• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Analisis tentang Metode Pembelajaran Ilmu Tajwid dalam. Meningkatkan Kefasihan Santri Membaca Al-Qur ān di Pondok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "A. Analisis tentang Metode Pembelajaran Ilmu Tajwid dalam. Meningkatkan Kefasihan Santri Membaca Al-Qur ān di Pondok"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

77

AL-QUR’ĀN DI PONDOK PESANTREN NURUL ATHFAL ULUJAMI-PEMALANG

A. Analisis tentang Metode Pembelajaran Ilmu Tajwid dalam Meningkatkan Kefasihan Santri Membaca Al-Qur’ān di Pondok Pesantren Nurul Athfal Ulujami-Pemalang

1. Tujuan Pembelajaran Ilmu Tajwid

Salah satu komponen dalam suatu pembelajaran adalah tujuan.

Tujuan adalah salah satu yang ingin dicapai dari suatu pelaksanaan kegiatan. Oleh karena itu suatu pembelajaran harus dilakukan dengan baik supaya tujuan dapat dicapai.

Dari data yang dikumpulkan mengenai tujuan pembelajaran ilmu tajwid baik kitab Hidayatus Shibyan, Tuhfatul Athfal, Musthalahut Tajwid dan Hidayatul Mustafid di Pondok Pesantren Nurul Athfal Ulujami-Pemalang adalah supaya santri dapat membaca al-Qur’ān dengan benar dan baik serta mengurangi kesalahan-kesalahan dalam membaca al-Qur’ān sesuai dengan kaidah ilmu tajwid yang dipelajari.

Dari tujuan pembelajaran ilmu tajwid di Pondok Pesantren Nurul Athfal Ulujami-Pemalang sudah tepat untuk menjadikan santri dapat membaca al-Qur’ān dengan fasih dan mengurangi kesalahan-kesalahan dalam membaca al-Qur’ān. Pembelajaran ilmu tajwid diberikan supaya

(2)

setiap membaca al-Qur’ān baik di dalam shalat maupun saat mengaji mampu menerapkan ilmu tajwid yang sudah dipelajari.

2. Materi Pembelajaran Ilmu Tajwid

Materi yang diajarkan di Pondok Pesantren Nurul Athfal Ulujami- Pemalang setiap tingkat kelas mempunyai persamaan dan perbedaan.

Karena setiap kelas terdapat penambahan materi tajwid sehingga semakin tinggi kelas maka semakin bertambah pengetahuan tentang ilmu tajwid.

Berikut adalah gambaran mengenai materi tajwid di Pondok Pesantren Nurul Athfal Ulujami-Pemalang.

a. Kitab Hidayatus Shibyan

Materi yang dibahas dalam kitab Hidayatus Shibyan adalah hukum nun mati dan tanwin, ghunnah musyaddadah, hukum mim mati, idgham, hukum lam ta’rif dan lam fi’il, huruf tafhim, huruf qolqolah, huruf mad dan pembagiannya, tanda waqaf. Pembagian mad dalam kitab ini hanya terdapat enam saja yaitu mad thabi’i, mad wajib muttashil, mad jais munfashil, mad lazim muthowwal, fawatihus suwar, mad 'aridh lissukun.

Materi yang diajarkan sesuai dengan tingkat kelasnya yaitu di kelas awaliyah baik awaliyah A maupun B karena kelas awaliyah A atau B adalah kelas yang paling bawah sehingga materi yang disampaikan pun masih dasar.

(3)

b. Kitab Tuhfatul Athfal

Materi yang ada di dalam kitab Tuhfatul Athfal adalah lanjutan dari kitab hidayatus shibyan, sehingga materinya hampir sama hanya dalam kitab tuhfatul athfal ada perbedaan materi yaitu pembagian mad. Pembagian mad dalam kitab Tuhfatul Athfal dibagi yaitu wajib, boleh dan jaiz.

Dengan demikian, materi yang disampaikan di kelas satu wustha baik kelas A maupun B sudah baik meskipun isinya hampir sama namun ada penambahan materi sehingga memperluas pengetahuan santri dalam belajar ilmu tajwid.

c. Kitab Musthalahut Tajwid

Kitab Musthalahut Tajwid adalah lanjutan dari kitab Hidayatus Shibyan dan Tuhfatul Athfal. Kitab ini lebih banyak membahas tentang Ghorib. Materi yang dibahas adalah nama-nama al-Qur’ān, ayat al-Qur’ān, kesalahan dalam membaca, mad yang tidak dibaca panjang, muhimmah, tanda waqaf, saktah, hal yang diharamka dalam waqaf, hal-hal yang diharamkan dalam membaca basmallah, ra sakinah, menjelaskan tentang qad, idz, ta ta’nits, menjelskan tentang illa, menjelaskan tentang kalla, menjelaskan tentang balaa.

Isi materi dalam kitab musthalahut tajwid sudah tepat dipelajari di kelas satu wustha baik A maupun B karena setelah santri faham dengan materi kedua kitab di atas, selanjutnya santri perlu belajar

(4)

mengenai ghorib karena dengan adanya pembelajaran ghorib santri dapat membaca al-Qur’ān sesuai kaidah ilmu tajwid.

d. Kitab Hidayatul Mustafid

Materi Hidayatul Mustafid lebih detail atau rinci pembahasannya dibandingkan dengan kitab Hidayatul Shibyan dan Tuhfatul Athfal. Yang menjadi perbedaan dengan kitab lain adalah dalam kitab Hidayatul Mustafid membahas huruf mad dan pembagiannya (terdapat 13 macam mad), hitungan tempat keluarnya huruf, sifat-sifat huruf, pembagian waqaf, hal-hal yang dilarang diperbuat oleh ahli qira’ah dalam membaca al-Qur’ān.

Dengan adanya kitab Hidayatul Mustafid, santri lebih bisa membaca al-Qur’ān dengan fasih karena dalam kitab tersebut terdapat pembahasan makharijul huruf secara detail.

Dari seluruh materi ilmu tajwid yang diajarkan di Pondok Pesantren Nurul Athfal Ulujami-Pemalang sudah sesuai dengan tingkatan kelasnya, semakin tinggi tingkat kelas, semakin banyak pengetahuan tentang ilmu tajwid.

3. Alokasi Pembelajaran Ilmu Tajwid

Dari hasil observasi dan wawancara dengan dewan asatidz bahwa Waktu pembelajaran ilmu tajwid di Pondok Pesantren Nurul Athfal Ulujami-Pemalang dilkukan satu jam untuk tiap kelas dalam satu minggu. Waktu demikian kurang efisien karena untuk mencapai suatu tujuan dalam pembelajaran ilmu tajwid membutuhkan waktu yang

(5)

maksimal. Dengan demikian, perlu adanya penambahan waktu yang cukup karena untuk mencapai tujuan pembelajaran ilmu tajwid tidak hanya teori saja yang harus dipahami namun teori tersebut harus bisa diterapkan dalam membaca al-Qur’ān sehari-hari.

4. Media Pembelajaran Ilmu Tajwid

Pondok Pesantren Nurul Athfal Ulujami-Pemalang merupakam salah satu pondok salaf sehingga dalam proses belajar masih menggunakan media yang tradisional. Media yang digunakan dalam pembelajaran ilmu tajwid adalah tulis manual di papan tulis baik pembalajarn kitab Hidayatus Shibyan, Tuhfatul Athfal, Musthalahut Tajwid maupun Hidayatul Mustafid.

Media yang digunakan dalam pembelajaran ilmu tajwid di Pondok Pesantren Nurul Athfal Ulujami-Pemalang masih sangat sederhana.

Meskipun Pondok Pesantren Nurul Athfal adalah Pondok Pesantren salaf namun perlu adanya media baru sebagai penunjang proses belajar mengajar supaya pembelajaran tidak menjenuhkan dan monoton sehingga pembelajaran berjalan dengan maksimal.

5. Proses Pembelajaran Ilmu Tajwid a. Kegiatan Awal

Kegiatan awal yang dilakukan dalam proses pembelajaran Ilmu tajwid baik kitab Hidayatus Shibyan (Awaliyah A dan B), tuhfatul athfal (Satu Wustha A dan B), musthalahut tajwid (Dua Wustha) dan hidayatul mustafid (Tiga Wustha) semuanya hampir sama. Kegiatan

(6)

awal diisi dengan mengucapkan salam, mengirim hadiah al-fatihah untuk mushonnif kitab Hidayatus Shibyan dilanjutkan membaca do’a sesuai dengan do’a yang sudah biasa dilakukan, kemudian mengabsen santri.

Yang membedakan hanya pemberian motivasi. Pemberian motivasi ini dilakukan di kelas Awaliya B, kelas satu wustha A, Dua Wustha dan tiga wustha. Pemberian motivasi juga dilakukan tidak sama ada yang rutin setiap pertemuan dan ada juga hanya saat santri kurang semangat dalam mengikuti pembelajaran.

Selain itu, di kelas satu wustha A juga terdapat lalaran nadloman yang dilakukan sebelum pembelajaran di mulai, kemudian terdapat hafalan nadlom yang dilakukan di kelas satu wustha baik kelas A maupun B, dan pengecekan tugas yang dilakukan di kelas tiga wustha.

Dari hasil keterangan di atas dapat digambarkan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 6

Kegiatan Awal Pembelajaran Ilmu Tajwid di Pondok Pesantren Nurul Athfal Ulujami-Pemalang

Kelas

Kegiatan Awal

Lalaran Nadlom Salam Pembacaan Al-Fatihah Berdoa Presensi Motivasi Hafalan Pengecekan Tugas

Awaliyah A

(7)

Awaliyah B

Satu Wustha A

Satu Wustha B

Dua Wustha

Tiga Wustha

Karena pembelajaran ilmu tajwid dilakukan di Pondok Pesantren, maka untuk kegiatan awal sudah baik namun perlu adanya lalaran nadlom dalam pembelajaran kitab Hidayatus, Shibyan, Tuhfatul Athfal dan Musthalahut Tajwid secara konsisten karena dengan adanya lalaran nadlom, selain santri faham dengan materi kitab tersebut santri juga dapat menghafal bait-bait nadlom di dalam kitab dengan sendirinya.

b. Kegiatan Inti

Begitu juga kegiatan inti yang dilakukan dalam pembelajaran ilmu tajwid baik kitab Hidayatus Shibyan (Awaliyah A dan B), Tuhfatul Athfal (Satu Wustha A dan B), Musthalahut Tajwid (Dua Wustha) dan Hidayatul Mustafid (Tiga Wustha). Kegiatan inti berisi tentang menulis atau memaknai kitab dengan arab pegon, kemudian dilanjut dengan menerjemahkan (muradi), setelah itu ustdaz menjelaskan keterangan dalam bait tersebut, kemudian santri mempraktikan bacaan yang ada di dalam kitab.

Yang membedakan hanya hafalan nadlom yang dilakukan di kelas awaliyah A dengan dua bait nadlom setiap minggunya, selain itu proses menggambar tempat keluarnya huruf yang dilakukan di

(8)

kelas tiga wustha serta terdapat presentasi di kelas awaliyah A dan dua wustha.

Tabel 7

Kegiatan Inti Pembelajaran Ilmu Tajwid di Pondok Pesantren Nurul Athfal Ulujami-Pemalang

Kelas

Kegiatan Inti

Menulis (Ngapsahi) Menjelaskan (Muradi) Membaca Mempraktikkan Menanya Menggambar Hafalan Presentasi

Awaliyah A

Awaliyah B

Satu Wustha A

Satu Wustha B

Dua Wustha

Tiga Wustha

Dari hasil observasi, kegiatan inti dalam pembelajaran ilmu tajwid di Pondok Pesantren Nurul Athfal Ulujami-Pemalang sudah baik karena terdapat berbagai kegiatan namun dalam kegiatan inti perlu adanya keaktifan dari santri sehingga pembelajaran akan terasa lebih hidup.

(9)

c. Kegiatan Akhir

Kegiatan akhir dalam pembelajaran ilmu tajwid baik kitab hidayatus shibyan (Awaliyah A dan B), Tuhfatul Athfal (Satu Wustha A dan B), Musthalahut Tajwid (Dua Wustha) dan Hidayatul Mustafid (Tiga Wustha) mempunyai kesamaan dan perbedaan.

Persamaan dari pembelajaran ilmu tajwid dalam kegiatan akhir adalah berdo’a dan di tutup dengan salam. Yang menjadi perbedaan adanya penyampaian kesimpulan namun dengan menggunakan cara yang berbeda, ada yang satu bab sekali dan ada juga setiap pertemuan. Selain itu, yang menjadi perbedaan adalah pemberian motivasi dan permohonan maaf yang dilakukan di kelas satu wustha A, dan pemberian tugas yang dilakukan di kelas satu wustha A dan tiga wustha.

Kegiatan akhir dari pembelajaran ilmu tajwid di Pondok Pesantren Nurul Athfal Ulujami-Pemalang sudah baik, namun sebaiknya setiap pertemuan pembelajaran ilmu tajwid baik kitab Hidayatus Shibyan, Tuhfatul Athfal, Musthalahut Tajwid maupun Hidayatul Mustafid menyimpul materi yanh telah diajarkan.

d. Evaluasi Pembelajaran Ilmu Tajwid

Evaluasi adalah tahap yang harus ditempuh untuk mengatahui kefektifan belajar mengajar. Dengan adanya evalusi, ustadz dapat memperbaiki dan menyempurnakan proses belajar mengajar.

(10)

Tujuan diadakannya evaluasi dalam pembelajaran ilmu tajwid baik kitab Hidayatus Shibyan (Awaliyah A dan B), Tuhfatul athfal (Satu Wustha A dan B), Musthalahut Tajwid (Dua Wustha) dan Hidayatul Mustafid (Tiga Wustha) di Pondok Pesantren Nurul Athfal untuk mengetahui sejauh mana santri faham dengan materi yang telah disampaikan dan santri dapat menerapkan materi yang sudah dipelajari sehingga dapat membaca al-Qur’ān dengan fasih.

Evaluasi yang digunakan setiap kelas hampir sama yaitu dengan adanya tes tertulis baik tamrin maupun tes semester dan pengamatan membaca al-Qur’ān melalui praktik.

Berikut adalah gambaran evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran ilmu tajwid di Pondok Pesantren Nurul Athfal Ulujami-Pemalang:

Tabel 8

Evaluai Pembelajaran Ilmu Tajwid di Pondok Pesantren Nurul Athfal Ulujami-Pemalang

Kelas

Evaluasi Pembelajaran Tamrin Presentasi Praktik/

Pengamatan Semesteran

Awaliyah A √ √ √

Awaliyah B √ √ √ √

Satu Wustha A √ √ √

Satu Wustha B √ √

Dua Wustha √ √ √ √

Tiga Wustha √ √

(11)

Dari data di atas, meskipun evaluasi yang dilakukan sama namun cara yang digunakan berbeda-beda. Perbedaan tersebut terletak pada tamrin dan pengamatan.

Untuk tamrin, kelas awaliyah A dilakukan setiap bab sedangkan Kelas awaliyah B dan dua wustha dilakukan tidak terjadwal tergantungan keinginan ustadz dan kelas satu wustha A tamrin dilakukan dua atau tiga bab sekali.

Sedangkan praktik atau pengamatan, kelas awaliyah A dilakukan ketika pembelajaran bandungan dilaksanakan, kelas awaliyah B dilakukan dalam proses belajar mengajar saja, kelas satu wustha A dan B tergantung keinginan ustadz, kelas dua wustha dilakukan dua minggu sekali dan kelas tiga wustha dilakukan setelah materi sudah selesai disampaikan.

Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa evaluasi yang diterapkan di Pondok Pesantren Nurul Athfal Ulujami-Pemalang masih belum maksimal karena untuk memcapai tujuan dari pembelajaran ilmu tajwid perlu adanya jadwal tes praktik membaca al-Quran sehingga dapat diketahui sejauhmana santri membaca al- Quran dengan fasih sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.

6. Metode Pembelajaran Ilmu Tajwid

Selain komponen di atas, komponen lain adalah metode pembelajaran. Dalam proses belajar mengajar, metode sangat penting diperlukan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Metode yang

(12)

digunakan dalam proses pembelajaran ilmu tajwid baik kitab Hidayatus Shibyan (Awaliyah A dan B), Tuhfatul Athfal (Satu Wustha A dan B), Musthalahut Tajwid (Dua Wustha) dan Hidayatul Mustafid (Tiga Wustha) di Pondok Pesantren Nurul Athfal Ulujami-Pemalang bervariasi.

Metode yang di gunakan dalam pembelajaran ilmu tajwid di Pondok Pesantren Nurul Athfal Ulujami-Pemalang yaitu dengan menggabungkan berbagai metode seperti metode ceramah, metode drill, metode tanya jawab, metode hafalan, metode demonstrasi, metode resitasi. Namun, setiap kelas tidak menggunakan semua metode hanya beberapa saja. Untuk lebih jelasnya, Berikut gambaran mengenai metode pembelajaran ilmu tajwid di Pondok Pesantren Nurul Athfal Ulujami- Pemalang dari berbagai tingkatan:

Tabel 9

Metode Pembelajaran Ilmu Tajwid di Pondok Pesantren Nurul Athfal Ulujami-Pemalang

Kelas

Metode Pembelajaran

Ceramah Driil Hafalan Tanya Jawab Demonstrasi Resitasi

Awaliyah A

Awaliyah B

Satu Wustha A

Satu Wustha B

Dua Wustha

Tiga Wustha

(13)

Penggunaan metode dalam pembelajaran ilmu tajwid di Pondok Pesantren Nurul Athfal Ulujami-Pemalang sudah tepat namun perlu adanya penekanan pada interaksi santri sehingga santri tidak jenuh dengan apa yang disampaikan ustadz maupun ustadzah.

B. Analisis tentang Fakor Pendukung dan penghambat Pembelajaran Ilmu Tajwid dalam Meningkatkan Kefasihan santri Membaca Al-Qur’ān di Pondok Pesantren Nurul Athfal Ulujami-Pemalang

1. Kitab Hidayatus Shibyan (Awaliyah A)

Ada beberapa faktor pendukung dalam pembelajaran kitab hidayatus shibyan, antara lain:

a. Adanya materi pendukung selain kitab Hidayatus Shibyan

Dalam pembelajaran kitab Hidayatus Shibyan ustadz tidak hanya menggunakan kitab utama namun diperlukan kitab atau buku lain baik kitab terjemahan yang berkaitan dengan materi yang ada dalam kitab hidayatus shibyan sehingga menambah pengetahuan ustdzah dan mempermudah dalam penyampaian materi.

b. Adanya Pendidikan lain yaitu sorogan al-Qur’ān atau juz’ama Selain materi pendukung, faktor lain yang mendukung adalah diadakannya pengajian sorogan al-Qur’ān atau juz’ama. Namun karena ini merupakan kelas paling rendah maka pengajian dimulai dengan sorogan juz’ama. Dengan adanya pengajian ini, ustadzah dapat terbantu dalam mencapai tujuan yang diharapkan.

(14)

Selain faktor pendukung, terdapat faktor penghambat dalam pembelajaran kitab Hidayatus Shibyan, antara lain:

a. Kurangnya minat dan semangat santri

Minat dan semangat merupakan salah satu yang harus dimilki oleh santri dalam melakukan aktivitas. Kurangnya minat dan semangat santri dikarenakan oleh beberapa sebab. Seperti santri sudah bosan dengan pembelajaran tajwid karena isi dari kitab hidayatus shibyan sudah sering dipelajari ketika masih belajar di TPQ.

b. Kurangnya Konsentrasi Santri

Dalam pembelajaran ilmu tajwid, konsentrasi santri sangat diperlukan untuk mencapai tujuan. Penyebab dari kurangnya konsentrasi ini dikarenakan santri merasa malas karean pengajian dilakukan pada hari minggu yang seharusnya hari minggu adalah hari libur mereka.

c. Terbatasnya Media

Faktor penghambat lain adalah terbatasnya media yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Pembelajaran memerlukan media yang memadai sehingga proses pembelajaran tidak membosankan. Media yang di pakai dalam pembelajaran kitab hidayatus shibyan adalah tulis manual di papan tulis baik black board maupun white board.

(15)

2. Kitab Hidayatus Shibyan (Awaliyah B)

Adapun faktor pendukung pembelajaran kitab Hidayatus Shibyan kelas B di Pondok Pesantren Nurul Athfal Ulujami-Pemalang adalah sebagai berikut:

a. Adanya materi pendukung selain kitab Hidayatus Shibyan

Sama dengan kelas awaliyah A, faktor pendukung dalam pembelajaran kitab hidayatus shibyan kelas awaliyah B ustadz tidak hanya menggunakan kitab utama namun menggunakan kitab atau buku lain baik kitab terjemahan yang berkaitan dengan materi yang ada dalam kitab hidayatus shibyan sehingga menambah pengetahuan ustadz dan mempermudah dalam penyampaian materi.

b. Adanya semangat santri dalam mengikuti pembelajaran

Santri kelas awaliyah awaliyah B memiliki semangat yang cukup tinggi dalam mengikuti proses belajar mengajar karena mereka sadar bahwa mereka belum bisa membaca al-Qur’ān dengan benar sehingga mereka menganggap bahwa pembelajan ilmu ini sangat penting untuk dipelajari.

c. Pendidikan lain yaitu sorogan al-Qur’ān

Faktor lain yang mendukung adalah diadakannya pengajian sorogan al-Qur’ān atau juz’ama. Dengan adanya pengajian ini, ustadz dapat terbantu dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Pengajian ini dilaksanakan setiap malam pukul 18.30 wib sampai 19.15 wib.

(16)

Sedangkan faktor penghambat dalam pembelajaran kitab Hidayatus Shibyan di kelas Awaliyah B ini adalah santri belum bisa membaca al-Qur’ān dengan lancar sehingga dalam proses pembelajaran lebih hati-hati supaya materi yang disampaikan bisa diterima dan dipahami dengan harapan santri dapat mempraktikan dalam membaca al-Qur’ān.

3. Kitab Tuhfatul Athfal (Satu Wustha A)

Beberapa faktor pendukung dalam pembelajaran kitab Tuhfatul Athfal Ulujami-Pemalang adalah sebagai berikut:

a. Materi pendukung selain kitab Tuhfatul Athfal

Faktor pendukung dalam pembelajaran kitab Tuhfatul Athfal kelas satu wustha A mempunyai buku panduan lain seperti kitab terjemahan yang berkaitan dengan materi yang ada dalam kitab Tuhfatul Athfal.

b. Pemberian Motivasi

Pemberian motivasi dalam proses belajar sangat penting diberikan karena dengan adanya pemberian motivasi santri dapat meningkatkan belajarnya meskipun pemberian tersebut tidak dilakukan rutin setiap pertemuan.

c. Pendidikan lain yaitu sorogan al-Qur’ān

Sorogan al-Qur’ān merupakan salah satu pendidikan yang mendukung dalam pembelajaran ilmu tajwid karena dengan

(17)

diadakannya sorogan tersebut membantu ustadz dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Faktor penghambat dalam pembelajaran kitab Tuhfatul Athfal kelas satu wustha A sebagai berikut:

a. Kurangnya minat dan semangat santri

Minat dan semangat merupakan sifat yang harus dimilki oleh seseorang dalam melakukan aktivitas. Ketika rasa minat dan semangat kurang dimliki santri, maka segala sesuatu aktivitas tidak akan berjalan baik.

b. Terbatasnya Media

Terbatasnya media yang digunakan dalam proses belajar mengajar menjadikan pembelajaran kurang menarik dan membosankan. Media yang di pakai dalam pembelajaran kitab hidayatus shibyan adalah tulis manual di papan tulis baik black board maupun white board.

c. Terbatasnya Waktu

Waktu pembelajaran kitab Tuhfatul Athfal hanya satu jam dalam satu minggu. Menurut ustadzah Tadzkirah pembelajaran kitab tersebut dilakukan pukul 16.00 wib sampai 17.00 wib sehingga pembelajaran kurang dari satu jam karena terpotong dengan waktu sholat ashar.

(18)

4. Kitab Tuhfatul Athfal (Satu Wustha B)

Berikut adalah faktor pendukung dalam pembelajaran kitab Tuhfatul Athfal kelas satu wustha B:

a. Materi pendukung lain selain kitab Tuhfatul Athfal

Sama dengan kelas satu wustha B, faktor pendukung dalam pembelajaran kitab Tuhfatul Athfal adalah buku panduan lain seperti kitab terjemahan yang berkaitan dengan materi yang ada dalam kitab Tuhfatul Athfal dan yaitu nahwu shorof dengan tujuan untuk memahami kata yang sukar.

b. Pemberian Motivasi

Motivasi dari ustadz sangatlah penting diberikan kepada santri supaya santri selalu mengikuti pembelajaran dengan rasa semangat sehingga pembelajaran dapat berjalan sesuai yang diharapkan.

c. Pendidikan lain yaitu sorogan al-Qur’ān

Dengan diadakannya sorogan al-Qur’ān sorogan tersebut membantu ustadz dalam mencapai tujuan pembelajaran ilmu tajwid.

Faktor penghambat dalam pembelajaran kitab Tuhfatul Athfal di kelas satu wustha B adalah sebagai berikut:

a. Kurangnya Semangat Santri

Meskipun setiap pertemuan diberi motivasi, namun tetap saja santri kurang semangat dalam mengikuti pembelajaran kitab Tuhfatul Athfal dikarenakan banyak hal salah satunya santri merasa

(19)

kecapean karena pembelajaran dilakukan pukul 14.00 wib-15.00 wib.

b. Kurang Disiplin

Menurut ustadz Jaelani, dalam pembelajaran kitab Tuhfatul Athfal kelas satu wustha B santri sering datang terlambat sehingga mengganggu prosesnya pembelajaran berlangsung. Santri yang sering terlamabat biasanya santri putri.

c. Sulitnya Santri dalam Menghafal Nadlom

Di kelas satu wustha santri diwajibkan untuk menghafal nadlom sesuai dengan lagu. Biasanya santri menyetor hafalan nadlom satu bab namun menurut ustadz Jaelani santri sulit untuk menghafal dengan berbagai alasan.

5. Kitab Musthalahut Tajwid (Dua Wustha)

Ada beberapa hal yang menjadi faktor pendukung dalam proses pembelajaran diantaranya:

a. Panduan buku lain kitab Musthalahut Tajwid

Selain kitab Musthalahut Tajwid, ustadz juga mempunyai buku atau kitab lain sebagai penunjang dalam pembelajaran sehingga santri bisa memahami materi yang disampaikan oleh ustadz.

b. Pemberian Motivasi

Motivasi sangat diperlukan oleh santri sehingga ustadz perlu memberikan motivasi kepada santri meskipun tidak diberikan setiap pertemuan.

(20)

c. Pendidikan lain yaitu sorogan

Faktor yang mendukung lain ialah dengan adanya sorogan al- Qur’ān sehingga dapat membantu ustadz dalam mencapai suatu tujuan yang diharapkan. Pengajian sorogan ini dilakukan setelah shalat maghrib dan subuh.

Selain faktor pendukung, ada juga faktor penghambatnya. Diantara faktor penghambat pembelajaran kitab Musthalahut Tajwid adalah sebagai berikut:

a. Kurangnya Kesadaran Santri dalam Mengikuti Pembelajaran

Menurut ustadz Burhan, Santri kelas dua wustha dalam mempunyai kesadaran yang kurang terhadap pembelajaran kitab musthalahut tajwid. Hal demikian dapat dilihat ketika proses belajar mengajar berlangsung. Terkadang ada santri yang menyepelekan pembelajaran kitab Musthalahut Tajwid dengan berbagai alasan.

b. Kurang Semangat

Kurang semangatnya santri dalam mengikuti pembelajaran kitab Musthalahut Tajwid dikarenakan oleh beberapa sebab. Yang menjadi sebab adalah santri sudah pernah belajar materi yang ada di dalam kitab Musthalahut Tajwid meskipun, rasa malas sehingga terkadang santri menyepelekan pelajaran tersebut dan tidak mau memperhatikan pelajaran berlangsung.

(21)

c. Kurang Disiplin

Dalam pembelajaran sikap disiplin sangat diperlukan sehingga proses belajar mengajar berlangsung dengan baik. Contoh kurang disiplin adalah seringnya santri terlambat dalam kegiatan pembelajaran.

d. Terbatasnya Waktu

Untuk mempelajari kitab Musthalahut Tajwid perlu adanya waktu yang maksimal, tidak cukup dengan waktu satu jam saja karena materi yang dibahas lebih sulit dari kitab lain.

6. Kitab Hidayatul Mustafid (Tiga Wustha)

Faktor yang mendukung dalam pembelajaran kitab Hidayatul Mustafid diantaranya sebagai berikut:

a. Adanya Panduan Buku lain

Sama dengan kelas yang lainnya, di kelas ini ustadz juga mempunyai buku panduan lain selain kitab Hidayatul Mustafid dengan tujuan untuk mempermudah dalam pembelajaran.

b. Aplikasi Internet

Selain buku, internet juga sebagai faktor pendukung dalam pembelajaran kitab Hidayatul Mustafid. Biasanya aplikasi ini digunakan ketika ada keulitan dalam proses belajar mengajar yang berkaitan dengan materi yang disampaikan.

(22)

c. Pemberian Motivasi

Pembelajaran kitab Hidayatul Mustafid adalah kitab tajwid yang terakhir dipelajari di Pondok Pesantren Nurul Athfal Ulujami- Pemalang. Dengan adanya pemberian motivasi santri diharapkan tidak merasa bosan dengan pelajaran ilmu tajwid ini dan juga dapat menumbuhkan semangat santri dalam mengikuti pembelajaran kitab Hidayatul Mustafid.

d. Pendidikan lain yaitu sorogan al-Qur’ān

Dengan adanya sorogan al-Qur’ān yang diadakan di Pondok Pesantren Nurul Athfal membantu ustadzah dalam mencapai tujuan meskipun bukan ustdazah Tuty sendiri yang mengajar sorogan al- Qur’ān.

Faktor penghambat dalam pembelajaran kitab Hidayatul Mustafid adalah sebagai berikut:

a. Terbatasnya Waktu

Waktu yang diberikan kepada ustadz dalam mengajar hanya satu jam sehingga untuk mencapai semua tujuan yang diharapkan, waktu satu jam kurang maksimal.

b. Terbatasnya Alat dalam Pembelajaran

Selain terbatasnya waktu, faktor penghambat lain adalah terbatasnya alat dalam pembelajaran. Alat pembelajaran digunakan untuk menarik santri supaya tidak bosan dengan pembelajaran berlansung.

(23)

Di bawah ini tabel faktor pendukung dan penghambat pembelajaran ilmu tajwid di Pondok Pesantren Nurul Athfal Ulujami- Pemalang.

Tabel 10

Faktor Pendukung dan Penghambat Pembelajaran Ilmu Tajwid di Pondok Pesantren Nurul Athfal Ulujami-Pemalang

Kelas Faktor Pendukung Faktor Penghambat

Awaliyah A  Materi pendukung selain kitab Hidayatus Shibyan

 Adanya Sorogan Juz’ama

 Kurangnya minat dan semangat santri

 Kurang Konsentrasi

 Terbatasnya Media Awaliyah B  Materi pendukung selain kitab

Hidayatus Shibyan

 Semangat Santri

 Adanya Sorogan Juz’ama

 Belum bisa membaca al- Qur’ān dengan lancar

Satu Wustha A  Materi pendukung selain kitab Tuhfatul Athfal

 Pemberian Motivasi

 Adanya Sorogan Al-Qur’ān

 Kurangnya minat dan semangat santri

 Terbatasnya Media

 Terbatasnya Waktu Satu Wustha B  Materi pendukung selain kitab

Tuhfatul Athfal

 Pemberian Motivasi

 Adanya Sorogan Al-Qur’ān

 Kurangnya semangat santri

 Kurang disiplin

 Sulitnya santri dalam menghafl nadlom

Dua Wustha  Materi pendukung selain kitab Musthalahut Tajwid

 Pemberian Motivasi

 Adanya Sorogan Al-Qur’ān

 Kurangnya kesadaran santri

dalam mengikuti

pembelajaran

 Kurangnya semangat santri

 Kurang disiplin

 Terbatasnya Waktu Tiga Wustha  Materi pendukung selain kitab

Hidayatul Mustafidz

 Aplikasi Internet

 Pemberian Motivasi

 Adanya Sorogan Al-Qur’ān

 Terbatasnya Waktu

 Terbatasnya Alat Pembelajaran

Referensi

Dokumen terkait

Di Dusun Bringin Omben Kabupaten Sampang ada beberapa tempat mengajar ngaji atau yang dikenal dengan sebutan Langgar/Musholla yang masih tidak menerapkan Ilmu Tajwid

Cakupan pembelajaran berbasis multimedia interaktif yang akan penulis buat mencakup pembelajaran ilmu tajwid dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) pada kelas 1

Prestasi merupakan tolak ukur keberhasilan guru dalam pembelajaran. Tingkat pencapaian prestasi belajar peserta didik menjadi salah satu indikator keberhasilan proses

Berdasarkan uraian di atas, untuk mengetahui peranan metode pembelajaran dalam materi ilmu tajwid maka perlu dilakukan penelitian mengenai Perbandingan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang signifikan Metode Rote Learning Terhadap Pembelajaran Ilmu Tajwid di Pondok Pesantern Salafiyah Uswatun Hasanah

Pada pengabdian ini menghasilkan media Pembelajaran Membaca Al-Qur’an Dengan Ilmu Tajwid Bagi Pemula Berbasis Android serta melakukan pendampingan terhadap penggunaan aplikasi yang

Pengembangan media flipchart untuk pembelajaran ilmu tajwid menggunakan metode penelitian Research and Development dimana langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini mengacu

57 memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.10 Penyajian data dalam hal ini adalah penyampaian informasi