• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kejadian Abortus Inkompletus di RSUD Chik di Tiro Sigli

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kejadian Abortus Inkompletus di RSUD Chik di Tiro Sigli"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora eISSN 2657- 0998

194

Kejadian Abortus Inkompletus di RSUD Chik di Tiro Sigli

Nyanyak Muliana

1

, Arifah Devi Fitriani

2

, Yulida Effendi Nasution

3

1

STIKes Medika Nurul Islam Sigli

2

Magister Kesehatan Masyarakat, Institut Kesehatan Helvetia, Jln. Kapt. Sumarsono No.

107, Medan 20124

3

Akademi Kebidanan Helvetia, [email protected]

Abstract

Abortion is a threat or expenditure of conception (the meeting of ovum and sperm cells) at a gestational age of less than 20 weeks or a fetal weight of less than 500 grams, before the fetus can live outside the womb. Data from several countries estimated that between 10 and 15% of pregnancies diagnosed clinically end up with abortion. Abortion is more common in women over the age of 30 and increases at age above 35 years In RSUD Tgk. Chik Ditiro Sigli showed incidence of incomplete abortion in January-November 2016 period, 96 cases of 2741 pregnancies (3% of incomplete abortus of all pregnancies).

This study used analytical survey with a case control approach that was done retrospectively (backward retrieval). The purpose of this study was to analyze the effect of age, parity, past abortion history and anemia with incomplete abortus incidence at RSUD Tgk.Chik Di Tiro Sigli Year 2017. Population in this study were all mothers who experienced incomplete abortus as many as 96 people, and mother Did not have incomplete abortion with <20 weeks gestational age and the overall population was sampled. Data were collected using secondary data and analyzed using Multiple Logistic Regression Test at p <0,05. Based on logistic regression analysis, the value of Exp (B) Parity with sig value 0,018 <0,05 means that parity variables have significant relation to incompletus abortus and have value Exp (B) 2,510, parity has a chance 2.5 times influence to abortus Incomplete. Anemia with a sig value of 0.008 <0.05, anemia has a significant association with incomplete abortion and has an Exp (B) value of 2,242, anemia has a 2.2 chance of affecting the incomplete abortion.

Keywords : Incompletus Abortion, Age, Parity, Anemia

Abstrak

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi .pada usia kehamilan

kurang dari 20 minggu, berat janin kurang dari 500 gram, sebelum janin dapat hidup diluar

kandungan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh umur, paritas,

riwayat abortus dan anemia dengan kejadian abortus inkompletus di RSUD Tgk.Chik Di

Tiro Sigli Tahun 2017. Penelitian menggunakan survei analitik dengan pendekatan case

control yang dilakukan secara Retrospektif. Populasi adalah seluruh ibu dengan abortus

inkompletus sebanyak 96 orang, dan ibu yang tidak abortus inkompletus denga usia

kehamilan < 20 minggu dan keseluruhan populasi dijadikan sampel. Pengumpulan data

dilakukan menggunakan data sekunder dan dianalisis menggunakan Uji Regresi Logistik

(2)

195 Berganda pada p < 0,05. Bersasarkan hasil analisis logistik, diperoleh nilai p 0,018 < 0,05 artinya paritas memiliki hubungan yang signifikan dengan abortus inkompletus dan memiliki nilai Exp(B) 2,510, ibu dengan paritas > 3 memiliki risiko 2,5 kali mengalami abortus inkompletus. Anemia dengan nilai p 0,008 < 0,05, anemia memiliki hubungan yang signifikan dengan abortus inkompletus dan memiliki nilai Exp(B) 2,242, anemia memiliki peluang 2,2 kali berpengaruh terhadap abortus inkompletus, tidak ada pengaruh umur ibu dan riwayat abortus terhadap abortus inkompletus dengan nilai p 0,20 (p > 0,05) dan p 0,560 (p > 0,05).

Kata Kunci : Abortus Inkompletus, Umur, Paritas, Anemia

PENDAHULUAN

Angka Kematian Ibu (AKI) atau Maternal Mortality Rate (MMR) merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur status kesehatan ibu pada suatu wilayah.

Kematian ibu adalah kematian selama kehamilan atau selama periode 42 hari setelah kelahiran akibat semua sebab yang terkait dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya, tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan atau cedera.

Sebuahagenda baru transformatif untuk kesehatan ibu untuk mengakhiri kematian ibu dapat dicegah;dari Suistainable Development Goals 3 (SDG 3) adalah untuk mengurangi MMR global untuk kurang dari 70 per 100 000 kelahiran hiduppada tahun2030. Menurut World Health Organization (2015) Angka Kematian Ibu di dunia 303.000 ibu. Sebagian besar komplikasi ini berkembang selama kehamilan. Komplikasi utama penyumbang 80% kematian ibu adalah perdarahan parah (sebagian besar perdarahan post partum), infeksi (biasanya setelah melahirkan), tekanan darah tinggi selama kehamilan (pre-eklampsia dan eklampsia) dan aborsi tidak aman. Sisanya disebabkan oleh penyakit malaria dan AIDS selama kehamilan ( Anonimous, 2016).

Menurut WHO penyebab tingginya angka kematian ibu dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu infeksi, perdarahan dan penyulit persalinan, sedangkan 5 penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan post partum, sepsis puerperal, abortus, eklamsi dan persalinan terhambat. Rendahnya kualitas hidup sebagian besar perempuan Indonesia disebabkan oleh masih terbatasnya wawasan, lingkungan sosial budaya yang belum kondusif terhadap kemajuan perempuan (Zulfa, 2014).

Abortus adalah pengakhiran kehamilan, baik secara spontan maupun disengaja sebelum 20 minggu berdasarkan hari pertama haid terakhir. Definisi lain yang umum digunakan adalah pelahiran janin-neonatus yang memiliki berat kurang dari 500 gr.

Namun definisi abortus bervariasi, berdasarkan undang-undang suatu negara untuk melaporkan abortus, kematian janin, dan kematian neonates (Leveno, 2015).

Proses abortus merupakan kejadian yang sering terjadi. Sekitar 15% proses ini

dikenali secara klinis, tetapi lebih banyak lagi abortus yang terjadi tidak dikenali secara

klinis karena ibu tidak menyadari sebenarnya dalam keadaan hamil. Konsepsi yang terjadi

lebih kurang 14 hari dari jadwal haid yang akan datang (ovulasi siklus 28 hari) kemudian

terjadi abortus yang ditandai dengan perdarahan, ibu tidak menduga itu adalah proses

abortus tetapi merasa sebagai siklus haid bulanan (Anwar, 2015).

(3)

196

Lebih dari 80% abortus terjadi pada 12 minggu pertama kehamilan, dan angka tersebut menurun drastis sesudahnya. Anomali kromosom merupakan penyebab kasus abortus dini. Risiko abortus spontan tampaknya meningkat seiring dengan paritas dan usia ibu dan ayah. Frekuensi abortus yang diketahui secara klinis meningkat dari 12% pada perempuan yang berusia kurang dari 20 tahunsampai 26% pada mereka yang lebih dari 40 tahun. Insiden abortus meningkat jika perempuan mengandung dalam 3 bulan setelah melahirkan bayi hidup (Cunningham, 2011).

Penyebab abortus sebagian besar tidak diketahui secara pasti, tetapi beberapa faktor yang berpengaruh adalah faktor pertumbuhan hasil konsepsi, kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menimbulkan kematian janin dan cacat bawaan yang menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan, gangguan pertumbuhan hasil konsepsi dapat terjadi karena faktor kromosom terjadi sejak semula pertemuan kromosom, termasuk kromosom seks.

Faktor lingkungan endometrium terjadi karena endometrium belum siap untuk menerima implantasi hasil konsepsi. Selain itu juga karena gizi ibu yang kurang karena anemia atau terlalu pendeknya jarak kehamilan. Hal lain juga yang ikut berpengaruh yaitu: infeksi endometrium, hasil konsepsi yang dipengaruhi oleh obat dan radiasi, faktor psikologis, kebiasaan ibu (merokok, alkohol, kecanduan obat) (Margareth, 2013).

Selain itu, penyebab abortus adalah kelainan plasenta yaitu (infeksi pada plasenta, gangguan pembuluh darah, hipertensi), penyakit ibu, penyakit infeksi seperti (tifus abdominalis, malaria, pneumonia sifillis), anemia, penyakit menahun seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati, DM, dan kelainan Rahim (SDKI, 2012).

Berdasarkan Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia, selama periode tahun 1991-2007 AKI mengalami penurunan dari 390 menjadi 228/100.000 kelahiran hidup.

Namun demikian, SDKI 2012 menunjukkan peningkatan AKI yang signifikan menjadi 359/100.000 kelahiran hidup. (7)Sementara itu tujuan dari SDG 3 adalah mengurangi angka kematian ibu hingga dibawah 70/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030 (SDGS- Ditjen. .BGKIA.pdf. (2016).

Rata-rata terjadi 114 kasus abortus perjam. Sebagian besar studi menyatakan kejadian abortus spontan antara 15-20% dari semua kehamilan. Kalau dikaji lebih jauh kejadian abortus sebenarnya bisa mendekati 50%. Hal ini dikarenakan tingginya angka chemical pregnancy loss(kehamilan kimia, yaitu sebuah kehamilan yang didiagnosis oleh kehadiran hormon kehamilan HCG dalam darah, tetapi tidak ada janin yang berkembang menurut USG dan kehamilan berhenti berkembang sangat dini) yang tidak bisa diketahui pada 2 - 4 minggu setelah konsepsi. Sebagian besar kegagalan kehamilan ini di karenakan kegagalan gamet (misalnya sperma dan disfungsi oosit). Pada tahun 1988 Wilcox dan kawan-kawan melakukan studi terhadap 221 perempuan yang diikuti selama 707 siklus haid total. Didapatkan total 198 kehamilan, dimana 43 (22%) mengalami abortus sebelum saat haid berikutnya (Prawirohardjo, 2014).

Data dari beberapa negara memperkirakan bahwa antara 10 dan 15% kehamilan

yang terdiagnosis secara klinis berakhir dengan abortus. Abortus lebih sering terjadi pada

wanita berusia diatas 30 tahun dan meningkat pada usia diatas 35 tahun. Frekuensi

meningkat bersamaan dengan meningkatnya angka graviditas: 6% kehamilan pertama atau

kedua berakhir dengan abortus; angka ini meningkat menjadi 16% pada kehamilan ke 3

dan seterusnya (Derek Llewellyn- Jones, (tt).

(4)

197 Mengutip Kismiliansari (2010-2013) kejadian abortus di Amerika Serikat berkisar 10-20%. Di Indonesiadilaporkan terdapat sekitar 5 juta kehamilan pertahun dengan kejadian abortus yang terjadi 37 kasus untuk setiap 1.000 wanita di usia produkif (15-25 tahun). Pada tahun 2006 ditemukan sebanyak 42.354 orang dan riwayat abortus dengan jumlah pasien meninggal dunia sebanyak 205 orang.Di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung tahun 2003 menyebutkan kasus abortus adalah 18-19%. (Kismiliansari. (2013).

Proporsi kematian ibu di Aceh saat ini masih didominasi olehkematian ibu nifas yaitu sebanyak 70 ibu atau sebesar 52 %, di ikuti kematian ibu bersalin sebanyak 34 ibu atau sebesar 25 % dan kematian ibu dalam keadaan hamil sebanyak 30 ibu atau sebesar 23

%. Distribusi yang bersumber pada Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota, diketahui jumlah kematian ibu tahun 2015 yang dilaporkan adalah 134 ibu dariperhitungan AKI di Aceh sebesar 134/100.000 kelahiran hidup. Bila dibandingkan pada tahun 2014, terjadi penurunan angka dari 149/100.000 kelahiran hidup menjadi 134/100.000 kelahiran hidup.Daerah terbanyak memberi kontribusi pada kematian ibu di Aceh adalah KabupatenAceh Utara dengan jumlah kematian ibu mencapai 15 kematian, diikuti Kabupaten AcehTimur sebanyak 14 kematian ibu dan Kabupaten Pidie 12 kematian ibu serta kabupaten/kota lainnya di Aceh yang capaiannya antara 1 sampai 11 kematian ibu.(

Anonimous, (2016c).

Data ibu hamil diprovinsi aceh tercatat berjumlah 113.182 orang. Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan berjumlah 83,72%. Ibu hamil dengan resiko tinggi atau komplikasi adalah 4512 orang (25,98%), KI adalah 98,181 orang (86,75%), K4 adalah 89,271 (78,77%). AKI sebanyak 136 orang. Penyebab kematian ibu adalah perdarahan 47 kasus, hipertensi 28 kasus, infeksi 9 kasus, abortus 5 kasus, partus lama 2 kasus dan lain- lain 50 kasus (Anonimous, 2014). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie jumlah kematian ibu maternal yang dilaporkan pada tahun 2015 di Kabupaten Pidie sebanyak 12 orang yaitu 155 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan tahun 2016 (Januari- Juni)sebanyak 7 orang (Anonimous, 2016b).

Berdasarkan survei awal yang dilakukan di RSUD Tgk. Chik Ditiro Sigli didapatkan angka kejadian abortus inkompletus periode bulan Januari-November 2016, yaitu sebanyak 96 kasus dari 2741 kehamilan (sebanyak 3 % terjadi abortus inkompletus dari seluruh kehamilan). Beberapa faktor risiko yang berkaitan dengan abortus adalah usia, paritas, riwayat abortus sebelumnya dan anemia. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan upaya pemeriksaan antenatal care yang lebih intensif guna mengetahui dan mencegah sedini mungkin faktor resiko yang dapat membahayakan kehamilan.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana analisis faktor risiko kejadian abortus inkompletus

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian adalah survei analitik dengan pendekatan case control. Untuk

menilai pengaruh terhadap kejadian yang ingin diteliti dan menilai kekuatan hubungan

dari suatu perbandingan terhadap variabel dependen. Studi kasus kontrol dilakukan dengan

mengidentifikasi kelompok kasus dan kelompok kontrol, kemudian secara retrospektif

(penulusuran kebelakang) diteliti perbandingan yang mungkin dapat menerangkan kasus

(5)

198

dan kontrol dapat terkena paparan atau tidak. Pada penelitian ini ingin mengetahui apakah suatu faktor risiko berpengaruh terhadap kejadian efek (abortus inkompletus) dengan membandingkan kekerapan pajanan faktor risiko tersebut pada kelompok kasus dengan kelompok kontrol.

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Tgk.Chik Ditiro. Waktu penelitian dilakukan pada bulan September 2016 sampai dengan bulan Mei 2017.Penelitian diawali dengan pengumpulan data dilapangan yaitu survei awal, analisis data sampai dengan seminar hasil penelitian.

Populasi dalam penelitian ini adalah 192 orang (seluruh Ibuyang mengalami abortus inkompletus dan memenuhi kriteria inklusi di Rumah Sakit Umum Daerah Tgk.Chik Di Tiro Sigli pada Tahun 2016 dan Ibu hamil yang tidak abortus inkompletus dengan usia kehamilan < 20 minggu). Metode pengambilan sampel ini mengacu pada penjelasan Arikunto (2010) yang menyebutkan bahwa jika sampel populasinya kurang dari 100 orang, maka jumlah sampelnya diambil keseluruhan.

34

Sampel penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok kasus dan kelompok kontrol. Kelompok kasus sebanyak 96 orang. Kelompok kontrol sebanyak 96 orang.

Analisa univariat yaitu untuk mengetahui distribusi frekuensi variabel penelitian, dan mencari persentase pada setiap variabel. Analisis bivariat ini bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen.Uji yang digunakan pada analisis bivariat ini adalah uji chi-square (x

2

) dengan menggunakan derajat kepercayaan 95%.Uji chi-Square dapat digunakan untuk melihat hubungan. Dalam uji ini kemaknaan hubungan dapat diketahui, pada dasarnya uji chi-square digunaka untuk melihat antara frekuensi yang diamati (observed) dengan frekuensi yang diharapkan (expected). Analisis multivariat untuk melihat pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen dengan jenis analisis regresi logistik berganda sehingga didapat variabel independen yang paling dominan mempengaruhivariabel dependen. Uji regresi logistik dilakukan melalui beberapa tahapan untuk mendapatkan nilai p,0,05 pada setiap variabel independen yang berpengaruh terhadap variabel dependen.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Data hasil penelitian hubungan antara resiko umur ibu dengan kejadian abortus inkompletus ditunjukkan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Tabel silang Faktor Risiko Umur Ibu dengan Kejadian Abortus Inkompletus di RSUD Tgk. Chik Di Tiro

Abortus Inkompletus

Umur

Kasus Kontrol Jumlah P

f % F OR

% F % (Sig)

Beresiko 32 16,7 23 12 55 28,6 0,202 1,587

Tidak

Beresiko 64 33,3 73 38 137 71,4 (0,083/2,986)

(6)

199

Total 96 50,0 96 50,0 192

Berdasarkan hasil uji Chi Square yang terdapat pada Tabel 1 diperoleh nila p (sig)

= 0,202 yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara umur ibu dengan kejadian abortus inkompletus, 0,202 > 0,05, maka Ho diterima yaitu tidak ada hubungan umur ibu dengan kejadian abortus inkompletus di RSUD Tgk.Chik Di Tiro Sigli.. Berdasarkan hasil tabel Risk estimate diperoleh nilai OR (Odd Rasio) 1,587 menunjukkan bahwa responden pada umur ibu yang berisiko 1,6 kali berpeluang mengalami abortus inkompletus.

Data hasil penelitian hubungan antara factor resiko paritas dengan kejadian abortus inkompletus ditunjukkan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Tabel Silang Faktor Risiko Paritas Dengan Kejadian Abortus Inkompletus di RSUD Tgk. Chik Di Tiro Sigli Tahun 2017

Abortus Inkompletus

Paritas Kasus Kontrol Jumlah P

f % f % F % (Sig) OR

Beresiko 27 14,1 12 6 39 20,3 0,012 2,739

Tidak

Beresiko 69 35,9 84 44 153 79,7 (1,293/5,804)

Total 96 50,0 96 50,0 192 100

Berdasarkan hasil uji Chi Square yang terdapat pada Tabel 2. diperoleh nila p (sig)

= 0,012 yang berarti ada hubungan yang signifikan antara paritas ibu dengan kejadian abortus inkompletus. Dengan nilai signifikan 0,012 < 0,05maka Ho ditolak yaitu ada hubungan paritas dengan kejadian abortus inkompletus di RSUD Tgk.Chik Di Tiro Sigli..

Berdasarkan hasil tabel Risk estimate diperoleh nilai OR (Odd Rasio) 2,739 menunjukkan bahwa responden pada paritas ibu yang berisiko 2,7 kali berpeluang mengalami abortus inkompletus.

Data hasil penelitian hubungan antara riwayat abortus dengan kejadian abortus inkompletus ditunjukkan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Tabel Silang faktor Riwayat Abortus yang lalu Dengan Kejadian Abortus Inkompletus di RSUD Tgk. Chik Di Tiro Sigli Tahun 2017

Abortus Inkompletus Riwayat

Abortus

Kasus Kontrol Jumlah P

f % f % F % (Sig) OR

Beresiko 44 22,9 39 20,3 83 43,2 0,560 1,237

Tidak

Beresiko 52 27,1 57 29,7 109 56,8 (0,698/2,191)

Total 96 50,0 96 50.0 192 100

(7)

200

Berdasarkan hasil uji Chi Square yang terdapat pada Tabel 3. diperoleh nila p (sig)

= 0,560 yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara riwayat abortus yang lalu dengan kejadian abortus inkompletus, maka Ho diterima yaitu tidak ada hubungan riwayat abortus dengan kejadian abortus inkompletus di RSUD Tgk.Chik Di Tiro Sigli.

Berdasarkan hasil tabel Risk estimate diperoleh nilai OR (Odd Rasio) 1,237 menunjukkan bahwa responden pada umur ibu yang berisiko 1,2 kali berpeluang mengalami abortus inkompletus.

Data hasil penelitian hubungan antara factor anemia dengan kejadian abortus inkompletus ditunjukkan dalam Tabel 4.

Tabel 4. Tabel Silang Faktor Anemia Dengan Kejadian Abortus Inkompletus di RSUD Tgk. Chik Di Tiro Sigli Tahun 2017

Abortus Inkompletus

Anemia Kasus Kontrol Jumlah P

f % f % F % (Sig) OR

Beresiko 50 26 30 15,6 80 41,7 0,005 2,391

Tidak

Beresiko 46 24 66 34,4 112 58,3 (1,327/4,308)

Total 96 50,0 96 50,0 192 100

Berdasarkan hasil uji Chi Square yang terdapat pada Tabel 4. diperoleh nila p (sig)

= 0,005 yang berarti ada hubungan yang signifikan antara anemia dengan kejadian abortus inkompletus. Dengan nilai signifikan 0,005< 0,05 maka Ho ditolak yaitu ada hubungan anemia dengan kejadian abortus inkompletus di RSUD Tgk.Chik Di Tiro Sigli.

Berdasarkan hasil tabel Risk estimate diperoleh nilai OR (Odd Rasio) 2,391 menunjukkan bahwa responden pada Anemia ibu yang berisiko 2,4kali berpeluang mengalami abortus inkompletus.

Hasil uji regresi factor factor resiko terjadinya abortus inkompletus ditunjukkan dalam Tabel 5.

Tabel 5. Hasil Uji analisis regresi logistik Tahap 1 Faktor- Faktor Risiko Terjadinya Abortus Inkompletusdi RSUD Tgk. Chik Di Tiro Sigli Tahun 2017

Variables in the Equation

B S.E. Wald Df Sig. Exp(B)

Step 1

a

UMUR .328 .340 .935 1 .334 1.389

PARITAS .854 .397 4.639 1 .031 2.350

ANEMIA .812 .306 7.017 1 .008 2.252

Constant -1.399 .438 10.199 1 .001 .247

a. Variable(s) entered on step 1: UMUR, PARITAS, ANEMIA.

(8)

201 Interpretasi tabel diatas (uji kandidat) adalah sebagai berikut:

(1) Tabel kategori variabelUmur memiliki nilai 0,334> 0,25 artinya variabel umur tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel Y yaitu Abortus Inkompletus.

(2) Tabel kategori variabelParitas memiliki nilai 0,031< 0,25 artinya variabel paritas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel Y yaitu Abortus Inkompletus.

(3) Tabel kategori variabelAnemia memiliki nilai 0,008< 0,25 artinya variabel anemia mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel Y yaitu Abortus Inkompletus.

Pembahasan

Pengaruh Umur Terhadap Kejadian Abortus Inkompletus

Berdasarkan hasil uji stastistik dengan Chi Squaretest diperoleh hasil bahwa umur tidak berpengaruh terhadap kejadian abortus inkompletus di RSUD Tgk. Chik Di Tiro Sigli Tahun 2017 dengan p-value = 0,202 yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara umur ibu dengan kejadian abortus inkompletus, (nilai œ> 0,05), maka Ho diterima yaitu tidak ada hubungan umur ibu dengan kejadian abortus inkompletus di RSUD Tgk.Chik Di Tiro Sigli.. Berdasarkan hasil tabel Risk estimate diperoleh nilai OR (Odd Rasio) 1,587 menunjukkan bahwa responden pada umur ibu berisiko 1,6 kali berpeluang mengalami abortus inkompletus

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Gunanegara (2013-2014) bahwa berdasarkan faktor resiko yang dianalisis, didapatkan bahwa usia (p value 0,997 > 0,05) yaitu p value> 0,05 tidak ada hubungan yang signifikan antara umur ibu dengan kejadian abortus inkomplit.

Menurut asumsi peneliti hasil penelitian yang tidak sesuai dengan usia yang tidak termasuk faktor risiko tinggi tersebut kemungkinan pada usia yang tidak termasuk faktor risiko tinggi tersebut tercakup dalam usia produktif, dimana mereka cenderung memiliki tingkat stres yang tinggi, pola makan yang buruk, dan gaya hidup yang kurang baik sehingga dapat mempengaruhi kondisi kesehatan reproduksi yang kurang baik juga, abortus inkompletus salah satu efek yang dialami. Kebetulan juga karena usia responden yang diteliti yang mengalami abortus inkompletus kebanyakan usia 20-35 tahun ,dimana pada usia tersebut masih dikategorikan usia tidak berisikountuk hamil dan melahirkan, Kemungkinan juga responden yang mengalami abortus inkompletus pada usia tersebut memiliki pola hidup yang kurang sehat, meskipun mereka hamil diusia yang tidak berisiko terhadap abortus inkompletus

Pengaruh Paritas Terhadap Kejadian Abortus Inkompletus

Berdasarkan hasil uji statistik dengan Chi Squaretest diperoleh hasil bahwa paritas

berpengaruh terhadap kejadian abortus inkompletus di RSUD Tgk. Chik Di Tiro Sigli

Tahun 2017 dengan p-value= 0,012 (nilai p< 0,05) dan OR sebesar 2,739 menunjukkan

bahwa paritas berisiko 2,7 kali berpeluang mengalami kejadian Abortus inkompletus. Dan

setelahdilakukan analisis regresi logistik dengan metode enter diperoleh interpretasi Tahap

1: Paritas dengan nilai sig 0,018 < 0,25 artinya variabel paritas memiliki hubungan yang

signifikan terhadap abortus inkompletus. dan dilanjutkan untuk Tahap 2 yaitu: Paritas

dengan nilai sig 0,018 < 0,05 artinya variabel paritas memiliki hubungan yang signifikan

(9)

202

terhadap abortus inkompletus dan memiliki nilai Exp(B) 2,510 artinya variabel paritas memiliki peluang 2,5 kali berpengaruh terhadap abortus inkompletus.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Maliana (2016) yaitu didapatkan ada hubungan paritas dengan abortus inkomplit dengan nilai p value 0,016 (nilai p< 0,05) dan sejalan dengan penelitian Darma (2014) ada hubungan paritas dengan kejadian abortus inkomplit dengan nilai p value ≤ 0,006 (p ≤ 0,05)

Menurut asumsi peneliti paritas tinggi (memiliki anak lebih dari 3) dapat menyebabkan kemunduran daya lentur (elastisitas) jaringan yang sudah berulang kali direnggangkan oleh kehamilan sehingga cenderung untuk timbul kelainan letak, kelainan pertumbuhan plasenta dan pertumbuhan janin dapat terganggu yang dipengaruhi oleh suplai gizi dari ibu kejanin sehingga ibu dapat cenderung mengalami abortus.

Pengaruh Riwayat Abortus Terhadap Kejadian Abortus Inkompletus

Berdasarkan hasil uji Chi Squaretest diperoleh nilaip (sig) = 0,560 yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara riwayat abortus yang lalu dengan kejadian abortus inkompletus, maka Ho diterima yaitu tidak ada hubungan umur ibu dengan kejadian abortus inkompletus di RSUD Tgk.Chik Di Tiro Sigli.. Berdasarkan hasil tabel Risk estimate diperoleh nilai OR (Odd Rasio) 1,237 menunjukkan bahwa riwayat abortus berisiko 1,2 kali berpeluang mengalami abortus inkompletus.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Gunanegara (2013-2014) riwayat abortus (p value 0,824>0,05) tidak terdapat hubungan yang bermakna dengan Kejadian Abortus Inkomplit dan tidak sejalan dengan penelitian Putri (2015) yaitu ada hubungan riwayat abortus dengan abortus Inkompletus di RSB Ummi Kota Tasikmalaya tahun 2015 dengan nilai p sebesar 0,000 (P value<0,05)

Menurut asumsi peneliti ibu-ibu yang sudah pernah mengalami abortus sebelumnya kemungkinan akan lebih menjaga kehamilannya untuk mencegah terjadinya kejadian abortus yang pernah dialami, ibu-ibu tersebut akan lebih menjaga kehamilannya supaya tidak terulang lagi hal yang sama, karena bagi ibu tersebut untuk memiliki anak bukanlah hal yang mudah, memiliki anak adalah hal yang sangat dinantikan bagi ibu yang sudah pernah mengalami abortus.

Pengaruh Anemia Terhadap Kejadian Abortus Inkompletus

Pengaruh anemia pada kehamilan dapat terjadi abortus, partus prematurus, IUGR, infeksi, hyperemesis gravidarum, dan lain-lain. Anemia ditandai dengan:bagian dalam kelopak mata, lidah dan kuku pucat, lemah dan merasa cepat lelah, kunang-kunang, napas pendek-pendek, nadi meningkat dan pingsan. Anemia pada ibu hamil didefinisikan bila kadar HB dibawah 11 gr/dL. HB kurang dari 11 gr/dL pada trimester 1 dan 3 dan HB kurang dari 10,5 gr/dL pada trimester 2. Menurut WHO ibu hamil tidak boleh memiliki HB kurang dari 11 gr/dL selama kehamilan.

Kejadian abortus inkompletus dipengaruhi oleh anemia, pada penelitian ini jumlah

kasus anemia terbanyak terdapat terdapat pada kelompok kasus anemia berisiko yaitu

sebesar 50 responden (26%). Berdasarkan hasil uji statistik dengan Chi Squaretest

diperoleh hasil bahwa anemia berpengaruh terhadap kejadian abortus inkompletus di

RSUD Tgk. Chik Di Tiro Sigli Tahun 2017 dengan p-value= 0,005 (nilai œ < 0,05) dan

(10)

203 OR sebesar 2,391 menunjukkan bahwa anemia berisiko 2,4 kali berpeluang mengalami kejadian Abortus inkompletus.

Setelah dilakukan analisis regresi logistik dengan metode enter diperoleh interpretasi Tahap 1:Anemia dengan nilai sig 0,008 < 0,25 artinya variabel anemia memiliki hubungan yang signifikan terhadap abortus inkompletus dan dilanjutkan untuk Tahap 2 yaitu: Anemia dengan nilai sig 0,008< 0,05 artinya variabel anemia memiliki hubungan yang signifikan terhadap abortus inkompletus dan memiliki nilai Exp(B) 2,242 artinya variabel anemia memiliki peluang 2,2 kali berpengaruh terhadap abortus inkompletus. Dilanjutkan dengan tahap 3 yaitu dipilih nilai yang paling dominan (yang paling berpengaruh) terhadap abortus inkompletus adalah variabel anemia dengan nilai 0,008 < 0,05.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Darma (2014) didapatkan hasil, ada hubungan kadar Hb dengan kejadian abortus inkomplit dengan nilai p value 0,000 (p ≤ 0,05), dan sejalan dengan penelitian Fajria (2013)ada hubungan yang signifikan antara faktor kadar Hb dengan abortus dengan nilai p=0,001 yaitu p < 0,05

Menurut asumsi peneliti anemia pada ibu hamil terjadi karena kekurangan vitamin dan mineral seperti vitamin B12, asam folat, zat besi, dan lainnya yang dapat menyebabkan anemia pada kehamilan. Janin berkembang bergantung pada darah ibu, jika ibu menderita anemia, dapat mengakibatkan pertumbuhan janin yang buruk, lahir premature dan keguguran. Anemia pada ibu hamil terjadi salah satunya dikarenakan banyak ibu yang tidak mengetahui betapa pentingnya tablet Fe untuk dikonsumsi selama kehamilan.

Simpulan

Berdasakan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Ibu dengan faktor umur berisiko tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian abortus inkompletus.

2. Ibu dengan faktor paritas memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian abortus inkompletus.

3. Ibu dengan faktor riwayat abortus yang lalu tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian abortus inkompletus.

4. Ibu dengan Anemia memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian abortus inkompletus

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, (2014). Profil kesehatan Aceh Tahun 2013. Jakarta: Kemenkes.

Anonimous, (2016). World Bank Group, and United Nations Population Division; Trends

MaternalMortality : 1990 to 2015 Estimates. WHO, UNICEF, UNFPA (di unduh 4

Februari 2017).

(11)

204

Anonimous, (2016b). Laporan PWS KIA. Kesehatan Kabupaten Pidie. Dinkes Kabupaten Pidie. 2016.

Anonimous, (2016c). Profil Kesehatan Aceh Tahun 2015. Jakarta: Kemenkes.

Anwar, Anita. dkk . (2015). Kehamilan Risiko Tinggi. Jakarta : CV. S Agung Seto

Cunningham, dkk. (2011). Dasar-dasar Ginekologi dan Obstetri. Jakarta : EGC

Derek Llewellyn- Jones, (tt). Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi edisi 6.

Gunanegara. (2014). Hubungan Abortus Inkomplit dengan Faktor Risiko Pada Ibu Hamil di Rumah Sakit Pindad Bandung

Kismiliansari. (2013). Hubungan antara usia Ibu Hamil dengan Kejadian Abortus Habitualis di RSUD Ulin Banjarmasin

Leveno, K. J., (2015). Manual Komplikasi Kehamilan Williams. Jakarta: EGC

Margareth, dkk. (2013). Kehamilan, Persalinan dan Nifas dilengkapi dengan patologi, Yogyakarta: Nuha Medika

Prawirohardjo, S. (2014). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka

SDKI, (2012). Profil KesehatanIndonesia Tahun 2015. (Diunduh 4 Februari 2017

SDGS-Ditjen. .BGKIA.pdf. (2016) (Diunduh 4 Februari 2017)

Zulfa, Erna, (2014). Pelayanan keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi.Jakarta:

Trans Info Media

Gambar

Tabel 4. Tabel  Silang  Faktor  Anemia  Dengan  Kejadian  Abortus  Inkompletus  di  RSUD Tgk

Referensi

Dokumen terkait

3) Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan meneliti kelengkapan persyaratan dan apabila telah lengkap selanjutnya menerbitkan Surat permohonan penghapusan BMN karena

Pada proses ini, penyerang tidak terlibat dalam komunikasi antara pengirim dan penerima pesan, namun penyerang akan menyadap semua pertukaran pesan antara kedua

Yang membuat kurangnya tenaga pengereman pada sistem simulasi,seperti kerusakkan yang terjadi padamaster cylinder, kebocoran pada pipa dan flexible hoose, kotornya

If you have multiple users publishing content in your Apache installation, it is very convenient to allow them to password- protect their own directories using .htaccess

Maka dari itu pada Tugas Akhir ini bermaksud untuk melakukan analisis ulang terhadap kecepatan kapal, hambatan, dan olah gerak yang mana hasilnya akan dapat digunakan

1) Character adalah watak dari orang yang akan diberi kartu, kejujuran, kesungguhan dalam memenuhi janji dan keinginan untuk memenuhi janji. 2) Capacity adalah

Pada penelitian ini, untuk meningkatkan keandalan produk dilakukan reliability improvement dengan cara menentukan parameter desain yang optimal yaitu nilai nominal laju pemakaian yang

Dalam hal ini, Pegawai Pengawal hendaklah merujuk kepada pekeliling atau apa-apa garis panduan yang dikeluarkan oleh UPE, JPM bagi memastikan cadangan anggaran