• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan yang sangat pesat, hal ini tidak terlepas dari pengaruh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan yang sangat pesat, hal ini tidak terlepas dari pengaruh"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan ekonomi dunia dan kerja sama di bidang perdagangan dan jasa mengalami perubahan yang sangat pesat, hal ini tidak terlepas dari pengaruh globalisasi yang semakin canggih dan tidak mengenal batas-batas wilayah dan negara. Aksebilitas kerja sama antar daerah yang satu ke daerah yang lain menjadi mudah terjangkau bahkan antar negara sekalipun.

Dalam bidang ekonomi dapat dilihat dunia usaha berkembang semakin meningkat, atrkatif, prospektif, dinamis, dan penuh dengan persaingan yang luar biasa. Hal tersebut menuntut para pelaku usaha untuk dapat tetap bertahan dan bersaing dalam mengembangkan usahanya di dunia bisnis, karena dengan berkembangnya dunia bisnis berdampak pula pada peningkatan ekonomi dan stabilitas negara. Perkembangan di bidang ekonomi dapat membawa dampak positif untuk kesejahteraan masyarakat, dimana kesejahteraan masyrakat merupakan tujuan utama setiap negara, tidak terkecuali negara Indonesia. Dengan berkembangnya dibidang perekonomian ke arah yang lebih baik maka akan muncul lapangan- lapangan pekerjaan baru, ivestasi-investasi yang dapat menjadi solusi permodalan, dan hal-hal lain yang dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Wirausaha merupakan salah satu cara untuk meningkatkan perekonomian masyarakat, karena dengan melakukan wirausaha akan membuat masyarakat menjadi mandiri dan dengan wirausaha dapat membuka peluang untuk dirinya sendiri dan

(2)

dapat menarik keuntungan dari peluang yang diciptakan tersebut. Selain itu wirausaha dapat berguna untuk menciptakan lapangan kerja bagi orang lain yang berada di sekitar usaha Banyak sekali metode dan ide kreatif yang bermunculan untuk mendukung berkembangnya dunia perwirausahaan. Untuk menjadi seorang wirausahawan, dapat dilakukan dengan mendirikan bisnis baru ataupun membeli sistem bisnis yang telah ada dan telah berjalan. Namun diantara pilihan-pilihan tersebut pasti ada kelebihan dan kekuranggan masing-masing. Mendirikan bisnis atau usaha sendiri memiliki keuntungan yaitu pemilik dapat leluasa untuk melakukan atau membuat aturan untuk menjalankan bisnisnya sedangkan kekurangannya dari mendirikan bisnis atau uasaha sendiri yaitu sistem bisnis atau usaha belum tentu teruji dan pasar belum tentu ada sehingga resiko tinggi dan peluang gagal cukup besar.

Sedangkan dengan membeli sistem bisnis atau usaha yang telah ada memiliki keuntungan bahwa pembeli sistem tersebut tidak perlu memulai dari nol karena biasanya sistem itu telah teruji dan siap dijalankan oleh pembeli sistem bisnis atau usaha tersebut, namun dalam membeli sistem bisnis juga terdapat kekurangan antara lain bahwa pembeli sistem tersebut tidak memiliki keleluasaan menjalankan bisnis, karena telah terdapat aturan-aturan baku yang dibuat oleh pemilik sistem bisnis tersebut.

Membeli bisnis atau usaha yang telah ada salah satunya dengan melakukan perjanjian waralaba atau dapat disebut franchise agreement. Waralaba berasal dari kata wara yang berati lebih dan laba yang berati untung, sehingga secara harafiah waralaba dapat diartikan sebagai usaha yang memberikan keuntungan lebih.

Perjanjian waralaba atau di dalam bahasa Inggris disebut franchise agreement ini

(3)

adalah pemberian hak oleh franchisor (pemberi waralaba) kepada franchise (penerima waralaba) untuk mengunakan kekhasan usaha atau ciri pengenal bisnis di bidang perdagangan atau jasa berupa jenis produk dan bentuk yang diusahakan termasuk identitas perusahaan (logo,merek dan desain perusahaan, penggunaan rencana pemasaran serta pemberian bantuan yang luas, waktu atau jam operasional, pakaian dan penampilan karyawan) sehingga kekhasan usaha atau ciri ciri pengenal bisnis dagang atau jasa milik franchisee sama dengan kekhasan usaha atau bisnis dagang atau jasa milik franchisor.

Selain itu menurut Asosiasi Franchise Indonesia (AFI), yang dimaksud dengan waralaba adalah suatu sistem pendistribusian barang atau jasa kepada pelanggan akhir, dimana pemilik (franchisor) memberikan hak kepada individu atau perusahaan untuk melaksanakan bisnis atau usaha dengan merek, nama, sistem, prosedur dan cara-cara yang telah ditetapkan sebelumnya dalam jangka waktu tertentu meliputi area tertentu.5

Waralaba didalam Black’s Law Dictionary ditekankan pada pemberian hak untuk menjual produk berupa barang atau jasa dengan memanfaatkan merek dagang Franchisor (pemberi waralaba) dimana pihak Franchisee (penerima waralaba)

berkewajiban untuk mengikuti metode dan tata cara atau prosedur yang telah ditetapkan oleh pemberi waralaba6

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2007 tentang Waralaba, Waralaba di definisikan sebagai :

5 http://www.wikipwdiaindonesia.com, diakses tanggal 30 Agustus 2016.

6 Gunawan Widjaja, 2001, Seri Hukum Bisnis Waralaba, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 8.

(4)

”Waralaba adalah hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan/atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan dan/atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba.”

Bisnis waralaba merupakan suatu kegiatan retail yang telah cukup lama ada di Indonesia. Sistem waralaba di Indonesia mulai berkembang ketika waralaba asing mulai memasuki pasar bisnis pada tahun 1980 hingga 1990.7 Saat ini perkembaangan usaha menggunakan metode waralaba (franchise) sudah menyebar di Indonesia. Jenis bidang usaha yang dijalankan dengan mengunakan metode waralaba (franchise) antara lain terdiri dari usaha eceran, makanan, minuman, restoran, salon, kursus, serta pompa bensin. Di Yogyakarta bisnis usaha yang menggunakan metode waralaba juga sudah marak dijalankan, mulai dari tempat makan, makanan ringan minuman, salon dan lain sebagainya. Salah satu contohnya waralaba (franchise) produk minuman Mendem Duren.

Mendem Duren merupakan usaha yang berkembang dibidang minumann yang membuka peluang bisnis waralaba (franchise) bagi pihak yang berminat untuk menjadi franchisee dari usaha mereka. Mendem Duren pertama kali didirikan tanggal 10 Oktober 2009 oleh bapak Agung Nugroho dan ibu Anne Kartika di Jalan Gejayan Yogyakarta. Sedangkan untuk saat ini kantor pusat Management Mendem Duren berlokasi di Jalan Nangka II Nomor 199 RT 011 RW 014, Sleman, Yogyakarta..

Usaha produk minuman Mendem Duren ini sudah memiliki franchisee dengan

7 Adrian Sutendi, 2008, Hukum Waralaba, Ghalia Indonesia, Bogor, hlm. 19

(5)

jumlah yang cukup banyak yang tersebar di Yogyakarta bahkan hampir di Indonesia.

Didalam menjalankan usaha waralaba (franchise), Mendem Duren mengunakan perjanjian waralaba yang di gunakan untuk mengikat kedua belah pihak antara franchisee dan franchisor didalam menjalankan bisnis waralabanya.

Seperti perjanjian pada umumnya, perjanjian waralaba (franchise agreement), tunduk pada buku III KUHPerdata sebagai pengaturan secara umum dan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 sebagai pengaturan secara khusus. Perjanjian waralaba memuat kumpulan persyaratan, ketentuan dan komitmen yang dibuat dan dikhendaki oleh para pihak. Di dalam perjanjian waralaba tercantum ketentuan berkaitan dengan hak dan kewajiban franchisee dan franchisor, misalnya hak terotorial yang dimiliki franchisee, persyaratan lokasi, ketentuan pelatihan, biaya- biaya yang harus dibayarkan oleh franchisee kepada franchisor, ketentuan berkaitan dengan lama perjanjian waralaba dan perpanjangannya dan ketentuan lain yang mengatur hubungan antara franchisee dengan franchisor.

Seperti pada perjanjian umumnya, pasti terdapat kemungkinan terjadinya wanprestasi dalam pelaksanaan perjanjian waralaba (franchise agreement).

Wanprestasi dari pihak penerima waralaba dapat berupa: tidak dibayarnya franchise fee pada waktunya, melakukan hal-hal yang dilarang didalam perjanjian, melakukan

pelayanan yang tidak sesuai dengan ketentuan, tidak mengembalikannya hak kekayaan intelektual setelah habis masa berlakunya perjanjian sama dengan produk yang diwaralabakan sehingga menjadi pesaing produk franchisor. Sedangkan wanprestasi yang dapat dilakukan oleh pemberi waralaba dapat berupa: tidak memberikan fasilitas yang dapat memungkinkan sistem waralaba berjalan lancar,

(6)

tidak melakukan pembinaan terhadap penerima waralaba, tidak membantu penerima waralaba mlakukan usaha waralabanya.

Berdasarkan pemaparan diatas maka penulis sangant tertarik untuk meneliti dan mengkaji lebih dalam dengan menuangkannya kedalam suatu tulisan yang berbentuk penulisan hukum dengan judul “Pelaksanaan Perjanjian Waralaba (Franchise Agreement) Pada Produk Minuman Mendem Duren)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka penulis menemukan beberapa rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apakah usaha Mendem Duren dapat dikualifikasikan sebagai usaha waralaba (franchise) ditinjau dari ketentuan-ketentuan waralaba yang termuat dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 42 tahun 2007 tentang Waralaba?

2. Mengapa penyelesaian masalah terkait wanprestasi di Mendem Duren tidak dilaksanakan sesuai dengan ketentuan didalam perjanjian waralaba (franchise agreement) yang telah disepakati antara franchisor dan franchisee?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang inggin dicapai oleh Penulis dalam Penulisan Hukum ini meliputi 2 (dua) hal, yaitu :

1. Tujuan Obyektif

(7)

Mengacu pada rumusan masalah, penelitian ini bertujuan :

a. Untuk mengkualifikasian usaha Mendem Duren ditinjau dari ketentuan-ketentuan waralaba yang termuat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 42 tahun 2007 tentang Waralaba

b. Untuk mengetahui alasan kenapa penyelesaian masalah terkait wanprestasi di Mendem Duren tidak dilaksanakan sesuai dengan ketentuan didalam perjanjian waralaba (franchise agreement) yang telah disepakati antara franchisor dan franchisee.

2. Tujuan Subyektif

Penelitian ini dilakukan sebagai suatu tahapan proses belajar dan untuk memperoleh data dan bahan-bahan yang akan digunakan dalam penyusunan penulisan hukum sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Gadja Mada.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik dari segi akademis maupun praktis, antara lain :

1. Manfaat Akademis

a. Untuk mengetahui sinkronisasi antara ilmu yang diperoleh dalam dunia perkuliahan dengan kenyataan dan fakta-fakta yang terjadi di lapangan.

(8)

b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi ilmu hukum khususnya Hukum Perdata, terutama yang terkait dengan pelaksanaan perjanjian waralaba (franchise agreement) yang kini banyak beredar dan digunakan dalam praktek bisnis di Indonesia.

c. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dan sumbangasih nyata dalam ilmu pengetahuan hukum di Indonesia yang berkaitan dengan Ilmu Hukum Perdata.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Penulis

Secara pribadi penelitian ini digunakan untuk sebagai syarat memperoleh gelar sarjana hukum di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pemahaman penulis dalam studi hukum khususnya mengenai pelaksanaan perjanjian waralaba.

b. Bagi Ilmu Pengetahuan

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran yang bermanfaat dalam perkembangan hukum secara umum dan khususnya bagi pelaksanaan perjanjian waralaba (franchise agreement) pada dunia bisnis dan usaha.

c. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat untuk lebih mengetahui dan

(9)

memahami terkait pelaksanaan perjanjian waralaba (franchise agreement) yang mungkin dapat digunakan dalam kegiatan bisnis.

E. Keaslian Penelitian

Sepanjang pengetahuan penulis dan berdasarkan penelusuran yang penulis lakukan selama proses penelitian di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, belum pernah ada tulisan lain yang sama persis membahas tema atau permasalahan seperti yang diangkat dalam penelitian ini yaitu menyangkut tentang Pelaksanaan Perjanjian waralaba (franchise agreement) pada produk minuman Mendem Duren. Namun terdapat beberapa penelitian yang memiliki kemiripan dengan judul yang penulis angkat dalam penulisan hukum tetapi berbeda rumusan masalah yang diangkat, yaitu :

1. Perlindungan Hukum Bagi Penerima waralaba ditinjau dari Peraturan Pemerintah Nomor 42 tahun 2007 tentang Waralaba di Kedai Kopi Espresso Bar dan Simply Fresh Laundry. 2014. Ridho Imam Nawawi.

Tesis Magister Kenotariatan. Rumusan Masalah yaitu pertama, Bagaimana perlindungan hukum bagi penerima waralaba terkait adanya kewajiban pemberi waralaba untuk memenuhi kriteria waralaba berdasarkan PP No.

42 tahun 2007 tentang Waralaba di Daerah Istimewa Yogyakarta. Kedua, bagaimana peran pemerintah daerah dalam hal ini DISPERINDAGKOP dalam melindungi penerima waralaba terkait perjanjian waralaba di Daerah Isimewa Yogyakarta. Ketiga, Apa Implikasi hukum pemberi

(10)

waralaba melakukan perjanjian waralaba dalam usaha pemberi waralaba belum memenuhi kriteria waralaba.8

2. Perlindungan Hukum Bagi Penerima Waralaba ditinjau dari Peraturan Pemerintah Nomor 42 tahun 2007 tentang Waralaba di Kedai Kopi Expresso Bar dan Simply Fresh Laundry. 2014. Ridho Imam Nawawi.

Tesis Magister Kenotariatan. Rumusan yaitu pertama, Bagaimana perlindungan hukum bagi penerima waralaba terkait adanya kewajiban pemberi waralaba untuk memenuhi kriteria waralaba berdasarkan PP No.

42 tahun 2007 tentang Waralaba di Daerah Istimewa Yogyakarta. Kedua, bagaimana peran pemerintah daerah dalam hal ini DISPERINDAGKOP dalam melindungi penerima waralaba terkait perjanjian waralaba di Daerah Istimewa Yogyakarta. Ketiga, Apa Implikasi hukum pemberi waralaba melakukan pejanjian waralaba dalam usaha pemberi waralaba belum memenuhi kriteria waralaba.9

3. Tinjauan Pelaksanaan Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 79 Tahun 2010 Tentang Pembatasan Usaha Waralaba Minimarket di Kota Yogyakarta 2014. Dewi Pertiwi. Skripsi Bagian Hukum Dagang. Rumusan Masalah yaitu pertama, bagaimana prosedur pelaksanaan pemberian izin pendirian waralaba minimarket di Kota Yogyakarta. Kedua, bagaimana peran dari dinas perindustrian dan perdagangan Daerah Istimewa

8 Ridho Imam Nawawi, 2014, Perlindungan Hukum Bagi Penerima waralaba ditinjau dari Peraturan Pemerintahan Nomor 42 tahun 2007 tentang Waralaba di Kedai Kopi Expresso Bar dan Simply Fresh Laundry, Tesis Magister Kenotariatan UGM, Yogyakarta.

9 Ridho Imam Nawawi, 2014, Perlindungan Hukum Bagi Penerima Waralaba Ditinjau dari Peraturan Pemerintah Nomor 42 tahun 2007 tentang Waralaba di Kedai Kopi Expresso Bar dan Simply Fresh Laundry, Tesis Mgister Kenotariatan UGM, Yogyakarta.

(11)

Yogyakarta dalam melindungi pengusaha kecil dari perkembangan waralaba minimarket, dan bagaimana peran KPPU dalam mengatasi perkembangan waralaba minimarket yang cenderung merugikan pengusaha kecil.10

4. Pelaksanaan Perjanjian Kemitraan “Yogya Chiken” Yogyakarta. 2014.

Citra L. Simanjuntak. Skripsi Bagian Hukum Perdata. Rumusan Masalah yaitu pertama, Apakah perjanjian kemitraan Yogya Chiken Yogyakarta dapat di kualifikasikan sebagai perjanjian waralaba. Kedua, bagaimana kedudukan hak dan kwajiban para pihak dalam pelaksanaan perjanjian kemitraan “Yogya Chiken” Yogyakarta.11

5. Pelaksanaan Fasilits DMI (Dermatholiphic Multiple Intelligence) sebagai Layanan Tambahan pada Perjanjian waralaba di Primagama 2013. Irawan.

Tesis Magister Kenotariatan. Rumusan Masalah yaitu pertama, bagaimanakah pelaksanaan fasilits DMI (Dermatholiphic Multiple Intellegence) sebagai layanan tambahan pada perjanjian waralaba

primagama. Kedua, bagaimana franchisor mengatasi permasalahan wanprestasi yang muncul pada pelaksanaan fasilitas DMI (Dermatoliphic Multiple Inttelegence) sebagai layanan tambahan pada perjanjian waralaba di Primagama.12

10 Dewi Pratiwi, 2014, Tinjauan Pelaksanaan Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 79 tahun 2010 Tentang Pembatasan Usaha Waralaba Minimarket di Kota Yogyakarta, Skripsi Bagian Hukum Dagang Fkultas Hukum UGM, Yogyakarta.

11 Citra L. Simanjuntak, 2014, Pelaksanaan Perjanjian Kemitraan “Yogya Chiken” Yogyakarta, Skripsi Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum UGM, Yogyakarta.

12 Irawan, 2013, Pelaksanaan Fasilitas DMI (Dermatholophic Multiple Intellegence) sebagai Layanan Tambahan pada Perjanjian Waralaba di Primagama, Tesis Magister Kenotariatan UGM,

Yogyakarta.

(12)

6. Perjanjian Standar pada Waralaba Waroeng Spesial Sambal “SS”. 2013.

Dimaz Mahendra. Skripsi Bagian Hukum Perdata. Rumusan Masalah yaitu pertama, Apa saja faktor yang mendorong pihak Waroeng Spesial Sambal

“SS” menggunakan perjanjian standar. Kedua, Mengapa keberadaan perjanjian standar yang dibuat oleh Waroeng Spesial Sambal “SS” justru melemahkan posisi pihak Waroeng Spesial Sambal “SS” sendiri.13

7. Perlindungan Hukum terhadap Penerimaan Waralaba (Franchisee) dan Pemberi Waralaba (Franchisor) di dalam Pengaturan Bisnis Waralaba (Franchise) di Indonesia. 2012. Deswita Ariyanti Rangkuti. Rumusan Masalah yaitu pertama, bagaimana penentuan hak dak kwajiban di dalam perjanjian waralaba di antara para pihak PT Indomarco dan CV Yakusa.

Kedua, bagaimana pelaksanaan perlindungan hukum di dalam perjanjian waralaba antara pihak PT Indomarco Prismatama dan CV Yakusa.14

Perbedaan antara penelitian di atas dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis guna penulisan hukum ini adalah berkaitan dengan perumusan masalah, lokasi penempatan masalah, responden, narasumber, isi, solusi, subjek dan objek penelitian, serta kajian hukum dengan rumusan masalah yang berbeda walaupun terdapat beberapa variable yang sama antara penelitian penulis dengan penelitian diatas. Semoga penelitian dan penulisan hukum ini dapat menjadi pelengkap dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.

13 Dimaz Mahendra, 2013, Perjanjian Standar pada Waralaba Waroeng Spesial Sambal “SS”, Skripsi Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum UGM, Yogyakarta.

14 Deswita Aryanti Rangkuti, 2012, Perlindungan Hukum terhadap Penerima Waralaba (Franchisee) dan Pemberi Waralaba (Franchisor) didalam Pengaturan Bisnis Waralaba (Franchise) di Indonesia, Skripsi Bgian Hukum Dagang Fakultas Hukum UGM, Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Pada pengelolaan model saving (tabungan), yang biasa diberlakukan pada jenis asuransi syariah keluarga atau juga disebut takaful keluarga, dana wakaf dibagi pada dua rekening:

Pada pendidikan menengah peserta didik dipersiapkan menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan hubungan timbal-balaik dengan lingkungan sosial

Dalam penelitian bermaksud membongkar frame media peristiwa peringatan “Hari Ibu” yang dilakukan oleh harian Kompas selama pemerintahan Orde Baru dan pemerintahan

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini antara lain dengan cara pengolahan terhadap data yang diperoleh dari sekolah dan dilakukan analisis data secara deskriptif

atribut. Simple attribute, atribut yang terdiri dari sebuah komponen tunggal dan tidak dapat dibagi menjadi bagian yang lebih kecil lagi. Contohnya adalah jabatan, gaji,

Bibit yang dilakukan dengan p€nggunaan ruas sulur tua pada umur 3 minggu' trarryak bibir yang tidak tumbuh dengan baik dengan indikasi batang kering' Bibit yang

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif dimana realita akan pengimitasian budaya pop Korea melalui televisi yang

Nuniek Luthy Naftali, CIMI PENGERTIAN Mengumpulkan blanko diit pasien (makanan) yang telah diisi1. oleh perawat ruangan sesuai