BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Ulkus diabetikum pada penderita diabetes melitus merupakan komplikasi kronis berupa makroangiopati dan mikroangiopati yang paling sering kita jumpai diakibatkan insufisiensi vaskuler dan neuropati.1 Ulkus dekubitus merupakan dekstruksi jaringan lokal yang cenderung terjadi ketika jaringan lunak tertekan diantara tonjolan tulang dengan permukaan eksternal dalam jangka waktu yang lama sehingga terjadi gangguan mikro sirkulasi jaringan lokal dan mengakibatkan hipoksia jaringan.2 Patogenesis yang kompleks pada kedua ulkus menyebabkan intervensi yang harus dilakukan dalam pengobatan ulkus saat ini juga harus difokuskan untuk berbagai penyebab terbentuknya ulkus seperti infeksi, iskemik perifer, penekanan yang tidak normal pada salah satu sisi, mobilitas yang terbatas, neuropati dan lain-lain. Walaupun telah dilakukan beberapa terapi pada ulkus tersebut, ulkus dapat menjadi luka kronis.1
pada fase inflamasi dan proliferasi, kegagalan re-epitelisasi dan defek pada fase
remodelling dari proses penyembuhan luka.7 Bentuk luka kronis yang terbanyak
pada manusia adalah ulkus diabetikum, ulkus dekubitus dan ulkus venosum.3,7 Luka kronis ataupun ulkus secara signifikan telah menjadi beban bagi para pasien, pelayan medis profesional dan sistem pelayanan kesehatan. Di Amerika, dijumpai sekitar 5,7 juta pasien dengan biaya yang diprediksikan mencapai hingga 20 milyar dolar setiap tahunnya.8
Penyembuhan luka merupakan proses yang sangat kompleks dan telah menjadi subjek penelitian selama lebih dari 120 tahun. Beberapa temuan baru dalam bidang mikrobiologi yang diperoleh dalam tahun-tahun terakhir ini telah memberikan wawasan yang lebih besar ke dalam proses biologis yang terlibat.9 Penyembuhan luka merupakan suatu proses kompleks dan dinamis yang melibatkan interaksi terkoordinir antara sel-sel dan matriks ekstraselular hingga terjadi pemulihan morfologi dan fungsional dari jaringan yang cedera.4 Proses penyembuhan luka secara lengkap memerlukan waktu selama 3-14 hari yang terbagi atas beberapa fase yaitu; fase inflamasi, fase proliferasi dan fase remodelling.4,7,8,9,10
mendasarinya. Defisiensi gizi yang berhubungan dengan proses penyembuhan luka yang terhambat antara lain penurunan kadar protein, deplesi/defisiensi karbohidrat, penurunan kadar asam amino, defisiensi vitamin (A,C,E), defisiensi trace element (zinc, besi,dll).11
Zinc merupakan trace element esensial pada tubuh manusia. Zinc diperlukan untuk fungsi normal dari semua sistem kehidupan manusia. Zinc berfungsi sebagai ko-faktor dalam banyak faktor transkripsi dan sistem enzim. Zinc juga merupakan ko-faktor penting dalam pertumbuhan dan replikasi sel normal serta juga terlibat pada lebih dari 100 reaksi enzimatik yang berbeda.11,12 Defisiensi zinc dapat kita temukan dalam praktek medis saat ini. Defisiensi zinc pertama kali dilaporkan di tahun 1960 pada seorang pria usia 21 tahun yang disertai gejala retardasi pertumbuhan.13 Defisiensi zinc sering dijumpai terutama pada kasus pasien dengan luka bakar yang luas, ekskresi keringat berlebihan, trauma bedah yang berat, alkoholisme kronis, sirosis hepatis, dan fistula gastrointestinal dan penyembuhan luka yang terhambat.11 Kekurangan zinc juga lazim dijumpai pada lansia dan akan berhubungan terhadap gangguan sistem imunitas pada usia tua.14 Dikarenakan asupan makanan merupakan sumber utama dari zinc, maka faktor risiko defisiensi zinc juga dapat terjadi pada orang dengan diet vegetarian atau diet penghindaran makan daging merah.15
Zinc sebagai kofaktor pada sejumlah faktor transkripsi dan sistem enzim termasuk zinc-dependent matrix metalloproteinases (MMPs). Enzim MMP ini memegang peranan penting dalam proses migrasi keratinosit dan
auto-debridement.12 Zinc juga merupakan ko-faktor untuk produksi DNA polimerase,
protein, sintesis DNA dan proliferasi sel. Zinc juga berhubungan dalam banyak aspek dari respon imun termasuk fagositosis, imunitas selular dan hormonal.15,16 Kadar zinc yang lebih rendah dari 100 μg/L berhubungan dengan kegagalan dalam proses penyembuhan luka.17
Rahman et al. (2013) melakukan penelitian tentang efektifitas pemberian zinc atau vitamin D3 pada proses penyembuhan luka pasien ulkus diabetikum. Penelitian ini dilakukan pada 45 pasien dengan membandingkan efek terapi pemberian zinc (15 orang), vitamin D3 (15 orang) dan kontrol (15 orang). Didapatkan hasil secara signifikan adanya pengurangan luas ulkus dalam pemberian zinc selama 4 minggu dibanding kontrol (73,83% vs 32,06%).18
Desneves et al. (2005) melakukan penelitian terhadap 16 pasien dengan ulkus dekubitus yang dibagi atas tiga kelompok. Kelompok pertama menerima makanan normal kalori, kelompok kedua menerima makanan tinggi kalori dan tinggi protein dan kelompok ketiga menerima makanan dengan tinggi kalori-protein ditambah pemberian suplemen arginin, vitamin C dan zinc. Didapatkan proses penyembuhan yang lebih cepat pada kelompok ketiga dibandingkan dua kelompok lainnya (nilai PUSH 2,6 (kelompok ketiga) vs 7,0 (kelompok pertama) vs 6,0 (kelompok kedua)).19
Dorner et al. (2009) menyatakan bahwa belum adanya penelitian yang dapat menunjukkan adanya efek pemberian suplemen zinc dalam meningkatkan proses penyembuhan pada ulkus dekubitus.20
pada ulkus diabetikum gradasi 3-4 dibandingkan gradasi 1-2 dan populasi normal.21
Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian mengenai kadar zinc pada penderita ulkus diabetikum dan ulkus dekubitus masih terbatas dan kontroversial sehingga peneliti berminat untuk melakukan penelitian tentang gambaran kadar zinc plasma pada penderita ulkus diabetikum dan ulkus dekubitus.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana profil kadar zinc plasma pada penderita ulkus diabetikum dan ulkus dekubitus di RSUP. H. Adam Malik Medan.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum : Mengetahui kadar zinc plasma pada penderita ulkus diabetikum dan ulkus dekubitus yang dirawat di RSUP. H. Adam Malik Medan
1.3.2 Tujuan khusus :
1. Untuk mengetahui gambaran kadar zinc berdasarkan distribusi umur, jenis kelamin pada penderita ulkus diabetikum dan ulkus dekubitus
2. Untuk mengetahui kadar zinc plasma pada penderita ulkus diabetikum
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat dalam bidang akademik : untuk membuka wawasan mengenai kadar zinc dalam plasma pada penderita ulkus diabetikum dan ulkus dekubitus.
1.4.2. Manfaat dalam pelayanan masyarakat : menjadi landasan pendekatan terapi untuk pentingnya diet kaya zinc pada penderita ulkus diabetikum dan ulkus dekubitus.