• Tidak ada hasil yang ditemukan

TRANSPARANSI PENGELOLAAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) DI SMP NEGERI 1 KECAMATAN PASIMARANNU KEPULAUAN SELAYAR SAHWIAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TRANSPARANSI PENGELOLAAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) DI SMP NEGERI 1 KECAMATAN PASIMARANNU KEPULAUAN SELAYAR SAHWIAH"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

TRANSPARANSI PENGELOLAAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) DI SMP NEGERI 1 KECAMATAN

PASIMARANNU KEPULAUAN SELAYAR

SAHWIAH

Nomor Stambuk : 10564 0101110 10

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2015

(2)

HALAMAN PENGAJUAN

TRANSPARANSI PENGELOLAAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) DI SMP NEGERI 1 KECAMATAN

PASIMARANNU KEPULAUAN SELAYAR

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan

Disusun dan Diajukan Oleh

SAHWIAH

Nomor Stambuk: 105640101110

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2015

(3)
(4)
(5)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama Mahasiswa : Sahwiah

Nomor Stambuk : 10564 01011 10

Program Studi : Ilmu Pemertintahan

Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain atau telah di tulis/dipublikasikan orang lain atau melakukan plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademik.

Makassar, 06 Fab 2015

SAHWIAH

(6)

ABSTRAK

SAHWIAH, Nomor Pokok 1056401011 10 Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar, menyusun skripsi dengan judul : “Transparansi Pengelolaan Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) SMP Negeri 1 di Kecamatan Pasimarannu Kepulauan Selayar” (dibimbing soleh Alimuddin Said dan Nuryanti Mustari).

Banyak fenomena yang terjadi terhadap Transparansi Pengelolaan Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) di mana hal tersebut terjadi hampir seluruh indonesia, termasuk Kepulauan Selayar atau pun di SMP Negeri 1di Kecamatan Pasimarannu. Berdasarkan hal tersebut, penelitian terdorong untuk coba mengambarkan dan menjelaskan Transparansi Pengelolaan Dana BOS di SMP Negeri 1 di Kecamatan Pasimarannu Kepulauan Selayar.

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan data primer dan sekunder. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif yaitu semua data yang dikumpulkan selanjutnya dinarasikan sesuai dengan hasil observasi dan wawancara.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (a) penyediaan informasi yang jelas oleh pemerintah tentang prosedur-prosedur, biaya-biaya dan tanggung jawab belum dilakukan secara transparan. (b) Kemudahan masyarakat mengakses informasi tentang pengelolaan dana BOS belum terlaksana dengan baik. (c) Menyusun mekanisme pengaduan keluhan masyarakat belum dilakukan secara baik. Dalam upaya meningkatkan Transparansi Pengelolaan dana BOS tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor pendukung yaitu pengawasan internal, ekternal dan adanya fasitas yang memadai sedangkan faktor penghambat yaitu kurangya Pengawasan Masyarakat Dalam Pengelolaan Dana BOS dan Pencairan Dana BOS yang Terlambat.

Kata Kunci: Transparansi, pengelolaan Dana BOS

(7)

KATA PENGANTAR

AssalamuAlaikumWarahmatullahiWabarakatuh.

Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul”Transparansi Pengelolaan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) di SMP Negeri 1 Kecamatan Pasimarannu Kepulauan Selayar”.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa penyusunan Skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapaan terima kasih kepada yang terhormat:

Bapak Drs. Alimuddin Said, M.Pd selaku Pembimbing 1 dan Ibu Dr.Nuryanti Mustari, S. IP, M.Si selaku Pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

1. Bapak Dr.H.Muhlis Madani, M. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

(8)

2. Bapak A.Luhur Prianto S.IP,M.Si selaku ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Kedua orang tuaku,ayahanda H. Abu Gani dan Hj. Sitti Aminah dan kedua saudaraku juhaeadah dan amiruddin yang senantiasa memberikan semangat dan bantuan, baik moril maupun materil.

4. Bapak dan Ibu Dosen FISIPOL Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama menempuh pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar.

5. Seluruh Staf/Pegawai FISIPOL Universitas Muhammadiyah Makassar terima kasih atas segala bantuannya selama ini.

6. Teman-teman seperjuanganku di jurusan Ilmu Pemerintahan FISIPOL Universitas Muhammadiyah Makassar “Angkatan 010”, terima kasih atas bantuan dan motivasinya selama ini.

7. Semua teman-teman KKP angkatan VII Kecamatan Bajeng, khususnya Desa Merdekaya terima kasih atas dukungannya selama ini.

Dan kepada rekan, Sahabat, saudara dan berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, penulis ucapkan banyak terima kasih atas setiap bantuan dan doa yang diberikan.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat kekeliruan dankesalahan oleh karena itu saran dan kritiknya sangat diharapkan untuk penyempurnaan skripsi ini.Semoga segala bantuan, petunjuk, dorongan dan pengorbanan yang

(9)

telah diberikan yang memungkinkan terselesaikannya skripsi ini, bernilai ibadah dan memperoleh imbalan yang berlipat ganda disisi Allah SWT, Amin.

WassalamuAlaikumWarahmatullahiWabarakatuh.

Makassar, 03, Okt 2015

SAHWIAH

(10)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Pengajuan Skripsi ... ii

Halaman Persetujuan Pembimbing ... iii

Halaman Penerimaan Tim ... iv

Halaman Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ... v

Abstrak ... vi

Kata Pengantar... vii

Daftar Isi... ix

Daftar Tabel ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Transparansi ... 8

B. Konsep Pengelolaan ... 14

C. Pembiayaan Pendidikan... 20

D. Pengelolaan Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) ... 23

E. Konsep Bantuan Operasional Sekolah (BOS) ... 31

F. Kerangka Pemikir... 37

G. Fokus Penelitian ... 38

H. Deskripsi Fokus Penelitian ... 38

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 39

(11)

B. Jenis Penelitian ... 40

C. Sumber Data ... 41

D. Teknik Pemilihan Informan ... 42

E. Teknik Pengumpulan Data ... 43

F. Teknik Analisis Data ... 44

G. Keabsahan Data... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 48

B. Transparansi Pengelolaan Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) di SMP Negeri 1 Kecamatan Pasimarannu Kepulauan Selayar ... 53

C. Faktor Pendukung dan Penghambat Transparansi Pengelolaan Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) di SMP Negeri 1 Kecamatan Pasimarannu Kepulauan Selayar ... 63

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 72

B. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 74

(12)

DAFTAR TABEL

1. Bagan Kerangka Pikir ...

37

2. Informan Penelitian ...

41

3. Rakapitulasi Pemanfaatan Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Tahun 2014 ...

50

(13)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bidang pendidikan dalam rangka mewujudkan cita-cita pendidikan nasional, sampai saat ini pemerintah dihadapkan dengan berbagai permasalahan, seperti tingkat kualitas pendidik yang belum memenuhi standar mutu, sarana prasarana sekolah yang masih kurang memadai serta terbatasnya anggaran pendidikan yang disediakan oleh pemerintah. Selain itu, tantangan yang paling berat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi pada saat ini adalah bagaimana menyiapkan Sumber Daya Manusia yang cerdas, unggul dan berdaya saing agar mampu berkompetisi pada tingkat global. Upaya untuk melaksanakan amanat tersebut Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa setiap warga negara berusia 7-15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, yang dikenal dengan Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun. Konsekuensi dari hal tersebut maka pemerintah wajib memberikan layanan pendidikan bagi seluruh peserta didik pada tingkat pendidikan dasar SD dan SMP serta satuan pendidikan yang sederajat.

Pengurangan subsidi bahan bakar minyak (BBM) yang diikuti kebijakan kenaikan harga BBM beberapa waktu yang lalu berdampak besar pada sektor pendidikan. Hal ini ditandai dengan meningkatnya angka peserta didik putus sekolah karena menurunnya kemampuan untuk membeli alat tulis, membayar

(14)

sekolah dan mengikuti kegiatan sekolah lainnya. Dalam rangka mengatasi dampak kenaikan harga BBM tersebut Pemerintah merealokasikan sebagian besar anggarannya ke empat program besar, yaitu program pendidikan, kesehatan, infrastruktur pedesaan, dan subsidi langsung tunai (SLT).Salah satu program di bidang pendidikan adalah Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang menyediakan bantuan bagi sekolah dengan tujuan membebaskan biaya pendidikan bagi siswa yang tidak mampu dan meringankan beban bagi siswa yang lain dalam rangka mendukung pencapaian Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun.

Dalam buku panduan BOS (Kemdiknas, 2009) disebutkan bahwa BOS adalah program pemerintah yang pada dasarnya adalah untuk penyediaan pendanaan biaya operasi non personalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelakana program wajib belajar. Bantuan Operasional Sekolah (BOS) merupakan dana yang dialokasikan kepada daerah kabupaten dan kota untuk meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka wajib belajar 9 (sembilan) tahun yang bermutu.

Melalui program ini, pemerintah pusat memberikan dana kepada sekolah- sekolah setingkat SD dan SMP untuk membantu mengurangi beban biaya pendidikan yang harus ditanggung oleh orang tua siswa. BOS diberikan kepada sekolah untuk dikelola sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan pemerintah pusat. Besarnya dana untuk tiap sekolah ditetapkan berdasarkan jumlah murid.

Program BOS ke depan bukan hanya berperan untuk mempertahankan APK, namun juga harus berkontribusi besar pada peningkatan mutu pendidikan

(15)

dasar. Tujuan Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) adalah untuk membebaskan biaya pendidikan bagi siswa miskin/tidak mampu dan meringankan bagi siswa yang lain, agar mereka memperoleh layanan Pendidikan Dasar 9 Tahun yang bermutu.

Menurut Setiawan (2009), menyebutkan bahwa sedikitnya ada empat hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan dana BOS yaitu, efisien, efektifitas, transparansi dan akuntabilitas. Pertama, efisien maksudnya adalah dana yang telah didapatkan oleh sekolah digunakan dengan sebaik-baiknya dengan memperhatiakan kebutuhan-kebutuhan. Artinya bantuan tersebut jangan sampai salah penggunaan dan tepat sasaran. Kedua, efektifitas maksudnya adalah kelanjutan dari efisien diatas, artinya efektifitas sejauh mana keberhasilan yang dicapai dari hasil keputusan yang pertama. Dan efektifitas ini bisa berarti evaluasi dari program yang yang telah direncanakan sebelumnya. Ketiga, transparansi. Transparansi ini sangat penting, karena jika dari pihak sekolah kurang adanaya transparansi maka dari pihak wali murid juga akan melakukan protes kepada sekolah. Dan ini dimasudkan untuk mengurangi tingkat penyelewengan dari pihak sekolah. Keempat, akuntabilitas maksudnya adalah dalam pencairan dana BOS ini harus bisa dipertanggungjawabkan secara moral kepada Allah serta peraturan perundang- undangan yang berlaku. Jika keempat hal yang telah dijelaskan diatas dilakukan dengan baik, maka bantuan BOS dalam penyalurannya akan tepat sasaran. Dan bantuan ini akan lebih bermanfaat bagi orang-orang yang kurang mampu/miskin.

(16)

Namun walau telah lima tahun bergulir sejak diluncurkannya Program BOS pada bulan Juli 2005, BOS belum mampu memenuhi harapan masyarakat menikmati pendidikan dasar gratis, seperti yang diamanatkan Undang-Undang Dasar. Padahal dana yang disediakan pemerintah tidak sedikit dan cenderung terus bertambah.

Fenomene penyimpangan dana BOS pun terjadi di beberapa daerah di Indonesia. Penyimpangan terjadi karena ketidak tahuan orang tua tentang BOS.

Kurangnya informasi ini dimanfaatkan oleh Spihak sekolah untuk memungut biaya dari siswa yang sebenarnya dapat ditutup dari BOS. Penyusunan rencana penggunaan BOS yang diajukan oleh sekolah tidak mengikutsertakan wali murid dan tidak dicantumkan dalam Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS). Hal ini mengakibatkan banyak orang tua yang tidak mengetahui BOS maupun penggunaannya. Pada tingkat SD atau pun SMP, dan sederajat, pungutan sebelum serta sesudah ada dana BOS tetap marak. Padahal logikanya, tambahan anggaran paling tidak dapat membuat biaya penyelenggaraan sekolah lebih murah. (Wiguna, 2008).

Masalah yang membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian adalah Transparansi Pengelolaan Dana BOS, dalam penggunaan Dana BOS tersebut. Kepala sekolah kurang transparan dalam pengelolaan dana BOS, ketidak fahaman orang tua murid tentang dana BOS.

Transparansi pengelolaan dana BOS juga dapat menciptakan kepercayaan timbal balik antara pemerintah, masyarakat, dan warga sekolah melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan dalam memperoleh

(17)

informasi yang akurat dan memadai. pengelola dana BOS harus mampu mempertanggung jawabkan hasil pengelolaan dana BOS tidak hanya kepada pemerintah saja, tetapi juga kepada masyarakat yang dalam hal ini Komite Sekolah dan Wali Murid. Hal tersebut sebagai bentuk pertanggung jawaban sekolah terhadap program sekolah yang dijalankan. Indicator yang dapat digunakan untuk mengukur transparansi adalah bertambahnya wawasan dan pengetahuan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan, meningkatnya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah, meningkatnya jumlah masyarakat yang berpartisipasi dalam pembangunan dan berkurangnya pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan (Krina, 2003)

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri I Kecamatan Pasimarannu Kepulauan Selayar merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Sulawesi Selatan yang beribukota di kota benteng. Jarak tempuh dari ibu kota propinsi Sulawesi selatan makasar ke kota benteng kurang lebih 250 Km, melewati selat bira. sebagai salah satu sekolah yang menjadi sasaran pemberian dana BOS, sudah tentu dituntut untuk melakukan pengelolaan secara efektif dan efisien, dalam hal penggunaan dana harus transparan serta dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan mekanisme yang telah ditentukan. Pengelolaan program BOS di SMP tersebut harus dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap peningkatan akses pelayanan pendidikan khususnya masyarakat miskin, serta dapat meningkatkan mutu pendidikan dalam rangka menyukseskan program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun, hal ini mengingat bahwa salah satu indikator penuntasan program Wajib Belajar 9

(18)

Tahun diukur dengan Angka Partisipasi Kasar (APK) tingkat SMP dan sederajat.

Berdasarkan masalah diatas peneliti tertarik meneliti tentang

“Trasparansi pengelolaan dana bantuan operasional sekolah (BOS) di SMP Negeri I di Kecamatan Pasimaranu Kabupaten Selayar”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latarbelakang masalah yang telah dikemukakan di atas, pertanyaan berikut ini:

1. Bagaimana transparansi pengelolaan dana bantuan operasional sekolah (BOS) di SMP Negeri I di Kecamatan Pasimarannu Kepulauan Selayar?

2. Faktor-faktor pendukung dan menghambat dalam transparansi pengelolaan dana bantuan operasional sekolah (BOS) di SMP Negeri I di Kecamatan Pasimarannu Kepulauan Selayar ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini di susun untuk menjawab rumusan masalah di atas, yaitu:

1. Untuk mengetahui bagaimana transparansi pengelolaan dana bantuan operasional sekolah (BOS) di SMP Negeri I di Kecamatan Pasimaranu Kepulauan Selayar.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat dan pendukung dalam Transparansi pengelolaan dana bantuan operasional Sekolah (BOS) di SMP Negeri I di Kecamatan Pasimaranu Kepulauan Selayar.

(19)

D. Kegunaan Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan mamfaat sebagai berikut:

1. Hasil penelitian diharapkan dapat mengembangkan traspanrasi pengelolaan dana bantuan operasional sekolah (BOS) di SMP Negeri I di Kecamatan Pasimaranu Kabupaten Selayar.

2. Hasil penelitian untuk menambah wawasan mengenai transparansi pengelolaan dana bantuan operasional sekolah (BOS) .

3. Bagi pemerintah Daerah, sebagai wawasan tentang mengembangkan transparansi pengelolaan dana bantuan operasional sekolah (BOS) di SMP Negeri I di Kecamatan Pasimaranu Kabupaten Selayar.

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kosep Transparasi 1. Pengertian tranparansi

Transparansi (transparency) secara harfiah adalah jelas, dapat dilihat secara menyeluruh dalam arti kata keterbukaan. Dengan demikian, transparansi dapat diartikan sebagai keterbukaan dalam melaksanakan suatu proses kegiatan.

Sebagaimana disebutkan di atas bahwa tranparansi merupakan salah satu syarat penting untuk menciptakan Good Governance. Dengan adanya transparansi di setiap kebijakan tata kelola pemerintahan, maka keadilan (fairness) dapat ditumbuhkan.

Transparansi mardiasmo (2003:30) mengemukakan transparansi adalah keterbukaan pemerintah dalam membuat kebijakan-kebijakan keuangan daerah sehingga dapat diketahui dan diawasi oleh DPRD dan masyarakat.

Selanjutnya (Tjokromidjoyo 2003:123), menjelaskan bahwa dalam transparansi yaitu dapat diketahui banyak pihak yang berkepentingan mengenai perumusan kebijakan (politik) dari pemerintah, organisasi badan usaha. Transparansi pengelolaan pengadaan ini memiliki ciri dan indikator:

tersedianya informasi yang memadai pada setiap proses penyusunan dan inplementasi kebijakan publik, adanya akses pada informasi yang siap, mudah dijangkau, bebas diperoleh, dan tepat waktu, adanya kesesuaain antara

(21)

pelaksanaan dan adanya sangsi yang ditepatkan atas kesalahan atau kelalaian dalam pelaksanaan bagian (Andrianto,2007:21)

Transparansi menurut Vera Jassini Puteri (2005:216), pertama Transparan informasi yang relevan yang tersedia untuk manfaat publik secara umum dalam hal ini peraturan dan keputusan pemerintah tersedia secara jelas dan disebarkan. Transparansi merupakan prasyarat tercapainya akuntibilitas yang menjamin kapasitanya. Kedua, tersedianya kesediaan yang cukup akurat dan tepat waktu tentang kebijaksanaan publik dan proses pembukaannya.

Dengan ketersediaan informasi seperti ini masyarakat dapat mencegah terjadinya kecurangan dan manipulasi yang hanya menguntungkan salah satu kelompok masyarakat saja secara tidak profesional.

Transparansi merupakan salah satu indikator penting karena hal ini menunjukkan profesionalisme penyelenggara semakin tinggi tingkat transparansi akan semakin baik. Menurut Sarundajang (2005 : 276), transparansi akan menciptakn kepercayaan timbal balik antara pemerintah dan masyarakat melalui informasi dan menjamin kemudahan dalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai, karena informasi merupakan suatu kebutuhan penting bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengelolaan daerah. Berkaitan dengan itu, pemerintah perlu proaktif memberikan informasi lengkap tentang kebijakan dan layanan yang disediakan pada masyarakat.

Pemerintah perlu menyediakan jalur komunikasi seperti brosur dan pengumuman media massa. Pemerintah daerah perlu menyediakan kebijakan, kebijakan itu memperjelas informasi yang bersifat rahasia.

(22)

Tranparansi adalah keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan yang diambil dari pemerintah menurut Hamid Muhammad (2007). Prinsip tranparasi menciptakan kepercayaan timbal-balik antara pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan di dalam memperoleh imformasi yang akurat dan memadai.

Informasi adalah suatu kebutuhan penting bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengelolaan sekolah. Berkaitan dengan hal tersebut sekolah perlu proaktif memberikan informasi lengkap tentang kebijakan dan layanan yang disediakannya kepada masyarakat menurut Darma Surya (2007).

Menurut logos (2005) tranparansi dan akuntabilitas merupakan konsep berkaitan erat satu dengan yang lain, karena tanpa transparansi tidak mungkin ada akuntabilitas. Sebaliknya transparansi tidak akan banyak bermanfaat tampa dilengkapi dengan akuntabilitas. Seperti halnya dibidang kebijakan publik yang lain, keberadaan transparansi dan akuntabilitas merupakan syarat mutlak untuk membangun kebijakan dan institusi yang efektif, efesien, dan adil (equitable).

Lingkup transparansi dan akuntabilitas harus menjangkau beberapa tingkat kebijakan mulai dari perumusan kebijakan pengambilan keputusan, sampai pada pelaksanaan yang terjadi yang terjadi di segenap intitusi.

Menurut Mardiasmo, transparansi berarti keterbukaan (opennsess) pemerintah dalam memberikan informasi yang terkait dengan aktivitas penggelolaan sumber daya publik kepada pihak-pihak yang membutukan informasi. Pemerintah berkewajiban memberikan informasi keuangan dan

(23)

pemerintahan daerah yang bersi, efektif, efesien, akuntabel dan responsif terhadap aspirasi dan kepentingan masyarakat.

Transparansi menurut Ratminto, bahwa transparansi dalam penyelenggaraan pelayanan publik adalah terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan secara memadai dan mudah dimengerti.

Menurut Katz (2004), menyatakan bahwa transparansi merupakan proses demokrasi yang esensial di mana setiap warga negara dapat melihat secara terbuka dan jelas atas aktivitas dari pemerintah mereka dari pada membiarkan aktivitas tersebut dirahasiakan. Jiwa dari sistem ini adalah kemampuan dari setiap warga negara untuk memperoleh informasi melalui akuntabilitas pejabat pemerintah atas kegiatan yang mereka lakukan.

Tranparansi pada akhirnya akan menciptakan horizotal accountability antara pemerintahan daerah dengan masyarakat sehinga tercipta pemerintahan daerah yang bersi, efektif, akuntabel, dan responsif terhadap aspirasi dan kepentingan masyarakat.

Tranparansi adalah adanya kebijakan terbuka bagi pengawasan.

Sedangkan yang dimaksud dengan informasi adalah informasi mengenai setiap aspek kebijakan pemerintan yang dapat dijangkau oleh publik. Keterbukaan informasi diharapkan akan menghasilkan persaingan politik yang sehat, toleran, dan kebijkan dibuat berdasarkan profensi publik. Makna dari transparansi dalam penyelengaraan pemerintahan daerah dapat dilihat dalam dua hal yakni : (1) salah satu wujud tanggung jawaban pemerintah kepada rakyat, dan (2) upaya peningkatan manejemen pengelolaan dan penyelenggaraan pemerintahan

(24)

yang baik dan mengurangi kesempatan praktek kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN).

Sedangkan transparansi penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam hubungan pemerintah daerah perlu kiranya dalam perhatian terhadap beberapa berikut (1) publikasikan dan sosialisasi kebijakan-kebijakan pemerintahan daerah, (2) publikasikan dan sosialisasi regulasi yang dikeluarkan pemerintahan daerah tentang berbagai perizinan dan prosedurnya, (3) publikasi dan sosialisasi tentang prosedur dan tata kerja dari pemerintah daerah,(4) transparansi dalam penawaran dan penepatan tender atau kontrak proyek-proyek pemeritahan daerah kepada pihak yang ketiga, dan (5) kesempatan masyarakat untuk mengakses informasi yang jujur. Benar dan tidak diskriminati dari pemerintah daerah dalam penyelengaraan pemerintahan daerah.

2. Indikator Transparansi

Transparansi merujuk pada ketersediaan informasi pada masyarakat dan kejelasan tentang peraturan, undang-undang dan keputusan pemerintah yang indikatornya menurut (Krina, 2003: 19) adalah:

a. Akses pada informasi yang akurat dan tepat waktu (accurate & timely) tentang kebijakan ekonomi dan pemerintahan yang sangat penting bagi pengambilan keputusan ekonomi oleh para pelaku swasta. Data tersebut harus bebas didapat dan siap tersedia (freely & readily available),

b. mengurangi perbedaan dalam interprestasi.

Sedangkan menurut Krina (2003:17) indikator-indikator dari transparansi adalah sebagai berikut :

(25)

a) Penyediaan informasi yang jelas tentang prosedur-prosedur, biaya-biaya dan tanggung jawab dalam pengelolaan dana BOS.

b) Kemudahan masyarakat mengakses informasi tentang pengelolaan dana BOS.

c) Menyusun suatu mekanisme pengaduan keluhan masyarakat.

Adanya indikator-indikator diatas dapat kita lihat bahwa transparansi merupakan suatu alat yang sangat penting untuk menjembatani kebutuhan masyarakat tentang keingintahuan masyarakat terhadap jalannya pemerintahan di daerah mereka sendiri.

3. Alat Ukur Transparansi

Krina (2003:16-17) menyebutkan beberapa alat-alat ukur transparansi, yaitu:

1) Publikasi kebijakan publik melalui alat-alat komunikasi: annual reports, brosur, leaflet, pusat informasi, telepon bebas pulsa, liputan media, iklan layanan masyarakat, website, papan pengumuman, koran lokal.

2) Informasi yang disajikan : acuan pelayanan, perawatan data, laporan kegiatan publik, prosedur keluhan.

3) Penanganan keluhan : berita-berita kota di media massa dan lokal, notice of respon, limit waktu respon, opinion pools & survey tentang isu-isu kebijakan publik, komentar & catatan untuk draft kebijakan & peraturan, service users surveys.

4) Lintas Forum Pelaku Institusi dan organisasi daerah: Bawasda, kantor Humas, dinas Kominfo, dan.

(26)

5) Pertemuan masyarakat 6) Mimbar rakyat.

Melalui penjelasan diatas dapat disimpulkan bagaimana seharusnya pemerintah daerah memuaskan rasa keingintahuan dari masyarakat tentang jalannya pemerintahan daerah mereka dengan cara mentranparansikan laporan-laporan kegiatan yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah dan juga bagaimana pemerintah daerah dapat mengetahui aspirasi masyarakat dengan menyediakan alat-alat bagi masyarakat sehingga masyarakat dapat ikut mengontrol berjalannya pemerintah daerah di daerahnya sendiri.

B. Konsep Pengelolaan

Kata “Pengelolaan” dapat disamakan dengan manajemen, yang berarti pula pengaturan atau pengurusan. Banyak orang yang mengartikan manajemen sebagai pengaturan, pengelolaan, dan pengadministrasian, dan memang itulah pengertian yang populer saat ini. Pengelolaan diartikan sebagai suatu rangkaian pekerjaan atau usaha yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk melakukan serangkaian kerja dalam mencapai tujan tertentu. Griffin mendefinisikan manajemen adalah suatu proses perencanaan dan pengambilan keputusan, pengorganisasian, memimpin dan pengendalian organisasi manusia, keuangan, fisik dan informasi sumber daya untuk mencapai tujuan organisasi secara efisiensi dan efektif.

Nanang Fattah, (2004: 1) berpendapat bahwa dalam proses manajemen terlibat fungsi-fungsi pokok yang ditampilkan oleh seorang manajer atau pimpinan, yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organising),

(27)

pemimpin (leading), dan pengawasan (contro lling). Oleh karena itu, manajemen diartikan sebagai proses merencanakan, mengorganising, memimpin, dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien.

Pengertian manajemen telah banyak dibahas para ahli yang antara satu dengan yang lain saling melengkapi. Stoner yang dikutip oleh Handoko menyatakan bahwa manajemen merupakan proses perencanan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan, usaha-usaha para anggota organisasi dan pengguna sumber daya organisasi lainya untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Stoner menekanan bahwa manajemen dititik beratkan pada proses dan sistem. Oleh karena itu, apabila dalam sistem dan proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, penganggaran, dan sistem pengawasan tidak baik, proses manajemen secara keseluruhan tidak lancar sehingga proses pencapaian tujuan akan terganggu atau mengalami kegagalan (Shyhabuddin Qalyubi, 2007: 271).

Bedasarkan definisi manajemen diatas secara garis besar tahap-tahap dalam melakukan manajemen meliputi melakukan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan. Perencanaan merupakan proses dasar dari suatu kegiatan pengelolaan dan merupakan syarat mutlak dalam suatu kegiatan pengelolaan. Kemudian pengorganisasian berkaitan dengan pelaksanaan perencanaan yang telah ditetapkan. Sementara itu pengarahan diperlukan agar menghasilkan sesuatu yang diharapkan dan pengawasan yang dekat. Dengan evaluasi, dapat menjadi proses monitoring

(28)

aktivitas untuk menentukan apakah individu atau kelompok memperolah dan mempergunakan sumber-sumbernya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan.

Fungsi manajemen (pengelolaan) di atas secara garis besar dapat disampaikan bahwa tahap-tahap dalam melakukan manajemen meliputi:

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan. Fungsi-fungsi manajemen tersebut bersifat universal, di mana saja dan dalam organisasi apa saja. Namun, semuanya tergantung pada tipe organisasi, kebudayaan dan anggotanya. kegiatan atau fungsi manajemen, meliputi: perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan (actuating), dan pengawasan (controlling).

a. Perencanaan (Planning)

Batasan atau pengertian perencanaan bermacam-macam sesuai dengan pendapat para ahli manajemen. Menurut Sutarno NS (2004: 109), perencanaan diartikan sebagai perhitungan dan penentuan tentang apa yang akan dijalankan dalam rangka mencapai tujuan tertentu, dimana menyangkut tempat, oleh siapa pelaku itu atau pelaksana dan bagaimana tata cara mencapai itu.

Bahwa perencanaan adalah dasar yang akan dikembangkan menjadi seluruh fungsi berikutnya. Tanpa rencana yang tepat dan padu sebuah organisasi akan kehilangan fokus sentral berpijak bukan sekedar daftar kegiatan yang harus dilakukan. Perencanaan merupakan suatu proses mempersiapkan serangkaian pengambilan keputusan untuk dilakukanya

(29)

tindakan dalam mencapai tujuan organisasi, dengan dan tanpa menggunakan sumber-sumber yang ada. Dengan demikian kunci keberhasilan dalam suatu pengelolaan atau manajemen tergantung atau terletak pada perencanaanya.

Perencanaan merupakan suatu proses dan kegiatan pimpinan (manager) yang terus menerus, artinya setiap kali timbul sesuatu yang baru.

Perencanaan merupakan langkah awal setiap manajemen. Perencanaan merupakan kegiatan yang akan dilakukan di masa depan dalam waktu tertentu untuk mencapai tujuan tertentu pula. Sebuah perencanaan yang baik adalah yang rasional, dapat dilaksanakan dan menjadi panduan langkah selanjutnya. Oleh karena itu, perencanaan tersebut sudah mencapai permulaan pekerjaan yang baik dari proses pencapaian tujuan organisasi.

Berdasarkan uraian diatas, perencanaan pada hakekatnya merupakan proses pemikiran yang sistematis, analisis, dan rasional untuk menentukan apa yang akan dilakukan, bagaimana melakukanya, siapa pelaksananya, dan kapan kegitan tersebut harus dilakukan.

b. Pengorganisasian ( Organizing )

Pengorganisasian merupakan pengelompokan kegiatan-kegiatan penugasan kegiatan-kegiatan penyediaan keperluan, wewenang untuk melaksanakan kegiatannya.

Dalam suatu organisasi dituntut adanya kerja sama antara dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Organisasi merupakan suatu proses untuk merancang struktur formal, pengelompokan

(30)

dan mengatur serta membagi tugas-tugas atau pekerjaan diantara para anggota organisasi agar tujuan organisasi dapat tecapai. Untuk mencapai tujuan tersebut maka perlu dipilih orang yang memiliki kemampuan dan kompetensi dalam melaksanakan tugas. Oleh karena itu, perlu memilih dan menentukan orang yang akan dipercaya atau diposisikan dalam posisi tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu diperhatikan dalam hal proses penarikan, penempatan, pemberian latihan dan pengembangan anggota-anggota organisasi.

c. Pengarahan (Actuating )

Pengarahan (Direction) adalah keinginan untuk membuat orang lain mengikuti keinginannya dengan menggunakan kekuatan pribadi atau kekuasaan jabatan secara efektif dan pada tempatnya demi kepentingan jangka panjang perusahaan. Termasuk didalamnya memberitahukan orang lain apa yang harus dilakukan dengan nada yang bervariasi mulai dari nada tegas sampai meminta atau bahkan mengancam. Tujuannya adalah agar tugas-tugas dapat terselesaikan dengan baik.

Pengarahan berarti para manajer mengarahkan, memimpin dan mempengaruhi bawahan. Manajer tidak melakukan semua kegiatan sendiri, tetapi menyelesaikan tugas-tugas esensial melalui orang-orang lain. Mereka juga tidak sekedar memberikan perintah, tetapi menciptakan iklim yang dapat membantu para bawahan melakukan pekerjaan secara paling baik.

Fungsi pengarahan adalah suatu fungsi kepemimpinan manajer untuk

(31)

meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja secara maksimal serta menciptakan lingkungan kerja yang sehat, dinamis, dan lain sebagainya.

d. Pengawasan ( Controlling )

Pengawasan adalah kegiatan membandingkan atau mengukur yang sedang atau sudah dilaksanakan dengan kriteria, norma-norma standar atau rencana-rencana yang sudah ditetapkan sebelumnya (Sutarno NS, 2004:128). Pengawasan atau kontrol yang merupakan bagian terakhir dari fungsi manajemen dilaksanakan untuk mengetahui:

1. Apakah semua kegiatan telah dapat berjalan sesuai dengan rencana sebelumnya.

2. Apakah didalam pelaksanaan terjadi hambatan, kerugian, penyalahgunaan kekuasaan dan wewenang, penyimpangan dan pemborosan.

3. Untuk mencegah terjadinya kegagalan, kerugian, penyalahgunaan kekuasaan dan wewenang penyimpangan, dan pemborosan.

4. Untuk meningkatkan efisien dan efektifitas organisasi.

Tujuan pengawasan adalah:

1) Menentukan dan menghilangkan sebab-sebab yang menimbulkan kesulitan sebelum kesulitan itu terjadi.

2) Mengadakan pencegahan dan perbaikan terhadap kesalahan-kesalahan yang terjadi.

3) Mendapatkan efisiensi dan efektifitas.

(32)

Dengan demikian, perencanaan merupakan proses awal dari suatu kegiatan pengelolaan yang keberadaanya sangat diperlukan dalam memberikan arah atau patokan dalam suatu kegiatan, kemudian pengorganisasian berkaitan dengan penyatuan seluruh sumber daya yang ada untuk bersinergi dalam mempersiapkan pelaksanaan kegiatan. Tahap berikutnya pengarahan dan pelaksanaan kegiatan yang selalu berpedoman pada perencanaan yang telah ditetapkan. Tahap terakhir adalah pengawasan yang meliputi kegiatan monitoring dan evaluasi tersebut, dapat dilakukan perbaikan selama kegiatan berlangsung atau untuk memperbaiki program kegiatan berikutnya sehingga tujuan yang telah direncanakan tercapai dengan baik.

C. Pembiayaan pendidikan

Pembiayaan pendidikan memegang peran yang penting dalam keberlangsungan hidup dunia pendidikan Wijaya, (2009:91). Pentingya biaya dalam suatu penggarah yaitu biaya pengaruh terhadap tingkat efisiensi dan efektivitas kegiatan dalam rangka mencapai tujuan. Mulyono mendefinisikan biaya sebagian jumlah uang yang disediakan atau dialokasikan dan digunakan atau dibelanjakan untuk terlaksanaanya sebagai fungsi atau kegiatan atau guna mencapai suatu tujuan dan sasaran-sasaran dalam rangka memproses manejemen.

Fatnah, Nanang (2000:2) mengatakan bahwa anggaran biaya pendidikan terdiri dari dua sisi yang berkaitan satu sama lain, yaitu sisi anggaran penerimaan dan anggaran penggeluaran anggaran penerima adalah pendapatan

(33)

yang diperoleh setiap tahun oleh sekolah baik rutin manpun insidental, yang diterima dari berbagai sumber resmi. Untuk SMP Negeri umumnya memilki sumber-sumber anggaran penerimaan dari pemerintahan pusat, pemerintahan daerah provinsi, Pemerintahan Daerah Kabupaten, orang tua murid, masyarakat sekitar dan sumber lainya. Sedangkan anggaran penggeluaran adalah jumlah uang yang dibelanjakan setiap tahun untuk kepentingan pelaksana pendidikan di sekolah.

Belanja sekolah sangat ditentukan oleh koponen-koponen yang jumlah dan porsinya bervariasi diantara sekolah yang satu dengan sekolah yang lain.

Serta dari waktu ke waktu. Lebih lanjut Fatnah, Nanang (2000:23) mengatakan bahwa biaya pendidikan meliputi biaya langsung (direcr cost) dan biaya tidak langsung (indirecr cost). Biaya langsung terdiri dari biaya-biaya yang dikeluarkan untuk keperluan pelaksanaan pengajaran dan kegiatan belanja siswa berupa pembelian alat-alat pelajaran, sarana belajar, biaya trasportasi, gaji guru, baik yang dikeluarkan oleh pemerintah, orang tua maupun siswa sendiri.Sedangkan biaya tidak langsung berupa keuantungan yang hilang (opportunity cost) yang di korbankan selama siswa belajar.

Biaya pendidikan digolongkan dalam 3 jenis, (PP No 48 Tahun 2008 pasal 3) yaitu:

1. Biaya satuan pendidikan adalah biaya penyelenggaraan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan yang meliputi:

a. Biaya investasi adalah biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumber daya manusia, dan modal kerja tetap.

(34)

b. Biaya operasi, terdiri dari biaya personalia dan biaya nonpersonalia biaya personalia terdiri dari gaji pendidikan dan tenaga kependidikan serta tunjangan-tunjangan yang melekat pada gaji. Sedangkan biaya non personalia adalah biaya untuk bahan atau peralatan pendidikan habis dipakai, dan biaya tak langsung berupa daya, air, jasa telokomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, trasportasi, kosumsi pajak, asuransi ddl.

c. Bantuan biaya pendidika yaitu dana pendidikan yang diberikan kepada peserta didik yang orang tua atau walinya tidak mampu membiayai pendidikannya.

d. Beasiswa adalah bantuan biaya pendidikan yang di berikan kepada peserta didik yang berprestasi.

2. Biaya penyelenggaraan penggelolaan pendidikan adalah biaya penyelenggaraan penggelolaan pendidikan oleh pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, atau penyelengaraan/ satuan pendidikan yang didirikan oleh masyarakat.

3. Biaya pribadi atau peserta didik adalah biaya personal yang meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.

D. Pengelolaan Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

Menurut Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 37 tahun 2013 tentang petunjuk teknik pengunaan Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) sekolah sebuah entitas organisasi harus mampu mengelolah dana BOS secara

(35)

profesional untuk mendukung kegiatan belajar mengajar yang bermutu. Dana BOS yang diterima oleh sekolah dikelolah secara mandiri melalui Manejemen Basis Sekolah (MBS).

Hal menuntut pengelolaan sekolah mampu merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi, dan mempertanggungjawabkan pengelolaan secara baik dan transparan. Pengelolaan dana yang baik tidak lepas dari prinsip keadilan, kejujuran dalam pengelolaan, dan pengendalian. Untuk dapat mencapai tujuan sesuai dengan prinsip trasparansi, akuntabilitas dan partisipasi publik dalam pengelolaan, dan pengendalian. Untuk dapat mencapai tujuan sesuai dengan prinsip-prinsip yang dianut dalam penyelengaraan dana bantuan operasional sekolah (BOS) Kementrian Pendidika Nasional meyusun Petunjuk Teknik Keuangan. Petunjuk ini diharapkan dapat dijadikan acuan untuk pelaksanaan program bagi semua tingkatan sekolah BOS.

Berikut ini adalah peraturan teknik untuk mengelolaan dana BOS dalam peraturan Mentri pendidikan Nasional Nomor 37 tahun 2013, mengenai Petunjuk Teknik Laporan Keuangan BOS.

1. Penggunaan Dana

Penggunaan dana pendidikan oleh satuan pendidikan dilaksanakan melalui mekanisme yang diatur dengan anggaran dasar yang diatur dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga satuan pendidikan (PP No 48 tahun 2008 pasal 69 ayat 3).

Dana yang tersediah harus digunakan sesuai dengan mengalokasikan yang tercantum dalam RAPBS. Pengeluaran dana disesuaikan dengan

(36)

keperluan dan harus bersifat transparan. Untuk mewujudkan transparansi, maka ada pemisahan antara pemegang keuangan dan bertugas belanja barang. Dalam pembelajaan barang yang dilakukan oleh tim yang ditujukan oleh sekolah. Barang-barang yang sudah dibeli perlu dicetak dan dicatat oleh petugas penerima barang, baik berupa barang modal maupun barang habis pakai (Depdiknas, 2009:131).

Dengan mengunakan dana BOS, harus didasarkan pada kesempatan dan keputusan bersama antara Tim Manejemen BOS sekolah, Dewan Guru, dan Komite Sekolah, Dana BOS bagi sekolah Negeri dianggarkan melalui anggaran belanja langsung dalam bentuk progran kegiatan, yang diuraiannya dialokasikan dalam 3 (tiga) jenis belanja, yaitu belanja pegawai, belanja barang/ jasa dan belanja modal pada SKPD Pendidikan yang ditungkan dalam dokumen RKAS/RAPBS. Dari seluruh dana BOS yang diterima oleh Sekolah wajib mengunakan dana tersebut untuk membeli buku teks pelajaran yang hak ciptaanya telah dibeli oleh pemerintah.

Mengunakan dana BOS di sekolah prioritas untuk mengunakan dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah), adalah untuk kegiatan operasional sekolah. Maksimum mengunakan dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) untuk belanja pegawai bagi Sekolah Negeri sebesar 20%

pembelian barang/ jasa pembelanja tidak melebihi Rp10.000.000.

pengunakan dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) untuk trasportasi dan uang lelah guru PNS diperbolehkan hanya dalam rangka

(37)

penyelenggaraan suatu kegiatan sekolah diluar kewajiban jam mengajar besaran/satuan biaya untuk trasportasi dan uang lelah guru PNS yang bertugas di luar jam mengajar tersebut, harus mengikuti Standar Biaya Umum (SBU) yang ditetapkan oleh Kementrian Keuangan. (Depdiknas.

2009)

2. Pembukuan

Pembukuan yaitu pencatatan keuangan baik pemasukan maupun pengeluaran secara tertib berdasarkan macam sumber dan jenis pengeluaran agar dapat diketahui oleh atasan dan pihak yang lain berkepentigan dengan keuangan sekolah (Depdiknas, 2009).

Sekolah diwajibkan menyelenggarakan pembukuan dari dana yang diperoleh sekolah, untuk program BOS, pembukuaan yang digunakan dapat dengan tulis tangan atau mengunakan komputer, buku yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Buku Kas Umum

Buku Kas Umum mempunyai fungsi untuk mencatat seluruh penerimaan dan BOS, pungutan pajak serta jasa giro maupun seluruh pengeluaran, baik yang berbentuk tunai maupun giral.

Buku kas umum ini disusun untuk masing-masing sumber dana secara terpisah, kecuali apabila sekolah hanya mempunyai satu rekening tabungan yang berfungsi untuk menampung seluruh sumber penerima sekolah, maka Umum dibuat sekolah hanya satu.

(38)

Pembukuaan dalam buku kas Umum meliputi semua transaksi ekternal, maka buku kas Umu m meliputi semua transaksi ekternal, yaitu yang berhubungan dengan pihak ketiga:

1. Kolom penerima: dari penyaluran dana (BOS atau sumber dana lain), penerimaan dari pemugutan pajak, dan penerima jasa giro dari bank.

2. Kolom pengeluaran: adalah pembelian barang dan jasa, biaya administrasi bank, pajak atas hasil dari hasil dari jas giro dan setoran pajak.

Buku kas Umum harus di isi tiap transaksi (segera setelah transaksi tersebut terjadi dan tidak menunggu terkumpul satu minggu/bulan) dan transaksi yang dicatat di dalam Buku kas Umum juga harus dicatat dalam buku pembantuan pajak) dan format yang telah diisi ditandatangani oleh Bendahara dan Kepala Sekolah. Dokumen ini disimpan disekolah dan diperlihatkan kepada pengawa, Tim Manejem BOS kabupaten ,dan pemeriksaan lainnya apabila diperlukan.

b. Buku Pembantu Kas

Buku pembantu kas (format BOS-K4) mempunyai fungsi untuk mencatat transaksi penerima/pengeluaran yang dilaksanakan khusus melalui bank dengan cara antara lain penerbit cek, penarik cek, penerima pembayaran dengan cek. Buku ini harus dibikukan pertransaksi dan ditandatangani oleh Bendahara dan Kepala Sekolah. Dokumen ini disimpan dalam sekolah dan diperlihatkan kepada pengawas, Tim Manejemen BOS Kabupaten, dan para pemeriksaan lainya apabila diperlukan.

(39)

c. Buku Pembantu Bank

Buku pembantu Bank mempunyai fungsi untuk mencatat transaksi penerima/pengeluaran dilaksanakan khusus melalui bank dengan cara antara lain penerbitan cek, penerima cek, penerima pembayaran dengan cek.

Sumber informasi untuk penyusunan buku pembantu bank adalah semua transaksi eksternal baik penerima maupun pengeluaran yang dilakukan melalui bank dan transaksi iternal yang berupa pengambilan uang kas di bank dan transaksi internal yang berupa pengambilan uang kas dibank dan penyetoran uang kas untuk disimpan di bank, Bendahara dan Kepala Sekolah. Dokumen yang disimpan di sekolah dan diperlihatkan kepada pengawas, Tim Manejemen (BOS) kabupaten, dan para pemeriksa lain apabila diperlukan. Format buku pembantu bank dapat dilihat pada format BOS-K5) dibawah ini.

d. Buku Pembantu Pajak

Buku pembantu pajak (format BOS-K6) mempunyai fungsi untuk mencatat semua transaksi yang harus dipungut pajak serta memonitor atas pungutan dan penyetoran pajak yang dipungut selaku wajib pungut pajak.

1. Pembukuan terhadap seluruh penerimaan dan pengeluaran dapat dilakukan dengan tangan atau menggunakan komputer.

2. Dalam hal pembukuan yang dilakuka dengan komputer, bendahara wajib mencetak BKU dan buku-buku pembantu sekurang-kurangnya sekali dalam satu bulan dan menatausahakan hasil cetakan BKU dalam

(40)

buku-buku pembantu bulanan yang telah ditandatangani Kepada Sekolah dan Bendahara Sekolah.

3. Semua transaksi penerima dan pengeluaran di catat dalam buku kas Umum dan buku pembantu yang relefan yang sesuai urutan tanggal kejadianya.

4. Uang tunai yang ada kas tunai tidak lebih dari Rp 10.000.000,00.

5. Apabila bendahara peninggalkan tempat kedudukanya atau berhenti dari jabatanya, Buku Kas Umum dan buku pembantuaanya serta bukti-bukti pengeluaran tidak boleh dibawa dan harus disimpan di kantornya.

Sekolah juga dituntut untuk mengumpulkan bukti pengeluaran dan BOS yang dilakukan.

1) Setiap transaksi pengeluaran harus didukung dengan bukti kuintasi yang sah.

2) Bukti pengeluaran uang dalam jumlah tertentu harus dibubuhi materai yang cukup, sesuai dengan ketentuan bea materai.Untuk transaksi dengan nilai sampai Rp 250.000,00. Tidak dikenai bea materai, sedangkan sampai dengan Rp 1.000.000,00. Dikenai bea materai dengan tarif sebesar Rp 3.000,00 dan transaksi nominal lebih besar dari Rp1.000.000,00 dikenai bea materai dengan tarif sebesar Rp 6.000,00- 00

3) Uraian pembayaran dalam kuitansi harus jelas dari rincian sesuai dengan Peruntukanya.

(41)

4) Uraian tentang jenis barang/jasa yang dibayar dapat dipisahkan dalam bentuk faktur sebagai lampiran kuitansi.

5) Setiap bukti pembayaran harus disetujui oleh kepala sekolah dan lunas dibayar oleh bendahara.

6) Segala jenis bukti pengeluaran harus disimpan oleh sekolah sebagai bahan bukti dan bahan laporan.

3. Laporan

Laporan merupakan pertanggung jawaban atas pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dari dana bantuan operasional sekolah (BOS). Untuk itu, laporan pertanggungjawaban harus memenuhi unsur-unsur sebagai berikut.

a. Setiap kegiatan wajib dibuatkan laporan hasil pelaksanaan kegiatannya.

b. Laporan pengunaan dana BOS dari pertanggujawaban/pengelola dana BOS di tingkat sekolah kepada Tim manejemen BOS kabupaten/kota meliputi laporan realisai pengunaan dana per sumber dana, buku kas umum, buku pembantu kas, buku pembantu bank dan buku pembantu pajak beserta dokumen pendukung bukti pengeluaran dana bos (kuitansi/faktur/nota/bon dari vendor/toko supplier) dan sekolah juga wajib mengarsipkan untuk bahan audit.

c. Seluruh arsip data keuangan, baik yang berupa laporan-laporan keuangan maupun dokumen pendukungnya, disimpan dan ditata dengan rapi dalam urutan nomor dan tanggal kejadianya, serta disimpan dan di suatu tempat yang aman dan mudah ditemukan setiap saat.

(42)

d. Laporan penggunaan dana BOS dari Penanggungjawab pengelola dana BOS kepada Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota meliputi laporan realisasi penggunaan dana per sumber dana, Buku Kas Umum, Buku Pembantu Kas, Buku Pembantu Bank, dan Buku Pembantu Pajak beserta dokumen pendukung bukti pengeluaran dana BOS (kuitansi/faktur/nota/bon dari vendor/toko/supplier) dan madrasah juga wajib mengarsipkan untuk bahan audit.

Laporan pertanggujawaban keuangan tersebut disampaikan kepada tim Manejemen BOS Kabupaten/kota serta triwulan paling lambat sepuluh hari kerja sebelum berahirnya triwulan tersebut Sekolah harus menyusun RAPBS (Format BOS K-1) yang dimuat rencana pengunaan uang dari semua sumber dan yang diterima sekolah. RAPBS ditandatangani oleh kepala sekolah, komite Sekolah dan khusus untuk sekolah. Format Sekolah Bos K-1 dibuat setahun sekali pada awal tahun ajaran, namun bisa dilakukan revisi pada semester kedua. Olah karena itu, sekolah dapat membuat BOS K-1 tahunan yang dirinci tiap semester. Format BOS K-1 perlu dilengkapi dengan rencana pengunaan yang lebih rinci, yang dibuat tiga bulanan yaitu format BOS K-1A. Format BOS K-1 perlu dilengkapi dengan rencana penggunaan yang lebih dirinci tiapa semester. Format BOS K-1A. Format ini dibuat setiap sumber dana yang diterima sekolah. Format BOS K-2 adalah format laporan keuangan terintegrasi dan singkat/padat.

Format ini adalah format multi sumber dana, sehinga harus memuat laporan penerima dan pengunaan uang dari semua sumber dana disekolah.

(43)

Sekolah memiliki kewajiban mengelola dana BOS secara transparan dan bertanggujawab jawab dengan cara mengumumkan besar dana yang diterima dan dikelola oleh sekolah dan rencana pengunaan dana BOS di awal tahun ajaran, serta laporan bulanan pengeluaran dana BOS dan barang-barang yang dibeli oleh sekolah di papan pengumuman setiap tiga bulan.

E. Bantuan Opersional Sekolah (BOS) 1. Pengertian Bantuan Operasional Sekolah

Bantuan Operasional Sekolah (BOS) adalah program pemerintahan yang pada dasarya adalah untuk menyediakan pendanaan biaya operasi non personalia bagi semua pendidikan dasar sebagai pelaksanaan program wajib belajar selama 9 tahun (Depdiknas:2009).

2. Tujuan Bantuan Opersinal Sekolah

Secara umum program BOS bertujuan untuk meringankan beban masyarakat terhadap pembiyaan pendidikan dalam rangka belajar 9 tahun yang bermutu. Secara khusus program BOS (Depdiknas: 2009) bertujuan untuk:

a. Membebaskan pungutan bagi seluruh siswa SMP Negeri terhadap biaya operasi sekolah, kecuali pada Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI);

b. Membebaskan pungutan seluruh siswa miskin dari seluruh pungutan dari dalam bentuk apapun, baik disekolah negeri maupun swasta:

c. Meringankan beban biaya operasi sekolah bagi disekolah suasta .

(44)

Selain tujuan program BOS tersebut, harapan dari adanya program Bantuan Operasional Sekolah, (Depdiknas :2009) antara lain:

a) BOS harus menjadi sarana penting untuk percepat penuntasan Wajar Diknas 9 Tahun.

b) Melalui BOS, tidak boleh siswa miskin putus sekolah karena tidak mampu membayar iuran/pungutan yang dilakukan sekolah.

c) Anak lulus SD/MI/SDLB, harus dijamin kelangsugan pendidikannya ke tingkat SMPT/MTs/SMPPLB.

d) Kepala sekolah diharapkan mencari dan mengajak siswa SD/MI/SDLB yang akan lulus dan berpontesi tidak melanjutkan sekolah untuk ditampung di SMPT/MTs/ SMPPLB.

e) Pemerintahan daerah harus mengalokasikan dana tambahan (bersama- sama BOS) untuk menutaskanWajar Diknas 9 tahun secepatnya.

3. Sasaran Program Bantuan Operasional Sekolah

Menurut buku petunjuk teknik pengunaan dana BOS, yang menjadi sasaran program BOS adalah sebuah SD dan SMP, termasuk Sekolah Menegah Terbuka (SMPT) dan Tempat Kegiatan Belajar Mandiri (TKBM) yang diselanggarakan oleh masyarakat, baik negeri maupun swasta di seluruh provinsi di Indonesia. Program kejar Paket A dan Paket B tidak termasuk sasaran dari program BOS ini (Depdiknas,2009).

4. Besar dana Bantuan Operasional Sekolah

Besar biaya satuan Bantuan Opersional Sekolah (BOS), yang diterima oleh sekolah termasuk untuk BOS Buku, dihitung berdasarkan jumlah siswa

(45)

323 orang, SMP Negeri 1 di kecamatan pasimaranu kepulauan selayar, dengan ketentuan: SMP/SMPLB/SMPT/SATAP= 304 x Rp 710.000,- /tahun=215.840.000,-/tahun

5. Sekolah Pemerintah Bantuan Operasional Sekolah

Menurut buku petunjuk teknis penggunaan dana BOS, ketentuan sekolah penerima dana BOS (Depdiknas, 2009:3) antara lain:

a. Semua sekolah SD/SDLB/SMP/SMPLB/SMPT Negeri wajib menerima dana BOS, bila sekolah tersebut menolak BOS, maka sekolah dilarang memungut biaya dari peserta didik, orang tua atau wali peserta didik.

b. Semua sekolah swasta yang telah memiliki izin operasi dan tidak dikembangkan menjadi bertaraf internasioanl wajib menerima dana BOS.

c. Bagi sekolah yang menolak BOS harus melalui persetujuan orang tua siswa melalui komite sekolah dan tetap menjamin kelangsungan pendidikan siswa miskin di sekolah tersebut.

d. Seluruh sekolah yang menerima BOS harus mengikuti pedoman BOS yang telah ditetapkan oleh pemerintah dan pemerintahan daerah.

e. Sekolah negeri kategori RSBI dan SBI diperbolehkan memungut dana dari orang tua siswa yang mampu dengan persetujuan komite sekolah.

Pemda harus ikut mengawasi pungutan yang dilakukan oleh sekolah agar tercipta prinsip pengelolaan dana secara trasparan dan akuntabel.

f. Sekolah negeri yang sebagian kelasnya sudah menerapkan siswa sekolah bertaraf RSBI tetap diperbolehkan memungut dana dari orang tua siswa

(46)

yang mampu dengan persatuan komite sekolah, kecuali terhadap siswa miskin.

g. Organisasi Pelaksanaan Tingkat Sekolah

Dalam rangka pelaksanaan program BOS, organisasi pelaksanaan tingkat sekolah, (Depdiknas, 2009:8) meliputi:

a. Pertanggungjawaban: Kepada Sekolah (sekaligus sebagai Pembantuan Bendahara Pengeluaran Pembantu (PBPP)

b. Anggota: Bendahara BOS sekolah dan satu orang dari unsur orang tua siswa di luar komite sekolah.

6. Tugas dan Tanggungjawab Sekolah, (Depdiknas, 2009:8) meliputi:

a. Mengisi dan menyerahkan LKIS kedinas pendidikan kabupaten dan kota

b. Melaporkan perubahan data jumlah siswa setiap triwulan kepada dinas pendidikan kabupaten/kota

c. Memverifikasi jumlah dan yang diterima dengan data siswa yang ada d. Mengelolah dana BOS secara bertanggungjawab dan trasparan

e. Mengumumkan daftar komponen yang boleh dan yang tidak boleh dibiayai oleh dana BOS dipapan pengumuman sekolah

f. Mengumumkan besar dana yang diterima dan dikelolah oleh sekolah dan rancana pembangunan dana BOS (RAPBS) di papan pengumuman sekolah Memuat laporan triwulan pengunaan dana BOS dan barang /jasa yang yang ditandatangani oleh kepala sekolah, bendahara dan

(47)

ketua komite sekolah dibelih oleh sekolah yang ditandatagani oleh kepala sekolah, Bendahara dan Ketua Komite Sekolah

g. Bertangung jawab terhadap penyimpangan pengunaan dana di sekolah h. Memberikan pelayanan dan penangan pengaduan masyarakat

i. Menyampaikan pengunaan dana BOS kepada Tim Manejemen BOS Kabupaten/kota

j. Memasang spanduk di sekolah terkait kebijakan pendidikan bebas pungutan.

Tata tertib Pengelolaan Dana BOS di sekolah, (Depdiknas,2009:8) meliputi:

a) Tidak diperkenangkan melakukan manipulasi data jumlah siswa;

b) Mengelolah dana BOS secara trasparan dan bertanggungjawab;

c) Mengumumkan hasil pembelian barang dan harga yang dilakukan oleh sekolah dipapan pengumuman sekolah yang harus ditandatangani oleh Komite Sekolah:

d) Mengiformasikan secara tertullis rekapitulasi penerimaan dan penggunaan dana BOS kepada orang tua siswa setiap semester bersama dengan pertemuan orang tua siswa dan sekolah pada saat penerimaan rapor;

e) Bersedia diaudit oleh lembaga yang berwenang terhadap seluruh dana yang dikelolah oleh

f) Sekolah, baik yang berasal dari dana BOS maupun dari sumbernya lain:

g) Dilarang bertindak menjadi distributor atau mengecer buku kepada peserta didik di sekolah yang bersangkutan

(48)

7. Penyaluran Dana BOS

Penyaluran dana dilakukan setiap periode 3 bulanan, yaitu periode Januari-Maret, April-Juni, Juli-September dan Oktober-Desember. Pada tahun anggaran 2014 tahun anggaran 2014, dana BOS akan diberikan selama 12 bulan untuk periode Januari sampai dengan Desember 2014 dan Triwulan I dan II tahun anggaran 2014 tahun ajaran 2014/2015 dan Triwulan III dan IV tahun anggaran 2013 tahun ajaran 2014/2015.

Bagi wilayah yang sangat sulit secara geografis (wilayah terpencil) sehingga proses pengambilan dana BOS oleh sekolah mengalami hambatan atau memerlukan biaya pengambilan yang mahal, penyaluran dana BOS oleh sekolah dilakukan setiap semester, yaitu pada awal semester. Penetuan wilayah terpencil ditetapkan dengan ketantuan sebagai berikut:

a. Unit wilayah terpencil adalah kecamatan;

b. Tim Manejemen BOS Kabupaten Kota mengusulkan nama-nama kecamatan terpencil pada Tim BOS Tim Manejemen Provinsi, selanjutnya Tim Manejemen BOS Pusat;

c. kementrian keuangan menetapkan daftar alokasi dana BOS wilayah terpencil berdasarkan usulan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

F. Kerangka pikir

Transparansi keterbukaan pemerintah dalam memberikan informasi yang terkait dengan aktivitas pengelolaan sumber daya publik pada pihak-pihak yang membutuhkan informasi. Dalam arti bahwa pemerintah berkewajiban untuk memberikan informasi yang dibutuhkan baik informasi keuangan

(49)

maupun lainnya yang akan digunakan untuk pengambilan keputusan ekonomi sosial dan politik oleh pihak yang berkepentingan.

Transparansi ini bertujuan untuk membangun rasa saling percaya antar Pemerintah dengan publik dimana pemerintah harus memberikan informasi yang akurat pada publik yang membutuhkannya. Terutama informasi yang handal yang berkaitan dengan informasi masalah-masalah hukum, peraturan, dan hasil-hasil yang dicapai dalam pelaksnaan urusan pemerintahan.

Berdasarkan pernyataan tersebut sebagai wujud kongkret dari Transparansi Pengelolaan Dana Bantuan Opersional Sekolah (BOS) SMP Negeri I Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar, sebagaimana yang telah penulis uraikan maka kerangka pikir yang akan menjadi acuan dalam penelitian ini adalah

(50)

Bagan Kerangka Pikir

G. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini berangkat dari latar belakang masalah, kemudian dirumuskan dalam rumusan masalah dan dikaji berdasarkan teori dalam tinjauan pustaka. Maka yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah mengetahui transparansi dalam pengelolaan dana bantuan operasional sekolah (BOS) SMP Negeri 1 Kecamatan Pasimarannu Kepulauan Selayar.

H. Deskripsi Fokus Penelitian

1. Transparansi adalah prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintah,

Faktor pendukung

1. Adanya fasilitas yang memadai 2. Pengawasa internal

dan ekternal Transparansi dalam Pengelolaan

Dana BOS

Transparan pengelolaan Dana BOS INDIKATOR TRANSPARANSI 1. Penyediaan

informasi 2. Kemudahan

mengakses informasi 3. Menyusun suatu

mekanisme pengaduan Faktor penghambat

1. Kuranya Pengawasan masyaraka dalam pengelolaan dana BOS

2. Pencairan dana BOS yang terlambat.

0 20 40 60 80 100

1st Qtr 2nd Qtr 3rd Qtr 4th Qtr

East West North

(51)

yakni informasi tentang kebijakan proses pembuaatan dan pelaksanaannya serta hasil-hasil dicapai.

2. Penyediaan informasi yang jelas tentang prosedur-prosedur tentang biaya- biaya dan tanggung jawab dalam pengelolaan dana BOS.

3. Kemudahan masyarakat mengakses informasi yaitu melalui papan pegumuman dan media komunikasi.

4. Menyusun mekanisme pengaduan keluhan masyarakat yaitu dengan adanya telfon dan SMS dan meningkatkan pengawasan terhadap pengeloloan dana BOS agar tidak terjadi penyalahgunaan angaran dana tersebut.

5. Faktor pendukung adalah hal-hal yang menjadi pendorong suatu rangkaian kegiatan dalam melaksanakan suatu kegiatan.

6. Faktor penghambat adalah suatu keadaan dimana terdapatnya kendala- kendala dalam melaksanakan suatu kegiatan.

7. Transparan pengelolaan dana bantuan opersional sekolah (BOS) dapat menciptakan kepercayaan timbal balik antara pemerintah, masyarakat, orang tua siswa dan warga sekolah melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan di dalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai.

(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu Dan Lokasi Penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus 2014. Lokasi ini menjadi objek penelitian atas dasar pertimbangan bahwa untuk memberikan gambaran transparansi pengelolaan dana bantuan opersional sekolah (BOS) di SMP Negeri 1 Kecamatan Pasimarannu Kepulauan Selayar, merupakan salah satu lembaga yang melakukan pelayanan dan informasi kepada masyarakat.

B. Jenis Dan Tipe Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian Diskriptitf kualitatif yaitu penelitian tentang data yang dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk kata- kata dan gambar, kata-kata disusun dalam kalimat, misalnya kalimat hasil wawancara antara peneliti dan informan. Penelitian kualitatif bertolak dari filsafat konstruktivisme yang berasumsi bahwa kenyataan itu berdimensi jamak, interaktif dan suatu pertukaran pengalaman sosial yang di interpretasikan oleh individu-individu. Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut perspektif partisipan.

2. Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi. Karena terkait langsung dengan gejala-gejala yang muncul di sekitar lingkungan manusia terorganisasir dalam satuan pendidikan formal. Penelitian yang menggunakan

40

(53)

pendekatan fenomenologis berusaha untuk memahami makna peristiwa serta interaksi pada orang-orang dalam situasi tertentu.

C. Sumber Data

1. Data Primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber asalnya, data primer di peroleh melalui :

a. Observasi yaitu pengumpulan data dalam kegiatan penelitian yang dilakukan dengan mengamati kondisi yang berkaitan dengan obyek penelitian.

b. Interview atau Wawancara mendalam (in dept interview) yaitu mengadakan wawancara dengan informasi yang bertujuan untuk menggali informasi yang lebih mendalam tentang berbagai aspek yang berhubungan dengan permasalahan penelitian.

2. Data Sekunder adalah data yang telah diolah sebelumnya yang diperoleh dari studi kepustakaan, maupun studi dokumentasi. Adapun data sekunder diperoleh melalui :

a. Studi pustaka, yaitu bersumber dari hasil bacaan literatur atau buku- buku atau data terkait dengan topik penelitian.

b. Dokumentasi, yaitu arsip-arsip, laporan tertulis atau daftar inventaris yang diperoleh terkait dengan penelitian yang dilakukan.

Menurut Arikunto (1998 : 236 ), dokumentasi adalah “ Mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya.”

(54)

D. Informan Penelitian

Pemilihan informan sebagai salah satu sumber data yang urgen terhadap penelitian harus menggunakan teknik yang tepat. menggunakan teknik

“purpose sampling” yaitu pengambilan sampel didasarkan pada pilihan penelitian tentang aspek apa dan siapa yang dijadikan fokus pada saat situasi tertentu dan saat ini terus-menerus sepanjang penelitian, sampling bersifat purpossive yaitu tergantung pada tujuan fokus suatu saat (Nasution , 2006 : 29).

Teknik pengambilan informan adalah merupakan cara yang digunakan dalam hal memperoleh data primer untuk bahan penelitian. Informan dalam penelitian ini di ambil dari beberapa unsur, diantaranya:

Tabel 1 Informan Penelitian

No Nama Jabatan Jumlah

1 Drs.Askari Kepala Sekolah 1 orang

2 Syamsul Bahri Bendahara 1 orang

3 Muh. Arsad M. komite sekolah 1 orang

4 Nasruddin, Spd Guru sekolah 1 orang

5 Andi Ahmad, Spd Guru Sekolah 1 orang

6 Zainal Abadi,Spd Staf Sekolah 1 orang

7 Andi Zulfiandi, Spd Staf Sekolah 1 orang

8 St. Aminah Masyarakat 1 orang

9 Israh Masyarakat 1 orang

10 Muhammad Izzul Siswa kelas IX 1 orang

11 Sitti Hajrah Siswa kelas IX 1 orang

Jumlah 11 orang

Gambar

Tabel 1   Informan Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Kanamit Barat, untuk terus mengawasi kinerja Perangkat desanya dikarenakan peneliti melihat meskipun kinerja perangkat Desa Kanamit Barat pada Tahun 2019 dalam

Bab II, merupakan kajian pustaka yang berkaitan dengan penerapan metode bermain peran untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas v yang meliputi a pembelajaran bahasa

Dalam larangan perkawinan antar warga Desa Kemantren dan Desa Wado, Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora,masyarakat berpedoman dengan kepercayaan yang dipelajari

Di sana masih sangat kental dengan adat perjodohan sejak dalam kandungan yang biasa disebut dengan Bhakal ekakoaghi atau dalam bahasa indonesia artinya adalah bakal

Konstitusi pendidikan Islam di Indonesia terdapar dalam UU RI No.20 Tahun 2003 yang berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa

Persamaan yang ditulis oleh penulis lebih kepada bahasa yang digunakan saat berkomunikasi agar menjunjung tinggi nilai islam yang harus dilandaskan dengan etika

Menurut Ni Nyoman N.R.: "Karena zaman ini sudah berbeda dengan dahulu; dahulu orang berkebun, bertani, dan memancing, sehingga ada cukup waktu untuk membuat Pura

 Kebijakan fiskal adalah kebijakan pemerintah dalam bidang anggaran dan belanja negara yang bertujuan untuk mempengaruhi