85
RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG
NOMOR ……... TAHUN...
TENTANG
PENYELENGGARAAN PONDOK PESANTREN DI KOTA SERANG
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,
Menimbang : a. bahwa pemerintah daerah memiliki kewajiban
menyelenggarakan sistem pendidikan yang berlandaskan iman dan takwa kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan peradaban Indonesia yang unggul dalam pergaulan global;
b. bahwa pondok pesantren salafiah merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional dan sekaligus warisan kekayaan budaya lokal kota Serang yang memiliki kontribusi besar dalam meningkatkan akses dan pemerataan layanan pendidikan bagi masyarakat kota Serang;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b perlu menetapkan peraturan daerah kota Serang tentang Penyelenggaraan Pondok Pesantren.
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2007 tentang
Pembentukan Kota Serang di Provinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4748);
3. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244 Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa
86 kali terakhir dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58 Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia Nomor 5679)
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4769)
5. Peraturan Menteri Agama Nomor 13 Tahun 2014 Tentang Pendidikan Keagamaan Islam
6. Peraturan Daerah
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SERANG dan
WALIKOTA SERANG, MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PENYELENGGARAAN PONDOK PESANTREN DI KOTA SERANG
BAB I
KETENTUAN UMUM Pasal 1
Dalam peraturan daerah ini yang dimaksud dengan:
(1) Daerah adalah kota Serang
(2) Pemerintah daerah adalah kepala daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom (3) Wali kota adalah Wali Kota Serang
(4) Pondok Pesantren yang selanjutnya disebut Pesantren adalah sistem pendidikan berasrama yang menyelenggarakan pengajian kitab kuning dalam rangka mempersiapkan santri untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan ilmu-ilmu syariah dan/atau menjadi ahli ilmu syariah Islam.
(5) Pesantren adalah pendidikan berbasis masyarakat dalam rangka menyiapkan kader ulamaatau ahli ilmu syariah Islam yang tanggap terhadap perubahan dan perkembangan zaman
(6) Sistem Pendidikan Pesantren adalah keseluruhan komponen
pendidikan yang saling terkait secara terpadu meliputi Masjid/Majelis, asrama/kobong, kitab kuning, dan kiyai untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Ta’ala serta akhlak mulia santri dalam
87 rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan mewujudkan rahmat bagi seluruh alam.
(7) Masjid/Musholla adalah tempat ibadah sekaligus laboratorium ruhani bagi Kiyai dan santri melaksananan aktivtas tilawah, taklim dan tazkiyatunafs dalam rangka mujahadah dan taqorub kepada Allah Ta’ala.
(8) Majelis adalah tempat para santri mempelajari ilmu-ilmu syariah yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadits serta kitab kuning.
(9) Asrama/kobong adalah pondok tempat tinggal sekaligus tempat belajar santri dengan supervisi Kiyai dan tata tertib yang membangun budaya akademik tafaqquh fid din
(10) Kitab kuning adalah sumber belajar berupa warisan khazanah intelektual muslim yang berisi ilmu-ilmu syariah yang ditulis dalam bahasa Arab.
(11) Kiyai adalah alim ulama pendidik yang mengusai ilmu-ilmu syariah yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadits serta kitab kuning.
(12) Santri adalah peserta didik yang bermukim di Pesantren dalam rangka menuntut ilmu-ilmu syariah, pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan dalam menghadapi kurun zaman mereka.
(13) Masyarakat Pesantren adalah komunitas yang ada dalam wilayah dakwah dan pemberdayaan Pesantren dalam upaya meyiarkan dan membudayakan nilai-nilai agama Islam lengkap dengan norma-norma dan kebiasaan-kebiasaan yang khas mencerminkan kearifan budaya masyarakat Kota Serang.
BAB II
DASAR, FUNGSI DAN TUJUAN
Pasal 2
Pesantren berdasarkan Al-Qur’an dan hadits dengan menjunjung tinggi Pancasila, UUD 1945, NKRI, Bhinneka Tunggal Ika, dan kearifan budaya lokal Kota Serang.
Pasal 3
(1) Pesantren berfungsi sebagai lembaga pendidikan, lembaga sosial, dan dakwah.
(2) Fungsi Pesantrenadalah mempersiapkan santri menjadi anggota masyarakat dan atau kader ulama yang memahami Al-Qur’an, hadits, dan Kitab Kuning, menghayati dan mengamalkan nilai-nilai ajaran Islam serta memiliki kompetensi pedagogik dalam mengajarkan ilmu-ilmu syariah.
(3) Fungsi sosial Pesantren adalah memberdayakan santri dari segala lapisan masyarakat muslim tanpa diskriminasi dan tidak membeda- bedakan tingkat sosial ekonomi.
88 (4) Fungsi dakwah Pesantren adalah berkhidmat kepada masyarakat dalam
menyiarkan agama berbasis masjid/Majelis taklim dalam suatu komunitas dakwah masyarakat Pesantren.
Pasal 4
Pesantren bertujuan menanamkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Ta’ala, dan akhlak mulia, serta mengembangkan kecerdasan, kreativitas, dan keterampilan santri untuk menjadi kader ulama atau ahli ilmu syariah (mutafaqqih fiddin) yang berwawasan luas, kritis, kreatif, inovatif, dan dinamis dalam membangun masyarakat Pesantren, mengembangkan kearifan lokal budaya Serang sesuai azas Islam rahmatan lil ‘alamin.
BAB III
PENDIRIAN PESANTREN
Pasal 5
(1) Pesantren didirikan oleh organisasi nirlaba, badan hukum Yayasan dan atau Kiyai yang diakui kearifannya oleh masyarakat.
(2) Penamaan Pesantren ditetapkan oleh Pendiri.
Pasal 6
(1) Pendiri wajib mendaftarkan Pesantren yang didirikannya kepada Kantor Kementerian Agama Kota.
(2) Kantor Kementerian Agama Kota wajib memberikan tanda daftar Pesantren selambat-lambatnya 14 hari setelah Pendiri memenuhi kelengkapan dokumen yang dipersyaratkan sebagai berikut:
(a) Memiliki kurikulum dan program pendidikan berupa daftar kitab kuning.
(b) Memiliki jumlah dan kualifikasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan yang memadai.
(c) Memiliki santri sekurang-kurangnya 15 (lima belas) orang.
(d) Memiliki asrama dan majelis taklim yang memungkinkan terselenggaranya kegiatan pembelajaran;
(e) Memiliki sistem evaluasi; dan
(f) Memiliki manajemen pengelola pendidikan.
Pasal 7
Pesantren yang telah memiliki tanda daftar Pesantren berhak mendapatkan pembinaan dari Kementerian Agama untuk menjamin mutu dan akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan.
89 BAB IV
PRINSIP PENYELENGGARAAN PESANTREN Pasal 8
(1) Pesantren menyelenggarakan pendidikan inklusif dengan sistem among sesuai minat, bakat, dan kemampuan santri.
(2) Pesantren menyelenggarakan sistem belajar tuntas dengan memberikan kesempatan santri meyelesaikan program pendidikan sesuai kecepatan belajar masing-masing.
(3) Pesantrenmenyelenggarakan proses pembelajaran, pemberdayaan, dan pembudayaan nilai-nilai Islam yang berlangsung sepanjang hayat.
Pasal 9
Pesantren dapat menyelenggerakan satuan pendidikan anak usia dini, dan pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Pasal 10
(1) Penyelenggaraan pendidikan Pesantren dapat dilaksanakan secara berjenjang atau tidak berjenjang.
(2) Penjenjangan santri didasarkan atas penguasaan yang bersangkutan terhadap kitab kuning sesuai kualifikasi kompetensi yang ditetapkan organisasi Pesantren.
(3) Daftra kitab kuning yang menjadi acuan muatan kuriulum Pesantren meliputi ilmu aqidah/ushuludin, tafsir/ilmu tafsir, hadis/ilmu hadits, fikih/ushul fikih, akhlak/tasawuf, tarikh Islam, serta ilmu tarbiyah.
Pasal 11
(1) Pesantren mengembangkan program takhoshush, antara lain tahfidz Al- Qur’an, qira’atu sab’ah, kaligrafi, ilmu faraidh, dan ilmu falaq.
(2) Pesantren mengembangkaan budaya unggul melalui penyelenggaraan musabaqohtilawatil Qur’an dan qiraatul kutub secara teratur dan
berjenjang.
Pasal 12
Pesantren menjalankan program pengabdian/berkhidmat kepada masyarakat dengan melaksanakan pengajian agama Islam berbasis masjid/Majelis taklim dalam suatu komunitas di lingkungan Pesantren dan sekitarnya.
Pasal 13
Pesantren dapat memberdayakan ekonomi masyarakat Pesantren melalui program pengembanganbadan usaha, gerakan, dan jaringan Koperasi sesuai syariat Islam dalam memenuhi hajat hidup masyarakat.
90 BAB V
TANGGUNGJAWAB PESANTREN
Pasal 14
(1) Tanggungjawab pendidikan santri pada padasarnya ada pada orangtua/wali santri
(2) Pesantren menerima pelimpahan amanat tanggungjawab pendidikan dari orangtua/wali santri dengan memberikan layanan pembelajaran dan pengasuhan santri secara menyeluruh.
Pasal 15
(1) Pesantren mengembangkan kompetensi santri, meliputi kompetensi religius, kualifkasi ilmu alat (ulumul muqaddimat) dan ilmu-ilmu syariah, dan kompetensi pedagogik.
(2) Selain kompetensi utama sebagaimana dimaksud ayat (1), Pesantren mengembangkan daya saing santri dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi informasi, dan inovasi dalam pengembangan ekonomi kreatif berbasis keunggulan lokal.
Pasal 16
(1) Pesantren memberikan ijazah kepada santri sebagai pengakuan terhadap prestasi belajar dan atau pencapaian kompetensi akhir (2) Ijazah diterbitkan oleh Pesantren sebagai tanda bahwa santri yang
bersangkutan telah dinyatakan lulus atau tamat.
BAB VI
ORGANISASI PESANTREN
Pasal 17
(1) Pesantren dapat membentuk forum Pesantren sebagai wadah bersama untuk membangun jaringan ulama Pensantren dengan organisasi Islam sejenis di tingkat nasional dan internasional.
(2) Pembentukan forum Pesantren sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BAB VII
PERAN PEMERINTAH DAERAH
91 Pasal 18
(1) Pemerintah daerah wajib melindungi kemandirian dan mengembangkan kekhasan pendidikan Pesantren sebagai identitas daerah yang
mencerminkan kearifan lokal.
(2) Pemerintah daerah mengarusutamakan Pesantren sebagai pusat kegiatan belajar masyarakat dalam rangka pelaksanaan wajib belajar.
Pasal 19
(1) Pemerintah daerah wajib memberi bantuan sumber daya pendidikan kepada Pesantren yang telah memiliki tanda daftar Pesantren.
(2) Pemerintah daerah wajib memiliki pangkalan data meliputi kelembangaan pesantren sebagai satuan pendidikan maupun penyelenggara pendidikan.
Pasal 20
(1) Bantuansumber daya pendidikan kepada Pesantren sebagaimana dimaksud pasal 19 ayat (1) dapat dalam bentuk hibah, bantuan teknis, dan atau subsididanaoperasional pendidikan Pesantren yang
dialokasikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
(2) Dana Pesantren yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dialokasikan untuk
a. Tunjangan ustadz dan guru ngaji b. Bantuan operasional Pesantren c. Beasiswa santri
d. Bantuan pembngunan sarana dan prasarana, dan
e. Pengembangan program takhoshush berbasis keunggulan lokal.
(3) Pemberian bantuan disalurkan secara adil kepada seluruh Pesantren yang diselenggarakan oleh masyarakat dengan menggunakan satuan dan mata anggaran yang berlaku sesuai peraturan perundang-
undangan.
(4) Tata cara penyaluran bantuan dana kepada Pesantren sebagaimana dimaksud pada pasal ini diatur dalam peraturan Wali Kota.
Pasal 21
Pemerintah daerah mendorong satuan kerja pemerintah daerah untuk mengikutsertakan organisasi pesantren dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan program pembangunan daerah.
Pasal 22
Pemerintah daerah menfasilitasi kerjasama kemitraan orgaisasi Pesantren dan Perusahaan dan dunia industri dengan memberikan bantuan keuangan yang berasal dari dana Cooperate Social Responsibelity (CSR).
BAB VIII
92 KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 23
Pesantren yang telah berdiri dan menyelenggarakan pengajian kitab kuning dan atau satuan pendidikan sebelum ditetapkannya Peraturan Daerah ini agar menyesuaikan dengan segala ketentuan dalam peraturan daerah ini.
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP Pasal 24
(1) Peraturan Pemerintah Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
(2) Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah daerah ini dalam Lembaran Daerah Kota Serang.
Ditetapkan di Kota Serang pada tanggal...,...
WALIKOTA SERANG,
TB HAERUL JAMAN
Diundangkan di Serang pada tanggal………
SEKRETARIS DAERAH KOTA SERANG
TB URIP HENUS
LEMBARAN DAERAH KOTA SERANG TAHUN 2016 NOMOR ……
Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BAGIAN HUKUM
AGUS HENDRAWAN, SH.MH NIP.19710814 200112 1 003
NOREG PERATURAN DAERAH KOTA SERANG PROVINSI BANTEN ( NOMOR URUT PERDA ) / ( TAHUN )
93 PENJELASAN
ATAS
PERATURAN PEMERINTAH DAERAH KOTA SERANG NOMOR ….. TAHUN …..
TENTANG
PENYELENGGARAAN PONDOK PESANTREN I. UMUM
Kota Serang dikenal dengan kota santri yang memiliki kearifan budaya lokal dalam bidang pendidikan, yakni Pondok Pesantren. Keberdaan pondok pesantren salafiah selaras dengan ketentuan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 ayat (3) yang berbunyi: “Pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang”. Atas dasar amanat Undang-Undang Dasar 1945 tersebut, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Mahan Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ditegaskan bahwa strategi pertama dalam melaksanakan pembaruan sistem pendidikan
nasional adalah “pelaksanaan pendidikan agama dan akhlak mulia”.
Pendidikan pesantren pada umumnya diselenggarakan oleh masyarakat sebagai perwujudan pendidikan dari, oleh, dan untuk masyarakat.
Jauh sebelum Indonesia merdeka, perguruan-perguruan Islam sudah lebih dulu berkembang. Selain menjadi akar budaya bangsa, pondok pesantren agama disadari merupakan bagian tak terpisahkan dalam pendidikan, terutama dalam mengatasi berbagai keterbatasan pendidikan agama di ssekolah.
Secara historis, keberadaan pendidikan pesantren menjadi sangat penting dalam upaya pembangunan masyarakat belajar, terlebih lagi karena bersumber dari aspirasi masyarakat yang sekaligus mencerminkan kebutuhan masyarakat sesungguhnya akan jenis layanan pendidikan.
Dalam kenyataan terdapat kesenjangan sumber daya yang besar antar satuan pendidikan keagamaan. Sebagai komponen Sistem Pendidikan Nasional, pesantren perlu diberi kesempatan untuk
berkembang, dibina dan ditingkatkan mutunya oleh semua komponen bangsa, termasuk pemerintah daerah.
94 Rancangan Peraturan Pemerintah daerah Kota Serang tentang Pondok
Pesantren Salafiah merupakan kesepakatan bersama DPRD dan Wali Kota Serang. Masing-masing telah memvalidasi rumusan norma hukum secara optimal sesuai karakteristik kearifan budaya lokal Kota Serang.
II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2 Cukup jelas.
Pasal 3 Cukup jelas.
Pasal 4 Cukup jelas.
Pasal 5 Cukup jelas.
Pasal 6 Cukup jelas.
Pasal 7 Cukup jelas.
Pasal 8 Cukup jelas.
Pasal 9 Cukup jelas.
Pasal 10 Ayat (1) Cukup jelas.
Ayat (2) Cukup jelas.
Ayat (3)
Daftar Kitab Kuning di Pesantren antara lain:
95 Kitab elementer, Jurumiyah, Matnul Bina wal Asasi, ‘Awamil, Taqrib,
‘Aqidatul ‘Awam, dan Safinatun-Najah.
Kitab sharf: Amtsilatut Tashrifiyah, Matn al-Bina, Kailani/Syarah Kailani, Nadzam Maqshud/Syarah Maqshud;
Kitab Nahw: ‘Awamil, Jurumiyah, Mukhtashar Jiddan, ‘Imrithy/Syarah Imrithy, Mutammimah, Asynawi, Alfiyah, Ibn ‘Aqil, Dahlan Alfiyah, Qaq’idul Lughal, I’rab, Nawul Wadhih;
Balaghah: Jauharil Maqnun, ‘Uqudul Juman, Hullitul Lubbil Mashun, Mantiq: Sullamul Munauraq, Idhahul Mubham;
Tajwid: Tuhfatul Athfal, Hidayatus Shibyan.
Kitab Fiqh: Bidayatul Mujtaid, Fath al-Mu’in, I’anah Thalibin, Taqrib, Fath al- Qarib, Kifayah al-Akhyar, Iqna’, Minhaj at-Thalibin, Minhaj at-Thullab, Fathul Wahab, Mahalli, Minhajul Qawim, Kasyifatus Saja’, Sullam Taufiq, Riyadul Badi’ah, Sullam al-Munajat, ‘Uqud al-Lujain, Sittin/Syarah Sittin, Muhadzab, Bughyat al-Mustarsyidin, Fiqh Wadhih, Durusul Fiqhiyah.
Kitab Ushul Fiqh: Waraqat/Syarah al-Waraqat, Lathaif al-Isyarat, Jam’ul Jawami’, Luma’, Al-Asybah wa an-Nadhair, Mabadi Fiqhiyah, as-Sulam, Bayan.
Kitab Tafsir Al-Qur’an: Jalalain, Marah Labid (Tafsir Munir), Tafsir Ibn Katsir, Tafsir Baidhowi, Tafsir Thabari (Jami’ul Bayan), Maraghi, Tafsir Manar, Kitab Ilmu Tafsir: Itqan, Itmamud Dirayah, at-Tibyan.
Kitab Hadits: Arba’in Nawawi, Majalisus Saniyah, Durratun Nashihin, Tanqihul Qaul, Mukhtarul Ahadits, Ushrufiyah, Bulughul Maram, Subulus Salam, Riyadus Shalihin, Shahih Bukhari, Tajridus Sharih, Jawahir Bukhari, Shahih Muslim/Syarah.
Kitab Ilmu Hadits: Baiqunyah/Syarah, Minhatul Mughits.
Kitab Tauhid (Aqidah atau Ushuluddin): Ummul Barahim, Sanusi, Dasuqi, Syarqawi, Kifayatul Awam, Tijan Darari, Nuruzh Zhulam, Jauharatut Tauhid, Tuhfatul Murid, Fathul Majid, Jawahirul Kalamiyah, Husnul Hamidiyah, Aqidatul Islamiyah
Kitab Akhlak: Akhlak lil Banat, Akhlak lil Banin, Washoya, Ta’limul Muta’allim, Irsyadul ‘Ibad, Nashaihul ‘Ibad.
Kitab Tarikh: Nurul Yaqin/Khulashoh, Barzanji, Dardir.
Kitab Tasawuf: Ihya’ Ulumiddin, Sairus Salikin, Bidayatul Hidayah, Maraqil Ubudiyah, Hidayatus Salikin, Minhajul Abidin, Sirajut Thalibin,
Hikam/Syarah Hikam, Hidayatul Adzkiya, Kifayatul Atqiya’, Risalatul Muawanah, Nashaihud Diniyah, Adzkar.
Pasal 11 Cukup jelas.
Pasal 12
96 Cukup jelas.
Pasal 13 Cukup jelas.
Pasal 14 Cukup jelas.
Pasal 15
Yang dimaksud kompetensi religius, terampil berbahasa Arab, dan memeiliki kompetensi pedagogik adalah:
(a) Sikap religius yang ditandai dengan taat beribadah melaksanakan syariat Islam secara murni dan menyeluruh.
(b) Terampil berbahasa Arab sebagai dasar mempelajarai Al-Qur’an dan hadits, serta kitab kuning dan atau program dirasah Islamiyah yang tersusun secara tematik.
(c) Memiliki kompetensi pedagogik dalam mengajarkan dasar-dasar ilmu syariah yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadits serta kitab kuning dan atau program dirasah Islamiyah yang tersusun secara tematik.
Dalam rangka mengembangkan ilmu-ilmu syariah sebagaimana dimaksud pasal 26, kurikulum Pesantren wajib memuat ilmu-ilmu alat meliputi,
(a) Bahasa dan sastra Arab (b) Matematika
(c) Logika (Mantiq)
Bahasa dan sastra Arab adalah ilmu alat yang dibutuhkan santri dalam memahami, menggali, dan menetapkan hukum berdasarkan Al-Qur’an, hadits, dan pemikiran intelektual muslim yang tertulis dalam kitab kuning.
Matematika adalah ilmu alat yang dibutuhkan santri dalam memahami ayat-ayat kauniyah dan pelaksanaan syariat Islam, meliputi perhitungan zakat, ilmu faraidh, dan ilmu falak.
Logika (Mantiq) adalah perlengkapan akademik yang dibutuhkan santri dalam mengembangkan metodologi studi Islam, menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi kontemporer, mengembalikan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pangkuan moral agama, dan membangun peradaban umat sesuai Al-Qur’an dan teladan Nabi Muhammad Saw.
Pasal 16 Cukup jelas.
Pasal 17 Cukup jelas.
Pasal 18
97 Cukup jelas.
Pasal 19 Cukup jelas.
Pasal 20 Ayat (1) Cukup jelas.
Ayat (2) Cukup jelas.
Ayat (3) Cukup jelas.
Ayat (4)
Bantuan pemerintah daerah kepada Pesantren yang belum atau tidak memiliki badan hukum diberikan melalui organisasi Pondok Pesantren yang diakui oleh pemerintah dan dipertanggungjwabkan oleh organisasi tersebut.
Pasal 21 Cukup jelas.
Pasal 22 Ayat (1)
Pengajian kitab di dalam pesantren diselenggarakan untuk mengkaji kandungan Al Quran dan As sunnah dan pemahaman transformatif atas kitab-kitab salaf (kitab kuning) dan kholaf (modern).
Ayat (2) Cukup jelas.
Ayat (3) Cukup jelas.
Pasal 23 Cukup jelas.
Pasal 24 Cukup jelas.