• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERENCANAAN DAUR HIDUP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERENCANAAN DAUR HIDUP"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BINA NUSANTARA

Edisi : 1 Revisi : 2 Sept - 1999

PERENCANAAN DAUR HIDUP

• Pokok bahasan

∗ Water fall model.

∗ Code and fix model.

∗ Spiral model.

∗ Modified model.

∗ Evolutionary prototyping.

∗ Staged delivery.

∗ Design to schedule.

∗ Design to tools.

∗ Commercial off the shelf software.

∗ Memilih model yang cocok.

• Pengertian dan gunanya daur hidup.

Daur hidup adalah model yang mengindikasikan apa yang akan terjadi antara saat awal pembuatan sampai sistem tersebut tidak dapat berfungsi lagi.

Fungsi utama model daur hidup (lingkup bahasan ini) adalah menentukan urutan spesifikasi proyek, prototip, rancangan, implementasi, telaah, uji, dan kegiatan lain yang diperlukan.

Juga kriteria yang dipergunakan untuk menentukan apakah suatu kegiatan sudah boleh beranjak ke kegiatan berikutnya.

Karena merupakan rencana induk (master plan) maka ia akan mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan proyek.

• Water fall model.

Gambar 7.1 Softwa

Conce

Requireme Analys is

Architectu Desig n

Detaile Desig n

Coding Debuggi ng

Syste Testin g

(2)

BINA NUSANTARA

Edisi : 1 Revisi : 2 Sept - 1999

∗ Model paling kuno.

∗ Banyak mengandung masalah.

∗ Menjadi basis model lainnya.

∗ Kemajuan proyek dilakukan langkah demi langkah.

∗ Pada setiap akhir langkah dilakukan telaah.

∗ Document driven, artinya hasil utama adalah dokumen yang dialirkan ke kegiatan berikutnya.

∗ Pada water fall murni, kegiatan tidak tumpang tindih.

∗ Cocok untuk sistem yang stabil definisinya, metodologi yang difahami secara matang.

∗ Dapat mengindikasikan error di awal proyek.

∗ Biayanya murah.

∗ Mengurangi biaya perencanaan.

∗ Tidak segera menghasilkan produk yang tangible kecuali dokumen.

∗ Cocok untuk tim yang kurang pengalaman dan keterampilan.

∗ Sangat sulit untuk mespesifikasikan kebutuhan di awal proyek, sebelum rancangan dibuat bahkan sebelum program mulai dilakukan.

∗ User sering tidak tahu kebutuhannya sendiri.

∗ Tidak luwes menangani kebutuhan user yang sering berubah.

∗ Tidak mudah melakukan iterasi.

∗ Tools, metodologi sukar untuk mengakomodasi rentang fase kegiatan yang panjang.

∗ Terlalu banyak dokumen, sehingga butuh waktu yang banyak.

• Code and fix model.

Gambar 7.2

∗ Model yang bisa digunakan, tetapi tidak lazim.

∗ Tidak membutuhkan perencanaan proyek.

∗ Bila dikombinasikan dengan jadwal yang singkat bisa menjadi code-like-hell.

∗ Dimulai dengan ide umum/kasar.

∗ Bisa memiliki, bisa juga tidak punya spesifikasi formal.

∗ Tidak ada overhead, yaitu tidak diperlukan waktu untuk perencanaan, dokumentasi, pengendalian mutu, standarisasi.

∗ Tidak membutuhkan pengalaman, setiap pemrogram dapat langsung mengerjakan program dengan bahasa yang dikuasainya.

∗ Kecuali untuk proyek skala kecil, model ini berbahaya untuk digunakan.

∗ Tidak ada alat untuk memantau kemajuan.

∗ Bila sudah diketahui ada error sebesar 75%, lebih baik buang program untuk memulai yang baru.

(3)

BINA NUSANTARA

Edisi : 1 Revisi : 2 Sept - 1999

• Spiral model.

Source: Adapted from “A Spiral Model of Software Development and Enhancement”

(Boehm 1988)

Figure 7-4. The spiral model. In the spiral model, you start small and expand the scope of the project in increments. You expand the scope only after you’ve reduced the risks for the next increment to an acceptable level.

Evaluate alterna- tives

Review

Risk Analysis

Risk Analysis

Risk Analysis

Risk Analysis

Prototype 1 Prototype 2

Prototype 3

Operational prototype

models, Simulations

benchmarks

STAR

Concept of operation

Software require- ments Requirements validation

Software product design Design validation

and verification

Detailed design

Code Unit

test

Release

Acceptance Test

Integration and test

Integration and test plan Development plan

Development plan, lifecycle plan

Cumulative cost

Identify and resolve risks

Partition

Determine objectives, alternatives, and constraints

Cimmot to an approach for the next iteration

Plan the next iteration

(4)

BINA NUSANTARA

Edisi : 1 Revisi : 2 Sept - 1999

∗ Adalah model yang berorientasi resiko dan menguraikan proyek S/W ke dalam beberapa proyek mini.

∗ Setiap proyek mini mengandung 1 atau lebih resiko besar sedemikian rupa sehingga semua resiko dapat dicakup.

∗ Setiap iterasi terdiri dari 6 langkah :

- Tentukan obyektif,pilihan dan kendala.

- Pecahkan resiko.

- Evaluasi pilihan.

- Kembangkan serahan dari iterasi,verifikasi apakah sudah betul.

- Rancang iterasi berikutnya.

- Melakukan pendekatan untuk iterasi berikutnya.

∗ Biaya di awal proyek murah.

∗ Dapat dikombinasikan dengan model yang lain.

∗ Bila biayanya menaik maka resiko menurun.

∗ Sedikit membutuhkan kendali manajemen.

∗ Cukup rumit karena butuh kecermatan , perhatian dan pengetahuan manajemen.

• Modified models.

Ada beberapa jenis :

1. Sashimi(Waterfall dengan fase yang berlapis).

Gambar 7.5

§ Mengijinkan untuk berlapis (overlap) cukup banyak.

§ Mengurangi jumlah dokumen yang dihasilkan.

§ Tenggat waktu (milestones) menjadi tidak jelas.

§ Sulit untuk menjejak kemajuan proyek.

§ Dapat menyebabkan salah komunikasi, salah asumsi dan berakibat tidak efisien.

§ Paling cocok untuk proyek kecil, terdefinisi dengan baik.

Software

Requirements Architectural

Detailed Design

Coding and Debugging

System Testing

(5)

BINA NUSANTARA

Edisi : 1 Revisi : 2 Sept - 1999

2. Waterfall dengan sub proyek.

Gambar 7.6

§ Tidak nampak keterkaitan antar fasa.

§ Sistem memiliki beberapa ‘kejutan’ rancangan.

§ Bila rancangan arsitektur gagal,maka masing-masing sub proyek dapat dilanjutkan secara tersendiri.

Software Concept

Requireme nts Analysis

Architectura l Design

System Testing

Detailed Design

Coding and Debugging

Subsystem Testing Detailed

Design

Coding and Debugging

Subsystem Testing Coding and

Debugging

Coding and Debugging Detailed

Design

Detailed

Design Subsystem

Testing

Subsystem Testing

(6)

BINA NUSANTARA

Edisi : 1 Revisi : 2 Sept - 1999

3. Waterfall dengan reduksi resiko.

Gambar 7.7

§ Membuat risk-reduction spiral di awal proyek untuk mengurangi resiko atas ketidak jelasan kebutuhan.

§ Dapat memanfaatkan prototip.

§ Requirement analysis dan architectural design ikut dibebani untuk mengurangi resiko.

• Evolutionary prototyping.

Software Concept

Require- ments Analysis

Architec- tural

Design

Detailed

Design

Coding and

Debugg- ing

System

Testin g

Initial concept

Design implemen

initial prototyp

Refine prototyp until

Complet and prototyp

Gambar 7.8

(7)

BINA NUSANTARA

Edisi : 1 Revisi : 2 Sept - 1999

∗ Memungkinkan pengembangan sistem bergerak dengan mudah di setiap tahap pengembangan.

∗ Dimulai dari aspek yang paling terlihat / terdefinisi dengan baik.

∗ Lanjutkan dengan prototip, demokan ke user, minta umpan balik.

∗ Setelah selesai, lanjutkan dengan aspek/bagian lain yang perlu digarap.

∗ Demikian seterusnya.

∗ Cocok untuk prototip yang kebutuhannya sering berganti dengan cepat, atau pemakai sering menolak sekumpulan kebutuhan yang telah ditetapkan, atau kedua belah pihak (user & pengembang) sama-sama belum yakin atas kebutuhan sebenarnya.

∗ Tidak mungkin tahu berapa lama proyek ini akan berlangsung.

∗ Tidak mungkin tahu berapa banyak iterasi yang dilakukan.

∗ Pelanggan bisa cemas melihat kemajuan proyek seakan tiada akhir sementara dia harus mengeluarkan uang terus menerus.

• Staged delivery.

Gambar 7.9

∗ Memperlihatkan kemajuan proyek kepada pelanggan.

∗ Pengembang tahu persis apa yang harus dibuat.

Software Concept

Requirement s

Architectur al

Stage 1 : Detailed design, code, debug, test, and delivery

Stage 2 : Detailed design, code, debug, test, and delivery

Stage n : Detailed design, code, debug, test, and delivery

(8)

BINA NUSANTARA

Edisi : 1 Revisi : 2 Sept - 1999

∗ Penyerahan produk dapat dilakukan sesuai tahapannya sehingga pelanggan dapat memanfaatkannya.

∗ Jadwal proyek mudah dikelolanya.

∗ Tidak berfungsi tanpa perencanaan yang seksama baik di tingkat manajemen maupun teknis.

∗ Penundaan pelaksanaan setiap tahap akan berakibat fatal.

• Design to schedule.

Gambar 7.10

∗ Mirip dengan Staged delivery.

∗ Tidak perlu mengetahui di awal proyek mana yang perlu dibuat pada tahap akhir.

∗ Strategi yang cocok untuk menjamin bahwa sebuah produk dapat dihasilkan pada tanggal tertentu.

∗ Berfokus pada tahapan / produk yang ada pada lintasan kritis. Yang bukan fokus dikerjakan tahap berikutnya.

∗ Produk yang merupakan fungsi utama sistem yang jadi prioritas.

Software Concept

Requireme nts

Architectur al Design

High Priority : Detailed design, code, debug,test

Medium High Priority : Detailed design, code, debug, test

Medium Priority : Detailed design, code, debug, test

Release

Medium Low Priority : Detailed design, code, debug, test

Low Priority : Detailed design, code, debug, test

Run out of time

Or money here

(9)

BINA NUSANTARA

Edisi : 1 Revisi : 2 Sept - 1999

∗ Bila tidak bisa mendapatkan hasil apa-apa pada setiap tahap, maka hanya menghamburkan waktu untuk melakukan spesifikasi arsitektur dan merancang saja.

Jika hal ini terjadi, fokuskan pada 1 atau 2 fungsi saja.

∗ Tergantung pada kemampuan manajemen dan teknisi pembuat jadwal

• Evolutionary delivery.

Gambar 7.11

∗ Menjembatani model Evolutionary prototyping dengan staged delivery.

∗ Mengembangkan versi sistem produk tertentu, tampilkan ke pelanggan, perbaiki sesuai umpan balik. Kemudian dihasilkan produk akhir.

∗ Jumlah iterasi sesuai kebutuhan.

Softwar e Concep t

Preliminar Requiremeny ts Analysi

s

Design Architectuof re and

System Core

Delive r Final Versio n Develop

a Versio n Incorporat e Custome

r Feedbac k

Delive r the Versio n Elicit

Custome r Feedbac k

Repeat this cycle until you run out of time, you run

out of money, you complete number of iterations the planned, or the customer is

satisfied.

(10)

BINA NUSANTARA

Edisi : 1 Revisi : 2 Sept - 1999

• Design to tools.

Gambar 7.12

∗ Adalah model yang radikal, dan dipergunakan pada lingkungan yang peka terhadap waktu.

∗ Bila menggunakan tools yang lentur dan berdaya guna (dilengkapi berbagai kerangka aplikasi, pemrograman visual, mampu mendukung semua kemampuan yang ada pada pemrograman database) maka jumlah proyek yang mampu dihasilkan akan bertambah.

∗ Bisa saja fungsi-fungsi tertentu pada sistem yang ingin dibuat tidak didukung oleh tools tsb.

∗ Dapat dikombinasikan dengan model lain yang juga lentur.

∗ Dapat kehilangan kendali selama proyek berlangsung.

∗ Tidak dapat mengimplementasikan semua fungsi yang diinginkan.

∗ Tidak cocok untuk membuat sistem yang mendukung bisnis yang berjangka panjang.

• Commercial off-the-shelf-software.

∗ Beli software yang sudah jadi.

∗ Jarang bisa memenuhi kebutuhan seutuhnya.

∗ Pelanggan dapat mempelajari S/W tersebut, sambil menunggu versi yang baru.

Functionality

supported by the tools

Functionality that will be built

Ideal functionality Functionality that

will not be in the product

(11)

BINA NUSANTARA

Edisi : 1 Revisi : 2 Sept - 1999

∗ Pengembang dapat membuat S/W yang sesungguhnya diperlukan setelah pelanggan tahu persis apa yang diinginkan.

• Memilih model yang cocok.

Dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut :

∗ Seberapa baik tingkat pemahaman user dan pengembang terhadap kebutuhan?

∗ Apakah kebutuhan sering berubah?

∗ Seberapa baik pemahaman terhadap arsitektur sistem?

∗ Seberapa banyak/tinggi keandalan yang diinginkan?

∗ Apakah perlu menyajikan kemajuan proyek pada pelanggan?

∗ Apakah perlu menyajikan kemajuan proyek pada manajemen?

∗ Seberapa canggih yang dibutuhkan agar proyek ini berhasil?

∗ Apakah mampu dikoreksi ditengah jadwal?

∗ Apakah ada kendala untuk membuat jadwal di awal proyek?

Gambar

Figure 7-4. The spiral model. In the spiral model, you start small and expand the scope of  the project in increments

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu situs Situ Sipatahunan ini mempunyai kegiatan lain yaitu, terdapat suatu rumah adat Sunda Bale-Bale yang menjadikan situs Situ Sipatahunan ini memiliki ciri khas sebagai

dan Setda 2 Ketersediaan pangan utama % 100% 100% 100.00% BPMPKB didukung Dispertan  dan Setda 3 Cakupan beras bersubsidi pada KK miskin RTS-PM 5500 4501

Wahyu Wibisana dan Deddy Widiyangiri merupakan tokoh-tokoh yang pernah berkolaborasi dengan Mang Koko, membuat sastra lagu (rumpaka) yang digunakan dalam kekaryaan

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL) C-3 daur ulang terhadap sampah yang bisa di

Berdasarkan uraian yang sudah dipaparkan, masalah dalam penelitian adalah “apakah Adventure Based Counseling (ABC) efektif untuk meningkatkan tanggung jawab mahasiswa

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pada siklus I diperoleh jumlah 21,42 dan meningkat menjadi 28,31 yang berarti terdapat kenaikan dengan demikian dapat

Bertolak dari uraian di atas, maka ruang lingkup masalah penelitian dibatasi pada kompetensi akademik calon guru SD dalam mata pelajaran Matematika, dengan indikator: penguasaan

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik