulvovaginal candidosis during attack, remission and in healthy controls. Mycoses. 2005; 48: 391-395

5. Peng NL. Management of recurrent vulvovaginal candidiasis. SFP. 2008; 34(1): 61-68

6. Zangeneh M, Siadat SD, Jamshidi M, Alijani M, Farhoudi B, Valizadeh M. Zinc level of serum in recurrent vulvovaginal candidiasis. Res J Biol Sci. 2008; 3: 5: 515-18

7. Witkin SS. Immunologic factors influencing susceptibility to recurrent

Candidal vaginitis. Clinical obstetrics and gynecology. 1991; 34: 3: 662-668

8. Cornell MS, Hinks LJ, Singha HSK, Walker V, et al. Zinc and genital infections. Genitourin Med. 1987; 63: 271-273

9. Rink L, Kirchner H. Zinc-altered immune function and cytokine production. The journal of nutritions. 2000; 1407S-1411S

10.Edman J, Sobel JD, Taylor ML. Zinc status in women with recurrent vulvovaginal candidiasis 11.Bohler K, Meisinger V, Klade H, Reinthaller A. Zinc level of serum and

cervicovaginal secretion in recurrent vulvovaginal candidiasis. Genitourin Med. 1994; 70: 308-310

12.Vulvovaginal candidiasis. National resources centre. 2007 [cited 2012 Feb. 2]. Available from:

13.Sobel JD. Vulvovaginal candidiasis. In: Holmes KK, Sparling PF, Stamm WE, Piot P, Wasserheit JN, Corey L, eds. Sexually Transmitted Disease. 4th ed. China: McGrawHill; 2008. p. 823-38

14.Rippon JW. Medical mycology. WB Saunders Co. Philadelphia. 1998. p. 532-75

15.Suprihatin SD. Kandida dan kandidiasis pada manusia. 1st ed. Jakarta: Balai penerbit FKUI; 1982

(51)

17.Djajadilaga. Langkah langkah pencegahan infeksi saluran reproduksi pada pelayanan kontrasepsi pedoman klinis untuk petugas KB. Population Council. Jakarta. 1998

18.Purba SN. Pola penyakit menular seksual disubbagian IMS dan treponematosis departemen ilmu kesehatan kulit dan kelamin RSUP Haji Adam Malik Medan periode januari 2004-desember 2008. Presented at PIT X Perdoski, 29-31 oktober, 2009

19.Rodgers CA, Beardall AJ. Recurrent vulvovaginal candidiasis: why does it occur?. International Journal of STD & AIDS. 1999; 10: 435-41

20.Nyirjesy P. Chronic vulvovaginal candidiasis. American family physician. 2001; 63: 4: 697-702

21.Fidel PL, Sobel JD. Immunopathogenesis of recurrent vulvovaginal candidiasis. Clin Microbiol Rev. 1996; 9: 3: 335-348

22.Daniel D, Forster G. National guideline on the management of vulvovaginal candidiasis. Clinical effectiveness group (association for genitourinary medicine and the medical society for the study of veneral diseases).

23.Ringdahl EN. Treatment of recurrent vulvovaginal candidiasis. Am Fam Physician. 2000; Jun1: 61: 11: 3306-3312

24.Rink L, Gabriel P. Zinc and the immune system. Proceedings of the Nutrition Society. 2000; 59: 541-542

25.Ripa S, Ripa R. Zinc and immune function. Minerva Med. 1995; 86: 315-8

26.Hadden JW. Treatment of zinc deficiency is an immunotherapy. Int J Immunopharmacol. 1995; 17: 697-701

27.Mocchegiani E, Giacconi R, Muzzioli M, Cipriano C. Zinc, infections and immunoscence. Mech Ageing Dev. 2000; 121: 21-35

28.Parr MB, Par EL. Langerhans cells and T lymphocyte subsets in the murine vagina and cervic. Biox Reprod. 1991; 44: 491-8

29.Ibs KH, Rink L. Zinc altered immune function. J Nutr. 2003; 133: 1452s-6s

30.Sandstrom B, Cederblad A, Lindblad BS, Lonnerdal B. Acrodermatitis enteropathica, zinc metabolism, copper status and immune function. Arch Pediatr Adolesc Med. 1994; 148: 980-5

31.Ngan V, Oakley A. Acrodermatitis enteropathica. Dermnet NZ. 2003 [cited 2012 May. 1]. Available from:

32.Bedel GW, Soll DR. Effects of low concentrations of zinc on the growth

and dimorphism of Candida albicans: evidence for zinc-resistant and – sensitive pathways for mycellium formation. Infect immun. 1979; 26: 348-54

33.Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2 di indonesia. Jakarta PB perkeni. 2008 4:-27

34.Novikova N, Mardh PA. Characterization of women with history of recurrent vulvovaginal candidosis. Acta Obstet Gynecol Scand. 2002; 81: 1047-1052

(52)

36.Reed BD, Zazove P, Pierson CL, Gorenflo D, et al. Candida transmission and sexual behaviors as risk for a repeat episode of Candida

vulvovaginitis. Journal of women’s health. 2003; 12: 3: 979-989

37.Nurjanti L, Hidayah N, Lumintang H. Vulvovaginitis pada pubertas, etiologi dan manifestasi. Berkala ilmu penyakit kulit dan kelamin. 2004; 16/1: 39-46

38.Yosi A, Nasution LH, Arsad A, Yuwono. Proporsi spesies Candida dan faktor predisposisi yang mempengaruhinya pada penderita KVV di RSUP Haji Adam Malik Medan. Tesis, 2007

39.Minarni LD. Perbandingan morfologi mikroskopis Candidaalbicans pada penderita KVV simptomatis dan asimptomatis. Tesis, 2003

40.Cunningham–Rundles S, Cunningham-Rundles WF. Zinc modulation of immune response. In Chandra RK ed. Contemporary issues in clinical nutrition 11, nutrition and immunology. 1988; 197-210

41.Solomons NW. Zinc and cooper. In: Shills ME, Young VR, eds. Modern nutrition in health and disease. 7th ed. Philadelphia: Lea & Febiger, 1988: 238-62

42.Unger LD. Trace element. In: Torosian MH. Nutrition for the hospitalized patient-basic science and principles of practice. New York: Marcel Dekker, Inc. 1995: 170-3

43.Prasad AS, Miale A, Farid Z, et al. Zinc metabolism in normals and patients with the syndrome of iron deficiency anemia, hypogonadism and dwarfism. J lab clin me. 1963; 61: 537-9

44.Moynahan EJ, Barnes PM Zinc deficiency and a synthetic diet for lactose intolerance. Lancet. 1973; i: 676-80

45.Kubota T. Chronic and recurrent vulvovaginal candidiasis. Nippon ishikin gakkai zasshi. 1998; 39: 213-218

(53)

LAMPIRAN 1.

NASKAH PENJELASAN KEPADA PASIEN/ORANGTUA/KELUARGA PASIEN

Selamat pagi/siang

Perkenalkan nama saya dr. Deryne Anggia Paramita. Saat ini saya sedang menjalani Program Pendidikan Dokter Spesialis di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Untuk memenuhi salah satu persyaratan menyelesaikan Program Magister Kedokteran Klinik dengan konsentrasi pada Spesialis Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang sedang saya jalani, saya melakukan penelitian dengan judul Analisis Kadar Zinc Plasma pada Penderita Kandidiasis Vulvovaginalis Rekuren di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik ”.

Tujuan penelitian saya adalah untuk mengetahui perbedaan kadar zinc pada penderita kandidiasis vulvovaginalis rekuren (KVVR) dibandingkan dengan individu sehat tanpa keluhan. Zinc adalah suatu elemen mineral esensial tubuh yang tidak dapat diproduksi sendiri oleh tubuh, memegang peranan utama sebagai antioksidan, antiinflamasi dan imunitas tubuh. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah untuk membuka wawasan mengenai faktor yang yang dapat mempengaruhi terjadinya KVVR . Dengan mengetahui kadar zinc di dalam darah nantinya diharapkan dapat dilakukan evaluasi yang bermanfaat untuk mengobati atau mencegah terjadinya KVVR. Penelitian ini akan saya lakukan tidak hanya terhadap kelompok pasien yang menderita KVVR, namun juga terhadap kelompok yang terdiri atas orang yang sehat (keluarga pasien) atau yang tidak menderita KVVR sebagai pembanding.

Kandidiasis vulvovaginal rekuren (KVVR) adalah episode KVV (kandidiasis vulvovaginalis) lebih dari empat kali dalam 12 bulan. Dimana gejala klinis dapat berupa cairan putih kekuningan pada vagina dan dapat ditemukan berupa gatal, rasa terbakar dan/atau nyeri pada saat berkemih.

(54)

pendapat mengenai hal ini sehingga penelitian lebih lanjut diperlukan untuk lebih memastikan hal ini

Salah satu cara untuk mengukur kadar zinc pada plasma adalah dengan mengukur kadarnya pada plasma penderita KVVR dan kemudian membandingkannya dengan kadar zinc orang sehat. Zinc adalah mineral esensial yang dikatakan kadarnya dalam darah akan rendah pada pasien-pasien dengan KVVR.

Jika Ibu/Kakak/Adik/Saudari bersedia untuk ikut serta dalam penelitian ini, maka saya akan melakukan tanya jawab terhadap Ibu/Kakak/Adik/Saudari untuk mengetahui identitas pribadi secara lebih lengkap, pemeriksaan pulasan vagina serta pengambilan darah dari pembuluh darah balik lengan bawah. Pengambilan darah akan dilakukan dalam keadaan yang bebas kuman menggunakan jarum suntik 5 ml. Pulasan vagina diambil dari liang vagina bagi yang sudah menikah dan permukaan vagina bagi yang belum menikah. Pengambilan darah akan menimbulkan sedikit rasa sakit namun diharapkan tidak akan menimbulkan akibat yang membahayakan jiwa. Jika Ibu/Kakak/Adik/Saudari mengeluh adanya lebam, bercak-bercak atau pembengkakan berwarna merah yang terasa gatal atau nyeri, pusing (sakit kepala), demam, lemas (perasaan ingin pingsan), atau perdarahan yang tidak berhenti pada lokasi pengambilan darah, maka Ibu/Kakak/Adik/Saudari dapat segera menghubungi saya melalui telepon di (061) 77594011, atau di alamat : Jl. Dr Mansyur Baru II No. 4 Medan, atau pergi ke rumah sakit terdekat dengan terlebih dahulu menghubungi saya.

Pulasan vagina yang telah diambil kemudian dibawa ke laboratorium mikrobiologi FK USU dan darah yang telah diambil selanjutnya akan dibawa ke Laboratorium Klinik Pramita Medan untuk dilakukan pemeriksaan kadar zinc

plasma. Peserta penelitian tidak akan dikutip biaya apapun dalam penelitian ini. Kerahasiaan mengenai penyakit yang diderita peserta penelitian akan dijamin.

(55)

Jika Ibu/Kakak/Adik/Saudari masih memerlukan penjelasan lebih lanjut dapat menghubungi saya.

(56)

LAMPIRAN 2.

PERSETUJUAN IKUT SERTA DALAM PENELITIAN

Setelah mendapat penjelasan, saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :………...………

Jenis kelamin : Perempuan

Umur :………...………

Alamat :………..………….

Selaku orang tua/keluarga dari* :

Nama :………...………

Jenis kelamin* : Laki-laki / perempuan

Umur :………...………

Alamat :………...………

dengan ini menyatakan secara sukarela SETUJU untuk ikut serta dalam penelitian dan mengikuti berbagai prosedur pemeriksaan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Demikianlah surat pernyataan persetujuan ini dibuat dengan sebenarnya dalam keadaan sadar tanpa adanya paksaan dari siapapun.

Medan, 2012 Dokter pemeriksa Yang menyetujui

(dr. Deryne Anggia Paramita) ( )

(57)

LAMPIRAN 3.

Tempat tanggal lahir (hari, bulan, tahun) : Jenis kelamin : Perempuan

Bangsa/Suku : 1. Batak 2. Jawa 3. Melayu Status pernikahan : 1. Sudah menikah 2. Belum menikah

Keluhan utama :

ANAMNESIS

(58)

• Tinggi badan : PEMERIKSAAN FISIK

• Berat badan :

• Lingkar pinggang : Status generalisata

Keadaan umum

• Kesadaran :

• Gizi :

• Tekanan darah : • Frekuensi nadi :

• Suhu :

• Frekuensi pernafasan : Keadaan Spesifik

• Kepala :

• Leher :

• Toraks :

• Abdomen :

• Genitalia :

• Ekstremitas :

Status venereologi

1. Pemeriksaan KOH 10% pulasan vagina : PEMERIKSAAN LABORATORIUM

2. Kultur :

3. Pemeriksaan kadar zinc plasma :

(59)

LAMPIRAN 4

(60)

LAMPIRAN 6

Kolmogorov-Smirnov Z .926

Asymp. Sig. (2-tailed) .358

a Test distribution is Normal.

b Calculated from data.

T-Test

1.241 .270 -.138 58 .890 -1.0893 7.8662 -16.8352 14.6565

-.138 56.080 .890 -1.0893 7.8662 -16.8466 14.6680

(61)

NPar Tests

Notes

Output Created 07-SEP-2012 15:21:08

Comments

Input Active Dataset DataSet1

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working

Data File 60

Missing Value

Handling

Definition of Missing User-defined missing values are

treated as missing.

Cases Used Statistics for each test are based on

all cases with valid data for the

variable(s) used in that test.

Syntax NPAR TESTS

/K-S(NORMAL)= Kadarzinc

/MISSING ANALYSIS.

Resources Elapsed Time

0:00:00.13

Number of Cases

Allowed(a) 196736

Processor Time

0:00:00.00

(62)

LAMPIRAN 7

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

1. Nama : dr. Deryne Anggia Paramita 2. Tempat & Tanggal Lahir : Medan, 11 November 1983

3. Usia : 28 tahun

4. Jenis Kelamin : Perempuan

5. Status : Menikah

6. Pendidikan : S1 Kedokteran

7. Agama : Islam

8. Kebangsaan : Indonesia

9. Alamat : JL. Dr. Mansyur Baru II no 17 Medan 10.Telp. : 081361181386

Pendidikan Formal

1. SD : SD Kemala Bhayangkari I Medan 2. SMP : SLTP Negeri 1 Medan

3. SMA : SMU Negeri 1 Medan

Gambar

Tabel 4.1 Distribusi karakteristik penelitian berdasarkan kelompok umur
Tabel 4.2 Distribusi karakteristik subjek penelitian berdasarkan tingkat
Tabel 4.3 Distribusi subjek penelitian berdasarkan pekerjaan
Tabel 4.4 Perbandingan kadar zinc plasma antara kelompok kasus dan

Referensi

Dokumen terkait

Kelompok usia lebih dari 50 tahun memiliki jumlah penderita paling tinggi, yaitu 41 orang (33,9%), jenis kelamin penderita faringitis akut paling banyak adalah perempuan,

Penelitian yang dilakukan Wardlaw dkk (2002) terhadap 425 penderita trauma kapitis mendapatkan 52 penderita memilki gambaran head CT-Scan normal, 25 orang memiliki gambaran

Tujuan Penelitian : Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sindrom depresif pada penderita-penderita HIV/AIDS dengan menggunakan kuesioner BDI dan tujuan

Dikutip dari 14 Menurut Fountas dkk, kadar FN plasma ini tidak dipengaruhi oleh sumber kanker dan tidak ada perbedaan signifikan kadar FN di antara penderita kanker dengan

Spiritualitas wanita penderita kanker organ reproduksi merupakan kekuatan atau prinsip hidup yang memberikan makna, tujuan dan arti dalam kehidupan wanita penderita

9 Beberapa hasil penelitian pada penderita DM secara signifikan juga menunjukkan rata-rata kadar zinc serum yang rendah pada penderita DM dengan kontrol glikemik yang

Chairiyah Tanjung, SpKK (K), selaku pembimbing kedua, yang dengan penuh kesabaran membimbing, memberi masukan, koreksi dan dorongan semangat kepada penulis dan

Mengetahui karakteristik penderita kanker paru di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2016-2018. Mengetahui kecenderungan kunjungan penderita kanker paru rawat inap di RSUP Haji