V. KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH PEMBANGUNAN DI CIANJUR
Suatu wilayah memiliki potensi dan karakteristik wilayah yang berbeda dengan wilayah lain. Hal ini sangat berpengaruh terhadap proses pembangunan ekonomi pada suatu wilayah. Pembangunan ekonomi suatu wilayah sangat terkait dengan potensi dan karakteristik yang dimiliki wilayah tersebut. Perbedaan potensi serta karakteristik antar wilayah menyebabkan terjadinya ketidakmerataan pembangunan ekonomi. Potensi sumberdaya wilayah yang tidak tersebar secara merata tersebut menimbulkan perbedaan potensi pengembangan dan perbedaan pertumbuhan antar wilayah. Dengan demikian, perbedaan tersebut menyebabkan adanya ketimpangan pembangunan wilayah akibat ketidakmerataan sumberdaya pembangunan, ketidakmerataan kegiatan pembangunan serta ketidakmerataan penyediaan sarana dan prasarana.
Adanya kesenjangan antar wilayah akibat perbedaan potensi sumberdaya berimplikasi pada adanya pembagian wilayah kaya, wilayah sedang, dan wilayah miskin. Wilayah kaya merupakan wilayah yang memiliki potensi sumberdaya yang besar dengan tingkat pemanfaatan yang tinggi. Wilayah kaya tersebut mempunyai faktor-faktor potensial yang dapat mempercepat laju pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian pengembangan wilayah kaya ditujukan untuk meningkatkan pertumbuhan wilayah tersebut serta mendorong pertumbuhan wilayah belakangnya.
Wilayah sedang dan wilayah miskin adalah wilayah yang masih harus dikembangkan. Pengembangan wilayah sedang ditujukan untuk mendorong wilayah tersebut memanfaatkan sumberdaya yang dimilikinya secara efektif sehingga mampu berkembang dengan kekuatannya sendiri. Sedangkan pengembangan wilayah miskin ditujukan agar wilayah tersebut mampu bersaing dan mengimbangi pertumbuhan wilayah lainnya sebagai upaya pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya.
Kategori perbedaan wilayah yang menunjukkan adanya ketimpangan pembangunan juga terbagi berdasarkan adanya perbedaan penyediaan sarana dan prasarana pembangunan, yaitu wilayah maju, wilayah berkembang, dan wilayah
tertinggal. Wilayah maju merupakan wilayah yang memiliki ketersediaan fasilitas yang baik. Wilayah sedang merupakan wilayah yang memiliki ketersediaan fasilitas yang sedang. Sedangkan wilayah miskin merupakan wilayah yang memiliki ketersediaan fasilitas yang tertinggal.
Dalam menentukan kebijakan pembangunan wilayah maka harus terlebih dahulu diidentifikasi potensi sumberdaya di masing-masing wilayah serta penyebaran kegiatan pembangunannya. Dengan demikian hasil dari kebijakan pembangunan yang terpadu berdasarkan hubungan fungsional antar wilayah dan fasilitas sosial ekonomi dapat digunakan untuk menetapkan wilayah-wilayah yang perlu mendapat prioritas dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan wilayah.
5.1 Ketimpangan Sumberdaya Pembangunan berdasarkan Analisis Hirarki Potensi Sumberdaya Wilayah Kabupaten Cianjur Selatan
Ketimpangan sumberdaya pembangunan dapat dianalisis dengan menggunakan analisis hierarki potensi sumberdaya wilayah. Dalam analisis hirarki potensi sumberdaya ini satuan penelitian yang digunakan adalah wilayah kecamatan. Data yang digunakan dalam kajian ini adalah data dari 32 kecamatan di Kabupaten Cianjur. Namun yang akan dibahas secara spesifik hanya Wilayah Pembangunan Cianjur Selatan terdiri dari 10 kecamatan. Sektor yang dikaji dalam peringkat potensi sumberdaya wilayah ini adalah sektor pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan dan perkebunan, perdagangan, perindustrian, pariwisata, pertambangan dan kependudukan. Sektor pertanian dilihat dari jumlah produksi per tahun yang terdiri atas pertanian tanaman pangan dan palawija, buah-buahan, sayuran dan tanaman hias. Komponen subsektor tanaman pangan dan palawija meliputi produksi padi sawah, padi gogo, ubi kayu, ubi jalar, jagung, kacang tanah, kacang kedelai, dan kacang hijau. Untuk subsektor sayuran terdiri atas bawang daun, kentang, kembang kol, petsai, wortel, lobak, kacang merah, kubis, kacang panjang, cabe besar, cabe rawit, terung, buncis, tomat, labu siam, bayam, jahe, lengkuas, kencur, kunyit, lempuyang, temu lawak, temu ireng, temu kunci, dringgo, kapulaga, mengkudu, mahkota dewa, dan kejibeling.
Sektor peternakan ditunjukkan oleh banyaknya populasi ternak per tahun yang terdiri atas ternak besar (sapi potong dan kerbau), ternak kecil (kambing dan domba), ternak unggas (ayam buras dan itik). Sektor perikanan dilihat dari produksi hasil perikanan per tahun dan dibedakan menjadi produksi ikan air tawar dan produksi ikan di tambak dan di laut. Produksi ikan air tawar di Cinajur Selatan terdiri dari perikanan kolam air tenang, pembenihan, sawah, dan sungai.
Sektor perkebunan dan kehutanan dilihat dari luas hutan atau perkebunan yang meliputi hutan produksi dan hutan lindung. Sementara sektor perindustrian dilihat dari banyaknya jumlah perusahaan di masing-masing kecamatan yang dibedakan menjadi perusahaan kecil, perusahaan menengah, dan perusahaan besar.
Berdasarkan hasil analisis hierarki potensi sumberdaya maka masing-masing kecamatan dikelompokkan menjadi wilayah kaya, wilayah sedang, dan wilayah miskin berdasarkan ketersediaan sumberdaya yang dimiliki masing-masing kecamatan. Wilayah kaya memiliki potensi sumberdaya tinggi, wilayah sedang dan wilayah miskin potensi sumberdayanya relatif rendah.
Hasil perhitungan potensi setiap sektor untuk masing-masing kecamatan dibuat rangking untuk mengetahui kecamatan yang memiliki potensi yang besar untuk setiap sektor. Semakin kecil angka peringkatnya maka semakin baik potensi sumberdaya wilayah pada kecamatan tersebut. Pengkategorian wilayah ditentukan berdasarkan selang kategori. Penentuan selang untuk ketiga kategori tersebut dilakukan dengan cara menentukan selisih jumlah peringkat terbesar dan terkecil kemudian membaginya dengan tiga kategori di atas sehingga diperoleh rentang yang sama untuk setiap kategori.
Berdasarkan hasil analisis hirarki potensi sumberdaya kecamatan diperoleh jumlah peringkat terbesar adalah 147 dan peringkat terkecil 25. Jika selisih antara jumlah peringkat terbesar dan terkecil tersebut dibagi oleh tiga kategori akan menghasilkan rentang untuk setiap kategori sebesar 40. Dengan demikian pada analisis ini diperoleh kategori untuk kecamatan yang tergolong wilayah kaya adalah yang mempunyai skor 25 – 65, wilayah sedang adalah yang mempunyai skor 66 – 106, dan wilayah miskin adalah yang mempunyai skor 107 – 147.
Tabel 5.1. Analisis Hirarki Potensi Sumberdaya di Kabupaten Cianjur Tahun 2011
No Kecamatan To
tal
Rank
Kategori Pert
ania n
Petern a kan
Per ikana n
Hut bun
Per Indus
train Pariw
isa ta
Ke pendud
ukan Cianjur Utara
1 Sukaresmi 4 12 15 20 9 9 69 20 SEDANG
2 Pacet 9 6 28 8 2 7 60 23 KAYA
3 Cipanas 25 27 30 17 1 4 104 9 SEDANG
4 Cugenang 1 9 11 18 5 44 28 KAYA
5 Cianjur 27 32 12 3 2 3 1 80 18 SEDANG
6 Karangtengah 10 13 6 1 6 2 38 30 KAYA
7 Mande 19 4 1 11 13 48 27 KAYA
8 Cikalongkulon 12 5 4 12 8 41 29 KAYA
9 Haurwangi 23 26 31 3 19 102 11 SEDANG
10 Ciranjang 22 10 2 4 5 10 53 25 KAYA
11 Bojongpicung 14 21 5 22 11 73 19 SEDANG
12 Sukaluyu 17 11 3 6 12 49 26 KAYA
13 Cilaku 11 1 9 9 6 36 31 KAYA
14 Warungkondang 21 7 7 10 15 60 24 KAYA
15 Gekbrong 30 2 25 13 21 91 25 SEDANG
16 Cibeber 5 3 10 4 3 25 32 KAYA
Cianjur Tengah
17 Campaka 16 8 8 14 17 63 22 KAYA
18 Campakamulya 29 28 19 23 32 131 4 MISKIN
19 Takokak 8 20 20 15 22 85 17 SEDANG
20 Pasirkuda 20 31 32 24 29 136 3 MISKIN
21 Pagelaran 6 19 13 16 14 68 21 SEDANG
22 Kadupandak 2 23 18 25 23 91 16 SEDANG
23 Cijati 26 30 17 26 30 129 5 MISKIN
24 Sukanagara 28 17 16 1 7 4 24 97 14 SEDANG
25 Tanggeung 3 18 23 2 21 5 26 98 13 SEDANG
Cianjur Selatan10
26 Cibinong 18 25 24 19 18 104 10 SEDANG
27 Leles 31 29 29 27 31 147 1 MISKIN
28 Agrabinta 15 22 27 28 27 119 6 MISKIN
29 Sindangbarang 13 14 26 5 29 7 20 114 8 MSIKIN
30 Cidaun 7 24 14 30 8 16 99 12 SEDANG
31 Cikadu 32 24 22 31 28 137 2 MISKIN
32 Naringgul 24 15 21 32 25 117 7 MISKIN
Jika dilihat dari perbedaan hasil skor akhir antar kecamatan di Kabupaten Cianjur, maka dapat dilihat bahwa penyebaran sumberdaya kurang merata sehingga tingkat ketimpangan yang terjadi menjadi tinggi. Alokasi kegiatan- kegiatan pembangunan lebih diarahkan pada wilayah-wilayah kaya yang ketersediaan sumberdayanya lebih banyak. Sebagai implikasinya, wilayah- wilayah kaya akan mengasilkan nilai tambah yang besar yang akan sangat berarti bagi pertumbuhan wilayahnya.
Berdasarkan pengkategorian yang telah dilakukan maka di Kabupaten Cianjur pada Tahun 2011 terdapat 11 Kecamatan (34.38 persen) yang tergolong ke dalam wilayah dengan potensi sumberdaya kaya, 12 kecamatan (37.50 persen) tergolong wilayah sedang dan 9 kecamatan (28.13 persen) termasuk ke dalam wilayah miskin. Selanjutnya jika dirinci sesuai dengan wilayah pembangunan maka di wilayah Cianjur Utara hanya terbagi menjadi wilayah kaya dan wilayah sedang. Wilayah kaya, yaitu sekitar 62.50 persen dari jumlah kecamatan yang ada di Cianjur Utara dan sisanya yaitu sebesar 37.50 persen adalah wilayah sedang.
Gambar 5.1. Persentase Jumlah Kecamatan berdasarkan Potensi Sumberdaya di Kabupaten Cianjur Tahun 2011
Kondisi di wilayah pembangunan Cianjur Tengah sebagian besar wilayahnya berkategori wilayah sedang yaitu sebesar 55.56 persen. Kategori miskin sebesar 33.33 persen dan terakhir adalah kategori kaya sebesar 11.11 persen. Di wilayah usulan pembangunan Cianjur Selatan sebagian besar wilayahnya memiliki kategori miskin, yaitu 71.42 persen dan sisanya sebesar
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Utara Tengah Selatan Usulan
%
Kaya Sedang Miskin
28.57 persen termasuk kategori wilayah sedang. Di wilayah Cianjur Selatan ini tidak ada kecamatan yang masuk ke dalam kategori kaya.
Sementara di wilayah Usulan Cianjur Selatan dalam penelitian ini, yaitu di 10 kecamatan di Cianjur Selatan, maka wilayahnya terbagi 2 yaitu wilayah sedang dan wilayah miskin. Wilayah yang termasuk kategori wilayah miskin di wilayah usulan Cianjur Selatan yaitu sebesar 60 persen dan 40 persen termasuk kategori wilayah sedang.
5.1.1 Wilayah Sedang di Daerah Cianjur Selatan
Di wilayah Usulan Cianjur Selatan terdapat empat kecamatan yang tergolong kecamatan sedang dari 10 kecamatan yang ada. Keempat kecamatan tersebut adalah Cibinong, Cidaun, Tanggeung, dan Kadupandak. Secara aktual, dari keempat kecamatan tersebut hanya dua kecamatan yaitu kecamatan Cibinong dan Cidaun yang masuk ke dalam Wilayah Pembangunan Cianjur Selatan.
Kecamatan lainnya termasuk wilayah pembangunan Cianjur Tengah namun diusulkan menjadi bagian dari Kabupaten Usulan Cianjur Selatan.
Sektor yang potensial dikembangkan di Kecamatan Tanggeung adalah sektor kehutanan dan perkebunan. Kecamatan Tanggeung memiliki luas hutan produksi dan hutan lindung kedua terluas dari seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Cianjur.
5.1.2 Wilayah Miskin di Daerah Cianjur Selatan
Berdasarkan hasil analisis hirarki potensi sumberdaya wilayah secara keseluruhan, pada wilayah Cianjur Selatan terdapat lima kecamatan yang termasuk wilayah miskin yaitu Kecamatan Leles, Agrabinta, Cikadu, Naringgul, dan Sindangbarang. Untuk daerah usulan Cianjur Selatan, selain kelima kecamatan di atas Kecamatan Cijati juga termasuk ke wilayah miskin di wilayah tersebut.
Kecamatan Sindangbarang memiliki potensi pengembangan pada sektor peternakan. Sektor peternakan yang berpotensi dikembangkan di wilayah tersebut antara lain unggas yang meliputi ayam buras dan itik. Sektor lain yang berpotensi
dikembangkan di Kecamatan Sindangbarang aalah sektor perkebunan dan kehutanan karena berdasarkan SK Menteri Kehutanan Nomor 174 dan 195, pada tahun 2010 kawasan hutan perum perhutani (KPH) di kecamatan Sindangbarang mencapai 7382.5 Ha.
Potensi pengembangan di Kecamatan Agrabinta adalah sektor pertanian terutama jenis tanaman obat-obatan seperti lengkuas, kencur, kunyit, dan lempuyang. Kecamatan Agrabinta juga memiliki potensi besar untuk pengembangan di sektor peternakan yaitu ternak kambing dan domba. Kecamatan Cikadu memiliki potensi pengembangan utama pada sektor pertanian terutama berbagai jenis sayuran seperti bawang daun, petsai, kubis, tomat dan buncis.
Sementara Kecamatan Leles berpotensi di sektor perikanan terutama dalam produksi berbagai jenis benih ikan tawar seperti benih ikan mas dan ikan lele.
5.2 Ketimpangan Kegiatan Pembangunan berdasarkan Analisis Hirarki Fasilitas Sosial Ekonomi di Kabupaten Cianjur
Ketersediaan sarana dan prasarana merupakan faktor penting dalam pembangunan suatu daerah. Namun penyebaran sarana dan prasarana pembangunan di setiap daerah berbeda-beda. Hal inilah yang mengakibatkan terjadinya ketimpangan sarana dan prasarana pembangunan. Wilayah yang memiliki ketersediaan sarana dan prasarana pembangunan yang tinggi akan memiliki tingkat kesejahteraan sosial ekonomi yang lebih baik dibanding wilayah dengan ketersediaan sarana dan prasarana pembangunan yang terbatas, karena dengan mengeluarkan biaya yang relatif rendah dapat memperoleh pelayanan dari fasilitas yang tersedia.
Tingkat ketersediaan dan penyebaran fasilitas sosial ekonomi di Kabupaten Cianjur yang dibedakan menjadi fasilitas pemerintahan, pendidikan, kesehatan, ekonomi, peribadatan, pariwisata, serta perhubungan dan komunikasi ditunjukkan oleh analisis hirarki fasilitas sosial ekonomi. Indikator fasilitas pemerintahan meliputi jumlah desa kota dan perdesaan yang ada dalam suatu kecamatan. Selain itu jarak kecamatan terhadap pusat pemerintahan (Cianjur) dan jumlah penduduk pun menjadi pertimbangan dalam menentukan hirarki penyebaran dan
ketersediaan fasilitas sosial ekonomi. Indikator fasilitas pendidikan meliputi jumlah Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA) dan pesantren pada masing-masing kecamatan di Kabupaten Cianjur.
Indikator fasilitas kesehatan meliputi jumlah rumah sakit, rumah sakit bersalin, klinik keluarga berencana, puskesmas, puskesmas pembantu, puskesmas keliling, jumlah praktek dokter umum, praktek dokter gigi, praktek dokter spesialis, dan praktek swasta. Pasar tradisional, pasar swalayan, dan koperasi merupakan indikator yang digunakan dalam fasilitas ekonomi. Fasilitas peribadatan meliputi banyaknya mesjid, musholla, gereja, pura, dan vihara.
Indikator fasilitas pariwisata meliputi jumlah hotel, restoran, dan objek wisata. Untuk fasilitas perhubungan dan komunikasi diwakili oleh jumlah terminal bis, subterminal angkot, dan jumlah kantor pos maupun kantor pos pembantu.
Klasifikasi atau pengkategorian wilayah berdasarkan hirarki fasilitas sosial ekonomi terbagi menjadi tiga kriteria wilayah yaitu wilayah maju, wilayah berkembang, dan wilayah tertinggal. Wilayah yang memiliki ketersediaan fasilitas rendah dimasukkan ke dalam kategori wilayah tertinggal. Wilayah yang memiliki ketersediaan yang sedang dikategorikan menjadi wilayah berkembang dan wilayah yang memiliki ketersediaan fasilitas lebih baik dikategorikan menjadi wilayah maju.
Penentuan rentang untuk masing-masing kategori tersebut dilakukan dengan menentukan selisih dari jumlah peringkat terbesar dan terkecil kemudian membaginya menjadi tiga bagian yang sama untuk setiap kategori. Hasil analisis hirarki potensi fasilitas wilayah ditunukkan oleh Tabel 5.2.
Tabel 5.2. Analisis Hirarki Fasilitas Sosial Ekonomi di Kabupaten Cianjur Tahun 2011
No Kecamatan Peringkat Fasilitas
To tal
Ra nk
Kategori
Pe Me rinta han
Pend idika n
Kese hat an
Eko nom i
Per Iba Dat an
Pariw isata
Hu bk om
Lok asi
Kep.
Pen Du duk Cianjur Utara
1 Sukaresmi 14.5 15 9 15.5 9 7 28 17.5 13 128.5 20 BERKEMBANG
2 Pacet 29.5 19 14 2 8 2 28 9.5 5 102.5 13 BERKEMBANG
3 Cipanas 29.5 7 30 24 4 1 13 12 4 108.0 14 BERKEMBANG
4 Cugenang 3.5 5 5 9 15 23.5 13 4 8 73.5 5 MAJU
5 Cianjur 14.5 1 1 1 1 3 13 1 1 34.0 1 MAJU
6 Karangtengah 3.5 2 3 3 3 7 28 2 2 49.5 2 MAJU
7 Mande 10 12 2 12.5 5.5 11.5 28 6.5 14.5 81.5 6 MAJU
8 Cikalongkulon 1.5 6 5 6 11 11.5 13 12 12 53.5 3 MAJU
9 Haurwangi 27.5 29 18 31.5 32 11.5 13 6.5 17 162.0 28 TERTINGGAL
10 Ciranjang 25 20 11 5 11 11.5 13 12 3 96.0 11 BERKEMBANG
11 Bojongpicung 14.5 11 7 10.5 26 23.5 28 14.5 16 120.5 18 BERKEMBANG
12 Sukaluyu 21 25 24 17.5 22 23.5 28 5 6 161.0 27 TERTINGGAL
13 Cilaku 21 4 12 4 5.5 23.5 13 3 7 82.5 8 MAJU
14 Warungkondang 14.5 22 13 8 19 23.5 28 14.5 9 128.0 19 BERKEMBANG
15 Gekbrong 27.5 31 21 21.5 28 23.5 13 9.5 10 165.0 29 TERTINGGAL
16 Cibeber 1.5 3 5 7 13.5 23.5 13 8 11 66.0 4 MAJU
Cianjur Tengah
17 Campaka 14.5 10 19 17.5 16 11.5 13 16 18 101.0 12 BERKEMBANG
18 Campakamulya 32 32 32 28 20 23.5 13 17.5 20 180.0 31 TERTINGGAL
19 Takokak 25 16 20 19 17.5 23.5 13 20 22 133.5 22 BERKEMBANG
20 Pasirkuda 25 30 25 31.5 31 23.5 28 21 28 194.0 32 TERTINGGAL
21 Pagelaran 6.5 9 10 25.5 2 23.5 13 22 26 89.0 10 BERKEMBANG
22 Kadupandak 6.5 13 29 12.5 23 23.5 13 26.5 19 120.0 17 BERKEMBANG
23 Cijati 21 27 23 27 24 23.5 13 28 14.5 158.0 26 TERTINGGAL
24 Sukanagara 21 17 16 10.5 27 5 13 19 25 109.0 15 BERKEMBANG
25 Tanggeung 10 24 22 20 29 11.5 13 23.5 21 129.0 21 BERKEMBANG
Cianjur Selatan
26 Cibinong 6.5 8 8 21.5 13.5 23.5 1 26.5 27 82.0 7 MAJU
27 Leles 10 28 27 30 25 23.5 13 25 23 156.0 25 TERTINGGAL
28 Agrabinta 14.5 26 28 14 21 23.5 13 23.5 31.5 139.5 24 BERKEMBANG
29 Sindangbarang 14.5 18 17 23 7 7 28 30 24 114.5 16 BERKEMBANG
30 Cidaun 6.5 14 15 15.5 17.5 4 13 31 29.5 85.0 9 MAJU
31 Cikadu 21 23 31 29 30 23.5 13 29 29.5 170.0 30 TERTINGGAL
32 Naringgul 14.5 21 26 25.5 11 23.5 13 32 31.5 134.0 23 BERKEMBANG
Berdasarkan hasil analisis hirarki fasilitas sosial ekonomi peringkat terbesar adalah 194 dan peringkat terkecilnya berjumlah 34. Selisih dari nilai maksimum dan minimum tersebut adalah 160. Selisih tersebut dibagi menjadi tiga kategori sehingga menghasilkan rentang 52.67. Dengan demikian, kecamatan- kecamatan di Kabupaten Cianjur akan dikategorikan menjadi wilayah maju jika memiliki skor 34 - 86.67. Selanjutnya, kategori untuk kecamatan yang tergolong wilayah berkembang adalah yang mempunyai skor 87.67 – 140.33. Sedangkan wilayah tertinggal adalah wilayah dengan rentang skor 141.33 – 194.
Di Kabupaten Cianjur, jumlah kecamatan yang tergolong wilayah maju berjumlah 9 kecamatan atau 28,125 persen dari 32 kecamatan yang ada di Kabupaten Cianjur. Kecamatan yang tergolong kecamatan berkembang dan tertinggal masing-masing berjumlah 15 (46.88 persen) kecamatan dan 8 (25 persen) kecamatan. Dengan adanya perbedaan kategori yang terdapat di Kabupaten Cianjur, dapat terlihat masih terdapat ketimpangan kegiatan pembangunan di Kabupaten Cianjur.
Hasil analisis hirarki fasilitas sosial ekonomi menunjukkan bahwa di Wilayah Pembangunan Cianjur Selatan sebagian besar merupakan wilayah berkembang yaitu sekitar 42,86 persen dari seluruh jumlah kecamatan yang ada di Cianjur Selatan. Jumlah kecamatan yang termasuk wilayah maju dan tertinggal memiliki jumlah yang sama yaitu masing-masing dua kecamatan atau sekitar 28,57 persen. Jumlah wilayah berkembang menjadi relatif lebih banyak jika dilihat dari hasil analisis yang dilakukan dengan memasukkan tiga kecamatan dari wilayah Cianjur Tengah kedalam wilayah Cianjur Selatan. Di wilayah usulan Cianjur Selatan, kecamatan yang termasuk kedalam wilayah berkembang menjadi lima kecamatan (50 persen), wilayah maju tetap dua kecamatan (20 persen), dan wilayah tertinggal menjadi 3 kecamatan (30 persen).
Gambar 5.2. Persentase Kecamatan berdasarkan Penyebaran Fasilitas Sosial Ekonomi di Kabupaten Cianjur Tahun 2011.
Wilayah Cianjur lain, yaitu kecamatan-kecamatan di Cianjur Tengah sebagian besar tergolong kedalam wilayah berkembang yaitu sebanyak 66,67 persen dan sisanya sebesar 33,33 termasuk kedalam wilayah tertinggal. Di wilayah Cianjur Tengah tidak ada kecamatan yang masuk dalam kategori wilayah kaya. Untuk wilayah Cianjur Utara didominasi oleh wilayah maju yaitu sebesar 43,75 persen, disusul oleh wilayah berkembang 37,5 persen dan wilayah tertinggal sebesar 18,75 persen.
Pada wilayah maju, kegiatan pembangunan sangat banyak sehingga pemanfaatan sumberdaya akan memberikan kontribusi yang tinggi terhadap pertumbuhan wilayah. Sebaliknya di wilayah tertinggal kegiatan pembangunan sedikit sehingga kontribusi sumberdaya pembangunan terhadap pertumbuhan wilayah juga kecil. Dengan demikian, sebenarnya masih terdapat ketimpangan antar wilayah sehingga berpenaruh terhadap perekonomian wilayah tersebut.
5.3 Analisis Sistem Limpitan Sejajar
Analisis selanjutnya yaitu menentukan wilayah-wilayah pembangunan yang perlu mendapat prioritas dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan dengan menggunakan analisis sistem limpitan sejajar. Sistem limpitan sejajar
0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00
Utara Tengah Selatan Usulan
Maju Berkembang Tertinggal
merupakan gabungan antara sistem hirarki potensial sumberdaya wilayah dan penyebaran fasilitas sosial ekonominya. . Berdasarkan hasil analisis maka wilayah di Kabupaten Cianjur dikategorikan menjadi tiga kriteria yaitu wilayah potensial, wilayah strategis, dan wilayah kritis. Kecamatan-kecamatan yang berada pada peringkat teratas merupakan wilayah potensial sedangkan yang berada pada peringkat bawah merupakan wilayah kritis.
Gambar 5.3 menunjukkan persentase kecamatan berdasarkan kategori wilayah potensial, wilayah strategis, dan wilayah kritis. Kecamatan di wilayah Kabupaten Cianjur yang termasuk kedalam kriteria wilayah potensial berjumlah 10 kecamatan (31,25 persen), sedangkan untuk wilayah strategis berjumlah 13 kecamatan (40,63 persen), dan wilayah kritis berjumlah 9 kecamatan (28,13 persen).
Tabel 5.3. Hasil Analisis Sistem Limpitan Sejajar di Kabupaten Cianjur Tahun 2011
No Kecamatan Tot.
Pote nsi SD
Ran k
Kategori
Tot.
Potensi Sarana
Ra nk
Kategori To tal
Rank DESKRIPSI
Cianjur Utara
1 Sukaresmi 69 20 SEDANG 128.5 20 BERKEMBANG 197.5 16 STRATEGIS 2 Pacet 60 23 KAYA 102.5 13 BERKEMBANG 162.5 10 POTENSIAL 3 Cipanas 104 9 SEDANG 108 14 BERKEMBANG 212 20 STRATEGIS
4 Cugenang 44 28 KAYA 73.5 5 MAJU 117.5 5 POTENSIAL
5 Cianjur 80 18 SEDANG 34 1 MAJU 114 4 POTENSIAL
6 Karangtengah 38 30 KAYA 49.5 2 MAJU 87.5 1 POTENSIAL
7 Mande 48 27 KAYA 81.5 6 MAJU 129.5 7 POTENSIAL
8 Cikalongkulon 41 29 KAYA 53.5 3 MAJU 94.5 3 POTENSIAL 9 Haurwangi 102 11 SEDANG 162 28 TERTINGGAL 264 27 KRITIS 10 Ciranjang 53 25 KAYA 96 11 BERKEMBANG 149 8 POTENSIAL 11 Bojongpicung 73 19 SEDANG 120.5 18 BERKEMBANG 193.5 15 STRATEGIS 12 Sukaluyu 49 26 KAYA 161 27 TERTINGGAL 210 18 STRATEGIS
13 Cilaku 36 31 KAYA 82.5 8 MAJU 118.5 6 STRATEGIS
14 Warungkondang 60 24 KAYA 128 19 BERKEMBANG 188 14 STRATEGIS 15 Gekbrong 91 25 SEDANG 165 29 TERTINGGAL 256 25 KRITIS
16 Cibeber 25 32 KAYA 66 4 MAJU 91 2 POTENSIAL
Cianjur Tengah
17 Campaka 63 22 KAYA 101 12 BERKEMBANG 164 11 POTENSIAL
18 Campakamulya 131 4 MISKIN 180 31 TERTINGGAL 311 31 KRITIS 19 Takokak 85 17 SEDANG 133.5 22 BERKEMBANG 218.5 21 STRATEGIS 20 Pasirkuda 136 3 MISKIN 194 32 TERTINGGAL 330 32 KRITIS 21 Pagelaran 68 21 SEDANG 89 10 BERKEMBANG 157 9 POTENSIAL 22 Kadupandak 91 16 SEDANG 120 17 BERKEMBANG 211 19 STRATEGIS 23 Cijati 129 5 MISKIN 158 26 TERTINGGAL 287 28 KRITIS 24 Sukanagara 97 14 SEDANG 109 15 BERKEMBANG 206 17 STRATEGIS 25 Tanggeung 98 13 SEDANG 129 21 BERKEMBANG 227 22 STRATEGIS Cianjur Selatan
26 Cibinong 104 10 SEDANG 82 7 MAJU 186 STRATEGIS
27 Leles 147 1 MISKIN 156 25 TERTINGGAL 303 29 KRITIS 28 Agrabinta 119 6 MISKIN 139.5 24 BERKEMBANG 258.5 26 KRITIS 29 Sindangbarang 114 8 MSIKIN 114.5 16 BERKEMBANG 228.5 23 STRATEGIS
30 Cidaun 99 12 SEDANG 85 9 MAJU 184 12 STRATEGIS
31 Cikadu 137 2 MISKIN 170 30 TERTINGGAL 307 30 KRITIS 32 Naringgul 117 7 MISKIN 134 23 BERKEMBANG 251 24 KRITIS
Potensi sumberdaya yang berbeda-beda antar kecamatan memacu untuk dilaksanakannya pengembangan wilayah secara terpadu melalui spesialisasi pada sumberdaya yang dimiliki sehingga pertumbuhan dan pemerataan pembangunan dapat dicapai. Namun demikian, penyebaran fasilitas sosial ekonomi yang tidak merata menyebabkan kecamatan-kecamatan dengan sumberdaya terbatas tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai penyedia fasilitas pelayanan yang efektif dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.
Ketidakmerataan penyebaran fasilitas ekonomi tersebut dapat dijadikan indikator terjadinya ketimpangan kesejahteraan antar kecamatan di Kabupaten Cianjur. Wilayah dengan fasilitas sosial ekonomi yang tinggi akan memiliki tingkat kesejahteraan sosial ekonomi yang lebih baik. Hal tersebut salah satunya disebabkan oleh relatif rendahnya biaya yang harus dikeluarkan oleh masyarakat pada wilayah yang ketersediaan fasilitasnya lengkap untuk memperoleh pelayanan dari fasilitas yang tersedi jika dibandingkan dengan masyarakat yang berada pada wilayah yang ketersediaan fasilitasnya kurang atau tidak lengkap.
Kategori wilayah di Wilayah Pembangunan Cianjur Selatan berdasarkan analisis sistem limpitan sejajar terdapat 42,85 persen wilayah strategis dan 57,14 persen wilayah kritis. Sedangkan di Wilayah Usulan Cianjur Selatan terdapat 5
kecamatan (50 persen) yang termasuk kategori wilayah strategis dan 5 kecamatan (50 persen) yang termasuk kategori wilayah kritis.
Gambar 5.3. Jumlah Kecamatan Potensial, Strategis, dan Kritis pada Masing-masing Wilayah Pembangunan di Kabupaten Cianjur Tahun 2011.
0 10 20 30 40 50 60
Utara Tengah Selatan Usulan
%
Potensial Strategis Kritis