• Tidak ada hasil yang ditemukan

Matsumoto Setsuko No Sakuhin No “Bijinesu Nihongo Drills” To Iu Hon Ni Okeru Aisatsu No Imiron Teki No Bunseki

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Matsumoto Setsuko No Sakuhin No “Bijinesu Nihongo Drills” To Iu Hon Ni Okeru Aisatsu No Imiron Teki No Bunseki"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

ANALI “B MATSU DRILL Skrip Universit SIS SEMAN IJINESU N UMOTO SE LS” TO IU H

psi ini diaju tas Sumater Ujian Sa DE UN NTIK KAT NIHONGO D SET TSUKO NO HON NI OK B

kan kepada ra Utara Me arjana Dalam DEB NIM EPARTEM FAKULTA NIVERSITA TA SALAM DRILLS” K TSUKO DK O SAKUHIN KERU AISA BUNSEKI SKRIPSI a Panitia Uj edan Untuk m Bidang Il

Oleh: BBY LIANT M: 0807080

MEN SASTR AS ILMU B AS SUMATE MEDAN 2013 (AISATSU KARYA MA KK

N NO “BIJIN TSU NO IM

ian Fakulta k Melengkap lmu Sastra TO 14 RA JEPANG BUDAYA ERA UTAR

U) DALAM B ATSUMOTO

NESU NIHO MIRON TEK

as Ilmu Bud pi Salah Sat

(2)

ANALI “B MATSU DRILL Skrip Universit Pembimbin Prof. Drs.H NIP.195807 SIS SEMAN IJINESU N UMOTO SE LS” TO IU H

psi ini diaju tas Sumater Ujian Sa ng I Hamzon Situ 7041984121 DE UN NTIK KAT NIHONGO D SET TSUKO NO HON NI OK B

kan kepada ra Utara Me arjana Dalam DEB NIM umorang,M 1001 EPARTEM FAKULTA NIVERSITA TA SALAM DRILLS” K TSUKO DK O SAKUHIN KERU AISA BUNSEKI SKRIPSI a Panitia Uj edan Untuk m Bidang Il

Oleh: BBY LIANT M: 0807080 M.S.,Ph.D MEN SASTR AS ILMU B AS SUMATE MEDAN 2013 (AISATSU KARYA MA KK

N NO “BIJIN TSU NO IM

ian Fakulta k Melengkap lmu Sastra TO 14 Pembi Mhd.P NIP. 19 RA JEPANG BUDAYA ERA UTAR

U) DALAM B ATSUMOTO

NESU NIHO MIRON TEK

as Ilmu Bud pi Salah Sat

(3)

Disetujui oleh:

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Departemen Sastra Jepang

Ketua,

Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum NIP. 19600919 1988031001

Medan, Desember 2013

(4)

PENGESAHAN Diterima Oleh ,

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana Dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang Pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

Pada :

Tanggal :

Hari :

Fakultas Ilmu Budaya

Dekan,

Dr. Syahron Lubis, M.A

NIP. 19511013 1976 03 1 001

Panitia Ujian

No. Nama Tanda Tangan

1. Prof. Drs. Hamzon Situmorang, M.S, Ph.D ( )

2. Mhd. Pujiono, S.S, M.Hum ( )

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Analisis Semantik Kata Salam (Aisatsu) Dalam Buku Bijinesu Nihongo Drils” karya Matsumoto Setsuko Dkk.”

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kata

sempurna, karena pengetahuan penulis yang masih sangat terbatas. Namun, berkat

dukungan dan bantuan dari pihak-pihak yang sangat banyak membantu penulis,

maka penulisan skripsi ini pun akhirnya bisa diselesaikan.

Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara,

2. Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum, selaku Ketua Departemen Sastra

Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara,

3. Bapak Prof. Drs. Hamzon Situmorang, M.S, Ph.D selaku Dosen

Pembimbing I yang telah menyediakan waktu, pikiran dan tenaga dalam

membimbing, mengarahkan dan memeriksa skripsi ini serta memberikan

segala ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis pribadi,

4. Bapak Muhammad Pujiono, S.S, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II

yang telah banyak meluangkan waktunya dan memberikan bimbingan,

saran dan arahan kepada penulis dalam rangka perbaikan dan

(6)

5. Bapak Drs. H. Yuddi Adrian Muliadi, M.A, selaku Dosen Wali yang juga

telah banyak memberikan pengarahan selama kegiatan perkuliahan,

Universitas Sumatera Utara

6. Seluruh staf pengajar Program Studi Sastra Jepang yang telah banyak

memberikan ilmu dan pendidikan yang bermanfaat selama 4 tahun

kepada penulis,

7. Ayah, Ibu dan Abang tercinta yang telah banyak memberikan kasih

sayang, kesabaran dan doa dalam hidup penulis serta selalu mendukung

cita-cita dan impian penulis sampai saat sekarang ini.

8. Seluruh senior dan junior dan teman-teman stambuk 2008, terutama

Rimmeinda, Caecilia, Rudy, Asking, Sylvia, Ishariyadi, Ester, Aza,

Ardiansyah, Nikmagna, Rizka dan Ella. Terima kasih untuk

kebersamaan yang baik selama ini, semoga menjadi persahabatan yang

abadi.

9. Terima kasih juga kepada bang Joko dan semua pihak yang telah

membantu dalam penyelesaian skripsi ini, yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu.

Akhir kata, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari

para pembaca, agar skripsi ini menjadi lebih baik lagi kedepannya.

Medan, Desember 2013

Penulis

(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...ii

BAB I . PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah...1

1.2 Perumusan Masalah...5

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan ...6

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori...7

1.4.1 Tinjauan Pustaka...7

1.4.2 Kerangka Teori...8

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian...10

1.5.1 Tujuan Penelitian...10

1.5.2 Manfaat Penelitian...10

1.6 Metode dan Teknik Pengumpulan Data...11

BAB II. TINJAUAN UMUM TERHADAP SEMANTIK DAN AISATSU 2.1 Semantik...12

2.1.1 Definisi Semantik...12

2.1.2 Jenis-jenis Makna Dalam Semantik...13

2.1.3 Manfaat Mempelajari Semantik...17

2.1.4 Tinjauan Tentang Makna Kontekstual...19

(8)

2.3 Fungsi Aisatsu ...22

2.4 Jenis-jenis Aisatsu Bahasa Jepang...23

BAB III. ANALISIS SEMANTIK KATA SALAM (AISATSU) DALAM BUKU BIJINESU NIHONGO DRILLS KARYA MATSUMOTO SETSUKO DKK

3.1 Gambaran Umum tentang Sumber Data...28

3.2 Salam 初 目 掛 ‘Hajimete Omenikakarimasu’

………...30

3.3 Salam 願い申 ‘DōzoYoroshiku

OnegaiMōshiagemasu’ ...38

3.4 Salam い 御世話 ‘Itsumo Osewa ni

Natte Orimasu’….……....………...………...44

3.5 Salam 行 参 ‘ItteMairimasu’………...48

3.6 Salam 戻 ‘Tadaima Modorimashita’…...53

3.7 Salam 疲 様 い ‘Otsukaresama de

Gozaimashita’……….………...56

3.8 Salam 失礼い ‘Shitsurei Itashimasu’………...……….59

3.9 Salam 申 訳 い ‘Mōshi Wake Gozaimasen’……....65

3.10 Salam 恐 入 ‘Osore Irimasu’……….…...70

(9)

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan...80

4.2 Saran...83

DAFTAR PUSTAKA ABSTRAK

 

 

 

 

 

 

 

(10)

Abstrak

Analisis Semantik Kata Salam (Aisatsu) Dalam Buku Bijinesu Nihongo

Drills Karya Matsumoto Setsuko Dkk.

Skripsi ini berjudul “Analisis Semantik Kata Salam (Aisatsu) Dalam Buku

Bijinesu Nihongo Drills Karya Matsumoto Setsuko Dkk”. Skripsi ini bertujuan

untuk mengetahui mengetahui makna kata salam yang terdapat dalam buku

Bijinesu Nihongo Drills karya Matsumoto Setsuko dkk dan mengetahui konteks

atau situasi penggunaan kata salamtersebut secara tepat. Manfaat dari penelitian

ini adalah agar para pembelajar bahasa Jepang dapat memperkaya Aisatsu dalam

bahasa Jepang serta mengetahui makna kontekstual kata salam dalam situasi

bisnis dan menggunakannya pada situasi yang tepat apabila bekerja di perusahaan

Jepang. Metode penulisan skripsi ini menggunakan metode deskriptif.

Pengumpulan data dilakukan dengan metode pustaka, yaitu sumber buku-buku

yang dipinjam dari perpustakaan Konsulat Jendral Jepang, perpustakaan Fakultas

Ilmu Budaya dan perpustakaan Universitas Sumatera Utara (USU) dan

perpustakaan Universitas Osaka.

Penggunaan bahasa oleh manusia merupakan salah satu kelebihan manusia

dari pada makhluk lainnya dimuka bumi ini. Hampir dalam semua kegiatan

manusia memerlukan bahasa. Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota

masyarakat merupakan simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.

Studi ilmiah tentang bahasa itu disebut linguistik. Sosiolinguistik

merupakan ilmu antar disiplin antara sosiologi dan linguistik. Sosiolinguistik

(11)

dengan penggunaan bahasa itu di dalam masyarakat . Semantik adalah salah satu

cabang linguistik yang mengkaji tentang makna. Objek kajian semantik antara lain

makna kata, relasi, makna antar suku kata dengan kata lainnya, makna frase dalam

sebuah idiom dan makna kalimat. Makna kontekstual muncul sebagai akibat

hubungan antara ujaran dan situasi pada waktu ujaran dipakai. Makna kontekstual

adalah makna kata yang sesuai dengan konteksnya

Bahasa Jepang dipakai sebagai bahasa resmi, bahasa penghubung antara

anggota masyarakat Jepang yang memiliki berbagai macam dialek dan dipakai

sebagai bahasa pengantar di semua lembaga pendidikan Jepang. Bahasa Jepang

hanya memakai satu bahasa nasional yakni bahasa Jepang dan tidak ada di negara

lain yang memakai bahasa Jepang sebagai bahasa nasionalnya. Hal ini menjadi

salah satu ciri khas bahasa Jepang dapat dikatakan sebagai bahasa tunggal dan

sebagai bahasa sendiri.

. Salam merupakan bagian dari awal komunikasi yang dalam bahasa Jepang

disebut dengan Aisatsu. Jika ditinjau dari makna leksikalnya, Aisatsu dapat

diartikan sebagai salam, ucapan, sambutan dan pamit.

Di dalam melakukan bisnis dengan perusahaan Jepang atau bekerja di

perusahaan Jepang, salah satu poin yang sangat penting adalah berusaha menjalin

hubungan yang baik dengan rekan kerja dalam perusahaan (atasan, teman kerja

atau bawahan) maupun dengan rekan bisnis. Untuk itu, dengan menguasai Aisatsu

yang digunakan di dalam situasi bisnis, dapat berguna untuk mempererat

hubungan antara kedua pihak baik di dalam perusahaan maupun di luar

(12)

Aisatsu dikelompokkan menjadi 6 jenis yaitu: Aisatsu yang digunakan

dalam kehidupan, Aisatsu yang berhubungan dengan bahasa sopan, Aisatsu yang

berupa kata ganti panggil atau sahutan, Aisatsu yang berhubungan dengan profesi,

Aisatsu yang digunakan oleh pedagang dan Aisatsu yang berupa kata ganti panggil.

Pembelajar bahasa Jepang umumnya mengetahui Aisatsu yang digunakan

dalam kehidupan sehari hari seperti hajimemashite, konnichiwa, sumimasen, dan

sebagainya yang merupakan Aisatsu yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Namun, menurut buku Bijinesu Nihongo Drills, Aisatsu yang digunakan dalam

berbisnis di perusahaan Jepang adalah Aisatsu yang berhubungan dengan bahasa

sopan (bahasa bisnis). Aisatsu yang digunakan dalam situasi bisnis tidak

tergantung kepada usia atau gender (jenis kelamin) dari lawan bicara, tetapi

digunakan kepada orang yang mempunyai jabatan lebih tinggi dari pembicara di

perusahaan (Shachou, Buchou, Kachou) ataupun kepada rekan bisnis yang berasal

dari perusahaan lain di dalam situasi bisnis. Yang dimaksud dengan situasi bisnis

disini adalah saat melakukan kontak bisnis dengan karyawan dari perusahaan lain

atau dengan atasan yang mempunyai jabatan yang lebih tinggi di perusahaan

sendiri .

Di dalam skripsi ini, penulis membahas kesepuluh Aisatsu dalam buku

Bijinesu Nihongo Drills secara berurutan yaitu Hajimete Omenikakarimasu, Dōzo

Yoroshiku Onegai Mōshiagemasu, Itsumo Osewa ni natte orimasu, ittemairimasu,

tadaima modorimashita, otsukaresama de gozaimashita, shitsurei itashimasu,

(13)

松本節子 作品 ビ ネ 日本語 いう本 挨拶 意味

論的 分析

本論 目標 松本節子 挨拶言葉 意味 知 正 挨拶

場面 テキ 基 使い方 知 あ 本論 研究 利

学習者 日本語 挨拶 豊 ビ ネ 場面 関わ 挨拶言葉 意

味 知 あ 日本 企業 働 際 正 挨拶言葉 使

用 あ 本論 方法論 記述方法 あ 情報収 図書方

法 行わ い 日本総領 館 大学 大阪大学 図書館

本 使用

地球 生 物 比 人間 言語使い 利 あ

人間 活動 言語 必要 言語 般人 間 通信手段

人間 発声器官 使用 い 音 象徴 あ 言語研究

学問 言語学 呼 い 社会言語学 社会学 言語学 学際的

学問 あ 社会言語学 社会 言語使い 学習 学問 あ

意味論 意味 調査 言語学 分 あ 意味論 調査 対象

単語 意味 間柄 単語 単語 意味 慣用語 句 意味 文章 意味

あ 文脈的 意味 発話 発話 場面 関 結果 現

文脈的 意味 場面 基 意味 あ

日本語 公用語 多様方言 持 い 日本社会 共通語

(14)

い 日本 使わ い 国語 日本語 日本語 国語

使わ い 国 存在 い 独自 自習的 言語 日本語 特

長 あ

挨拶 ョ 始 あ 辞書 書い あ 挨

拶 意味 歓迎 別 表現 解釈 い 日本企業 引 行

会社 働い , 非常 要 自社 相手

( 司 僚 部 ) 者 引先 関 保 あ

ビ ネ 場面 使わ い 挨拶 理解 自社 社 互い関

日本語 挨拶 6タイプ 分類 わ 日常生活 使わ

い 挨拶 敬語 関連 挨拶 応答 呼 挨拶 職業 関連

挨拶 商人 使わ い 挨拶 代 詞 挨拶 あ 日本語学習者

般的 いう う

日常挨拶 知 日常生活 使わ い ビ ネ 日本

語 本 日本企業 使わ い 挨拶 寧 挨拶

ビ ネ 挨拶 あ ビ ネ 挨拶 ビ ネ 場面 使わ い 相

手 年齢 性別 関 自社 高い職位 持 い 司例え 社長

部長 課長 社 社員 引 行う時 使わ い

本論 ビ ネ 場面 場面 いえ 社 社員 自社 高

い職位 持 い 司 業務連絡 行う場面 あ 本論 筆者

ビ ネ 日本語 十 挨拶言葉 考察 十 挨拶言

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Penggunaan bahasa oleh manusia merupakan salah satu kelebihan manusia

dari pada makhluk lainnya dimuka bumi ini. Semua orang menyadari betapa

pentingnya peranan bahasa sebagai alat komunikasi. Hampir dalam semua

kegiatan manusia memerlukan bahasa. Baik dalam kehidupan sehari-hari maupun

dalam kegiatan khusus seperti kesenian dan ilmu pasti. Bagi manusia sendiri,

bahasa merupakan salah satu kelebihan dibandingkan makhluk lain yang ada di

muka bumi ini. Dengan adanya bahasa sebagai alat komunikasi maka semua yang

berada disekitar manusia, peristiwa-peristiwa, binatang-binatang,

tumbuh-tumbuhan, hasil cipta karya manusia dan sebagainya, mendapat tanggapan dalam

pikiran manusia, disusun dan dituangkan lagi kepada orang lain sebagai bahan

komunikasi. Memperhatikan wujud bahasa itu sendiri maka bahasa adalah alat

komunikasi antara anggota masyarakat merupakan simbol bunyi yang dihasilkan

oleh alat ucap manusia (Sudjianto, 1996:17).

Hadirnya bahasa dalam kehidupan manusia demikian pentingnya sehingga

pada awal kajian tentang sosiolinguistik, perhatian kita diarahkan pada sejarah

pengetahuan manusia dalam upaya memahami bahasa. Studi ilmiah tentang

bahasa itu lazim disebut linguistik. Sosiolinguistik merupakan ilmu antar disiplin

antara sosiologi dan linguistik. Maka untuk memahami apa sosiolinguitik itu,

perlu terlebih dahulu dibicarakan apa yang di maksud dengan sosiologi dan

(16)

para sosiolog, intinya kira-kira adalah bahwa sosiologi itu adalah kajian yang

objektif dan ilmiah mengenai manusia didalam masyarakat. Sedangkan linguistik

adalah bidang ilmu yang mempelajari bahasa, atau bidang ilmu yang mengambil

bahasa sebagai objek kajiannya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa

sosiolinguistik adalah bidang ilmu antar disiplin yang mempelajari bahasa dalam

kaitannya dengan penggunaan bahasa itu di dalam masyarakat

(Chaer&Agustina ,2004:2)

Bahasa Jepang dipakai sebagai bahasa resmi, bahasa penghubung antara

anggota masyarakat Jepang yang memiliki berbagai macam dialek dan dipakai

sebagai bahasa pengantar di semua lembaga pendidikan Jepang. Menurut

Sudjianto (1996:5), bangsa Jepang hanya memakai satu bahasa nasional yakni

bahasa Jepang dan tidak ada di negara lain yang memakai bahasa Jepang sebagai

bahasa nasionalnya. Hal ini menjadi salah satu ciri khas bahasa Jepang dapat

dikatakan sebagai bahasa tunggal dan sebagai bahasa sendiri.

Manusia berkomunikasi untuk membagi pengetahuan. Bentuk umum

komunikasi termasuk dalam bahasa sinyal, bicara, tulisan, gesture, dan lain-lain.

Komunikasi antar personal menunjuk kepada komunikasi dengan orang lain.

Salam merupakan bagian dari awal komunikasi yang dalam bahasa Jepang disebut

dengan Aisatsu. Hal ini sesuai dengan yang tertuang dalam The Nihongo Journal

(1997 :17), “Greetings are the first big step towards communication”. Yang

berarti bahwa salam adalah langkah awal di dalam komunikasi. Menurut

Kridalaksana (1983:147), salam (greeting) adalah kalimat minor berupa klausa

atau bukan, bentuknya tetap yang dipakai dalam pertemuan antara pembicara,

(17)

(greeting) ini disebut dengan Aisatsu. Dan jika ditinjau dari makna leksikalnya,

Aisatsu dapat diartikan sebagai salam, ucapan, sambutan dan pamit (Matsuura,

1994: 5).

Di dalam melakukan bisnis dengan perusahaan Jepang atau bekerja di

perusahaan Jepang, salah satu poin yang sangat penting adalah berusaha menjalin

hubungan yang baik dengan rekan kerja dalam perusahaan (atasan, teman kerja

atau bawahan) maupun dengan rekan bisnis. Untuk itu, dengan menguasai Aisatsu

yang digunakan di dalam situasi bisnis, dapat berguna untuk mempererat

hubungan antara kedua pihak baik di dalam perusahaan maupun di luar

perusahaan.

Menurut Okuyama (2001:88) Aisatsu dikelompokkan menjadi 6 jenis yaitu:

Aisatsu yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari (Nichijou Aisatsu), Aisatsu

yang berhubungan dengan bahasa sopan , Aisatsu yang berupa kata ganti panggil

atau sahutan, Aisatsu yang berhubungan dengan profesi, Aisatsu yang digunakan

oleh pedagang dan Aisatsu yang berupa kata ganti panggil.

Pembelajar bahasa Jepang umumnya mengetahui Aisatsu yang digunakan

dalam kehidupan sehari hari seperti hajimemashite, konnichiwa, sumimasen, dan

sebagainya yang merupakan Aisatsu yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari

(Nichijou Aisatsu). Namun, menurut buku Bijinesu Nihongo Drills, Aisatsu yang

digunakan daalam berbisnis di perusahaan Jepang adalah Aisatsu yang

berhubungan dengan bahasa sopan (bahasa bisnis). Aisatsu yang digunakan dalam

situasi bisnis tidak tergantung kepada usia atau gender (jenis kelamin) dari lawan

bicara, tetapi digunakan kepada orang yang mempunyai jabatan lebih tinggi dari

(18)

yang berasal dari perusahaan lain di dalam situasi bisnis. Yang dimaksud dengan

situasi bisnis disini adalah saat melakukan kontak bisnis dengan karyawan dari

perusahaan lain atau dengan atasan yang mempunyai jabatan yang lebih tinggi di

perusahaan sendiri (Matsumoto dkk, 2007:17).

Berikut adalah contoh perbedaannya:

Situasi (場面)

Aisatsu yang digunakan

dalam kehidupan sehari-hari

(日常挨拶)

Aisatsu yang digunakan

dalam situasi bisnis

(ビ ネ 挨拶)

Contoh salam saat

memperkenalkan diri

初 エ

Hajimemashite, Alice desu.

Perkenalkan, nama saya

Alice.

初 目

エ 申

Hajimete ome ni

kakarimasu. Alice to

moushimasu.

Perkenalkan, nama saya

Alice

Contoh salam saat

akan pergi ke suatu

tempat. い Ittekimasu . Saya pergi. い い Ittemairimasu. Saya pergi

Contoh salam saat

kembali dari suatu

tempat.

Tadaima.

い 戻

(19)

Saya kembali (pulang).

Saya kembali (ke

perusahaan).

Sumber: Minna no Nihongo I & Bijinesu Nihongo Drills

Berdasarkan uraian dan penjelasan di atas, maka penulis merasa tertarik

untuk menganalisis secara Semantik kata salam yang digunakan dalam berbisnis

di perusahaan Jepang melalui skripsi yang berjudul : Analisis Semantik Kata

Salam (Aisatsu) Dalam Buku Bijinesu Nihongo Drills Karya Matsumoto Setsuko

Dkk.

1.2 Perumusan Masalah

Di dalam skripsi ini, penulis akan membahas Aisatsu yang terdapat dalam

Buku Bijinesu Nihongo Drills karya Matsumoto Setsuko dkk sebagai objeknya.

Bisnis mempunyai berbagai pengertian dimana bisnis yang dimaksud dalam

skripsi ini adalah kegiatan usaha yang dilakukan di dalam lingkungan perusahaan,

baik perusahaan tempat bekerja maupun saat berhubungan dengan perusahaan

lainnya.

Bahasa Jepang merupakan bahasa yang unik. Hal tersebut dibuktikan dengan

adanya salam (Aisatsu) yang beragam sesuai keadaan ketika terjadinya proses

komunikasi. Keragaman kata salam juga terdapat di dalam berbisnis di perusahaan

Jepang sesuai dengan yang terdapat di dalam buku Bijinesu NihongoDrills karya

Matsumoto Setsuko dkk. Di dalam skripsi ini, penulis tertarik untuk membahas

secara semantik kata salam yang terdapat di dalam Buku Bijinesu Nihongo Drills

(20)

Berikut beberapa perumusan masalah berdasarkan latar belakang di atas,

yakni :

1. Apa saja makna kata salam yang terdapat dalam buku Bijinesu

Nihongo Drills karya Matsumoto Setsuko dkk ?

2. Bagaimana konteks atau situasi penggunaan kata salamtersebut dalam

buku Bijinesu Nihongo Drills karya Matsumoto Setsuko dkk ?

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Agar penulisan skripsi ini dapat terorganisir dengan baik maka penulis

membatasi ruang lingkup pembahasan. Ruang lingkup penulisan skripsi ini adalah

terbatas pada kata salam (Aisatsu) yang terdapat di dalam buku Bijinesu Nihongo

Drills. Berikut penulis akan menguraikan keduabelas Aisatsu dalam buku Bijinesu

Nihongo Drills tersebut.

1. 初 目 掛 6. 疲 様 い

2. 願い申 7.失礼い

3. い 御世話 8.申 訳 い

4. 行 参 9. 恐 入

5. 戻 10.あ う い

Penulis akan menjabarkan bagaimana makna dan situasi penggunaan kata

salam di atas melalui dialog-dialog bisnis di dalam buku tersebut. Dialog bisnis

yang dimaksud disini adalah dialog formal saat melakukan kontak dengan atasan

rekan bisnis dari perusahaan lain. Selain itu, pembahasan skripsi ini dibatasi yakni

hanya penggunaan Aisatsu yang ditujukan kepada orang yang mempunyai

(21)

長 ’Buchou’dan kepada rekan bisnis dari perusahaan lain ( 引先’Torihikisaki)’.

Hal ini dikarenakan Aisatsu yang digunakan kepada teman kerja yang setara

kedudukannya ( 僚’Douryou’) ataupun Aisatsu yang digunakan atasan kepada

bawahan seringkali merupakan Nichijou Aisatsu ataupun bukan Aisatsu formal

dikarenakan hubungan yang dekat satu sama lain.

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1.4.1 Tinjauan Pustaka

Linguistik adalah ilmu yang mengkaji tentang seluk beluk bahasa pada

umumnya, bahasa yang menjadi alat interaksi sosial milik manusia. Chaer

(1994:1) menyatakan : Linguistik adalah ilmu tentang bahasa yang mengkaji

bahasa sebagai objek kajiannya.

Fokus dari penelitian ini adalah menganalisis secara Semantik kata salam di

dalam buku Bijinesu Nihongo Drills berdasarkan konteksnya yakni tempat

pemakaian bahasa, pemakai bahasa dan situasi pemakaian bahasa tersebut.

Berkaitan dengan pemakai bahasa maka perlu juga dipahami pengertian

sosiolinguistik. Menurut Chaer&Agustina (2004:4), sosiolinguistik adalah bidang

ilmu antar disiplin yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan

bahasa itu dalam masyarakat. Sosiolinguistik menyoroti keseluruhan masalah

yang berhubungan dengan organisasi sosial perilaku bahasa, tidak hanya

mencakup pemakaian bahasa saja, melainkan juga sikap-sikap bahasa, perilaku

terhadap bahasa dan pemakai bahasa ( Sumarsono & Partana, 2004:2)

Biasanya bahasa yang kita gunakan diungkapkan dalam bentuk kata,

(22)

klausa atau bukan, bentuknya tetap, yang dipakai dalam pertemuan antara

pembicara, memulai percakapan, minta diri dan sebagainya (Kridalaksana,

1983:147). Salam juga berarti adalah cara manusia untuk sengaja

mengkomunikasikan kepedulian/kesadaran lain untuk menunjukkan perhatian

antara individu atau kelompok masyarakat yang menjalin hubungan komunikasi

dengan sesamanya.

Semantik adalah salah satu cabang linguistik yang mengkaji tentang makna.

Objek kajian semantik antara lain makna kata, relasi, makna antar suku kata

dengan kata lainnya, makna frase dalam sebuah idiom dan makna kalimat.

Sementara di dalam Kamus besar bahasa Indonesia (2007: 5480) adalah (1) arti :

makna (2) maksud pembicara dan penulis ; pengertian yang diberikan kepada

suatu bentuk kebahasaan.

1.4.2 Kerangka Teori

Menurut Ferdinand de Saussure dalam Chaer (1994:283) bahwa kata

semantik dalam bahasa Indonesia diturunkan dari kata bahasa Yunani kuno sema

yang berarti “tanda” atau “lambang”. Bentuk verbalnya adalah semaino yang

berarti “menandai” atau “melambangkan”. Yang dimaksud dengan tanda atau

lambang disini adalah sebagai padanan kata “sema” itu adalah tanda linguistik.

Tanda linguistik itu terdiri dari komponen penanda yang berwujud bunyi, dan

komponen petanda yang berwujud konsep atau makna.

Menurut Tarigan (1986:18) bahwa secara etimologis kata semantik berasal

dari bahasa Yunani semanticos “penting” berarti yang diturunkan pula dari

(23)

yang terdapat pada kata semaphore yang berarti “tiang sinyal” yang dipergunakan

sebagai tanda oleh kereta api. Jadi semantik adalah telaah makna. Semantik

menalaah lambang-lambang atau tanda-tanda yang menyatakan makna, hubungan

makna yang satu dengan yang lain dan pengaruhnya terhadap manusia dan

masyarakat. Banyak teori yang dikembangkan oleh paham filsafat dan linguistik

sekitar teori makna dalam studi semantik.

Menurut Parera (2004:16) secara umum teori makna dibedakan atas:

1. Teori Refrensial/ korespondensi

2. Teori kontekstual

3. Teori Mentalisme

4. Teori Formalitas

Aisatsu yang terdapat di dalam buku Bijinesu Nihongo Drills jelas memiliki

perbedaan dengan Aisatsu pada biasanya dikarenakan situasi atau konteks

pemakaian yang berbeda. Oleh karena itu, dari beberapa makna yang termasuk

dalam kajian semantik, teori makna yang sesuai dengan permasalahan yang akan

dibahas adalah teori makna kontekstual.

Makna kontekstual merupakan makna sebuah leksem/ kata yang berada di

dalam satu konteks. Teori kontekstual mengisyaratkan pula bahwa sebuah kata/

symbol ujaran tidak mempunyai makna jika ia terlepas dari konteks (Parera, 2004:

18).

Suwandi (2008:71,72) juga memaparkan bahwa makna kontekstual

(contextual meaning; situational meaning) muncul sebagai akibat hubungan

antara ujaran dan situasi pada waktu ujaran dipakai. Beliau juga berpendapat

(24)

Dalam buku linguistik umum, Chaer (1994:290) mengungkapkan bahwa makna

kontekstual adalah makna sebuah leksem atau kata yang berada di dalam

konteks. Makna kontekstual juga dapat berkenaan dengan situasinya yakni tempat,

waktu, lingkungan, penggunaan leksem tersebut.

Dari beberapa uraian di atas maksud dari makna kontekstual dapat diartikan

sebagai makna kata atau leksem yang berada pada suatu uraian atau kalimat yang

dapat mengandung atau menambah kejelasan makna, yang dipengaruh oleh situasi,

tempat, waktu, lingkungan penggunaan kata tersebut. Artinya, munculnya makna

kontekstual bisa disebabkan oleh situasi, tempat, waktu, dan lingkungan.

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui makna kata salam yang terdapat dalam buku

Bijinesu Nihongo Drills karya Matsumoto Setsuko dkk .

2. Untuk mengetahui konteks atau situasi penggunaan kata salam

tersebut secara tepat.

1.5.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain adalah :

1. Agar para pembelajar bahasa Jepang dapat memperkaya Aisatsu

(25)

2. Agar para pembelajar bahasa Jepang dapat mengetahui makna

kontekstual kata salam dalam situasi bisnis dan menggunakannya pada

situasi yang tepat apabila bekerja di perusahaan Jepang.

3. Agar dapat menjadi referensi untuk penulis lain dalam meneliti judul

yang berkaitan dengan Aisatsu.

1.6 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam menyelesaikan penyusunan karya tulis ini, penulis menggunakan

metode deskriptif yaitu, memberi gambaran yang secermat mungkin mengenai

individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu (Koentjaraningrat, 1976 : 30).

Metode deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah yang diteliti dengan

menggambarkan atau melukiskan keadaan objek penelitian pada saat ini

berdasarkan fakta atau data-data yang tampak atau semestinya. Metode deskriptif

yang digunakan dalam penulisan ini adalah suatu metode yang diartikan sebagai

langkah-langkah dalam penyusunan, yakni :

1. Mengumpulkan : mengumpulkan data sebelum menyusun menjadi satu

kajian untuk dapat menemukan apa masalah pokoknya. Pengumpulan

data dilakukan dengan metode pustaka, yaitu sumber buku-buku yang

dipinjam dari perpustakaan pusat kota Medan, perpustakaan Konsulat

Jendral Jepang, perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya dan perpustakaan

Universitas Sumatera Utara (USU) dan perpustakaan Universitas Osaka.

2. Menyusun : ketika sudah mendapatkan data-data sesuai pokok kajian,

maka disusunlah rangkaian dari setiap masalah dari yang luas menjadi

(26)

3. Mengklasifikasikan : setelah semua data berdasarkan teori, masalah

sampai kepada siapa yang memberikan defenisi akan pembenaran ilmu

dalam ruang lingkup yang dimuat penulis dalam penelitian yang

dilakukan hingga penggolongan yang jelas.

4. Mengkaji : mengkaji semua masalah yang ditemukan dengan jelas.

5. menginterpretasikan data.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode pustaka, yaitu data

dikumpulkan dari buku-buku yang dipinjam dari perpustakaan Konsulat Jendral

Jepang, perpustakaan Universitas Sumatera Utara (USU) dan perpustakaan

(27)

BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP SEMANTIK DAN AISATSU

2.1 Semantik

2.1.1 Definisi Semantik

Kata semantik dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Yunani sema

(kata benda) yang berarti tanda atau lambang. Verbanya adalah semaino yang

berarti “menandai” atau “melambangkan”. Yang dimaksud dengan tanda atau

lambang disini sebagai padanan kata dari sema itu adalah tanda linguistik. Seperti

yang dikemukan oleh Ferdinand De Saussure dalam Chaer (1994:285) bahwa

setiap tanda linguistik terdiri dari dua komponen yaitu : (1) komponen yang

mengartikan yang berwujud bentuk-bentuk bunyi bahasa. Misalnya, (Perancis :

significant, Inggris : signifier) dan (2) komponen yang diartikan atau makna dari

komponen pertama. Misalnya, (Perancis : signifie, Inggris : signified) sebenarnya

tidak lain daripada konsep atau makna sesuatu tanda bunyi. Kedua komponen ini

adalah merupakan tanda atau lambang, sedangkan yang ditandai atau yang

dilambanginya adalah sesuatu yang berada diluar bahasa yang lazim disebut

referen atau hal yang ditunjuk.

Kata semantik itu kemudian disepakati sebagai istilah yang digunakan untuk

bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik

dengan hal-hal yang ditandainya. Atau dengan kata lain, bidang studi linguistik

yang mempelajari makna atau arti bahasa. Oleh karena itu, kata semantik dapat

diartikan sebagai ilmu tentang makna atau arti, yaitu salah satu dari tiga tataran

(28)

Selain istilah semantik dalam sejarah linguistik ada pula digunakan istilah

lain seperti semiotika, semiology, semasiology, sememik, dan semik untuk

merujuk pada bidang studi yang mempelajari makna atau arti dari suatu tanda atau

lambang. Namun, istilah semantik lebih umum digunakan dalam studi linguistik

karena istilah-istilah yang lainnya itu mempunyai cakupan objek yang lebih luas,

yakni mencakup makna tanda atau lambang pada umumnya. Termasuk

tanda-tanda lalu lintas, kode morse, dan tanda-tanda-tanda-tanda ilmu matematika. Sedangkan

cakupan semantik hanyalah makna atau arti yang berkenaan dengan bahasa

sebagai alat komunikasi verbal.

Semantik memegang peranan penting dalam berkomunikasi. Karena bahasa

yang digunakan dalam berkomunikasi adalah tidak lain untuk menyampaikan

suatu makna (Sutedi, 2003:103). Misalnya seseorang menyampaikan ide dan

pikiran kepada lawan bicara, lalu lawan bicaranya bisa memahami apa yang

disampaikan. Hal ini disebabkan karena ia bisa menyerap makna yang

disampaikan dengan baik. Semantik tidak hanya membahas kata-kata yang

bermakna leksikal saja, tetapi juga membahas makna kata-kata yang tidak

bermakna bila tidak dirangkaikan dengan kata lain seperti partikel atau kata bantu,

yang hanya memiliki makna gramatikal.

2.1.2 Jenis-Jenis Makna Dalam Semantik

Menurut Chaer (1994:59) jenis atau tipe makna dapat dibedakan

berdasarkan kriteria atau sudut pandang, yakni :

1. Berdasarkan jenis makna semantik, makna dapat dibedakan menjadi makna

(29)

Makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan referensinya, makna

yang sesuai dengan observasi alat indera, atau makna yang sungguh-sungguh

nyata dalam kehidupan kita. Contohnya: kata Tikus, makna leksikalnya adalah

sebangsa binatang pengerat yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit tifus.

Makna nampak jelas dalam kalimat tikus mati diterkam kucing atau panen kali ini

gagal akibat serangga hama tikus. Kata tikus pada kedua kalimat itu jelas

merujuk kepada binatang tikus, bukan kepada yang lain. Tetapi dalam kalimat

yang menjadi tikus di gudang kami ternyata berkepala hitam bukanlah dalam

makna leksikal karena tidak merujuk kepada binatang tikus melainkan kepada

seorang manusia.

Sedangkan makna gramatikal adalah makna yang hadir sebagai akibat

adanya proses gramatikal atau proses afiksasi, proses reduplikasi, dan proses

komposisi. Contoh proses afiksasi / ter- / pada kata / angkat /dalam kalimat batu

seberat itu terangkat juga oleh adik, awalan ter- pada kata terangkat melahirkan

makna “dapat”, dan dalam kalimat ketika balok itu ditarik, papan itu terangkat ke

atas, melahirkan makna gramatikal “tidak sengaja”. Contoh reduplikasi dapat

dilihat pada kata pulpen yang bermakna “sebuah pulpen”, menjadi buku-buku

yang bermakna “banyak buku”. Sedangkan contoh komposisi dapat dilihat pada

kata sate ayam tidak sama dengan sate madura. Yang pertama menyatakan asal

bahan, yang kedua menyatakan asal tempat. Begitu juga dengan komposisi orang

tua asuh. Yang pertama menyatakan anak yang diasuh, sedangkan yang kedua

(30)

2. Berdasarkan ada tidaknya pada sebuah kata atau leksem, dapat dibedakan

menjadi makna referensial dan makna non-referensial.

Makna referensial adalah makna dari kata-kata yang mempunyai referen,

yaitu sesuatu di luar bahasa yang diacu oleh kata lain. Contoh : kata lemari

dan kasur, disebut bermakna referensial karena kedua kata itu mempunyai

referen yaitu sejenis perabot rumah tangga.

Sedangkan kalau kata-kata itu tidak memiliki referen, maka kata itu

disebut kata bermakna non-referensial. Contoh : kata jika dan meskipun tidak

memiliki referen, jadi kata tersebut bermakna non-referensial. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa kata-kata yang termasuk kata penuh seperti lemari dan

kasur termasuk kata-kata referensial, sedangkan yang termasuk kata tugas

seperti preposisi, konjugasi dan kata tugas lain adalah kata-kata yang

bermakna non-referensial.

3. Berdasarkan ada tidaknya nilai rasa pada sebuah kata atau leksem, dibedakan

menjadi makna denotatif dan makna konotatif.

Makna denotatif pada dasarnya sama dengan makna referensial, sebab

makna denotatif ini lazim diberi penjelasan sebagai makna yang sesuai

dengan hasil observasi menurut penglihatan, penciuman, pendengaran,

perasaan atau pengalaman lainnya. Jadi makna denotatif ini menyangkut

informasi-informasi faktual objektif. Karena itu sering disebut sebagai makna

sebenarnya. Contoh : kata wanita dan perempuan. Karena kata-kata ini

mempunyai denotasi yang sama, yaitu manusia dewasa bukan laki-laki.

(31)

kata wanita mempunyai nilai rasa yang tinggi. Makna tambahan pada suatu

kata yang sifatnya memberi nilai rasa baik positif maupun negatif disebut

makna konotasi.

4. Berdasarkan ketepatan maknanya, makna dapat dibedakan menjadi makna

kata dan makna istilah.

Makna kata sering disebut sebagai makna bersifat umum, sedangkan

makna istilah memiliki makna yang tetap dan pasti. Hal ini dapat dilihat dari

contoh dalam bidang kedokteran kata tangan dan lengan, digunakan sebagai

istilah untuk pengertian yang berbeda. Makna tangan adalah “pergelangan”,

sedangkan dalam bahasa umum tangan adalah “pergelangan sampai ke

pangkal bahu”. Sebaliknya dalam bahasa umum tangan dan lengan dianggap

bersinonim (maknanya sama).

5. Berdasarkan kriteria atau sudut pandang lain, dibedakan menjadi makna

asosiatif, idiomatik, kolokatif dan sebagainya.

Makna asosiatif sesungguhnya sama dengan perlambang-lambang yang

digunakan oleh suatu masyarakat bahasa untuk menyatakan suatu konsep lain.

Contohnya kata melati digunakan sebagai perlambang kesucian, kata merah

digunakan sebagai perlambang keberanian, dan kata srikandi digunakan

sebagai perlambang kepahlawanan wanita.

Berbeda dengan makna idiomatik, kata idiom berarti satuan-satuan bahasa

( bisa berupa kata, frase maupun kalimat) yag maknanya tidak dapat

(32)

satuan-satuan tersebut. Contoh frase menjual rumah bermakna “ si pembeli

menerima rumah dan si penjual menerima uang”, tetapi menjual gigi bukan

bermakna si pembeli menerima gigi dan si penjual menerima uang”,

melainkan bermakna “tertawa keras-keras”. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa makna idiomatic adalah makna sebuah satuan bahasa ( kuat, frase atau

kalimat) yang menyimpang dari makna leksikal atau makna gramatikal

unsur-unsur pembentuknya.

Sedangkan makna kolokatif berkenaan dengan makna kata dalam

kaitannya dengan makna kata lain yang mempunyai tempat yang sama dalam

sebuah frase. Contoh frase gadis itu cantik dan pemuda itu tampan. Kita tidak

dapat menyatakan gadis itu tampan atau pemuda itu cantik, karena pada

kedua kalimat itu maknanya tidak sama walaupun informasinya sama.

2.1.3 Manfaat Mempelajari Semantik

Manfaat yang kita petik dari studi semantik sangat tergantung dari bidang

apa yang kita geluti dalam tugas kita sehari-hari (Chaer, 1994 :11). Bagi seorang

wartawan, seorang reporter, atau orang-orang yang berkecimpung dalam dunia

persuratkabaran dan pemberitaan, mereka barangkali akan memperoleh manfaat

praktis dari pengetahuan mengetahui semantik. Pengetahuan semantik akan

memudahkannya dalam memilih dan menggunakan kata dengan makna yang tepat

dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat umum, tanpa pengetahuuan

akan konsep-konsep polisemi, homonim, denotasi, konotasi dan nuansa-nuansa

makna tentu akan sulit bagi mereka untuk dapat menyampaikan informasi secara

(33)

Bagi mereka yang berkecimpung dalam penelitian bahasa, seperti mereka

yang belajar di Fakultas sastra, pengetahuan semantik akan banyak memberi bekal

teoritis kepadanya untuk menganalisis bahasa atau calon guru, pengetahuan

mengenai semantik akan manfaat teoritis dan juga manfaat praktis. Manfaat

teoritis karena dia sebagai guru bahasa harus pula mempelajari dengan

sungguh-sungguh akan bahasa yang diajarkannya. Teori-teori semantik ini akan mencoba

menolongnya memahami dengan lebih baik konsep-konsep bahasa yang akan

diajarkannya. Sedangkan manfaat praktis akan diperolehnya berupa kemudahan

bagi dirinya dalam mengajarkan bahasa itu kepada murid-muridnya.

Seorang guru bahasa, selain harus memiliki pengetahuan dan keterampilan

yang mengenai segala aspek bahasa, juga harus memiliki pengetahuan teori

semantik secara memadai. Tanpa pengetahuan ini dia tidak akan dapat dengan

tepat menjelaskan perbedaan dan persamaan semantik antara dua buah bentuk

kata, serta bagaimana menggunakan kedua bentuk kata yang mirip itu dengan

benar.

Sedangkan bagi orang awam atau orang kebanyakan pada umumnya,

pengetahuan yang luas akan teori semantik tidaklah diperlukan. Tetapi pemakaian

dasar-dasar semantik tentunya masih diperlukan untuk dapat memahami dunia di

sekelilingnya yang penuh dengan informasi dan lalu lintas kebahasaan. Semua

informasi yang ada di sekelilingnya, dan yang juga harus mereka serap,

berlangsung melalui bahasa, melalui dunia lingual. Sebagai manusia yang

bermasyarakat tidak mungkin mereka bisa hidup tanpa memahami alam sekitar

(34)

2.1.4 Tinjauan Tentang Makna Kontekstual

Teori kontekstual adalah mengungkapkan makna sebagai sebuah kata terikat

pada lingkungan kultural dan ekologis pemakai bahasa tertentu. Teori kontekstual

sejalan dengan teori relativisme dalam pendekatan semantikbandingan

antarbahasa. Pada teori ini mengisyaratkan pula bahwa sebuah kata atau simbol

ujaran tidak mempunyai makna jika ia terlepas dari konteks (Parera, 2004 : 17 –

18).

Suwandi (2008:71,72) juga memaparkan bahwa makna kontekstual

(contextual meaning; situational meaning) muncul sebagai akibat hubungan

antara ujaran dan situasi pada waktu ujaran dipakai. Beliau juga berpendapat

bahwa makna kontekstual adalah makna kata yang sesuai dengan konteksnya.

Dalam buku linguistik umum, Chaer (1994:290) mengungkapkan bahwa makna

kontekstual adalah makna sebuah leksem atau kata yang berada di dalam

konteks. Makna kontekstual juga dapat berkenaan dengan situasinya yakni tempat,

waktu, lingkungan, penggunaan leksem tersebut.

2.2 Pengertian Aisatsu

Dalam berkomunikasi, terdapat dua jenis komunikasi yang berlaku pada

seluruh bahasa yang digunakan di seluruh dunia. Jenis yang pertama adalah

information oriented. Ini berarti pembicara meminta informasi dari mitra tutur.

Jenis kedua yaitu socially oriented, dimana suatu ujaran hanya berfungsi untuk

bersosialisasi (Aoki&Okamoto, 1988:16). Dan Aisatsu termasuk ke dalam jenis

(35)

Misalnya, ketika bertemu dengan seseorang di jalan, dan ia bertanya

(Mau ke mana?) kita tidak perlu menjawab tujuan yang sebenarnya. Ini

hanya sekedar aisatsu yang biasa digunakan ketika menyapa seseorang. Penutur

tidak ingin mengetahui informasi yang dimiliki oleh mitra tutur, atau dalam

contoh ini, ke mana sesungguhnya mitra tutur akan pergi. Ketika menggunakan

aisatsu, bukan fungsi informatif yang ingin dipenuhi, melainkan fungsi sosial dari

suatu bahasa, yaitu menjalin hubungan, memelihara hubungan, memperlihatkan

perasaan bersahabat dan solidaritas sosial (Chaer&Agustina, 2004:16). Dengan

demikian, aisatsu berperan penting dalam kehidupan bermasyarakat, tidak hanya

di dalam masyarakat Jepang melainkan seluruh masyarakat di dunia.

Aisatsu atau yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan salam, termasuk

ke dalam kategori kata fatis. Kridalaksana (1986: 18) menyatakan bahwa kategori

fatis adalah kategori yang bertugas memulai, atau mengukuhkan pembicaraan

atara pembicara dan lawan bicara. Sehingga kata-kata yang termasuk ke dalam

kategori ini tidak berfungsi sebagai sarana transmisi pemikiran, tetapi lebih pada

sarana untuk memenuhi fungsi sosial dalam melakukan komunikasi. Sebagian

besar kategori fatis merupakan ciri ragam lisan, karena ragam lisan umumnya

ragam tidak baku, maka kategori fatis sangat lazim ditemukan dalam

kalimat-kalimat tidak baku yang banyak mengandung unsur daerah/dialek regional. Dalam

bahasa Indonesia, salam (greetings) adalah kalimat minor berupa klausa atau

bukan bentuknya tetap yang dipakai dalam pertemuan antara pembicara untuk

(36)

Menurut Bunkacho (1988: 34,35), pengertian Aisatsu adalah

あい 広 日常私 家族 者 知人 交わ う

う い 初対面 人 士 自己紹 公式

祝詞 答辞 う 更 特殊 社会 用い 仁義

あい

“ Aisatsu dalam artian luas, tidak hanya berupa kata-kata seperti ohayou, sayonara,

dsb. Yang diucapkan ketika bertemu dengan anggota keluarga atau kenalan,

perkenalan diri ketika pertama kali bertemu dengan seseorang, dan tidak hanya

kata-kata yang diucapkan pada acara-acara resmi, seperti acara pemberian doa,

dan sebagainya. Singkatnya, Aisatsu dapat juga diartikan norma-norma yang

berlaku di dalam kehidupan bermasyarakat.”

黙礼 会釈 あ い 辞儀 握手 抱擁 え言葉 伴わ

あい 考え あい 行動 音声 手

張 身振 表情 い 人間 全行動様式 わ 極 広

汎 表 持 種 表現活動 理解 あ

“Gerakan seperti membungkuk, mengangguk, bersalam, berpelukan, dan

semacamnya, dapat digolongkan sebagai aisatsu meskipun tidak disertai dengan

kata-kata. Yang disebut dengan tindakan aisatsu adalah seluruh tindakan yang

berhubungan dengan cara mengekspresikan sesuatu, seperti suara, gerakan tangan,

gerakan tubuh, ekspresi, dan sikap.”

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa Aisatsu tidak hanya kata-kata

(37)

juga Aisatsu nonverbal yang dapat diwujudkan dengan suara, gerakan tangan,

gerakan tubuh, bahkan sikap dari penutur.

Sedangkan, bila mengacu pada Aisatsu menurut pengertian Mizutani (1983:8) adalah membuka hati dan mendekatkan diri kepada mitra tutur. Aisatsu

merupakan hubungan timbal balik, dimana setiap aisatsu yang diucapkan menurut

mitra tutur untuk merespon. Aisatsu juga digunakan sebagai pembuka sebuah

percakapan atau memperkenalkan kepada topik yang akan dibicarakan.

2.3 Fungsi Aisatsu

Aisatsu selain berfungsi sebagai sebuah pembuka dalam sebuah

percakapan juga memiliki fungsi lainnya. Mizutani (1979:60) menyatakan bahwa

fungsi dari Aisatsu adalah untuk menjaga kelancaran dalam pergaulan, dan juga

salah satu cara untuk berkomunikasi yang dibutuhkan dalam pergaulan. Semakin

seseorang memahami latar belakang budaya dalam penggunaan Aisatsu di

masyarakat tersebut, semakin masyarakat menghargainya, dan semakin besar pula

penghargaan yang akan diterimanya. Fungsi dari Aisatsu bukanlah untuk

membuat suatu hubungan baru dengan seseorang, melainkan lebih untuk menjaga

hubungan yang selama ini telah dibangun.

Ibuki (1981:30) menyebutkan bahwa setidaknya terdapat 5 fungsi Aisatsu,

yaitu:

1. 共 体意識 確認 ( kyoudoutai ishiki no kakunin), yaitu penegasan

kesadaran hidup bermasyarakat.

2. い (negirai), yaitu penghargaan. Dengan mengucapkan Aisatsu

(38)

3. 好意 表示 ( koui no hyouji), yaitu menunjukkan niat baik penutur.

4. 幸福 祈願 (koufuku no kigan), yaitu mendoakan kebahagiaan mitra tutur,

dan

5. 許 容 請 願 (kyoyou no seigan), yaitu bukti dari adanya toleransi

bermasyarakat.

2.4 Jenis-Jenis Aisatsu Bahasa Jepang

Berdasarkan pada pengertian Aisatsu yang terdapat pada kamus Kojien,

Aisatsu dibedakan menjadi deai no aisatsu, yaitu kata salam yang diucapkan

ketika bertemu dengan seseorang, dan wakare no aisatsu, katas salam yang

diucapkan ketika berpisah dengan seseorang.

Sedangkan Mizutani (1983:14) membagi Aisatsu menjadi 3 jenis, yaitu:

1. Aisatsu ketika bertemu dengan seseorang. Misal, ketika bertemu seseorang

di pagi hari maka akan mengucapkan う い .

2. Aisatsu yang berhubungan dengan awal atau akhir dari suatu peristiwa.

Sebagai contoh, orang Jepang akan mengucapkan う ketika

berpisah dengan lawan bicaranya.

3. Aisatsu yang digunakan dalam acara-acara formal seperti pidato ucapan

selamat ataupun ucapan bela sungkawa.

Aisatsu dikelompokkan dengan lebih rinci oleh Okuyama (2001:88) yang

dituliskan dalam bukunya, Aisatsu Go Jiten. Di dalam buku ini, Okuyama

(39)

1) Nichijou Aisatsu atau Aisatsu yang digunakan di dalam kehidupan

sehari-hari. Aisatsu ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu aisatsu yang digunakan di

dalam rumah dan yang digunakan di luar rumah. Contoh Aisatsu yang

termasuk kategori ini antara lain:

a. う

Ohayou.

Selamat pagi!

b.

Konnichiwa.

Selamat siang!

2) Aisatsu yang berhubugan dengan bahasa sopan. Ini digunakan misalnya

ketika bertemu dengan seseorang untuk pertama kalinya ataupun dengan

seseorang yang status sosialnya lebih tinggi daripada si pembicara.

a. う あ う い

Kono tabi wa doumo arigatou gozaimashita.

Terima kasih banyak atas bantuan Anda ketika itu.

b. 先 失礼

Osaki e shitsureishimasu.

Saya permisi terlebih dahulu.

3) Aisatsu berupa kata ganti panggil dan sahutan.

a. オイオイ

Oi Oi.

Oi Oi!

(40)

Moshi moshi.

Halo!

4) Aisatsu yang berhubungan dengan profesi. Misalnya Aisatsu yang

diucapkan oleh pembaca berita di televisi untuk menyapa pemirsa atau

yang digunakan pada pengumuman di pusat-pusat perbelanjaan, dan

sebagainya.

a. 本日 来店 い あ う い

Honjitsu wa goraiten kudasaimashite arigatou gozaimasu.

Terima kasih Anda telah mengunjungi toko kami.

b. い 本日 社内 伝え

Tadaima kara honjitsu no shanai nyusu o otsutaeshimasu.

Saya akan menyampaikan berita hari ini.

5) Aisatsu yang digunakan oleh pedagang. Aisatsu kategori ini dibedakan

dari kategori yang berhubungan dengan profesi, karena penggunaan

kata-kata yang sama sekali berbeda.

a. パ パ 出来 ホ ホ

Pan ya pan.dekitate no hoya hoya.

Roti, roti. Roti hangat yang baru saja dibuat lho.

b. う 花 要 花 う

Ohayousan, ohana wa irimasenka. Ohana wa dou desuka.

Selamat pagi. Bu, beli bunganya Bu.

6) Aisatsu berupa kata ganti panggil.

a. 父

(41)

Ayah!

b.

Yumi san.

(42)

BAB III

ANALISIS SEMANTIK KATA SALAM (AISATSU) DALAM BUKU BIJINESU NIHONGO DRILLS KARYA MATSUMOTO SETSUKO DKK

3.1 Penjelasan tentang Isi Buku Bijinesu Nihongo Drills Karya Matsumoto Setsuko dkk

Dalam penulisan skripsi ini, digunakan sumber data yaitu buku Bijinesu

Nihongo Drills karangan Matsumoto Setsuko Dkk. Buku yang diterbitkan oleh

UNICOM Inc ini merupakan buku panduan yang memaparkan tentang bahasa

Jepang bisnis dan etika bisnis. Alasan penulis memilih buku ini sebagai sumber

data adalah dikarenakan di dalam buku ini, terdapat dialog-dialog bisnis seperti

dialog antara karyawan dengan atasannya dan juga dialog antara karyawan dengan

rekan bisnis dari perusahaan lain. Selain itu, situasi-situasi penggunaan Aisatsu

yang muncul di dalam buku ini juga bervariasi dan cukup lengkap sehingga

memungkinkan untuk dapat dijadikan bahan untuk menganalisis situasi

penggunaan Aisatsu di dalam skripsi ini.

Buku ini juga merupakan buku panduan bisnis Jepang yang

diperuntukkan untuk orang asing dengan tujuan untuk membantu orang asing

yang ingin mengembangkan bahasa jepang bisnisnya maupun mempelajari etika

dalam berbisnis di Jepang.

Di buku ini terdapat banyak dialog antara karyawan di dalam perusahaan

Jepang maupun dialog dengan atasan ataupun rekan bisnis. Adapun tokoh yang

(43)

1. Terry Smith (テ )

Adalah karyawan departemen penjualan perusahaan YES yang merupakan

orang asing. . Atasannya adalah Yamakawa Buchou.

2. Yamakawa Buchou (山川部長)

Adalah kepala bagian departemen penjualan perusahaan YES yang

merupakan atasan ( 司 ) Terry Smith dan Ryu Gen.

3. Tanaka Buchou (田中部長)

Adalah kepala bagian departemen penjualan perusahaan mobil Nissa (yang

merupakan rekan bisnis perusahaan YES).

4. Ryu Gen ( ウ )

Adalah pegawai baru di departemen penjualan perushaan YES. Atasannya

adalah Yamakawa Buchou.

5. Klien/rekan bisnis ( 引先人)

Rekan bisnis perusahaan YES yang sering ditemui oleh Terry.

6. Buchou (部長)

Atasan Terry dan Ryu yang berasal dari departemen lain.

Ragam bahasa yang terdapat di dalam dialog buku Bijinesu Nihongo

Drills adalah ragam formal. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Abdul

Chaer dan Leonie Agustina bahwa ragam atau gaya resmi (formal) adalah variasi

bahasa yang digunakan dalam pidato kenegaraan, rapat dinas, surat-menyurat

dinas, ceramah keagamaan, buku-buku pelajaran, ataupun ketika sedang berada di

(44)

sama dengan ragam bahasa baku atau standar yang hanya digunakan pada

tempat-tempat resmi. Jadi, percakapan teman yang sudah karib atau percakapan dalam

keluarga tidak menggunakan ragam resmi ini. Tetapi pembicaraan dalam acara

peminangan, pembicaraan dengan atasan, atau diskusi dalam ruang kuliah

menggunakan ragam resmi ini.

Ketika berinteraksi dan melakukan komunikasi dengan atasan maupun

rekan bisnis di perusahaan Jepang, terdapat berbagai jenis kata salam yang

digunakan tergantung dimana, kapan, tujuan dan dengan siapa kita berinteraksi.

Semua pun harus diperhatikan dengan baik mengingat Aisatsu sangat penting

dalam dunia bisnis Jepang.

Di dalam skripsi ini, penulis akan membahas kesepuluh Aisatsu dalam

buku Bijinesu Nihongo Drills secara berurutan yaitu.

1. 初 目 掛 6. 疲 様 い

2. 願い申 7. 失礼い

3. い 御世話 8. 申 訳 い

4. 行 参 9. 恐 入

5. 戻 10. あ う い

3.2. Salam 初 目 掛 ’Hajimete Omenikakarimasu’

Hajimete Omenikakarimasu merupakan salam yang sering digunakan dalam

situasi bisnis saat memperkenalkan diri. Biasanya saat memperkenalkan diri

dalam kehidupan sehari-hari digunakan kata salam

(45)

cukup sopan ( 寧 足 い) dan harus digunakan kata salam Hajimete

OmeniKakarimasu.

Kata salam Hajimete Omenikakarimasu tersusun dari Adverbia 初

( ) dan verba御目 掛 ( ).

- 初 ’Hajimete’ menurut Matsumura (2006:261) mempunyai makna :

(1) 最初 状 あ わ あ あ 最

’Saisho ni sono jōtai ni naru koto wo arawasu. Arata ni. Atarashiku.

Saisho ni’. ‘Menjelaskan keadaan yang terjadi untuk pertama kali. Baru.

Pertama kali.’

(2) い い 経過 あ 状 表 う

’Iroiro keika ga atte sono jōtai ni naru koto o arawasu. Yōyaku’.

‘Menjelaskan suatu keadaaan setelah melewati berbagai macam proses.

Akhirnya.’

- 御目 掛 ‘Omenikakarimasu’ menurut Matsumoto (2007:175) merupakan bentuk merendahkan diri (謙譲語 Kenjoogo) dari verba 会い

aimasu’. Dengan kata lain, Omenikakarimasu mempunyai makna yang

sama dengan aimasu (bentuk kamusnya: 会う’au’) yaitu “bertemu; ketemu;

berjumpa” bersua; menemui.” (Matsuura,1994: 618).

Jika diterjemahkan menurut kanjinya (kata per kata), Hajimete

Omenikakarimasu mempunyai makna “ini pertama kalinya bertemu”, “pertemuan

(46)

Salam Hajimete Omenikakarimasu menurut Nishio (2003:224) :

初 会 目 人 対 用い 寧 挨拶表現 初 会い

相当 目 掛 相手 視界

入 いう意味 自分 表現

‘Hajimete atta meue no hito ni taishite mochiiru teinei na aisatsu hyōgen.

`Hajimete o ai shimasu' matawa `hajimemashite' ni sōtō suru. `Menikakaru' ga

aite no shikai ni hairu to iu imi de jibun o sageru hyōgen’.

“Merupakan ungkapan salam yang sopan kepada atasan atau orang yang

kedudukannya lebih tinggi saat pertama kali bertemu . Ungkapan ini setara

dengan kata salam “Hajimete Oai Shimasu” ataupun “Hajimemashite”. Kata “Me

ni Kakaru” merupakan ungkapan untuk merendahkan diri sendiri dan mempunyai

makna “kita masuk ke dalam penglihatan mitra turur”

Matsumoto dkk (2007: 16) juga menyebutkan:

初 社 人 会う時 初 初 目

ほ う 寧 ’Hajimete tasha no hito ni au toki, `hajimemashite' yori

`hajimete omenikakarimasu' no hō ga teinei‘.

“Dibandingkan dengan Hajimemashite, lebih sopan jika digunakan Hajimete

Omenikakarimasu saat bertemu pertama kalinya dengan karyawan dari

perusahaan lain.”

Sesuai dengan penjelasan di atas, maka kata salam Hajimete

(47)

SITUASI 1: Kata salam yang digunakan sebagai salam perkenalan diri saat penutur bertemu untuk yang pertama kalinya dengan atasan atau orang yang

jabatannya lebih tinggi.

SITUASI 2: Kata salam yang digunakan sebagai salam perkenalan diri saat penutur bertemu dengan karyawan perusahaan lain untuk yang pertama kalinya.

Kata salam yang lebih sopan daripada Hajimemashite.

Berikut adalah beberapa dialog yang diambil dari Buku Bijinesu Nihongo Drills.

Dialog 1:

Terry bertemu dengan Tanaka Buchou dari perusahaan Nissa untuk pertama

kalinya.

テ :初 目 YES テ

申 う 願い申

田中部長 :初 ッサ 田中 い

(Hal 17)

Ter : Hajimete omenikakarimasu. YES no Ter Sumisu to

mōshimasu. Dōzo yoroshiku onegai mōshiagemasu.

Tanaka buchō : Hajimemashite, Nissa no Tanaka de gozaimasu.

Terry : Perkenalkan. Nama saya Terry Smith dari perusahaan YES.

Mohon bantuannya.

(48)

Analisis :

Dalam dialog ini, Terry memperkenalkan diri kepada Tanaka Buchou dari

perusahaan Nissa untuk pertama kalinya. Di dalam situasi dialog ini, Terry harus

menggunakan kata salam perkenalan diri yakni Hajimete Omenikakarimasu

kepada Tanaka Buchou yang mempunyai jabatan yang lebih tinggi darinya,

walaupun Tanaka Buchou berasal dari perusahaan lain. Situasi ini merupakan

SITUASI 1 dimana Terry yang bertemu pertama kalinya dengan orang yang mempunyai jabatan lebih tinggi darinya dalam situasi bisnis arus

memperkenalakan diri menggunakan Hajimete Omenikakarimasu.

Sebaliknya, sesuai dengan yang telah disebutkan di penjelasan di atas, kata salam

Hajimete OmeniKakarimasu hanya diucapkan kepada orang yang jabatannya

lebih tinggi ataupun atasan sendiri. Maka dari itu, Tanaka Buchou tidak menjawab

salam perkenalan Terry dengan Hajimete OmeniKakarimasu melainkan hanya

salam Hajimemashite.

Dialog 2:

Terry memperkenalkan Yamakawa Buchou, kepala bagian dari perusahaannya

kepada Tanaka Buchou yang berasal dari perusahaan Nissa.

テ :田中部長 弊社 営業部長 山川 い

山川部長 :初 目 山川 い

う 願いい

田中部長 :初 ッサ 田中 い

う 願いい

(49)

Ter : Tanaka buchō, heisha no eigyō buchō no Yamakawa de

gozaimasu.

Yamakawa Buchō : Hajimete omenikakarimasu. Yamakawa de gozaimasu.

Dōzo yoroshiku onegai itashimasu.

Tanaka Buchō : Hajimemashite, Nissa no Tanaka de gozaimasu.

Dōzo yoroshiku onegai itashimasu.

Terry : Pak Tanaka, ini adalah Pak Yamakawa, kepala bagian

dari Departemen penjualan perusahaan kami.

Yamakawa Buchou : Perkenalkan. Saya Yamakawa.

Mohon bantuannya.

Tanaka Buchou : Perkenalkan, saya Tanaka dari perusahaan Nissa.

Mohon bantuannya.

Analisis :

Dalam dialog ini, Terry memperkenalkan Yamakawa Buchou, kepala bagian dari

perusahaannya (atasannya) kepada Tanaka Buchou yang berasal dari perusahaan

Nissa. Setelah diperkenalkan oleh Terry, Yamakawa Buchou yang pertama kali

bertemu dengan Tanaka Buchou mengucapkan salam Hajimete Omenikakarimasu.

Ini merupakan SITUASI 2 dimana walaupun Pak Yamakawa dan Pak Tanaka mempunyai jabatan yang setara yakni sama-sama kepala bagian dari perusahaan

masing-masing, Pak Yamakawa tetap menggunakan Hajimete OmeniKakarimasu

(50)

Yang perlu diperhatikan disini adalah Pak Tanaka tidak menjawab dengan

menggunakan Hajimete Omenikakarimasu melainkan hanya dengan

Hajimemashite. Hal ini dikarenakan makna dari Hajimete Omenikakarimasu

adalah “ini pertama kalinya bertemu” sehingga akan terasa janggal jka diucapkan

dua kali dalam situasi yang sama. Oleh karena itu , Pak Tanaka hanya membalas

salam Pak Yamakawa dengan Hajimemashite.

Dialog 3:

Terry mengucapkan salam perkenalan diri kepada kepala bagian dari perusahaan

rekan bisnisnya sambil menyerahkan kartu namanya kepada kepala bagian

tersebut.

テ :初 目 YES テ 申

( 刺 出 ) 願いい

部長 : 部長 田中 申

願いい

テ :( 刺 ) う い

部長 : う い

テ :失礼い

(Hal 85)

Ter : Hajimete omenikakarimasu. YES no Ter Sumisu to mōshimasu.

Yoroshikuonega tashimasu.

Buchō : Sumisu-san desune. Buchō no Tanaka to mōshimasu.

(51)

Ter : (Meishi o uketoru) chōdai shimasu.

Buchō : Dōzo o suwari kudasai.

Ter : Shitsurei itashimasu.

Terry : Perkenalkan. Saya Terry dari perusahaan YES. (memberikan

kartu nama) Senang bertemu dengan anda.

Kepala Bagian : Pak Smith, Nama saya Tanaka kepala bagian disini.

Senang bertemu dengan anda.

Terry : (menerima kartu nama) Terima kasih.

Kepala Bagian : Silakan duduk

Terry : Permisi.

Analisis :

Dalam dialog ini, Terry sebagai pegawai perusahaan YES memperkenalkan diri

untuk yang pertama kali kepada kepala bagian dari perusahaan yang merupakan

rekan bisnisnya. Terry yang jabatannya hanya sebagai pegawai biasa harus

menggunakan kata salam Hajimete Omenikakarimasu yang mempunyai tingkat

kesopanan yang lebih tinggi dari Hajimemashite kepada kepala bagian. Situasi

dalam dialog ini sesuai dengan SITUASI 1 yakni digunakan kepada orang yang mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dan juga SITUASI 2 yakni digunakan kepada rekan bisnis yang berasal dari perusahaan lain.

Yang perlu diperhatikan adalah Kepala bagian tidak membalas kata salam Terry

dengan kata Hajimemashite ataupun dengan Hajimete Omenikakarimasu

(52)

kedudukannya yang lebih tinggi dari Terry dan juga situasi yang terjadi adalah

Terry telah menyerahkan kartu namanya kepada kepala bagian sehingga kepala

bagian merespon dengan mengambil kartu nama tersebut dan memperkenalkan

namanya secara langsung kepada Terry.

3.3Salam 願い申 ’Dōzo Yoroshiku Onegai

Mōshiagemasu’

Sama seperti kata salam Hajimemashite yang sering diikuti dengan

pengucapan kata Dōzo Yoroshiku Onegai Shimasu (Nichijō Aisatsu), di dalam

situasi bisnis, Kata salam Hajimete Omenikakarimasu juga sering diikuti dengan

pengucapan kata salam Dōzo Yoroshiku Onegai Mōshiagemasu.

Kata salam Dōzo Yoroshiku Onegai Mōushiagemasu tersusun dari adverbia

う ‘Dōzo’dan宜 ‘Yoroshiku’ nomina 願い‘Onegai’ dan verba申

Mōshiagemasu’.

- う ‘Dōzo’ di dalam Matsumura (2006:158) mempunyai makna :

(1) 寧 頼 自分 願い え 欲 い 祈

用い 語 う

(2) 相手 動作 物 勧 用い 語

(1 ) Teinei ni mono o tanomu toki, mata jibun no negai o kanaete hosh to inoru

toki ni mochiiru go. Dōka.

(53)

(1) Kata yang digunakan ketika meminta sesuatu dengan sopan. Juga saat

ketika anda memita sesuatu untuk hal untuk dikabulkan dalam doa. Semoga.

(2) Kata yang digunakan saat mendorong atau menyemangati perilaku lawan

bicara atau saat ingin merekomendasikan sesuatu.

- ‘Yoroshiku’ di dalam Matsumura (2006:1187) mempunyai makna :

(1) 適当 う い具合

(2) 相手 便宜 う 相手 好意 乞い

意 用い 語 ういう気持 言う挨拶語

(3) 当然

(1 ) Tekitō ni. Umai guai ni.

(2 ) Aite ni bengi o hakaratte morau toki nado ni, aite no kōi o koi unagasu i de

mochiiru go. Mata, sōiu kimochi o komete iu aisatsu-go.

(3 ) Tōzen. Zehitomo

(1) Dengan tepat, kondisi yang bagus.

(2) Kata salam yang diucapkan saat memiliki maksud tertentu kepada lawan bi

cara, atau saat ingin mendukung suatu niat dari lawan bicara.

(3) Pasti. Sudah tentu.

- ‘Onegai’ di dalam Nishio (2003:766) mempunyai makna : 依頼 希望 要望 幅広 表 言葉 ’Irai ya, kibō ya, yōbō no koto o

habahiroku arawasu kotoba’. Kata yang menunjukkan permintaan, harapan, dan

(54)

- ‘Mōshiagemasu’ di dalam Matsumoto (2007:175) merupakan bentuk merendahkan diri 謙 譲 語’Kenjoogo’ dari verba 言 い ’Iimasu’.

Dengan kata lain, Mōshiagemasu mempunyai makna yang sama dengan iimasu

yang bentuk kamusnya 辞 書 形 ‘Jishōkei’ adalah 言 う ‘iu’ yaitu “berkata;

membilang; mengomong”, “menyebutkan; menceritakan; memberitahukan;

menyuruh”, “bernama; dinamakan” (Matsuura, 1994:1015).

Jika diterjemahkan menurut kanjinya (kata per kata), Dōzo Yoroshiku Onegai

Mōshiagemasu mempunyai makna “Saya mengucapkan mohon bantuannya”

Salam Yoroshiku Onegai Moushiagemasu menurut Nishio (2003:1198) :

相手 頼 際 言い回 初対面 相手 対 挨拶

用い 多い 段 言い方

Aite ni tanomi-goto o suru sai no iimawashi. Shotaimen no aite ni taisuru aisatsu

toshite mo mochiirareru koto ga ōi. Ichidan to herikudatta iikata.’

Ungkapan yang digunakan ketika mempunyai permohonan terhadap lawan bicara.

Selain itu, banyak digunakan sebagai salam kepada pihak lain pada pertemuan

pertama kali. Ini adalah cara bicara untuk merendahkan diri di hadapan pembicara.

Matsumoto dkk (2007:15,19) juga menyebutkan:

自己紹 う 寧 足

い う 願い申 使う

願い申 願い致 寧 表

(55)

(1) Jiko shōkai no toki,`dōzo yoroshiku' dake de wa teinei-sa ga tarinainode

`dōzo yoroshiku onegai mōshiagemasu' o tsukau.

(2) Onegai mōshiagemasu' wa `onegaiitashimasu' yori mo teineina hyōgen.

(1) Saat memperkenalkan diri, “Dōzo Yoroshiku” tidak cukup sopan

sehingga digunakan “Dōzo Yoroshiku Onegai Mōshiagemasu”.

(2) Ungkapan “Onegai Mōshiagemasu” bahkan lebih sopan dibandingkan

“Onegai Itashimasu”.

Menurut penjelasan diatas, maka kata salam Dōzo Yoroshiku Onegai

Mōshiagemasu dapat digunakan pada situasi atau konteks sebagai berikut:

SITUASI : Kata salam yang digunakan saat mempunyai permohonan terhadap lawan bicara dan mengandung konteks merendahkan diri di hadapan pembicara.

Sering digunakan sebagai salam pertemuan saat penutur bertemu lawan bicara

untuk yang pertama kali dan merupakan kata salam yang lebih sopan daripada

Onegai Itashimasu.

Berikut adalah beberapa dialog yang diambil dari Buku Bijinesu Nihongo Drills.

Dialog 1:

Terry memperkenalkan dirinya untuk pertama kali dihadapan rekan bisnis di luar

perusahaan (社外).

テ :私 YES テ 申

う 願い申

(Hal 15)

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Marhaenisme merupakan suatu teori yang berkembang pada era kapitalisme berwujud imperialisme dan kolonialisme di Indonesia pada awal abad ke-20, yang dirumuskan oleh Soekarno

Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Asam Sitrat Melalui Proses Fermentasi Kulit Buah Nenas.. Dengan Kapasitas

b. Gesekan berlebihan jika sebuah batang diputar. Kebocoran jika sebuah katup ditutup. Batang-batang rusak, bengkok atau tidak lurus. Kotak-kotak gasket bocor. Pelumas yang

Web adalah sebagai kumpulan halaman–halaman yang digunakan untuk menampilkan informasi teks, gambar diam atau gerak, animasi, suara dan atau gabungan dari semuanya

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan “ Citraan atau imaji apasajakah yang terdapat dalam lima sajak pada kumpulan puisi Terkenang Topeng Betawi karya Ajip Rosidi..

Besarnya perhatian masyarakat akan dunia kecantikan membuat usaha dibidang jasa pelayanan ini merupakan salah satu yang mempunyai daya saing yang tinggi untuk dapat menarik

Universitas Sumatera Utara... Universitas