KARAKTERISTIK PENDERITA FARINGITIS AKUT DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2011-2012
Oleh : ONG HOOI FAN
100100291
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KARAKTERISTIK PENDERITA FARINGITIS AKUT DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2011-2012
“Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran”
Oleh : ONG HOOI FAN
100100291
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Faringitis akut merupakan peradangan tenggorokan yang disebabkan oleh virus, bakteri, alergi, trauma, toksin dan lain-lain. Penularan terjadi bila kontak dengan sekret hidung dan ludah. National Ambulatory Medical Care Survey telah mendokumentasikan antara 6,2-9,7 juta kunjungan anak-anak dengan faringitis ke klinik dan departemen gawat darurat. Setiap tahun, lebih dari 5 juta kunjungan orang dewasa. Faringitis lebih sering terjadi pada anak-anak dan kira-kira 15-30% kasus faringitis pada anak-anak usia sekolah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik penderita faringitis akut di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan dari bulan Januari tahun 2011 hingga bulan Desember tahun 2012.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang menilai karakteristik penderita faringitis akut di RSUP H. Adam Malik Medan pada bulan Januari tahun 2011 hingga bulan Desember tahun 2012. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional retrospective study, dimana telah dilakukan pengumpulan data berdasarkan survei rekam medis.
Hasil penelitian didapati sebanyak 121 data penderita faringitis akut. Kelompok usia lebih dari 50 tahun memiliki jumlah penderita paling tinggi, yaitu 41 orang (33,9%), jenis kelamin penderita faringitis akut paling banyak adalah perempuan, yaitu 70 orang (57,9%), jenis pekerjaan penderita faringitis akut paling banyak sebagai pegawai swasta, yaitu 32 orang (26,4%), keluhan utama penderita faringitis akut yang paling sering adalah nyeri menelan, yaitu 68 orang (56,2%), dan tanda klinis paling banyak pada penderita faringitis akut adalah faring hiperemis, yaitu 90 orang (74,4%).
ABSTRACT
Acute pharyngitis is a throat inflammation caused by virus, bacteria, allergy, trauma, toxins and others. Transmission occurs by hand contact with nasal discharge and oral contact. National Ambulatory Medical Care Survey has documented between 6.2 to 9.7 million visits to primary care physicians, clinics, and emergency departments each year for children with pharyngitis and more than five million visits per year for adults. Pharyngitis is more common in children and is approximately 15-30 % of cases of pharyngitis in school-aged children.
This study aims to investigate the characteristics of patients with acute pharyngitis in General Hospital Haji Adam Malik from January 2011 to December 2012.
This research is a descriptive study that assesses the characteristics of patients with acute pharyngitis in General Hospital Haji Adam Malik from January 2011 to December 2012. The study designed is cross -sectional retrospective study, which was conducted by gathering data of patients medical records.
The results of the study found 121 patients data with acute pharyngitis. Age group over 50 years old have the highest number of patients, namely 41 patients (33.9 %); acute pharyngitis patients mostly women, that is 70 patients (57.9 %); acute pharyngitis patients occupation mostly as private employees, which is 32 patients (26.4 %); their main complaint most often is painful when swallowing, that account for 68 persons (56.2 %); and most acute pharyngitis patients presented clinical symptoms is pharyngeal hyperemia, namely 90 patients (74.4 %).
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang berjudul “ Karakteristik Penderita Faringitis Akut di RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2011hingga 2012”.
Dalam penyusunan KTI ini, tentu saja penulis menemukan banyak
kesulitan dan hambatan, namun penulis mendapatkan banyak bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak sehingga penulisan proposal ini dapat selesai tepat
pada waktunya. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
Yang terhormat, Prof. Dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH selaku
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara,
Yang terhormat, Dr. Linda Adenin, Sp. THT-KL selaku dosen
pembimbing yang senantiasa meluangkan waktu untuk membimbing dan
mengoreksi proposal dan hasil penelitian ini,
Yang terhormat, Dr. Rina Amelia selaku dosen CRP yang memberi tunjuk
ajar dalam proposal penelitian ini,
Yang terhormat, Direktur RSUP Haji Adam Malik Medan yang telah
mengizinkan penulis melakukan survei awal dan mengambil data untuk penelitian
di rumah sakit yang beliau pimpin,
Yang tercinta, kedua orangtua penulis yaitu Ong Boon Hie dan Saw Yen
Hoon, yang telah memberikan dukungan moral,
Yang terkasih, teman seperjuangan penulis Yosefina Imelda Manik yang
telah mendukung dan membantu dalam penulisan proposal dan hasil penelitian ini,
Yang terkasih, seluruh sahabat penulis, Pravind Kumar, Jananee Bhaskar,
Lee Muh Teck, Eka Putra Pratama dan banyak lagi yang tidak dapat dinamakan
satu-persatu turut memberikan motivasi dan dukungan bagi penulis dalam
atas segala kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Akhirnya penulis berharap
semoga penelitian ini dapat bermanfaat dan berguna pada penulis dan juga
masyarakat.
Medan, Desember 2013
DAFTAR ISI qq Halaman i ii iii iv vi viii ix x 1 1 3 3 3 3 4 5 5 10 10 10 11 12 12 14 14 15 16 16 16 16 17 19 19 19 19 19 19 HALAMAN PENGESAHAN ... ABSTRAK ... ABSTRACT ... KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ... BAB 1 PENDAHULUAN ... 1.1. Latar Belakang ... 1.2. Rumusan Masalah ... 1.3. Tujuan Penelitian ... 1.3.1. Tujuan Umum ... 1.3.2. Tujuan Khusus ...
1.4. Manfaat Penelitian ...
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 2.1. Anatomi Faring ... 2.2. Faringitis Akut ... 2.2.1. Definisi ... 2.2.2. Etiologi ... 2.2.3. Epidemiologi ... 2.2.4. Gejala Klinis ... 2.2.5. Diagnosis ... 2.2.6. Penatalaksanaan ... 2.2.7. Komplikasi ... 2.2.8. Prognosis ...
BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL ...
3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 3.2. Variabel dan Definisi Operasional ... 3.2.1. Definisi Operasional ... 3.2.2. Variabel ...
4.4. Teknik Pengumpulan Data... 4.5. Pengolahan dan Analisis Data ...
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 5.2. Deskripsi Data Penelitian ... 5.3. Hasil Penelitian ...
5.3.1. Distribusi Penderita Faringitis Akut Berdasarkan
Usia ... 5.3.2. Distribusi Penderita Faringitis Akut Berdasarkan
Jenis Kelamin... 5.3.3. Distribusi Penderita Faringitis Akut Berdasarkan
Pekerjaan ... 5.3.4. Distribusi Penderita Faringitis Akut Berdasarkan
Keluhan Utama ... 5.3.5. Distribusi Penderita Faringitis Akut Berdasarkan
Tanda Klinis ... 5.4. Pembahasan ...
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 6.1. Kesimpulan ... 6.2. Saran ...
DAFTAR TABEL Judul Nomor
5.1.
5.2.
5.3.
5.4.
5.5.
Halaman Distribusi Penderita Faringitis Akut Berdasarkan Usia ...
Distribusi Penderita Faringitis Akut Berdasarkan Jenis ...
Distribusi Penderita Faringitis Akut Berdasarkan Pekerjaan...
Distribusi Penderita Faringitis Akut Berdasarkan Keluhan
Utama ...
Distribusi Penderita Faringitis Akut Berdasarkan Tanda
Klinis ... 21
22
22
23
DAFTAR GAMBAR Judul
Nomor 2.1.
2.2.
3.1.
Halaman Anatomi Faring ...
Anatomi Faring Bagian Posterior ...
Kerangka Konsep Karakteristik Penderita Faringitis Akut ... 6
9
DAFTAR LAMPIRAN
Judul Halaman
Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup ...
Lampiran 2. Persetujuan Komisi Etik tentang Pelaksanaan
Penelitian Bidang Kesehatan ...
Lampiran 3. Ijin Penelitian ...
Lampiran 4. Data mentah ( Master Data) ...
Lampiran 5. Output Statistik ... 32
33
34
35
ABSTRAK
Faringitis akut merupakan peradangan tenggorokan yang disebabkan oleh virus, bakteri, alergi, trauma, toksin dan lain-lain. Penularan terjadi bila kontak dengan sekret hidung dan ludah. National Ambulatory Medical Care Survey telah mendokumentasikan antara 6,2-9,7 juta kunjungan anak-anak dengan faringitis ke klinik dan departemen gawat darurat. Setiap tahun, lebih dari 5 juta kunjungan orang dewasa. Faringitis lebih sering terjadi pada anak-anak dan kira-kira 15-30% kasus faringitis pada anak-anak usia sekolah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik penderita faringitis akut di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan dari bulan Januari tahun 2011 hingga bulan Desember tahun 2012.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang menilai karakteristik penderita faringitis akut di RSUP H. Adam Malik Medan pada bulan Januari tahun 2011 hingga bulan Desember tahun 2012. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional retrospective study, dimana telah dilakukan pengumpulan data berdasarkan survei rekam medis.
Hasil penelitian didapati sebanyak 121 data penderita faringitis akut. Kelompok usia lebih dari 50 tahun memiliki jumlah penderita paling tinggi, yaitu 41 orang (33,9%), jenis kelamin penderita faringitis akut paling banyak adalah perempuan, yaitu 70 orang (57,9%), jenis pekerjaan penderita faringitis akut paling banyak sebagai pegawai swasta, yaitu 32 orang (26,4%), keluhan utama penderita faringitis akut yang paling sering adalah nyeri menelan, yaitu 68 orang (56,2%), dan tanda klinis paling banyak pada penderita faringitis akut adalah faring hiperemis, yaitu 90 orang (74,4%).
ABSTRACT
Acute pharyngitis is a throat inflammation caused by virus, bacteria, allergy, trauma, toxins and others. Transmission occurs by hand contact with nasal discharge and oral contact. National Ambulatory Medical Care Survey has documented between 6.2 to 9.7 million visits to primary care physicians, clinics, and emergency departments each year for children with pharyngitis and more than five million visits per year for adults. Pharyngitis is more common in children and is approximately 15-30 % of cases of pharyngitis in school-aged children.
This study aims to investigate the characteristics of patients with acute pharyngitis in General Hospital Haji Adam Malik from January 2011 to December 2012.
This research is a descriptive study that assesses the characteristics of patients with acute pharyngitis in General Hospital Haji Adam Malik from January 2011 to December 2012. The study designed is cross -sectional retrospective study, which was conducted by gathering data of patients medical records.
The results of the study found 121 patients data with acute pharyngitis. Age group over 50 years old have the highest number of patients, namely 41 patients (33.9 %); acute pharyngitis patients mostly women, that is 70 patients (57.9 %); acute pharyngitis patients occupation mostly as private employees, which is 32 patients (26.4 %); their main complaint most often is painful when swallowing, that account for 68 persons (56.2 %); and most acute pharyngitis patients presented clinical symptoms is pharyngeal hyperemia, namely 90 patients (74.4 %).
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan
oleh virus, bakteri, alergi, trauma, toksin dan lain-lain (Rusmarjono dan Efiaty
Arsyad Soepardi, 2007). Faringitis lazim terjadi di seluruh dunia, umumnya di
daerah beriklim musim dingin dan awal musim semi. Di Amerika Serikat, sekitar
84 juta pasien berkunjung ke dokter akibat infeksi saluran pernafasan akut pada
tahun 1998, dimana 25 juta disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas
(Aamir Somro, 2011). Menurut National Ambulatory Medical Care Survey,
infeksi saluran pernafasan atas, termasuk faringitis akut, bertanggung jawab untuk
200 kunjungan ke dokter per 1000 penduduk per tahun di Amerika Serikat (Alan
L. Bisno, 2001). Di negara-negara yang berpenghasilan tinggi, faringitis adalah
umum pada anak-anak usia 3 hingga 15 tahun. Di Amerika Serikat, rata-rata anak
lingkungan usia 5 tahun terinfeksi faringitis GABHS (Group A Beta Hemolytic
Streptococcus) (Aamir Somro, 2011).
Faringitis akut merupakan salah satu klasifikasi dalam faringitis. Faringitis
akut adalah suatu penyakit peradangan tenggorok (faring) yang bersifat mendadak
dan cepat memberat. Faringitis akut dan tonsillitis akut sering ditemukan
bersama-sama dan dapat menyerang semua umur. Faringitis akut dapat
disebabkan oleh viral, bakteri, fungal dan gonorea. Penyebab terbanyak radang ini
adalah kuman golongan Streptokokus Beta Hemolitikus, Streptokokus viridians
dan Streptokokus piogenes. Penyakit ini juga dapat disebabkan oleh infeksi virus
seperti virus influenza dan adenovirus. Faringitis akut dapat menular melalui
kontak dari sekret hidung dan ludah (droplet infection) dari orang yang menderita
faringitis (Rusmarjonno dan Efiaty Arsyad Soepardi, 2007). Kunjungan rawat
jalan per tahun bagi faringitis akut adalah sekitar 12 juta di Amerika Serikat
(Kelley Struble, 2013). Adenovirus merupakan virus penyebab faringitis akut
merupakan bakteri penyebab faringitis akut yang paling umum (Miriam T.
Vincent, 2004).
Sebuah penelitian telah dilakukan pada Oktober 2009 hingga Januari 2010
di Hilla Teaching Hospital, Hilla, Iraq mengenai spesimen usap tenggorokan dari
177 pasien yang menderita faringitis akut. Penelitian menunjukkan bahwa 67 hasil
kultur dijumpai bakteri Beta Hemolytic Streptococcus, 11 penderita (16,4%)
dijumpai Streptococci Anginosus, group C dan F Streptococci dijumpai sebanyak
6,2% dari semua spesimen sebagai penyebab faringitis akut (Alaa H. Al-Charrakh,
2011).
Dari penelitian di Ohio State University, USA, 189 orang dewasa yang
menderita faringitis akut telah dilakukan kultur dan evaluasi serologi untuk group
A beta haemolytic streptococci (GABHS), Mycoplasma pneumoniae dan
Branhamella catarrhalis. 16 pasien terbukti terinfeksi GABHS dan seorang
pasien terinfeksi B. catarrhalis ( Robert M. Guthrie, 1988).
Penelitian faringitis akut yang dilakukan di Department of Medicine,
Louisiana State University, New Orleans, USA, mendapati 92 orang yang
menderita eksudatif faringitis akut (Marvez-Vall EG, 1998). Penelitian dari
Department of Emergency Medicine, Nazilli General Hospital, Nazilli, Ayudin,
Turkey dijumpai 103 pasien yang menderita faringitis akut yang berumur antara
18 hingga 65 tahun serta mempunyai keluhan nyeri tenggorokan (Tasar A, 2008).
Penelitian lain telah dilakukan oleh 5 orang dokter di klinik keluarga
Israeli pada 3 kota dan 1 desa antara Nopember 2001 dan Oktober 2002 dijumpai
80 orang pasien usia antara 18-65 tahun ditemukan memiliki faringitis akut, nyeri
tenggorokan, disfagia, demam dan limfadenopati (Alexander Kiderman, 2005).
Informasi mengenai karakteristik penyakit-penyakit THT di Indonesia
khususnya faringitis akut di masih sulit diperoleh. Atas pertimbangan data-data
tersebut, saya ingin meneliti tentang karakteristik penderita faringitis akut di
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, maka dapat
dirumuskan pertanyaan penelitian berupa bagaimanakah karakteristik penderita
faringitis akut di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan dari tahun
2011- 2012?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui karakteristik penderita faringitis akut di RSUP H.
Adam Malik Medan dari bulan Januari tahun 2011 hingga bulan Desember tahun
2012.
1.3.2. Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui distrubusi proporsi penderita faringitis akut
berdasarkan usia.
2. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita faringitis akut
berdasarkan jenis kelamin.
3. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita faringitis akut
berdasarkan pekerjaan.
4. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita faringitis akut
berdasarkan keluhan utama.
5. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita faringitis akut
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :
1. Bagi peneliti untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam
melakukan penelitian.
2. Bagi masyarakat, meningkatkan pengetahuan tentang faringitis akut.
3. Sebagai sumber data bagi RSUP H. Adam Malik Medan mengenai
karakteristik faringitis akut tahun 2011 hingga 2012.
4. Bagi peneliti lain, dapat dijadikan referensi untuk penelitian yang sama
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi Faring
Faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang bentuknya seperti corong,
yang besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah serta terletak pada bagian
anterior kolum vertebra (Arjun S Joshi, 2011).
Kantong ini mulai dari dasar tengkorak terus menyambung ke esophagus
setinggi vertebra servikal ke-6. Ke atas, faring berhubungan dengan rongga
hidung melalui koana, ke depan berhubungan dengan rongga mulut melalui ismus
orofaring, sedangkan dengan laring di bawah berhubungan melalui aditus laring
dan ke bawah berhubungan dengan esophagus. Panjang dinding posterior faring
pada orang dewasa kurang lebih 14 cm; bagian ini merupakan bagian dinding
faring yang terpanjang. Dinding faring dibentuk oleh (dari dalam keluar) selaput
lendir, fasia faringobasiler, pembungkus otot dan sebagian fasia bukofaringeal
(Rusmarjono dan Bambang Hermani, 2007).
Faring terbagi atas nasofaring, orofaring dan laringofaring (hipofaring)
(Arjun S Joshi, 2011). Unsur-unsur faring meliputi mukosa, palut lendir (mukosa
Gambar 2.1. Anatomi Faring Atlas of Human Anatomy 4th Edition
Faring terdiri atas :
Nasofaring
Batas nasofaring di bagian atas adalah dasar tengkorak, di bagian bawah
adalah palatum mole, ke depan adalah rongga hidung sedangkan ke belakang
adalah vertebra servikal. Nasofaring yang relatif kecil, mengandung serta
berhubungan erat dengan beberapa struktur penting, seperti adenoid, jaringan
limfoid pada dinding lateral faring dengan resesus faring yang disebut fosa
Rosenmuller, kantong Rathke, yang merupakan invaginasi struktur embrional
hipofisis serebri, torus tubarius, suatu refleksi mukosa faring di atas penonjolan
kartilago tuba Eustachius, koana, foramen jugulare, yang dilalui oleh n.
bagian petrosus os temporalis dan foramen laserum dan muara tuba Eustachius
(Rusmarjono, 2007; Arjun S Joshi, 2011; Rospa Hetharia, 2011).
Orofaring
Orofaring disebut juga mesofaring dengan batas atasnya adalah palatum
mole, batas bawah adalah tepi atas epiglottis, ke depan adalah rongga mulut,
sedangkan ke belakang adalah vertebra sevikal. Struktur yang terdapat di rongga
orofaring adalah dinding posterior faring, tonsil palatine, fosa tonsil serta arkus
faring anterior dan posterior, uvula, tonsil lingual dan foramen sekum
(Rusmarjono dan Bambang Hermani, 2007; Rospa Hetharia, 2011).
Laringofaring (Hipofaring)
Batas laringofaring di sebelah superior adalah tepi atas epiglotis, batas
anterior ialah laring, batas inferior ialah esofagus, serta batas posterior ialah
vertebra servikal. Struktur pertama yang tampak di bawah lidah ialah valekula.
Bagian ini merupakan dua cengkungan yang dibentuk oleh ligamentum
glosoepiglotika medial dan ligamentum glosoepiglotika lateral pada tiap sisi. Valekula disebut juga “kantong pil” (pill pockets) sebab pada beberapa orang, kadang – kadang bila menelan pil akan tersangkut di situ. Di bawah valekula
terdapat epiglotis. Pada bayi epiglotis ini berbentuk omega dan pada
perkembangannya akan lebih melebar, meskipun kadang – kadang bentuk
infantile (bentuk omega) ini tetap sampai dewasa. Dalam perkembangannya,
epiglotis ini dapat menjadi demikian lebar dan tipisnya. Epiglotis berfungsi juga
untuk melindungi glotis ketika menelan minuman atau bolus makanan, pada saat
bolus tersebut menuju ke sinus piriformis dan ke esophagus (Rusmarjono dan
Ruang Faringal
Ada dua ruang yang berhubungan dengan faring yang secara klinis
mempunyai arti penting, yaitu ruang retrofaring dan ruang parafaring. Ruang
retrofaring( Retropharyngeal space), dinding anterior ruang ini adalah dinding
belakang faring yang terdiri dari mukosa faring, fasia faringobasilaris dan otot –
otot faring. Ruang ini berisi jaringan ikat jarang dan fasia prevertebralis. Ruang
ini mulai dari dasar tengkorak di bagian atas sampai batas paling bawah dari fasia
servikalis. Serat – serat jaringan ikat di garis tengah mengikatnya pada vertebra.Di
sebelah lateral ruang ini berbatasan dengan fosa faringomaksila (Rusmarjono dan
Bambang Hermani, 2007).
Ruang parafaring (Pharyngomaxillary Fossa), ruang ini berbentuk kerucut
dengan dasarnya yang terletak pada dasar tengkorak dekat foramen jugularis dan
puncaknya pada kornu mayus os hioid. Ruang ini dibatasi di bagian dalam oleh m.
konstriktor faring superior, batas luarnya adalah ramus asenden mandibula yang
melekat dengan m. pterigoid interna dan bagian posterior kelenjar parotis. Fosa ini
dibagi menjadi dua bagian yang tidak sama besarnya oleh os stiloid dengan otot
yang melekat padanya. Bagian anterior (presteloid) adalah bagian yang lebih luas
dan dapat mengalami proses supuratif sebagai akibat tonsil yang meradang,
beberapa bentuk mastoiditis atau petrositis, atau dari karies dentis. Bagian yang
lebih sempit di bagian posterior (post stiloid) berisi a.karotis interna, v. jugularis
interna, n. vagus yang dibungkus dalam suatu sarung yang disebut selubung
karotis (carotid sheath). Bagian ini dipisahkan dari ruang retrofaring oleh sesuatu
2.2. Faringitis Akut
2.2.1. Definisi
Faringitis akut adalah infeksi pada faring yang disebabkan oleh virus atau
bakteri, yang ditandai oleh adanya nyeri tenggorokan, faring eksudat dan
hiperemis, demam, pembesaran kelenjar getah bening leher dan malaise (Miriam
T. Vincent, 2004). Faringitis akut dan tonsillitis akut sering ditemukan
bersama-sama dan dapat menyerang semua umur. Penyakit ini ditular melalui kontak dari
sekret hidung dan ludah ( droplet infections) (Rusmarjono, 2001).
2.2.2. Etiologi
Faringitis dapat disebabkan infeksi maupun non infeksi. Banyak
mikroorganisme yang dapat menyebabkan faringitis, antaranya virus (40-60%)
dan bakteri (5-40%) yang paling sering ( Rusmarjono dan Efiaty Arsyad Soepardi,
2007).
Kebanyakan faringitis akut disebabkan oleh agen virus. Virus yang
menyebabkan faringitis termasuk Influenza virus, Parainfluenza virus,
Coronavirus, Coxsackie viruses A dan B, Cytomegalovirus, Adenovirus dan
Epstein Barr Virus (EBV). Selain itu, infeksi Human Immunodeficiency virus
(HIV) juga dapat menyebabkan terjadinya faringitis (John L. Boone, 2003;
Anthony W Chow, 2013).
Faringitis akut yang disebabkan oleh bakteri termasuk Group A Beta
Hemolytic Streptococcus (GABHS), Group C Beta Hemolytic Streptococcus,
Neisseria gonorrhoeae, Corynebacterium diphtheria, Arcanobacterium
haemolyticum dan sebagainya. Infeksi Group A Beta Hemolytic Streptococcus
(GABHS) merupakan penyebab faringitis akut pada 5-15% dewasa dan 20-30%
pada anak-anak (5-15 tahun) (Ferri, 2012; Rusmarjono dan Efiaty Arsyad
Soepardi, 2007).
kontak orogenital. Dalam sebuah penelitian pada orang dewasa yang terinfeksi
gonorea, faringitis gonokokal ditemukan 20% pada pria homoseksual, 10% pada
wanita dan 3% pada pria heteroseksual. Sekitar 50% individu yang terinfeksi
adalah tanpa gejala, meskipun odinofagia, demam ringan dan eritema dapat terjadi
(John L. Boone, 2003).
Selain itu, Candida dapat tumbuh di mukosa rongga mulut dan faring dan
menyumbang terjadinya faringitis fungal. Faringitis gonorea hanya terdapat pada
pasien yang menlakukan kontak orogenital (Rusmarjono dan Efiaty Arsyad
Soepardi, 2007).
Faktor resiko lain penyebab faringitis akut yaitu udara yang dingin,
turunnya daya tahan tubuh yang disebabkan infeksi virus influenza, konsumsi
makanan yang kurang gizi, konsumsi alkohol yang berlebihan, merokok, dan
seseorang yang tinggal di lingkungan kita yang menderita sakit tenggorokan atau
demam (Jill Gore, 2013).
2.2.3. Epidemiologi
Faringitis merupakan penyakit umum pada dewasa dan anak-anak.
National Ambulatory Medical Care Survey dan National Hospital Ambulatory
Medical Care Survey telah mendokumentasikan antara 6,2-9,7 juta kunjungan
anak-anak dengan faringitis ke klinik dan departemen gawat darurat setiap tahun,
dan lebih dari 5 juta kunjungan orang dewasa per tahun (Mary T. Caserta, 2009).
Menurut National Ambulatory Medical Care Survey, infeksi saluran pernafasan
atas, termasuk faringitis akut, dijumpa 200 kunjungan ke dokter per 1000
penduduk per tahun di Amerika Serikat (Alan L. Bisno, 2001).
Frekuensi munculnya faringitis lebih sering pada populasi anak-anak.
Kira-kira 15-30% kasus faringitis pada anak-anak usia sekolah dan 10% kasus
faringitis pada orang dewasa terjadi pada musim sejuk adalah akibat dari infeksi
Group A Streptococcus. Faringitis jarang terjadi pada anak-anak kurang dari 3
2.2.4. Gejala Klinis
Gejala-gejala yang timbul pada faringitis akut bergantung pada
mikroorganismenya. Faringitis akut yang disebabkan bakteri mempunyai gejala
nyeri kepala yang hebat, demam atau menggigil, malaise, nyeri menelan, muntah
dan mungkin batuk tapi jarang (Rusmarjono, 2007). Faringitis akibat infeksi
bakteri Streptococcus group A dapat diperkirakan dengan menggunakan Centor
criteria, yaitu demam, limfaadenopati pada anterior servikal, eksudat pada tonsil,
tidak ada batuk (Jill Gore, 2013).
Faringitis yang disebabkan virus biasanya mempunyai gejala nyeri
tenggorokan yang parah dan dapat disertai dengan batuk, suara serak dan nyeri
substernal. Demam, menggigil, malaise, mialgia dan sakit kepala juga dapat
terjadi (John L. Boone, 2003). Sedangkan gejala pada faringitis fungal adalah
nyeri tenggorokan dan nyeri menelan. Pada pemeriksaan tampak plak putih di
orofaring dan mukosa faring lainnya hiperemis (Rusmarjono, 2007).
2.2.5. Diagnosis
Pada faringitis akut yang disebabkan oleh bakteri, pemeriksaan pada faring
yang dapat dilihat yaitu adanya eritema faring dan tonsil, eksudat pada faring dan
tonsil, petechiae palatine, edema uvula dan limfadenopati servikalis anterior.
Tidak semua pasien didapati dengan semua gejala tersebut, banyak pasien datang
dengan gejala yang ringan dan tanpa eksudatif. Anak-anak di bawah 3 tahun dapat
disertai coryza dan krusta hidung. Faringitis dengan eksudat jarang terjadi pada
umur ini (Alan, et.al.,2001).
Pada faringitis viral, pemeriksaan tampak faring dan tonsil hiperemis.
Virus influenza, Coxsachie virus dan Cytomegalovirus tidak menghasilkan
eksudat. Coxsachie virus dapat menimbulkan lesi vesicular di orofaring dan lesi
kulit berupa maculopapular rash. Epstein Barr Virus (EBV) menyebabkan
pembesaran kelenjar limfa di seluruh tubuh terutama retroservikal dan
hepatosplenomegali (Rusmarjono, 2007).
Diagnosis biasanya dibuat tanpa kesulitan, terutama bila terdapat tanda
dan gejala yang mengarah ke faringitis. Biakan tenggorokan membantu dalam
menentukan organisme penyebab faringitis, dan untuk membedakan faringitis
karena bakteri atau virus. Sangatlah penting untuk mengetahui onset, durasi,
progresifitas dan tingkat keparahan dari gejala yang menyertai seperti demam,
batuk, kesukaran bernafas, pembengkakan limfonodi, paparan infeksi, dan adanya
penyakit sistemik lainnya seperti diabetes dan lain-lain. Faring harus diperiksa
apakah terdapat tanda-tanda eritem, hipertrofi, adanya benda asing, eksudat,
massa, petechie dan adenopati (Miriam T. Vincent, 2004).
Juga penting untuk menanyakan gejala yang dialami pasien seperti demam,
timbulnya ruam kulit (rash), adenopati servikalis dan coryza. Jika dicurigai
faringitis yang disebabkan oleh Streptococcus, seorang dokter harus mendengar
adanya suara murmur pada jantung dan mengevaluasi apakah pada pasien terdapat
pembesaran lien dan hepar. Apabila terdapat tonsil eksudat, pembengkakan
kelenjar limfe leher, tidak disertai batuk dan suhu badan meningkat sampai 38ºC
maka dicurigai adanya faringitis karena infeksi GABHS (Alan, et.al.,2001)
Kultur tenggorokan merupakan suatu metode yang dilakukan untuk
menegaskan suatu diagnosis dari faringitis yang disebabkan oleh bakteri GABHS.
Untuk mencapai hasil yang akurat, pangambilan swab dilakukan pada daerah
tonsil dan dinding faring posterior. Spesimen diinokulasi pada agar darah dan
ditanami disk antibiotik. Kriteria standar untuk penegakan diagnosis infeksi
GABHS adalah persentase sensitifitas mencapai 90-99 %. Kultur tenggorok
2.2.6. Penatalaksanaan
Terapi pada penderita faringitis viral dapat diberikan aspirin atau
asetaminofen untuk membantu mengurangi rasa sakit dan nyeri pada tenggorokan.
Penderita dianjurkan untuk beristirahat di rumah dan minum yang cukup. Kumur
dengan air hangat. Faringitis yang disebabkan oleh virus dapat sembuh sendiri
tanpa pengobatan (Rusmarjono, 2007).
Terapi untuk faringitis bakterial diberikan antibiotik terutama bila diduga penyebab faringitis akut ini grup A Streptokokus β hemolitikus. Dapat juga diberikan Penicilin G Banzatin 50.000 U/kgBB, IM dosis tunggal, atau
amoksisilin 50 mg/kgBB dosis dibagi 3 kali/hari selama 10 hari dan pada dewasa
3 x 500mg selama 6-10 hari, jika pasien alergi terhadap penisilin maka diberikan
eritromisin 4x500 mg/hari. Kumur dengan air hangat atau antiseptik beberapa kali
sehari (Rusmarjono, 2007).
Faringitis yang disebabkan Candida dapat diberikan Nystasin 100.00 –
400.000 2 kali/hari dan faringitis yang disebabkan Gonorea dapat diberikan
Sefalosporin generasi ke-3, Ceftriakson 250mg secara injeksi intramuskular
(Rusmarjono, 2007)
2.2.7. Komplikasi
Komplikasi umum pada faringitis termasuk sinusitis, otitis media,
epiglottitis, mastoiditis, dan pneumonia. Faringitis yang disebabkan infeksi
streptokokus jika tidak diobati dapat menyebabkan demam reumatik akut,
peritonsillar abses, peritonsillar cellulitis, abses retrofaringeal, toxic shock
syndrome dan obstruksi saluran pernasafan akibat dari pembengkakan laring.
Demam reumatik akut dilaporkan terjadi pada1 dari 400 infeksi GABHS yang
2.2.8. Prognosis
Prognosis untuk faringitis akut sangat baik pada sebagian besar kasus.
Biasanya faringitis akut sembuh dalam waktu 10 hari, namun harus berhati-hati
BAB 3
KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini
adalah :
Gambaran 3.1 Kerangka Konsep Karakteristik Penderita Faringitis Akut
3.2. Variabel dan Definisi Operasional
Judul penelitian : Karakteristik Penderita Faringitis Akut di RSUP H. Adam Malik
Medan tahun 2011 hingga tahun 2012.
3.2.1. Definisi operasional
Penderita faringitis akut adalah pasien yang dinyatakan menderita
faringitis akut berdasarkan hasil diagnosa dokter dan tercatat dalam rekam medis. Data
Rekam Medis
Karakteristik Penderita Faringitis Akut
- Usia
- Jenis Kelamin
- Pekerjaan
- Keluhan Utama
- Tanda Klinis Penderita
3.2.2. Variabel
Usia adalah usia pasien pertama kali didiagnosa menderita faringitis akut
yang tercatat dalam rekam medis di RSUP H. Adam Malik.
- ≤ 10 tahun
- 11-20 tahun
- 21-30 tahun
- 31-40 tahun
- 41-50 tahun
- >50 tahun
Jenis kelamin adalah jenis kelamin pasien yang tercatat dalam rekam
medis.
- Laki-laki
- Perempuan
Pekerjaan adalah pekerjaan penderita faringitis akut yang tercatat dalam
data rekam medis.
- Pegawai Negeri Sipil
- Pegawai Swasta
- Pelajar/ Mahasiswa
- Ibu rumah tangga
- Tidak bekerja/ pensium
Keluhan utama adalah keluhan paling banyak yang membuat penderita
faringitis akut datang berkunjung ke dokter THT di RSUP H. Adam Malik.
- Nyeri tenggorokan
- Nyeri menelan
- Mengganjal di tenggorokan
- Batuk
Tanda klinis adalah tanda yang tampak pada penderita faringitis akut dan
tercatat pada rekam medis.
- Faring hiperemis
- Faring hiperemis + Eksudat pada faring
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang menilai karakteristik
penderita faringitis akut di RSUP H. Adam Malik Medan pada bulan Januari
tahun 2011 hingga bulan Desember tahun 2012. Desain penelitian yang digunakan
adalah cross sectional retrospective study, dimana telah dilakukan pengumpulan
data berdasarkan survei rekam medis sub bagian THT di RSUP H. Adam Malik
Medan.
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus sampai November 2013 di
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien yang sudah terdiagnosa oleh
dokter menderita faringitis akut dan terdaftar pada rekam medis di Rumah Sakit
Umum Pusat Haji Adam Malik Medan periode Januari 2011- Desember 2012.
4.3.2. Sampel
Kriteria inklusi: seluruh data penderita faringitis akut di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2011-2012. Adapun besar sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sama dengan jumlah populasi (total sampling).
Kriteria eksklusi: data rekam medis yang tidak lengkap yaitu tidak terdapat variabel yang ingin diteliti, dan pasien dengan penyakit penyerta yang
4.4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah dengan menggunakan seluruh rekam
medis pasien penderita faringitis akut selama tahun 2011-2012 yang didapat di
bagian rekam medis RSUP H. Adam Malik. Pada rekam medis tersebut dilihat
variabel yang akan diteliti yaitu usia, jenis kelamin, pekerjaan, keluhan utama dan
gejala-gejala klinis sebagai karakteristik penderita faringitis akut selama tahun
2011-2012 kemudian dilakukan pencatatan sesuai dengan variabel yang diteliti.
4.5. Pengolahan dan Analisis Data
Semua data yang terkumpul diolah dan disusun dengan bantuan program
komputer dan kemudian akan dianalisa secara statistik dengan menggunakan tabel
distribusi.
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan yang terletak di
Jalan Bungalow No.17, Medan. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit umum
daerah untuk wilayah Sumatera Utara dan merupakan rumah sakit kelas A serta
merupakan rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara, Medan.
5.2. Deskripsi Data Penelitian
Data penderita faringitis akut yang diperoleh selama periode Januari 2011
hingga Desember 2012 sebanyak 121 data. Semua data diperoleh dari data
sekunder yaitu rekam medis pasien penderita faringitis akut yang berobat ke
RSUP H. Adam Malik.
5.3. Hasil Penelitian
[image:35.595.107.513.489.681.2]5.3.1. Distribusi Penderita Faringitis Akut Berdasarkan Usia Tabel 5.1. Distribusi Penderita Faringitis Akut Berdasarkan Usia
Usia Jumlah Penderita Persentase (%)
≤10 5 4,1
11-20 8 6,6
21-30 20 16,5
31-40 21 17,4
41-50 26 21,5
>50 41 33,9
Total 121 100,0
Dari tabel di atas, dijumpai penderita faringitis akut yang paling banyak
kemudian diikuti dengan kelompok usia 41-50 tahun sebanyak 26 orang (21,5%),
kelompok usia 31-40 tahun sebanyak 21 orang (17,4%), kelompok usia 21-30
tahun sebanyak 20 orang (16,5%), kelompok usia 11-20 tahun sebanyak 8 orang
(6,6%), dan yang paling sedikit dijumpai pada kelompok usia kurang dari 10
tahun sebanyak 5 orang (4,1%).
[image:36.595.102.511.279.365.2]5.3.2. Distribusi Penderita Faringitis Akut Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 5.2. Distribusi Penderita Faringitis Akut Berdasarkan Jenis Kelamin
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa jenis kelamin penderita faringitis
akut yang paling banyak adalah perempuan, sebanyak 70 orang (57,9%).
Sedangkan, jenis kelamin laki-laki sebanyak 51 orang (42,1%).
5.3.3. Distribusi Penderita Faringitis Akut Berdasarkan Pekerjaan Tabel 5.3. Distribusi Penderita Faringitis Akut Berdasarkan Pekerjaan
Jenis Pekerjaan Jumlah Penderita Persentase (%)
Pegawai Negeri Sipil 29 24,0
Pegawai Swasta 32 26,4
Pelajar/Mahasiswa 17 14,0
Ibu Rumah Tangga 26 21,5
Tidak Bekerja/Pensium 11 9,1
Lain-lain 6 5,0
Total 121 100,0
Dari tabel di atas, diperoleh jenis pekerjaan penderita faringitis akut yang
paling banyak adalah Pegawai Swasta dengan jumlah 32 orang (26,4%),
kemudian diikuti dengan pekerjaan sebagai Pegawai Negeri Sipil dengan jumlah
Jenis Kelamin Jumlah Penderita Persentase (%)
Laki-laki 51 42,1
Perempuan 70 57,9
[image:36.595.109.511.479.670.2]29 orang (24%), jenis pekerjaan ibu rumah tangga sebanyak 26 orang (21,5%),
pelajar atau mahasiswa sebanyak 17 orang (14,0%), penderita yang tidak bekerja
atau sudah pensium sebanyak 11 orang (9,1%), dan paling sedikit adalah jenis
pekerjaan lain-lain dengan jumlah 6 orang (5,0%).
[image:37.595.108.512.221.379.2]5.3.4. Distribusi Penderita Faringitis Akut Berdasarkan Keluhan Utama Tabel 5.4. Distribusi Penderita Faringitis Akut Berdasarkan Keluhan Utama
Keluhan Utama Jumlah Penderita Persentase (%)
Nyeri Tenggorokan 27 22,3
Nyeri Menelan 68 56,2
Mengganjal di Tenggorokan 8 6,6
Batuk 18 14,9
Total 121 100,0
Dari tabel di atas, diperoleh keluhan utama penderita faringitis akut yang
paling banyak adalah nyeri menelan dengan jumlah 68 orang (56,2%), kemudian
diikuti dengan nyeri tenggorokan dengan jumlah 27 orang (22,3%), dan batuk
dengan jumlah 18 orang (14,9%). Keluhan mengganjal pada tenggorokan
memiliki jumlah penderita faringitis akut yang paling sedikit yaitu 8 orang (6,6%).
5.3.5. Distribusi Penderita Faringitis Akut Berdasarkan Tanda Klinis Tabel 5.5. Distribusi Penderita Faringitis Akut Berdasarkan Tanda Klinis
Tanda Klinis Jumlah Penderita Persentase (%)
Faring Hiperemis 90 74,4
Faring Hiperemis +
Eksudat pada Faring
26 21,5
Faring Hiperemis +
Kelenjar Getah Bening
Bengkak
5 4,1
[image:37.595.107.522.531.726.2]Dari tabel di atas, diperoleh tanda klinis penderita faringitis akut yang
paling banyak adalah faring hiperemis dengan jumlah 90 orang (74,4%),
seterusnya diikuti dengan faring hiperemis bersamaan dengan terdapat eksudat
pada faring sebanyak 26 orang (21,5%). Faring hiperemis disertai dengan kelenjar
getah bening yang membengkak memiliki jumlah paling sedikit yaitu 5 orang
(4,1%).
5.4. Pembahasan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan data
sekunder rekam medis di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2011 dan
2012, diperoleh data mengenai karakteristik yang dimiliki oleh pasien penderita
faringitis akut yang menjadi subjek dalam penelitian ini. Data-data tersebutlah
yang akan digunakan sebagai dasar dari pembahasan hasil akhir penelitian ini.
Dari hasil penelitian ini, berdasarkan karakteristik usia pada tabel 5.1,
yang paling banyak penderita faringitis didapati dari kelompok usia lebih dari 50
tahun (33,9%) dan paling sedikit penderita faringitis pada kelompok usia kurang
dari 10 tahun (4,1%). Menurut Mandell, Douglas, and Bennett’s Principles and
Practice of Infectious Diseases, menyatakan bahwa faringitis merupakan penyakit
yang paling sering dijumpai pada anak-anak dan dewasa, lebih kurang 50% kasus
terdiagnosa pada pasien usia 5 hingga 24 tahun (Mandell, 2009). Menurut Journal
of the American Academy of Family Physicians, faringitis akut dapat menyerang
pada semua umur, penyebab faringitis yang paling sering adalah Group A
Beta-Hemolytic Streptococcal (GABHS) 15 hingga 30% kasus faringitis terjadi pada
anak-anak dan 5 hingga 15% kasus terjadi pada dewasa (Miriam T. Vincent,
2004). Terdapat perbedaan penelitian dari peneliti yang menunjukkan pasien usia
tua lebih banyak menderita faringitis akut dibanding dengan penelitian-penelitian
lain yang mengatakan pasien usia muda yang lebih banyak. Hal ini mungkin
karena kekebalan dan immunitas tubuh penderita usia tua lebih lemah dibanding
penderita usia muda sehingga mudah terinfeksi mikroorganisme. Menurut artikel
sistem kekebalan tubuh bawaan dan sistem kekebalan adaptif tubuh semakin
lemah. Sistem immunitas pada orang tua lebih lemah dibanding anak-anak dan
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk sembuh dari suatu penyakit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penderita faringitis berdasarkan jenis
kelamin dijumpai perempuan (57,9%) lebih banyak daripada lelaki (42,1%).
Namun, menurut Ferri’s Clinical Advisor 2013, edisi pertama, jenis kelamin
perempuan maupun lelaki mempunyai peluang yang sama untuk terjadinya
faringitis akut, tidak ada jenis kelamin yang lebih dominant untuk menderita
faringitis akut (Ferri, 2012). Menurut Medscape tentang faringitis, tidak ada
predileksi seksual mengenai jenis kelamin yang lebih rentan terinfeksi faringitis
akut (Kelly Struble, 2013). Oleh itu, walaupun terdapat sedikit perbedaan
persentase antara hasil jenis kelamin perempuan dan lelaki, tidak bermakna untuk
terjadinya faringitis akut.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada tabel 5.3 menunjukkan
bahwa jenis pekerjaan Pegawai Swasta memiliki jumlah penderita faringitis akut
yang paling banyak (26,4%) diikuti Pegawai Negeri Sipil (24%). Belum ada
penelitian yang spesifik mengenai hubungan jenis pekerjaan dengan menderita
faringitis akut namun mungkin jenis pekerjaan seperti pegawai-pegawai yang
mempunyai interaksi sosial yang besar rentan terinfeksi penyakit faringitis akut.
Hal ini karena infeksi faringitis akut tertular melalui kontak dari sekret hidung dan
ludah (droplet infections) (Rusmarjono dan Efiaty A. Soepardi, 2007). Menurut
journal American Family Physician mengenai faringitis akut, transmisi viral atau
bakteri faringitis akut muncul paling sering dengan kontak tangan dengan cairan
hidung daripada kontak oral (Miriam T. Vincent, 2004). Berjabatan tangan dan
berkomunikasi antara pegawai-pegawai akan meningkatkan resiko tertular dan
menderita faringitis akut.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa keluhan utama paling banyak
dari penderita faringitis akut adalah nyeri menelan (56,2%), selanjutnya nyeri
tenggorokan (22,3%), batuk (14,9%), dan paling sedikit adalah keluhan rasa
mengganjal di tenggorok (6,6%). Menurut buku ajar Ilmu Kesehatan
nyeri tenggorok, nyeri menelan, sulit menelan, batuk dan otalgia (Rusmarjono dan
Efiaty Arsyad Soepardi, 2007), sedangkan menurut Journal of the American
Academy of Physician Assistants tentang faringitis akut, nyeri tenggorokan
merupakan keluhan utama bagi penyakit faringitis akut (Gore, Jill M., 2013).
Menurut journal Review Pharyngitis and Sore Throat dari College of
Conventional Medicine, Islamia University, Pakistan, menyatakan bahwa nyeri
atau tidak nyaman pada tenggorokan dan nyeri menelan (odinofagia) pada
penderita faringitis akut merupakan diagnosa paling penting untuk penyakit
faringitis akut (Aamir Somro, 2011). Oleh itu, berdasarkan anamnesia pasien,
keluhan utama sudah hampir dapat mendignosakan pasien menderita faringitis
akut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanda klinis yang paling banyak
dijumpai pada penderita faringitis akut adalah tanda faring hiperemis (74,4%)
seterusnya faring hiperemis dan eksudat pada faring (21,5%), dan paling sedikit
adalah tampak faring hiperemis disertai pembesaran kelenjar getah bening (4,1%).
Menurut buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga-Hidung-Tenggorok Kepala Leher,
faringitis akut yang disebabkan viral atau bakteri, dapat menyebabkan faring
hiperemis (Rusmarjono dan Efiaty Arsyad Soepardi, 2007). Menurut Gore, Jill M.
(2013), faringitis adalah inflamasi pada dinding faring. Pada pemeriksaan klinis
dapat terlihat faring hiperemis. Faringitis yang disebabkan oleh GABHS biasanya
dapat terdiagnosa dengan dijumpainya eksudat pada faring, demam, pembesaran
kelenjar getah bening dan tidak ada keluhan batuk (John L. Boone, MD, 2003).
Hal ini menunjukkan bahwa faring hiperemis harus dijumpai pada penderita untuk
memastikan diagnosanya sebagai faringitis akut. Faring hiperemis dengan eksudat
dan pembesaran kelenjar getah bening muncul tergantung dengan varian
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai karakteristik
penderita faringitis akut di RSUP H. Adam Malik tahun 2011 hingga 2012 dengan
jumlah data penderita sebanyak 121 orang, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Distribusi kelompok usia pada penderita faringitis akut paling banyak adalah
lebih dari 50 tahun sebanyak 41 orang (33,9%).
2. Distribusi jenis kelamin pada penderita faringitis akut paling banyak pada
perempuan yaitu 70 orang (57,9%).
3. Distribusi jenis pekerjaan pada penderita faringitis akut yang paling banyak
adalah Pegawai Swasta yaitu sebanyak 32 orang (26,4%).
4. Distribusi keluhan utama pada penderita faringitis akut yang paling banyak
adalah nyeri menelan yaitu sebanyak 68 orang (56,2%).
5. Distribusi tanda klinis pada penderita faringitis akut yang paling banyak adalah
faring hiperemis yaitu sebanyak 90 orang (74,4%).
6.2. Saran
Terdapat beberapa saran yang dapat diberikan dari penelitian ini :
1. Penelitian selanjutnya agar menggunakan desain penelitian yang lain misalnya
analitik mengenai faringitis akut. Sebaiknya menggunakan populasi yang lebih
luas dengan menggunakan data rekam medis dari beberapa rumah sakit dan
meneliti variabel faringitis akut yang lebih beragam, serta rentang waktu
pengambilan sampel diperpanjangkan, yang bertujuan untuk memperkaya data
2. Pihak RSUP H. Adam Malik Medan sebaiknya meningkatkan kualitas dan
melengkapi data rekam medik pasien, sehingga penelitian pada masa yang akan
datang dapat memberikan hasil yang lebih cepat dan lengkap. Penulisan isi rekam
medis yang jelas dan rapih juga harus dilakukan supaya tidak terjadi kesalahan
DAFTAR PUSTAKA
Aamir Somro et al., 2011. Pharyngitis and Sore Throat: A Review. In: African
Journal of Biotechnology Vol. 10(33), ppp. 6190-6197. Available From:
http://www.academicjournals.org/AJB [Accessed: 4 Jun 2013]
Alan L. Bisno, M.D., 2011. Acute Pharyngitis: Primary Care. In: The New
England Journal of Medicine 2011; 344:205-211. Available From:
http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJM200101183440308 [Accessed: 4
Jun 2013]
Alaa H. Al-Charrakh, Al-Khafaji JK and Al-Rubaye RH, 2011. Prevalence of
B-Hemolytic Group C and F Streptococci in Patients With Acute Pharyngitis.
Department of Microbiology, College of Medicine, Babylon University,
Babylon, Iraq. Available From:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22540078 [ Accessed: 4 Jun 2013]
Alexander Kiderman, 2005. Adjuvant Prednisone Therapy in Pharyngitis: A
Randomised Controlled Trial from General Pratice. In: The British Journal of
General Practice. 2005 March 1; 55(512): 218-221. Available From:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1463093 [Accessed: 4 Jun
2013]
Anthony W Chow and Shira Doron, 2013. Evaluation of Acute Pharyngitis in
Adults. Available From:
http://www.uptodate.com/contents/evaluation-of-acute-pharyngitis-in-adults [Accessed: 4 Jun 2013]
Arjun S Joshi, 2011. Pharynx Anatomy. Available From:
http://emedicine.medscape.com/article/1949347-overview#showall [Accessed:
4 Jun 2013]
Ferri, 2013. Pharyngitis/ Tonsilitis. In: Ferri: Ferri’s Clinical Advisor 2013, 1st ed.
Available From:
7&uniqId=412762026-1430#4-u1.0-B978-0-323-08373-7..00025-X--s2610
[Accessed: 4 Jun 2013]
Frank H. Netter, MD., 2006. Pharynx: Median Section and Pharynx: Opened
Posterior View. In: Atlas of Human Anatomy 4th Edition. Section 1 Head and
Neck.Plate 63, 66.
Jill Gore, 2013. Acute Pharyngitis. In: Journal of the American Academy of
Physician Assistants: February 2013- Volume 26-Issue 2- p 57-58. Available
From:http://journals.lww.com/jaapa/Fulltext/2013/02000/Acute_Pharyngitis.
12.aspx [Accessed: 4 Jun 2013]
John L. Boone, MD., 2003. Etiology of Infectious Diseases of the Upper
Respiratory Tract. In: Ballenger’s Otorhinolaryngology Head and Nexk
Surgery. 16th Edition. 2003 BC Decker Inc. Chapter 30. P: 635-7.
Kelly Struble, 2013. Bacterial Pharyngitis. In:
http://emedicine.medscape.com/article/225243-overview#a0199 [Accessed: 4
Jun 2013]
Mary T. Caserta and Anthony R. Flores, 2013. Pharyngitis In: Mandell: Mandell, Douglas, and Bennett’s Principles and Practice of Infectious Diseases, 7th ed.Volume 1, Part II, Section B, Chapter 54, p: 815-821. Available From:
http://www.mdconsult.com/books/page.do?eid=4-u1.0-B978-0-443-06839-
3..00054-0--s0015&isbn=978-0-443-06839-3&uniqId=412762026-1459#4-u1.0-B978-0-443-06839-3..00054-0--s0015 [Accessed: 4 Jun 2013]
Marvez-Valls EG, Ernst AA, Gray J. and Johnson WD. 1998. The Role of
Betamethasone in the Treatment of Acute Exudative Pharyngitis. In: Acad
Emerg Med. 1988 Jun; 5(6): 567-72. Available From:
Miriam T. Vincent, M.D., M.S., Nadhia Clestin, M.D., and Aneela N. Hussain,
M.D., 2004. Pharyngitis. In: A Peer-Reviewed Journal of the American
Academy of Family Physician, 2004. State University of New
York-Downstate Medical Center, Brooklyn, New York. Available From:
http://www.aafp.org/afp/2004/0315/p1465.html [Accessed: 4 Jun 2013]
Rospa H. dan Sri Mulyani, 2011. Tenggorokan Atas (Faring dan Tonsil). Dalam:
Asuhan Keperawatan Gangguan THT. Jakarta: TIM, 2011. Edisi Pertama:
99-100, 154-156.
Robert M. Guthrie, et al., 1988. Aetiology of Acute Pharyngitis and Clinical
Response to Empirical Therapy with Erythromycin Versus Amoxicillin. In:
Family Practice 1988; 5: 29-35. Available From:
http://fampra.oxfordjournals.org/content/5/1/29.abstract [Accessed: 4 Jun
2013]
Rusmarjono dan Bambang Hermani, 2007. Bab IX Nyeri Tenggorok. Dalam:
Efiaty A.S., Nurbaiti I., Jenny B. dan Ratna D.R.. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Jakarta, 2007. Edisi ke-6:
212-215; 217-218.
Tasar A., et al., 2008. Clinical Efficacy of Dexamethasone for Acute Exudative
Pharyngitis. In: J Emerg Med, 2008 Nov;35(4): 363-7. Available From:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18468831 [Accessed: 4 Jun 2013]
U.S. Department of Health and Human Services. National Institute on Aging,
2011. Biology of Aging: Research Today for a Healthier Tomorrow.
Available From:
http://www.nia.nih.gov/health/publication/biology-aging/immune-system-can-your-immune-system-still-defend-you-you-age
Lampiran 1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Ong Hooi Fan
Tempat/Tanggal Lahir : Malaysia / 17-08-1992
Agama : Buddhist
Alamat : Jalan Dr. Mansyur, No. 34, Medan, Indonesia.
Riwayat Pendidikan : 1. SJK (C) Lick Hung
2. SMK USJ 12
3. President College
Riwayat Organisasi : 1. Anggota PKPMI
Lampiran 4
Data Mentah
Data Penelitian Rekam Medis Penderita Faringitis Akut di RSUP H.Adam Malik Tahun 2011
No. Umur J. Kel. Pekerjaan Keluhan Gejala Klinis
1 00.10.08.36 66 L P. Negeri Nyeri menelan Faring hiperemis
2 00.00.39.05 57 L P. Negeri Nyeri tenggorokan Faring hiperemis
3 00.44.86.54 21 P Mahasiswa Nyeri menelan Faring hiperemis
4 00.06.90.43 48 P P. Negeri Nyeri tenggorokan Faring hiperemis
5 00.42.03.83 32 L P. Swasta Nyeri menelan Faring hiperemis
6 00.02.28.83 66 P P. Negeri Nyeri tenggorokan Faring hiperemis
7 00.37.69.70 46 P Ibu RT Nyeri menelan Faring hiperemis, Eksudat pada faring
8 00.05.50.86 60 P Tidak kerja Nyeri tenggorokan Faring hiperemis
9 00.28.90.60 54 P PNS Nyeri menelan Faring hiperemis
10 00.26.23.27 46 L Wiraswasta Nyeri menelan Faring hiperemis
11 00.40.64.79 55 P Petani Nyeri tenggorokan Faring hiperemis, Eksudat pada faring
12 00.25.83.16 31 P P. Negeri Nyeri tenggorokan Faring hiperemis
13 00.22.08.62 46 L PNS Batuk Faring hiperemis
14 00.37.04.97 57 L Wiraswasta Nyeri menelan Faring hiperemis
15 00.30.15.91 55 P Ibu RT Nyeri menelan Faring hiperemis, Eksudat pada faring
16 00.47.38.54 33 P Ibu RT Batuk Faring hiperemis, Eksudat pada faring
17 00.49.63.02 21 L Wiraswasta Nyeri menelan Faring hiperemis
18 00.49.23.19 73 P Ibu RT Nyeri menelan Faring hiperemis
19 00.49.10.35 37 P Ibu RT Nyeri menelan Faring hiperemis
20 00.46.16.34 58 P Ibu RT Nyeri menelan Faring hiperemis
21 00.49.23.42 6 L Pelajar Batuk Faring hiperemis
22 00.47.89.14 43 L Wiraswasta Nyeri menelan Faring hiperemis
23 00.46.48.17 33 P Ibu RT Nyeri menelan Faring hiperemis
24 00.46.28.56 40 P P. Swasta Nyeri menelan Faring hiperemis
25 00.48.67.60 21 P Mahasiswa Batuk Faring hiperemis, Eksudat pada faring
26 00.48.45.85 21 P Mahasiswa Nyeri menelan Faring hiperemis
27 00.47.25.39 40 L Wiraswasta Batuk Faring hiperemis, Eksudat pada faring
28 00.47.38.54 33 P Ibu RT Batuk Faring hiperemis
29 00.47.81.18 38 P Ibu RT Nyeri tenggorokan Faring hiperemis, Eksudat pada faring
30 00.49.02.20 28 L Wiraswasta Mengganjal di tenggorokan Faring hiperemis
31 00.48.21.20 5 P Bawah Umur Batuk Faring hiperemis
32 00.47.78.37 66 L Pensiuman Nyeri menelan Faring hiperemis
33 00.46.12.68 52 L Petani Nyeri menelan Faring hiperemis
34 00.46.12.75 56 L P. Negeri Nyeri menelan Faring hiperemis
36 00.47.48.12 44 P P. Negeri Nyeri menelan Faring hiperemis
37 00.47.04.93 38 P Ibu RT Nyeri tenggorokan Faring hiperemis
38 00.48.08.11 8 P Pelajar Nyeri menelan Faring hiperemis, Eksudat pada faring
39 00.47.96.74 44 P Ibu RT Nyeri menelan Faring hiperemis
40 00.44.86.54 21 P Mahasiswa Nyeri menelan Faring hiperemis
41 00.49.42.59 18 L Wiraswasta Nyeri menelan Faring hiperemis, Eksudat pada faring
42 00.46.16.34 58 P Ibu RT Nyeri menelan Faring hiperemis
43 00.49.23.19 73 P Ibu RT Nyeri menelan Faring hiperemis
44 00.37.01.32 16 L Pelajar Nyeri menelan Faring hiperemis
45 00.45.29.78 71 P Ibu RT Mengganjal di tenggorokan Faring hiperemis
46 00.33.18.45 54 L PNS Nyeri tenggorokan Faring hiperemis
47 00.32.81.51 37 P Wiraswasta Nyeri menelan Faring hiperemis
48 00.45.54.88 57 P Pensiuman Mengganjal di tenggorokan Faring hiperemis
49 00.45.90.40 41 L Wiraswasta Nyeri menelan Faring hiperemis
50 00.47.48.12 44 P P. Negeri Nyeri tenggorokan Faring hiperemis
51 00.42.32.10 27 L Wiraswasta Nyeri menelan Faring hiperemis
Data Mentah
Data Penelitian Rekam Medis Penderita Faringitis Akut di RSUP H.Adam Malik Tahun 2012
No. Umur J. Kel. Pekerjaan Keluhan Gejala Klinis
1 00.50.15.54 15 P Pelajar Nyeri menelan Faring hiperemis, Eksudat pada faring
2 00.51.15.77 39 L Petani Nyeri menelan Faring hiperemis, Eksudat pada faring
3 00.51.06.16 16 L Pelajar Nyeri menelan Faring hiperemis, KGB bengkak
4 00.51.23.99 13 P Pelajar Batuk Faring hiperemis
5 00.51.34.09 15 P Ibu RT Batuk Faring hiperemis, Eksudat pada faring
6 00.51.22.87 26 L P. Negeri Nyeri menelan Faring hiperemis, Eksudat pada faring
7 00.51.48.58 22 P Mahasiswa Nyeri tenggorokan Faring hiperemis
8 00.51.20.66 43 P Ibu RT Nyeri tenggorokan Faring hiperemis, Eksudat pada faring
9 00.51.04.35 7 L Pelajar Nyeri menelan Faring hiperemis, KGB bengkak
10 00.51.03.31 41 P Ibu RT Nyeri tenggorokan Faring hiperemis
11 00.51.01.68 26 L P. Negeri Nyeri menelan Faring hiperemis
12 00.50.49.41 28 P P. Swasta Nyeri menelan Faring hiperemis
13 00.50.19.26 48 L P. Negeri Nyeri menelan Faring hiperemis
14 00.50.81.58 55 L Wiraswasta Batuk Faring hiperemis
15 00.50.86.30 27 L Wiraswasta Batuk Faring hiperemis, Eksudat pada faring
16 00.50.89.90 22 P Tidak Kerja Nyeri menelan Faring hiperemis, Eksudat pada faring
17 00.52.45.86 64 L Wiraswasta Nyeri menelan Faring hiperemis, Eksudat pada faring
18 00.51.49.25 34 P P. Negeri Nyeri menelan Faring hiperemis
19 00.53.16.89 27 P Guru Nyeri tenggorokan Faring hiperemis
20 00.54.26.49 41 L Wiraswasta Nyeri menelan Faring hiperemis
21 00.54.22.97 53 L P. Negeri Nyeri menelan Faring hiperemis
22 00.52.23.96 34 L Tidak Kerja Nyeri tenggorokan Faring hiperemis
23 00.53.61.00 21 L Wiraswasta Batuk Faring hiperemis
24 00.47.23.63 48 P Wiraswasta Nyeri menelan Faring hiperemis
25 00.51.02.35 51 P P. Negeri Nyeri tenggorokan Faring hiperemis
26 00.51.35.62 56 P Wiraswasta Nyeri tenggorokan Faring hiperemis, KGB bengkak
27 00.25.80.79 40 P Wiraswasta Mengganjal di tenggorokan Faring hiperemis, Eksudat pada faring
28 00.16.39.97 50 P P. Negeri Nyeri menelan Faring hiperemis
29 00.21.35.97 51 P PNS Mengganjal di tenggorokan Faring hiperemis, Eksudat pada faring
31 00.33.08.90 42 P Ibu RT Nyeri menelan Faring hiperemis, Eksudat pada faring
32 00.50.23.75 40 P Ibu RT Batuk Faring hiperemis
33 00.51.17.62 47 L Wiraswasta Nyeri menelan Faring hiperemis
34 00.50.12.99 66 P P. Negeri Nyeri menelan Faring hiperemis
35 00.51.92.81 30 L P. Negeri Nyeri menelan Faring hiperemis
36 00.51.70.85 49 P P. Negeri Mengganjal di tenggorokan Faring hiperemis
37 00.50.04.39 52 P P. Negeri Nyeri menelan Faring hiperemis
38 00.53.35.05 58 L Pensiunan Nyeri menelan Faring hiperemis
39 00.54.22.84 55 L Petani Nyeri menelan Faring hiperemis
40 00.51.88.35 57 P Ibu RT Nyeri tenggorokan Faring hiperemis, KGB bengkak
41 00.51.31.80 29 L Wiraswasta Batuk Faring hiperemis, KGB bengkak
42 00.52.89.90 25 P Wiraswasta Nyeri tenggorokan Faring hiperemis, Eksudat pada faring
43 00.50.12.99 66 P P. Negeri Nyeri menelan Faring hiperemis
44 00.51.10.72 49 P Ibu RT Nyeri menelan Faring hiperemis
45 00.53.83.66 34 P Ibu RT Nyeri menelan Faring hiperemis
46 00.53.15.12 38 P Ibu RT Nyeri tenggorokan Faring hiperemis
47 00.53.26.01 53 L Wiraswasta Nyeri tenggorokan Faring hiperemis
48 00.50.81.77 15 L Pelajar Batuk Faring hiperemis, Eksudat pada faring
49 00.50.14.19 41 L Wiraswasta Mengganjal di tenggorokan Faring hiperemis
50 00.50.71.08 22 P Mahasiswa Nyeri menelan Faring hiperemis
51 00.53.18.61 47 P Ibu RT Nyeri menelan Faring hiperemis, Eksudat pada faring
52 00.00.13.04 50 P Ibu RT Nyeri tenggorokan Faring hiperemis
53 00.37.07.21 41 P Ibu RT Nyeri menelan Faring hiperemis
54 00.29.98.49 68 P P. Swasta Nyeri tenggorokan Faring hiperemis, Eksudat pada faring
55 00.02.09.12 59 L P. Negeri Nyeri menelan Faring hiperemis
56 00.41.25.42 65 P Pensiunan Nyeri tenggorokan Faring hiperemis
57 00.37.21.46 38 L P. Swasta Nyeri menelan Faring hiperemis
58 00.50.14.26 69 L Pensiunan Batuk Faring hiperemis, Eksudat pada faring
60 00.51.05.01 32 L Wiraswasta Nyeri menelan Faring hiperemis
61 00.14.35.46 47 L Wiraswasta Nyeri menelan Faring hiperemis
62 00.35.43.29 43 L Wiraswasta Nyeri menelan Faring hiperemis
63 00.25.69.74 61 P P. Negeri Nyeri tenggorokan Faring hiperemis, Eksudat pada faring
64 00.37.21.46 38 L P. Swasta Nyeri menelan Faring hiperemis
65 00.05.97.67 69 P Tidak Kerja Nyeri menelan Faring hiperemis
66 00.20.31.85 23 P Pelajar Mengganjal di tenggorokan Faring hiperemis
67 00.01.19.74 7 P Pelajar Batuk Faring hiperemis
68 00.00.83.62 55 P P. Negeri Nyeri menelan Faring hiperemis
Lampiran 5 Output statistic
Statistics Range Umur
N Valid 121
Missing 0
Mean 4.47
Median 5.00
Mode 6
Range 5
Sum 541
Range Umur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Kurang dari 10 tahun
5 4.1 4.1 4.1
11-20 8 6.6 6.6 10.7
21-30 20 16.5 16.5 27.3
31-40 21 17.4 17.4 44.6
41-50 26 21.5 21.5 66.1
lebih dari 50 tahun 41 33.9 33.9 100.0
Statistics Jenis Kelamin
N Valid 121
Missing 0
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Laki-laki 51 42.1 42.1 42.1
Perempuan 70 57.9 57.9 100.0
Total 121 100.0 100.0
Statistics Pekerjaan Penderita
N Valid 121
Missing 0
Pekerjaan Penderita
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid PNS 29 24.0 24.0 24.0
Pegawai Swasta 32 26.4 26.4 50.4
Pelajar/Mahasiswa 17 14.0 14.0 64.5
Ibu Rumahtangga 26 21.5 21.5 86.0
Tidak
Bekerja/Pensiuman
11 9.1 9.1 95.0
Lain-lain 6 5.0 5.0 100.0
Statistics
Keluhan Utama Penderita
N Valid 121
Missing 0
Keluhan Utama Penderita
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Nyeri Menelan 68 56.2 56.2 56.2
Nyeri Tenggorokan 27 22.3 22.3 78.5
Batuk 18 14.9 14.9 93.4
Mengganjal di Tenggorokan
8 6.6 6.6 100.0
Total 121 100.0 100.0
Statistics Tanda Klinis Penderita
N Valid 121
Missing 0
Tanda Klinis Penderita
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Faring hiperemis 90 74.4 74.4 74.4
Faring
hiperemis+Eksudat pada faring
26 21.5 21.5 95.9
Faring hiperemis+KGB membesar
5 4.1 4.1 100.0