ADAM MALIK MEDAN PADA TAHUN 2009
Oleh :
IVAN C. P.
070100367
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KARAKTERISTIK PENDERITA APENDISITIS DI RSUP H.
ADAM MALIK MEDAN PADA TAHUN 2009
KARYA TULIS ILMIAH INI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH
SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH KELULUSAN
SARJANA KEDOKTERAN
Oleh :
IVAN C. P.
070100367
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN
Karakteristik Penderita Apendisitis di RSUP H. Adam Malik Medan Pada Tahun 2009
Nama : IVAN C. P. NIM : 070100367
Pembimbing Penguji I
(dr. Liberti Sirait, SpB-KBD) (dr. Dudy Aldiansyah, SpOG)
NIP: 14190455 NIP: 19771214200812 1 001
Penguji II
(dr. Aliandri, SpTHT) NIP: 19660309 20012 1 007
Medan, 26 November 2010 Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Apendisitis mengacu pada radang apendiks, suatu tambahan seperti
kantung yang tak berfungsi terletak pada bagian inferior dari sekum. Penyebab
yang paling umum dari apendisitis adalah abstruksi lumen oleh feses yang
akhirnya merusak suplai aliran darah dan mengikis mukosa menyebabkan
inflamasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik penderita
apendisitis. Penelitian ini merupakan penelitian survei yang bersifat deskriptif
dengan pendekatan cross sectional untuk melihat karakteristik penderita
apendisitis di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2009.
Hasil dari penelitian ini adalah karakteristik penderita apendisitis
berdasarkan jenis kelamin paling banyak dijumpai pada perempuan yaitu
sebanyak 36 orang (60%). Karakteristik penderita apendisitis berdasarkan usia
paling banyak ditemukan pada kelompok usia 18-40 tahun yaitu sebanyak 25
orang (41,7%). Karakteristik penderita apendisitis berdasarkan suku yaitu terdapat
paling banyak dijumpai pada suku suku Batak sebanyak 23 orang (38,3%).
Karakteristik penderita apendisitis berdasarkan pekerjaan adalah paling banyak
terdapat pada penderita apendisitis yang bekerja sebagai PNS sebanyak 23 orang
(38,3%).
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti, bagi
pihak rumah sakit dan untuk peneliti selanjutnya sehingga dapat mengembangkan
pengetahuan tentang apendisitis.
ABSTRACT
Appendicitis is an inflammation of the appendix, a sack-like structure that has no function and located in the inferior part of the cecum. The most common cause of appendicitis is an obstruction of the appendix lumen by feces, which eventually will impede the blood supply, erode the mucosal surface and cause inflammation.
This research aims in discovering the characteristics of appendicitis patients. This is a descriptive observational study with a cross-sectional approach to discover the characteristics of the patients with appendicitis in Adam Malik General Hospital Medan in 2009.
The result of this research, based on gender, is appendicitis is found most commonly in females, which consists of 36 (60%) females. Based on age, appendicitis is found most in the age group of 18-40 years old, which consists of 25 (41,7%) people. Based on ethnicity, appendicitis is found most in Batak people, which consists of 23 (38,3%)people. Based on occupation, appendicitis is found most in the civil workers, which consists of 23 (38,3%) people.
Based on the results found in this research, it is hoped that this results will be useful for researchers, hospital agents, and for the researcher himself to improve the knowledge in appendicitis.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis
ilmiah ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana
kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara
Karya tulis ilmiah ini berjudul “Karakteristik Penderita Apendisitis di
RSUP H. Adam Malik Medan Pada Tahun 2009”. Dalam penyelesaian
penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai
pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan rasa terima kasih dan
penghargaan setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak dr.Liberti Sirait, Sp.B-KBD, selaku Dosen Pembimbing yang telah
banyak memberi arahan dan masukan kepada penulis, sehingga karya tulis
ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.
3. Bapak dr. Dudy Aldiansyah, SpOG dan bapak dr. Aliandri, SpTHT, selaku
Dosen Penguji yang telah memberikan penilaian terhadap penulis,
sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselasaikan dengan baik.
4. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
5. Rasa hormat dan terima kasih yang tiada terhingga saya persembahkan
kepada kedua orang tua saya, ayahanda Kompol.Drs.B.Pasaribu dan
ibunda Vera Morina br. Ginting atas doa, perhatian dan dukungan yang tak
putus-putusnya sebagai bentuk kasih sayang kepada saya.
6. Seluruh staf di bagian administrasi, bagian litbang dan bagian rekam
medis RSUP H. Adam Malik Medan yang telah membantu saya untuk
7. Laura Ester D. Dairy, sebagai teman bertukar pikiran saya dan juga
pemberi support paling besar kepada saya selama ini terima kasih atas
ide-ide cemerlang dan dukungan yang tidak pernah ada habisnya.
8. Dedi Irwansyah Hasibuan, Hasnil Mubarak dan Isma Fitria Idris, sebagai
teman satu kelompok dalam Karya Tulis Ilmiah ini.
9. Seluruh teman-teman stambuk 2007 yang tidak bisa saya sebutkan satu
persatu, terima kasih atas dukungan dan bantuannya.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna.
Untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah
ini dapat berguna bagi kita semua.
Medan, 23 November 2009
Penulis,
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 1
1.3. Tujuan Penelitian ... 2
1.3.1. Tujuan Umum ... 2
1.3.2. Tujuan Khusus ... 2
1.4. Manfaat Penelitian ... 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 3
2.1. Anatomi dan Fisiologi Apendiks ... 3
2.1.1. Anatomi Apendiks ... 3
2.1.2. Fisiologi Apendiks ... 4
2.2. Definisi Apendisitis ... 4
2.3. Klasifikasi ... 5
2.4. Etiologi dan Patofisiologi ... 5
2.4.1. Etiologi ... 5
2.4.2. Patofisiologi... 6
2.5. Gejala Klinis ... 7
2.6.Diagnosis Apendisitis ... 8
2.6.1. Gejala-gejala ... 8
2.6.2. Tanda-tanda ... 8
2.6.4. Foto sinar-X ... 9
2.6.5. Appendikogram ... 9
2.7.Karakteristik Penderita Apendisitis ... 10
2.8. Komplikasi ... 10
2.9. Pengobatan Apendisitis ... 11
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 12
3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 12
3.2. Variabel dan Definisi Operasional ... 12
BAB 4 METODE PENELITIAN ... 13
4.1.Jenis Penelitian ... 13
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 13
4.3. Populasi dan Sampel ... 13
4.4. Teknik Pengambilan Data ... 13
4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 13
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………... 15
5.1. Hasil Penelitian ... 15
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 15
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel ... 15
5.2. Pembahasan ... 5.2.1.Karakterisitik Penderita Apendisitis berdasarkan,Usia, Jenis Kelamin, Suku dan Pekerjaan ... 18
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 20
6.2. Saran ... 20
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Usia 16
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Jenis 16
Kelamin
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Suku 17
Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan 17
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Riwayat hidup
Lampiran 2 Rancangan lembar penelitian
Lampiran 3 Surat izin penelitian
Lampiran 4 Ethical clearance
ABSTRAK
Apendisitis mengacu pada radang apendiks, suatu tambahan seperti
kantung yang tak berfungsi terletak pada bagian inferior dari sekum. Penyebab
yang paling umum dari apendisitis adalah abstruksi lumen oleh feses yang
akhirnya merusak suplai aliran darah dan mengikis mukosa menyebabkan
inflamasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik penderita
apendisitis. Penelitian ini merupakan penelitian survei yang bersifat deskriptif
dengan pendekatan cross sectional untuk melihat karakteristik penderita
apendisitis di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2009.
Hasil dari penelitian ini adalah karakteristik penderita apendisitis
berdasarkan jenis kelamin paling banyak dijumpai pada perempuan yaitu
sebanyak 36 orang (60%). Karakteristik penderita apendisitis berdasarkan usia
paling banyak ditemukan pada kelompok usia 18-40 tahun yaitu sebanyak 25
orang (41,7%). Karakteristik penderita apendisitis berdasarkan suku yaitu terdapat
paling banyak dijumpai pada suku suku Batak sebanyak 23 orang (38,3%).
Karakteristik penderita apendisitis berdasarkan pekerjaan adalah paling banyak
terdapat pada penderita apendisitis yang bekerja sebagai PNS sebanyak 23 orang
(38,3%).
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti, bagi
pihak rumah sakit dan untuk peneliti selanjutnya sehingga dapat mengembangkan
pengetahuan tentang apendisitis.
ABSTRACT
Appendicitis is an inflammation of the appendix, a sack-like structure that has no function and located in the inferior part of the cecum. The most common cause of appendicitis is an obstruction of the appendix lumen by feces, which eventually will impede the blood supply, erode the mucosal surface and cause inflammation.
This research aims in discovering the characteristics of appendicitis patients. This is a descriptive observational study with a cross-sectional approach to discover the characteristics of the patients with appendicitis in Adam Malik General Hospital Medan in 2009.
The result of this research, based on gender, is appendicitis is found most commonly in females, which consists of 36 (60%) females. Based on age, appendicitis is found most in the age group of 18-40 years old, which consists of 25 (41,7%) people. Based on ethnicity, appendicitis is found most in Batak people, which consists of 23 (38,3%)people. Based on occupation, appendicitis is found most in the civil workers, which consists of 23 (38,3%) people.
Based on the results found in this research, it is hoped that this results will be useful for researchers, hospital agents, and for the researcher himself to improve the knowledge in appendicitis.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Apendisitis mengacu pada radang apendiks, suatu tambahan seperti
kantung yang tak berfungsi terletak pada bagian inferior dari sekum. Penyebab
yang paling umum dari apendisitis adalah abstruksi lumen oleh feses yang
akhirnya merusak suplai aliran darah dan mengikis mukosa menyebabkan
inflamasi.
Apendiks disebut juga umbai cacing, adapun istilah usus buntu yang
dikenal di masyarakat adalah kurang tepat karena usus buntu sebenarnya
adalah sekum. Organ yang hingga saat ini fungsinya belum diketahui dengan
pasti sering menimbulkan gangguan kesehatan.
Apendisitis akut merupakan kasus terbanyak dari akut abdomen, 1% dari
semua kasus bedah, sangat jarang pada infant, insidens bertambah sesuai dengan
umur. Insidensi tertinggi terjadi pada kelompok umur 20-30 tahun setelah itu
menurun. Insidens pada laki-laki dan perempuan umumnya sebanding namun
pada kelompok umur ini, insidens laki-laki lebih tinggi (Wim De Jong, 2004).
Sementara itu di Amerika Serikat, insiden terbanyak terjadi pada usia 10-19 tahun
dengan populasi sebanyak 233/100.000 orang. Pada usia ini juga lebih banyak
terjadi pada laki-laki daripada perempuan (1,4 :1) ( Joel et al, 2009).
Keterlambatan diagnosis sering terjadi pada pada anak-anak dan telah
dilaporkan sebanyak 57% kasus yang terjadi dalam 6 tahun terakhir ini berakhir
dengan adanya perforasi. Risiko perforasi paling banyak pada usia 1 – 4 tahun
yaitu 70 – 75 % dibandingkan dengan banyaknya perforasi yg terjadi pada masa
remaja yaitu 10-20%.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka perlu dilakukan
penelitian untuk mengetahui karakteristik penderita apendisitis akut di RSUP H.
Adam Malik, Medan.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka diperlukan penelitian untuk
mengetahui bagaimana karakteristik penderita apendisitis akut di RSUP H.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
1. Mengetahui karakteristik penderita apendisitis.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui karakteristik kelompok usia yang paling banyak dijumpai pada
penderita apendisitis di RSUP H. Adam Malik, Medan pada tahun 2009.
2. Mengetahui karakteristik jenis kelamin yang paling banyak dijumpai pada
penderita apendisitis di RSUP H. Adam Malik, Medan pada tahun 2009.
3. Mengetahu karakteristik suku yang paling banyak dijumpai pada penderita
apendisitis di RSUP H. Adam Malik, Medan pada tahun 2009.
4. Mengetahu karakteristik pekerjaan yang paling banyak dijumpai pada
penderita apendisitis di RSUP H. Adam Malik, Medan pada tahun 2009.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :
1. Bagi peneliti, untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam penerapan
ilmu yang diperoleh semasa perkuliahan.
2. Dapat digunakan sebagai bahan informasi dan masukan bagi mahasiswa untuk
melakukan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian yang
telah dilakukan penulis.
3. Bagi Dinas Kesehatan Kota Medan dan tenaga kesehatan, penelitian ini
bermanfaat sebagai bahan masukan penyusunan perencanaan promosi
kesehatan, evaluasi program, dan upaya peningkatan pelayanan kesehatan
4. Bagi masyarakat khususnya masyarakat kota Medan, penelitian ini
bermanfaat dalam menyediakan berbagai informasi tentang penyakit
apendisitis mulai dari defenisi, faktor penyebab dan tindakan yang
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi dan Fisiologi Apendiks 2.1.1. Anatomi apendiks
Saluran pencernaan (traktus digestivus) pada dasarnya adalah suatu
saluran (tabung) dengan panjang sekitar 30 kaki (9m). yang berjalan melalui
bagian tengah tubuh dari mulut sampai ke anus (sembilan meter adalah panjang
saluran pencernaan pada mayat; panjangnya pada manusia hidup sekitar
separuhnya karena kontraksi terus menerus dinding otot saluran). Saluran
pencernaan mencakup organ_organ berikut: mulut; faring; esophagus; lambung;
usus halus; (terdiri dari duodenum, jejunum, dan ileum); usus besar (terdiri dari
sekum, apendiks, kolon dan rectum); dan anus (Lauralee Sherwood, 2001).
Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm
(kisaran 3-15 cm), dan berpangkal di sekum. Lumennya sempit di bagian
proksimal dan melebar di bagian distal. Namun demikian, pada bayi, apendiks
berbentuk kerucut, lebar pada pangkalnya dan menyempit pada ujungnya.
Keadaan ini mungkin menjadi sebab rendahnya insiden apendisitis pada usia itu.
Pada 65% kasus, apendiks terletak intraperitoneal. Kedudukan itu memungkinkan
apendiks bergerak dan ruang geraknya bergantung pada panjang mesoapendiks
penggantungnya. Pada kasus selebihnya, apendiks terletak retroperitoneal, yaitu di
belakang sekum, di belakang kolon asendens, atau di tepi lateral kolon asendens.
Gejala klinis apendisitis ditentukan oleh letak apendiks.
Persarafan parasimpatis berasal dari cabang n.vagus yang mengikuti
a.mesenterika superior dan a.apendikularis, sedangkan persarafan simpatis berasal
dari n.torakalis X. oleh karena itu, nyeri visceral pada apendisitis bermula di
sekitar umbilikus. Pendarahan apendiks berasal dari a.apendikularis yang
merupakan arteri tanpa kolateral. Jika arteri in tersumbat, misalnya karena
Gambar 2.2. Posisi anatomi apendiks
2.1.2. Fisiologi Apendiks
Apendiks menghasilkan lendir 1-2ml per hari. Lendir itu normalnya
dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran
lendir di muara apendiks tampaknya berperan pada pathogenesis apendisitis(Wim
De Jong,2004).
Immunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh GALT (gut associated
lymphoid tissue) yang terdapat di sepanjang saluran cerna termasuk apendiks , ialah IgA. Imunoglobulin itu sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi.
Namun demikian, pengangkatan apendik tidak memengaruhi system imun tubuh
karena jumlah jaringan limf di sini kecil sekali jika dibandingkan dengan
jumlahnya di saluran cerna dan di seluruh tubuh(Wim De Jong,2004).
2.2. Definisi Apendisitis
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai
cacing (apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi
bertambah parah, apendiks itu bisa pecah. Apendiks merupakan saluran usus yang
Apendiks besarnya sekitar kelingking tangan dan terletak di perut kanan bawah.
Strukturnya seperti bagian usus lainnya. Namun, lendirnya banyak mengandung
kelenjar yang senantiasa mengeluarkan lendir.Apendisitis merupakan peradangan
pada usus buntu/apendiks (Defa Arisandi, 2008).
Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam
kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan
laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat,
angka kematian cukup tinggi, dikarenakan oleh peritonitis dan shock ketika umbai
cacing yang terinfeksi hancur. Apendisitis akut adalah penyebab paling umum
inflamasi akut pada kuadran bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling
umum untuk bedah abdomen darurat.
2.3. Klasifikasi
Adapun klasifikasi dari apendisitis terbagi atas dua, yaitu :
1. Apendisitis akut, dibagi atas: Apendisitis akut fokalis atau segmentalis, yaitu
setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Appendisitis purulenta difusi, yaitu
sudah bertumpuk nanah.
2. Apendisitis kronis, dibagi atas: Apendisitis kronis fokalis atau parsial, setelah
sembuh akan timbul striktur lokal. Apendisitis kronis obliteritiva yaitu
appendiks miring, biasanya ditemukan pada usia tua(Defa Arisandi, 2008).
2.4. Etiologi dan Patofisiologi
2.4.1. Etiologi
Apendisitis akut merupakan infeksi bakteria. Berbagai hal berperan
sebagai factor pencetusnya. Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor yang
diajukan sebagai factor pencetus disamping hyperplasia jaringan limf, fekalit,
tumor apendiks, dan cacing askaris dapat pula menyebabkan sumbatan. Penyebab
yang lain yang diduga dapat menyebabkan apendisitis ialah erosi mukosa
apendiks karena parasit seperti E.histolytica. Namun menurut E. Oswari, kuman
yang sering ditemukan dalam apendiks yang meradang adalah Escherichia coli
Para ahli menduga timbulnya apendisitis ada hubungannya dengan gaya
hidup seseorang, kebiasaan makan dan pola hidup ayang tidak teratur dengan
badaniah yang bekerja keras. Penelitian epidemiologi menunjukkan peran
kebiasaan makan makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap
timbulnya apendisitis. konstipasi akan menaikkan tekanan intrasekal, yang
berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya
pertumbuhan kuman flora kolon biasa. Semuanya ini akan mempermudah
timbulnya apendisitis akut.
2.4.2. Patofisiologi
Apendisitis akut pada dasarnya adalah suatu proses obstuksi (hyperplasia
Lnn.submucosa, fecolith, benda asing, strieture, tumor). Kemudian disusul dengan
proses infeksi sehingga gejalanya adalah mula-mula suatu obstruksi ileus ringan
yakni : Kolik, mual, muntah, anoreksia dan sebagainya yang kemudian mereda
karena sudah jadi paralitik ileus. Kemudian disusul oleh gejala keradangan yakni :
nyeri tekan, defans muscular, subfebril dan sebagainya.
Faktor obstruksi pada anak-anak terutama hyperplasia dari kelenjar
lymphe submucosal. Pada orang tua adalah fecolith, dan sedikit corpus alineum,
strictura dan tumor. Tumor pada orang muda adalah cacinoid dan pada orang tua
adalah Ca caecum. Fecolith diduga terbentuk bila ada serabut sayuran
terperangkap masuk ke dalam apendiks, sehingga keluar mucous berlebihan.
Cairan mucous ini mengandung banyak calcium sehingga bahan tersebut
mengeras dan dapat menimbulkan obstruksi,dan peregangan lumen apendiks,
hambatan venous return dana aliran lymphe yang berakibat oedema apendiks
dimulai dengan diapedesis dan gambaran ulcus mukosa. Hal ini merupakan tahap
dari akut fokal apendisitis. karena apendiks dan usus halus mempunyai tekanan
intra luminal dengan akibat obstruksi vena dan thrombosis sehingga terjadi
oedema dan ischemi apendiks. Invasi bakteri malalui dinding apendiks. Phase ini
disebut akut supurative apendisitis. lapisan serosa apendiks berhubungan dengan
peritoneum parictalis.
Nyeri somatis timbul dari peritoneum karena terjadi kontak dengan
bentuk nyeri yang terlokalisir di kwadrant kanan bawah perut. Seterusnya proses
patologis mungkin mengenal sistim arterial apendiks. Apendiks dengan
vaskularisasi yang sangat kurang akan mengalami gangrene dan terlihat. Sekresi
yang terus menerus dari mukosa apendiks yang masih baik serta peningkatan intra
luminal berakibat perforasi melalui gangrenous infark. Timbul perforated
apendisitis.
Jika apendisitis tidak terjadi secara progressive, terbentuk perlekatan pada
lubang usus, peritoneum dan omentum yang mengelilingi apendiks. Kecepatan
rentetan peristiwa tersebut tentunya tergantung pada : virulensi mikroorganisme,
daya tahan tubuh, fibrosis pada dinding apendiks, omentum, usus yang lain,
peritoneum parietale bahkan organ lain seperti buli-buli, uterus, tuba, mencoba
membatasi dan melokalisir proses keradangan ini. Bila proses melokalisir ini
belum dan sudah terjadi perforasi maka timbul peritonitis. Walaupun proses
melokalisir sudah selesai tetapi belum cukup kuat menahan tarikan/tegangan
dalam cavum abdominalis, karena itu pasien harus benar-benar bedrest.
Kadang-kadang apendisitis akut terjadi tanpa adanya obstruksi, ia terjadi
karena adanya penyebaran infeksi dari organ lain secara hematogen ke apendiks.
Terjadi abscess multiple kecil pada apendiks dan pembesaran lnn.mesentrica
regional. Karena terjadi tanpa obstruksi maka gambaran klinis tentunya berbeda
dengan gejala obstruksi tersebut diatas.
2.5. Gejala klinis
Apendisitis memiliki gejala kombinasi yang khas, yang terdiri dari : Mual,
muntah dan nyeri yang hebat di perut kanan bagian bawah. Nyeri bisa secara
mendadak dimulai diperut sebelah atas atau di sekitar pusar, lalu timbul mual dan
muntah. Setelah beberapa jam, rasa mual hilang dan nyeri berpindah ke perut
kanan bagian bawah. Jika dokter menekan daerah ini, penderita merasakan nyeri
tumpul dan jika penekanan ini dilepaskan, nyeri bisa bertambah tajam.
Demam bisa mencapai 37,8-38,8° Celsius. Pada bayi dan anak-anak,
nyerinya bersifat menyeluruh, di semua bagian perut. Pada orang tua dan wanita
terasa. Bila usus buntu pecah, nyeri dan demam bisa menjadi berat. Infeksi yang
bertambah buruk bisa menyebabkan syok.
2.6. Diagnosis apendisitis
2.6.1. Gejala-gejala
1. Rasa sakit di daerah epigastrium, daerah periumbilikus, di seluruh abdomen
atau di kuadran kanan bawah. Ini merupakan gejala-gejala pertama. Rasa sakit
ini samar-samar, ringan samapai moderat, dan kadang-kadang berupa kejang.
Sesudah 4 jam biasaya rasa nyeri itu sedikit demi sedikit menghilangkemudian
beralih ke kuadran bawah kanan dan disini rasa nyeri itu menetap dan secara
progresif bertambah hebat, dan semakin hebat apabila pasien bergerak.
2. Anoreksia, mual dan muntah yang timbul selang beberapa jam sesudahnya
merupakan kelanjutan dari rasa sakit yang timbul permulaan.
3. Gejala-gejala lain adalah demam tidak tinggi dan konstipasi.
4. Bayi yang mengalami apendisitis gelisah, mengantuk dan anoreksia.
5. Mereka yang sudah lanjut usia gejala-gejalanya tidak senyata mereka yang
lebih muda.
2.6.2. Tanda-tanda
1. Tanda-tanda yang paling penting adalah nyeri tekan di daerah kuadran kanan
bawah. Nyeri tekan mungkin ditemukan juga di daerah panggul sebelah
kanan kalau apendiks terletak retrorektal. Rasa nyeri pada pemeriksaan rectum
dan vagina ditemukan didaerah rektum apabila terjadi apendisitis pelvis.
Kalau letak apendiks itu lain dari yang lain, maka rasa nyeri mungkin terlatak
di tempat lain.
2. Tanda-tanda lain adalah demam(kurang dari 38°C), kekuan otot, nyeri tekan
dan nyeri lepas, nyeri alih, dan tanda-tanda psoas serta obturator positip.
3. Bayi mungkin membutuhkan sedasi. Terdapat nyeri lokal. Pada mereka
menimbulkan salah duga yang menyesatkan. Pada wanita hamil rasa nyeri
terasa lebih tinggi di daerah abdomen dibandingkan dengan biasanya.
2.6.3. Tes laboratorium
Jumlah leukosit berkisar antara 10.000 dan 16.000/mm³ dengan pergeseran
ke kiri (lebih dari 75 persen neutrofil) pada 75 persen kasus yang ada. 96 persen
diantaranya leukositosis atau hitung jenis sel darah putih yang abnormal. Tetapi
beberapa pasien dengan apendisitis memiliki jumlah leukosit yang normal. Pada
urinalisis tampak sejumlah kecil eritrosit atau leukosit.
2.6.4. Foto sinar-X
Tak tampak kelainan spesifik pada foto polos abdomen. Barium enema
mungkin dapat untuk diagnosis tetapi tundakan ini dicadangkan untuk kasus yang
meragukan(Theodore R. Schorock, MD).
2.6.5. Appendikogram
Apendikogram dilakukan dengan cara pemberian kontras BaSO4 serbuk
halus yang diencerkan dengan perbandingan 1:3 secara peroral dan diminum
sebelum pemeriksaan kurang lebih 8-10 jam untuk anak-anak atau 10-12 jam
untuk dewasa, hasil apendikogram diexpertise oleh dokter spesialis radiologi.
2.7. Karakteristik penderita apendisitis
Insiden tertinggi pada kelompok umur 20-30 tahun, setelah itu menurun.
Insiden pada laki-laki dan perempuan umunya sebanding, kecuali pada umur
20-30 tahun, insindens lelaki lebih tinggi.
2.8. Komplikasi
Komplikasi yang paling sering adalah perforasi apendisitis. Perforasi usus buntu
dapat mengakibatkan periappendiceal abses (pengumpulan nanah yang terinfeksi) atau
peritonitis difus (infeksi selaput perut dan panggul). Alasan utama untuk perforasi
appendiceal adalah keterlambatan dalam diagnosis dan perawatan. Secara umum,
semakin lama waktu tunda antara diagnosis dan operasi, semakin besar kemungkinan
perforasi. Risiko perforasi 36 jam setelah onset gejala setidaknya 15%. Oleh karena itu,
setelah didiagnosa radang usus buntu, operasi harus dilakukan tanpa menunda-nunda.
Komplikasi jarang terjadi pada apendisitis adalah penyumbatan usus.
Penyumbatan terjadi ketika peradangan usus buntu sekitarnya menyebabkan otot usus
untuk berhenti bekerja, dan ini mencegah isi usus yang lewat. Jika penyumbatan usus di
atas mulai mengisi dengan cairan dan gas, distensi perut, mual dan muntah dapat terjadi.
Kemudian mungkin perlu untuk mengeluarkan isi usus melalui pipa melewati hidung dan
kerongkongan dan ke dalam perut dan usus.
Sebuah komplikasi apendisitis ditakuti adalah sepsis, suatu kondisi dimana
bakteri menginfeksi masuk ke darah dan perjalanan ke bagian tubuh lainnya.
Kebanyakan komplikasi setelah apendektomi adalah (Hugh A.F. Dudley, 1992):
1. Infeksi luka,
2. Abses residual,
3. Sumbatan usus akut,
4. Ileus paralitik, dan
5. Fistula tinja eksternal,
2.9. Pengobatan apendisitis
Bila diagnosis klinis sudah jelas, tindakan paling tepat dan merupakan
komplikasi biasanya tidak diperlukan pemberian antibiotik, kecuali pada
apendisitis gangrenosa atau apendisitis perforate. Penundaan tindak bedah sambil
memberikan antibiotik dapat mengakibatkan abses atau perforasi (Wim De Jong,
2004).
Apendektomi bisa dilakukan secara terbuka ataupun dengan cara
laparskopi. Bila apendektomi terbuka, insisi McBurney paling banyak dipilih oleh
ahli bedah. Pada penderita yang diagnosisnya tidak jelas sebaiknya dilakukan
observasi terlebih dahulu. Pemeriksaan laboratorium dan ultrasonografi bisa
dilakukan bila dalam observasi masih terdapat keraguan. Bila tersedia laparoskop,
tindakan laparoskopi diagnostic pada kasus meragukan dapat segera menentukan
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini
adalah :
1.2. Variabel dan Definisi Operasional
1. Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai
cacing (apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi
bertambah parah, apendiks itu bisa pecah.
2. Karakteristik adalah ciri-ciri dari individu yang terdiri dari demografi seperti
jenis kelamin, umur serta status sosial seperti, tengkat pendidikan, perkerjaan,
ras, status ekonomi dan sebagainya.
3. Umur adalah satuan
tahun, bulan dan hari. Umur terbagi atas masa kanak-kanak(5-11 tahun), masa
remaja(12-17 tahun), masa dewasa(18-40 tahun), masa tua(40-65 tahun) dan
masa lanjut usia (>65 tahun).
4. Jenis Kelamin adalah kelas atau kelompok yang terbentuk dalam suat
sebagai sarana atau sebagai akibat digunakannya proses
untuk mempertahankan keberlangsungan spesies itu.
5. Suku yang ditinjau adalah suku Batak, suku Jawa, suku Karo, suku Melayu,
dan suku Minang.
6. Pekerjaan yang ditinjau yaitu terdiri dari Pegawai Negeri Sipil, wiraswasta,
pelajar,petani/nelayan dan penderita apendisitis dengan status pension. Umur
Jenis kelamin Suku Pekerjaan
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian survei yang bersifat deskriptif dengan
pendekatan retrospektif untuk melihat karakteristik penderita apendisitis di
RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2009.
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di bagian rekam medis RSUP H. Adam Malik
Medan dan dilakukan selama dua bulan yakni pada bulan Agustus - September
2010.
4.3. Populasi dan Sampel
Populasi adalah seluruh pasien apendistis yang mendapatkan tindakan
apendektomi maupun yang tidak mendapatkan tindakan apendektomi. Sampel
dalam penelitian ini adalah seluruh bagian dari populasi yang didapat dari
rekam medis. Adapun besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sama dengan jumlah populasi (total sampling).
4.4. Teknik Pengambilan Data
Metode pengambilan data adalah dengan menggunakan seluruh rekam
medis pasien penderita apendisitis selama tahun 2009 yang didapat di bagian
rekam medis RSUP H. Adam Malik Medan. Pada rekam medis tersebut dilihat
variabel yang akan diteliti yaitu umur,jenis kelamin, suku dan pekerjaan sebagai
karakteristik penderita apendisitis selama tahun 2009, lalu dilakukan pencatatan
atau tabulasi.
4.5. Pengolahan dan Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan diolah dengan bantuan SPSS (Statistical
dengan menggunakan tabel distribusi dan melakukan pembahasan sesuai
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan yang berlokasi
di Jalan Bunga Lau no. 17, kelurahan Kemenangan Tani, kecamatan Medan
Tuntungan. Rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit kelas A sesuai dengan
SK Menkes No. 355/ Menkes/ SK/ VII/ 1990. Dengan predikat rumah sakit kelas
A, RSUP H. Adam Malik Medan telah memiliki fasilitas kesehatan yang
memenuhi standar dan tenaga kesehatan yang kompeten. Selain itu, RSUP H.
Adam Malik Medan juga merupakan rumah sakit rujukan untuk wilayah
pembangunan A yang meliputi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau
sehingga dapat dijumpai pasien dengan latar belakang yang sangat bervariasi.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 502/ Menkes/ IX/ 1991 tanggal
6 September 1991, RSUP H. Adam Malik Medan ditetapkan sebagai rumah sakit
pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel
Dalam penelitian ini sampel yang terpilih adalah sebanyak 60 orang
penderita apendisitis di RSUP H. Adam Malik selama tahun 2009. Dari
keseluruhan responden gambaran karakteristik responden yang diamati jenis
kelamin, kelompok umur, suku dan pekerjaan.
Berdasarkan data-data tersebut dapat dibuat karakteristik subjek penelitian
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Usia
Usia Jumlah Sampel Persentase (%)
1-10
kelompok usia 1-10 tahun adalah sebanyak 3 orang (5%), kelompok usia 11-20
tahun adalah sebanyak 15 orang (25%), kelompok usia 21-30 tahun adalah
sebanyak 21 orang (35%), kelompok usia 31-40 tahun adalah sebanyak 6 orang
(10%), kelompok usia di atas 41-50 tahun adalah 7 orang (11,7%), kelompok usia
51-60 tahun adalah sebanyak 6 orang (10%) dan kelompok usia >60 tahun adalah
sebanyak 2 orang (3,3%).
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Jenis kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)
Laki-laki
jenis kelamin laki-laki adalah sebanyak 24 orang (40%) dan perempuan adalah
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Suku
Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)
Batak
suku Batak adalah sebanyak 23 orang (38,3%), suku Jawa adalah sebanyak 21
orang (35%), suku Karo adalah sebanyak 6 orang (10%), suku Melayu adalah
sebanyak 9 orang (15%), suku Minang adalah sebanyak 1 orang (1,7%).
Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Perkerjaan
Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)
Tidak Berkerja
tidak berkerja adalah sebanyak 1 orang (1,7%), yang pensiunan adalah sebanyak 6
orang (10%), yang berkerja sebagai wiraswasta adalah sebanyak 6 orang (10%),
yang berkerja sebagai petani/nelayan adalah sebanyak 2 orang (3,3%), yang
berkerja sebagai PNS adalah sebanyak 23 orang (38,3%), dan sebagai pelajar
5.2. Pembahasan
5.2.1. Karakterisitik Penderita Apendisitis berdasarkan, Usia, Jenis Kelamin, Suku dan Pekerjaan
Berdasarkan karakteristik umur pada tabel 5.1. dapat dilihat bahwa
penderita apendisitis paling banyak ditemukan pada kelompok usia 21-30 tahun
yaitu sebanyak 21 orang (35%) dan yang paling sedikit ditemukan adalah
kelompok usia di atas 60 tahun sebanyak 2 orang (3,3%). Apendisitis bisa terjadi
pada semua kategori umur. Puncaknya terjadi pada awal dekade kedua sampai
awal dekade keempat, yaitu pada umur 20-40 tahun. Hal ini dipengaruhi oleh pola
makan yang kurang baik pada usia tersebut. Memang hal ini tidak terjadi pada
setiap orang, tapi seperti kita ketahui bahwa usia 20-40 tahun bisa dikategorikan
sebagai usia produktif, dimana orang yang berada pada usia tersebut melakukan
banyak sekali kegiatan. Hal ini menyebabkan orang tersebut mengabaikan nutrisi
makanan yang dikonsumsinya. Kebanyakan orang memakan makanan cepat saji
agar tidak mengganggu waktunya, padahal makanan-makanan cepat saji itu tidak
mengandung serat yang cukup. Akibatnya terjadi kesulitan buang air besar yang
akan menyebabkan peningkatan tekanan pada rongga usus dan pada akhinya
menyebabkan sumbatan pada saluran apendiks. Pada penelitian yang dilakukan
oleh Emir Jehan di RSUP H.Adam Malik Medan dan RSUD dr.Pirngadi Medan
dari November 2000-Juli 2001 didapati 60 penderita apendisitis dengan
perbandingan penderita laki-laki dan perempuan adalah 1:1 dengan usia rata-rata
pria 26,8 tahun dan wanita 25,3 tahun.
Berdasarkan karakteristik jenis kelamin pada tabel 5.2. dapat dilihat
bahwa penderita apendisitis yang paling banyak ditemukan pada penelitian ini
adalah penderita apendisistis dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 36 orang
(40%) dan pada laki-laki sebanyak 24 orang (40%) dengan perbandingan 2:3.
Menurut Emir Jehan ratio laki-laki dibandingkan dengan perempuan di usia
remaja adalah 3:2. Namun setelah usia >25 tahun perbandingannya menjadi 1:1.
Berdasarkan karakteristik suku pada tabel 5.3 dapat dilihat penderita
apendisitis terbanyak terdapat pada suku Batak dan yang paling sedikit terdapat
pada suku Minang. Hal ini mungkin disebabkan karena lokasi daerah yang
Berdasarkan perkerjaan pada tabel 5.4. dapat dilihat penderita apendisitis
terbanyak ditemukan pada penderita yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian ini, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
Karakteristik penderita apendisitis berdasarkan jenis kelamin paling
banyak dijumpai pada perempuan yaitu sebanyak 36 orang (60%). Karakteristik
penderita apendisitis berdasarkan usia paling banyak ditemukan padakelompok
usia 21-30 tahun adalah sebanyak 21 orang (35%). Karakteristik penderita
apendisitis berdasarkan suku paling banyak dijumpai pada suku Batak yaitu
sebanyak 23 orang (38,3%). Hal ini mungkin disebabkan karena tempat
pengambilan sampel yang lebih didominasi oleh suku Batak. Karakteristik
penderita apendisitis berdasarkan pekerjaan paling banyak terdapat pada penderita
apendisitis yang bekerja sebagai PNS yaitu sebanyak 23 orang (38,3%).
6.2. Saran
Berdasarkan hasil yang didapat pada penelitian tersebut, maka dikemukakan
beberapa saran sebagai berikut:
1. Diharapkan kepada pihak rumah sakit agar lebih melengkapi data pada
rekam medis mengenai status penderita di Rumah Sakit.
2. Bagi peneliti di masa yang akan datang agar dapat mengembangkan
DAFTAR PUSTAKA
Arisandi, Defa, 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Apendisitis.
Pontianak: Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Muhammadiyah Pontianak.
Available from:
De jong, Wim, 2004. (diterjemahkan oleh Sjamsuhidajat, R.). Buku Ajar Ilmu
Bedah. Ed.2. Jakarta : EGC.
Dudley, Hugh A.F., 1992. (diterjemahkan oleh Wahab, Samik A., Aswin,
Soedjono). Hamilton Bailey Ilmu Bedah Gawat Darurat. Ed.11. Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press.
Faisol, Ahmad, 2007. Uji Diagnostik Pencitraan Ultrasonografi Grey Scale
Dibandingkan Dengan Pemeriksaan Apendikogram Pada Penderita Apendisitis Kronis Eksaserbasi Akut, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Available from:
Goldberg, Joel E., Hodin, Richard A., Friedman, Lawrence S., Bonis, Peter A.,
Pories, Susan E., 2009. Appendicitis in Adult. Available from:
© 2009 UpToDate.
Oswari, E., 2000. Bedah dan Perawatannya. Ed.3. Jakarta : FKUI.
Price, Sylvia A., Wilson, Lorraine M., 2005. (diterjemahkan oleh Bram U. Pendit
[et.al.]). Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit. Ed.6. Jakarta : EGC.
Sastroasmoro, Sudigdo., Ismael, Sofyan., 1995. Dasar-Dasar Metodologi
Penelitian Klinis. Ed.1. Jakarta : Binarupa Aksara.
Schrock, Theodore R., 1982. (diterjemahkan oleh Med, Adji Dharma, Petrus
Sherwood, Lauralee, 2001. (diterjemahkan oleh Bram U.). Fisiologi Manusia :
dari sel ke sistem. Ed.2. Jakarta : EGC.
Sukentro, Tony, 2009. Cara Diagnosa Apendiks dengan Apendikogram. Jakarta.
Available from:
Wesson, David E., Shannon, Michael., Singer, Jonathan I., Wiley, James F., 2009.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Ivan C. Pasaribu
Tempar / Tanggal Lahir : Kabanjahe/4 September 1989
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Jalan Setia Budi Pasar 2 Gg Tata No.8, Medan
Orang Tua : Ayah : Kompol. Drs. B. Pasaribu
Ibu : Vera Morina br. Ginting
Riwayat Pendidikan : 1. SD Swasta Methodist Berastagi (1995 - 2001)
2. SLTP Negeri 1 Berastagi (2001-2004)
3. SMA N 1 Medan ( 2004-2007)
Rancangan Lembar Penelitian
’’Karakteristik Penderita Apendisitis Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin
Di RSUP. H. Adam Malik Medan Pada Tahun 2009”
Identitas Pasien
Nama Pasien :
Umur :
Alamat :
Pekerjaan :
Jenis Kelamin :
Agama :
Suku :
Keluhan Utama : Riwayat Penyakit
Jnskel
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid laki-laki 24 40.0 40.0 40.0
perempuan 36 60.0 60.0 100.0
Total 60 100.0 100.0
kelumur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 5-11 6 10.0 10.0 10.0
12-17 8 13.3 13.3 23.3
18-40 25 41.7 41.7 65.0
40-65 17 28.3 28.3 93.3
>65 4 6.7 6.7 100.0
Total 60 100.0 100.0
Suku
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid batak 23 38.3 38.3 38.3
Jawa 21 35.0 35.0 73.3
Karo 6 10.0 10.0 83.3
Melayu 9 15.0 15.0 98.3
Minang 1 1.7 1.7 100.0
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak berkerja 1 1.7 1.7 1.7
pensiunan 6 10.0 10.0 11.7
wiraswasta 6 10.0 10.0 21.7
petani/nelayan 2 3.3 3.3 25.0
pns 23 38.3 38.3 63.3
pelajar 22 36.7 36.7 100.0