SALINAN
*, ",
J.Tntt,',?S|r.
r, o
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 17
TAHUN 2017TENTANG
PENGESAHAN PROTPCO' AMENDING THE MARRAKESH AGREEMENT ESTABLISHING THE WORLD TRADE ORGANUATION
(PROTOKOL PERUBAHAN PERSETUJUAN MARMKESH MENGENAI PEMBENTUKAN ORGANISASI PERDAGANGAN DUNIA)
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang :
a. bahwa kegiatan perdaganganmerupakan salah
satu sektorutama
penggerak perekonomian nasional yangdapat dilakukan melalui kerja sama
perdaganganinternasional untuk mendukung
program-programpembangunan nasional di bidang ekonomi
dalamrangka memajukan kesejahteraan
umumsebagaimana
diamanatkan Undang-Undang
Dasar Negara Republik IndonesiaTahun
1945;bahwa Anggota World Trade Organbation (WTO) pada Konferensi
Tingkat Menteri ke-9 telah
menyepakati Persetujuan Fasilitasi Perdagangan yang akan menjadibagian tidak terpisahkan dari
Persetujuan WTOmelalui
pengesahanProtoal
Amendingtle
MarrakeshAgreement Establishing
the
World Trade Organization (Protokol Perubahan Persetujuan Marrakesh mengenai PembentukanOrganisasi
PerdaganganDunia)
yangtelah
diadopsi oleh Dewan Umum WTO pada tanggal 27 November 2014 di Jenewa, Swiss;b.
c. bahwa
d.
-2-
c.
bahwa sebagai dasarhukum dalam
memberlakukan ketentuan-ketentuan Persetujuan Fasilitasi Perdagangantermasuk perubahan dalam struktur Persetujuan WTO dan sesuai ketentuan
Pasal16 ayat (3)
Undang-Undang Nomor24 Tahun
2000tentang
Perjanjian Internasional,periu
mengesahkan Protokol dimaksud dengan Undang-Undang;bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud dalamhuruf
a,huruf b,
danhuruf
c, perlumembentuk Undang-Undang tentang
PengesahanProtocol Amending the Marrakesh
AgreementEstablishing
tlw World Trade
Organization (ProtokolPerubahan Persetujuan Marrakesh
mengenaiPembentukan Organisasi Perdagangan Dunia);
Pasal
5 ayat (1), Pasal 11, dan
Pasal20
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun1945;
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994
tentang Pengesahan Agreement Establishingtlw
World Trade Organization(Persetujuan Pembentukan
OrganisasiPerdagangan Dunia) (Lembaran Negara
RepublikIndonesia Tahun 7994 Nomor 57,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564);Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000
tentangPerjanjian Internasional
(Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2000 Nomor 185,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4012);Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014
tentangPerdagangan (Lembaran Negara
Republik
IndonesiaTahun 2014
Nomor45,
Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 5512);
Mengingat
:
1.2.
3.
4.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-3-
Menetapkan :
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSI(AN:
UNDANG-UNDANG
TENTANG PENGESAHAN
PROTOCOL AMENDINGTHE
MARRAKESH AGREEMENT ESTABLISHING THE WORLD TRADE ORGANAATION (PROTOKOL PERUBAHAN PERSETUJUAN MARRAKESHMENGENAI
PEMBENTUKAN ORGANISASI PERDAGANGAN DUNIA).Pasal
I
Mengesahkan Protocol
Amending the Manakesh
AgreementEstablishing the World Trade Organization (Protokol Perubahan
Persetujuan Marrakesh
mengenaiPembentukan
Organisasi PerdaganganDunia) yang saiinan naskah aslinya
dalambahasa Inggris, bahasa Perancis, bahasa Spanyol
danterjemahannya dalam bahasa Indonesia
sebagaimanaterlampir
dan merupakan bagian yangtidak
terpisahkan dari Undang-Undang ini.Pasal 2
Undang-Undang diundangkan.
tanggal
1n1 mulai berlaku pada
Agar
-4-
Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Undang-Undangini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.Disahkan di
Jakarta
pada tanggal 22 November
2077PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
JOKO WIDODO
Diundangkan di
Jakarta
pada tanggal 22 November 2Ol7
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
YASONNA H. LAOLY
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2OI7 NOMOR 240
Salinan sesuai dengan aslinya KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA
REPUBLIK INDONESIA Asisten Deputi Bidang Hukum,
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA PENJELASAN
ATAS
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017
TENTANG
PENGESAHAN PROTOCOL AMENDING THE MARRAKESH AGREEMENT ESTABLISHING THE WORLD TRADE ORGANUATION
(PROTOKOL PERUBAHAN PERSETUJUAN MARRAKESH MENGENAI PEMBENTUKAN ORGANISASI PERDAGANGAN DUNIA)
I.
UMUMKegiatan perdagangan merupakan salah satu sektor
utama penggerak perekonomian nasionai dan pendukung kegiatan pembangunan nasionaldi
bidang ekonomi. Kegiatan pembangunannasional di
bidangekonomi disusun dan dilaksanakan untuk memajukan
kesejahteraanumum melalui pelaksanaan demokrasi ekonomi dengan
prinsipkebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan,
berwawasanlingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan
dan kesatuan ekonomi nasional
sebagaimanadiamanatkan
Undang- Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun
1945.Dalam era globalisasi, di mana
perdaganganmenjadi
semakinbersifat lintas batas, perundingan dalam bidang
perdaganganinternasional merupakan
ha1yang lazim dan penting dalam
kebijakan perdagangantiap
negara. Indonesiaterlibat
secaraaktif dalam
berbagaifora perundingan perdagangan sebagai salah satu cara untuk
menggerakkan perekonomiannasional dan mendukung
pembangunan nasional di bidang ekonomi.Salah satu bentuk keterlibatan aktif Indonesia dalam
foraperundingan
perdaganganmultilateral adalah
keanggotaan Indonesiadalam
Organisasi PerdaganganDunia
(World Trade OrganizationlWTO).Indonesia merupakan salah satu Anggota pertama WTO, dan ke depannya
ikut
terlibataktif
dalam perundingan-perundingan WTO.Indonesia
-2-
Indonesia telah berhasil
menyelenggarakanKonferensi
TingkatMenteri
(KTM)IX
WTOdi Bali,
pada tanggai3-7
Desember2013
yangmenyepakati Paket Bali sebagai suatu kesepakatan
perundinganperdagangan internasional dalam bidang pertanian,
fasilitasi perdagangan,dan
pembangunan. Kesepakatandalam bidang
fasilitasi perdagangan dituangkan dalam bentuk Tlade Facilitation Agreemen (TFA).TFA merupakan persetujuan multilateral WTO pertama
yangdisepakati sejak
pembentukan WTOpada tahun 1994 yang
mengaturaspek fasilitasi perdagangan bagi Anggota-Anggota WTO
denganmenerapkan praktik terbaik (best
practices)dalam bidang
fasilitasi perdagangan.Keberadaan TFA sebagai tanggapan atas meningkatnya perdagangan
lintas
batas yang menyebabkan efek ieherbotol
(bottleneck effectl dalam perdagangan internasional. TFA diharapkan dapat mengurangi hambatan perdagangan dan mempercepat proses pelepasan barang.Ketentuan dalam TFA sejalan dengan
arah
kebijakandan
semangat reformasi perekonomian Indonesiadalam bidang fasilitasi
perdagangan.Adapun manfaat yang diharapkan
dari
penerapan TFA bagi perdagangan Indonesia yaitu:1.
kelancaran dan peningkatan perdagangan barang pada pasar ekspor tradisional dan pasar ekspor non-tradisional;2.
pengurangan biaya logistik dan biaya perdagangan yang dikeluarkan oleh pelaku usaha;3.
peningkatan akses ekspor bagi Usaha Mikro Kecil Menengah;4.
peningkatan transparansi dalam proses ekspor-impor.TFA terbagi
ke dalam 3
(tiga) bagian. Bagian pertama mengatur tentang ketentuan-ketentuanteknis
yangwajib dijalankan
oleh Anggota-Anggota WTOterkait
aspek fasilitasi perdagangan. Bagian kedua mengatur tentang Specialand
Differential Treatment (SDT) yangdiberikan
kepada Anggota-Anggota WTO yang masuk ke dalam kategori negara
berkembang (deueloping countriesldan
negarakurang
berkembang (Least DeuelopedCountries/LDCs). Bagian ketiga mengatur tentang
pengaturankelembagaan dan ketentuan-ketentuan
akhir
dari TFA.PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
1.
-3-
Beberapa bagian penting dari Bagian pertama TFA adalah:
Publikasi dan Ketersediaan Informasi
Kewajiban
untuk melakukan publikasi dan
menyediakan informasiterkait kegiatan yang berkaitan dengan fasilitasi
perdagangantermasuk
menyediakanhal-hal tertentu
dalamjaringan.
Ketentuanini juga
mengaturtentang penunjukan
enquirypoint dan
prosedur notifikasi.Kesempatan Memberikan Komentar, Memperoleh
Informasi
Sebelum Pemberlakuan dan KonsultasiKewajiban
untuk
menyediakan kesempatan bagipihak-pihak terkait
untuk memberikan komentar terkait dengan rancangan
danperubahan terhadap instrumen hukum terkait dengan
fasilitasi perdagangan. Ketentuanini juga
mengatur tentang kewajibanuntuk
mengadakan konsultasirutin
dengan para pemangku kepentingan.Aduance Rulings
Kewajiban untuk
menyediakankeputusan awal
(aduance rulings\tertulis
mengenai permintaandari
pedagangterkait klasifikasi tarif atau asal barang
(onginl. Aduancerulings tersebut harus
bersifatmengikat bagi institusi
kepabeanandan tetap berlaku
secara sahuntuk
jangka waktu tertentu.Banding atau Prosedur Tinjauan
Kewajiban untuk memberikan hak bagi peiaku usaha untuk mengajukan banding dan hak tersebut harus bersifat
non-diskriminasi. Banding yang dilakukan dapat berupa
bandingadministratif atau hukum.
Kebijakan
Lain
Guna Memperkuat Netralitas, Non-Diskriminasi dan TransparansiKewajiban
pengawasanatau pemeriksaan di perbatasan terkait produk makanan, minuman atau pakan ternak guna
melindungikesehatan dan keselamatan manusia, hewan, atau tumbuh-
tumbuhan, jika dilakukan penahanan barang impor,
makapenahanan tersebut harus
segeradiberitahukan ke importir
dan terjaminnya hakimportir untuk
memperoleh tesuji
kedua.2.
3.
4.
5.
6. Ketentuan
6.
-4-
Ketentuan-Ketentuan mengenai Biaya dan Ongkos yang Dibebankan pada atau yang Terkait dengan Kegiatan Impor dan Ekspor
Ketentuan-ketentuan mengenai
biaya dan
ongkos yang dibebankanpada atau yang terkait
dengan kegiatanimpor dan ekspor terkait dengan publikasi biaya dan ongkos, standar terkait biaya
danongkos, serta ketentuan sanksi kepabeanan.
Pelepasan dan Izin Barang
Kewajiban
terkait
denganstandar
pelaksanaan pelepasandan
izin barang.Kerja Sama Badan di Perbatasan Kewajiban
untuk bekerja
sama perbatasanterkait
pengawasanperdagangan.
Pergerakan Barang dalam
PengawasanBea dan Cukai
yangDitujukan untuk
ImporKewajiban, sejauh dapat dilaksanakan
dan
semua syarat terpenuhi,untuk mengizinkan perpindahan barang dari satu
kantorkepabeanan
di pintu masuk ke kantor
kepabeananlainnya
tempat barang akan dilepaskan.Formalitas Terkait Importasi, Eksportasi dan Transit
Ketentuan
terkait
dengan kewajiban dalamhal
Importasi, Eksportasi, dan Transit, antara lain:a.
formalitas dan persyaratan dokumentasi;b.
penerimaan salinan;c.
penggunaan standar internasional;d.
sistem perizinan satu atap;e.
pemeriksaan sebelum pengiriman barang;f.
penggunaan perantara kepabeanan;g. prosedur-prosedur perbatasan yang umum dan
keseragaman persyaratan dokumentasi;h.
barang-barang yang ditolak;i. penerimaan sementara
barang-barang/proses pengolahan
di dalam dan diluar
daerah pabean.7.
8.
9.
dan berkoordinasi antara
otoritas perbatasandan prosedur
fasilitasi10.
PRESIDEN
REPUBLIK IN DO N ESIA
-5-
11.
Kebebasan TransitKewajiban
untuk tidak
menerapkanperaturan terkait transit jika memungkinkan atau jika solusi yang tidak lebih
menghambatperdagangan tersedia.
12.
Kerja Sama KepabeananAturan tentang kerja sama
antarinstitusi
kepabeanan.Bagian kedua TFA mengatur tentang
SDTyang diberikan
kepadaAnggota WTO yang masuk kategori negara berkembang
(deuelopingcountriesl dan negara kurang berkembang (Least
Deueloped Countries ILDCs).Dalam
skema SDTtersebut,
deueloping countries dan LDCs diberikan kesempatanuntuk
mengkategorisasikan ketentuan dalam TFA ke dalam kategori-kategori tertentu, yaitu:1.
Kategori AKetentuan yang masuk
ke
dalam KategoriA akan
langsung berlaku ketika TFA entry into force.2.
Kategori BKetentuan
yang masuk ke dalam
KategoriB akan berlaku
setelahjangka waktu tertentu
yangditentukan
oleh Anggota,terhitung
dari TFA entry into force.3.
Kategori CKetentuan
yang masuk ke dalam
KategoriC akan berlaku
setelahjangka waktu tertentu
yangditentukan
oleh Anggota,terhitung
dariTFA entry into force, dan dalam implementasinya
Anggota membutuhkan bantuan atau dukungan dari donor.Anggota
yang masuk ke dalam
kategori deuelopingcounties dan
LDCsmelakukan seluruh proses kategorisasi komitmen tersebut
denganberlandaskan asas, sel/ assessing dan self determining.
Bagian ketiga TFA mengatur tentang pengaturan kelembagaan dan ketentuan
akhir.
Dalam pengaturan kelembagaan, Anggota wajib memiliki sebuah komite nasional yang berfungsi sebagai lembaga yang mengawasi proses implementasi ketentuan-ketentuan dalam TFA.Sebagai
{D
-6-
Sebagai
syarat agar TFA entry into force, ketentuan Article
X.3 Persetujuan Marrakesh, menyebutkan bahwaminimal
2/e(dua per
tiga)dari jumlah Anggota WTO harus mengesahkan dan
menyerahkan instrument of acceptance ke WTO. Dasaruntuk
meratifikasi adalah hotocolAmending the Maffakesh Agreement Establishing tle World
TradeOrganiz,ation
yang telah disepakati oleh Anggota WTO pada
tanggal 27 November 2OL4.Protocol Amending
the
Marrakesh Agreement Establishingthe
WorldTrade
Organizationakan digunakan sebagai dasar untuk
mengubahstruktur Persetujuan Marrakesh dengan memasukkan TFA ke
dalam Annex LA, Multilaterol Agreements on Tradein
Goods,ysng akan
berlaku sebagaiinstrumen hukum
resmi WTO. Apabila TFA entry into force, maka ketentuan-ketentuan dalam TFA akanberlaku
secaraaktif
bagi Anggota- Anggota WTO.II.
PASAL DEMI PASALPasal 1
Dalam
hal terjadi
perbedaan penafsiran antara terjemahan Protokol dalam bahasa Indonesia dengan salinan naskahasli
Protokol dalambahasa Inggris, yang digunakan adalah salinan naskah
aslinya dalam bahasa Inggris.Pasal 2
Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6140