ANALISIS KESEJARAHAN ZAMAN HEIAN AKHIR DALAM KOMIK “SHANAOU YOSHITSUNE” KARYA HIROFUMI SAWADA
HIROFUMI SAWADA NO SAKUHIN NO “SHANAOU YOSHITSUNE” TO IU MANGA NI OKERU HEIAN JIDAI MATSU NO REKISHITEKINA
BUNSEKI
SKRIPSI
Skripsi Ini Diajukan Kepada Panitia Ujian Program Studi Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana Bidang Ilmu Sastra Jepang
Oleh:
Eliza Ayu Wulandari NIM : 090708021
DEPARTEMEN SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Usaha diiringi doa serta
bantuan orang-orang sekitar merupakan hal-hal yang memampukan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini berjudul ANALISIS KESEJARAHAN ZAMAN HEIAN AKHIR DALAM KOMIK SHANAOU YOSHITSUNE KARYA HIROFUMI SAWADA. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam mencapai gelar kesarjanaan pada Fakultas Ilmu Budaya Departemen Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara.
Selama penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada beberapa pihak, sebagai berikut:
1. Bapak Dr. Syahron Lubis, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum, selaku ketua Jurusan Departemen Sastra Jepang.
4. Bapak Drs. Nandi S, selaku pembimbing II yang dalam kesibukannya telah menyediakan banyak waktu, pikiran dan tenaga dalam membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai. 5. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ilmu Budaya, khususnya Program studi Sastra
Jepang S-1 Universitas Sumatera Utara Medan yang telah banyak memberikan ilmu kepada penulis.
6. Kedua orang tua penulis, Bapak Sugimo dan Ibu Suparmi, yang selalu mendoakan serta memberikan dukungan moral maupun material kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan perkuliahan ini.
7. Adik-adik tersayang, Bhakti, Irul dan Rizky yang selalu membantu sekaligus merusuh dalam segala hal yang dikerjakan penulis.
8. Koko komik, yang telah bersedia menyewakan komiknya dalam jangka panjang untuk penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsinya. 9. Sarah, selaku sahabat penulis, yang selalu rela direpotkan penulis dalam
berbagai hal.
10.Sharden, Meri, Uci, Nisha, Yulia dan Miita, sepaket teman yang telah banyak membantu penulis dalam hal perkuliahan maupun di luar perkuliahan. Dan juga Nugi sebagai anggota bayangan.
11.Seluruh anggota Aotake USU, khususnya teman-teman seangkatan Aotake ’09.
Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya, khususnya bagi peneliti yang memiliki bahan terkait dengan isi skripsi ini.
Medan, Oktober 2013
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 6
1.3 Ruang Lingkup Pembahasan ... 8
1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori ... 9
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 13
1.6 Metode Penelitian ... 14
BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP KOMIK, SETTING KOMIK SHANAOU YOSHITSUNE, ZAMAN HEIAN, RIWAYAT HIROFUMI SAWADA 2.1 Komik ... 16
2.1.1 Pengertian Komik ... 16
2.1.2 Sejarah Komik di Jepang ... 17
2.2 Setting Komik “Shanaou no Yoshitsune” ... 22
2.2.1 Latar Waktu ... 22
2.2.2 Latar Tempat ... 23
2.3 Zaman Heian ... 24
2.3.1 Keadaan politik ... 24
2.3.2 Keadaan budaya ... 27
2.3.3 Keadaan masyarakat ... 29
2.4 Klan-Klan Pada Zaman Heian ... 30
2.4.1 Klan Fujiwara ... 30
2.4.2 Klan Genji (Minamoto) ... 32
2.4.3 Klan Heike (Taira) ... 37
BAB III ANALISIS KESEJARAHAN ZAMAN HEIAN AKHIR DALAM KOMIK “SHANAOU YOSHITSUNE” KARYA HIROFUMI SAWADA 3.1 Sinopsis Cerita ... 42
3.2 Analisis Kesejarahan Zaman Heian Akhir ... 46
3.2.1 Klan Heike (Taira) ... 46
3.2.2 Klan Genji (Minamoto) ... 65
3.2.3 Klan Fujiwara ... 81
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan ... 88
4.2 Saran ... 90
ANALISIS KESEJARAHAN ZAMAN HEIAN AKHIR DALAM KOMIK SHANAOU YOSHITSUNE KARYA HIROFUMI SAWADA
Skripsi ini berjudul Analisis Kesejarahan Zaman Heian Akhir Dalam Komik Shanaou Yoshitsune Karya Hirofumi Sawada. Komik Shanaou Yoshitsune adalah komik bertema sejarah. Sejarah adalah kejadian di masa lalu yang dialami oleh manusia. Sejarah juga bisa menceritakan tentang rentetan kronologis yang berhubungan dengan manusia, peristiwa, waktu dan tempat. Peristiwa sejarah yang diceritakan dalam komik Shanaou Yoshitsune adalah keadaan politik, budaya dan masyarakat pada zaman Heian akhir. Pada masa itu terdapat 3 klan besar, yaitu klan Fujiwara, klan Genji dan klan Heike. Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui perjalanan sejarah Jepang pada zaman Heian akhir melalui komik Shanao Yoshitsune.
Pada komik Shanaou Yoshitsune, zaman Heian akhir diceritakan mulai saat Heike yang dipimpin Taira no Kiyomori berkuasa. Kiyomori berkuasa di Heiankyo, Kyoto, sejak mengalahkan pasukan Genji yang dipimpin oleh Minamoto no Yoshitomo. Dia mengasingkan kedua anak Yoshitomo, yaitu Minamoto no Yoritomo dan Minamoto no Yoshitsune. Minamoto no Yoritomo diasingkan ke Izu, sedangkan Minamoto no Yoshitsune diasingkan ke Kuil Gunung Kurama sejak berumur 7 tahun.
Setelah menjabat Daijō Daijin, klan Taira yang dipimpin Kiyomori berhasil menjadi klan paling berkuasa di Jepang. Kekuasaan pemerintahan seluruhnya berada di tangan klan Taira. Tidak ada yang berani menentang kekuasaan Kiyomori. Pada masa itu banyak samurai ataupun bangsawan yang mengkhianati klannya dan berpihak kepada Kiyomori agar dapat mempertahankan hidup ataupun jabatannya.
Banyak pihak yang merasa tidak senang dengan kekuasaan Kiyomori yang berkuasa secara diktator. Klan Genji dari berbagai daerah pun mulai bergerak menyatukan kekuatan untuk mengalahkan Heike, setelah menerima perintah resmi dari Pangeran Michihito.
Yoritomo yang saat itu berada di Izu ikut bergerak, dan menjadi Jendral tertinggi klan Genji. Sementara itu, Yoshitsune yang berada di Oshu Hiraizumi juga mulai bergerak untuk bergabung dengan Yoritomo. Yoshitsune berada di Oshu setelah berhasil keluar dari Gunung Kurama pada usia 16 tahun. Oshu yang letaknya jauh dari Ibukota, merupakan kota yang aman dari kekuasaan Heike.
Yoritomo mendirikan markas besar militer samurai di kemudian disebut Kamakura Bakufu. Yoritomo menganggap Kamakura merupakan tempat yang strategis sebagai makas militer.
Zuriah, Nurul. 2005. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara
“Shansu no Jingi”. Animontar, Vol. 168 Maret 2013. Halaman 45
“Shirabyoushi”. Animonstar, Vol. 171 juni 2013. Halaman 59
http://aqmaljihad.com/definisi_sejarah_menurut_para_ahli.html
http://id.wikipedia.org/wiki/fujiwara
http://jepang today .blogspot.com/2011/11/zaman-heian-794-1185.html
Kiso. Melalui kedua adiknya, Noriyori dan Yoshitsune, Yoritomo dapat mengalahkan pasukan Kiso Yoshinaka.
Sejak klan Heike berkuasa, sistem pemerintahan yang awalnya adalah Ritsuryou (sistem kerajaan) berubah menjadi Ujizoku (kekerabatan). Dimana pada
saat itu Tenno/Kaisar yang merupakan pemimpin tertinggi di Jepang, tidak memiliki kekuasaan yang nyata. Sedangkan Kiyomori yang menjabat sebagai Perdana Menteri berkuasa melebihi Kaisar dengan kediktatorannya. Dan pada zaman Heian akhir ini, terjadi banyak perang antara Klan Heike dan Genji, yang menyebabkan banyak rakyat menderita dan menjadi korban.
Kebudayaan di zaman Heian akhir sangat berkembang, seperti dalam hal seni dan sastra. Dalam hal seni contohnya, tarian Shirabyoushi, Noh, Kyogen, Manzai dan lain sebagainya. Sedangkan dalam hal sastra, contohnya Shousetsu, Zuihitsu, Nikki dan lain sebagainya. Para pedagang dari Negeri Sung (China) juga banyak mempengaruhi perkembangan kebudayaan di Jepang.
ひろふみ沢田の 作品の「遮那王義経」という漫画における平安
時代末の 歴史的な分析
この論文の題名はひろふみ沢田の作品の「遮那王義経」という漫画
における平安時代末の歴史的な分析である。遮那王義経の漫画は歴史のテ
ーマを持っている漫画である。歴史は人間に経験された過去の事件である。
歴史は人間、事件、時間と場所に関係した年代私的な連続を描写すること
もできる。遮那王義経の漫画の中に告げられた歴史の事件は平安時代末の
政治と文化と社会の状態である。この時は3大藩があって、すなわち藤原
と源氏と平氏である。この論文の書く目的は遮那王義経の漫画を通じて平
安時代末の日本の歴史を知っているためである。
遮那王義経の漫画に平安時代末は平清盛に指導された平家を権力す
るから描写される。清盛は平安巨、巨頭で権力して、源義朝に指導された
源氏の軍隊を負かすからである。二人の義朝の子供を孤独にする。すなわ
ち源頼朝と源義経である。頼朝は伊豆で孤独にされて、義経は7歳で鞍馬
山の寺に孤独される。
平安時代初期に外国「特に中国」の居力が引かれる。でも、清盛を
権力するときは中国から宋代の文化をまた日本に入り始める。新しい港が
開かれるから、たくさんの中国の船は商業しに来る。
大乗大臣を握った後、清盛に指導された平家は日本で一番権力しに
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Sejarah merupakan semua kejadian atau peristiwa masa lampau. Ibnu Khaldun dalam bukunya Muqaddimah (aqmaljihad.com/definisi_sejarah _menurut_para_ahli.html) berpendapat bahwa sejarah sebagai catatan tentang masyarakat umat manusia atau peradaban dunia dan tentang perubahan yang terjadi pada watak manusia.
Sunal and Haas (1993:278) mengatakan bahwa:
History is a chronological study that interprets and gives meaning to events and applies systematic methods to discover the truth.
Sejarah merupakan studi kronologis yang menafsirkan dan memberikan arti peristiwa dan berlaku metode sistematis untuk menemukan kebenaran. John W. Best dalam Zuriah (2005:51) mengatakan sejarah merupakan rekaman prestasi manusia. Bukan semata-mata daftar rentetan kronologis melainkan gambaran mengenai berbagai hubungan yang benar-benar manunggal antara manusia, peristiwa, waktu dan tempat.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa sejarah merupakan ilmu yang mempelajari segala kronologi peristiwa atau kejadian di masa lampau yang dialami oleh manusia.
Sastra tidak akan pernah lepas dari kehidupan manusia sebab karya sastra senantiasa bersumber dari peristiwa atau realitas sosial yang ada dalam masyarakat, yang mengungkapkan masalah-masalah manusia dan kemanusiaan, makna hidup dan kehidupan, melukiskan suka dan duka manusia, kasih sayang dan kebencian, kesetiaan dan kemunafikan, serta segala sesuatu yang dialami manusia. Dengan demikian, dapat dikatakan, bahwa karya sastra merupakan ungkapan atau gambaran kehidupan.
Sastra merupakan perwujudan pikiran dalam bentuk tulisan. Tulisan adalah media pemikiran yang tercurah melalui bahasa, bahasa yang bisa direpresentasikan dalam bentuk tulisan, media lain bisa saja berbentuk gambar, melody musik, lukisan ataupun karya lingkungan binaan (arsitektur).
Abdullah Dahana “Kebanyakan kaum awam menganggap sastra hanyalah ilmu yang mengurusi kesusastraan saja. Padahal arti sastra sesungguhnya itu sendiri adalah ilmu yang mempelajari kebudayaan secara luas. Itulah salah satu penyebab Fakultas Sastra berganti menjadi Fakultas Ilmu Budaya.” Seperti kita ketahui bahwa belakangan ini beberapa universitas sudah merubah nama Fakultas Sastra menjadi Fakultas Ilmu Budaya, termasuk di dalamnya fakultas Ilmu Budaya – Universitas Sumatera Utara.
Sapardi (1979: 1) memaparkan bahwa sastra itu adalah lembaga sosial
Menurut Plato (http://asemmanis.wordpress.com/2009/10/03/pengertian-sastra-secara-umum-dan-menurut-para-ahli), sastra adalah hasil peniruan atau gambaran dari kenyataan (mimesis). Sebuah karya sastra harus merupakan peneladanan alam semesta dan sekaligus merupakan model kenyataan. Seperti yang dikatakan Ratna (2004:66) bahwa hakikat karya sastra adalah imajinasi tetapi imajinasi memiliki konteks sosial dan sejarah. Sedangkan menurut Wellek dan Warren (1995:109), sastra merupakan lembaga sosial yang memakai bahasa dalam menampilkan gambaran kehidupan sosial masyarakat.
Dalam kesusastraan, sastra bisa dibagi menjadi sastra tertulis atau sastra lisan (sastra oral). Di sini sastra tidak banyak berhubungan dengan tulisan, tetapi dengan bahasa yang dijadikan wahana untuk mengekspresikan pengalaman atau pemikiran tertentu.
Jadi, yang termasuk kedalam kategori Sastra adalah Novel, Cerita / Cerpen (tertulis / lisan), Komik, Syair, Pantun, Sandiwara / Drama, Lukisan / Kaligrafi.
Marcel Bonneff (2002: 27) mengatakan bahwa komik sangat erat kaitannya dengan budaya suatu bangsa. Dia juga memaparkan bahwa komik sebagai alat komunikasi massa yang menggabungkan khayalan dan pandangan tentang kehidupan nyata yang dianggap sesuai dengan masyarakat luas.
Di Jepang komik dikenal dengan sebutan manga (漫画). Manga pertama
diketahui dibuat oleh Suzuki Kankei tahun 1771 berjudul Mankaku Zuihitsu. Berikutnya terbit Shiji no Yukikai oleh Santo Kyoden (1798). Namun ada juga yang menyebut manga pertama kali muncul abad 12. Manga tersebut berisi kisah lucu tentang hewan dan dibuat oleh banyak seniman.
Dalam media komik, terdapat suatu fitur dimana pembuat komik dapat menyampaikan suatu cerita kepada pembacanya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Kosasih dalam Dwifirmansyah (2008:1), komik adalah media atau alat untuk bercerita berupa gambar. Jadi, komik atau manga juga merupakan salah satu karya sastra yang dapat dijadikan media untuk mengabadikan sesuatu hal yang menarik dan luar biasa atau untuk merekam zaman atau sejarah dan juga digunakan sebagai media untuk menggambarkan situasi yang terjadi saat itu, seperti perubahan atau perpindahan politik kekuasaan pada masa itu melalui sebuah komik.
Manga Shanaou Yoshitsune karya Hirofumi Sawada merupakan salah satu
karya sastra yang menarik dan luar biasa serta karya yang merekam zaman dengan menggambarkan situasi yang terjadi pada saat itu. Dengan membaca dan menganalisis manga ini maka dapat memahami keadaan Jepang pada zaman itu.
Marcel Bonneff (2002: 27) mengatakan bahwa komik sangat erat
kaitannya dengan budaya suatu bangsa. Dia juga memaparkan bahwa komik
sebagai alat komunikasi massa yang menggabungkan khayalan dan pandangan
tentang kehidupan nyata yang dianggap sesuai dengan masyarakat luas.
Di Jepang komik dikenal dengan sebutan manga (漫画). Manga pertama
diketahui dibuat oleh Suzuki Kankei tahun 1771 berjudul Mankaku Zuihitsu.
Berikutnya terbit Shiji no Yukikai oleh Santo Kyoden (1798). Namun ada juga
yang menyebut manga pertama kali muncul abad 12. Manga tersebut berisi kisah
lucu tentang hewan dan dibuat oleh banyak seniman.
Dalam media komik, terdapat suatu fitur dimana pembuat komik dapat
menyampaikan suatu cerita kepada pembacanya. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat Kosasih dalam Dwifirmansyah (2008:1), komik adalah media atau alat
untuk bercerita berupa gambar. Jadi, komik atau manga juga merupakan salah
satu karya sastra yang dapat dijadikan media untuk mengabadikan sesuatu hal
yang menarik dan luar biasa atau untuk merekam zaman atau sejarah dan juga
digunakan sebagai media untuk menggambarkan situasi yang terjadi saat itu,
seperti perubahan atau perpindahan politik kekuasaan pada masa itu melalui
sebuah komik.
Manga Shanaou Yoshitsune karya Hirofumi Sawada merupakan salah satu
karya sastra yang menarik dan luar biasa serta karya yang merekam zaman dengan
menggambarkan situasi yang terjadi pada saat itu. Dengan membaca dan
menganalisis manga ini maka dapat memahami keadaan Jepang pada zaman itu.
Manga yang berjudul Shanaou Yoshitsune karya Hirofumi Sawada ini
Yoshitsune (Genpei War) sedang berjalan sampai dengan 18 jilid. Komik ini
merupakan komik berseri pertama Hirofumi Sawada, yang sebelumnya hanya
mengarang komik lepas saja. Karya-karyanya biasanya bergenre Jidaigeki semua,
yaitu manga yang ceritanya mengandung unsur zaman sejarah di dalamnya.
Manga ini menceritakan keadaan Jepang pada zaman Heian akhir menuju Kamakura. Dimana kondisi Jepang pada saat itu diselimuti oleh peperangan dan
perebutan wilayah. Pada masa itulah terjadi pertempuran antara klan Genji dan
klan Heike. Pada saat itu, klan Heike yang dipimpin oleh Taira no Kiyomori
berhasil memenangkan pertempuran dan menjadi Penguasa Jepang selama 60
tahun. Sementara itu sisa-sisa keturunan Genji terus mengumpulkan kekuatan
untuk menggulingkan Heike, demi membalas kekalahan mereka sebelumnya. Hal
tersebut menyebabkan banyak terjadi perang di beberapa wilayah Jepang.
Di dalam manga ini dikisahkan mengenai seorang pemuda bernama
Minamoto no Yoshitsune, yang merupakan salah satu bangsawan samurai dari
klan Genji, dan juga merupakan salah satu jenderal perang legendaris di Jepang.
Karena kekalahan klan Genji di Perang Hougen, Yoshitsune dijadikan tahanan
rumah oleh pemimpin Heike, Kiyomori, lalu diasingkan di kuil Kurama yang
membuatnya tumbuh dan berkembang di kalangan biksu, kemudian melarikan diri
ke Oshu untuk meminta perlindungan dari Fujiwara Hidehira, dan pada akhirnya
bergabung dengan tentara Genji bersama saudara-saudaranya untuk melawan
Heike.
Manga ini menggambarkan bagaimana keadaan sosial masyarakat, politik dan perekonomian Jepang pada zaman Heian akhir dimana pada masa itu telah
klan itu, ada 2 klan yang saling bertentangan yaitu, klan Genji dan klan Heike.
Pada masa itu, klan Fujiwara memegang peran sebagai aliansi klan Genji.
Shanaou Yoshitsune merupakan manga fiksi yang dibuat berdasarkan
sejarah. Karena settingnya adalah akhir zaman klasik Jepang yaitu zaman Heian
akhir, maka penulis ingin mengetahui keadaan Jepang yang digambarkan pada
zaman tersebut melalui manga Shanaou Yoshitsune tersebut. Untuk itu penulis
akan membahasnya melalui skripsi yang berjudul “Analisis Kesejarahan Pada
Zaman Heian Akhir Dalam Komik Shanaou Yoshitsune Karya Hirofumi Sawada”.
1.2 Perumusan Masalah
Zaman Heian dikatakan sebagai akhir zaman klasik Jepang dalam
pembabakan sejarah Jepang, karena zaman ini merupakan akhir dari zaman
monarki di Jepang, berlangsung dari 794 hingga 1185. Pada zaman ini kekuasaan
politik tertinggi Negara dipegang oleh golongan bangsawan atau klan yang
ditentukan melalui sistem tingkatan-tingkatan menurut kepandaian (Kan’i juni Kai
no Seido). Dalam bidang sosial, struktur politiknya mencerminkan struktur kelas dalam masyarakat, Tenno merupakan kelas tertinggi. Sehingga golongan dari
keluarga istana memiliki posisi yang tinggi dibandingkan dengan
golongan-golongan lain, seperti petani, pedagang dan lainnya.
Heian (平安 ) secara harafiah berati damai dan aman. Keadan tersebut
terjadi hanya pada zaman heian awal, sedangkan pada akhir zaman Heian terjadi
berbagai peperangan. Pada akhir zaman Heian inilah bermunculan berbagai klan
dan klan Fujiwara. Memasuki akhir abad ke-12, berbagai perang seperti
Pemberontakan Hōgen dan Pemberontakan Heiji terjadi.
Dalam komik Shanaou Yoshitsune, keadaan zaman Heian digambarkan
melalui 3 klan besar, yaitu klan Genji, klan Heike, dan klan Fujiwara. Ketiga klan
tersebut masing-masing pernah memegang kekuasaan tertinggi di Jepang, baik di
Ibukota maupun kota lainnya dengan cara kepemimpinan yang berbeda-beda.
Setelah berhasil mengalahkan klan Genji di Perang Hougen, maka klan Heike lah
yang berkuasa di Ibukota. Heike yang dipimpin oleh Kiyomori mengasai Ibukota
dengan mutlak, tidak ada yang berani mnentang atau melawan Heike, bahkan
pada masa itu samurai yang tadinya merupakan samurai dari klan Genji harus
merubah haluan menjadi samurai klan Heike demi bertahan hidup.
Sisa-sisa keturunan Genji yang berada di daerah-daerah lain tidak tinggal
diam, mereka mengumpulkan kekuatan. Dengan adanya perintah dari pangeran
Mochihito untuk menaklukkan Heike, maka mereka pun berkumpul untuk
mengalahkan Heike. Minamoto no Yoritomo beserta adiknya Yoshitsune bergerak
perlahan sambil membangun kekuatan di Kamakura. Sebelumnya, Yoritomo oleh
Kiyomori diasingkan di Izu, sedangkan Yoshitsune awalnya ia dikurung di kuil
Kurama yang berada di Ibukota lalu ia melarikan diri ke Oshu untuk meminta
perlindungan kepada pemimpin klan Fujiwara di Oshu, Fujiwara no Hidehira,
sekaligus untuk meminta bantuan untuk mengalahkan Heike. Klan Fujiwara
merupakan bangsawan besar yang memiliki banyak tanah kekuaaan di Jepang.
Karena pada manga Shanaou Yoshitsune tersebut diceritakan bahwa pada
untuk membahas sejarah zaman Heian akhir yang diceritakan di manga Shanaou
Yoshitsune. Maka, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana perjalanan sejarah Jepang pada zaman Heian akhir
digambarkan dalam komik Shanaou Yoshitsune?
2. Bagaimana keadaan zaman Heian akhir yang berkaitan dengan politik,
budaya dan masyarakat yang digambarkan melalui Klan Fujiwara,
Minamoto dan Taira dalam komik Shanaou Yoshitsune?
1.3Ruang Lingkup Pembahasan
Untuk menghindari penelitian yang tidak terarah serta pembahasan yang
panjang lebar dari permasalahan-permasalahan yang ada, maka perlu adanya
batasan ruang lingkup dalam pembahasan . Hal ini dibuat agar masalah penelitian
tidak terlalu luas dan berkembang jauh, sehingga penulis dapat terarah dan
terfokus.
Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai perjalanan sejarah dan
keadaan Jepang pada zaman Heian akhir, dengan berpedoman pada manga
Shanaou Yoshitsune. Manga Shanaou Yoshitsune yang dipakai terdiri dari 2 part,
part I dari jilid 1 sampai 22 jilid dan part II dari jild 1 sampai 18. Dari manga
tersebut akan diambil cuplikan-cuplikannya. Penelitian ini hanya membahas
perjalanan sejarah zaman Heian akhir dan keadaan zaman Heian akhir yang
digambarkan dalam manga Shanaou Yoshitsune. Karena pada zaman tersebut
terdapat 3 klan besar di Jepang, maka melalui ketiga klan tersebutlah penulis
mengemukakan keadaan zaman Heian akhir di Jepang. Adapun klan-klan yang
berkuasa di Ibukota Kyoto, Klan Genji yang terbagi menjadi 2 bagian, yaitu klan
Genji yang dipimpin oleh Minaoto no Yoritomo dan klan Genji yang di pimpin
oleh Minamoto no Yoshinaka dari Kiso, yang terakhir adalah klan Fujiwara di
Oshu yang dipimpin oleh Fujiwara no Hidehira.
Supaya pembahasan dalam skripsi ini lebih jelas analisisnya, maka
penulis menjelaskan juga tentang defenisi komik, setting komik, keadaan zaman
Heian akhir dan klan-klan pada zaman Heian tersebut.
1.4Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1.4.1 Tinjauan pustaka
Sastra adalah ekspresi kehiduapan manusia yang tak lepas dari akar
kemasyarakatannya. Sapardi (1979: 1) memaparkan bahwa sastra itu adalah
lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium. Bahasa itu sendiri
merupakan ciptaan sosial. Sastra menampilkan gambaran kehidupan, dan
kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan sosial.
Salah satu karya sastra yang cukup menarik adalah karya sastra yang
menjadikan sejarah atau kisah nyata sebagai objek ceritanya. Karena dengan
membaca karya sastra tersebut dapat menambah ilmu serta wawasan kita tentang
suatu masyarakat, daerah ataupun Negara. Seperti yang diungkapkan oleh Mursal
Esten (1978 : 9) sastra atau Kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik
dan imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia dan masyarakat melalui
bahasa sebagai medium dan memiliki efek yang positif terhadap kehidupan
Salah satu jenis karya sastra yang banyak diminati adalah komik. Buku
cerita bergambar yang bersifat menghibur ini di Jepang disebut manga.
Komik menurut McCloud (2001:149) adalah gambar yang menyampaikan
respon yang esterik pada para penikmatnya. Komik juga merupakan imaji yang
berderet, kemudian berdampigan dalam satu urutan, dengan tujuan menyampaikan
informasi serta menghasilkan respon artistic bagi para pembaca.
Di Jepang manga memiliki genre yang berbeda-beda yang disesuaikan
untuk pembacanya. Salah satu genre manga yang banyak diminati adalah
Jidaigeki, yaitu manga yang mengandung unsur sejarah di dalamnya. Jenisnya hampir sama seperti Shounen, karena manga jenis ini juga berorientasi pada
perkelahian dan peperangan namun di zaman-zaman lampau. Jadi, dengan kata
lain kita dapat belajar sejarah melalui manga.
Komik atau manga tidak berbeda dengan karya sastra lain, yang di
dalamnya terdapat unsur-unsur seperti plot, setting, tokoh, dan lain-lain. Setting
atau latar merupakan salah satu unsur penting dari suatu karya sastra. Melalui
setting, pembaca dapat mengetahui keadaan dari cerita di dalam karya sastra
tersebut.
Menurut Nadjid (2003:25), latar adalah penempatan waktu dan tempat
beserta lingkungannya dalam prosa fiksi. Sedangkan menurut pendapat
Aminuddin (1987:67), yang dimaksud dengan setting/ latar adalah latar peristiwa
dalam karya fiksi baik berupa tempat, waktu maupun peristiwa, serta memiliki
fungsi fisikal dan fungsi psikologis.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa latar adalah tempat,
1.4.2 Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan dasar dari keseluruhan penelitian, yaitu yang
menggambarkan hubungan diantara berbagai macam faktor yang telah
diidentifikasikan sebagai sesuatu hal yang penting bagi suatu masalah (Uma
Sekaran, 2003:72).
Pada penelitian ini, penulis menggunakan karya sastra sejarah sebagai
objek penelitiannya. Menurut Ratna (2009:65) pendekatan sejarah atau historis
paling tepat digunakan untuk meneliti karya sastra sejarah.
Pendekatan historis dalam karya sastra lebih berupa penelusuran arti dan
makna bahasa bagaimana yang sudah tertulis, dipahami pada saat ditulis oleh
pengarang yang benar-benar menulis, dan sebagainya (Ratna, 2009:65).
Pendekatan historis lebih terpusat pada masalah hubungan dengan karya sastra
dengan karya sastra lain yang lebih dulu lahir atau sesudahnya, dan unsur-unsur
sejarahyang terdapat di dalam karya sastra tersebut. Dapat dikatakan bahwa
penelitian yang menggunakan pendekatan historis ini telah mempertimbangkan
kemungkinan karya saatra sebagai dokumen sosial yang dapat memberikan
gambaran kondisi masyarakat atau suatu daerah bahkan Negara.
Menurut Suhendar dan Supinah (1993: 42), pendekatan historis adalah
suatu pendekatan yang menekankan pada pemahaman tentang latar belakang
peristiwa kesejarahan yang melatarbelakangi masa-masa terwujudnya karya sastra
yang dibaca, serta tentang bagaimana perkembangan kehidupan penciptaan
Penulis menggunakan pendekatan historis, karena penulis ingin membahas
mengenai bagaimana keadaan Jepang pada zaman Heian akhir dikisahkan dalam
manga Shanaou Yoshitsune. Pendekatan historis pada umumnya lebih relevan dalam sejarah sastra tradisional, sejarah sastra dengan implikasi para pengarang
karya sastra, dan periode-periode tertentu, dengan objek karya-karya individual.
Pendekatan historis juga mempertimbangkan karya sastra sebagai dokumen sosial.
Penulis juga menggunakan pendekatan semiotik di dalam penelitian ini.
Semiotik merupakan ilmu yang mempelajari tentang tanda yang mempunyai
makna. Menurut Hoed dalam Nurgiantoro (2009:40) semiotik adalah ilmu atau
metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda merupakan sesuatu yang mewakili
sesuatu yang lain yang dapat berupa pengalaman, pikiran, perasaan, gagasan dan
lain-lain.
Konsep semiotik menurut Ferdinan de Saussure dalam Sariban
(2009:44-45) menjelaskan bahwa tanda mempunyai dua aspek, yakni penanda (signifier),
dan petanda (signified). Penanda adalah bentuk formal yang menandai suatu
petanda. Penanda adalah bentuk formal bahasa, sedangkan petanda adalah arti
yang ditimbulkan oleh bentuk formal.
Konsep semiotik menurut Charles Sander Pierce dalam Sariban
(2009:45-46), merupakan hubungan antara petanda dan penanda, yang terdiri dari ikon,
indeks, dan symbol. Ikon adalah tanda yang menunjukan adanya hubungan yang
bersifat alamiah antara petanda dan penanda. Indeks adalah tanda yang
menunjukan tidak adanya hubungan alamiyah antara penanda dan petanda
(bersifat arbiter).
Dengan menggunakan teori tersebut penulis mengambil tanda-tanda yang
muncul dalam manga Shanaou Yoshitsune karya Hirofumi Sawada, khususnya
yang berkaitan dengan peristiwa yang mengandung nilai sejarah. Dari tanda-tanda
yang ada, penulis akan menganalisis gagasan atau makna yang terkandung dalam
tanda-tanda tersebut.
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitian
Sebelum melakukan sebuah penelitian maka harus diketahui dulu apa
tujuan penelitian. Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui perjalanan sejarah Jepang pada zaman Heian akhir
dalam komik Shanaou Yoshitsune.\
2. Untuk mengetahui keadaan zaman Heian akhir yang berkaitan dengan
politik, budaya dan masyarakat yang digambarkan melalui Klan
Fujiwara, Minamoto dan Taira dalam komik Shanaou Yoshitsune
1.5.2 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Dapat menambah informasi dan pengetahuan tentang sejarah Jepang
2. Dapat menambah bahan penelitian dan sumber bacaan untuk
mahasiswa Departemen Sastra Jepang FIB Universitas Sumatera
Utara.
1.6 Metode Penelitian
Penelitian sastra memiliki peranan penting dalam berbagai aspek
kehidupan manusia, di samping juga berpengaruh positif terhadap pembinaan dan
pengembangan sastra itu sendiri (Tuloli, 1990: 902). Peranan semacam ini akan
mencapai hasil yang optimal apapbila penelitian sastra tersebut dilakukan secara
sungguh-sungguh. Lebih khusus lagi apabila tujuan dan peranan sastra tersebut
dilakukan untuk memahami makna karya sastra sedalam-dalamnya (Pradopo,
1990:942). Berarti penelitian sastra dapat berfungsi bagi kepentingan di luar sastra
dan kemajuan sastra itu sendiri.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.
Menurut Semi (1993: 23) penelitian kualitatif digunakan dengan menggutamakan
kedalaman penghayatan terhadap interaksi antar konsep yang sedang dikaji secara
empiris. Ratna (2004:46), mengatakan bahwa metode kualitatif memberikan
perhatian terhadap data ilmiah, data dengan hubungannya dengan konteks
kebenarannya. Cara-cara inilah yang mendorong kualitatif dianggap sebagai multi
metode karena melibatkan sejumlah besar gejala sosial yang berkaitan.
Salah satu bagian dari metode kualitatif adalah penelitian historis atau
sejarah. Menurut Fraenkel & Wallen dalam Zuriah (2005:51) penelitian sejarah
adalah penelitian yang secara ekslusif memfokuskan kepada masa lalu. Fraenkel
pengumpulan yang sistematis dan evaluasi data untuk menggambarkan,
menjelaskan, dan dengan demikian memahami tindakan atau peristiwa yang
terjadi di masa lalu.
Nawawi (1993:78) berpendapat bahwa metode penelitian sejarah adalah
prosedur pemecahan masalah dengan menggunakan data masa lalu atau
peninggalan-peninggalan, untuk memahami kejadian atau suatu keadaan pada
masa lalu terlepas dari keadaan masa sekarang. Penelitian ini menghubungkan
manusia, peristiwa, waktu dan tempat secara kronologisdengan tidak memandang
sepotong objek-objek yang diobservasi.
Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah manga “Shanaou
Yoshitsune” karya Hirofumi Sawada. Dalam pengumpulan data, peneliti
menggunakan teknik pengumpulan data studi kepustakaan (library research).
Teknik pengumpulan data dengan metode tersebut dilakukan dengan cara
mempelajari, mendalami, dan mengutip teori-teori atau konsep-konsep dari
BAB II
TINJAUAN UMUM TERHADAP KOMIK, SETTING KOMIK SHANAOU YOSHITSUNE, ZAMAN HEIAN
2.1 Komik
2.1.1 Pengertian Komik
Komik yang dalam istilah bahasa Jepang disebut Manga (漫画)terdiri
dari 2 buah kanji yang diartikan sebagai gambar yang lucu. Pengarang komik
disebut Komikus, atau dalam bahasa Jepang disebut Mangaka (漫画家).
Komik sebagai sebuah media mempunyai karakteristik tersendiri. Tidak
seperti halnya sastra yang hanya mengandalkan ‘kekuatan kata’, komik
menggabungkan antara ‘kekuatan kata’ dan ‘kekuatan gambar’. Menurut Eisner
(dalam ) mendefinisikan komik sebagai
susunan gambar dan kata-kata untuk menceritakan suatu ide atau mendramatisasi
suatu ide. Komik juga dapat diartikan sebagai suatu bentuk seni yang
menggunakan gambar-gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa
sehingga membentuk jalinan cerita. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Kosasih
dalam Dwifirmansyah (2008:1), komik adalah media atau alat untuk bercerita
berupa gambar.
Komik menurut McCloud (2001:149) adalah gambar yang menyampaikan
respon yang esterik pada para penikmatnya. Komik juga merupakan imaji yang
berderet, kemudian berdampigan dalam satu urutan, dengan tujuan menyampaikan
Literatur komik diupayakan para pengarangnya untuk jauh dari kesan
menggurui, namun cukup mempengaruhi pembentukan mentalitas pembacanya.
Perpaduan antara huruf dan gambar yang sesuai merupakan rahasia kekuatan daya
tarik komik. Tidak hanya itu, ada kalanya suatu gambarpun telah dapat berperan
sebagai kata-kata.
2.1.2 Sejarah Komik di Jepang
Komik atau Manga, oleh beberapa ahli diduga merupakan perkembangan
dari ukiyo-e. Ukiyo-e adalah salah satu seni rupa dengan media kayu yang
dicungkil untuk membuat sebuah gambar yang sarat dengan pesan-pesan moral
yang ingin disampaikan oleh si pembuat. Gambar yang dibuat di atas media kayu
ini juga didukung oleh beberapa baris kata guna mempertegas makna kritisi yang
terkandung dalam gambar tersebut. Seni rupa inipun terus mengalami
perkembangan.
Manga di Jepang diawali pada zaman Edo, di mana seorang pemahat kayu dan pelukis bernama Katsushika Hokusai (1760 – 1849), menciptakan istilah
Hokusai Manga pada serial sketsanya yang berjumlah 15 volume dan diterbitkan pada tahun 1814. Hokusai itu sendiri berasal dari 2 huruf Cina yang memiliki arti
gambar manusia untuk menceritakan sesuatu.
Pada akhir abad 18, Kibyoushi, sebagai buku komik pertama yang berisi
cerita, muncul dengan tatanan gambar yang dikelilingi oleh tulisan (atau tulisan di
samping gambar) sebagai narasinya. Manga tidak begitu berkembang hingga
Perang Dunia II. Pada awal abad 19, muncul seorang mangaka yang membawa
yang terkenal adalah Tetsuwan Atom (yang di Indonesia dikenal sebagai Astro
Boy) dan manganya yang diadaptasi dari novel Treasure Island karya Robert
Louis Stevenson meraih nilai penjualan tertinggi nasional karena sukses dijual
sebanyak 400.000 eksemplar.
Karena awalnya komik di Jepang adalah peniruan dari film animasi Walt
Disney, maka saat itu para penggemar komik Jepang adalah anak-anak. Namun pada tahun 1959 mulai diterbitkan dua majalah mingguan untuk anak laki-laki
yaitu Shonen Magazine dan Shonen Sunday. Saat itu hiburan untuk anak di Jepang
hanyalah komik saja, belum ada anime (sebutan untuk film animasi di Jepang)
dan tentu saja belum ada game komputer. Sepuluh tahun kemudian, majalah
komik untuk remaja mulai terbit, Manga Action (1967), Young Comic (1967),
Play Comic (1968) dan Big Comic (1967). Pembaca komik yang usianya kurang
lebih sembilan tahun pada tahun 1959, maka pada saat itu (tahun 1967) mereka
telah berumur kurang lebih delapan belas tahun dan telah masuk masa remaja
sehingga mereka mau membaca komik yang cocok dengan usia dan selera mereka.
Majalah-majalah komik biasanya mempunyai tebal berkisar antara 200
hingga 850 halaman, didalamnya minimal berisi 5 judul komik. Di Jepang
majalah komik digolongkan menurut usia dan jenis kelamin pembacanya.
Misalnya, ada Shonen Magazine dan Shonen Jump, kedua-duanya mempunyai
eksemplar jutaan dan majalah komik yang paling besar di Jepang. Shonen artinya
artinya anak laki-laki, berarti shonen manga artinya komik untuk anak laki-laki
usia SD dan SMP. Ada juga Nakayoshi (artinya sahabat) dan Shojo Comic,
majalah ini diterbitkan untuk anak perempuan usia SD dan SMP. Untuk para
penggolongan lainnya yaitu Ladies Comic yaitu komik untuk perempuan yang
usianya kira-kira 20-30 tahun dan ada juga majalah dewasa umum, yaitu majalah
komik yang diterbitkan khusus dewasa dan remaja yang usianya di bawah 18
tahun tidak diperbolehkan untuk membelinya.
Kebanyakan komik dari Jepang telah dibuat anime (film animasi) yang
sesuai dengan cerita yang terkandung di dalam komik tersebut sejak tahun 1950
untuk menigkatkan penjualan dan mempromosikan kepada masyarakat, sehingga
selain membaca, para penggemar komik juga dapat melihat filmnya. Seperti :
Crayon Shinchan, Doraemon, Dragon Ball, Gundam, One Piece dan masih banyak
lagi.
Karena penikmat manga mulai dari anak-anak sampai orang dewasa,
bukan berarti setiap orang dengan bebas membaca manga. Dalam manga terdapat
rating yang berguna untuk membedakan tingkatan manga dan pembaca,
diantaranya adalah (menurut ):
1. Kodomo(子供)merupakan manga yang dikhususkan anak kecil dengan kisaran usia 6-10 tahun.
2. Shonen( 少 年 ) merupakan manga yang dikhususkan bagi anak lelaki, biasanya lebih ke genre adventure, fantasy dan action. Ditargetkan untuk
anak laki-laki kisaran usia 8 sampai 18 tahun. Shonen adalah gaya manga
paling populer dan banyak diminati, karena terdapat adegan-adegan
pertarungan yang dapat memicu adrenalin pembacanya.
minim terjadi perkelahian atau peperangan. Ditargetkan untuk anak
perempuan dengan jangkauan usia antara 12 sampai 18 tahun.
4. Seinen( 青 年 )merupakan manga yang dikhususkan bagi lelaki dengan jangkauan usia antara 18 sampai 30 tahun. Karena cerita dan gambarnya yang
lebih mengandung unsur kekerasan yang brutal serta jalan cerita yang lebih
kompleks, maka manga jenis ini digolongkan kepada jenis manga dewasa.
Melalui beberapa sumber, penulis menemukan jenis-jenis manga lainnya
yaitu sebagai berikut:
1. Josei(女性), manga yang khusus dibuat untuk pembaca wanita. Hampir sama dengan shoujo, tema cinta yang romantis masih dipakai di manga jenis
ini, hanya saja ceritanya bukan lagi tentang cerita cinta ala gadis muda, tapi
cerita cinta yang lebih kompleks pada wanita dewasa. Contoh: Here we are,
Working Man.
2. Hentai(へんたい), manga yang mengandung unsur pornografi. Di manga jenis ini bisa ditemukan banyak adegan seksual yang vulgar.
3. Jidaigeki(時代劇), manga yang mengandung unsur sejarah. Ceritanya bersetting masa lampau dan terkadang ditemukan adegan-adegan perkelahian
atau peperangan zaman kuno. Contoh: Vagabond, Lone Wolf and Cub, dan
Rurouni Kenshin.
4. Mecha(メチャ), manga yang banyak bercerita tentang robot. Banyak adegan pertempuran antar robot di dalam manga jenis ini. Contoh: Patlabor,
sakura wars, gundam seed, astro boy.
binatang) yang dibuat lebih imut dan menggemaskan. Conoh manga untuk
kategori ini: Hello Kitty dan Hamtaro.
6. Bishonen(美少年), merupakan manga yang menggambarkan tipe lelaki yang ‘cantik’, menghilangkan sisi maskulin karakter pria-nya seta
meningkatkan sisi feminim-nya. Manga yang masuk dalam kategori ini
antara lain: Peach Girl dan X/1999, otomen.
7. Doujinshi(同人誌), Doujinshi adalah sebutan bagi manga yang dibuat oleh fans manga tersebut yang memiliki alur cerita atau ending yang berbeda
dari manga aslinya. Para fans ini biasa mendistribusikannya dari tangan ke tangan, dijual secara indie di toko doujinshi, atau mengikuti konvensi akbar
doujinshi yang biasa disebut Comiket. Disini dijual ribuan judul doujinshi
tiap tahunnya. Pengunjungnya bisa mencapai 400.000 orang. Doujinshi
sendiri kadang menjadi batu loncatan seseorang/kelompok untuk menjadi
mangaka.
8. Shoujo ai(少女愛), merupakan manga yang menceritakan percintaan yang antara sesama jenis atau homoseksual/lesbi. Jenis Shoujo Ai ini menceritakan
hubungan romantis antara sesama perempuan. Nama lain dari jenis manga ini
adalah Yuri. Contoh: candy boy, sasameki koto, Kannazuki no Miko,
Kashimashi ~Girl meets Girl~, Blue Drop.
9. Shonen ai(少年愛), sama seperti jenis manga sebelumnya, Shonen Ai adalah tipe manga yang bercerita tentang hubungan sejenis, hubungan antar
sesama lelaki. Nama lain dari jenis manga ini adalah Yaoi. Contoh: demon
2.2 Setting Komik “Shanaou Yoshitsune”
Menurut Aminuddin (1987:67), yang dimaksud dengan setting/latar adalah
latar peristiwa dalam karya fiksi baik berupa tempat, waktu maupun peristiwa,
serta memiliki fungsi fisikal dan fungsi psikologis.
Wellek dan Werren dalam Reminisere (2011:34) juga mengemukakan
bahwa latar adalah lingkungan alam sekitar, terutama lingkungan dalam yang
dipandang sebagai pengekspresian watak secara metominik dan metafori. Hudson
dalam Reminisere (2011:35) membagi setting/latar cerita atas latar fisik (material)
dan latar sosial. Yang termasuk latar fisik adalah latar yang berupa benda-benda
fisik seperti bangunan rumah, kamar, perabotan, daerah, dan sebagainya. Latar
sosial meliputi pelukisan keadaan sosial budaya, sosial masyarakat; seperti adat
istiadat, cara hidup, bahasa kelompok sosial, dan sikap hidupnya yang melewati
cerita.
2.2.1 Latar Waktu
Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya
peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Biasanya dapat dihubungkan
dengan waktu faktual atau waktu yang ada kaitannya dengan peristiwa sejarah.
Latar waktu pada komik Shanaou Yoshitsune ini adalah akhir zaman
Heian, yang disebutkan pada volume 1 halaman 10, “zamannya adalah akhir
zaman Heian.”
Pada volume 1 juga halaman 11, diungkapkan tahunnya, “awal tahun
2.2.2 Latar Tempat
Latar tempat menjelaskan pada lokasi terjadinya peristiwa yang
diceritakan dalam sebuah karya sastra. Unsur-unsur yang digunakan berupa
tempat-tempat dengan nama tertentu, ataupun lokasi tanpa nama yang jelas.
Dalam komik Shanaou Yoshitsune terdapat beberapa latar tempat
diantaranya,
- Ibukota, Kyoto
Hal ini, terlihat jelas pada kalimat berikut, “Grup Nokishita Ichiza dari
Izumo di Ibukota!” (Volume 1, halaman 11)
- Kuil Kurama
Hal ini, terlihat jelas pada kalimat berikut, “Mulai sekarang anda
memasuki tempat suci Kurama.” (Volume 2, halaman 166)
- Hiraizumi, Oshu
Hal ini, terlihat jelas pada kalimat berikut, “Jadi ini Hiraizumi, kota
berlapis emas” (Volume 13, halaman 143)
- Kamakura
Hal ini, terlihat jelas pada kalimat berikut, “Kamakura ini dikelilingi
gunung di ketiga sisinya dan wilayah strategis bernama laut di
depannya.” Genpei War volume 6, halaman 60)
2.2.3 Latar Sosial
Latar sosial berhubungan dengan keadaan sosial budaya, sosial masyarakat,
dalam sebuah cerita. Latar sosial dalam manga “Shanaou Yoshitsune” adalah
kehidupan bangsawan pada zaman Heian akhir, dimana para
bangsawan-bangasawan yang dimaksut adalah bangsawan samurai yang memiliki kekuasaan
di Jepang pada masa itu. Para bangsawan pada zaman ini saling beradu kekuatan
demi mencapai status sosial yang tinggi dengan cara berperang, bangsawan yang
menang di peperangan akan mengambil wilayah kekuasaan yang kalah.
Keadaan sosial masyarakat di Ibukota Kyoto dan di Oshu Hiraizumi,
sangatlah bebeda, di Ibukota masyarakat harus bertahan hidup di bawah
kekuasaan Taira no Kiyomori yang memimpin secara dictator, sedangkan di Oshu
masyarakat hidup dengan bebas dan damai di bawah kepemimpinan Fujiwara no
Hidehira yang bijaksana.
2.3 Zaman Heian
Era Heian merupakan salah satu zaman sejarah klasik di Jepang, masa di
mana kebudayaan Jepang memasuki zaman keemasannya. Zaman ini berlangsung
dari tahun 794 sampai 1185. Ini adalah waktu yang dikenal bagi perdamaian dan
keamanan belum pernah terjadi sebelumnya di Jepang serta munculnya kelas
samurai dalam struktur masyarakat.
2.3.1 Keadaan Politik
Pada zaman Heian masih menngunakan sistem Ritsuryou (sistem kerajaan)
yang sudah digunakan sejak zaman Nara. Dalam sistem Ritsuryou, Tenno (kaisar)
adalah penguasa administrasi pemerintahan tertinggi (Situmorang, 2009:14).
Saudara-saudara kaisar adalah menjadi bangsawan. Para bangsawan kerabat
Sistem pemilikan pada masa itu dikenal dengan system Kochikomin
(wilayah umum dengan masyarakat umum). Tidak dikenal pemilikan tanah secara
pribadi dan penguasaan atas diri orang secara pribadi. Para bangsawan kerabat
Kaisar lah yang menguasai tanah secara pribadi. Karena para bangsawan tersebut
banyak yang menguasai tanah secara pribadi, mereka membutuhkan tenaga kerja
untuk menggarap tanah yang dikuasainya tersebut. Yang kemudian melahirkan
kelompok-kelompok kecil di daerah yang semakin lama semakin kuat dan tidak
membayar pajak kepada kaisar.
Karena Kanmu Tenno ingin memperbaharui politik Ritsuryou, maka ia
memindahkan ibukota dari Nara ke Kyoto. Yang lebih dikenal dengan sebutan
Heiankyo (kota yang damai). Istana Kaisar berada di Kyoto selama masa Feodal
yang berlangsung kira-kira 1100 tahun (Toyota Toyoko dalam Situmorang,
2009:15).
Pada zaman Heian, jumlah Shoen (wilayah swasta) semakin banyak. Salah
satu penguasa Shoen yang terbesar adalah keluarga Fujiwara. Fujiwara
mengawinkan putrinya dengan anak Tenno, oleh karena itu generasi berikutnya
adalah cucu Fujiwara. Kemudian keluarga Fujiwara memegang peranan dalam
pemerintahan. Seperti Sekkanseiji (politik perwakilan Kaisar), Sekkan adalah
singkatan dari Sessho dan Kanpaku. Sessho adalah pelaksana kekuasaan
pemerintahan ketika kaisar masih kecil, dan Kanpaku adalah pelaksana
pemerintahan ketika Kaisar mengadakan Inkyou (bertapa di kuil), disebut dengan
politik Insei (Situmorang, 2009:15).
Dalam perkembangannya, kelompok militer Taira dan Genji di undang ke
Fujiwara. Tetapi kemudian keluarga Genji dan Taira saling berperang seperti
perang Hogennoran (1156) dan Heijiniran (1159). Perang tersebut dimenangkan
oleh keluarga Taira yang dipimpin oleh Taira no Kiyomori. Mulai saat inilah
bushi menjadi sangat berpengaruh dalam pemerintahan pusat. Ketika itu sistem
Ritsuryou hancur, berubah menjadi sistem Ujizoku (kekerabatan).
Ketika klan Taira menang dan berkuasa di Ibukota Kyoto, tak ada yang
lebih kuat daripadanya. Ia masuk istana dan merebut kekuasaan. Tetapi disini ada
sesuatu yang khas Jepang. Klan Taira ternyata tidak merebut kedudukan Tenno
yang dianggap turunan dewi matahari Amaterasu Omikami. Seperti apa yang
dilakukan klan Fujiwara, Kiyomori pun mengangkat dirinya sebagai perdana
menteri dan menempatkan anggota-anggota keluarganya pada kedudukan penting
(Suryohadiprojo, 1985:14).
Sebenarnya, dengan perebutan kekuasaan oleh kaum Taira sudah
dimulailah suatu masa baru. Tetapi dari sudut perkembangan masyarakat Jepang
yang juga penting untuk dilihat adalah bahwa sejak saat itu kekuasaan sekuler di
Jepang sebenarnya tidak lagi berada di tangan Tenno, melainkan di tangan kaum
samurai. Tenno Heika adalah pimpinan Jepang yang tidak boleh disentuh, karena
merupakan lambang keagungan dan kesucian Jepang yang berasal dan bersumber
pada dunia dewa-dewa, dan karena senantiasa merupakan pemuka tertinggi Shinto.
Tetapi ia tidak mempunyai kekuasaan nyata dalam mengendalikan pemerintahan
dan Negara (Suryohadiprojo, 1985:15).
Melihat klan Taira yang berkuasa melebihi kekuasaan Kaisar, klan Genji
dipimpin oleh Minamoto no Yoritomo dan Genji yang dipimpin oleh Minamoto
no Yoshinaka dari Kiso, yang tidak lain merupakan sepupu dari Yoritomo sendiri.
Saat klan Taira meninggalkan ibukota Kyoto, Genji dari pihak Yoshinaka
memasuki wilayah ibukota dan menggantikan kekuasaan Taira. Tetapi keadaan ini
tidak bertahan lama. Sementara itu di Kamakura, Genji dari pihak Yoritomo
semakin memperkuat prajuritnya bersama adiknya Minamoto no Yoshitsune.
Minamoto no Yoritomo berhasil mengalahkan sisa-sisa keluarga Taira
pada tahun 1185 pada perang Dannoura. Kekuasaan pun berpindah ke klan
Minamoto. Klan Minamoto memperkuat prajuritnya di Jepang bagian timur yaitu
di Kamakura (Situmorang, 2009:16).
2.3.2 Keadaan Budaya
Disaat klan Fujiwara menguasai pemerintahan, anggota keluarga mereka
semua tinggal di istana dan dengan cara memperkuat posisi melalui pernikahan
anggota keluarga kaisar. Jasa terbesar klan Fujiwara adalah berkembangnya
budaya dan kesenian Jepang, yang mulai menggali potensi negeri sendiri, tidak
hanya mengimpor mentah-mentah budaya negara lain. Seni sastra, pakaian,
melukis, puisi dan permainan olahraga seperti Igo dan Shogi berkembang di era ini. Penghuni istana amat memiliki cita rasa seni yang tinggi. Pakaian pun dibuat
indah dengan aturan warna untuk masing-masing level di istana bahkan warna
yang berbeda untuk setiap musim. Kaum wanitanya pun berbusana Kimono yang
sudah menggunakan teknik pencelupan warna dan sulaman yang indah.
Dalam masa Heian, timbul semangat “ke-Jepangan” yang lebih kuat dan
“kana” yang disempurnakan, berupa Katakana dan Hiragana (Suryohadiprojo,
1985:13).
Walaupun pada masa itu sistem tulisan Hiragana Katakana telah
diciptakan, tetapi huruf Kanji Cina tetap dipakai oleh kaum pria dari kalangan atas
yang membuktikan bahwa ia terpelajar.
Dengan adanya perkembangan bahasa, dunia sastra juga berkembang.
Dalam hal kesusastraan, Murasaki Shikibu, bangsawan wanita yang kala itu
menulis Genji Monogatari, sebuah karya sastra yang amat diakui hingga masa
kini. Selain itu, ada juga Lady Sei Shonagon dengan bukunya Makura no Soshi
dan banyak buku harian para bangsawan wanita, seperti Kagero Nikki, yang isinya
bisa dikategorikan sebagai karya sastra. Mengapa sastra lebih banyak ditulis oleh
wanita? Karena zaman itu, posisi wanita dianggap cukup penting. Seorang
perempuan bila pandai menulis puisi atau cerita, bermain musik, maka ia bisa
masuk ke kalangan atas dengan menjadi selir atau istri. Kaum bangsawan pria
sering meminta selirnya untuk menciptakan puisi secara mendadak, jadi apabila
sang wanita bisa memenuhi permintaannya itu, ia akan dihormati. Dengan
pengaruh ini, nuansa kebudayaan Jepang berkembang dengan penuh cita rasa dan
keindahaan.
Munculnya Konjaku Monogatari (kisah masa lalu dan sekarang) pada
sekitar tahun 1100 menambah dimensi baru pada kesusastraan. Lebih dari 1000
koleksi kisah Buddhis dari China, India dan Jepang ini menonjol akan
penggambarannya yang penuh tentang kehidupan bangsawan dan rakyat
Pada zaman Heian juga terdapat beberapa festival yang dilaksanakan
seperti Aoi Matsuri, Jidai Matsuri, Hina Matsuri dan lain sebagainya. Dalam
festival ataupun acara hiburan, salah satu pertunjukkan yang dipertunjukkan
adalah tarian Shirabyoushi, tarian ini muncul sejak awal zaman Heian.
2.3.3 Keadaan Masyarakat
Ada empat kelompok utama yang memegang kekuasaan selama era
Heian. Kaisar dan keluarga kerajaan, aristokrasi atau bangsawan, sekte Budha
terorganisir, dan prajurit provinsi atau Bushi. Peran bangsawan sangat penting
dalam pemerintahan. Karena sangat jarang seorang kaisar mampu memerintah
tanpa dukungan dari kalangan bangsawan.
Masyarakat Heian merupakan masyarakat Feodal agraris. Lahan pertanian
yang dikenal dangan nama Shoen dibuka dan dimiliki oleh tuan tanah bangsawan.
Mereka lalu mempekerjakan para petani dan sekaligus menjadikannya sebagai
bawahan atau pengikut mereka. Bangsawan-bangsawan tersebut hidup dalam
kemewahan dan kekuasaan yang melimpah.
Ienaga Saburo (dalam Situmorang, 2009:87) mengatakan bahwa pada
zaman Heian (793-1185) di daerah pertanian muncul penguasa baru yang disebut
bushi. Pada awalnya muncul untuk membedakan arti dengan petani. Pada awalnya mereka hidup di daerah petanian kemudian berubah menjadi masyarakat kota.
Berbeda dengan masyarakat kizoku (bengsawan) pekerjaan sehari-hari mereka adalah membidangi seni. Tetapi bushi berprofesi sebagai ahli perang, dan mereka
Meskipun periode Heian dikenal untuk waktu yang damai dan keamanan,
beberapa sejarawan berpendapat Heian menyebabkan ekonomi Jepang melemah
dan kemiskinan meningkat di antara populasi umum (http://jepang
today .blogspot.com/2011/11/zaman-heian-794-1185.html). Hal itu disebabkan
karena terjadinya perang dan kemarau panjang di beberapa wilayah.
2.4 Klan – Klan Pada Zaman Heian 2.4.1 Klan Fujiwara
Fujiwara (藤原) adalah
abad pertengahan, Fujiwara menunjukkan gelar
klan Fujiwara merupakan klan bangsawan, tapi seja
nama keluarga yang digunakan bersama oleh lima percabangan keluarga
Fujiwara: Konoe, Takatsukasa, Kujō, Nijō, dan Ichijō. Kelima keluarga tersebut
tidak menggunakan nama Fujiwara, kecuali untuk penulisan di dalam dokumen
resmi.
Berkat jasanya dala
nama keluarga Fujiwara no Ason dari
Fujiwara bergelar Ason (salah satu gelar dalam sistem
waktu itu, klan Fujiwara merupakan salah satu dari 4 klan ternama:
Tōshi,
karena aksara kanji untuk "Fuji" juga dibaca sebagai Tō, sedangkan shi berarti klan (http://id.wikipedia.org/wiki/fujiwara).
Pada zaman Heian klan Fujiwara merupakan salah satu klan bangsawan
terkemuka. Klan tersebut amat berpengaruh dalam mengatur pemerintahan,
kekaisaran yang sedang berjalan. Klan ini juga mempunyai jumlah Shoen
terbanyak diantara bangsawan lain. Fujiwara mengawinkan putrinya dengan anak
Tenno, oleh karena itu generasi berikutnya adalah cucu Fujiwara. Jadi, keluarga
Fujiwara memegang peranan dalam pemerintahan. Oleh karena itu beberapa
kaisar memiliki seorang ibu dengan darah Fujiwara. Klan Fujiwara ini mencapai
puncak kejayaannya pada masa Michinaga Fujiwara [966 - 1027] yang 4 anak
perempuannya menikah dengan setiap kaisar yang memerintah. Anggota keluarga
Fujiwara sendiri tidak ada yang menjadi kaisar, namun mereka bisa mengontrol
pemerintahaan di belakang layar. Dominasi klan besar ini berakhir ketika Kaisar
Go-Sanjo naik tahta tahun 1068 dan kebetulan ibunya bukan berasal dari klan Fujiwara. Mulailah perseteruan antara Go-Sanjo dan klan Fujiwara mengenai
Shoen Go-Sanjo berusaha keras menyingkirkan pengaruh klan Fujiwara dari kancah politik dan istana. Saat ia turun tahta, Go-Sanjo menobatkan putranya,
Shirakawa menjadi kaisar dan tetap pemerintahan melalui anaknya itu. Ia
memastikan klan Fujiwara tidak akan bisa lagi mengendalikan pemerintahan
Jepang dengan membentuk pemerintahan Insei, yang dikuasai oleh para mantan
kaisar yang tidak memerintah lagi.
Pada masa Heian akhir, kekuasaan klan Fujiwara di Oshu Hiraizumi yang
dipimpin oleh Fujiwara no Hidehira merupakan sebuah kota makmur dan damai
karena tidak tersentuh oleh kekuatan besar klan Heike. Hiraizumi merupakan kota
besar, tetapi tempat itu bukanlah kota kekaisaran (Yoshikawa, 2012:163).
Fujiwara Utara (奥 州 藤原 氏 Oshu Fujiwara-shi) adalah keluarga bangsawan
ke abad ke-13 seolah-olah wilayah mereka sendiri. Oshu terkenal dengan emasnya.
Serbuk emas dari Oshu sangat diminati di Ibukota (Yoshikawa, 2009:146)
Walaupun klan Taira merajalela di pusat, mereka tidak berbuat apa-apa di
tanah Oshu. Bila ditanya apakah darah di daerah Oshu berasal dari Minamoto atau
Taira, darah Minamoto cenderung lebih kental di sana (Yoshikawa, 2012:163).
Oleh karena itu pada saat melarikan diri dari Gunung Kurama, Yoshitsune
melarikan diri ke Oshu Hiraizumi dengan bantuan Kichiji, seorang pedagang
emas dari Oshu. Tujuannya kesana adalah untuk meminta perlindungan kepada
Hidehira.
2.4.2 Klan Genji (Minamoto)
Minamoto (源) adalah
Jepang, klan Minamoto (源 氏 Genji) adalah sebutan untuk anggota keluarga
kaisar di
dan mendapat nama keluarga Minamoto no Ason (Ason adalah gelar dalam
sistem Yakusa no Kabane).
Genji merupakan sebutan lain untuk klan Minamoto, karena aksara kanji
untuk "Minamoto" juga dibaca sebagai Gen, sedangkan ji (shi) berarti klan. Kanji
untuk nama keluarga Minamoto diambil dari nama keluarga Yua源)
yang diberika
Poqia
"sumber" atau "asal-usul" untuk melambangkan klan Tufa dan keluarga
keturunannya yang menjadi warga biasa dengan aksara kanji yang sama dengan
nama keluarga Yuan di Tiongkok, namun dibaca di Jepang sebagai "Minamoto"
atau "Gen". Pemberian nama keluarga Minamoto dimaksudkan sebagai
penghormatan bagi klan Minamoto yang memiliki asal-usul leluhur yang sama
dengan keluarga kekaisaran.
Sesudah masa Kaisar Saga, nama keluarga Minamoto juga diberikan
kepada keturunan kaisar-kaisar selanjutnya yang menjadi warga biasa. Klan
Minamoto kemudian ditambah dengan nama kaisar yang menjadi asal keturunan,
misalnya: Nimmyo Genji (klan Minamoto keturuna
Genji, Montoku Genji, Uda Genji, dan seterusnya. Klan Minamoto terdiri dari 21
percabangan klan yang secara garis besar dapat dibagi menjadi dua golongan:
klan Minamoto yang menjadi samurai dan klan Minamoto yang menjadi
(aristokrat istana).
Pada zaman Heian, klan Minamoto merupakan salah satu bangsawan yang
mempunyai pengaruh di wilayah Kanto. Di Kyoto sendiri pada masa itu, klan
Minamoto di pimpin oleh Minamoto no Yoshitomo.
Pada pemberotakanHeiji pada
tahun
mengalahkan klan Minamoto yang dipimpin oleh Yoshitomo. Kedua putra
Yoshitomo tewas dalam perang tersebut. Yoshitomo berhasil melarikan diri dan
sampai di Provinsi Owari, namun tewas setelah dikhianati oleh pengikutnya. Anak
laki-lakinya yang tersisa,
Minoku Shinoda dalam Great Hitorical Figures of Japan (1978:62-63)
menjelaskan tentang pengasingan Yoritomo dan Yoshitsune:
“He sent Yoritomo to Izu in eastern Japan as a ward of one of trusted members of Heike, the Hojo family. Yoshitsune was permitted to remain with his mother until he was six or seven when he was transferred to a Buddhist temple in Kurama, a few miles north of Kyoto.”
“Dia (Kiyomori) mengirim Yoritomo ke Izu di sebelah timur Jepang sebagai wilayah salah satu anggota Heike yang terpercaya, keluarga Hojo. Yoshitsune diizinkan untuk tetap tinngal bersama Ibunya sampai ia berumur 6 atau 7 tahun sampai saat ia harus dikirim ke sebuah kuil Buddha di Kurama, beberapa kilometer dari sebelah utara Kyoto.”
Yoritomo diasingkan ke Izu, Yoshitsune dititipkan di
Selanjutnya Yoshitsune keluar dari Kurama ke
kepada
penguasa Mutsu.
Setelah mendapat perintah resmi
Yoshitsune yang berhasil menyatukan kekuatan klan Minamoto dari berbagai
wilayah bertempur untuk menyingkirka
Yoritomo diangkat sebagai
militer yang dirintisnya disebut Kamakura Bakufu.
Yoritomo menganggap Kamakura sebagai tempat strategis karena
dilindungi oleh 3 gunung di setiap sisinya, dan terdapat laut di depannya.
Yoshikawa (2013:166-167) menjelaskan bahwa Kamakura adalah tanah asal klan
Minamoto, kampung halaman bagi samurai Bandou, tanah yang dilindungi
benteng alami. Banyak prajurit rendahan yang menjadikan Kamakura sebagai
tempat tujuan. Bahkan tujuan hidup rakyat jelatapun diarahkan kesana secara
Disaat Yoritomo sibuk mengurusi kekuasaannya di Kamakura
mengusir Heike.
“Minamoto no Yoshinaka, a cousin who had become a power in north central Japan between 1180 and 1183, had defeated a Taira army which had been sent against him, and on the momentum of that victory he had emerged from his mountainous homeland and had raced into Kyoto.” (Minoku Shinoda dalam Great Hitorical Figures of Japan,1978:86)
“Minamoto no Yoshinaka, seorang sepupu yang telah berkuasa di wilayah pusat Jepang bagian utara antara tahun 1180-1183, telah menaklukkan pasukan Taira yang dikirim untuk melawannya, dengan semangat kemenangannya itu dia muncul dari kampungnya yang bergunung-gunung dan bergerak ke Kyoto.”
Para kesatria Kiso yang berasal dari wilayah utara, Bushido atau jalan
kesatria belum dijunjung. Dibandingkan kaum kesatria muda di Kamakura yang
menjunjung tinggi harga diri, kesatria dari Kiso hanya membanggakan kekuatan
fisik, dan lemah terhadap kemewahan seperti makanan lezat, bermain perempuan,
dan sebagainya (Yoshikawa, 2013:302). Hal ini membuat ketertiban di Ibukota
menjadi kacau.
Yoshinaka cenderung mengabaikan pendapat Mantan Kaisar Go
Shirakawa. Dalam hal urusan kebijakan Negara, dia mulai bertindak
sewenang-wenang, yaitu dengan merampas jabatan anggota klan Taira yang sudah mlarikan
diri ke negeri barat.
Sering terjadi perselisihan diantara rakyat dan pejabat yang berasal dari
kaum kesatria Kiso yang mementingkan kegagahan dan tak mengerti isi hati
rakyat maupun inti kebudayaan (Yoshikawa, 2013:267). Padahal rakyat
membisu dengan berwajah muram di bawah kekuasaan serta pengaruh besar
Yoshinaka, sang Jenderal Asahi.
Houou Go Shirakawa merasa resah dengan tindakan-tindakan yang
dilakukan oleh Yoshinaka dan pasukannya, dia bahkan ingin menobatkan
Pangeran Hokuroku, putra Pangeran Michihito sebagai Kaisar selanjutnya, tetapi
permintaan tersebut diabaikan dengan mengangkat Kaisar Toba sebagai Kaisar
yang baru.
Yoshinaka juga bertindak gila. Dia membakar Kuil Houjuu, merampas
jabatan bangsawan, mengaku sebagai kepala Istana Mantan Kaisar. Singkat kata,
dia menjadi raja kecil yang lalim, seolah hanya meniru sisi buruk Kiyomori
(Yoshikawa, 013:269). Oleh karena itu, Houou Go Shirakawa mengirim sebuat
mandate ke Yoritomo untuk menghabisi pasukan Kiso Yoshinaka.
Tidak tinggal diam, Yoritomo mengirim kedua adiknya sebagai Jendral
Perang melawan Yoshinaka. Noriyori sebagai panglima besar pasukan bayangan
dan Yoshitsune sebagai panglima pasukan bayangan.
“On orders of Yoritomo, Yoshitsune and another brother Noriyori were given joint command of an army in order to try and dislodge Yoshinaka from Kyoto.” (Minoku Shinoda dalam Great Hitorical Figures of Japan,1978:86)
“Atas perintah Yoritomo, Yoshitsune dan saudaranya yang lain, Noriyori diberi peritah untuk bersama-sama memimpin pasukan untuk mencabut kekuasaan Yoshinaka di Kyoto.”
Noriyori memimpin pasukan utama yang akan menyerbu Setaguchi,
sedangkan Yoshitsune memimpin pasukan bayangan yang akan menyerbu melalui
Sungai Uji. Kekalahan telak dialami oleh Yoshinaka, bersama dengan Imai
Peperangan tidak berhenti begitu saja, pada tahun 1185 di bawah pimpinan
Yoritomo, klan Minamoto berhasil membalas kekalahan mereka atas klan Taira di
perang Dannoura. Setelah mengalahkan Taira dan merebut kekuasaan, Yoritomo
tidak menempatkan kekuasaan di Kyoto, melainkan tetap bermarkas di Kamakura
(Suryahadiprojo, 1987:15). Masa inilah yang mengawali masa pemerintahan
feodalisme militer Jepang yang lebih dikenal dengan Bakufu Kamakura. Masa
Kamakura juga menjadi masa keemasan bagi para samurai yang memang bekerja
sesuai fungsi mereka sebagai prajurit militer Jepang.
2.4.3 Klan Heike (Taira)
Taira
Taira (平氏 Heishi) atau Heike (平家, keluarga Taira) adalah sebutan untuk
anggota keluarga kaisar di
menjadi warga biasa dan mendapat nama keluarga Taira no Ason (Ason adalah
salah satu gelar dalam sistem
Aksara kanji untuk "Taira" bisa dibaca sebagai Hei, sedangkan shi berarti
klan, dan ké berarti keluarga. Klan Taira terkenal dengan sebutan Heike (keluarga
Taira), karena
merupakan nama keluarga pemberian kaisar untuk para puteri dan pangeran bukan
putra mahkota yang sudah diturunkan statusnya sebagai warga biasa. Selain itu,
nama keluarga Taira sering diberikan untuk cucu kaisar dan keturunan selanjutnya,
sehingga di zaman Heian status nama keluarga Taira dianggap lebih rendah dari
Heike (keluarga Taira no Kiyomori) dan
percabangan klan Taira yang menjadi samurai, dan disebut Buke Heishi (Taira
samurai). Keduanya berasal dari percabangan klan Taira Kammu (Kammu Heishi),
sehingga bila disebut klan Taira (Heishi) maka yang dimaksudkan adalah klan
Taira Kammu. Klan ini terdiri dari Heike (keturunan Ise Heishi) yang mendirikan
Bandō) yang menjabat
Secara garis besar, klan Minamoto (Genji) menguasai Jepang bagian timur
dan klan Taira menguasai Jepang bagian barat. Walaupun demikian, klan Taira
juga berusaha memiliki pijakan di Jepang bagian timur
di sebelah timur namun gagal.
Pada zaman Heian, pemimpin klan Taira, Taira no Kiyomori berjasa
dalam
menghabisi
Karena keberhasilannya mengalahkan klan Genji, Kiyomori memiliki karir
yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun Oho (1161) menjadi pejabat
menengah, tahun Eiman (1165) menjadi pejabat tinggi, tahun Nin’an (1166)
menjadi menteri dalam negeri (Nai Daijin), dan pada tahun Nin’an (1167) berhasil
menjadi perdana menteri/menteri kerajaan (Daijō Daijin). (Yoshikawa, 2012:155) Setelah menjabat Daijō Daijin, klan Taira yang dipimpinnya berhasil
menjadi klan paling berkuasa di Jepang. Kekuasaan pemerintahan seluruhnya
Yoshikawa (2013:6) dalam bukunya Minamoto no Yoritomo 2
mengungkapkan kekuasan kiyomori dengan ungkapan, “di dunia ini tiada satupun
yang tidak tunduk kepada keinginan Nyuudou Kiyomori.”
Yoshikawa (2013:10) juga mengungkapkan sikap Kiyomori dalam
berkuasa dengan kata- kata berikut, “Kiyomori memang tidak pandai bicara. Dia
selalu kalah dalam publisitas. Jika kebenarannya tak diterima pihak lain secara
logis, dia selalu menggunakan kekuasaan dan berseru, Habisi Dia!”
Sejak mengalahkan klan Minamoto, banyak sekali yang berusaha menjilat
Kiyomori. Banyak bangsawan yang bertamu ke rumahnya. Sebuah fenomena
yang mengherankan. Dia pergi ke pemerintahan setiap saat, maka seharusnya
mereka bias menemuinya disana. Namun banyak yang memilih datang ke
Istananya (Yoshikawa, 2012:97).
Menurut adat kebiasaan masyarakat yang berlaku, walaupun ada hubungan
dengan klan Minamoto sedapat mungkin menuruti pihak klan Taira adalah hal
yang lebih sesuai dengan situasi zaman (Yoshikawa, 2012:151).
Pada masa itu banyak bangsawan yang mendekatkan diri dan memberikan
kesan baik kepada Kiyomori untuk naik pangkat atau mempertahankan jabatan
yang sudah ada. Para samurai pun banyak yang berkhianat terhadap klannya,
karena memihak klan Heike milik Kiyomori tersebut.
Dengan jabatan dan kekuasan yang dimilikinya, Kiyomori bertidak secara
diktator dan semena-mena. Pada saat wilayah kekuasaan putra sulungnya,
Shigehira dirampas oleh Houou Go Shirakawa, Kiyomori murka melepas jabatan
lebih dari 30 orang pejabat dekat mantan kaisar, mengasingkan mantan wakil
yang lainnya diusir dari Ibukota (Yoshikawa, 2013:24). Selain itu Kiyomori juga
merasa tidak senang dengan gerak-gerik para Biksu di kuil-kuil yang terdapat di
Nara karena tidak mendukungnya dan diduga akan memberontak, karea
kesalahpahaman antara Shigehira dan pasukannya, terjadi kebakaran besar di Nara.
“The Nara Monks had been teasing him (Kiyomori) for a long time, and he entrusted his fifth son, Shigehira, another operetta general, with the task of teaching them a lasting lesson. Attacking in the midst of the temptest during a dark winter night, Shigehira asked for the torches so that he might at least know where he was, but his men mistook this for an order to burn down everything standing on the ground. (Jean Rene Cholley dalam Great Historical Figures of Japan, 1978:77)”
“Biksu-biksu di Nara telah meresahkannya (Kiyomori) dalam waktu yang lama, dan dia mempercayai anak ke5 nya, Shigehira, salah satu jenderal, dengan perintah untuk memberi peringatan terakhir kepada mereka. Menyerang di tengah gelapnya malam musim dingin, Shigehira meminta dibawakan obor agar dia tahu dimana dia berada, tetapi prajuritnya menyalahartikan sebaga