PERENCANAAN BISNIS MINYAK GORENG KELAPA MELALUI PENDEKATAN WIRAKOPERASI
DI KABUPATEN BOGOR
FEBER FEBRIANTO NUGROHO
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perencanaan Bisnis Minyak Goreng Kelapa melalui Pendekatan Wirakoperasi di Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2015
Feber Febrianto Nugroho
NIM H34110026
*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.
ABSTRAK
FEBER FEBRIANTO NUGROHO. Perencanaan Bisnis Minyak Goreng Kelapa melalui Pendekatan Wirakoperasi di Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh LUKMAN MOHAMMAD BAGA.
Kelapa atau Cocos nucifera merupakan tanaman perkebunan yang memiliki berbagai manfaat. Salah satu produk turunan buah kelapa adalah minyak goreng kelapa dengan kandungan asam laurat di dalamnya. Kandungan asam laurat sama seperti kandungan di dalam air susu ibu yang mampu membunuh virus, dan kuman parasit termasuk HIV dan Hepatitis C. Potensi bahan baku yang tinggi di Kabupaten Bogor dapat dijadikan peluang bisnis yang potensial jika dilakukan bisnis secara bersama atau dengan pendekatan wirakoperasi. Pendekatan wirakoperasi dapat menjadi lokomotif penggerak petani agar memiliki daya tawar tinggi, motivasi, etos kerja, kualitas, dan kuantitas yang meningkat. Pembuatan rencana pengolahan minyak goreng kelapa dengan pendekatan wirakoperasi menghasilkan bisnis yang layak sesuai kriteria investasi antara lain NPV yang dihasilkan Rp2.4 milyar, PP 1.8 tahun, dan Gross B/C 1.18. Pendapatan petani juga meningkat dengan seiring meningkatnya harga bahan baku kelapa
Kata kunci : kelapa, minyak goreng kelapa, perencanaan bisnis, wirakoperasi.
ABSTRACT
FEBER FEBRIANTO NUGROHO. Business Plan Coconut Cooking Oil with Cooperative Entrepreneur Approach in Bogor Regency. Supervised by MOHAMMAD LUKMAN BAGA.
Coconut or Cocos nucifera is a plantation crop that has a lot of benefits.
One of the coconut products is coconut cooking oil with lauric acid content in it.
This lauric acid content is the same as that found in breast milk that can kill viruses, parasites and germs, including HIV and Hepatitis C. The abundant raw material of coconuts in Bogor can be a potential business especially when run by coopertive entrepreneur. Cooperative entrepreuner approach can be the locomotive driving farmers to have higher bargaining power, motivation, work ethic, quality, and quantity. The design of coconut cooking oil processing plan using cooperative entrepreuner approach may create a viable business which meets investment criteria such as, Rp2.4 billion of NPV, 1.8 years Payback Periode, and Gross B / C 1.18. Farmers' income will also increase along with the increase of the raw materials price.
Keywords: business plan, coconut, coconut cooking oil, cooperative entrepreneur.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis
PERENCANAAN BISNIS MINYAK GORENG KELAPA MELALUI PENDEKATAN WIRAKOPERASI
DI KABUPATEN BOGOR
FEBER FEBRIANTO NUGROHO
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia- Nya sehingga karya tulis ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2014 sampai Maret 2015 ialah Perencanaan Bisnis, dengan judul Perencanaan Bisnis Minyak Goreng Kelapa melalui Pendekatan Wirakoperasi di Kabupaten Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Lukman M Baga, MA.Ec selaku pembimbing. Dalam kesempatan ini, penulis ingin ungkapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu, baik bantuan moril maupun materi, serta memberikan kritik, saran, dan dukungan dalam persiapan, pelaksanaan maupun penyusunan skripsi ini. Ungkapan terima kasih juga saya ucapkan kepada ayah, ibu, keluarga, serta sahabat, atas doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juni 2015
Feber Febrianto Nugroho
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 3
Tujuan Penelitian 4
Manfaat Penelitian 5
Ruang Lingkup 5
TINJAUAN PUSTAKA 5
KERANGKA PEMIKIRAN 7
Kerangka Pemikiran Teoritis 7
Kerangka Pemikiran Operasional 17
METODE PENELITIAN 20
Waktu dan Tempat Penelitian 20
Jenis dan Sumber Data 20
Metode Pengumpulan Data 20
Metode Analisis Data 20
GAMBARAN UMUM USAHA 25
Profil Usaha 25
Lokasi Usaha 26
ANALISIS SITUASIONAL 27
Industri Minyak Goreng Kelapa 27
Analisis Pasar 27
Analisis Pesaing 29
Analisis Produksi 30
Analisis Manajemen 31
Analisis Five Force 31
RENCANA BISNIS 33
Asumsi Dasar 33
Strategi Pemasaran 34
Rencana Teknis dan Teknologi 37
Rencana Manajemen 47
Risiko Bisnis 53
Rencana Keuangan 55
SIMPULAN DAN SARAN 59
Simpulan 59
Saran 59
DAFTAR PUSTAKA 60
LAMPIRAN 62
DAFTAR TABEL
1 Produksi kelapa berdasarkan negara tahun 2012 1
2 Realisasi ekspor minyak kelapa kasar Indonesia 2008 - 2012 2 3 Luas dan produksi kelapa perkebunan rakyat Kabupaten Bogor menurut
lima kecamatan dengan produksi kelapa tertinggi 2
4 Bentuk cash flow 24
5 Format laporan laba rugi 24
6 Rincian kebutuhan tenaga kerja berdasarkan deskripsi kerja 46
7 Kandungan minyak goreng sesuai SNI 47
8 Upah dan gaji karyawan 51
9 Keuntungan petani, wirakoperasi, dan penanam modal 53
10 Biaya investasi awal usaha 55
11 Modal awal 57
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka operasional 19
2 Tipe Risiko 22
3 Logo Koperasi Kelapa Jaya 25
4 Realisasi Impor Minyak Goreng Kasar 2005-2007 27 5 Jumlah kasus baru HIV berdasarkan tahun pelaporan 2006–2013 28
6 Diagram analisis Five Force 31
7 Minyak goreng kelapa 35
8 Rencana desain kemasan produk minyak goreng kelapa 35
9 Mesin pencungkil kelapa 38
10 Mesin parut kelapa 38
11 Mesin press kelapa 39
12 Mesin minyak goreng 40
13 Mesin penyaring minyak goreng 40
14 Mesin pengemas botol 41
15 Alir manajemen pengumpulan bahan baku 43
16 Tata letak pabrik pengolahan minyak goreng kelapa 44
17 Alir produksi 45
18 Struktur organisasi koperasi 48
19 Struktur organisasi unit usaha pengolahan minyak goreng 48
20 Diagram hubungan dan alir informasi 52
DAFTAR LAMPIRAN
1 Asumsi komponen biaya 62
2 Rincian biaya investasi alat produksi dan komponen pabrik 63
3 Rincian biaya investasi sarana perkantoran 63
4 Rincian biaya investasi bangunan dan infrastruktur 64
5 Rincian biaya investasi perizinan usaha 64
6 Rincian biaya penyusutan 65
7 Rincian biaya operasional tahun pertama 66
8 Rincian biaya operasional tahun selanjutnya 67
9 Asumsi komponen biaya tetap 67
10 Rincian biaya tetap komponen biaya tenaga kerja 68 11 Rincian biaya tetap komponen biaya kesekretariatan 68
12 Asumsi komponen biaya variabel 68
13 Rincian biaya variabel komponen biaya listrik 69 14 Penerimaan perusahaan pada tahun pertama (bulan pertama 80%) 69 15 Penerimaan perusahaan pada tahun selanjutnya 69
16 Arus kas proyeksi sepuluh tahun (Rp 000) 70
17 Laba rugi proyeksi sepuluh tahun (Rp 000) 71
18 Arus kas tahun pertama (Rp 000) 72
19 Bagi hasil (Rp 000) 73
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa atau Cocos nucifera dinilai sangat penting di negara-negara Asia Pasifik karena menghasilkan devisa dan membantu perekonomian rakyat. Pada tahun 1976, menurut FAO (Food and Agricultural Organization) Asia Pasifik menghasilkan 82 persen produksi kelapa dunia, dan sisanya dihasilkan oleh negara-negara Afrika dan Amerika Selatan (Suhardiyono 1988). Pada tahun 2012, produksi kelapa Tertinggi berasal dari negara Indonesia dengan produksi 18 juta metrik ton, lalu diikuti Filipina, India, Brasil, Srilanka, Vietnam, Thailand, Mexico, Papua New Guinea, dan Malaysia (FAOSTAT 2012).
Tabel 1 Produksi kelapa berdasarkan negara tahun 2012
Ranking Negara Produksi (metrik ton)
1 Indonesia 18 000 000
2 Filipina 15 862 386
3 India 10 560 000
4 Brasil 2 888 532
5 Sri Lanka 2 000 000
6 Vietnam 1 250 000
7 Thailand 1 100 000
8 Mexico 1 050 000
9 Papua New Guinea 900 000
10 Malaysia 606 530
Sumber : FAO Statistik (2012)
Perkebunan kelapa di Indonesia didominasi oleh perkebunan rakyat sebesar 98 persen (Awang 1991). Luas areal yang dimiliki mencapai 3.8 juta Ha menempati posisi pertama di dunia (APCC 2012). Walaupun menempati posisi pertama dalam hal luas areal dan produksi, Indonesia masih di bawah Filipina dalam pemanfaatan nilai tambah kelapa. Oleh karena itu, upaya pengolahan nilai tambah kelapa dengan cara melakukan pengembangan produk turunan berbahan baku kelapa. Upaya ini dilakukan untuk memanfaatkan sumber daya alam secara optimal untuk meningkatkan pendapatan petani dan menambah devisa negara.
Upaya pengolahan produk turunan produk kelapa ini akan tercipta aneka produk olahan lain yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi (Rindengan dan Novarianto 2004).
Produk olahan kelapa dapat berasal dari sabut kelapa, tempurung kelapa, air kelapa, dan daging buah kelapa. Salah satu produk olahan daging buah kelapa yang memiliki nilai ekonomi tinggi adalah minyak goreng kelapa. Minyak goreng kelapa dapat dihasilkan dari daging kelapa yang dikeringkan (kopra) atau dari daging buah segar. Kandungan minyak yang terdapat pada kopra lebih banyak yaitu sekitar 60-65 persen sedangkan di daging kelapa segar sekitar 43 persen
2
(Suhirman 2004). Minyak kelapa mengandung asam lemak jenuh justru merupakan asam lemak unik yang dikenal sebagai medium-chain fatty acid (MCFA) atau asam lemak rantai sedang. Tubuh mencerna MCFA secara berbeda dibandingkan dengan lemak lainnya. Ukuran molekul MCFA tergolong kecil sehingga tubuh hanya membutuhkan sedikit energi dan enzim. Sebesar 50 persen dari asam lemak jenuh tersebut berupa asam laurat (Enig 1999).
Minyak goreng kelapa dinilai penting karena salah satu minyak yang mengandung asam laurat (Enig 1999). Kandungan asam laurat ini setara dengan kandung asam laurat di air susu ibu. Khasiat yang dimilikinya sebagai antibiotik yang mampu membunuh virus, penyakit, dan kuman parasit termasuk HIV dan Hepatitis C (Budiarso 2003). Potensi minyak goreng kelapa di Indonesia terlihat dari posisi Indonesia sebagai negara pengekspor minyak goreng kelapa kedua tertinggi setelah Filipina. Ekspor minyak goreng kelapa Indonesia sudah ditujukan keempat puluh negara dengan jumlah ekspor yang hampir merata antara negara yang satu dengan negara lainnya (Ratri 2004). Ekspor yang setiap tahunnya memiliki kecenderungan naik sehingga memiliki peluang untuk dikembangkan.
Tabel 2 Realisasi ekspor minyak kelapa kasar Indonesia 2008-2012
Tahun Nilai (US$) Berat (kg)
2008 565 426 362 479 805 138
2009 267 906 506 409 043 243
2010 357 237 557 362 188 654
2011 530 941 612 324 244 127
2012 639 648 236 549 577 914
Sumber : Kementerian Perdagangan RI (2014)
Pengembangan minyak goreng kelapa membutuhkan ketersediaan bahan baku pembuatannya yaitu kopra atau daging kelapa segar. Kabupaten Bogor merupakan salah satu penghasil kelapa di Indonesia. Pada tahun 2013 luas lahan kelapa di Kabupaten Bogor seluas 6 716.61 Ha dengan total produksi kelapa mencapai 16 208.40 ton (BPS 2013). Lima kecamatan dengan produksi kelapa tertinggi di Kabupaten Bogor yaitu Kecamatan Ciampea, Leuwiliang, Gunung Sindur, Cibungbulang, dan Kelapa Nunggal. Potensi bahan baku yang tinggi serta masih minimnya pengusaha minyak goreng kelapa dapat dijadikan peluang usaha yang potensial.
Tabel 3 Luas dan produksi kelapa perkebunan rakyat kabupaten bogor menurut lima kecamatan dengan produksi kelapa tertinggi 2013
No Kecamatan Kelapa
Luas (Ha) Produksi (ton)
1 Ciampe 485.76 1 167.88
2 Leuwiliang 466.56 1 059.68
4 Gunung Sindur 404.10 997.65
3 Cibungbulang 463.41 983.03
5 Kelapa Nunggal 367.95 932.22
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor 2013
3 Potensi minyak goreng kelapa yang sangat besar dapat dijadikan modal dalam pengembangan bisnis pengolahan minyak goreng kelapa. Pengembangan bisnis pengolahan minyak goreng kelapa dapat berjalan dengan baik jika dilakukan secara bersama. Hal ini dikarenakan potensi bahan baku berasal dari perkebunan rakyat yang diusahakan secara individu oleh para petani. Pendekatan usaha bersama lebih dikenal dengan pendekatan cooperative entrepreuner atau yang lebih sering disebut wirakoperasi. Wirakoperasi adalah suatu sikap yang positif dalam melakukan usaha yang kooperatif, inovatif, dan memiliki keberanian dalam mengambil risiko, serta memegang prinsip identitas dari koperasi yang bertujuan mewujudkan terpenuhinya kebutuhan serta peningkatan kesejahteraan bersama (Hendar dan Kusnadi dalam Fajrian 2013). Wirakop adalah seorang wirausaha (entrepreneur) yang bukan hanya menjalankan bisnis sendiri melainkan bersama dengan puluhan atau bahkan ribuan anggotanya. Bukan hanya aspek bisnis yang diperhatikan dalam sikap wirakoperasi tetapi aspek organisasi koperasi, dimana tujuan dari kedua pengembangan tersebut adalah kesejahteraan para anggota koperasi (Baga 2009).
Secara sederhana wirakoperasi adalah motor penggerak dalam bidang bisnis ataupun organisasi koperasi yang membantu para anggota khususnya para petani kelapa untuk memiliki daya tawar, motivasi, etos kerja, kualitas dan kuantitas yang meningkat. Pendekatan wirakoperasi dan potensi yang dimiliki oleh minyak goreng kelapa harus melalui pengelolaan dengan baik, salah satunya dengan membuat suatu rencana bisnis untuk meningkatkan pengolahan minyak goreng kelapa yang sesuai dengan kriteria standar yang dibutuhkan oleh pasar
Perumusan Masalah
Pada masa sebelum orde baru sampai awal Pembangunan Jangka Panjang (PJP) tahap I, minyak goreng yang dikonsumsi masyarakat didominasi oleh minyak goreng kelapa. Namun, sejak tahun 1970 bersamaan dengan meningkatnya produksi kelapa sawit, minyak goreng kelapa mulai tergeser oleh minyak goreng kelapa sawit (Sumaryandu dan Rantetana dalam Ratri 2004).
Peningkatan produksi kelapa yang berjalan lambat mengakibatkan harga bahan baku minyak goreng kelapa lebih mahal, sehingga mempengaruhi biaya produksi dan harga jual minyak goreng kelapa (Ditjen Perkebunan 2002). Minyak goreng kelapa menempati posisi ke-9 dari total volume yang dihasilkan di dunia (APCC 2013). Meskipun begitu, minyak goreng kelapa masih memiliki potensi dilihat dari besarnya impor yang dilakukan oleh Indonesia. Pada tahun 2007 impor minyak goreng kelapa kasar sebesar 7.3 juta kg (Kementrian Perdagangan 2008).
Minyak kelapa biasa yang diproses secara tradisional umumnya sudah mengalami fermentasi selama lebih dari 12 jam. Namun pada umumnya selama proses fermentasi tidak terkontrol maka minyak yang dihasilkan pun mengandung asam lemak bebas dengan kadar air yang tinggi. Akibatnya, secara organoleptik minyak yang dihasilkan tidak berbau harum dan cepat tengik serta berwarna kuning kecoklatan. Daya simpan minyak pun kurang dari dua bulan (Rindengan dan Novarianto 2004).
4
Kepemilikan perkebunan kelapa di Indonesia terdiri dari tiga jenis kepemilikan yaitu perkebunan rakyat, perkebunan besar negara, dan perkebunan besar swasta. Perkebunan kelapa rakyat meliputi 98 persen dari perkebunan kelapa yang ada di Indonesia. Dengan persentase yang tinggi menjadikan tanaman kelapa adalah tanaman rakyat yang paling banyak diusahakan (Awang 1991).
Besarnya pengusahaan perkebunan kelapa secara individu oleh petani akan memunculkan hambatan dalam pengumpulan bahan baku, sehingga perlu adanya pengumpulan secara bersama agar ketersediaan bahan baku akan mudah dilakukan.
Melihat dari permasalahan yang terjadi, peran wirakoperasi sangat dibutuhkan untuk menjalankan usaha minyak goreng kelapa ini. Wirakoperasi akan menjadi jembatan informasi dalam pengumpulan secara kolektif bahan baku kelapa dari petani, penggunaan teknologi yang efektif dan efisien, serta teknik budidaya kelapa yang menunjang produksi minyak goreng kelapa.
Peran wirakoperasi bukan hanya sebagai pendorong para anggota untuk meningkatkan kesejahteraan tetapi berkaitan dengan motivasi, menyeimbangkan usaha dan organisasi koperasi, serta peran dalam menularkan sifat inovasi kepada para anggota untuk bersama menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi.
Oleh karena itu, wirakoperasi sangat dibutuhkan untuk menjembatani petani kelapa agar petani dapat memiliki pengetahuan untuk menjadikan bahan baku kelapa yang sesuai untuk diolah menjadi minyak goreng kelapa. Tidak hanya itu, dengan peran wirakoperasi bahan baku kelapa akan memiliki harga yang lebih tinggi karena diubah menjadi minyak goreng kelapa yang berkualitas dan dapat bersaing dengan produk sejenis.
Hasil dari peningkatan harga akan membuat petani memiliki daya tawar, motivasi, etos kerja, kualitas, dan kuantitas akan tanamannya yang semakin meningkat. Secara otomatis akan menimbulkan efek domino yang positif yaitu terciptanya rantai suplai (supply chain) antara pemasok, industri, dan pasar. Tidak akan terjadi jika para petani masih melakukan penjualan individu dan skala yang kecil. Hal ini berdampak pula pada tingkat kesejahteraan para petani itu sendiri.
Dari penjelasan tersebut, perumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Apakah rencana bisnis pengolahan minyak goreng berbahan baku kelapa dapat memberikan keuntungan dan meningkatkan kesejahteraan anggota koperasi?
2. Sejauh mana bisnis pengolahan minyak goreng kelapa dapat dikelola dengan sistem bersama melalui pendekatan wirakoperasi?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Menganalisis keuntungan yang diperoleh oleh anggota petani kelapa atas rencana bisnis pengolahan minyak goreng kelapa dengan pendekatan wirakoperasi.
2. Mengembangkan produk minyak goreng kelapa yang berkualitas dengan pendekatan wirakoperasi.
5 Manfaat Penelitian
1. Bagi petani kelapa di Kabupaten Bogor
Dengan adanya penelitian ini diharapkan petani dapat terbantu dari segi peningkatan pendapatan dan peningkatan kesejahteraan.
2. Bagi investor
Mendapatkan informasi mengenai potensi dan prospek minyak goreng kelapa sebagai acuan untuk keputusan berinvestasi.
Ruang Lingkup
Penelitian ini membahas mengenai potensi dan peluang bisnis minyak goreng kelapa dengan rencana bisnis yang berbasis wirakoperasi (cooperative enterpreneur). Perencanaan bisnis minyak goreng kelapa yang dilakukan di Kabupaten Bogor khususnya Kecamatan Ciampea. Pemilihan Kecamatan Ciampea dikarenakan potensi bahan baku yang besar dan berdekatan dengan pusat produksi kelapa lain yaitu Kecamatan Leuwiliang dan Kecamatan Cibungbulang.
Data potensi bahan baku yang besar didapat dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bogor.
Pendirian usaha pengolahan minyak goreng kelapa di Kabupaten Bogor diasumsikan menjadi bagian dari unit usaha koperasi yang telah berdiri. Asumsi koperasi tersebut adalah Koperasi Kelapa Jaya, koperasi tersebut dipilih karena telah berdiri di Kecamatan Ciampea sebagai tempat produksi minyak goreng kelapa. Usaha pengolahan minyak goreng kelapa akan dijadikan salah satu unit usaha koperasi, sehingga hal-hal yang berkaitan dengan pembentukan koperasi dan lain-lain tidak dijelaskan. Perencanaan bisnis ini hanya yang berkaitan dengan usaha pengolahan minyak goreng kelapa. Aspek perencanaan bisnis yang dianalisis terdiri atas aspek pasar, aspek teknis dan produksi, aspek operasional serta aspek keuangan. Seluruh aspek menggunakan data-data yang berasal dari berbagai penelitian terdahulu dan dari perusahaan penyedia alat-alat produksi.
TINJAUAN PUSTAKA
Pohon kelapa yang termasuk dalam keluarga Palmae adalah tanaman tropis yang penyebarannya banyak ditemukan di pantai (habitat asli). Pohon kelapa memiliki ciri-ciri umum yaitu batang tinggi besar, dasar membentuk bol, tinggi batang 15-18 m, mahkota terdiri dari 25-40 daun, dan terbuka penuh panjang daun 5-7 m. Pembungaan pohon kelapa lambat hingga 7-8 tahun, dan fase pembuahan selama 12 bulan. Pohon kelapa juga memiliki jumlah buah 6-12 buah per tandan dan dapat memiliki umur hidup hingga mencapai 90 tahun. Namun dalam
6
pengembangan budidayanya, pohon kelapa dapat ditemui hingga pedalaman. Ini menandakan pohon kelapa sangat toleran terhadap iklim mikro (tanah, air, udara, angin kencang, sinar matahari, dan terlebih hara tanah). Hal ini sangat berpengaruh terhadap kandungan minyak dan senyawa kimia lain yang mendukungnya (Suhardiman 1999).
Minyak kelapa telah ada sejak 4000 tahun lalu di India untuk dijadikan makanan untuk menyembuhkan penyakit. Minyak kelapa juga dijadikan obat penyembuh 69 penyakit di China lebih dari 2 000 tahun (Fife 2015). Kandungan yang terdapat pada minyak kelapa kebanyakan berupa kandungan asam lemak.
Kandungan asam lemak terdiri: asam lemak jenuh diperkirakan 91% (terdiri atas caproic, caprycil, capric, lauric, myristic, palmitic, stearic, dan arachidic) dan asam lemak tidak jenuh sekitar 9 persen (oleic dan linoleic). Sifat asam yang tidak jenuh akan mengakibatkan bau tengik bila terlalu lama disimpan, karena teroksidasi oleh udara (Suhirman 2004).
Manfaat minyak goreng kelapa sangat banyak, yaitu dapat menyembuhkan infeksi, obesitas, diabetes, bahkan kanker (Chomchalow 2011). Minyak goreng kelapa memiliki antioksidan tinggi sehingga dapat mengurangi bahaya radikal bebas, dan menjauhkan bahaya patogen atau racun karena di dalam minyak kelapa mengandung antimikrobakteria dan meningkatkan imunitas tubuh. Minyak goreng kelapa memiliki kandungan asam laurat tinggi dibandingkan dengan minyak lain.
Kandungan ini setara dengan kandung asam laurat di air susu ibu. Dengan khasiat yang dimiliki sebagai antibiotik yang mampu membunuh virus, penyakit, dan kuman parasit termasuk HIV dan Hepatitis C. Minyak goreng kelapa juga setelah dikonsumsi langsung diserap ke dalam dinding usus tanpa harus dihidrolisa dan melalui proses enzimatis, lalu selanjutnya masuk ke hati untuk melalui proses metabolisme. Minyak kelapa di dalam hati akan diproses untuk menghasilkan energi dan mengaktifkan kelenjar-kelenjar endoktrin, organ, dan jaringan tubuh (Budiarso 2003).
Penurunan kualitas minyak goreng kelapa dapat disebabkan oleh oksidasi, hidrolisis, polimerasi, pirolisis, dan menyerap rasa dan bau dari luar. Oksidasi bisa disebabkan oleh beberapa faktor yaitu ionisasi, bersentuhan dengan logam, dan metaloprotein, reaksi oksigen dengan lemak tidak jenuh, proses kimiawi, dan mekanisme enzimatis lainnya (Moigradean et al. 2012). Fadli (2011) menyatakan sistem pengolahan minyak goreng berbahan mentah kelapa dimulai dari penimbangan, pengumpulan di penampungan, pengadukan, pemasakan, penyaringan, pengepresan pertama, pengepresan kedua, penyimpanan dan pengepakan. Proses produksi telah menggunakan teknologi mulai dari pengadukan sampai pengepakan. Masalah-masalah yang dihadapi dalam usaha pengolahan minyak bahan mentah kelapa adalah masalah ketersediaan bahan baku, masalah bahan penunjang (bentonit), dan masalah bahan bakar (kayu api).
Perkembangan industri minyak goreng kelapa relatif lambat karena kurangnya permintaan dan perusahaan yang memproduksi minyak goreng kelapa.
Faktor yang menyebabkan perkembangan industri minyak goreng melambat dilihat dari luas areal perkebunan, produksi kelapa, dan kopra. Permintaan minyak goreng kelapa dipengaruhi oleh harga minyak goreng kelapa, harga minyak goreng kelapa sawit, pendapatan per kapita, tren dan konsumsi sebelumnya.
Produksi minyak kelapa sebenarnya meningkat dari tahun ke tahun, namun jika
7 dilihat dari proporsi produksi minyak goreng kelapa memiliki proporsi produksi yang kecil terhadap total produksi minyak goreng Indonesia (Ratri 2004).
Pengembangan industri minyak goreng kelapa dapat diatasi dengan pendekatan wirausaha pertanian. Profil dan peran wirausaha dalam pengembangan agribisnis yang ditulis oleh Baga (2011) melihat bahwa potensi pada sektor agribisnis yang sebenarnya masih sangat besar ternyata masih sedikit para wirausaha yang terjun di dalam sektor ini. Terdapat beberapa alasan yang menghambat petani untuk terjun sebagai wirausaha pada sektor agribisnis.
Adapun alasannya adalah keterbatasan informasi teknologi inovatif, pembinaan, fasilitas modal, proteksi usaha, dan kesempatan. Melihat fenomena tersebut wirakoperasi merupakan pendorong positive sum game yang saling memperkuat satu sama lain.
Wirakop adalah seorang wirausaha (entrepreuner) yang bekerja lebih kompleks dibandingkan wirausaha biasanya. Dalam pengembangan agribisnis, wirakop sebagai lokomotif yang menarik banyak gerbong dibelakangnya. Selain bertujuan menyukseskan usahanya, tetapi tidak lupa usaha para petani juga harus mengikutinya. Sistem simultan yang digunakan untuk pembinaan sumberdaya manusia pengembang agribisnis dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai tahap evaluasi. Pemahaman akan bisnis yang dilakukan bersama juga tidak boleh dilupakan, karena dengan menjalankan secara bersama suatu bisnis akan lebih bersinergi (postive sum game).
Fajrian (2013) mengungkapkan wirakoperasi digambarkan dengan karakter locus of control yang internal, mempunyai social motives atau orientasi berprestasi yang tinggi, dan memiliki sikap altruisme yang tinggi. Peran wirakoperasi yang digambarkan dalam sosok Wahyudin juga telah memberikan hal yang positif terhadap petani yang bergabung dengan CV Bunga Indah Farm.
Kegiatan pelatihan, pendampingan, dan permodalan membuat para petani mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi dari sebelum bergabung.
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Potensi bahan baku kelapa yang melimpah di Kabupaten Bogor dijadikan landasan kerangka pemikiran teoritis. Potensi bahan baku kelapa yang melimpah akan diubah menjadi usaha pengolahan minyak goreng kelapa menggunakan peran wirakop di dalam usaha tersebut. Pembuatan rencana bisnis ini digunakan untuk melihat potensi usaha pengolahan minyak goreng kelapa.
8
Cooperative Entrepreneur (Wirakoperasi)
Wirakop adalah seseorang yang memiliki pemahaman secara mendalam hakekat dan prinsip-prinsip koperasi serta melaksanakan secara konsisten dalam pengembangan koperasi. Idealnya wirakoperasi memiliki sikap yang inovatif, pengambil risiko dengan tetap berpegang teguh dengan nilai yang terkandung dalam koperasi guna mengembangkan koperasinya maupun sistem koperasinya.
Seorang cooperative entrepreneur yakin bahwa untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya memalui gerakan koperasi yang hasilnya nyata dapat diwujudkan.
Peran Wirakoperasi
Seorang wirakoperasi dalam menjalankan perannya harus tetap fokus pada tujuan utama dalam mensejahterakan anggotanya. Oleh karena itu wirakoperasi harus mampu dalam:
1. Menjaga loyalitas para anggota koperasi dan memotivasi mereka terus berpartisipasi aktif dalam aktivitas koperasi.
2. Meningkatkan kualitas anggota koperasi, baik secara individu ataupun secara kolektif.
3. Menjaga kemurnian jati diri koperasi, khususnya prinsip dan nilai koperasi.
4. Menggunakan segala upaya untuk mengoptimalkan penggunaan sumberdaya yang dimiliki koperasi.
Minyak Goreng Kelapa
Minyak kelapa merupakan minyak yang dihasilkan dari daging buah kelapa.
Secara umum pembuatan minyak kelapa terbagi menjadi 3 macam cara, yaitu sebagai berikut (Awang (1991).
1. Cara Kering
a. Daging kelapa dicacah, kemudian dihaluskan menjadi serbuk kasar.
b. Serbuk dipanaskan, kemudian dipres sehingga mengeluarkan minyak.
Ampas yang dihasilkan masih mengandung minyak. Ampas digiling sampai halus, kemudian dipanaskan dan dipres untuk mengeluarkan minyaknya.
c. Minyak yang terkumpul diendapkan dan disaring.
d. Minyak hasil penyaringan diberi perlakuan berikut.
Penambahan bahan penyerap (absorben) warna, biasanya menggunakan arang aktif atau bentonit agar dihasilkan minyak yang jernih dan bening.
Pengaliran uap air panas ke dalam minyak untuk menguapkan dan menghilangkan senyawa-senyawa yang menyebabkan bau yang tidak dikehendaki.
e. Minyak yang telah bersih, jernih, dan tidak berbau dikemas di dalam kotak kaleng, botol plastik atau botol kaca.
9 2. Cara Basah
Cara basah yang terbagi atas beberapa metode diantaranya adalah pemancingan (merangsang proses pemisahan antara skim dan krim), pengasaman, mekanik, enzimatik, dan penggaraman. Pembuatan minyak dengan cara basah dapat dilakukan melalui pembuatan santan terlebih dahulu atau dapat juga dipres dari daging kelapa setelah digoreng. Santan kelapa merupakan cairan hasil ekstraksi dari kelapa parut dengan menggunakan air.
Bila santan didiamkan, secara pelan-pelan akan terjadi pemisahan bagian yang kaya minyak dan bagian yang miskin minyak. Bagian yang kaya dengan minyak disebut sebagai krim, dan bagian yang miskin dengan minyak disebut dengan skim. Krim lebih ringan dibandingkan dengan skim, karena itu krim berada pada bagian atas dan skim pada bagian bawah. Kemudian krim akan dimasak kembali untuk menghasilkan minyak, sedangkan skim dilarutkan kembali untuk mengambil minyak yang tersisa dan diproses kembali untuk menjadi minyak.
3. Cara Ekstraksi Pelarut
Cara ini menggunakan cairan pelarut (selanjutnya disebut pelarut saja) yang dapat melarutkan minyak. Pelarut yang digunakan bertitik didih rendah, mudah menguap, tidak berinteraksi secara kimia dengan minyak dan residunya tidak beracun. Walaupun cara ini cukup sederhana, tetapi jarang digunakan karena biaya yang relatif mahal. Uraian ringkas cara ekstraksi pelarut ini adalah sebagai berikut.
a. Kopra dicacah, kemudian dihaluskan menjadi serbuk.
b. Serbuk kopra ditempatkan pada ruang ekstraksi, sedangkan pelarut pada ruang penguapan. Kemudian pelarut dipanaskan sampai menguap. Uap pelarut akan naik ke ruang kondensasi. Kondensat (uap pelarut yang mencair) akan mengalir ke ruang ekstraksi dan melarutkan lemak serbuk kopra. Jika ruang ekstraksi telah penuh dengan pelarut, pelarut yang mengandung minyak akan mengalir (jatuh) dengan sendirinya menuju ruang penguapan semula.
c. Pada ruang penguapan, pelarut yang mengandung minyak akan menguap, sedangkan minyak tetap berada di ruang penguapan. Proses ini berlangsung terus menerus sampai tiga jam.
d. Pelarut yang mengandung minyak kemudian diuapkan. Uap yang terkondensasi pada kondensat tidak dikembalikan lagi ke ruang penguapan, tapi dialirkan ke tempat penampungan pelarut. Pelarut ini dapat digunakan lagi untuk ekstraksi. Penguapan dilakukan sampai diperkirakan tidak ada lagi residu pelarut pada minyak.
Perencanaan Bisnis
Bisnis adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk memperoleh keuntungan sesuai dengan tujuan dan target yang diinginkan dalam berbagai bidang, baik jumlah maupun waktunya. Keuntungan merupakan tujuan utama dalam dunia bisnis, terutama bagi pemilik bisnis. Bentuk keuntungan yang diharapkan lebih banyak dalam bentuk finansial (Kasmir dan Jakfar 2007).
10
Rencana bisnis mengandung semua yang dibutuhkan para investor dan kredit potensial untuk keputusan memberikan atau tidak memberikan investasi atau pinjaman (Miller 2005).
Rencana bisnis berisi deskripsi visi dan tujuan bisnis dalam strategi dan taktik untuk mencapai kesuksesan. Rencana bisnis tersebut menceritakan bagaimana bisnis dapat sukses jika tujuan yang dimiliki konsisten (Friend dan Zehle 2004). Deskripsi bisnis dituangkan dalam dokumen tertulis yang berisi peluang-peluang usaha dilingkungan eksternal perusahaan, keunggulan bersaing usaha, serta menjelaskan langkah apa saja agar bisnis tersebut menjadi usaha yang nyata (Solihin 2007). Tujuan perencanaan bisnis adalah agar kegiatan bisnis yang akan dilaksanakan maupun sedang berjalan tetap berada di jalur yang benar sesuai dengan yang direncanakan. Perencanaan bisnis juga digunakan sebagai pedoman untuk mempertajam rencana-rencana yang diharapkan, karena di dalam perencanaan bisnis, posisi perusahaan, arah tujuan perusahaan, dan cara mencapai sasaran yang ingin dicapai dapat diketahui.
Isi Perencanaan Bisnis
Solihin (2007) menjelaskan bahwa dalam perencanaan bisnis harus mencakup tujuh elemen pokok dalam penyusunanya. Tujuh elemen pokok tersebut sebagai berikut.
1. Ringkasan Eksekutif
Ringkasan eksekutif berisi mengenai tujuan usaha, strategi usaha, tujuan penyusunan rencana bisnis, uraian umum usaha, rencana pemasaran, rencana produksi, rencana keuangan, dan risiko-risiko di masa depan. Ringkasan eksekutif ini hanya memuat intisari dari setiap bagian dan memiliki alur yang jelas agar mudah dimengerti.
2. Gambaran Umum Usaha
Subbab ini akan menjelaskan tentang jenis usaha yang dijalankan, produk yang dihasilkan, dan di mana produk dibuat. Berisi juga tujuan yang ingin perusahaan capai disertai strategi yang dilakukan. Akan dijelaskan pula mengenai target pasar, keunggulan kompetitif, tempat usaha didirikan, tokoh kunci sebagai pelaksana, badan usaha, dan juga bidang fungsional manajemen yang akan dijalankan.
3. Rencana Pemasaran Analisis Pasar
Dalam membuat perencanaan bisnis, aspek pasar merupakan aspek terpenting yang harus dianalisis terlebih dahulu untuk menentukan pasar potensial bagi produk yang akan dihasilkan oleh usaha tersebut. Pasar merupakan mekanisme yang terjadi antara pembeli dan penjual atas sebuah produk, untuk saat ini penjual dan pembeli tidak harus bertemu dalam suatu tempat namun dapat melalui transaksi elektronik (Kasmir 2006). Aspek pasar harus memperhatikan permintaan dan penawaran minyak goreng kelapa serta
11 melihat peluang pasar, segmentasi pasar, dan strategi pemasaran. Permintaan pasar pada dasarnya menunjukkan besarnya jumlah permintaan konsumen terhadap produk maupun jasa. Penawaran adalah produk maupun jasa yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan konsumen.
Analisis yang dilakukan mengenai target pasar mencakup permintaan dan penawaran, pengembangan pasar, serta bauran pemasaran yang dapat meningkatkan kepuasan konsumen. Strategi pemasaran terdiri dari market selection dan marketing mix development. Strategi market selection terdiri dari pengenalan peluang pasar, analisis pelanggan, dan pemilihan pasar sasaran.
Sedangkan strategi marketing mix development terdiri dari aspek produk, harga, promosi, dan distribusi (Nurmalina et al. 2009).
Pada analisis permintaan dan penawaran, jumlah permintaan dan jumlah penawaran pada periode tertentu akan menghasilkan selisih. Jika jumlah permintaan lebih besar dibandingkan dengan jumlah penawaran maka akan terjadi kelebihan permintaan. Sebaliknya, jika jumlah penawaran lebih besar dibandingkan jumlah permintaan maka akan terjadi kelebihan penawaran.
Peluang pasar akan muncul apabila jumlah permintaan lebih besar dibandingkan jumlah penawaraan yang akan mengakibatkan terjadinya kelebihan permintaan.
Segmentasi pasar merupakan bagian penting dalam menentukan strategi pemasaran. Dengan melakukan segmentasi pasar, konsumen potensial bagi produk yang akan ditawarkan dapat digolongkan atas dasar kebutuhan dan keinginan mereka secara umum. Analisis aspek pasar yang dilakukan hendaknya dapat menentukan jenis pasar yang akan dipilih apakah berupa pasar persaingan sempurna, pasar monopoli, maupun pasar monopolistik agar dapat menentukan strategi pemasaran yang tepat. Selain itu informasi mengenai siklus hidup produk (Life Cycle Product) dan informasi mengenai pangsa pasar (market share) untuk produk sejenis sebagai pesaing dari usaha yang akan didirikan harus diketahui dan ditentukan (Umar 2003). Pesaing adalah perusahaan yang menghasilkan produk yang sama atau mirip dengan produk yang dihasilkan (Kasmir 2006). Ancaman yang dilakukan oleh pesaing dapat secara langsung menyerang atau secara pelan-pelan. Hal-hal yang perlu diketahui dari para pesaing adalah sebagai berikut.
a. Kelengkapan, mutu, desain, dan bentuk produk.
b. Harga yang ditawarkan.
c. Promosi yang dijalankan.
d. Rencana kegiatan pesaing kedepan.
Strategi Pemasaran
Pasar merupakan tempat berkumpulnya pedagang dan pembeli, tidak hanya sebatas itu pasar yang lebih luas memiliki makna bertemunya tingkat permintaan (demand) dan tingkat penawaran (supply) sehingga terjadi kesepakatan harga suatu barang atau jasa. Analisis pasar sangat diperlukan karena terkait dengan tingkat harga yang ditawarkan. Suatu barang atau jasa dapat dikatakan potensial jika dapat dianalisis dengan baik pasar yang tersedia.
Analisis pasar terkait dengan kekuatan produk, peluang, ancaman, ketersediaan pasar, dan kapasitas produksi sehingga mempengaruhi pengambilan keputusan.
12
Analisis pasar juga terkait dengan jenis pasar yang dimasuki seperti pasar persaingan sempurna atau pasar monopoli
Alat analisis pasar yang biasa digunakan adalah STP (segmenting, targeting, positioning). Segmenting yaitu membagi pasar kedalam kelompok pembeli yang berbeda-beda berdasarkan kebutuhan, karakteristik atau perilaku yang mungkin membutuhkan bauran produk dan bauran pemasaran. Targeting yaitu proses mengevaluasi daya tarik masing-masing segmen pasar dan pemilihan satu atau lebih segmen yang akan dimasuki. Positioning yaitu pengaturan agar suatu produk menempati tempat yang jelas, terbedakan, dan diinginkan dalam benak konsumen sasaran dibandingkan dengan produk pesaing.
Analisis lain yang digunakan dalam analisis pasar adalah bauran pemasaran (marketing mix). Bauran pemasaran terdiri dari 4P yaitu produk (product), promosi (promotion), lokasi/distribusi (place), dan harga (price).
Produk menyangkut menentukan logo, menciptakan merek, kemasan, dan keputusan label. Promosi terkait dengan empat sarana yang dapat digunakan yaitu periklanan, promosi penjualan, publisitas, dan penjualan pribadi. Lokasi atau distribusi terkait dengan fungsi transaksi, fungsi logistik, dan fungsi fasilitas. Harga menyangkut tujuan perusahaan dalam bertahan hidup, memaksimalkan laba, memperbesar market share, mutu produk, dan persaingan (Kasmir 2006).
Rencana Pemasaran
Perencanaan adalah proses menentukan dengan tepat apa yang dilakukan organisasi untuk mencapai tujuannya. Sedangkan pemasaran adalah seluruh sistem yang berhubungan dengan kegiatan untuk merencanakan dan menentukan harga hingga mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan pembeli. Jadi, rencana pemasaran adalah proses menentukan dengan tepat untuk mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa sampai mencapai tujuannya yaitu memuaskan kebutuhan pembeli. Tujuan dibuat rencana pemasaran sebelum memasarkan sebuah produk adalah agar dalam memasarkan produk tesebut sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Kegiatan pemasaran harus menghasilkan win-win solution yang artinya pelanggan ingin membeli produk kalau produk tersebut sesuai dengan keinginan. Sebaliknya perusahaan dapat memperoleh keuntungan dari produk yang dihasilkan jika produk tersebut dibeli oleh pelanggan. Berdasarkan keuntungan tersebut, perusahaan dapat melanjutkan bisnis hingga memenuhi keinginan pelanggan lebih besar di masa yang akan datang. Dengan kata lain, perusahaan selalu berpedoman atau berfokus kepada nilai-nilai yang terdapat dalam diri pelanggan, sehingga kegiatan pemasaran tersebut dapat berhasil dengan baik. Oleh karena itu, untuk dapat mencapai semua itu membutuhkan perencanaan pemasaran agar sesuai dengan tujuannya.. Manfaat penyusunan sebuah rencana antara lain mendorong pemikiran sistematik mengenai masa depan, meningkatkan koordinasi, menetapkan standar kinerja untuk mengukur tren, memberikan dasar logis bagi pembuatan keputusan, meningkatkan kemampuan untuk menangani perubahan, dan meningkatkan kemampuan untuk mengidentifikasi peluang pasar.
13 4. Rencana Teknis dan Teknologi
Rencana Jumlah Produksi
Dalam aspek produksi, hal yang perlu dianalisis dalam kegiatan produksi adalah rencana jumlah produksi. Jumlah produksi akan berhubungan dengan beberapa hal dalam kegiatan produksi, yaitu sebagai berikut.
a. Tingkat permintaan terhadap produk.
b. Kapasitas mesin.
c. Pasokan bahan baku.
d. Modal kerja.
e. Peraturan pemerintah dan ketentuan teknis lainnya.
Teknologi
Penggunaan teknologi dalam proses produksi harus menggunakan teknologi yang tepat, selain dapat meningkatkan efisiensi juga dapat memberikan keuntungan bagi usaha yang dijalankan. Penggunaan teknologi yang tepat, dukungan tenaga kerja terampil juga dibutuhkan. Hal ini menimbulkan adanya konsekuensi bagi perusahaan untuk melakukan pelatihan terhadap tenaga kerja.
Tenaga Kerja (Tenaga Teknis)
Kebutuhan tenaga kerja yang terlibat dalam seluruh kegiatan usaha perlu direncanakan dengan baik dari segi jumlah, deskripsi pekerjaan, serta penetapan gaji dan upah. Perencanaan tenaga kerja perlu diidentifikasi berdasarkan kuantitas dan kualitas yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
Kuantitas tenaga kerja yang dibutuhkan disesuaikan dengan latar belakang dan lokasi perusahaan, serta tingkat persaingan untuk mendapatkan tenaga kerja teknis. Sedangkan kualitas tenaga kerja menunjukkan keahlian yang sesuai dengan deskripsi pekerjaan yang didukung dengan tingkat pendidikan.
Perencanaan Bahan Baku
Bahan baku merupakan input kegiatan produksi untuk menghasilkan produk yang ditawarkan oleh suatu usaha. Agar menghasilkan produk yang sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan, bahan baku harus diperhatikan dari semua faktor yang terkait. Perencanaan bahan baku meliputi sebagai berikut.
a. Jenis bahan baku.
b. Kuantitas bahan baku.
c. Kualitas bahan baku.
d. Persediaan bahan baku.
e. Kemungkinan penggunaan jenis bahan baku lain.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pasokan bahan baku meliputi sebagai berikut.
a. Sediaan bahan baku.
b. Kualitas bahan baku.
c. Harga bahan baku.
d. Transportasi bahan baku.
14
e. Jalur pengadaan bahan baku.
f. Faktor-faktor non ekonomis.
Perencanaan Lokasi dan Tata Letak
Dalam menyusun perencanaan bisnis, lokasi dan tata letak menjadi hal awal yang harus dipertimbangkan, karena pemilihan lokasi yang tepat dapat meningkatkan efisiensi kegiatan usaha. Pemilihan lokasi dapat ditentukan berdasarkan kedekatannya dengan bahan baku, pasar potensial, tenaga listrik dan air, supply tenaga kerja, serta fasilitas transportasi. Perancangan tata letak dapat menggambarkan rancangan ekonomis dari tempat-tempat kerja yang ekonomis, sehingga dirancang dengan memahami konsep tata letak (Apple 1990). Perancangan tata letak bangunan usaha yang terdiri dari ruang produksi, ruang penyimpanan, ruang administrasi, dan ruangan lain yang dibutuhkan dalam kegiatan usaha harus dipertimbangkan dengan baik agar dapat meningkatkan efisiensi kegiatan usaha yang akan dilakukan.
5. Rencana Manajemen
Aspek Legal dan Ruang Lingkup Pengembangan Usaha
Untuk mendirikan suatu usaha, perlu dilakukan pembentukan badan usaha serta melakukan pendaftaran izin usaha. Bentuk badan usaha dapat berupa badan usaha tidak berbadan hukum seperti Firma dan CV serta badan usaha berbadan hukum seperti PT. Setelah penentuan badan usaha, langkah selanjutnya adalah mengajukan permohonan Akta Pendirian untuk pembentukan badan usaha tersebut. Langkah selanjutnya adalah melengkapi pendaftaran dan perizinan badan usaha seperti Domisili Perusahaan, NPWP, SITU, SIUP, dan izin usaha lainnya.
Struktur Organisasi
Orang-orang yang terlibat dalam kepengurusan perusahaan dituangkan dalam struktur organisasi perusahaan. Struktur organisasi terdiri dari nama orang yang terlibat dalam kepengurusan beserta dengan jabatannya masing- masing. Dalam struktur organisasi ini menggambarkan hubungan kerja antara orang yang satu dengan lainnya dengan memperhatikan aturan bentuk badan hukum dan disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan.
Deskripsi Kerja
Tugas dan tanggung jawab dari masing-masing tenaga kerja maupun pengurus perusahaan dipaparkan dalam bentuk deskripsi kerja. Deskripsi kerja bagi tenaga kerja dan pengurus perusahaan berbeda-beda sesuai dengan jabatan maupun bagiannya. Masing-masing orang yang terlibat dalam usaha yang akan dijalankan memiliki hak, kewajiban, maupun tugas yang harus dipenuhi agar kegiatan usaha menjadi lebih efektif.
Upah dan Gaji
Gaji dan upah merupakan imbalan atas jasa yang telah dilakukan oleh seluruh tenaga kerja maupun pengurus perusahaan. Gaji dan upah dari masing- masing orang berbeda sesuai dengan jabatan dan deskripsi kerja yang
15 dibebankan. Imbalan yang diberikan kepada tenaga kerja tetap maupun pengurus perusahaan disebut sebagai gaji yang dibayarkan sekali dalam sebulan. Upah merupakan imbalan yang diberikan kepada tenaga kerja tidak tetap yang dibayarkan sesuai dengan pencapaian kerja yang telah dilakukan.
Gaji yang dibayarkan dapat disesuaikan dengan UMR (upah minimum regional) yang berlaku dengan ketetapan yang dibuat oleh perusahaan.
6. Manajemen Risiko
Risiko adalah suatu keadaan ketidakpastian tentang suatu keadaan yang akan terjadinya nantinya berdasarkan keputusan yang diambil pada saat ini (Fahmi 2010). Sedangkan, manajemen risiko merupakan pendekatan yang menggunakan ukuran dalam memetakan berbagai masalah secara komprehensif dan sistematis. Secara umum risiko terdapat dua tipe yaitu risiko murni (pure risk) dan risiko spekulatif (speculative risk). Bentuk tipe risiko tersebut sebagai berikut.
a. Risiko murni dapat dikelompok pada tiga tipe risiko, yaitu:
Risiko aset fisik adalah risiko yang mengakibatkan kerugian pada aset fisik suatu perusahaan misalnya kebakaran, banjir, gempa bumi, dan lain- lain.
Risiko karyawan merupakan risiko yang diakibatkan oleh karyawan yang bekerja di perusahaan misalnya kecelakaan kerja saat aktivitas perusahaan.
Risiko legal merupakan risiko dalam bidang kontrak yang mengecewakan misalnya perselisihan dengan perusahaan lain sehingga mengakibatkan kerugian.
b. Risiko spekulatif terdapat empat tipe risiko, yaitu:
Risiko pasar ditimbulkan dari luar perusahaan yang berkaitan dengan harga di pasar.
Risiko kredit adalah risiko yang terjadi karena counter party tidak memenuhi kewajiban kepada perusahaan misalnya kredit macet, persentase piutang meningkat, dan sebagainya.
Risiko likuidasi merupakan risiko karena tidak mampu memenuhi kebutuhan kas.
Risiko operasional merupakan risiko yang disebabkan pada kegiatan yang tidak berjalan lancar.
Setiap kegiatan dalam lembaga bisnis tentunya mengandung risiko yang dapat menimbulkan kerugian, sehingga perlu adanya tindakan yang dapat mengelola risiko. Terdapat empat cara dalam mengelola risiko, yaitu:
a. Memperkecil risiko
Keputusan untuk memperkecil risiko adalah dengan cara tidak mengambil keputusan diluar pemahaman manajemen perusahaan karena keputusan tersebut sama artinya dengan melakukan keputusan yang bersifat spekulatif.
b. Mengalihkan risiko
Cara mengalihkan risiko adalah dengan mengasuransikan bisnis yang dimiliki, sehingga risiko pindah sebagian ke tempat lain.
16
c. Mengontrol risiko
Keputusan mengontrol risiko dengan cara melakukan kebijakan antisipasi risiko sebelum risiko itu terjadi.
d. Pendanaan risiko
Menyangkut penyediaan dana sebagai cadangan guna mengantisipasi timbulnya risiko dikemudian hari.
7. Rencana Keuangan Cash Flow
Cash Flow (arus kas) adalah suatu laporan keuangan yang berisikan pengaruh kas dari kegiatan operasi, kegiatan transaksi investasi dan kegiatan transaksi pembiayaan ataupendanaan serta kenaikan atau penurunan bersih dalam kas suatu perusahaan selama satu periode. Laporan keuangan ini berupa ringkasan penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan selama periode tertentu.
Laporan arus kas ini memberikan informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan dari suatu periode tertentu, dengan mengklasifikasikan transaksi berdasarkan pada kegiatan operasi, investasi, dan pendanaan. Cash Flow terdiri dari dua aliran arus yaitu sebagai berikut.
a. Cash inflow
Cash inflow adalah arus kas yang terjadi dari kegiatan transaksi yang melahirkan keuntungan kas (penerimaan kas). Arus kas masuk (cash inflow) terdiri dari:
hasil penjualan produk/jasa perusahaan,
penagihan piutang dari penjualan kredit,
penjualan aktiva tetap yang ada,
penerimaan investasi dari pemilik atau saham bila perseroan terbatas,
pinjaman/hutang dari pihak lain,
penerimaan sewa dan pendapatan lain.
b. Cash outflow
Cash outflow adalah arus kas yang terjadi dari kegiatan transaksi yang mengakibatkan beban pengeluaran kas. Arus kas keluar (cash outflow) terdiri dari:
pengeluaran biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan biaya pabrik lain-lain,
pengeluaran biaya administrasi umum dan administrasi penjualan,
pembelian aktiva tetap,
pembayaran hutang-hutang perusahaan,
pembayaran kembali investasi dari pemilik perusahaan,
pembayaran sewa, pajak, deviden, bunga, dan pengeluaran lain-lain.
17 Break Event Point
Perhitungan ini bertujuan untuk melihat berapa unit yang harus dijual atau berapa uang yang harus dihasilkan oleh perusahaan agar mencapai titik impas, dalam arti perusahaan tidak mengalami kerugian maupun keuntungan.
Laba Rugi
Laporan laba rugi menggambarkan kinerja perusahaan dalam upaya mencapai tujuan selama periode tertentu (Nurmalina et al. 2009). Empat jenis kegiatan dalam sebuah bisnis dirangkum dalam laporan laba rugi ini mencakup:
a. pendapatan dari penjualan produk barang dan jasa,
b. beban produksi untuk mendapatkan barang atau jasa yang akan dijual, c. beban yang timbul dalam memasarkan dan mendistribusikan produk atau
jasa pada konsumen serta yang berkaitan dengan beban administratif,
d. beban keuangan dalam menjalankan bisnis, contohnya bunga yang dibayarkan pada bank atau kreditur, penyusutan, dan lainnya.
Kriteria Investasi
Penentuan kelayakan berdasarkan beberapa kriteria investasi yang terdiri dari Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Periode (PP) (Nurmalina et al. 2009).
a. Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) merupakan selisih antara total present value penerimaan (benefit) dengan total present value pengeluaran (cost) atau jumlah present value dari manfaat bersih tambahan selama umur bisnis.
Suatu bisnis dikatakan layak atau dapat memberi keuntungan apabila nilai NPV lebih dari 0 (NPV>0).
b. Gross Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Gross B/C merupakan kriteria kelayakan lain yang biasa digunakan dalam analisis bisnis. Kriteria ini menggambarkan pengaruh dari adanya tambahan biaya terhadap tambahan manfaat yang diterima.
c. Payback Periode (PP)
Payback Periode (PP) merupakan metode pelengkap dalam analisis finansial. Metode perhitungan ini dilakukan untuk menghitung seberapa cepat tingkat pengembalian modal dari bisnis tersebut. Semakin cepat tingkat pengembalian modal, maka para investor akan semakin tertarik untuk berinvestasi pada bisnis tersebut.
Kerangka Pemikiran Operasional
Kerangka pemikiran operasional digunakan sebagai landasan yang berkaitan dengan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam penelitian. Kerangka
18
pemikiran operasional dimulai dari identifikasi masalah yang ada, yaitu kurangnya pengetahuan petani kelapa mengenai pengolahan produk turunan kelapa, kelapa yang memiliki harga yang rendah, dan minimnya teknologi pengolahan kelapa menjadi minyak goreng kelapa. Potensi yang besar pada bahan baku kelapa yang dapat diolah serta khasiat minyak goreng kelapa yang baik untuk kesehatan juga dikaitkan untuk melandasi kerangka operasional.
Kekurangan dan manfaat yang dimiliki akan diubah menjadi peluang bisnis dengan menggunakan sebuah model pengembangan sistem agribisnis kelapa berbasis wirakoperasi.
Melihat permasalahan yang ada, langkah awal yang dilakukan ialah analisis pasar dari industri minyak goreng kelapa. Analisis pasar berisi gambaran tentang peluang bisnis dan prospeknya, kondisi persaingan, posisi perusahaan dalam pasar, dan usaha-usaha pemasarannya. Kemudian menganalisis aspek teknis dan produksi, manajemen usaha, serta sosial ekonomi.
Setelah seluruh aspek kualitatif tersebut telah diidentifikasi, tahap selanjutnya adalah melakukan analisis keuangan. Analisis keuangan mengkaji arus keuangan dalam usaha yang akan dilakukan. Sehingga berdasarkan informasi tersebut dapat dibangun sebuah pengembangan sistem agribisnis berbasis cooperative entrepeneur. Alir pemikiran kerangka operasional penelitian secara ringkas dapat dilihat pada Gambar 1.
19
Gambar 1 Kerangka operasional
Kurangnya pengetahuan petani akan akan diferensiasi produk.
Kopra dan daging buah segar dengan harga rendah.
Potensi pasar dari tingginya impor minyak goreng kelapa.
Potensi ketersediaan bahan baku kelapa yang melimpah.
Khasiat minyak goreng kelapa dengan kandungan asam laurat.
Pengembangan pengolahan minyak goreng kelapa
Perencanaan Bisnis Minyak Goreng Kelapa melalui pendekatan Wirakoperasi di Kabupaten Bogor
Wirakoperasi
Melakukan usaha kolektif dengan petani
melalui koperasi
Membuat produk turunan kelapa menjadi
minyak goreng kelapa
Rencana pemasaran
Rencana teknis &
teknologi
Rencana
manajemen Risiko
Rencana keuangan
20
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Kabupaten Bogor tepatnya di kecamatan Ciampea. Peneliti melibatkan petani-petani yang membudidayakan tanaman perkebunan yaitu kelapa. Penentuan lokasi dilakukan dengan pertimbangan tempat tersebut memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan dan lokasi yang strategis untuk penelitian ini. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Desember 2014 - Maret 2015.
Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan jenis data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan pihak-pihak terkait dan pengamatan langsung. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui literatur, jurnal maupun laporan hasil penelitian, laporan hasil seminar, buku-buku, internet serta data dari instansi terkait yaitu FAO Statistik, Asia Pacific Coconut Comunity, Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Kementerian Perdagangan Perdagangan Republik Indonesia, Kementerian Pertanian Republik Indonesia, dan Dinas Perkebunan Jawa Barat.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data primer pada penelitian ini dilakukan dengan cara observasi, wawancara mendalam, dan diskusi kepada para petani yang membudidayakan kelapa. Wawancara dilakukan untuk mengetahui informasi produktivitas, harga komoditas ditingkat petani, dan budidaya yang dilakukan.
Metode Analisis Data
Data dan informasi pendukung lainnya yang diperoleh dari penelitian diolah dan dianalisis dengan menggunakan dua jenis analisis yaitu analisis nonfinansial dan analisis finansial. Pendekatan kuantitatif mengunakan analisis finansial yang diolah untuk mengetahui NPV, Gross B/C, BEP, dan PP (Nurmalina et al. 2009).
21
Analisis Non Finansial 1. Aspek Pasar
Analisis aspek pasar menentukan jenis pasar yang akan dipilih apakah berupa pasar persaingan sempurna, pasar monopoli, maupun pasar monopolistik agar dapat menentukan strategi pemasaran yang tepat. Selain itu informasi mengenai siklus hidup produk dan informasi mengenai pangsa pasar (market share).
2. Aspek Teknis dan Produksi
Pada aspek teknis dan produksi hal utama yang mendasari analisis pada aspek ini ialah lokasi bisnis, skala operasi atau luas produksi, kriteria pemilihan mesin, proses produksi dan layout perusahaan, serta jenis teknologi yang digunakan. Hal lain yang perlu diperhatikan pada aspek teknis dan produksi yakni karakteristik produk yang dihasilkan yang mencakup standar kualitas produk, warna, syarat penyimpanan, packing, dan syarat pengiriman. Rencana bisnis yang akan dilakukan merupakan bisnis pengolahan minyak goreng kelapa sehingga menghasilkan produk jadi.
3. Manajemen
Aspek manajemen dalam masa operasi mempelajari mengenai bentuk organisasi atau badan usaha yang dipilih, struktur organisasi, deskripsi masing- masing jabatan, jumlah tenaga kerja yang digunakan, serta penentuan anggota dan tenaga kerja inti.
4. Rencana Pemasaran
Menganalisis target pasar, pengembangan pasar, serta bauran pemasaran yang dapat meningkatkan kepuasan konsumen. Strategi pemasaran terdiri dari market selection dan marketing mix development. Dalam strategi market selection terdiri atas pengenalan peluang pasar, analisis pelanggan, dan pemilihan pasar sasaran. Sedangkan dalam strategi marketing mix development terdiri dari aspek produk, harga, promosi, dan distribusi. Menurut Kasmir (2006), terdapat empat metode penetapan harga suatu produk. Salah satunya adalah metode cost plus pricing dengan mark up. Metode ini, membuat perusahaan menambahkan margin laba yang diinginkan dalam penetapan harga produk. Rumus metode ini adalah:
Harga pokok = Biaya variabel + Biaya tetap Total penjualan Harga dengan mark up = Harga pokok (unit)
(1 – laba yang diinginkan)
Sedangkan, analisis target pasar terdiri dari segmentasi pasar, penentuan target, dan posisi pasar.
a. Segmetasi Pasar
Segmentasi pasar merupakan proses pengarahan pasar yang bersifat heterogen ke dalam kelompok pasar yang bersifat homogen. Dalam
22
prosesnya aspek utama menjadi variabel adalah aspek geografis, demografis, psikografis, dan perilaku.
b. Pasar Sasaran
Setelah menganalisis segmentasi pasar, selanjutnya dilakukan pemilihan segmen pasar yang akan dijadikan pasar sasaran. Dalam penentuan pasar sasaran, kriteria yang harus diperhatikan adalah bahwa pasar sasaran harus responsif terhadap produk atau program pemasaran yang dikembangkan, produk yang ditawarkan memiliki potensi penjualan yang cukup luas, pasar memiliki pertumbuhan yang memadai, serta pasar sasaran dapat dijangkau oleh media pemasaran.
c. Posisi Pasar
Penetapan posisi pasar merupakan langkah terakhir dalam melakukan analisis target pasar. Dalam penetapan posisi pasar langkah yang harus dilakukan untuk membuat konsumen sebagai pasar tujuan dapat membedakan produk yang akan ditawarkan dengan produk pesaing adalah sebagai berikut.
Identifikasi keunggulan kompetitif yang dimiliki oleh perusahaan.
Keunggulan ini dapat berupa diferensiasi melalui inovasi yang dilakukan pada bauran pemasaran yaitu produk, harga, promosi, dan distribusi. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar perusahaan memiliki keunggulan bersaing dengan produk pesaing.
Pilih keunggulan kompetitif yang dimiliki untuk kemudian dikomunikasikan dalam benak konsumen. Kriteria yang harus dipenuhi adalah dengan menawarkan barang atau jasa yang memiliki ciri khas atau dengan menggunakan strategi harga bersaing.
5. Rencana Organisasi
Aspek ini mengkaji mengenai bentuk badan usaha, struktur organisasi, perizinan usaha, serta kepemilikan usaha. Selain itu juga mengkaji spesifikasi dan deskripsi keahlian dan tanggung jawab pekerja, jumlah tenaga kerja, serta penetapan gaji.
6. Risiko
Terdapat dua tipe risiko dalam bisnis, yaitu risiko murni dan risiko spekulatif.
Likuidasi
Kredit Risiko
Risiko Murni Risiko Spekulatif
Aset Fisik Karyawan
Legal Operasional
Pasar
Gambar 2 Tipe Risiko
23
Analisis Finansial
1. Net Present Value (NPV)
NPV= ∑ Bt-Ct (1+i)t
n
t-1
Keterangan :
Bt = Manfaat pada tahun t Ct = Biaya pada tahun t
t = Tahun kegiatan bisnis ( t = 0,1,2,3,..., n), tahun awal bisa tahun 0 atau tahun 1 tergantung karakteristik bisnisnya
i = Discount rate (%)
2. Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C)
GrossB C=
∑ Bt
(1+i)t nt=0/1
∑ Ct
(1+i)t nt=0/1
Keterangan :
Bt = Manfaat pada tahun t Ct = Biaya pada tahun t i = Discount Rate (%) n = Umur Bisnis
3. Payback Period (PP)
Payback Periode = I Ab Keterangan :
I =Besarnya biaya investasi yang diperlukan
Ab =Manfaat bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya
4. Break Event Point
BEPunit= Biaya tetap Harga jual- Biaya variabel
Jumlah produksi
BEPRp= Biaya tetap 1-Biaya variabel
Penerimaan
24
5. Cash Flow
Tabel 4 Bentuk cash flow
Uraian Komponen 1 2 n
Inflow 1. Nilai produksi 2. Pinjaman 3. Nilai sewa 4. Grants 5. Salvage value
Total inflow Outflow 1. Biaya investasi 2. Biaya operasional
2.1 biaya variabel 2.2 biaya tetap
3. Pembayaran bunga pinjaman 4. Pajak
5. Biaya lainnya Total outflow Net benefit
Dengan i=DR (%) PV Net benefit 6. Laba Rugi
Tabel 5 Format laporan laba rugi
Uraian Komponen 1 2 n
Penjualan
Biaya operasional - variabel 1. Biaya Bahan Baku
2. Biaya tenaga kerja langsung Marjin kotor
Biaya operasional-tetap 1. Biaya pegawai tetap 2. Biaya pemasaran 3. Biaya listrik 4. Biaya air
5. Biaya pemeliharaan dan perawatan
6. Biaya penyusutan Laba kotor
Bunga (r%)
Laba sebelum pajak Pajak (t%)
Laba bersih
25
GAMBARAN UMUM USAHA
Profil Usaha
Pengolahan minyak goreng berbahan baku kelapa akan menjadi salah satu unit usaha milik koperasi. Pengolahan minyak goreng ini akan membentuk unit usaha koperasi bernama Kelapa Jaya. Asumsi pengambilan nama unit usaha dan nama koperasi yang sama agar konsumen lebih mudah mengenali produk minyak goreng kelapa yang dihasilkan. Penentuan nama usaha dan koperasi memiliki arti tersendiri. Kata “Kelapa” diambil karena bahan baku utama usaha ini berasal dari kelapa dan kelapa juga memiliki arti sebagai pohon kehidupan, sedangkan kata
“Jaya” memberikan semangat agar usaha ini dapat sukses dan berjalan dengan baik. Unit usaha Kelapa Jaya akan didirikan di Kecamatan Ciampea. Pemilihan lokasi pendirian dimaksudkan agar dekat dengan bahan baku kelapa tersedia.
Penggunaan logo koperasi juga akan digunakan pada produk minyak goreng kelapa yang dihasilkan.oleh unit usaha.
Usaha minyak goreng kelapa memiliki berbagai kegiatan. Kegiatan utama tentu pada pengolahan kelapa menjadi minyak goreng. Bahan baku yang diperlukan dalam pengolahan adalah daging kelapa segar. Namun, unit usaha Kelapa Jaya dalam kegiatannya menerima bahan baku dalam bentuk butir kelapa lengkap. Bahan baku kelapa akan didapatkan dari para anggota koperasi. Koperasi akan mengumpulkan bahan baku dan setelah terkumpul akan langsung diserahkan pada usaha pengolahan. Sisa dari pengolahan adalah tempurung, sabut, dan blondo yang akan dijual kembali dan akan menambah penerimaan unit usaha Kelapa Jaya.
Suatu usaha sangat penting memiliki visi dan misi yang akan memberikan arahan serta motivasi untuk mencapai tujuan. Berikut ini merupakan visi dan misi perusahaan unit usaha Kelapa Jaya, antara lain:
Gambar 3 Logo Koperasi Kelapa Jaya
26 1. Visi
Menjadi perusahaan minyak goreng kelapa terkemuka untuk meningkatkan kesejahteraan anggota.
2. Misi
a. Menjalankan usaha berlandaskan prinsip, nilai, dan semangat koperasi.
b. Menghasilkan produk minyak goreng kelapa berkualitas tinggi dengan meningkatkan peran anggota.
c. Mendistribusikan produk secara intensif dengan menjangkau area-area potensial.
d. Memperkuat daya saing dengan menerapkan teknologi yang tepat dan proses yang efektif.
e. Berupaya secara terus-menerus menambah nilai perusahaan dengan mengikutsertakan anggota.
Lokasi Usaha
Bogor yang terletak di bagian barat Provinsi Jawa Barat terbagi menjadi dua wilayah administratif yaitu Kota Bogor dan Kabupaten Bogor. Kabupaten Bogor terletak pada diantara 6°18”0”-6°47”10” Lintang Selatan dan 106°23”45”- 107°13”30” Bujur Timur. Kabupaten Bogor memiliki suhu rata-rata 26 °C dan curah hujan rata-rata setiap tahunnya sekitar 3 500 hingga 4 000 mm. Ketinggian wilayah Bogor terletak pada 190 hingga 330 meter dari permukaan laut (mdpl).
Wilayah Bogor berbatasan dengan wilayah-wilayah lainnya. Sebelah utara berbatasan dengan Kota Depok, sebelah barat dengan Kabupaten Lebak, sebelah barat daya berbatasan dengan Kabupaten Tangerang, sebelah timur berbatasan dengan Purwakarta, sebelah tenggara berbatasan dengan Kabupaten Cianjur, sebelah timur laut dan selatan dibatasi oleh Kabupaten Sukabumi. Wilayah Bogor juga sangat dekat dengan ibukota negara sehingga memiliki potensi strategis dalam pertumbuhan ekonomi dan jasa.
Kondisi topografi wilayah Bogor sangat cocok untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa. Tanaman Kelapa tumbuh secara optimal pada suhu rata-rata tahunan 27 °C dengan fluktuasi 6-7 °C . Pertumbuhan Kelapa juga sangat optimal pada ketinggian kurang dari 400 mdpl. Kondisi yang cocok akan membuat tanaman kelapa memiliki produktivitas yang relatif tinggi. Karakteristik topografi dan iklim yang sesuai menjadikan wilayah Bogor berpotensi untuk pengembangan budidaya kelapa.