KARAKTERISTIK PENDERITA GAGAL JANTUNG PADA
ANAK YANG DIRAWAT DI RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN PADA TAHUN 2007-2009
Oleh:
FANDY AKHMAD 070100387
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2010
HALAMAN PERSETUJUAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KARAKTERISTIK PENDERITA GAGAL JANTUNG PADA
ANAK YANG DIRAWAT DI RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN PADA TAHUN 2007-2009
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran
Oleh:
FANDY AKHMAD 070100387
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2010
HALAMAN PERSETUJUAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Latar Belakang : keadaan ketidakmampuan jantung sebagai pompa untuk
memenuhi secara adekuat kebutuhan metabolisme tubuh. Keadaan ini dapat disebabkan olaeh karena gangguan primer otot jantung, atau beban jantung yang berlebihan, atau kombinasi keduanya. Insiden dan Prevalensi keseluruhan gagal jantung anak tidak diketahui, sebagian besar karena tidak ada klasifikasi yang berlaku universal diterapkan ke berbagai bentuk
Metode: Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Untuk menilai karakteristik gagal
jantung pada pasien anak yang dirawat di RSUP H. Adam Malik tahun 2007-2009. Populasi penelitian adalah semua pasien anak yang dirawat di RSUP H. Adam Malik.Adapun metode pengambilan Sampel yang diambil adalah pasien anak yang dirawat di RSUP H. Adam Malik yang mengalami gagal jantung. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara total sampling. Analisis data dilakukan menggunakan statistik deskriptif.
Hasil : Dari hasil penelitian diperoleh 25 sampel penderita gagal jantung, 12
orang laki-laki (48%) dan 13 orang perempuan (52%). Rata-rata umur sampel adalah 125,04 bulan (10 tahun 4 bulan). Termuda berusia 1 bulan dan tertua berusia 216 bulan (18 tahun). Kelompok usia responden yang merupakan balita adalah 5 orang (20%) dan anak-anak 20 orang (80%). Pada jenis penyebab gagal jantung paling banyak adalah penyakit jantung didapat (PJD) yaitu sebanyak 18 sampel (72%). Jumlah sampel PJB adalah 7 orang (28%). tipe penyakit yang paling banyak ditemukan pada sampel adalah Rheumatic Heart Disease (RHD) dengan sampel sebanyak 8 sampel (32 %) dan kejadian yang paling sedikit pada sampel adalah Atrial Septal Defect (ASD). terapi yang paling banyak diberikan pada sampel adalah digoxin dan furosemide dengan sampel sebanyak 15 sampel (60 %) dan obat ketiga terbanyak diberikan adalah KSR yaitu 10 orang sampel (40%). Pada keadaan akhir pasien bahwa sebanyak 16 sampel (64%) menjalani pengobatan dengan status pulang berobat jalan (PBJ), 8 orang (32%) dinyatakan meninggal dunia (EXIT), sedangkan 1 sampel (4%) dengan status pulang atas permintaaan sendiri (PAPS).
Kesimpulan: Penyebab gagal jantung di RSUP H. Adam Malik Medan pada
tahun 2007-2009 adalah penyakit jantung didapat (PJD) khususnya penyakit jantung rematik. Hal ini masih bisa diatasi dan mempunyai prognosis yang lebih baik daripada gagal jantung pada orang dewasa.
ABSTRACT
Background: The state of the inability of the heart as a pump to meet adequately the needs of the body's metabolism. This condition can be caused olaeh because the primary disorder of heart muscle, heart or excessive burden, or a combination of both. The incidence and prevalence of child's overall heart failure is unknown, largely because there is no universally accepted classification is applied to various forms.
Method: The study was descriptive. To assess the characteristics of heart failure in pediatric patients treated in RSUP H. Adam Malik years 2007-2009. The study population was all pediatric patients treated at RSUP H. Adam Malik. Now method of taking samples taken are pediatric patients treated in RSUP H. Adam Malik, who suffered heart failure. Sampling was done by the total sampling. The data were analyzed using descriptive statistics.
Results: The results were obtained 25 samples of heart failure patients, 12 men (48%) and 13 women (52%). The average age of the sample was 125.04 months (10 years 4 months). The youngest 1 month old and the oldest aged 216 months (18 years). Age group of respondents who are children is 5 people (20%) and children 20 people (80%). In this type of heart failure causes most of the acquired heart disease (PJD), which is as many as 18 samples (72%). The number of samples of the SPA is 7 people (28%). type of disease most commonly found in the samples is rheumatic Heart Disease (RHD) with a sample of 8 samples (32%) and events that at least in the Atrial Septal Defect samples (ASD). therapy is most often given in the sample are digoxin and furosemide to sample as many as 15 samples (60%) and third-largest drug given is KSR sample of 10 people (40%). At the end of the patient's condition that as many as 16 samples (64%) underwent treatment with outpatient return status (PBJ), 8 people (32%) declared dead (EXIT), while 1 sample (4%) with return status of the request itself ( PAPS). Conclusion: The cause of heart failure in Dr H. Adam Malik Medan in the year 2007-2009 was acquired heart disease (PJD), particularly rheumatic heart disease. This still can be overcome and have a better prognosis than heart failure in adults.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah
ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara.
Karya tulis ilmiah ini berjudul “Karakteristik Penderita Gagal Jantung
pada Anak Tahun 2007 – 2009 di RSUP H. Adam Malik Medan”. Dalam
penyelesaian penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis mendapat banyak bantuan
dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan rasa terima
kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak dr. Muhammad Ali, Sp.A(K), selaku Dosen Pembimbing yang telah
banyak memberikan arahan dan masukan kepada penulis, sehingga karya
tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.
3. Ibu dr. Dina Keumala Sari, M.Gizi, Sp.GK dan Ibu dr. Yunita Sari Pane,
M.Si, selaku Dosen Penguji yang telah bersedia meluangkan waktu dan
pemikiran untuk kesempurnaan karya tulis ilmiah ini
4. Ibu dr. Lita Feriyawati, M.Kes, selaku Dosen Penasehat Akademis yang
telah membimbing penulis selama menjalani perkuliahan di Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
5. Kedua orang tua tercinta, H. Sunarto dan Hj. Nazua, yang telah
membesarkan dan mendidik penulis sejak kecil hingga saat ini. kakak,
adik, abang ipar dan seluruh keluarga besar yang telah banyak
memberikan semangat dan motivasi selama penulisan karya tulis ilmiah
ini.
6. Seluruh staff pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran
7. Bagian Penelitian dan Pengembangan (LITBANG) dan Bagian Pendidikan
dan Pelatihan (DIKLAT) RSUP H. Adam Malik Medan yang telah
memberikan izin dan banyak bantuan kepada penulis dalam melakukan
proses pengumpulan data di lokasi penelitian.
8. Bagian Poliklinik Anak RSUP H. Adam Malik Medan yang telah
memberikan tempat dan banyak bantuan kepada penulis dalam melakukan
proses pengumpulan data.
9. Sahabat-sahabat sekelompok bimbingan karya tulis ilmiah (Citra, Taufik,
Rahmi, Ananda, Fandy, Azizi, dan Armika) yang telah saling berbagi suka
dan duka selama proses penulisan karya tulis ilmiah ini.
10.Sahabat-sahabat penulis di Fakultas Kedokteran USU (M. Fahmi, Uci,
Arni, Ika, Nelda, Anggie, Dea, Hilda, Ayu, Leni, Rayhan, Rahila, Irfan,
Nana, Kak Sindiana, Kak Beby, Pernanda, Ade) dan teman-teman lainnya
yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna.
Untuk itu, penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah
ini dapat berguna bagi kita semua.
Medan, November 2010
Penulis
Fandy Akhmad
DAFTAR ISI
2.2.5. Manifestasi Klinis... 10
2.2.6. Pengobatan ... 13
BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFENISI OPERASIONAL ... 20
5.1.2 Deskripsi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ... 24
5.1.4 Deskripsi Sampel Berdasarkan Jenis Penyebab Gagal
Jantung ... 25
5.1.5 Deskripsi Sampel Berdasarkan Tipe Penyakit Jantung ... 26
5.1.6 Deskripsi Sampel Berdasarkan Terapi yang diberikan 23 5.1.7 Deskripsi Sampel Berdasarkan Survival ... 27
5.2 Pembahasan ... 27
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 30
6.1 Kesimpulan ... 30
6.2 Saran ... 30
DAFTAR PUSTAKA ... 32
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1 Penyebab Gagal Jantung pada Neonatus ... 6
Tabel 2.2 Penyebab Gagal Jantung pada Masa Bayi ... 7
Tabel 2.3 Penyebab Gagal Jantung pada Anak ... 7
Tabel 2.4 Dasar Pengobatan Gagal Jantung ... 14
Tabel 5.1 Distribusi Jenis Kelamin Penderita Gagal Jantung ... 24
Tabel 5.2 Distribusi Usia Penderita Gagal Jantung ... 25
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Diagram 3.1 Kerangka Konsep Penelitian... ... 20
DAFTAR LAMPIRAN
1. Riwayat Hidup Peneliti
2. Form Penelitian
3. Surat Izin Penelitian
4. Ethical Clearance
5. Data Induk
ABSTRAK
Latar Belakang : keadaan ketidakmampuan jantung sebagai pompa untuk
memenuhi secara adekuat kebutuhan metabolisme tubuh. Keadaan ini dapat disebabkan olaeh karena gangguan primer otot jantung, atau beban jantung yang berlebihan, atau kombinasi keduanya. Insiden dan Prevalensi keseluruhan gagal jantung anak tidak diketahui, sebagian besar karena tidak ada klasifikasi yang berlaku universal diterapkan ke berbagai bentuk
Metode: Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Untuk menilai karakteristik gagal
jantung pada pasien anak yang dirawat di RSUP H. Adam Malik tahun 2007-2009. Populasi penelitian adalah semua pasien anak yang dirawat di RSUP H. Adam Malik.Adapun metode pengambilan Sampel yang diambil adalah pasien anak yang dirawat di RSUP H. Adam Malik yang mengalami gagal jantung. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara total sampling. Analisis data dilakukan menggunakan statistik deskriptif.
Hasil : Dari hasil penelitian diperoleh 25 sampel penderita gagal jantung, 12
orang laki-laki (48%) dan 13 orang perempuan (52%). Rata-rata umur sampel adalah 125,04 bulan (10 tahun 4 bulan). Termuda berusia 1 bulan dan tertua berusia 216 bulan (18 tahun). Kelompok usia responden yang merupakan balita adalah 5 orang (20%) dan anak-anak 20 orang (80%). Pada jenis penyebab gagal jantung paling banyak adalah penyakit jantung didapat (PJD) yaitu sebanyak 18 sampel (72%). Jumlah sampel PJB adalah 7 orang (28%). tipe penyakit yang paling banyak ditemukan pada sampel adalah Rheumatic Heart Disease (RHD) dengan sampel sebanyak 8 sampel (32 %) dan kejadian yang paling sedikit pada sampel adalah Atrial Septal Defect (ASD). terapi yang paling banyak diberikan pada sampel adalah digoxin dan furosemide dengan sampel sebanyak 15 sampel (60 %) dan obat ketiga terbanyak diberikan adalah KSR yaitu 10 orang sampel (40%). Pada keadaan akhir pasien bahwa sebanyak 16 sampel (64%) menjalani pengobatan dengan status pulang berobat jalan (PBJ), 8 orang (32%) dinyatakan meninggal dunia (EXIT), sedangkan 1 sampel (4%) dengan status pulang atas permintaaan sendiri (PAPS).
Kesimpulan: Penyebab gagal jantung di RSUP H. Adam Malik Medan pada
tahun 2007-2009 adalah penyakit jantung didapat (PJD) khususnya penyakit jantung rematik. Hal ini masih bisa diatasi dan mempunyai prognosis yang lebih baik daripada gagal jantung pada orang dewasa.
ABSTRACT
Background: The state of the inability of the heart as a pump to meet adequately the needs of the body's metabolism. This condition can be caused olaeh because the primary disorder of heart muscle, heart or excessive burden, or a combination of both. The incidence and prevalence of child's overall heart failure is unknown, largely because there is no universally accepted classification is applied to various forms.
Method: The study was descriptive. To assess the characteristics of heart failure in pediatric patients treated in RSUP H. Adam Malik years 2007-2009. The study population was all pediatric patients treated at RSUP H. Adam Malik. Now method of taking samples taken are pediatric patients treated in RSUP H. Adam Malik, who suffered heart failure. Sampling was done by the total sampling. The data were analyzed using descriptive statistics.
Results: The results were obtained 25 samples of heart failure patients, 12 men (48%) and 13 women (52%). The average age of the sample was 125.04 months (10 years 4 months). The youngest 1 month old and the oldest aged 216 months (18 years). Age group of respondents who are children is 5 people (20%) and children 20 people (80%). In this type of heart failure causes most of the acquired heart disease (PJD), which is as many as 18 samples (72%). The number of samples of the SPA is 7 people (28%). type of disease most commonly found in the samples is rheumatic Heart Disease (RHD) with a sample of 8 samples (32%) and events that at least in the Atrial Septal Defect samples (ASD). therapy is most often given in the sample are digoxin and furosemide to sample as many as 15 samples (60%) and third-largest drug given is KSR sample of 10 people (40%). At the end of the patient's condition that as many as 16 samples (64%) underwent treatment with outpatient return status (PBJ), 8 people (32%) declared dead (EXIT), while 1 sample (4%) with return status of the request itself ( PAPS). Conclusion: The cause of heart failure in Dr H. Adam Malik Medan in the year 2007-2009 was acquired heart disease (PJD), particularly rheumatic heart disease. This still can be overcome and have a better prognosis than heart failure in adults.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Jantung merupakan sebuah pompa. Dibagi ke dalam dua sisi yaitu sisi kanan dan
sisi kiri, masing-masing dengan bagian atas dan bawah. Bagian atas, disebut
atrium, menerima darah dari tubuh dan memompa darah melalui katup satu arah
ke bagian bawah, yang disebut ventrikel. Bagi seorang anak untuk tumbuh dan
berkembang, jantung perlu mempertahankan fungsi normalnya, untuk
memberikan aliran darah ke seluruh tubuh yang optimal. Namun, kadang-kadang
jantung anak tidak dapat berfungsi normal. Istilah "gagal jantung"
menggambarkan jantung itu tidak berfungsi dengan baik. Ini tidak berarti bahwa
jantung berhenti bekerja, tetapi tidak bekerja sebagaimana mestinya Hal ini juga
dapat terjadi pada bayi baru lahir, bayi, balita dan remaja karena berbagai sebab.
Gagal jantung memiliki penyebab yang berbeda, penting untuk mengetahui
bagaimana cara mendiagnosisnya dengan tepat (Behrman 2004).
Insiden dan Prevalensi keseluruhan gagal jantung anak tidak diketahui,
sebagian besar karena tidak ada klasifikasi yang berlaku universal diterapkan ke
berbagai bentuk. beban terbesar berasal dari anak-anak yang dilahirkan dengan
malformasi kongenital. Diperkirakan bahwa 15% sampai 25% dari anak-anak
yang memiliki penyakit jantung struktural berkembang menjadi gagal jantung.
Walaupun relatif jarang cardiomyopathy, sekitar 40% dari pasien yang mengalami
gagal jantung kardiomiopati mengembangkan demikian hebat yang mengarah ke
transplantasi atau kematian (Erin et al, 2009). Ada dua penyebab utama gagal
jantung. Pertama, yang disebut "kegagalan overcirculation," bisa disebabkan oleh
penyakit jantung bawaan maupun didapat yang menimbulkan beban volume
(preload) atau beban tekanan (afterload) yang berlebih atau insufisiensi miokard.
Yang kedua, sebut "pompa kegagalan," terjadi ketika otot jantung menjadi rusak
dan tidak ada kontraksi yang normal lagi. Penyebab lain adalah takikardi
supraventrikular, blok jantung komplit, anemia berat, dan korpulmonale akut.
utama, juga faktor umur yang menyebabkan jantung dan organ lainnya masih
lebih baik regenerasinya, memberikan harapan penyembuhan yang lebih baik
(Wayman, 2005).
Kebanyakan gagal jantung disertai dengan curah jantung yang rendah,
tetapi dapat pula disertai curah jantung yang normal atau tinggi, misalnya gagal
jantung pada anemia atau hipertiroidi. Makin muda usia saat timbulnya gagal
jantung, makin buruk prognosisnya. Adapun gejala yang timbul seperti desakan
venosa yang meninggi, hepatomegali, udem, kardiomegali, takipnea, takikardi,
dyspnea d’effort sampai ortopnea, juga batuk-batuk kronis atau sering bersin.
Sering pengobatan medikamentosa saja tidak dapat mengatasi semua beban yang
berlebihan pada jantung, sehingga tidak memberi hasil yang memuaskan. Dalam
keadaan ini pertimbangan untuk menentukan perlu akan tidaknya tindakan
operasi, meneruskan pengobatan, atau modifikasi pengobatan membutuhkan
diagnosis anatornis dan fungsional yang tepat. Dalam tata laksana gagal jantung
diperlukan pemahaman tentang kerangka fisiologis penampilan jantung, yang
penting untuk evaluasi diagnostik, pemilihan obat, penilaian keberhasilan
pengobatan, serta kemungkinan intervensi bedah (Daphne, 2009).
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian telah disebutkan maka dapat dirumuskan pertanyaan
penelitian adalah sebagai berikut “Bagaimana Karakteristik Gagal Jantung pada
Anak yang Dirawat di RSUP H. Adam Malik Medan pada Tahun 2007-2009?”
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui
karakteristik gagal jantung pada anak yang dirawat di RSUP H. Adam Malik
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :
1. Hasil penelitian dapat berguna sebagai pengetahuan tambahan tentang
karakteristik gagal jantung pada anak yang dirawat di RSUP H. Adam Malik
Medan.
2. Dapat digenerasikan kepada peneliti selanjutnya tentang masalah yang sama,
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Fungsi Jantung Normal
Kemampuan jantung untuk memompa darah guna memenuhi kebutuhan tubuh
ditentukan oleh curah jantung, yang dipengaruhi oleh empat faktor yaitu : (1)
preload, yang setara dengan isi diastolik akhir, (2) afterload, total yang harus
melawan ejeksi ventrikel, (3) kontraktilitas miokardium, yaitu kemampuan
intrinsik otot jantung untuk menghasilkan tenaga dan berkontraksi tanpa
tergantung kepada preload rnaupun afterload serta (4) frekuensi denyut jantung.
Dalam hubungan ini penting dibedakan antara kemampuan jantung untuk
memompa (pump function) dengan kontraktilitas otot jantung (myocardial
function). Pada beberapa keadaan ditemukan beban berlebihan sehingga timbul
gagal jantung sebagai pompa tanpa terdapat depresi pada otot jantung intrinsik.
Sebaiknya, dapat pula terjadi depresi otot jantung intrinsik tetapi secara klinis
tidak tampak tanda-tanda gagal jantung karena beban jantung yang ringan
(Sudigdo, dkk, 1994).
2.2. Gagal Jantung 2.2.1. Definisi
Gagal jantung adalah keadaan ketidakmampuan jantung sebagai pompa untuk
memenuhi secara adekuat kebutuhan metabolisme tubuh. Keadaan ini dapat
disebabkan olaeh karena gangguan primer otot jantung, atau beban jantung yang
berlebihan, atau kombinasi keduanya. Beban jantung yang berlebihan pada
preload atau beban volume terjadi pada defek dengan pirau kiri ke kanan,
regurgitasi katup, atau fistula arteriovena. Sedangkan beban yang berlebihan pada
afterlood atau beban tekanan terjadi pada obstruksi jalan keluar jantung, misalnya
stenosis aorta, stenosis pulmonal, atau koarktasio aorta (Daphne, 2009).
Gagal jantung pada bayi dan anak merupakan suatu sindrom klinis yang
ditandai oleh ketidak mampuan miokardium memompa darah ke seluruh tubuh
pertumbuhan. Pada stadium awal gagal jantung, berbagai mekanisme
kompensatoir dibangkitkan untuk mempertahankan fungsi metabolik normal.
Gagal jantung pada bayi dan anak memberikan gambaran klinis dan perjalanan
penyakit yang berbeda pada orang dewasa. Disamping faktor penyebab yaitu
penyakit jantung bawaan sebagai penyebab utama, juga faktor umur yang
menyebabkan jantung dan organ lainnya masih lebih baik regenerasinya,
memberikan harapan penyembuhan yang lebih baik. Pada stadium awal gagal
jantung, berbagai mekanisme kompensatoir dibangkitkan untuk mempertahankan
fungsi metabolik normal (cadangan jantung). Ketika mekanisme ini menjadi tidak
efektif, akibatnya manifestasi klinisnya makin bertambah berat (Cincinnati,
2006).
2.2.2. Etiologi
Penyebab gagal jantung berbeda-beda menurut kelompok umur, yakni pada masa
neonatus, bayi, dan anak (Sudigdo, dkk, 1994).
A. Periode Neonatus
Disfungsi miokardium relatif jarang terjadi pada masa neonatus, dan bila ada
biasanya berhubungan dengan asfiksia lahir, kelainan elektrolit, atau gangguan
metaholik lainnya. Lesi jantung kiri, seperti sindrom hipoplasia jantung kiri,
koarktasio aorta, atau stenosis aorta berat adalah penyebab penting gagal jantung
pada 1 atau 2 minggu pertama. Lesi dengan pirau dan kiri ke kanan (duktus
artenosus persisten, defek septum ventrikel) biasanya belum memberi gejala gagal
jantung dalam 2 minggu pertama pascalahir, karena resistensi vaskular paru yang
masih tingi. Namun pada bayi prematur, duktus arteriosus persisten yang besar
dapat menyebabkan gagal jantung pada hari-hari pertama pascalahir. Pada minggu
ketiga atau keempat resisten vaskular pada mulai menurun sehingga pirau kiri ke
kanan makin bertambah, akibatnya sebagian pasien sudah mengalami gagal
jantung. Pirau kiri ke kanan akan mencapai tingkat maksimal dalam bulan ke-2
dapat menyebabkan gagal jantung pada bulan pertama. Lihatlah Tabel 2.1.
(Sudigdo, dkk, 1994)
Tabel 2.1. Penyebab Gagal Jantung pada Neonatus Disfungsi miokard :
asfiksia, sepsis, hipoglikemia, miokarditis
Beban tekanan:
stenosis aorta berat, koarktasio aorta
sindrom hipoplasia jantung kiri
Beban volume (relatif jarang):
duktus arteriosus
defek septum ventrikel
defek septum atrioventrikularis
Disritmia:
takikardia supraventrikular
fibrilasti / geletar atrium
blok jantung komplet
B. Periode Bayi
Antar usia 1 bulan sampai 1 tahun penyebab gagal jantung yang paling banyak
adalah kelainan struktural, termasuk defek septum ventrikel, duktus arteriosus
persisten, atau depek septum atrioventrikularis. Gagal jantung pada lesi yang lebih
kompleks, seperti transposisi, ventrikel kanan dengan jalan keluar ganda, atresia
trikuspid, atau trunkus arteriosus biasanya juga terjatuh pada periode ini.
Komunikasi anteratrium (defek septum atrium atau primum) biasanya tidak
memberikan gejala gagal jantung, kecuali anomali total drainase vena pulmonalis.
Pelbagai kelainan, seperti penyakit miokardium atau penyakit lain, juga dapat
menyebabkan gagal jantung pada periode ini dengan frekuensi yang lebih jarang
Tabel 2.2 Penyebab Gagal Jantung pada Masa Bayi Beban volume:
defek septum ventrikel
duktus arteriosus persisten
trunkus arteriosus transposisi
anomali total drainase vena pulmonalis
atresia trikuspid
ventrikel kanan dengan jalan keluar ganda
Kelainan miokardiurn:
miokarditis, penyakit Kawasaki
fibroelastosis eridokardial
Gagal jantung sekunder :
penyakit ginjal
hipertensi
C. Periode Anak
Gagal jantung PJB jarang dimulai setelah usia 1 tahun. Di negara maju, karena
sebagian besar pasien dengan PJB yang berat sudah dioperasi, maka praktis gagal
jantung bukan menjadi masalah pada pasien PJB setelah usia 1 tahun. Kadang
pasien dengan pintasan sistemik pulmonal buatan (pintasan Blalock-Taussig atau
modifikasinya) menderita gagal jantung pada masa anak (Sudigdo, dkk, 1994).
Tabel 2.3 Penyebab Gagal Jantung pada Anak Demam reumatik / penyakit jantung reumatik
Gagal jantung dapat pula disebabkan oleh kelainan jantung didapat seperti :
1. Penyakit jantung reumatik (karditis aktif) jarang sekali di bawah umur 2
tahun. Umumnya terjadi di atas umur 5 tahun.
2. Berbagai macam miokarditis.
3. Sebab-sebab lain (anemia, aritmia dan lain-lain)
2.2.3. Insidensi
Pada penganalisisan, dataset rawat inap yang tersedia secara komersial pada tahun
1997 yang dikumpulkan oleh Badan Penelitian dan Kualitas Kesehatan: Kids
'Database Rawat Inap, akuntansi untuk 50% dari debit US pediatrik AS di 1997.
Hasil Database berisi 5.610 anak-anak dengan diagnosis gagal jantung. Sampel
pediatrik gagal jantung menunjukkan proporsi yang lebih tinggi dengan prosedur
jantung 61,4%, prevalensi tinggi penyakit jantung bawaan 61%, persentase lebih
tinggi dari pasien laki-laki 50% anak, dan persentase lebih rendah dari pasien kulit
putih 40,9%. Anak-anak spektrum yang berbeda nyata co-morbiditas
dibandingkan dengan orang dewasa. Tidak ada perbedaan angka
kematian antara anak 7,5%. Terdapat perbedaan signifikan dalam profil
epidemiologi anak-anak dengan gagal jantung. Anak-anak menderita berbagai
jenis ko-morbiditas dan memerlukan prosedur yang berbeda dalam lingkungan
rumah sakit.(BMC, 2006)
Penelitian sebelumnya pada anak-anak seperti bayi 1985
Baltimore-Washington study telah menggambarkan kejadian penyakit jantung bawaan, tetapi
belum terfokus pada gagal jantung. Baru-baru ini Pediatric Calon
Cardiomyopathy Registry melaporkan tentang kejadian kardiomiopati pediatrik
(tapi tidak gagal jantung) di daerah 2 dari Amerika Serikat, menyarankan sebuah
insiden 1,13 kasus per 100.000 anak . Sebuah studi berbasis populasi yang
dilakukan di Finlandia selama kerangka waktu yang lebih lama (11 tahun) telah
temuan serupa. Namun, karena gagal jantung terapi lain (kemoterapi-induksi
kerusakan, atau gagal jantung karena penyakit jantung bawaan) secara khusus
dikecualikan dan mungkin terdiri dari komponen utama gagal jantung pediatrik.
sampel yang terbatas atau sudah dari daerah geografis yang terbatas (BMC,
2006).
2.2.4. Patofisologi
Jantung dapat dipandang sebagai pompa dengan curah yang sebanding dengan
volume pengisiannya dan berbanding terbalik dengan tahan yang melawan
pompanya. Ketika volume akhir-diastolik ventrikel naik, jantung sehat akan
menaikkan curah jantung sampai suatu maksimum dicapai dan curah jantung tidak
dapat diperbesar lagi (prinsip Frank-Starling). Kenaikan volume sekuncup yang
dicapai dengan cara ini disebabkan oleh regangan serabut-serabut miokardium,
tetapi menaikkan tegangan dinding juga, dan menaikkan konsumsi oksigen
miokardium (Erin, 2009).
Otot jantung dengan kontraktilitas intrinsik yang terganggu akan
memerlukan derajat dilatasi yang lebih besar untuk menghasilkan kenaikan
volume sekuncup dan tidak akan mencapai curah jantung maksimal sama seperti
miokardium normal. Jika rongga jantung dilatasi karena lesi yang menyebabkan
kenaikan preload (misal insufisiensi katup), hanya akan ada sedikit ruangan untuk
dilatasi dan memperbesar curah jantung selanjutnya (Erin, 2009).
Transport oksigen sistemik dihitung sebagai hasil kali curah jantung dan
kadar oksigen sistemik. Curah jantung dapat dihitung sebagai hasil kali frekuensi
jantung dan volume sekuncup. Penentu utama volume sekuncup adalah preload,
afterload, dan kontraktilitas. Perubahan dalam kemampuan darah membawa
oksigen (misal anemia atau hipoksemia) akan juga menyebabkan penurunan
dalam transport oksigen, dan jika mekanisme kompensatoir tidak cukup, dapat
juga berakibat penurunan penghantaran substrat ke jaringan, suatu bentuk gagal
jantung (Behrman, 2004).
Satu mekanisme kompensatoir utama untuk menaikkan curah jantung
adalah naiknya tonus simpatis, akibat bertambahnya sekresi epinefrin adrenal
dalam sirkulasi dan bertambahnya pelepasan norepineprin saraf. Pengaruh
manfaat awal rangsangan simpatis adalah kenaikan frekuensi jantung dan
Karena vasokonstriksi yang terlokalisasi, aliran darah dapat didistribusikan lagi
dari kulit, viseral dan bantalan kapiler ginjal ke jantung dan otak. Namun,
kenaikan rangsangan simpatis yang lama dapat mempunyai pengaruh merugikan
juga, termasuk hipermetabolisme, kenaikan afterload, aritmogenesis, kenaikan
kebutuhan oksigen miokardium, dan toksisitas miokard langsung. Vasokonstriksi
perifer dapat berakibat penurunan fungsi ginjal, hati dan saluran gastrointestinal
(Behrman, 2004).
2.2.5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis gagal jantung bervariasi, tergantung dan umur pasien, etiologi
penyakit jantung, ruang-ruang jantung yang terlibat, serta derajat gangguan
penampilan jantung.
Pada tahun 1994, New York Heart Association mempublikasikan revisi
dari klasifikasi fungsional penderita gagal jantung :
Klasifikasi Fungsional :
I. Tidak ada pembatasan aktivitas fisik; aktivitas biasa tidak menimbulkan
kelelahan, dispnea, atau palpitasi.
II. Ada pembatasan ringan dari aktivitas fisik : aktivitas biasa menimbulkan
kelelahan, dispnea, palpitasi, atau angina.
III. Pembatasan pada aktivitas fisik : walaupun pasien nyaman saat istirahat,
sedikit melakukan aktivitas biasa saja dapat menimbulkan gejala.
Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas. Gejala gagal jantung timbul
saat istirahat. Anak-anak dengan gagal jantung sering disertai gangguan
pertumbuhan dan tidak ada kenaikan berat badan. Hal ini dapat disebabkan antara
lain (Markum, 2002) :
1. Pemasukan energi yang buruk karena dispne atau keletihan.
2. Penyerapan terganggu karena perfusi usus yang tidak adekuat.
3. Peningkatan kebutuhan kalori bila dispne atau menderita karena infeksi
A. Anamnesis
Pada bayi, gejala gagal jantung biasanya berpusat pada keluhan orangtua bahwa
bayinya tidak kuat minum, lekas lelah, bernapas cepat, banyak berkeringat, dan
berat badannya sulit naik. Seperti telah beberapa kali disebut, pasien defek septum
ventrikel atau duktus arteriosus persisten yang besar seringkali tidak menunjukkan
gejala pada hari-hari pertama, karena pirau yang terjadi masih minimal akibat
tekanan ventrikel kanan dan a. pulmonalis yang masih tinggi. Setelah beberapa
minggu (2-12 minggu), biasanya pada bulan ke-2 atau ke-3, gejala gagal jantung
baru nyata. Bayi juga sering mengalami infeksi saluran napas bagian bawah.
Anak yang lebih besar dapat mengeluh lekas lelah dan tampak kurang
aktif, toleransi berkurang, batuk, mengi, sesak napas dan yang ringan (setelah
aktivitas fisis tertentu), sampai sangat berat (sesak napas pada waktu istirahat).
Pasien dengan kelainan jantung yang dalam kompensasi karena pemberian obat
gagal jantung, dapat menunjukkan gejala akut gagal jantung bila dihadapkan
kepada stres, misalnya penyakit infeksi akut (Daphne, 2009).
B. Pemeriksaan Fisis
Bayi dan anak yang menderita gagal jantung yang lama biasanya mengalami
gangguan pertumbuhan. Berat badan lebih terhambat daripada tinggi badan.
Tanda yang penting adalah taklkardia (150/menit atau lebih pada saat istirahat),
serta takipne (50/menit atau lebih pada saat istirahat) Pada prekordium dapat
teraba aktivitas jantung yang meningkat. Bising jantung sering ditemukan pada
auskultasi, yang tergantung dan kelainan struktural yang ada. Terdapatnya irama
derap merupakan penemuan yang berarti, khususnya pada neonatus dan bayi
kecil. Ronki paru juga sering ditemukan pada gagal jantung.
Bendungan vena sistematik ditandai oleh peninggian tekanan vena jugular,
serta refluks hepato-jugular. Kedua tanda ini sulit diperiksa pada neonatus dan
bayi keciL Hepatomegali merupakan tanda penting 1ainnya biasanya hati teraba 2
cm atau leblh di bawah arkus kosta. Edema tidak sering ditemukan pada bayi dan
anak kecil. Ujung-ujung ekstremitas akan teraba dingin, terutama pada gagal
C. Foto Dada
Dengan sedikit perkecualian, gagal jantung selalu disertai dengan kardiomegali
yang nyata. Pada paru tampak bendungan vena pulmonal (Daphne, 2009).
Chest radiograph shows signs of congestive heart failure (CHF).
D. Elektrokardiografi
Elektrokardiogram sangat bermanfaat dalam evaluasi serta pemantauan bayi dan
anak dengan gagal jantung. Di samping frekuensi QRS yang cepat atau disritmia,
dapat ditemukan pembesaran ruang-ruang jantung serta tanda-tanda penyakit
miokardium atau perikardium, sesuai dengan penyakit atau keadaan patologis
yang mendasarinya (Daphne, 2009).
E. Ekokardiografi
Pemeriksaan ekokardiografi sangat membantu dalam menegakkan diagnosis
struktural serta kelainan hemodinarnik bayi dan anak yang menderita gagal
jantung. Pelbagai kelainan jantung dapat ditegakkan diagnosisnya secara akurat
melalui pemeriksaan ekokardiografi 2-dimensi dan M-mode. Pemeriksaan
Doppler dan Doppler berwarna dapat menambah informasi secara bermakna.
Apabila ekokardiografi 2-dimensi lebih banyak rnembantu dalam penentuan
kelainan struktural, maka ekokardiografi M-mode bermanfaat menentukan
dimensi ruang jantung, tebal dinding belakang ventrikel, septum ventrikel, serta
ventrikel kanan, serta kontraktilitas ventrikel juga dapat dinilai dengan akurat
(Daphne, 2009).
F. Pemeriksaan Penunjang Lain
Kadar hemoglobin dan hematokrit perlu diperiksa pada tiap pasien gagal jantung.
Anemia dapat menyebabkan gagal jantung, atau memperburuk gagal iantung yang
ada. Analisis gas darah arteri, pH, elektrolit (natrium, kalium, kalsium, kloride)
dan gula darah serum harus diperiksa pada neonatus dengan gagal jantung, juga
pada anak yang lebih besar yang keadaannya tidak stabil. Diuresis perlu dicatat
dengan cermat; pada pasien gagal jantung jumlah urin berkurang. Analisis urin
biasanya menunjukkan albuminuria dan hematuria mikroskopik (Daphne, 2009).
2.2.6. Pengobatan A. Prinsip Pengobatan
Terdapat tiga aspek yang penting dalam penanggulangan gagal jantung yaitu
pengobatan terhadap gagal jantung (Tabel 2.4), pengobatan terhadap penyakit
yang mendasari, dan pengobatan terhadap faktor pencetus (anemia, infeksi, dan
disritmia). Termasuk dalam pengobatan medikamentosa gagal jantung yaitu
rnengurangi retensi cairan dan gararn, meningkatkan kontraktilitas otot jantung
dan mengurangi beban jantung (Sudigdo, 1994).
B. Pengobatan Umum (McPhee, 2009)
Istirahat. Pada gagal jantung akut yang berat pasien perlu dirawat inap. Tirah
baring dengan posisi setengah duduk sangat membantu pasien.
Suhu dan kelembaban. Neonatus sangat rentan terhadap perubahan suhu
lingkungan, khususnya suhu dingin, lebih-lebih bila ia menderita penyakir berat.
Oleh karena itu neonatus dengan gagal jantung perlu ditempatkan di inkubator
dengan pengatur suhu dan kelembaban.
Oksigen. Oksigen, biasanya cukup dengan kateter naso-fanngeal atau
masker, harus secara rutin diberikan pada setiap pasien gagal jantung akut atau
gagal jantung yang berat,
Pernberian cairan dan diet. Pada pasien dengan gagal jantung berat
seringkaii masukan cairan dan makanan per oral tidak memadai, atau mengandung
diperlukan pemberian cairan intravena. Mengingat terdapatnya kecenderungan
terjadinya retensi cairan dan natrium pada pasien gagál jantung, dan kehilangan
kalium bila diberikan diuretik, maka diberikan cairan tanpa natrium, dan
jumlahnya perlu dikurangi menjadi kira-kira 75-80% kebutuhan rumat. Namun mi
harus terus dipantau, mengingat kerja pernapasan yang meningkat akan
menyebabkan meningkatnya kebutuhan cairan. Pemantauan klinis (turgor, pola
pernapasan, balans antara masukan dan keluaran) serta laboratoris (analisis gas
darah, elektrolit) menentukan pemberian jenis dan jumlah cairan selanjutnya.
pada pasien yang dapat masukan oral atau yang rawat jalan diperlukan diet
rendah garam. namun tidak perlu terlalu ketat mengingat kelebihan natrium dapat
dikontrol dengan diuretik. sedang makanan tawar sering ditolak pasien (Sudigdo,
1994).
Tabel 2.4. Dasar Pengobatan Gagal Jantung
Umum : Istirahat (bita perlu dengan sedasi) posisi seterigah duduk awasi bahaya aspirasi Pengaturan suhu dan ketembaban
Oksigen
Cairar, koreksi gangguan elektrolit dan metabolik, diet Medikamentosa:
Penyakit jantung bawaan paliatif
korektif
C. Medikamentosa 1. Obat-Obat Inotropik
Obat inotropik yang ideal dapat meningkatkan kontrakti1itas otot jantung tanpa
naenyebabkan peninggian O2, takikardi atau aritmia. Sayangnya obat yang
mempunyai sernua karakteristik tersebut sampai sekarang belum dapat ditemukan
(Sudigdo, 1994).
2. Digitalis (Digoksin)
Sampai sekarang digoksin masih banyak dipergunakan dalam pengobatan gagal
jantung pada bayi dan anak. Manfaat utamanya ada1ah akibat efek inotropiknya,
yakni dalam menambah kekuatan dan kecepatan kontraksi ventrikel. Digoksin
juga mengurangi tonus simpatis, menurunkan resistensi sistemik dengan
vasodilatasi perifer, serta menurunkan frekuensi denyut jantung. Digoksin tidak
berrnanfaat, bahkan mungkin berbahaya, bila diberikan pada pasien dengan lesi
obstruktil misalnya koarktasio aorta (McPhee, 2009).
3. Obat Inotropik Parenteral
Bayi dan anak dengan gagal jantung akut yang berat seringkali memerlukan obat
inotropik yang lebih poten. Untuk keperluan tersebut pada saat inii telah tersedia
beberapa jenis obat inotropik yang diberikan dengan infus konstan, yang banyak
digunakan pada saat ini adalah dopamin dan dobutarnin. Dopamin merupakan
prekursor katekolamin dan epinefrin. Pada dosis rendah, yakni 2,5 µg/kgBB/menit
doparnin terutama berpengaruh meningkatkan aliran darah ginjal, sehingga
menambah ekskresi air dan garam. Pada dosis 10-20 µg/kgBB/rnenit dopamin
terutama mempunyai efek inotropik, namun sering menimbuikan gangguan irama
jantung. Oleh karena itu sebagian ahli menyarankan untuk tidak memakai
4. Vasodilator
Walaupun digitalis dan diuretik masih dipakai sebagai obat standar, akhir-akhir ini
banyak dipakai vasodilator dalam penatalaksanaan gagal jantung pada bayi dan
anak. Cara kerja obat vasodilator tersebut adalah dengan mempengaruhi preload
dan afterload Pengobatan gagal jantung pada anak dengan vasodilator telah
banyak dicoba dengan hasil memuaskan. Agar dapat dipilih obat yang tepat untuk
gagal jantung, perlu dipahami prinsip dasar fungsi jantung yang normal maupun
abnormal seperti dlkemukaan di atas (McPhee, 2009).
5. Venodilator
Cara kerja venodilator ialah menurunkan tekanan darah sistemik dan pulmonal,
mengurangi bendungan vena, tetapi tidak meningkatkan curah jantung secara
langsung. Nitrat dan nitrogliserin sangat berguna untuk pasien gagal jantung
dengan edema paru akibat regurgitasi katup mitral atau aorta.
Pada pasien pascaoperasi jantung, obat ini dipakai apabila terdapat gejala
bendungan vena sistemik dan paru akibat peninggian tekanan pengisian (filling
pressure). Efek obat berguna apabila terdapat peninggian tekanan atau volume
pengisian ventrikel. Apabila tekanan atau volume pengisian ventrikel rendah,
malahan akan terjadi penurunan curah jantung (Markum, 2002).
6. Dilator Arteri
Obat dilator arteri berkhasiat menurunkan afterload dengan akibat bertambahnya
curah jantung tanpa meningkatkan konsumsi oksigen. Akan terjadi penurunan
tekanan pengisian ventrikel karena pengosongan ventrikel lebih baik (Wayman,
2002).
7. Dilator Arteri-Vena
Obat ini berkhasiat menurunkan preload dan afterload sehingga menurunkan
tekanan pengisian ventrikel dan penambahan curah jantung, karenanya ia berguna
pada peninggian tekanan pengisian ventrikel yang disertai curah jantung yang
menguhah renin-angiotensin-aldosteron (kaptopril) yang kini paling banyak
dipakai (McPhee, 2009).
8. Diuretik
Golongan diuretik bermanfaat mengurangi gejala bendungan, apahila pemberian
digitalis saja ternyata tidak memadai, namun deuretik sendiri tidak memperbaiki
penampilan miokardium secara lansung. Obat yang tersering dipakai adalah
golongan tiazid, asam etakrinik, furosemid, dan golongan antagonis aldosteron.
Furosemid merupakan diuretik yang paling banyak digunakan karena efektif,
aman, dan murah. Namun diuretik menyebabkan ekskresi kalium bertambah,
sehingga pada dosis besar atau pemberian jangka lama diperlukan tambahan
kalium (berupa KCI). Dengan furosemid rendah suplemen kalium mungkin tidak
diperlukan; sebagian ahli hanya menganjurkan tambahan makan pisang yang
diketahui mengandung banyak kalium daripada. memberikan preparat kalium.
Kombinasi antara furosemid dengan spironolakton dapat bersifat aditif, yakni
rnenambah efek diuresis. dan oleh karena spironolakton bersifat menahan kalium
maka pemberian kalium tidak diperlukan (Sudigdo, dkk, 1994).
9. Pengobatan Kombinasi
Gagal jantung berat seringkali memerlukan pengobatan kombinasi antara obat
inotropik dan obat yang mengurangi beban jantung. Kombinasi antara dopamin
dosis rendah dengan dobutamin seringkali digunakan untuk gagal Jantung berat
atau syok kardiogenik. Seperti telah diuraikan, dopamin dosis rendah menambah
aliran darah ginjal, sedangkan dobutarnin merupakan obat inotropik yang kuat dan
aman. Kombinasi dopamin atau dobutamin dengan nitroprusid dipakai pada
penderita gagal jantung dengan curah iantung rendah pascabedah jantung terbuka.
Kombinasi antara kaptopril oral dengan digoksin dapat dipakai untuk pengobatan
jangka panjang kardiomiopali kongestif dengan atau tanpa insufisiensi aorta atau
10. Terapi Bedah (Sudigdo, 1994)
Tindakan bedah menempati peran penting dalam tata laksana gagal jantung pada
bayi dan anak, baik untuk penyakit jantung bawaan maupun penyakit jantung
didapat. Dalam praktek pediatri, penyakit jantung yang seringkali menyebabkan
gagal jantung adalah lesi dengan pirau kiri ke kanan (defek septum ventrikel,
duktus arteriosus persisten), serta penyakit jantung reumatik terutama. kelainan
katup mitral atau aorta.
Secara umum dapat dikatakan bahwa terapi definitif untuk pasien dengan
gagal jantung akibat penyakit jantung bawaan adalah tindakan bedah. Terdapatnya
gagal jantung menunjukkan bahwa kelainan struktural yang terjadi adalah
berderajat berat. Untuk tiap lesi tertentu, makin dini gagal jantung terjadi, makin
berat kelainan yang ada.
Pada sebagian kecil pasien, gagal jantung yang berat terjadi dalam
hari-hari atau minggu-minggu pertama pascalahir, misalnya pada sindrom hipoplasia
jantung kiri, atresia aorta, koarktasio aorta berat, atau anomaili total drainase vena
pulmonalis dengan obstruksi. Terhadap mereka ini terapi medikamentosa saja
sulit diharapkan rnemberikan hasil, sehingga tindakan invasif diperlukan segera
setelah keadaan pasien dibuat ‘stabil’. Kegagalan untuk melakukan operasi pada
go1ongan pasien ini harnpir selalu akan berakhir dengan kematian.
Pada gagal jantung akibat penyakit jantung bawaan yang kurang berat,
pendekatan awal yang umum adalah memberikan terapi medis yang adekuat. Bila
terapi medis menolong, yang tampak dengan hilangnya gejala gagal jantung,
meningkatnya toleransi latihan, serta bertambahnya berat badan dengan cukup
memadai, maka terapi medis diteruskan sambil menunggu saat yang baik untuk
koreksi bedah. Namun apabila terapi rnedis tidak memperbaiki fungsi jantung,
rnaa tindakan bedah diperlukan lebih dini, baik berupa bedah paliatif (banding a.
pulmonalis) maupun bedah korektif
Pada pasien penyakit jantung reumatik yang berat yang disertal gagal
jantung, maka obat-obat gagal jantung terus diberikan sementara pasien
memperoleh profilaksis sekunder (biasanya adalah penisilin benzatin) Pengobatan
memperbaiki keadaan jantung. Sebaliknya apabila profilaksis sekunder tidak
dilaksanakan dengan haik maka pasien terancam mengalami serangan ulang
demam reumatik yang mempunyai potensi untuk lebih memperburuk kelainan
jantung yang sudah ada. Bila terapi medis tidak menolong, maka diperlukan
evaluasi apakah diperlukan tindakan invasif (valvulotomi mitral dengan balon
pada stenosis mitral, rekonstruksi katup pada insufisiensi mitral atau insufisiensi
aorta, atau operasi penggantian katup) pada pasien remaja atau dewasa muda.
Golongan pasien ini, yakni pasien dengan cacat katup yang berat akibat penyakit
jantung reumatik, meskipun telah dilakukan valvuloplasti balon atau operasi,
masih menyisakan kemungkinan terdapatnya gejala sisa sehingga sebagian besar
pasien tidak dapat hidup sama sekali normal. Pemantauan seumur hidup sangat
diperlukan agar setiap perubahan yang tidak dikehendaki dapat dideteksi secara
BAB 3
KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini
adalah :
3.2. Defenisi Operasional 3.2.1. Anak
Anak adalah setiap manusia yang berusia kurang dari 18 tahun kecuali terdapat
hukum tertentu yang berlaku terhadap anak tersebut, kedewasaan dicapai lebih
awal.
3.2.2. Gagal Jantung
Gagal jantung adalah keadaan ketidakmampuan jantung sebagai pompa untuk
memenuhi secara adekuat kebutuhan metabolisme tubuh.
3.2.3 Umur
Umur adalah usia kronologis anak yang di hitung sesuai tanggal lahir.
3.2.4 Penyebab
Penyebab adalah apakah penyakit gagal jantung ini berasal dari penyakit jantung
3.2.5. Survival
Survival adalah Keadaan akhir penderita gagal jantung yang bertahan hidup atau
tidak.
3.2.6. Terapi
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Untuk menilai karakteristik gagal jantung
pada pasien anak yang dirawat di RSUP H. Adam Malik.
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Lokasi penelitian adalah RSUP H. Adam Malik. Peneliti memilih lokasi penelitian
tersebut karena jumlah pasien anak yang menderita gagal jantung dari tahun
2007-2009 yang tercatat di RSUP H. Adam Malik memadai. Pelaksanaan dan
pengumpulan data penelitian dilakukan selama dua tahun dari tahun 2007-2009 di
RSUP H. Adam Malik Medan berdsarkan hasil pencatatan rekam medis pasien.
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian
4.3.1. Populasi
Populasi penelitian adalah semua pasien anak yang dirawat di RSUP H. Adam
Malik.
4.3.2. Sampel
Sampel yang diambil adalah pasien anak yang dirawat di RSUP H. Adam Malik
yang mengalami gagal jantung. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara total
sampling. Adapun kriteria inklusi adalah semua anak yang tercatat sebagai
penderita gagal jantung di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2007-2009
yang tercatat dalam rekam medis.
4.3.3 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan setelah peneliti terlebih dahulu memperoleh izin
pelaksanaan penelitian dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan
kemudian surat izin yang diperoleh akan diberikan kepada Direktur RSUP H.
H. Adam Malik Medan. Kemudian peneliti mengambil data dari rekam medis
pasien anak penderita gagal jantung di RSUP H. Adam Malik Medan.
4.4. Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data dilakukan setelah semua data terkumpul melalui beberapa tahap,
yaitu tahap pertama editing, dengan mengecek nama dan kelengkapan identitas
maupun data pasien, tahap kedua cooding yaitu memberi kode atau angka tertentu
pada identitas pasien untuk mempermudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi
dan analisa data, tahap ketiga entry yaitu memasukkan data identitas pasien ke
dalam program komputer dengan menggunakan program SPSS (Statistical
Product and Service Solution), tahap keempat melakukan cleaning yaitu
mengecek kembali data yang telah di entry untuk mengetahui adanya kesalahan
atau tidak. Untuk mendeskripsikan data dilakukan perhitungan frekuensi dan
presentase. Hasil penelitian akan ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Deskripsi lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan yang berlokasi di Jalan
Bunga Lau no. 17, kelurahan Kemenangan Tani, kecamatan Medan Tuntungan.
Rumah sakit ini merupakan rumah sakit umum daerah untuk wilayah Sumatera
Utara dan merupakan rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan. Rumah sakit ini memiliki
Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Kardiologi yang merupakan lokasi
pengambilan data untuk penelitian ini.
5.1.2 Deskripsi sampel berdasarkan jenis kelamin
Jumlah responden yang terlibat dalam studi ini adalah sebesar 25 responden.
Semua data responden diambil dari data sekunder, yaitu rekam medis pasien anak
penderita gagal jantung dari tahun 2007 – 2009.
Tabel 5.1 Distribusi jenis kelamin penderita gagal jantung
Jenis Kelamin n (%)
Laki-laki 12 (48)
Perempuan 13 (52)
Jumlah 25 (100)
Berdasarkan Tabel 5.1 diketahui bahwa dari 25 sampel terdapat 12 orang
berjenis kelamin laki-laki (48%) dan 13 orang berjenis kelamin perempuan
5.1.3 Deskripsi sampel berdasarkan umur
Distribusi sampel berdasarkan umur dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 5.2 Distribusi Usia Penderita Gagal Jantung
Usia n (%)
0-60 bulan 5 (20)
61-120 bulan 6 (24)
121-180 bulan 8 (32)
181-240 bulan 6 (24)
Jumlah 25 (100)
Secara keseluruhan, rata-rata umur sampel pada penelitian ini adalah
125,04 bulan (10 tahun 4 bulan). Responden termuda berusia 1 bulan dan tertua
berusia 216 bulan (18 tahun). Dari Tabel 5.2. dapat dilihat bahwa sampel
mayoritas berusia antara 121 – 180 bulan, yaitu 8 orang (32 %) dan yang jumlah
sampel terendah terdapat pada kelompok umur 0 – 60 bulan dan kelompok umur
61-120 bulan dan 181-240 adalah 6 orang (24%) dalam masing-masing kelompok.
5.1.4 Deskripsi sampel berdasarkan jenis penyebab gagal jantung
Distribusi sampel berdasarkan jenis penyebab gagal jantung yang diderita dapat
dilihat pada diagram berikut:
Diagram 5.1 Distribusi penyebab gagal jantung
72%
Sesuai Diagram 5.1 dapat diketahui bahwa jenis penyebab gagal jantung
paling banyak adalah penyakit jantung didapat (PJD) dengan jumlah sampel
terbanyak, yaitu sebanyak 18 sampel (72%). Jumlah sampel PJB adalah 7 orang
(28%)
5.1.5 Deskripsi sampel berdasarkan tipe penyakit jantung
Distribusi sampel berdasarkan tipe penyakit jantung dibagi pada kedua kelompok
umur sampel yaitu kelompok usia balita dan kelompok usia anak-anak yaitu:
Tabel 5.3 Distribusi Tipe Penyakit Jantung
Usia n (%)
Menurut Tabel 5.3 diketahui bahwa jenis penyakit yang paling banyak
ditemukan pada sampel adalah Rheumatic Heart Disease (RHD) dengan sampel
sebanyak 8 sampel (32 %) dan kejadian yang paling sedikit pada sampel adalah
Atrial Septal Defect (ASD).
5.1.6 Deskripsi sampel berdasarkan terapi yang diberikan
Distribusi sampel berdasarkan terapi yang diberikan dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.4 Distribusi terapi yang diberikan
Usia n (%)
Digoxin 15 (60)
Furosemide 15 (60)
Berdasarkan Tabel 5.4 dapat diketahui bahwa terapi yang paling banyak
diberikan pada sampel adalah digoxin dan furosemide dengan sampel sebanyak
15 sampel (60 %).
5.1.7 Deskripsi sampel berdasarkan survival
Distribusi sampel berdasarkan dilakukannya tindakan operatif dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 5.5 Distribusi survival responden
Usia n (%)
Sembuh 16 (64)
Meninggal 8 (32)
Hilang pantau 1 (4)
Jumlah 25 (100)
Dari Tabel 5.5 dapat disimpulkan bahwa sebanyak 16 sampel (64%)
menjalani pengobatan dengan status sembuh, 8 orang (32%) dinyatakan
meninggal dunia, sedangkan 1 sampel (4%) dengan status hilang pantau.
5.2 Pembahasan
Berdasarkan penelitian kami, anak penderita gagal jantung dengan jenis kelamin
perempuan didapati sebanyak 13 orang (52%) dan anak penderita gagal jantung
dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 12 orang (48%). Sedangkan menurut
Massin di Belgia pada tahun 2006 dari 1.196 penderita gagal jantung pada anak
laki-laki 39% dan 59% pada perempuan. Hasil yang sama juga ditunjukkan oleh
Webster (2006) di Amerika Serikat menunjukkan dari 5.610 anak-anak penderita
gagal jantung perempuan lebih tinggi 50,2% dari laki-laki sebanyak 49,8%. Hasil
penelitian ini memiliki persentase yang sama dengan penelitian yang telah
dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2007-2009. dimana
penderita terbanyak adalah perempuan.
Hasil penelitian kami mendapatkan rata-rata umur pasien anak dengan
gagal jantung adalah 125,04 bulan (10 tahun 4 bulan). Kelompok umur dengan
jumlah sampel penderita gagal jantung yang terbanyak adalah kelompok umur
Penyebab gagal jantung anak terbagi menjadi 2 kategori, yaitu penyakit
jantung bawaan (PJB) dan penyakit jantung didapat (PJD). Pada penelitian ini
didapati jumlah sampel yang menderita gagal jantung jenis PJB adalah 7 sampel
(28%), dan jumlah gagal jantung jenis PJD adalah 18 sampel (72%). Keadaan ini
berbeda dengan kejadian penyakit jantung anak di Amerika. Menurut data dari
BMC (2006), kejadian tertinggi penyakit penyebab gagal jantung pada anak di
Amerika adalah PJB dengan persentase 61% sedangkan PJD hanya 39%. Menurut
data yang dikutip dari Massin di Belgia pada tahun 2006 gagal jantung terjadi
pada 64 dari 1.031 anak-anak dengan PJB (6,2%), 13 dari 96 anak-anak dengan
gangguan irama atau konduksi (13,5%) dan dalam 24 dari 30 anak dengan
cardiomyopathies (80,0%). Keadaan ini sangat berkaitan erat dengan jumlah
pasien gagal jantung di Rumah Sakit Umum H. Adam Malik Medan yang lebih
dominan dari kelompok usia anak-anak
Adapun tipe penyakit jantung pada penelitian ini dapat diketahui bahwa
yang paling banyak ditemukan pada sampel adalah Rheumatic Heart Disease
(RHD) dengan sampel sebanyak 8 sampel (32%) dan kejadian yang paling
sedikit pada sampel adalah Atrial Septal Defect (ASD). Sedangkan menurut Keith
pada Hospital for Sick Children penyebab utama gagal jantung di Toronto pada
tahun 1956 adalah atresia aorta. koartasio aorta, transposisi dari pembuluh darah
besar dan fibroelastosis endokardial.
Pada penelitian ini dapat diketahui bahwa terapi yang paling banyak
diberikan pada sampel adalah digoxin dan furosemide dengan sampel sebanyak
15 sampel (60%). Pengobatan dengan menggunakan diuretik ini diharapkan dapat
mengurangi angka kematian akibat gagal jantung pada anak. Keadaan ini sangat
sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Seanbeggs (2009) yang melakukan
penelitian pada 525 pasien dan menyimpulkan bahwa pemakaian diuretik lebih
efektif mengurangi risiko kematian pada penderita penyakit jantung.
Dari Tabel 5.4 dapat disimpulkan bahwa sebanyak 16 sampel (64%)
menjalani pengobatan dengan status sembuh, 8 orang (32%) dinyatakan
meninggal, sedangkan 1 sampel (4%) dengan status hilang pantau. Menurut
angka kematian yang diperoleh masih lebih rendah yaitu 7,5%. Begitu juga
menurut Massin (2008) di Belgia dalam waktu 10 tahun dari 124 pasien angka
kematian yang berhubungan dengan gagal jantung dan penyebabnya juga lebih
rendah bagi anak-anak dengan penyakit jantung bawaan (4,7%) sedangkan 8,7%
untuk penyakit jantung yang didapat, 23% untuk gangguan irama jantung dan
25% untuk cardiomyopathies. Pada penelitian ini tidak memiliki persentase yang
sama yaitu masih tingginya tingkat kematian bagi anak-anak penderita gagal
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian ini, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Jenis kelamin anak yang paling banyak menderita gagal jantung anak
adalah perempuan.
2. Distribusi proporsi anak yang menderita gagal jantung terbesar
berdasarkan kelompok umur adalah kelompok umur 121-180 bulan yaitu
8 orang (32%).
3. Kelompok usia yang paling banyak menderita gagal jantung adalah
anak-anak..
4. Penyebab gagal jantung yang paling banyak adalah penyakit jantung
didapat (PJD) yaitu 18 sampel (72%).
5. Jenis penyakit jantung yang paling banyak diderita oleh pasien gagal
jantung adalah Rheumatic Heart Disease (RHD) dengan angka kejadian
yaitu 32%.
6. Terapi yang paling banyak diberikan adalah digoxin dan furosemide yaitu
10 sampel (40%).
7. Survival (keadaan akhir) pasien pada penelitian ini paling banyak adalah
pulang berobat jalan (PBJ) sebanyak 16 sampel (64%).
6.2. Saran
Berdasarkan hasil yang didapat pada penelitian tersebut, maka dikemukakan
beberapa saran sebagai berikut:
1. Sebagian besar penyebab gagal jantung pada bayi dan anak dapat diobati.
2. Dalam mengatasi gagal jantung tidak hanya berhenti sampai gejalanya
3. Setelah ditemukan penyebabnya, bila masih dapat diperbaiki maka harus
segera dilakukan tindakan untuk memperbaikinya.
4. Lebih mudah diatasi dan mempunyai prognosis yang lebih baik daripada
DAFTAR PUSTAKA
American Heart Association,May I,2010. Heart Failure in Children and
Adolescents.
Behrman, R.E., Kliegman, R.M., Jenson, H.B., 2004. Nelson Textbook of
Pediatrics, 17th ed. Pennsylvania: Saunders.
BMC Cardiovasc Disord. 2006; 6: 23. Comparison of the epidemiology and
co-morbidities of heart failure in the pediatric and adult populations: a retrospective, cross-sectional study.
Buku kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2000.
hal.734-753.
Cincinnati Children’s 9-2006. Sign and Symptoms. Available
from;
Daphne T. Hsu, MD and Gail D. Pearson, MD, ScD. 2009. Heart Failure in
Children..
Erin Madriago, MD, Michael Silberbach, MD, 2009. Heart Failure in Infants and Children.
Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem/Lauralee Sherwood; alih bahasa, Brahm U, Pendil. Editor Blatricia I, Santoso, Ed. 2, Jakarta : EGC, 2001, hal. 256-293.
Gary M Satou, MD, FASE, 2009. Heart Failure, Congestive. Available
from
Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Vol. 2/Editor, Richard E. Behrman. Robert M. Kliegman, Ann M. Arvin. Editor Edisi Bahasa Indonesia A. Samik Wahab – Ed. 15, Jakarta : EGC, 1999, hal. 1658-1663.
Lucile Packard children’s Hospital in Stanford. Heart Failure. Available from
;
.
Markum, AH, dkk. Editor. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I. Jakarta: Balai penerbit FKUI; 2002. hal. 628-635
.
Sani, M.U., Mukhtar-Yola, M., Karaye, K.M., 2007. Spectrum of Congenital
Heart Disease in a Tropical Environment: An Echocardiography Study.
Sudigdo Sastroasmoro, dkk. Kardiologi Anak. Buku Ajar, Jakarta, 1994.
Tank, S., Malik, S., Joshi, S., 2004. Epidemiology of Congenital Heart Disease
among Hospitalised Patients.
Wahab A. Samik. Editor. Penyakit Jantung Anak. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2002. hal 80-90.,
LAMPIRAN 1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Fandy Akhmad
Tempar / Tanggal Lahir : Medan / 6 Agustus 1988
Agama : Islam
Alamat : Jl.Veteran Gg.Seroja No.3 Medan 20373
Riwayat Pendidikan : 1. Sekolah Dasar Negeri 101786
2. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1
Labuhan Deli (2000-2003)
3. Sekolah Menengah Swasta Amir Hamzah
Medan (2003-2006)
Riwayat Organisasi : 1. Anggota Divisi Kepustakaan Panitia Hari Besar
Islam (PHBI) Fakultas Kedokteran USU periode
LAMPIRAN 2
FORMULIR PENELITIAN
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Penyebab :
Survival :
Terapi yang diberikan :